Hukum V
Hukum V adalah hukum yang menjelaskan hubungan antara lapisan yang mem punyai kemiringan dengan topografi ber-relief dan kenampakannya dari udara. Hukum V sangat membantu para geologist untuk mengetahui penyebaran batuan. Berikut gambar beserta penjelasan dari aturan hukum V:
a) Lapisan horizontal akan membentuk pola singkapan yang mengikuti pola garis kontur. b) Lapisan dengan kemiringan yang berlawanan dengan arah kemiringan lereng maka kenampakan lapisan akan memotong lembah dengan pola singkapan membentuk huruf “V” yang sudutnya berlawanan dengan arah kemiringan lembah. c) Pada lapisan tegak akan membentuk pola singkapan berupa garis lurus dimana pola singkapan ini tidak dipengaruhi oleh keadaan topografi. d) Lapisan yang miring searah dengan arah kemiringan lereng akan membentuk pola singkapan dengan huruf “V” searah dengan arah kemiringan lereng. e) Lapisan dengan kemiringan yang searah dengan kemiringan lereng dimana besar kem iringan lapisan lebih kecil dari kemiringan lereng , maka pola singkapannya akan membentuk huruf “V” yang berlawanan dengan arah kemiringan lereng /lembah dan lapisannya biasanya terputus/tidak terhubung.
f) Lapisan yang kemiringannya hampir Horizon, maka kenampakannya hampir mengikuti pola garis kontur namun sedikit memotongnya
Litostratigrafi merupakan .cabang ilmu stratigrafi berdasarkan karakteristik litologi. dan hubungan stratigrafinya. Litologi yang diamati ketika melakukan observasi di lapangan meliputi jenis batuan,
kenampakan fisik batuan seperti warna, mineral, komposisi, dan ukuran butir, struktur geologi, dan gejala lain pada tubuh batuan. Kandungan fosil juga harus diamati apabila terdapat pada tubuh batuan, karena merpakan salah satu komponen batuan. Litostratigrafi memiliki tingkatan satuan dari kecil ke besar, yaitu: 1. Perlapisan merupakan bagian dari anggota. 2. Anggota adalah bagian dari suatu formasi. Tingkat penyebarannya tidak melebihi penyebaran formasi. 3. Formasi adalah satuan dasar dalam pembagian satuan litostratigrafi yang secara litologi dapat dibedakan dengan jelas dan dengan skala yang cukup luas cakupannya untuk dipetakan dipermukaan atau ditelusuri dibawah permukaan. Formasi dapat terdiri dari satu litologi atau beberapa litologi yang berbeda, dengan ketebalan antara satu hingga ribuan meter. 4. Kelompok/Grup adalah satuan litostratigrafi yang terdiri dari dua formasi atau lebih yang memiliki keseragaman ciri litologi. 5. Supergrup adalah kombinasi dari beberapa kelompok. Litostratigrafi berguna untuk menentukan korelasi atau hubungan stratigrafi antara satuan di atas dengan satuan di bawahnya, dan dengan satuan litologi lainnya. BIOSTRATIGRAFI Biostratigrafi merupakan cabang ilmu stratigrafi yang bergantung pada zonasi fisik biota, baik dalam ruang dan waktu, dalam rangka membangun posisi stratigrafi relatif (yaitu tua, muda, dan umur yang sama) dari batuan sedimen antara daerah geografis yang berbeda. Biostratigrafi
menggunakan fosil sebagai alat untuk menentukan korelasi stratigrafi. Tujuan dari biostratigrafi adalah dengan menggunakan fosil dalam tubuh batuan untuk membentuk korelasi antara waktu yang sama pada stratigrafi batuan. Kehadiran spesies fosil tertentu pada dua daerah geografis menunjukkan batuan yang mengandung fosil yang sama terendapkan pada waktu yang sama. Contohnya: satu section batuan pada daerah yang sama memiliki litologi berupa batulempung dan batunapal, sedangkan se ction lainnya berupa batugamping. Namun apabila kandungan fosil yang terdapat pada kedua section tersebut sama, maka diperkirakan terbentuk pada waktu yang sama. Biostratigrafi memiliki tingkatan satuan dari kecil ke besar, yaitu: 1. Zonula 2. Sub-Zona 3. Super Zona
Perbedaan antara Litostratigrafi danm Biostratigrafi
Penggolongan lapisan-lapisan batuan pada litostratigrafi didasarkan pada ciri-ciri fisik batuan dan litologi tanpa memperhatikan waktu atau kandungan fosil, sedangkan penggolongan lapisan-lapisan batuan pada biostratigrafi didasarkan pada kandungan dan penyebaran fosilnya yang memiliki ciri-ciri khusus Tingkatan satuannya. Pada litostratigrafi, tingkatan satuannya dari besar ke kecil meliputi Kelompok – Formasi – Anggota – Perlapisan, sedangkan pada biostratigrafi, tingkatan satuannya dari besar ke kecil meliputi Super Zona – Sub-Zona – Zonula
Jenis Stratigrafi
Tingkatan Satuan Stratigrafi
Litostratigrafi
Supergroup
Kelompok Formasi Anggota PerlapisanBiostratigrafiBiozonasi Assemblage Zone Range Zone Acme Zone Internal Zone dll. Fasies merupakan kombinasi antara beberapa tubuh batuan yang dilihat dari litologi, geometri, struktur sedimen, struktur biologi, dan arus purbanya. Aspek fasies tersebut memperlihatkan kenampakan yang berbeda dari tubuh batuan yang ada di atas, di bawah, dan di sekelilingnya. Data yang digunakan untuk menganalisis dan menentukan lingkungan pengendapan dengan litostratigrafi dan biostratigrafi salah satunya berasal dari fasies sedimen, yang terdiri dari beberapa interpretasi data, yaitu: 1. Geometri 2. Litologi 3. Paleontologi 4. Struktur Sedimen Terdapat beberapa istilah yang digunakan dalam konsep fasies ini, yaitu:
1. Lithofacies yang memperlihatkan karakteristik suatu litologi batuan dilihat dari proses fisika dan kimia yang aktif pada waktu pengendapan sedimen. Hal ini dapat diketahui dari keterdapatan struktur sedimen yang ada pada tubuh batuan yang tersingkap. 2. Biofacies yang memperlihatkan kehadiran flora dan fauna 3. Ichnofacies yaitu struktur fosil yang terekam dalam sedimen atau substrat lainnya oleh aktivitas organisme pada masa lampau. Kombinasi antara lithofacies, biofacies, dan ichnofacies menyusun fasies-fasies sedimen, yang nantinya akan digunakan untuk merekonstruksi lingkungan pada saat pengendapan sedimen. Sebagai contoh, struktur sedimen wave ripples pada lithofacies, keterdapatan hermatypic corals pada biofacies dan ichnofacies menunjukkan bahwa sedimen terendapkan di air laut yang dangkal.
Gambar 1: Distribusi Ichnofasies Laut Dalam (klik untuk memperbesar)
Gambar 2: Biofasies pada Trilobita (klik untuk memperbesar)
Gambar 3: Geometri Fasies / Hubungan Litostratigrafi (klik untuk memperbesar) Source: Slide of “Stratigraphy: Concepts Related to Subdivision of Rock Record” Daftar Pustaka
Davis, Jr., R.A., 1992. Depositional System: An Introduction to Sedimentology and S tratigraphy, 2nd ed. New Jersey: Prentice-Hall. Surjono, S.S. Sedimentologi . 2009. Jur
Baca juga: Macam-macam Jenis Peta a. Judul Judul merupakan unsur yang merepresentasikan banyak hal terkait peta tersebut. Dengan membaca
bagian judul peta, seperti apa jenis dan fungsi dari suatu peta bisa diketahui. Tidak hanya itu, data yang menjelaskan suatu keadaan atau lokasi juga bisa memberikan gambaran pada pembaca bahkan sebelum membaca isinya. b. Skala Skala yang merupakan perbandingan horizontal antara titik peta dengan jarak sebenarnya ini umumnya
diinformasikan dengan dua macam penulisan. Pertama, penulisan menggunakan skala angka seperti 1:5000, dan seterusnya. Skala angka ini dibaca 1 cm peta sama dengan 2000 cm lapangan. Penulisan skala yang kedua adalah dengan grafik berupa garis horizontal antara 2 titik. Satuan cm pada peta ini mewakili satuan km pada lokasi sebenarnya. c. Orientasi Peta Orientasi peta merupakan dasar penunjuk arah. Di Indonesia, peta-peta yang dibuat umumnya menggunakan orientasi utara. Bagaimana jika tidak ada unsur peta ini? Jika demikian, umumnya bagian
atas peta diasumsikan sebagai arah utara. Walaupun orientasi demikian diterapkan pada mayoritas peta, ada pula peta yang menggunakan orientasi barat pada bagian atas peta. Baca juga: Arti Simbol Warna Pada Peta d. Indeks dan Inset Peta Elemen lainnya yang ada pada peta adalah indeks dan inset. Indeks merupakan bagian yang menginformasikan lokasi suatu daerah terhadap daerah lainnya. Elemen peta ini terutama digunakan
pada peta yang bersambungan seperti peta topografi, peta saluran pengairan, dan sebagainya. Sementara itu, inset merupakan penunjuk lokasi pada daerah yang dipetakan dan tidak begitu dikenal umum. Inset ini pada umumnya mengaplikasikan skala kecil. e. Sumber dan Pembuat Peta Seperti halnya media informatif lainnya, peta yang merupakan sumber informasi geografi juga perlu
dicantumi dengan sumber dan informasi pembuat peta. Dengan begitu, peta tersebut dapat dipertanggungjawabkan. Lembaga apa dan siapa yang dapat dicantumkan sebagai pembuat peta juga perlu memiliki kualifikasi tersendiri agar dapat dipercaya alias reliable.
f. Tahun Pembuatan Unsur peta berikutnya adalah tahun pembuatan. Dengan mencantumkan informasi ini, mereka yang
menggunakan peta ini bisa mempertimbangkan tingkat aktualitas dari data atau informasi yang ditulis.
Baca juga: Peta Geologi dan Jenis-Jenisnya g. Legenda Legenda merupakan keterangan mengenai arti dari simbol-simbol yang diterapkan pada peta. h. Proyeksi Peta Proyeksi peta merupakan teknik yang diterapkan ketika akan menggambarkan permukaan tiga dimensi
ke permukaan dua dimensi. Demikian beberapa unsur-unsur peta yang dapat memperdalam ilmu Anda. Semoga informasi ini bermanfaat untuk Anda.