MAKALAH PENGOBATAN TRADISIONAL “Aplikasi Pengobatan Gurah di daerah Giriloyo, Wukirsari,Jogjakarta”
DI SUSUN OLEH : Arini Syarifah
0908010067
Sukhaebah
0908010070
Roni Zulzani
0908010074
Khotimah
0908010076
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO 2012
Aplikasi Pengobatan Gurah di daerah Giriloyo, Wukirsari,Jogjakarta. A. Latar Belakang Menurut Keputusan Mentri tahun 2003 pengobatan tradisional adalah pengobatan dan/atau perawatan dengan cara, obat dan pengobatnya yang mengacu kepada pengalaman, ketrampilan turun temurun, dan/atau pendidikan/pelatihan, dan diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku dalam masyarakat. Pengobatan tradisional juga sebagai salah satu bagian daripada upaya meningkatkan dan mencapai kesehatan dalam masyarakat sehingga bisa bertahan dan berkembang dalam masyarakat. Hal ini tidak bisa dipungkiri dalam realita kehidupan masyarakat, meskipun upaya peningkatan kesehatan berupa pelayanan kesehatan primer atau kesehatan berdasarkan kedokteran atau sistem medic modern terutama dalam masyarakat pedesaan masih terus digalakkan. Namun, saat ini faktanya rumah sakit yang seharusnya memberikan pelayanan bagi masyarakat untuk membantu mengobati dan memberikan perawatan kesehatan bagi masyarakat sudah berubah menjadi „momok‟ bagi masyarakat. Hal itu disebabkan karena biaya rumah sakit saat ini semakin mahal, sehingga biayanya menjadi beban bagi masyarakat yang ingin berobat, apalagi bagi masyarakat yang ekonominya kurang mampu tentu akan sangat kesulitan untuk bisa berobat ke rumah sakit. Oleh karena itu, saat ini sebagian masyarakat cenderung lebih memilih untuk berobat pada pengobatan tradisional daripada harus berobat ke rumah sakit yang biayanya mahal dan obat-obatnya pun tidak semuanya terbuat dari bahan alami. Salah satu dari pengobatan tradisional yang banyak digunakan masyarakat adalah pengobatan tradisional gurah. Pengobatan tradisional gurah adalah pengobatan dengan cara membersihkan dan mengeluarkan lendir yang kotor, beracun dan mengandung berbagai kuman penyakit dalam tubuh melalui dikeluarkanya slem (dahak/lendir) yang ada di rongga hidung dan tenggorokan. Efek dari gurah sendiri dapat memperlancar pernafasan terutama buat yang sering pilek/sinus/mungkin juga asma. Tapi ada juga yang melakukan gurah, dengan tujuan memperindah suara. Pada makalah ini akan dibahas mengenai penggunaan pengobatan tradisional gurah yang ada di daerah Giriloyo, Wukirsari,Jogjakarta.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut: 1. Apakah yang dimaksud dengan pengobatan tradisional gurah? 2. Bagaimana proses dan mekanisme pengobatan gurah ? 3. Sejauh mana masyarakat menggunakan pengobatan tradisional gurah?
