LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA ANALISIS KUALITATIF KARBOHIDRAT
Nama
: Fira Dewi Cahyani
NIM
: P1337420615042
Kelompok
:4
Asisten
: Fathika Fitrania
LABORATORIUM BIOLOGI JURUSAN KEPERAWATAN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KESEHATAN SEMARANG 2016
LEMBAR PENGESAHAN Laporan
Praktikum
Biokimia
dengan
judul
“Analisis
Kualitatif
Karbohidrat” yang disusun oleh: Nama : Fira Dewi Cahyani NIM : P.1337420615042 Kelompok :4 telah diperiksa dan dikonsultasikan kepada Asisten maka dinyatakan diterima. Semarang, April 2016 Asisten
Fathika Fitrania NIM 240 2011 31 20027
ACARA 1 Analisa Kualitatif Karbohidrat A. Tujuan
Mahasiswa mampu mengidentifikasi karbohidrat baik secara umum maupun untuk karbohidrat yang memiliki gugus pereduksi dengan reaksi warna. B. Dasar Teori 1. Karbohidrat 1.1 Pengertian Karbohidrat Karbohidrat adalah polihidroksi aldehida atau keton atau senyawa yang menghasilkan senyawa-senyawa ini bila di Hidrolisa. 1.2 Klasifikasi Karbohidrat 1. Monosakarida Monosakarida umumnya tidak berwarna, merupakan kristal padat yang bebas larut didalam air, tetapi tidak larut didalam pelarut non polar. Kebanyakan mempunyai rasa manis. Monosakarida terbagi menjadi 2 kelompok, yaitu Aldosa dan Ketosa, tergantung pada sifat gugus fungsional: Aldehida atau keton, Aldosa merupakan gula pereduksi, yang berarti bahwa fungsi Aldehida bebas dari bentuk rantai terbuka mampu untuk dioksidasi menjadi gugus asam karboksilat. Oksidasi Secara kimia dari aldosa pada umumnya menghasilkan asam aldonat.Ketosa tidak mudah teroksidasikan pada persyaratan lunak yang kalau aldosa teroksidasi. 2. Oligosakarida Yang paling umum
adalah
disakarida,
tersusun
dari
2
mmonosakarida (identik atau berbeda) yang digabungkan oleh ikatan glikosida yang dapat dihidrolisasikan.Disakarida paling sedarhana adalah Maltosa, yang pada hidrolisa menghasilkan larutan D-glukosa murni.Selobiosa
merupakan disakarida yang dapat dianggap suatu
pengulangan dasar dalam selulosa. Sukrosa(gula tebu) dapat dihidrolisis secara enzimatik menghasilkan glukosa dan fruktosa. Laktosa (gula susu) merupakan disakarida yang hanya terdapat dalam susu. Hidrolisis laktosa menghasilkan D-galaktosa dan D-glukosa. 3. Polisakarida Polisakarida merupakan polimer monosakarida, biasanya tidak larut dalam air, dalam larutan biasa membentuk koloid dan biasanya tidak mempunyai rasa manis. Homopolisakarida merupakan polisakarida yang apabila dihidrolisis menghasilkan satu jenis monosakarida, sedang
heteropolisakarida menghasilkan larutan yang mengandung dua atau lebih jenis monosakarida. 1.3 Sifat Karbohidrat Sifat umum karbohidrat Karbohidrat bertindak sebagai cadangan energi, juga menyimpan bahan bakar, dan zat antar metabolisme.Ribosa dan guladeoksiri bisa membentuk
kerangka
struktural
dari
materi
genetik,
RNA dan
DNA.Polisakarida seperti sellosa adalah elemen struktural dalam dinding sel bakteri dan tumbuhan.Karbohidrat terkait dengan protein dan lipid yang memainkan peran penting dalam interaksi sel. Karbohidrat adalah senyawa organik, mereka adalah aldehida atau keton dengan banyak gugus
hidroksil. Sifat fisik karbohidrat Steroiomerism-rumus struktur senyawa yang sama tetapi mereka berbeda dalam konfigurasi spasial. Contoh : glukosa memiliki dua isomer yang terkait dengan atom karbon kedua dari belakang. Mereka adalah Dglukosa dan L-glukosa.Aktivitas optik adalah rotasi cahaya tepolarisasi membentuk glukosa (+) dan lukosa (-). Diastereo isomer ini perubahan konfigurasi berkaitan dengan glukosa C2,C3, dan C4. Contoh : Manosa dan Galaktosa. Anomerik adalah konfigurasi spasial sehubungan dengan atom
karbon pertama pada aldosa dan atom karbon kedua pada ketosa. Sifat kimia karbohidrat Pembentukan osazon dengan fenilhidrazin tes benedicts.Oksidasi
reduksi untuk alkohol. 1.4 Uji Kualitatif Karbohidrat a. Uji Molisch
Prinsip dari uji Molisch adalah berdasarkan pada reaksi karbohidrat dengan H2SO4 sehingga terbentuk senyawa hidroksimetil furfural dengan α-naftol akan membentuk senyawa kompleks berupa cincin ungu. Menurut Lehninger (1970), D-Glukosa bila dipanaskan dengan HCℓ pekat akan menghasilkan 5-hidroksimetil furfural.
