Hubungan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Peningkatan Kadar Gula Darah Sewaktu
Abstrak Peningkatan atau penurunan kadar gula darah dalam tubuh dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya seperti usia, hormon insulin, emosi, stress, jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi serta aktivitas fisik yang dilakukan. Peningkatan atau penurunan kadar gula darah juga sangat berkaitan dengan penyakit Diabetes. Perubahan gaya hidup seperti pergeseran pola makan dengan makanan kurang serat dan mengandung banyak gula kini sangat digemari terutama oleh anak muda sehingga dapat meningkakan insidens penyakit diabetes jika berlangsung terus menerus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kadar glukosa darah pada 110 orang di wilayah X dan hubungannya dengan faktor-faktor yang berpengaruh seperti jenis kelamin, umur, tinggi badan, berat badan, dan aktifitas fisik dengan menggunakan metode deskriptif penelitian dengan pendekatan cross-sectional. Didapatkan hasil bahwa tidak ada hubungan antara aktivitas fisik dengan kadar gula darah sewaktu; sementara itu didapatkan hubungan antara jenis kelamin, usia, indeks massa tubuh, pada kadar gula darah sewaktu. Kata kunci: umur, gula darah sewaktu, aktifitas fisik, tinggi badan, berat badan Abstract An increase or decrease in blood sugar levels in the body can be affected by several factors such as age, the hormone insulin, emotion, stress, the type and amount of food consumed and physical activity. An increase or decrease in blood sugar levels are also strongly associated with Diabetes. Lifestyle changes such as shifting diet with less fiber and foods containing lots of sugar are now very popular, especially by young people so that they can improved its incidence of diabetes if it continues. This study aims to describe blood glucose levels in 110 people in the region X and its relationship with the influential factors such as gender, age, height, weight, and physical activity by using descriptive research method with cross-sectional approach. Showed that there was no relationship between physical activity with blood sugar levels while; while it found the relationship between gender, age, body mass index, the blood sugar levels while. 1
Keywords: age, blood sugar during physical activity, height, weight
Pendahuluan Kadar glukosa darah merupakan factor yang sangat penting untuk kelancaran kerja tubuh. Tingkat gula darah diatur melalui umpan balik negatif untuk mempertahankan keseimbangan di dalam tubuh. Level glukosa di dalam darah dimonitor oleh pankreas. Bila konsentrasi glukosa menurun, karena dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan energi tubuh, pankreas melepaskan glukagon, hormon yang menargetkan sel-sel di lever (hati). Kemudian sel-sel ini mengubah glikogen menjadi glukosa (proses ini disebut glikogenolisis). Glukosa dilepaskan ke dalam aliran darah, hingga meningkatkan level gula darah. Penigkatan kadar gula darah dalam tubuh berkaitan dengan penyakit Diabetes. Kasus diabetes kini semakin banyak dijumpai pada masyarakat, hal ini mungkin disebabkan karena berubahnya pola hidup dan pola konsumsi masyarakat. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kirkness CSet all diketahui bahwa prevalensi diabetes mellitus tipe 2 pada populasi secara umum mengalami peningkatan secara dramatis dalam lebih dari satu dekade terakhir. Begitu juga dengan prevalensi diabetes di Indonesia. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Trisnawati SK et all, Jakarta Timur merupakan salah satu kotamadya di propinsi DKI Jakarta yang memiliki angka prevalensi diabetes mellitus tipe 2 sebesar 1,9%.1 Peningkatan kejadian diabetes ini terjadi seiring dengan meningkatnya angka harapan hidup, asupan makanan yang tidak sehat, aktivitas fisik yang kurang, kegemukan serta gaya hidup yang modern. Di wilayah Jawa Tengah, angka prevalensi DM saat ini diperkirakan sebesar 2,3%.2