C. Pembahasan C.1 Pengobatan Tradisional Gurah Pengobatan tradisional adalah pengobatan yang menggunakan obat-obatan yang diolah secara tradisional, turun-temurun, berdasarkan resep nenek moyang, adat-istiadat, kepercayaan, atau kebiasaan setempat, baik bersifat magic maupun pengetahuan tradisional. Banyak sekali macam-macam pengobatan tradisional salah satunya adalah pengobatan tradisional gurah. Pengobatan tradisional gurah merupakan pengobatan secara tradisional dengan membersihkan dan mengeluarkan lendir yang kotor dari dalam tubuh seseorang dengan cara menggunakan kekuatan batiniah (doa) sebelum menggurah pasien dan disertai ramuan-ramuan herbal yaitu menggunakan daun atau kulit segunggung. Dalam meng “gurah” tidak hanya sekedar meneteskan ramuan kedalam hidung namun memang ada syarat atau ritual tertentu yang harus dilakukan oleh si Pegurah, agar hasil dari gurah tersebut bisa berhasil dengan sangat memuaskan. C.2 Proses dan Mekanisme Pengobatan Gurah di daerah Giriloyo, Wukirsari,Jogjakarta. Responden untuk mendapatkan data mengenai proses dan mekanisme pengobatan gurah di Wukir Sari, imogiri, Bantul, Yogyakarta bernama Ibu Hastuti dimana beliau merupakan batra gurah didaerah tersebut. Adapun data diperoleh melalui penelitian yang dilakukan oleh Krisna et al pada tahun 2011. Gurah Dalam tradisi warga masyarakat gurah dilakukan dengan meneteskan ekstrak daun Sirgunggu (Clerodendron Serratum) ke lubang hidung atau melalui mulut pasien. Namun, responden yang kami wawancara hanya melakukan parktik Gurah melalui satu arah, yakni hanya melalui hidung saja. Proses pengobatan gurah sendiri sangat mudah, yakni pertama kalinya menyiapkan ramuannya terlebih dahulu yaitu akar srigunggu yang sudah ditumbuk dan dihaluskan.
Kemudian
serbuk
srigunggu
tadi
dicampuri
dengan
air
untuk
dilarutkan.Setelah menyiapkan obatnya seorang pasien yang akan berobat gurah dipersilakan untuk berbaring terlentang terlebih dahulu diatas dipan yang sudah disediakan, setelah itu ia akan diberi tetesan dari serbuk srigunggu (Clerodendron
serratum). yang sudah dilarutkan dengan air matang tadi yang akan diteteskan melalui hidungnya.
Gambar 1 : Proses Pengobatan Tradisional Gurah Sumber : (http://terapiholistikpangestubersama.blogspot.com/2010/04/terapi gurah.html, 2010)
Setelah beberapa detik tetesan itu akan masuk ke dalam tubuh pasien. Kemudian pasien pindah posisi menjadi tengkurap tetapi tetap di tempat itu, pasien akan tengkurap sekitar 45-60 menit. Ketika tengkurap itu pasien akan dipijat refleksi oleh ibu hastuti. Disini nantinya tubuh pasien lama kelamaan akan merasa sedikit panas karena ramuan yang diteteskan tadi sudah mulai bereaksi. Pemijatan ini dilakukan untuk membantu mempercepat keluarnya lendir kotor dari tubuh pasien tersebut agar lendir-lendir yang kotor itu bisa keluar sebanyak-banyaknya.Setelah sekitar 45-60 menit dan lendir sudah
keluar, maka pasien sudah selesai dalam menjalani pengobatan ini dan boleh bangun dari tengkurap.
Gambar 2 : Morfologi Segunggu (clerodendron serratum) (Sumber:http://tanamanherbal.wordpress.com/2007/12/16/senggugu/ , 2007) Ramuan yang digunakan dalam pengobatan tradisional ini adalah herbal, yakni dari tumbuhan srigunggu yang langsung didapat dari hutan. Adapun klasifikasi dari sirgunggu adalah sebagai berikut : Klasifikasi Menurut Steenis (1981), Kingdom
:Plantae
Divisio
: Spermatophyta
Subdivisio
: Angiospermae
Class
: Dicotyledoneae
Order
: Solanales
Family
: Verbenaceae
Genus
:Clerodendron
Species
:Clerodendron serratum Spreng.