Furfural ini berkondensasi dengan fenol seperti orcinol yang memberikan warna yang khas untuk keperluan uji kolorimetri pada karbohidrat. b. Uji Benedict Uji Benedict
bertujuan
untuk
mengetahui
adanya
monosakarida dan gula pereduksi. Dimana gula pereduksi adalah gula yang memiliki gugus karbonil bebas berupa gugus aldehid atau gugus keton yang bisa mereduksi ion logam yang memiliki muatan. Monosakarida adalah senyawa karbohidrat dalam
bentuk
gula
yang
paling
sederhana.
Beberapa
monosakarida mempunyai rasa manis. Sifat umum dari monosakarida adalah larut air, tidak berwarna, dan berbentuk padat kristal. Prinsip dari uji Benedict ini adalah berdasarkan adanya gugus karbonil bebas yang mereduksi Cu2+ dalam kondisi basa membentuk Cu2O (endapan warna merah bata atau kuning kehijauan).Pada gula pereduksi terdapat gugus aldehid dan OH laktol. OH laktol ini merupakan OH yang terikat pada atom C pertama yang menentukan karbohidrat sebagai gula pereduksi atau bukan. c. Uji Fehling Uji ini digunakan
untuk
menunjukkan
adanya
karbohidrat pereduksi (monosakarida, laktosa, maltosa, dll). Uji positif ditandai dengan warna merah bata. d. Uji Osazon Pemanasan karbohidrat yang memiliki gugus aldehid atau
keton
bersama
fenilhidrazin
berlebihan
akan
membentuk hidrazon atau osazon. Osazon yang terbentuk mempunyai bentuk kristal dan titik lebur yang spesifik. Osazon dari disakarida larut dalam air mendidih dan
terbentuk kembali bila didinginkan, namun sukrosa tidak membentuk osazon karena gugus aldehida dan keton yang terikat pada monomernya sudah tidak bebas, sebaliknya osazon monosakarida tidak larut dalam air mendidih. e. Uji Selliwanof Uji Selliwanof dilakukan untuk membedakan adanya ketosa pada monosakarida atau disakarida dilihat dari perubahan warna larutan. Prinsipnya berdasarkan reduksi Cu2+. Sampel monosakarida mempunyai waktu yang lebih cepat membentuk warna merah bata pada uji barfoed.
C. Metode : 1. Alat a) Tabung reaksi b) Pipet tetes c) Rak tabung d) Alat pemanas e) Penjepit
2. Bahan a) Sukrosa b) Reagen molisch c) Asam sulfat pekat d) Glukosa e) Reagen benedict f) Maltose g) Laktosa h) Reagen fehling A dan B i) Larutan gula (glukosa, fruktosa) j) Asam asetat glasial k) Fenilhidrazin l) Na asetat padat
m) Larutan fruktosa 20 % n) Reagen selliwanof (0,5 % resorsinol dalam 5 N HCl) 3. Cara kerja I. Uji Molisch a. Alat : - Tabung rekasi - Pipet tetes - Rak tabung b. Bahan: - Sukrosa 1 cc - Reagen Molisch (α-naphtol) 2 tetes - Asam sulfat pekat (H2SO4) 1 cc c. Cara Kerja : 1. Disediakan dua tabung reaksi. 2. Tabung reaksi pertama diisi dengan 1 cc sukrosa (16 tetes dengan pipet). 3. Ditambahkan 2 tetes 15% α-naphtol dalam 95% etil alkohol (reagen molisch). 4. Tabung reaksi kedua disiapkan yang diisi 1 cc asam sulfat pekat. 5. Tabung dimiringkan pada sudut 45 derajat. 6. Larutan dimasukkan pada tabung pertama ke dalam tabung kedua secara perlahan-lahan dituangkan melalui dinding tabung reaksi agar tidak sampai bercampur dengan larutan atau hanya membentuk lapisan (sampai larutan gula tabung pertama berada di atas asam tanpa pencampuran). 7. Dilakukan pengamatan terhadap perubahan yang terjadi. 1 cc Sukrosa dicampur 2 tetes Molisch dicampur Tabung 1 (campuran antara sukrosa dan Molisch)
tabung 2 dicampurkan ke tabung 1 scr perlahan Tabung 2 (1 cc H2SO4) Dimiringkan 45 derajat dan diamkan sesaat Pengamatan I.