Tinjauan Pustaka Dalam ilmu kedokteran, gula darah adalah istilah yang mengacu kepada tingkat glukosa di dalam darah. Konsentrasi gula darah, atau tingkat glukosa serum, diatur dengan ketat dalam tubuh. Glukosa yang dialurkan melalui darah adah sumber utama energy untuk sel-sel tubuh. 2
Umumnya tingkat gula darah bertahan pada batas-batas yang sempit sepanjang hari. Tingkat ini meningkat setelah makan dan biasanya berada pada level terendah pada pagi hari, sebelum orang makan. Diabetes mellitus adalah penyakit yang paling menonjol yang disebabkan oleh gagalnya pengaturan gula darah. Kita juga menemukan jenis-jenis gula lainnya, seperti fruktosa dan galaktosa. Namun, hanya tingkatan glukosa yang diatur melalui insulin dan lepitin.3,4 Peningkatan kadar glukosa darah setelah penyerapan makanan secara langsung merangsang sintesis dan pengeluaran insulin olehsel beta. Dengan asupan glukosa yang rendah, maka glukosa darah tidak akan terlalu meningkat selama keadaan absorptive. Asupan makanan akan merangsang hormone pencernaan terutama gastric inhibitory peptide dan peningkatan aktivitas parasimpatis dalam saluran pencernaan yang akan mepengaruhi sel beta pancreas untuk mensekresi insulin. Pada saat kita makan sebagai reaksi, pancreas akan menghasilkan insulin dalam darah untuk mengatasi peningkatan glukosa.3-5 Pada saat ini, jumlah usia lanjut di dunia di[erkirakan mencapai 450 juta orang dan nilai ini diperkirakan terus meningkat. Sekitar 50% lansia mengalami intoleransi glukosa dengan kadar gula darah puasa normal. Studi epidemiologi menunjukkan bahwa prevalensi diabetes mellitus maupun Gangguan Toleransi Glukosa (GTG) meningkat seiring dengan pertambahan usia, lansia mengalami kemunduran fisik dan mental yang menimbulkan banyak konsekuensi. Selain itu, kaum lansia juga mengalami masalah khusus yang memerlukan perhatian antara lain lebih rentan terhadap komplikasi makrovaskular dari DM dan adanya sindrom geriatri.6,7
Metodologi Penelitian
Penelitian ini adalah jenis penelitian kuantitatif dengan desain cross-sectional, yaitu pengambilan data dilakukan dalam satu kurun waktu , maksimal dua atau tiga bulan. Peneliti mengumpulkan data dari sampel pada waktu yang bersamaan. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional karena prevalensi masalah yang terjadi cukup besar, sehingga lebih cocok menggunakan studi cross-sectional daripada case control. Selain itu study crosssectional dapat menganalisis adanya hubungan beberapa variabel( dependen dan independen) dan lebih praktis untuk dilaksanakan, serta cocok untuk bidang kesehatan, karena dapat mengamati hubungan suatu penyakit. Tujuan utama studi ini adalah untuk mengetahui
3
Hubungan kadar gula darah sewaktu dengan umur, jenis kelamin, aktivitas fisik dan indeks massa tubuh.
Kriteria inklusi adalah pasien yang bersedia untuk mengisi survei dan diperiksa kadar gula darah sewaktu. Kriteria ekslusi adalah pasien yang tidak bersedia untuk mengisi survei dan diperiksa kadar gula darah sewaktu. Data diolah dengan menggunakan bantuan elektronik berupa computer dengan metode sebagai berikut :membuat variable, input data, pengolahan data, dan disajikan dalam bentuk table dan penjelasan.8-10 Hasil Penelitian Sampel yang didapatkan adalah 110 orang di wilayah X yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Dari 110 orang tersebut, dapat dilihat pada : Tabel 1 kriteria sampel yang didapatkan. Jenis kelamin perempuan lebih banyak daripada laki-laki. Umur juga lebih banyak yang berusia 40 tahun daripada yang berusia 20-39 tahun. Tinggi badan lebih banyak daripada yang > 150 cm dari pada yang < 150 cm. Berat badan lebih banyak < 80 kg dari pada > 80 kg. Aktivitas fisik yang dilakukan lebih banyak yang tinggi daripada yang sedang dan rendah. Dan kadar gula darah sewaktu ≤ 200 mg/dL (normal) lebih banyak dibandingkan >200 mg/dL (hiperglikemi).
Tabel 1. Karakteristik dasar sampel dalam data kategorikal (n=110) Variable Umur - < 40 tahun - > 40 tahun Jenis kelamin - Laki-laki - Perempuan TB - < 150 cm - > 150 cm BB - > 80 kg - < 80 kg
n
%
43 67
39.1 % 60.9 %
45 65
40.9 % 59.1 %
21 89
19.1 % 80.9 %
13 97
11.8 % 88.2 % 4
Aktifitas fisik - Rendah - Sedang - Tinggi GDS - Normal - Hiperglikemi
12 43 55
10.9 % 39.1 % 50.0 %
95 15
86.4 % 13.6 %
Tabel 2 akan menunjukkan karakteristik sampel dengan tipe data numerik. Umur berkisar dari usia 20 tahun sampai 70 tahun dengan nilai rata-rata 44.49 tahun. Tinggi badan berkisar dari 64 cm sampai 178 cm dengan nilai rata-rata 156.50 cm. Berat badan berkisar dari 32 kg sampai 160 kg dengan nilai rata-rata 63.78 kg.sedangkan gula darah sewaktu berkisar dari 73 mg/dL sampai 391 mg/dL.
Tabel 2. Karakteristik dasar sampel dalam data numerik (n=110) Variable Umur TB BB GDS
Mean 44.49 156.54 63.78 125.28
Median 43.50 156.50 62.00 109.50
Modus 35.00 152.00 65.00 112.00
St. Deviasi 1.35 12.15 17.17 52.45
Variance 183.79 147.66 294.85 2751.30
Tabel 3 menjelaskan hubungan antara jenis kelamin dan GDSyang dianalisa dengan menggunakan Chi squaredengan alfa 5% dan didapatkan signifikansi p= 0.949, maka hipotesis 0 kita diterima, sehingga tidak ada hubungan antara jenis kelamin dan GDS.
Tabel 3. Hasil analisis dengan Chi square antara jenis kelamin dengan GDS Variabel Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan
Normal 39
GDS Hiperglikemi 6
Total 45
(38.9) 56
(6.1) 9
(45.0) 65
p=
(56.1)
(8.9)
(65.0)
0.939 5
Total
95
15
110
(95.0)
(15.0)
(110.0)
Tabel 4 menjelaskan hubungan antara umur dan GDSyang dianalisa dengan menggunakan Chi squaredengan alfa 5% dan didapatkan signifikansi p=0.028, maka hipotesis 0 kita ditolak, sehingga ada hubungan antara umur dan GDS. Tabel 4. Hasil analisis dengan Chi square antara umur dengan GDS Variabel Umur : < 40 tahun
Normal 41
GDS Hiperglikemi 2
Total 43
> 40 tahun
(37.1) 54
(5.9) 13
(43.0) 67
(57.9) 95
(9.1) 15
(67.0)
Total
(95.0)
(15.0)
p= 0.028 110
(110.0)
Tabel 5 menjelaskan hubungan antara tinggi badan dan GDSyang dianalisa dengan menggunakan Fisherdengan alfa 5% dan didapatkan signifikansi p=1.00, maka hipotesis 0 kita diterima, sehingga tidak ada hubungan antara TB dan GDS. Tabel 5. Hasil analisis dengan Fisher antara TB dengan GDS Variabel < 150 cm >150 cm Total
Normal 18
GDS Hiperglikemi 3
Total 21
(18.1) 77
(2.9) 12
(21.0) 89
(76.9) 95
(12.1) 15
(89.0)
(95.0)
(15.0)
p= 0.100 110
(110.0)
Tabel 6 menjelaskan hubungan antara berat badan dan GDSyang dianalisa dengan menggunakan Fisherdengan alfa 5% dan didapatkan signifikansi p=1.00, maka hipotesis 0 kita diterima, sehingga tidak ada hubungan antara BB dan GDS. 6
Tabel 6. Hasil analisis dengan Fisher antara BB dengan GDS Variabel Normal 84
< 80 kg
GDS Hiperglikemi 13
Total 97
>80 kg
(83.8) 11
(13.2) 2
(97.0) 13
(11.2) 95
(1.8) 15
(13.0)
Total
(95.0)
(15.0)
p= 1.00 110
(110.0)
Tabel 7 menjelaskan hubungan antara aktifitas fisik dan GDSyang dianalisa dengan menggunakan Kolmogorov smirnov dengan alfa 5% dan didapatkan signifikansi p=0.00, maka hipotesis 0 kita ditolak, sehingga ada hubungan antara aktifitas fisik dan GDS. Tabel 7. Hasil analisis dengan Kolmogorov smirnov antara aktifitas fisik dengan GDS Variabel Rendah Sedang Tinggi Total
Normal 2
GDS Hiperglikemi 10
Total 12
(10.4) 39
(1.6) 4
(12.0) 43
(37.1) 54
(5.9) 1
(143.0)
(47.5) 95
(7.5) 15
(55.0) 110
(95.0)
(15.0)
(110.0)
p= 0.00 55
Pembahasan Dari hasil penelitian diperoleh bahwa mayoritas responden berumur 20-72 tahun. Bisa disimpulkan bahwa responden yang berusia di atas 40 tahun memiliki kadar GDS yang tinggi. Resiko untuk menderita intoleransi glukosa meningkat seiring dengan meningkatnya umur. Umur >45 tahun harus dilakukan pemeriksaan diabetes melitus.hal ini disebabkan oleh
7
komposisi tubuh yang berubah, penurunan kegiatan fisik, penurunan sensifitas jaringan terhadap insulin Berdasarkan analisis antara jenis kelamin dengan tingginya kadar GDS, prevalensi tingginya kadar GDS pada wanita lebih tinggi. Wanita lebih beresiko memiliki kadar GDS yang tinggi karena secar fisik wanita memilik peluang peningkatan IMT yang lebih besar. Sindrom siklus bulanan, pasca menopause yang membuat distribusi lemak tubuh menjadi
mudah
terakumulasi akibat proses hormonal tersebut. Menurut analisis aktivitas fisik secara teratur dapat menambah sensiftas insulin dan menambah toleransi glukosa. Baru-baru ini penilitian prospektif jumlah memperlihatkan bahwa aktivitas fisik berhubungan dengan berkurangnya resiko terhadap tingginya kadar gula darah sewaktu, dalam hal ini adalah kasus DM tipe 2. Proses penuaan menyebabkan berkurangnya kemampuan sel β pankreas dalam memproduksi insulin. Selain itu pada individu yang berusia lebih tua terdapat penurunan aktivitas mitokondria di sel-sel otot sebesar 35%. Hal ini berhubungan dengan peningkatan kadar lemak di otot sebesar 30% dan memicu terjadinya resistensi insulin.7 Jenis pekerjaan menentukan berapa banyak kadar gula darah sewaktu pada seorang pasien, karena jenis pekerjaan erat kaitannya dengan kejadian DM. Pekerjaan seseorang mempengaruhi tingkat aktivitas fisiknya. Aktivitas fisik dapat mengontrol gula darah. Glukosa akan diubah menjadi energi pada saat beraktivitas fisik. Aktivitas fisik mengakibatkan insulin semakin meningkat sehingga kadar gula dalam darah akan berkurang. Pada orang yang aktivitasnya rendah, zat makanan yang masuk ke dalam tubuh tidak dibakar tetapi ditimbun dalam tubuh sebagai lemak dan gula. Jika insulin tidak mencukupi untuk mengubah glukosa menjadi energi maka akan timbul DM. Hasil analisis univariat menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki aktivitas fisik sedang dan berat. Hasil analisis hubungan menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara aktivitas fisik dengan kadar gula darah sewaktu. Orang yang akitivitas fisik sehari-harinya berat memiliki resiko lebih rendah untuk menderita DM tipe 2 karena kadar gula darah sewaktunya lebih rendah dibandingkan dengan orang yang aktivitas fisiknya ringan.8,9
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian diatas didpatkan bahwa tidak ada hubungan antara faktor jenis kelamin, tinggi bdan, dan berat badan tidak ada hubungannya dengan peningkatan kadar gula darah sewaktu. Sedangkan factor yang mempengaruhi peningkatan kadar gula darah 8
sewaktu adalah umur dan aktivitas fisik dengan mengacu pada nilai p value umur (p= 0.028) dan aktivitas fisik (p= 0.00).
Daftar Pustaka 1. Trisnawati SK, Setyorogo S. Faktor risiko kejadian DM tipe II di Puskesmas Kecamatan Cengkareng Jakarta Barat tahun 2012. Jurnal Ilmiah Kesehatan. 2013:5(1):7. 2. Godala M, Materek-Kusmierkiewicz, Moczulski D, Rutkowski M, Szatko F, ect. Physical activity in patients with symptoms of metabolic syndrome reduce the concentration of plasma antioxidant vitamins – protective effect of vitamin c. Pol Merkur Lekarski. 2015; 3
38(227): 258-62. Purwanto NH.,2011. Hubungan antara tingkat pengetahuan diet dan kepatuhan
4
pelaksanaan diet pada penderita diabetes mellitus. Diaksespada 5 agustus. Sabouhi F, Maleki M, Amini M, Kerdegari M. Impacts of insulin infusion protol on blood glucose level and outcomes in acute coronary syndrome patients with diabetes mellitus.
5
Iran J Nurs Midwifery Res. 2015; 20(3): 304-8. Perkumpulan endokrinologi Indonesia, 2011. Consensus pengelolahan dan pencegahan
6
diabetes mellitus tipe 2 di Indonesia. Jakarta : PB. International Diabetes Federation, 2009. Latest Diabetes Figures Paint Grim Global
7
Picture. Diaksespada 2 April 2013. Indriyani P, Supriyatno H, Santoso A. Pengaruh latihan fisik; senam aerobik terhadap penurunan adar gula darah pada penderita DM tipe 2 di wilayah Puskesmas Bukateja
8
Purbalingga. Media Ners. 2007:1(2):90. Buraerah, Hakim. Analisis faktor risiko diabetes melitus tipe 2 di Puskesmas
9
Tanrutedong, Sidenreg Rappang, 2007.Jurnal Ilmiah Nasional. 2010:8(3):542. Sujaya, I Nyoman. Pola konsumsi makanan tradisional Bali sebagai faktor risiko
diabetes melitus tipe 2 di Tabanan. Jurnal Skala Husada. 2009:6(1):573. 10 Harahap H, Widodo Y, Mulyati S. Penggunaan berbagai cut-off indeks massa tubuh sebagai indicator obesitas terkait penyakit degenerative di Indonesia.
9
Lampiran 1. Frekuensi sample jenis kelamin Statistics Sex N
Valid Missing
Mean Median Mode Std. Deviation Variance
110 0 .4091 .0000 .00 .49392 .244
Sex Cumulative Frequency Percent Valid Percent Valid
Percent
perempuan
65
59.1
59.1
59.1
laki-laki
45
40.9
40.9
100.0
110
100.0
100.0
Total
10
2.
Frekuensi sample aktifitas fisik
Statistics Aktivitas Fisik N
Valid
Missing Mean Median Mode Std. Deviation Variance
110 0 1.3909 1.5000 2.00 .67858 .460
11
Aktivitas Fisik Cumulative Frequency Percent Valid Percent Valid
Percent
rendah
12
10.9
10.9
10.9
sedang
43
39.1
39.1
50.0
tinggi
55
50.0
50.0
100.0
Total
110
100.0
100.0
3. Frekuensi sample umur
12
Statistics Umur 2 kategori N
Valid Missing
Mean Median Mode Std. Deviation Variance
110 0 1.6091 2.0000 2.00 .49019 .240 Umur 2 kategori Cumulative Frequency Percent Valid Percent
Valid
Percent
dibawah 40
43
39.1
39.1
39.1
diatas 40
67
60.9
60.9
100.0
110
100.0
100.0
Total
4. Frekuensi sample tinggi badan
13
Statistics tb 2 kategori N
Valid Missing
Mean Median Mode Std. Deviation Variance
110 0 1.8091 2.0000 2.00 .39482 .156 tb 2 kategori Cumulative Frequency Percent Valid Percent
Valid
Percent
dibawah 150
21
19.1
19.1
19.1
diatas 150
89
80.9
80.9
100.0
110
100.0
100.0
Total
5. Frekuensi sample berat badan
14
Statistics bb 2 kategori N
Valid Missing
Mean Median Mode Std. Deviation Variance
110 0 1.1182 1.0000 1.00 .32430 .105 bb 2 kategori Cumulative Frequency Percent Valid Percent
Valid
Percent
dibawah 80
97
88.2
88.2
88.2
diatas 80
13
11.8
11.8
100.0
110
100.0
100.0
Total
6. Frekuensi sample gula darah sewaktu
15
Statistics gds 2 kategori N
Valid Missing
Mean Median Mode Std. Deviation Variance
110 0 1.1364 1.0000 1.00 .34474 .119 gds 2 kategori Cumulative Frequency Percent Valid Percent
Valid
Percent
normal
95
86.4
86.4
86.4
hiperglikemi
15
13.6
13.6
100.0
110
100.0
100.0
Total
7. Uji hubungan jenis kelamin dengan gula darah sewaktu
16
Case Processing Summary Cases Valid N Sex * gds 2
Percent 110
kategori
Missing N
100.0%
Total
Percent 0
.0%
N
Percent 110
100.0%
Sex * gds 2 kategori Crosstabulation gds 2 kategori normal Sex
perempuan Count Expected Count laki-laki
Count Expected Count
Total
Count Expected Count
hiperglikemi
Total
56
9
65
56.1
8.9
65.0
39
6
45
38.9
6.1
45.0
95
15
110
95.0
15.0
110.0
Chi-Square Tests Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. (1Value Pearson Chi-Square Continuity Correctionb Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Casesb
df a
.006 .000 .006
(2-sided) 1 1 1
sided)
.939 1.000 .939 1.000
.006
1
sided)
.586
.939
110
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6,14. b. Computed only for a 2x2 table
8. Uji hubungan aktifitas dengan gula darah sewaktu 17
Case Processing Summary Cases Valid N Aktivitas Fisik * gds 2
Percent 110
kategori
Missing N
100.0%
Total
Percent 0
N
.0%
Percent 110
100.0%
Aktivitas Fisik * gds 2 kategori Crosstabulation gds 2 kategori normal Aktivitas
rendah
Count Expected
Fisik
Count sedang Count Expected Count tinggi
Count Expected Count
Total
Count Expected Count
hiperglikemi
Total
2
10
12
10.4
1.6
12.0
39
4
43
37.1
5.9
43.0
54
1
55
47.5
7.5
55.0
95
15
110
95.0
15.0
110.0
Chi-Square Tests Asymp. Sig. Value Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
df
(2-sided)
56.706a 40.203
2 2
.000 .000
37.036
1
.000
110
a. 1 cells (16,7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,64.
18
9. Uji hubungan umur dengan gula darah sewaktu Case Processing Summary Cases Valid N Umur 2 kategori * gds 2 kategori
Percent 110
100.0%
Missing N
Total
Percent 0
N
.0%
Percent 110
100.0%
Umur 2 kategori * gds 2 kategori Crosstabulation gds 2 kategori Normal hiperglikemi Umur 2
dibawah 40 Count Expected
kategori
Count diatas 40
Count Expected Count
Total
Count Expected Count
Total
41
2
43
37.1
5.9
43.0
54
13
67
57.9
9.1
67.0
95
15
110
95.0
15.0
110.0
Umur 2 kategori * gds 2 kategori Crosstabulation gds 2 kategori Normal hiperglikemi Umur 2
dibawah 40 Count Expected
kategori
Count diatas 40
Count Expected Count
Total
Count Expected Count
Total
41
2
43
37.1
5.9
43.0
54
13
67
57.9
9.1
67.0
95
15
110
95.0
15.0
110.0
19
10. Uji hubungan tinggi badan dengan gula darah sewaktu Case Processing Summary Cases Valid N tb 2 kategori * gds 2 kategori
Percent 110
Missing N
100.0%
Total
Percent 0
N
.0%
Percent 110
100.0%
tb 2 kategori * gds 2 kategori Crosstabulation gds 2 kategori normal tb 2 kategori dibawah 150 Count Expected Count diatas 150
Count Expected Count
Total
Count Expected Count
hiperglikemi
Total
18
3
21
18.1
2.9
21.0
77
12
89
76.9
12.1
89.0
95
15
110
95.0
15.0
110.0
20
Chi-Square Tests Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. (1Value Pearson Chi-Square Continuity Correctionb Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Casesb
df a
.009 .000 .009
(2-sided) 1 1 1
sided)
sided)
.923 1.000 .924 1.000
.009
1
.580
.924
110
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,86. b. Computed only for a 2x2 table
11. Uji hubungan berat badan dengan gula darah sewaktu Case Processing Summary Cases Valid N bb 2 kategori * gds 2 kategori
Missing
Percent 110
N
100.0%
Total
Percent 0
N
.0%
Percent 110
100.0%
bb 2 kategori * gds 2 kategori Crosstabulation gds 2 kategori normal bb 2 kategori dibawah 80 Count Expected Count diatas 80
Count Expected Count
Total
Count Expected Count
hiperglikemi
Total
84
13
97
83.8
13.2
97.0
11
2
13
11.2
1.8
13.0
95
15
110
95.0
15.0
110.0
21
Chi-Square Tests Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. (1Value Pearson Chi-Square Continuity Correctionb Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Casesb
.038a .000 .037
df
(2-sided) 1 1 1
sided)
sided)
.845 1.000 .847 1.000
.038
1
.559
.846
110
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,77. b. Computed only for a 2x2 table
22