(Clerodendrum serratum (L.) Moon) Tumbuh liar pada tempat-tempat terbuka atau agak terlindung, bisa ditemukan di hutan sekunder, padang alang-alang, pinggir kampung, tepi jalan atau dekat air yang tanahnya agak lembap dari dataran rendah sampai 1.700 m dpl. Senggugu diduga tumbuhan asli Asia tropik. Perdu tegak, tinggi 1 – 3 m, batang berongga, berbongkol besar, akar warnanya abu kehitaman. Daun tunggal, tebal dan kaku, bertangkai pendek, letak berhadapan, bentuk bundar telur sampai lanset, ujung dan pangkal runcing, tepi bergerigi tajam, pertulangan menyirip, kedua permukaan
berambut halus, panjang 8 – 30 cm, lebar 4 – 14 cm, warnanya hijau. Perbungaan majemuk bentuk malai yang panjangnya 6 – 40 cm, warnanya putih keunguan, keluar dari ujung-ujung tangkai. Buah buni, bulat telur, masih muda hijau, setelah tua hitam. Perbanyakan dengan biji. Penelitian terhadap kulit akar tumbuhan sirgunggu yang tumbuh di daerah Giriloyo, Imogiri, telah dilakukan ternyata mengandung senyawa yang berkhasiat sebagai antiinflamasi. Senyawa yang bertanggung jawab terhadap khasiat inflamasi tersebut termasuk golongan flavonoid, yaitu 3‟, 4‟ dihidroksi flavonol (Wahyono, 2002¹). Selain itu ektrak etanol kulit akar tumbuhan sirgunggu ini juga berkhasiat sebagai trakeospasmolitik (melonggarkan jalan napas), yaitu pengaruh relaksasi pada otot polos trakea marmut yang sebelumnya diberi spasmogen metakolin (Wahyono,2004²). Khasiat sebagai antibakteri Staphylococcus betahaemolyticus, yaitu salah satu jenis bakteri yang bertanggung jawab terhadap radang tenggorok, juga ditunjukkan pada ekstrak etanol dari kulit akar sirgunggu ini (Wahyono, 1997³). Sari dalam air dari kulit akar sirgunggu ini juga berkhasiat sebagai pengencer lendir (mukolitik), makin tinggi konnsentrasinya makin besar pengaruh pengencerannya (Wahyono,
).
Dari pemakaian yang turun temurun oleh penggurah serta penelitian yang telah dilakukan memang sirgunggu mendukung penggunaannya sebagai pengencer lendir yang disebabkan oleh infeksi maupun asma. C.3
Penggunaan
Pengobatan
Gurah
di
Masyarakat
Giriloyo,
Wukirsari,Jogjakarta Menurut responden dalam penelitian Krisna et all pada tahun 2011, didaerah Giriloyo, pengobatan tradisional gurah dimulai dari cerita sebuah Pondok Pesantren yang bernama Pondok Al- Muna, ketika itu santri- santri yang belajar di Al- Muna diperintah oleh kyai nya untuk Qiroah dengan suara yang merdu. Namun, para santri kesulitan dalam suara akhirnya kyai tersebut memberikan pengobatan gurah pada murid nya agar bisa membuat suara yang merdu. Dan sampai sekarang ritual itu sering dilakukan di Giriloyo salah satunya oleh ibu Hastuti,responden dalam penelitian tersebut. Berbagai macam motivasi banyak dilakukan para pasien berobat menggunakan pengobatan Gurah di tempat ibu Hastuti namun yang paling mendominasi orang yang berobat di tempat ibu Hastuti adalah para pasien sudah bosan dengan pengobatan medis
di Rumah Sakit yang tidak memberika hasil yang maksimal terhadap penyakit yang mereka derita selama ini, ditambah lagi biaya rumah sakit yang cukup mahal membuat masyarakat menjadi enggan untuk berobat ke medis dan memilih berobat secara tradisional. Ada juga yang disebabkan kerena penasaran dengan hasil dari pengobatan tradisional sehingga mereka tertarik untuk mencobanya dan ingin membandingkan hasilnya antara pengobatan tradisional dengan pngobatan yang dilakukan secara medis.Namun yang terpenting dari semuanya adalah karena pengobatan secara tradisional ini memang menggunakan obat yang secara alami dari tumbuhan sehingga orang lebih tertarik karena tidak menimbulkan efek samping dari pengobatan ini. Biasanya Hari Sabtu sore dan Minggu pasien paling banyak, dan datang secara rombongan, pernah ada rombongan yang berjumlah sampai 40 orang. Pasien terbanyak adalah penyanyi untuk membenahi atau mempertahankan suaranya, kalau dikalangan santri para Qori / Qori’ah agar bening dan nyaring dalam membaca Al-Qur’an. “Daya tampung pengobatan yang ada ini bisa 12 orang sekaligus, bila yang datang rombongan besar harus antri” ungkap beliau.