Uji Benedict a. Alat : - Tabung reaksi - Pipet tetes - Rak tabung b. Bahan : - Glukosa - Reagen Benedict
c. Cara kerja : 0,5 cc larutan glukosa (8 tetes) ditambah 1 cc reagen benedict. Larutan tersebut dicampurkan lalu dipanaskan diatas api selama kurang lebih 1 menit. Mengamati perubahan yang terjadi. 0,5 cc glukosa
1 cc benedict
Pemanasan 1 menit
Pengamatan
II.
Uji Fehling a. Alat : - Tabung reaksi - Alat pemanas - Penjepit b. Bahan : - Glukosa - Maltosa - Laktosa - Reagen Fehling A dan B c. Cara kerja : Larutan glukosa, maltose dan laktosa 0,5 cc (8 tetes) masingmasing dimasukkan dalam tabung berbeda ditambah 2 cc reagen Fehling A dan 2 cc Fehling B. Panaskan tabung sampai reaksi warna spesifik terjadi.
0,5 cc glukosa , maltosa, laktosa
1 cc fehling A
1 cc fehling B
Dipanaskan
Pengamatan III.
Uji Osazon
a. Alat : - Tabung reaksi - Alat pemanas b. Bahan : - Larutan gula (glukosa, fruktosa), asam asetat glasial, fenilhidrazin, Na asetat padat c. Cara kerja : Tabung reaksi diisi dengan 5ml larutan gula, kemudian ditambah 10 tetes asam asetat glasial dan 0,5g fenilhidrazin, serta 0,1g Naasetat padat. Kemudian tabung reaksi berisi larutan tersebut dimasukkan ke dalam penangas selama 30menit. Tabung dibiarkan mendingin, amati endapan yang terbentuk, Kristal diamati dengan menggunakan mikroskop.
2
buah tabung reaksi
1 cc larutan gula (glukosa dan fruktosa)
1 tetes asam asetaat glasial
2 tetes fenilhidrazin
0,1 gram Na-asetat padat
Dipanaskan hingga mendidih
Tunggu hingga dingin
Amati endapan menggunakan mikroskop IV.
Uji Selliwanof a. Alat : - Tabung reaksi - Rak tabung - Alat pemanas - Penjepit b. Bahan : - Larutan fruktosa 20% - Reagen Selliwanof (0,5% resorsinol dalam 5 N HCl)
c. Cara kerja : 5 cc reagen Selliwanof ditambahkan 1 cc larutan sampel, dipanaskan diatas pemanas (perpanjangan pemanasan larutan harus dihindari). Didihkan dalam 30 detik.Reaksi positif terbentuk dengan warna merah. Tabung 1 cc reagen Selliwanof 1 cc larutan sampel Dipanaskan Dididihkan 30 detik Pengamatan
D. Hasil dan Pembahasan Praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium Biokimia Universitas Diponegoro pada hari Senin 18 April 2016 untuk menganalisa secara kualitatif karbohidrat. No
Nama
Gambar
Hasil
Ket (+
Uji 1.
Uji Molisch
atau -) a. Sebelum
+
dicampurkan Tabung I (Sukrosa + Reagen Molisch) berwarna putih keruh. Tabung II (H2SO4) berwarna coklat. b. Setelah dicampurkan Terbentuk cincin warna
ungu
memisahkan
yang antara
Sukrosa+
Reagen
Molisch
dengan
H2SO4.
2.
Uji
Larutan
ekstrak
glukosa
Benedict
yang telah diberi benedict
+
terdapat perubahan warna dari biru berubah menjadi merah bata dan tidak ada endapan. 3.
Uji
Larutan
Glukosa
dan
Fehling
Laktosa : terjadi perubahan
+
warna yaitu merah bata.
Larutan
Maltosa
:
tidak
terjadi perubahan warna
-
4.
Uji
Larutan glukosa dan fruktosa
Osazon
+
asam
asetaat
fenilhidrazin
+
+
Na-asetat
padat. Keduanya berwarna kucing
cerah.
Larutan
glukosa
terdapat
endapan
berwarna
kucing
minyak.
Sedangkan
larutan
fruktosa
seperti pada warna
berubah menjadi lebih keruh
dari
warna
dipanaskan sedikit
sebelum
dan
terdapat
endapan
berwarna
coklat tua di dasar tabung Setelah dipanaskan, terdapat gelembung-gelembung
dan
ada endapan.
5.
Uji
Larutan fruktosa, maltose,
Selliwano
laktosa, amilum dan sukrosa
f
ditambahkan larutan
+
Selliwanof akan terjadi perubahan warna yaitu dari tidak berwarna menjadi kuning. Ketika dipanaskan, yang terjadi perubahan warna menjadi merah orange. Sedangkan yang tidak
-
mengalami perubahan warna dan tidak adanya endapan pada saat pemanasan adalah glukosa.
Dalam larutan molisch ini mengandung alkohol. Fungsi dari alkohol dalam larutan ini ada dua yaitu untuk melindungi partikel-partikel
karbohidrat dari kontak langsung asam sulfat pekat sehingga tidak terjadi kerusakan langsung senyawa karbohidrat dalam sampel dan sebagai pelarut α-naftol. Hal tersebut sesuai dengan referensi dari Sudarmadji tahun 2010; dan Poedjiadi tahun 1994. Menurut Sudarmadji (2010), mekanisme terbentuknya cincin ungu adalah karbohidrat oleh asam sulfat pekat akan dihidrolisa menjadi monosakarida, lalu monosakarida tersebut mengalami dehidrasi oleh asam sulfat menjadi furfural. Jika senyawanya berupa heksosa-heksosa maka senyawa yang terbentuk berupa hidroksimetil furfural. Furfural tersebut dengan adanya α-naftol akan berkondensasi membentuk senyawa kompleks berwarna ungu. Dehidrasi pentose akan menghasilkan furfural, dehidrasi heksosa akan menghasilkan hidroksimetil furfural sedangkan dehidrasi ramnosa membentuk metilfurfural. Saat melaksanakan uji Molisch, penambahan reagen Molisch sebelum penambahan asam pekat sangatlah penting. Didasarkan pada rusaknya karbohidrat dengan asam pekat. Hal ini sesuai dengan Poedjiadi (1994) Apabila asam pekat ditambahkan pada larutan sampel secara hatihati melalui dinding tabung reaksi, akan terbentuk dua lapisan zat cair. Pada batas kedua larutan cair ini akan terbentuk cincin ungu karena kondensasi furfural dengan α-naftol. Apabila langsung ke larutan maka akan merusak langsung karbohidrat dan yang terbentuk adalah warna ungu pada larutan. Selain itu, pemberian melalui dinding akan memberikan bentuk cincin yang sempurna. Cincin ungu yang sudah terbentuk harus dihindari dari guncangan karena bila terkena guncangan maka partikel alkohol yang melindungi karbohidrat akan terurai dan asam pekat akan masuk lalu merusak karbohidrat yang ada. Pemanasan tidak dilakukan karena asam pekat sudah bersifat panas (eksoterm) sehingga apabila dilakukan pemanasan, reaksi kondensasi cincin ungu akan terlalu cepat sehingga tak dapat terlihat dan karbohidrat akan rusak terlebih dahulu.
Dari pengamatan tersebut didapatkan terbentuknya cincin ungu di permukaan larutan, namun tipis. Hal ini terjadi karena pencampuran antara 1 cc sukrosa, 2 tetes reagen molisch dan 1 cc H2SO4 mengakibatkan rehidrasi reaksi Karbohidrat oleh Asam Sulfat membentuk cincin fulfural berwarna ungu. Reaksi positif ditandai dengan munculnya cincin ungu di permukaan antara lapisan asam dan lapisan sampel.H2SO4 pekat (dapat digantikan asam kuat lainnya) berfungsi untuk menghidrolisis ikatan pada sakarida untuk menghasilkan furfural.Furfural ini kemudian bereaksi dengan reagent Molisch, α-naphthol membentuk cincin yang berwarna ungu. Dalam uji karbohidrat dengan reagen molisch dapat disimpulkan bahwa larutan sukrosa mengandung karbohidrat. Kadar larutannya rendah. Cincin berwarna ungu terdapat pada bidang batas larutan. II. Uji Benedict Reaksi yang terjadi adalah : C HOR+ C OHOR+Cu2O(s)Cu2+ Gugus karbonil bebas ion merah bata dari karbohidrat kompleks. Hasil percobaan menunjukkan bahwa sampel glukosa menunjukkan hasil positif. Hasil positif ditunjukkan oleh glukosa yang berkonsentrasi besar. Glukosa yang memiliki konsentrasi paling rendah tidak terdeteksi oleh pereaksi ini karena konsentrasi yang kecil tersebut menyulitkan pereaksi agar bereaksi dengan sampel uji. Uji benedict dilakukan untuk mengidentifikasi karbohidrat yang mengandung gula pereduksi dan non pereduksi. Uji positif tidak terjadi pada uji ini yaitu ditandai dengan tidak adanya endapan merah bata pada hasil percobaan. Pada pereaksi benedict mengandung cuprisulfat, natrium karbonat dan natrium sitrat. Pereaksi ini dapat direduksi oleh karbohidrat pereduksi yang mempunyai gugus aldehida dan keton bebas membentuk endapan merah bata dari kuprooksida (Cu2O). Pada uji ini, sampel yang diuji kandungan gula pereduksi dan bukan pereduksinya adalah glukosa. Melihat hasil pengamatan yang tertera, terlihat bahwa pada larutan ekstrak glukosa yang telah diberi
benedict tidak terdapat endapan merah bata yang berarti sampel glukosa tidak mengandung gula pereduksi dan tidak mempunyai gugus aldehid dan keton bebas. III. Uji Fehling Dalam pereaksi ini dalam suasana basa
ion
Cu²+ direduksi menjadi
akan diendapkan menjadi
berfungsi untuk mencegah
Cu²+
Cu2O.
mengendap
ion
Cu+ yang Fehling
II
dalam suasana
alkalis. Larutan fehling merupakan larutan alkalin yang mengandung tembaga (II) yang mengoksidasi aldosa menjadi aldonat dan dalam prosesnya akan tereduksi menjadi tembaga (I), yaitu Cu 2O yang berwarna merah bata dan mengendap. Dari percobaan glukosa dan laktosa tersebut setelah diamati berwarna merah bata yang menunjukan gula pereduksi, sedangkan maltosa setelah diamati warna tetap (biru) yang menunjukan non pereduksi. Perbedaan itu disebabkan karena monosakarida mengandung gugus karbonil yang reduktif, sedangkan maltose tidak.
IV. Uji Osazon Larutan glukosa dan fruktosa setelah dituangkan ke dalam tabung berwarna putih kemudian ditambahkan dengan asam asetaat + fenilhidrazin + Na-asetat padat, keduanya berwarna kucing cerah. Setelah dipanaskan hingga mendidih kemudian didinginkan, kedua larutan menunjukkan perbedaan yang cukup signifikan. Larutan glukosa terdapat endapan berwarna kucing seperti minyak. Sedangkan pada larutan fruktosa warna berubah menjadi lebih keruh dari warna sebelum dipanaskan dan terdapat sedikit endapan berwarna coklat tua di dasar tabung. Saat diamati pada mikroskop, larutan glukosa nampak seperti gelembung-gelembung air. Pembentukan osazon merupakan cara yang berguna untuk membentuk kristal-kristal derivate gula. Senyawa ini mempunyai susunan kristal, titik leleh dan waktu presipitasi yang khas dan sangat bermanfaat untuk identifikasi gula. Osazon diperoleh dengan menambahkan campuran fenilhidrazin hidroklorida dan natrium asetat ke dalam larutan gula dan dipanaskan dalam penangas air yang mendidih. Reaksi hanya menyangkut karbon karbonil (yaitu gugus aldehida atau keton) dan karbon yang
berdekatan. Akan terlihat dengan membandingkan struktur osazon bahwa glukosa, fruktosa dan manosa akan membentuk osazon yang sama. Reaksi pembentukan osazon adalah sebagai berikut: Aldosa + fenilhidrazin
——→
Fenilhidrazon + 2 fenilhidrazin
fenilhidrazon ——→
Osazon + aniline +
NH3 +H2O Dalam praktikum ini digunakan glukosa, fruktosa, dan arabinosa dengan larutan penguji berupa larutan asam asetat dan larutan fenil hidrasin. Dari ketiga reaksi ini menunjukkan adanya endapan kristal. Masing-masing karbohidrat memiliki bentuk dan warna endapan yang berbeda. Hidrolisis osazon dengan asam hidroklorat pekat menghasilkan suatu osone. Fenilhidrazin bereaksi dengan monosakarida dan beberapa disakarida membentuk hidrazon dan osazon. Hidrazon merupakan substansi yang mudah larut (soluble) dan sulit diisolasi. Sedang osazon kebalikannya, ia relatif tidak melarut dan membentuk kristal yang bentuknya spesifik untuk setiap jenis sakarida. Itulah sebabnya mengapa
osazon
mengidentifikasi
menjadi konfigurasi
begitu
penting
struktural
dari
dalam
membantu
sakarida.
Reaksi
pembentukan osazon adalah sebagai berikut: Aldosa + fenilhidrazin
——→
Fenilhidrazon + 2 fenilhidrazin
fenilhidrazon ——→
Osazon + aniline +
NH3 +H2O Sukrosa tidak membentuk osazon. Hidrolisis osazon dengan asam hidroklorat pekat
menghasilkan suatu osone. Jika osone
ditambahkan dengan Zn dan asam asetat maka gugus aldehidnya akan
tereduksi membentuk ketosa. Reaksi ini kemudian dijadikan suatu metode untuk mengkonversi aldosa menjadi ketosa, sebagai contoh mengubah glukosa menjadi fruktosa. V.
Uji Selliwanof Prinsip dari uji Selliwanof ini adalah jika setelah pencampuran larutan lalu dilakukan pemanasan, maka disakarida yang tergolong ketosa adalah yang berwarna merah. Pada uji Selliwanof, hasil positif didapat pada fruktosa, maltose, laktosa, amilum dan sukrosa. Uji Selliwanof
merupakan
uji
spesifik
untuk
karbohidrat
yang
mengandung gugus keton, seperti fruktosa. Ketika semua larutan ditambahkan larutan Selliwanof, terjadi perubahan warna dari tidak berwarna menjadi kuning. Kemudian ketika dipanaskan, yang terjadi perubahan warna menjadi merah menjadi merah orange yang menunjukkan
bahwa
sampel
termasuk
ketosa
dan
peristiwa
monosakarida ketosa menjadi fufural lebih cepat dibandingkan dengan aldehid karena aldehid mengalami transformasi menjadi ketosa sebelum dehidrasi. Ketosa yang terhidrasi kemudian bereaksi dengan resolsinol menghasilkan zat yang berwarna merah tua. Dari hasil yang didapatkan hampir semua sampel mengalami perubahan kecuali glukosa. Dengan demikian, sukrosa, maltose, laktosa, amilum dan fruktosa termasuk kedalam gula ketosa yang mengandung gugus keton. Sedangkan yang tidak mengalami perubahan warna dan tidak adanya endapan pada saat pemanasan adalah glukosa, dengan demikian glukosa bukan termasuk dalam golongan ketosa melainkan aldose, yakni golongan yang terdapat gugus aldehid dalam struktur kimia.
E. Daftar Pustaka biologi-budisma.2016.Struktur
dan
Fungsi
karbohidrat.
http://biologi.budisma.net/struktur-dan-fungsi-karbohidrat.html.Diakses pada 4 April 2016 Giffary pramafisi.2014. LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA PANGAN KARBOHIDRAT
I
UJI
MOLISCH.https://www.academia.edu/8837974/LAPORAN_PRAKTIKUM_ BIOKIMIA_PANGAN_KARBOHIDRAT_I_UJI_MOLISCH. Diakses pada 4 April 2016 Lehninger, Albert L.1970.Biochemistry 2nd Edition.Worth Publisher, INC. NewYork. Poedjiadi, Anna.1994.Dasar-dasar Biokimia.Penerbit UI-Press. Jakarta. Sudarmadji, Slamet.2010.Analisis Bahan Makanan danPertanian.Yogyakarta Liberty. Yogyakarta.