D. kesimpulan Dari penjelasan diatas kami dapat menarik suatu kesimpulan bahwa : 1.
Gurah merupakan cara pengobatan secara tradisional yang bertujuan untuk
mengeluarkan lendir dari dalam tubuh seseorang dengan menggunakan ramuan herbal yaitu dari Akar pohon Sirgunggu (clerodendron serratum)
yang mempunyai efek
sebagai antiinflamasi,trakeospasmolitik (melonggarkan antibakteri Staphylococcus betahaemolyticus ( salah satu jenis bakteri yang bertanggung jawab terhadap radang tenggorok) dan pengencer lendir (mukolitik) 2.
Mekanisme pengobatan tradisional gurah sendiri adalah pasien diminta
tidur telentang, melalui hidung di teteskan ramuan obat gurah setelah di minta menggeleng gelengkan kapalanya selama kurang lebih 3 detik, pasien disuruh tengkurap lalu beberapa menit kemudian keluar lendir. 3. di
Alasan masyarakat menggunakan pengobatan tradisional gurah ibu Hastuti Giriloyo, Wukirsari,Jogjakarta
karena pengobatan gurah relatif murah dan
umumnya bisa dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat, baik dari kalangan bawah, menengah, maupun atas. 4.
Pasien
terbanyak
adalah
penyanyi
untuk
membenahi
atau
mempertahankan suaranya, kalau dikalangan santri para Qori / Qori‟ah agar bening dan nyaring dalam membaca Al-Qur‟an.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2007.Senggugu.http://tanamanherbal.wordpress.com/2007/12/16/senggugu/ Anonim.2010.Terapi Gurah. http://terapiholistikpangestubersama.blogspot.com/2010/04/terapigurah.html Dewantara ,Krisna Eby Et all.2011.Gurah Pengobatan Tradisional Dengan Latar Belakang Islam, Laporan Penelitian, Universits Islam Sunan Kalijaga,Yogyakarta Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1076/Menkes/Sk/Vii/2003. Tentang Penyelenggaraan Pengobatan Tradisional Steenis, CGGJ van. 1981. Flora, untuk sekolah di Indonesia. PT Pradnya Paramita, Jakarta. Wahyono1) , 2004, Isolasi Dan Karakterisasi Senyawa Yang Berkhasiat Trakeospasmolitik Dari Kulit Akar Senggugu (Clerodendron Serratum Spreng), Laporan Penelitian, Proyect Grant Que Project Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta Wahyono2) , 2002, Isolasi Senyawa Aktif Dari Kulit Akar Clerodendron Serratum Spreng Yang Berkhasiat Sebagai Antiinflamasi, Laporan Penelitian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta Wahyono3) , 1998, Isolasi Senyawa Bioaktif Dari Kulit Akar Dan Kulit Batang Clerodendron Serratum Spreng Yang Berkhasiat Sebagai Mukolitik, Laporan Penelitian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta Wahyono4) , 1997, Isolasi Senyawa Utama Dari Kulit Akar Clerodendron Serratum Serta Daya Antibakteri Terhadap Staphylococcos Betahaemolyticus,Laporan Penelitian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta