18 " Manajemen Keuangan-Yona Pemela
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Analisis laporan keuangan yang mencakup rasio keuangan, analisis kelemahan dan kekuatan di bidang finansial akan sangat membantu dalam menilai prestasi manajemen masa lalu dan prospeknya di masa datang. Dengan analisis keuangan ini dapat diketahui kekuatan serta kelemahan yang dimilliki oleh seorang business enterprise. Rasio tersebut dapat memberikan indikasi apakah perusahaan memiliki kas yang cukup untuk memenuhi kewajiban finansialnya, besarnya piutang yang cukup rasional, efisiensi manajemen persediaan, perencanaan pengeluaran investasi yang baik, dan struktur modal yang sehat sehingga tujuan memaksimumkan kemakmuran pemegang saham dapat dicapai.
Untuk melakukan analisis ini dapat dengan cara membandingkan prestasi satu periode dengan periode sebelumnya sehigga diketahui adanya kecenderungan selama periode tertentu. Selain itu dapat pula dilakukan dengan cara membandingkan dengan perusahaan sejenis dalam industri itu sehingga dapat diketahui bagaimana posisi perusahaan dalam industri.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan kepada latar belakang di atas, maka yang menjadi permasalahan pokok dalam makalah ini diantaranya yaitu :
Pengertian dan fungsi laporan keuangan dan analisis laporan keuangan
Macam-macam analisis laporan keuangan
Penilaian kinerja keuangan perusahaan PT. Sepatu Bata, Tbk periode tahun 2009 dan 2010.
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah diantaranya sebagai berikut:
Untuk mengetahui pengertian dan fungsi laporan keuangan dan analisis laporan keuangan.
Untuk mengetahui macam-macam analisis laporan keuangan.
Untuk menilai kinerja keuangan perusahaan PT. Sepatu Bata, Tbk. dengan melakukan analisis rasio keuangan sebagai perhitungannya.
BAB II
LANDASAN TEORI
Laporan Keuangan
Laporan Keuangan juga melaporkan prestasi historis dari suatu perusahaan dan memberikan dasar, bersama dengan analisis bisnis dan ekonomi, untuk membuat proyeksi dan peramalan untuk masa depan (J. Fred Weston & Thomas E. Copeland, 1994: 24). Laporan keuangan adalah laporan yang memuat hasil-hasil perhitungan dari proses akuntansi yang menunjukkan kinerja keuangan suatu perusahaan pada suatu saat tertentu.
Laporan keuangan adalah catatan informasi keuangan suatu perusahaan pada suatu periode akuntansi yang dapat digunakan untuk menggambarkan kinerja perusahaan tersebut. Laporan keuangan juga melaporkan prestasi historis dari suatu perusahaan dan memberikan dasar, bersama dengan analisis bisnis dan ekonomi, untuk membuat proyeksi dan peramaln untuk masa depan.
Laporan keuangan adalah bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya terdiri dari :
Laporan Neraca
Laporan Laba/Rugi
Laporan Perubahan Ekuitas
Laporan Perubahan Posisi Keuangan, berupa Laporan Arus Kas
Catatan dan Laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan
Unsur yang berkaitan secara langsung dengan pengukuran kondisi keuangan adalah aktiva,kewajiban,dan ekuitas. Sedangkan unsur yang berkaitan dengan pengukuran kinerja dalam laporan laba/rugi adalah penghasilan dan beban. Laporan posisi keuangan biasanya mencerminkan berbagai unsur laporan laba/rugi dan perubahan dalam berbagai unsur neraca.
Fungsi Laporan Keuangan
Adapun fungsi laporan keuangan antara lain:
Untuk menyediakan informasi yang menyangkut kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi.
Menunjukkan apa yang dilakukan manajemen(stewardship),atau pertanggungjawaban manajemen atas sumberdaya yang dipercayakan kepadanya.
Jenis-Jenis Laporan Keuangan
Laporan Neraca
Neraca (Balance Sheet) adalah dari laporan keuangan suatu perusahaan yang dihasilkan pada suatu periode akuntansi yang menunjukkan posisi keuangan perusahaan pada akhir periode tersebut. Neraca terdiri dari tiga unsur, yaitu aktiva, kewajiban, dan modal.
Aktiva adalah harta milik perusahaan yang digunakan untuk biaya operasional dan biaya produksi suatu perusahaan. Aktiva ada dua macam aktiva lancar dan aktiva tetap.
Kewajiban (Liabilities) adalah kewajiban perusahaan kepada pihak luar (creditor) yang tercermin di dalam Neraca dan pada umumnya digambarkan dengan kata "payable".
Modal adalah harta yang dikeluarkan oleh pemilik perusahaan sebagai langkah awal dalam menjalankan suatu bisnis, dan digunakan untuk menambah pendanaan aktiva.
Ketiga unsur tersebut dihubungkan dengan persamaan berikut :
Aktiva = Hutang + Modal
Informasi yang dapat dilihat dari neraca antara lain adalah posisi sumber kekayaan perusahaan dan sumber pembiayaan untuk memperoleh kekayaan perusahaan tersebut dalam suatu periode akuntansi.
Laporan Laba/Rugi
Laporan laba/rugi (income statement) adalah bagian dari laporan keuangan suatu perusahaan yang dihasilkan pada suatu periode akuntansi yang menjabarkan unsur-unsur pendapatan dan beban perusahaan sehingga menghasilkan suatu laba atau rugi bersih.
Laporan laba/rugi mempunyai dua unsur yaitu pendapatan dan beban,
Pendapatan adalah kenaikan manfaat ekonomi dalam suatu periode akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan aktiva atau penurun kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal.
Beban adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk arus keluar atau berkurangnya nilai aktiva atau kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian penanaman modal.
Laporan Arus Kas
Laporan arus kas (cash flow statlement) adalah bagian dari laporan keuangan suatu perusahaan yang dihasilkan pada suatu periode akuntasi yang menunjukkan aliran masuk dan keluar uang perusahaan.
Informasi arus kas berguna sebagai indikator jumlah arus kas di masa yang akan datang, serta berguna untuk menilai kecermatan atas perkiraan arus kas yang dibuat sebelumnya. Laporan arus kas juga menjadi alat penanggungjawaban arus kas masuk dan arus kas keluar selama periode pelaporan.
Apabila dikaitkan dengan laporan keuangan lainnya, laporan arus kas memberikan informasi yang bermafaat bagi pengguna laporan dalam mengevaluasi perubahan kekayaan bersih/ekuitas dana suatu entitas pelaporan dan struktur keuangan pemerintah (termasuk likuiditas dan solvabilitas).
Analisis Laporan Keuangan
Pengertian Analisis Laporan Keuangan
Menurut ikatan akuntan Indonesia analisa laporan keuangan adalah analisa terhadap neraca dan perhitungan laba rugi serta segala keterangan-keterangan yang dimuat dengan lampiran-lampiran nya untuk mengetahui gambaran tentang posisi keuangan dan perkembangan usaha perusahaan yang bersangkutan.
Analisa laporan keuangan meliputi penelaahan tentang hubungan dan kecendrungan untuk mengetahui tingkat profitabilitas (keuntungan) dan tingkat kesehatan suatu perusahaan. Analisa dilakukan dengan pengukuran hubungan antara unsur-unsur laporan keuangan dan bagaimana perubahan unsur-unsur tersebut dari tahun ke tahun untuk untuk mengetahui perkembangannya.
Tujuan Analisis Laporan Keuangan
Analisis laporan keuangan mencakup pengaplikasian berbagai alat dan teknik analisis pada laporan dan data keuangan dalam rangka untuk memperoleh ukuran-ukuran dan hubungan-hubungan yang berarti dan berguna dalam proses pengambilan keputusan. Dengan demikian fungsi yang pertama dan yang utama dari analisis laporan keuangan adalah untuk mengkonversi data menjadi informasi.
Analisis laporan keuangan dilakukan untuk mencapai beberapa tujuan, diantaranya :
Digunakan sebagai alat screening awal dalam memilih alternatif investasi atau merger.
Sebagai alat forecasting mengenai kondisi dan kinerja keuangan di masa yang akan datang.
Sebagai proses diagnosis terhadap masalah-masalah manajemen, operasi atau masalah lainnya.
Sebagai alat evaluasi terhadap manajemen.
Sebagai data perbandingan untuk dua periode atau lebih untuk dianalisa lebih lanjut.
Dari semua tujuan tersebut, yang terpenting dari analisis laporan keuangan adalah tujuannya untuk mengurangi ketergantungan para pengambil keputusan pada dugaan murni, terkaan, dan intuisi. Selain itu juga untuk mengurangi dan mempersempit lingkup ketidakpastian yang tidak bisa dielakkan pada setiap proses pengambilan keputusan.
Jenis Analisis Laporan Keuangan
Menurut Jumingan (2005 : 44) pada dasarnya ada beberapa jenis analisis yang dapat dilakukan, yakni :
Analisis Internal adalah analisis yang dilakukan oleh mereka yang bisa mendapatkan informasi yang lengkap dan terperinci mengenai suatu perusahaan, dilakukan oleh manajemen dalam mengukur efisiensi usaha dan menjelaskan perubahan yang terjadi dalam kondisi keuangan.
Analisis Eksternal adalah analisis yang dilakukan oleh mereka yang tidak bisa mendapatkan data yang terperinci mengenai suatu perusahaan. Dilakukan oleh bank, para kreditur, pemegang saham, calon pemegang saham dan lain-lain dalam hal mengukur tingkat likuiditas dan profitabilitas.
Analisis Horizontal / Dinamis adalah analisis perkembangan data keuangan dan data operasi perusahaan dari tahun ke tahun guna mengetahui kekuatan atau kelemahan keuangan perusahaan yang bersangkutan.
Analisis Vertikal / Statis adalah analisis laporan keuangan yang terbatas hanya pada satu periode akuntansi saja, misalnya analisis rasio.
Analisis Rasio Laporan Keuangan
Rasio dalam analisis laporan keuangan adalah angka yang menunjukkan hubungan antara suatu unsur dengan unsur lainnya dalam laporan keuangan. Hubungan antara unsur-unsur laporan keuangan tersebut dinyatakan dalam bentuk matematis yang sederhana.Pada dasarnya angka-angka rasio itu dapat dikelompokkan menjadi dua golongan, yaitu :
Angka-angka rasio yang didasarkan pada sumber data keuangan dari mana unsur-unsur angka rasio tersebut diperoleh. Berdasarkan sumber datanya rasio dibagi menjadi tiga, yaitu :
Rasio-rasio neraca (balance sheet ratios), yaitu rasio yang disusun dari data yang berasal dari neraca, misalnya rasio lancar (current ratio) dan rasio tunai (quick ratio).
Rasio-rasio laporan laba rugi (income statement ratios), yaitu rasio-rasio yang disusun dari data yang berasal dari laporan perhitungan laba rugi, misalnya rasio laba bruto dengan penjualan netto, rasio laba usaha dengan penjualan netto dan operating ratio.
Rasio-rasio antar laporan (intern-statement ratios), yaitu rasio-rasio yang disusun dari data yang berasal dari neraca dan laporan laba rugi, misalnya rasio penjualan netto dengan aktiva usaha, rasio penjualan kredit dengan piutang rata-rata dan rasio HPP dengan persediaan rata-rata.
Angka-angka rasio yang disusun berdasarkan tujuan penganalisis dalam mengevaluasi suatu perusahaan.Ada berbagai pendapat tentang kategori rasio berdasarkan tujuan penganalisis dalam mengevaluasi suatu perusahaan berdasarkan laporan keuangannya, sedangkan macam-macam rasio untuk perbankan terdiri dari :
Rasio likuiditas, bertujuan menguji kecukupan dana perusahaan, kemampuan perusahaan membayar kewajiban yang segera harus dipenuhi.
Rasio solvabilitas, bertujuan mengukur kemampuan bank dalam memenuhi hutang-hutangnya, baik jangka panjang maupun jangka pendek.
Rasio rentabilitas, bertujuan mengukur kemampuan perusahaan baik didalam menghasilkan laba atas sejumlah modal dan aktiva yang dimilikinya, serta dapat dinilainya tingkat efisiensi penggunaan modal dan aktiva tersebut.
Keterbatasan Laporan Keuangan
Sebelum mengambil keputusan, para pemakai laporan keuangan harus mengetahui dan memahami terlebih dahulu sifat dan keterbatasan laporan keuangan agar para pemakai laporan keuangan tersebut tidak salah mengartikan sehingga tidak akan menyesatkan dalam pengambilan keputusan.
Menurut S. Munawir dalam bukunya "Analisa Laporan Keuangan" menyatakan bahwa: "Laporan keuangan yang bersifat historis serta menyeluruh dan sebagai suatu laporan kemajuan laporan keuangan terdiri dari data-data yang merupakan hasil dari kombinasi antara:
Fakta yang telah dicatat (Recorded Fact)
Prinsip-prinsip kebiasaan-kebiasaan didalam akuntansi (Accounting Convention and Postulate)
Pendapat pribadi (Personal Judgement)". (2002;6)
Dengan mengingat atau memperhatikan sifat-sifat laporan keuangan di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa laporan keuangan mempunyai keterbatasan. S. Munawir mengemukakan keterbatasan laporan keuangan yaitu: "Keterbatasan Laporan Keuangan antara lain:
Laporan keuangan yang dibuat secara periodik pada dasarnya merupakan interim report (laporan yang dibuat antara waktu tertentu yang sifatnya sementara) dan merupakan laporan yang final.
Laporan keuangan menunjukkan angka dalam rupiah yang kelihatannya bersifat pasti dan tepat, tetapi sebenarnya dengan standar nilai yang mungkin berbeda atau berubah-ubah.
Laporan keuangan disusun berdasarkan hasil pencatatan transaksi keuangan atau nilai rupiah dari berbagai waktu atau tanggal yang lalu dimana daya beli (purchasing power) uang tersebut menurun, dibanding dengan tahun-tahun sebelumnya, sehingga kenaikan volume penjualan yang dinyatakan dalam rupiah belum tentu menunjukkan atau mencerminkan unit yang dijual semakin besar, mungkin kenaikan tersebut disebabkan naiknya harga jual barang tersebut yang mungkin juga diikuti kenaikan harga-harga.
Laporan keuangan tidak dapat mencerminkan berbagai faktor yang dapat mempengaruhi posisi atau keadaan keuangan perusahaan karena faktor-faktor tersebut tidak dapat dinyatakan dengan suatu uang". (2002;9)
Berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan bersifat historis dan hanya merupakan gambaran kemajuan perusahaan yang terdiri dari data-data, laporan dan elemen yang cukup berarti yang mempunyai sifat yang dapat mempengaruhi atau menyebabkan timbulnya suatu perbedaan dalam suatu pengambilan keputusan dengan mempertimbangkan keadaaan lain yang ada di perusahaan.
BAB III
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
Sejarah Perusahaan
Bata atau T&A Bata Shoe Company terdaftar di Zlin, Cekoslowakia oleh dua bersaudara Tomáš Anna dan Antonín Bata (1894). Perusahaan sepatu raksasa keluarga ini mengoperasikan empat unit bisnis internasional: Bata Eropa, Bata Asia Pasifik-Afrika, Bata Amerika Latin, dan Bata Amerika Utara. Produk perusahaan ini hadir di lebih dari 50 negara dan memiliki fasilitas produksi di 26 negara. Sepanjang sejarahnya, perusahaan ini telah menjual sebanyak 14 miliar pasang sepatu.
Di Indonesia pengoperasian penjualan sepatu Bata dijalankan oleh PT Sepatu Bata, Tbk. Pabrik perusahaan ini pertama kali berdiri pada tahun 1931, dan saat ini berada di dua tempat, yaitu Kalibata dan Medan. Keduanya menghasilkan 7 juta pasang alas kaki setahun yang terdiri dari 400 model sepatu, sepatu sandal, dan sandal baik yang dibuat dari kulit, karet, maupun dan plastik. Sebelum tahun 1978, status Bata di Indonesia adalah perusahaan Penanaman Modal Asing (PMA), sehingga dilarang menjual langsung ke pasar. Bata menjual melalui para penyalur khusus (depot) dengan sistem konsinyasi. Status para penyalur tersebut diubah dan pada 1 Januari 1978, yaitu saat izin dagang Bata "dipindahkan" kepada mereka dan PT. Sepatu Bata menjadi perusahaan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN).
Kantor:
Jl. Taman Pahlawan Kalibata
Jakarta 12750
Telp : (021) 7992008
Faks : (021) 7995679
Email :
[email protected]
Pabrik:
Desa Cibening, Kec Bungursari – Purwakarta
Telp : (0264) 203870, 203871
Faks : (0264) 203560
Jl.Thamrin No. 75-W, Medan
Telp : (061) 7355267, 7366263
Faks : (061) 7366263
Sejarah perkembangan perusahaan ini di Indonesia adalah sebagai berikut :
1931 memulai usahanya sebagai pengimpor sepatu
1940 mendirikan pabrik di kalibata jakarta selatan
1982 didaftarkan di Bursa Efek Jakarta
1994 mendirikan pabrik di Purwakarta
2004 memperoleh lisensi sebagai distributor dan General Importing.
Struktur Organisasi Perusahaan
Dibawah ini ditampilkan struktur organisasi pada PT. Sepatu Bata, Tbk. Tahun 2006 :
(Sumber : Arsip Perusahaan)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengumpulan Data
Berikut ini adalah Laporan Laba/Rugi dan Neraca PT. Sepatu Bata, Tbk. pada periode tahun 2009 dan tahun 2010 :
PT SEPATU BATA Tbk.
LAPORAN LABA RUGI
Tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal
31 DESEMBER 2010 dan 2009
(Dinyatakan dalam ribuan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)
2010
2009
PENJUALAN BERSIH
Rp 644.189.190
Rp 598.466.433
BEBAN POKOK PENJUALAN
Rp 337.998.532
Rp 322.782.390
LABA KOTOR
Rp 306.190.658
Rp 275.684.043
BEBAN USAHA :
PENJUALAN DAN PEMASARAN
Rp 140.069.418
Rp 125.454.828
UMUM DAN ADMINISTRASI
Rp 78.990.390
Rp 75.271.288
JUMLAH BEBAN USAHA
Rp 219.059.808
Rp 200.726.116
LABA USAHA
Rp 87.130.850
Rp 74.957.927
PENDAPATAN / BEBAN LAIN-LAIN
LABA PENJUALAN ASET TETAP
Rp 572.791
Rp 192.146
PENDAPATAN BUNGA
Rp 140.192
Rp 182.810
BEBAN BUNGA
Rp (4.390.307)
Rp (4.980.268)
LABA SELISIH KURS-BERSIH
Rp 555.273
Rp 867.653
PENDAPATAN LAINNYA-BERSIH
Rp 558.564
Rp 457.713
JUMLAH BEBAN LAIN-LAIN - BERSIH
Rp (2.563.487)
Rp (3.279.946)
LABA SEBELUM PAJAK PENGHASILAN BADAN
Rp 84.567.363
Rp 71.677.981
BEBAN / MANFAAT PAJAK PENGHASILAN
KINI
Rp 20.747.074
Rp 17.778.557
TANGGUHAN
Rp 2.845.219
Rp 918.778
Rp 23.592.293
Rp 18.697.335
LABA BERSIH
Rp 60.975.070
Rp 52.980.646
LABA USAHA PER SAHAM
Rp 6.702
Rp 5.766
(RUPIAH PENUH)
LABA BERSIH PER SAHAM
Rp 4.690
Rp 4.075
PT. SEPATU BATA Tbk.
N E R A C A
31 DESEMBER 2010 dan 2009
(Dinyatakan dalam ribuan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)
ASET
2010
2009
ASET LANCAR
KAS DAN SETARA KAS
Rp 4.659.400
Rp 9.789.354
PIUTANG USAHA
Rp 20.460.201
Rp 14.722.762
PIUTANG PEGAWAI
Rp 1.418.008
Rp 732.571
PIUTANG LAIN-LAIN
Rp 1.197.773
Rp 1.930.840
PERSEDIAAN
Rp 191.217.901
Rp 153.761.143
PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DIBAYAR DI MUKA
Rp 29.534.181
Rp 22.659.898
BIAYA DIBAYAR DI MUKA
Rp 41.421.448
Rp 33.426.231
ASET LANCAR LAINNYA
Rp 5.587.436
Rp 5.279.968
JUMLAH ASET LANCAR
Rp 295.496.348
Rp 242.302.767
ASET TIDAK LANCAR
ASET TETAP
Rp 167.843.434
Rp 155.768.155
ASET LAIN-LAIN
BIAYA DIBAYAR DI MUKA
Rp 13.280.597
Rp 13.253.319
PENGHARGAAN MASA KERJA DIBAYAR DI MUKA
Rp 775.987
Rp -
UANG JAMINAN SEWA
Rp 6.856.189
Rp 5.354.906
JUMLAH ASET TIDAK LANCAR
Rp 188.756.207
Rp 174.376.380
JUMLAH ASET
Rp 484.252.555
Rp 416.679.147
KEWAJIBAN DAN EKUITAS
2010
2009
KEWAJIBAN LANCAR
HUTANG USAHA
Rp 81.313.889
Rp 41.345.861
PINJAMAN JANGKA PENDEK
Rp 17.500.000
Rp 21.000.000
HUTANG PAJAK
Rp 3.982.144
Rp 2.987.935
BEBAN MASIH HARUS DIBAYAR
Rp 13.705.212
Rp 12.657.162
UANG JAMINAN DARI PENYALUR
Rp 25.247.195
Rp 25.027.631
JUMLAH KEWAJIBAN LANCAR
Rp 141.748.440
Rp 103.018.589
KEWAJIBAN TIDAK LANCAR
PENYISIHAN PENGHARGAAN MASA KERJA
Rp -
Rp 4.166.735
KEWAJIBAN PAJAK TANGGUHAN-BERSIH
Rp 10.995.150
Rp 8.149.928
JUMLAH KEWAJIBAN TIDAK LANCAR
Rp 10.995.150
Rp 12.316.663
JUMLAH KEWAJIBAN
Rp 152.743.590
Rp 115.335.252
EKUITAS
MODAL SAHAM
Rp 13.000.000
Rp 13.000.000
SALDO LABA
Rp 318.508.965
Rp 288.343.895
JUMLAH EKUITAS
Rp 331.508.965
Rp 301.343.895
JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS
Rp 484.252.555
Rp 416.679.147
Permasalahan dan Pembahasannya
Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio)
Rasio likuiditas merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya kepada kreditur jangka pendek (Prastowo dan Juliati, 2002).
Perbedaan rasio lancar antara tahun 2009 dan 2010 terjadi karena peningkatan aktiva lancar yang pada tahun 2009 sebesar Rp 242.302.767 dan pada tahun 2010 sebesar Rp 295.496.348 serta adanya penambahan kewajiban lancar yang pada tahun 2009 sebesar Rp 103.018.589 dan pada tahun 2010 sebesar Rp 141.748.440 .
Walaupun demikian nilai rasio lancar dapat dikatakan baik karena perusahaaan masih mampu membayar kewajiban jangka pendek. Perusahaan mampu memenuhi kewajiban keuangan tepat waktu karena perusahaan memiliki jumlah aset lancar yang lebih besar daripada hutang lancarnya atau hutang jangka pendek.
Current Ratio merupakan alat ukur bagi kemampuan likuiditas (solvabilitas jangka pendek), yaitu kemampuan untuk membayar hutang segera harus dipenuhi dengan aktiva lancar.
Current Ratio
=
Current Assets
Current Liabilities
=
Rp. 242.302.767
=
2,35 x
(2009)
Rp. 103.018.589
=
Rp. 295.496.348
=
2,08 x
(2010)
Rp. 141.748.440
Dari data yang diambil diatas, diketahui bahwa current ratio dari tahun 2009 ke tahun 2010 mengalami penurunan dari 2,35 kali menjadi 2,08 kali, sehingga kondisi perusahaan bisa dikatakan kurang baik, sehingga perusahaan harus mampu menekan pertumbuhan kewajiban lancar yang cukup cepat dibandingkan dengan aktiva lancarnya. Hal ini akan menyebabkan perusahaan menaikkan pinjamannya ke bank lebih banyak atau pembayaran utang usahanya akan lebih lambat, dan sebagainya.
Quick ratio merupakan alat ukur bagi kemampuan perusahaan untuk membayar hutang yang segera harus dipenuhi dengan aktiva lancar yang lebih likuid.
Quick Ratio
=
Current Assets – Inventory
Current Liabilities
=
Rp. 242.302.767 – Rp. 153.761.143
=
0,86 x
(2009)
Rp. 103.018.589
=
Rp. 295.496.348 – Rp. 191.217.901
=
0,74 x
(2010)
Rp. 141.748.440
Dari data yang diambil diatas, diketahui bahwa quick ratio dari tahun 2009 ke tahun 2010 mengalami penurunan dari 0,86 kali menjadi 0,74 kali, sehingga kondisi perusahaan bisa dikatakan kurang baik, sehingga perusahaan harus mampu untuk mempercepat penagihan piutang yang berada pada konsumen agar perusahaan dapat melunasi kewajiban lancarnya tanpa harus menjual persediaan sama sekali.
Rasio Pengelolaan Aktiva (Aktivity Ratio)
Rasio pengelolaan aktiva adalah alat ukur sejauh mana efektifitas perusahaan dalam menggunakan sumber daya – sumber dayanya.
Receivable Turn Over (rasio perputaran piutang) memberikan analisa mengenai beberapa kali tiap tahunnya dana yang tertanam dalam piutang berputar dari bentuk piutang kebentuk uang tunai, kemudian kembali kebentuk piutang lagi. Makin tinggi rasio (turn over) menunjukkan modal kerja yang ditanamkan dalam piutang rendah, sebaliknya kalau rasio semakin rendah berarti ada over investment dalam piutang, mungkin karena bagian kredit dan penagihan bekerja tidak efektif, dll.
Receivable Turn Over
=
Sales
Account Receivable
=
Rp. 598.466.433
=
34,42 x
(2009)
Rp. 17.386.173
=
Rp. 644.189.190
=
31,84 x
(2010)
Rp. 20.231.077,5
Berdasarkan data yang diambil dari perhitungan di atas menunjukkan bahwa perputaran piutang pada tahun 2010 mengalami penurunan dari tahun sebelumnya. Yang tadinya sebanyak 34,42 kali dalam setahun menjadi 31,84 kali. Ini bisa saja terjadi karena keterlambatan penagihan yang bekerja secara tidak efektif. Perusahaan harus kembali mengefektifkan bagian kredit dan penagihan agar perputaran piutang ke bentuk uang tunai bisa lebih cepat untuk memperlancar proses produksi di perusahaan.
Average Collection Period yaitu periode rata-rata yang diperlukan untuk mengumpulkan piutang Rasio ini biasanya dipergunakan sebagai tolak ukur untuk menilai tingkat likuiditas aktiva lancar yang berbentuk piutang jangka pendek.
Average Collection Period
=
Receivable
Average Days In Sales
=
Rp. 17.386.173
=
10,46 x
(2009)
Rp. 1.662.406,76
=
Rp. 23.075.982
=
12,90 x
(2010)
Rp. 1.789.414,42
Dari data yang diambil diatas, diketahui bahwa periode pengumpulan piutang dari tahun 2009 ke tahun 2010 mengalami keterlambatan pembayaran yang dilakukan oleh costumer dari tahun 2009 sebanyak 10,29 kali dan pada tahun 2010 sebanyak 12,90 kali dalam setahun. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata konsumen tidak membayar tagihannya secara tepat waktu. Hal ini akan menyedot dana perusahaan yang sebenarnya dapat dipergunakan untuk investasi dalam aktiva produktif.
Inventory Turn Over yaitu rasio untuk mengukur efisiensi penggunaan persediaan atau rasio untuk mengukur kemampuan dana yang tertanam dalam persediaan untuk berputar dalam suatu periode tertentu. Rasio ini menunjukkan berapa kali jumlah persediaan barang dagangan diganti atau dijual dalam satu tahun. Perputaran yang tinggi menunjukkan tingkat persediaan yang ada cukup baik.
Inventory Turn Over
=
Lost Of Good Sold
Average Inventory
=
Rp. 322.782.390
=
2,10 x
(2009)
Rp. 153.761.143
=
Rp. 337.998.532
=
1,96 x
(2010)
Rp. 172.489.522
Persediaan tidak mengalami perubahan yang cukup besar dari tahun 2009 sampai 2010. Tetapi jika dibandingkan dengan tahun 2009, pada tahun 2010 persediaan mengalami penurunan sebesar 0,14 x, sehingga perusahaan harus mampu mengkonsistentan perputaran persediaan dari tahun ke tahun jika tidak bisa untuk dinaiikan, itu sangat berguna untuk mengefisienkan kondisi keuangan di perusahaan.
Average Days In Inventory yaitu periode menahan rata-rata persediaan barang yang berada di gudang.
Average Days In Inventory
=
360
Inventory Turn Over
=
360
=
171 hari
(2009)
2,10
=
360
=
184 hari
(2010)
1,96
Penyimpanan persediaan di gudang pada tahun 2010 lebih lama dibandingkan dengan tahun 2009. Hal ini bisa saja disebabkan oleh beberapa hal yang menghambat proses produksi dan pengiriman kepada konsumen, misalnya bahan baku yang kurang baik kualitasnya, kerusakan pada barang jadi yang siap dikirim, masalah internal manajemen yang mengakibatkan proses penyimpanan di gudang cukup lama. Perusahaan diusahakan harus lebih mempercepat periode penyimpanan persediaan di gudang agar kondisi keuangan untuk persediaan berputar sebagaimana mestinya.
Total Assets Turn Over yaitu rasio untuk mengukur efisiensi penggunaan aktiva secara keseluruhan.
Total Assets Turn Over
=
Sales
Total Assets
=
Rp. 598.466.433
=
1,44 x
(2009)
Rp. 416.679.147
=
Rp. 644.189.190
=
1,33 x
(2010)
Rp. 484.252.555
Dari perhitungan diatas pada tahun 2009 dapat diperoleh total assets turnover ratio sebesar 1,44 artinya dalam tahun tersebut aktiva menghasilkan penjualan 1,44 X, sedangkan pada tahun 2010 diperoleh total assets turnover ratio sebesar 1,33 artinya pada tahun tersebut aktiva menghasilkan penjualan 1,33 X. Maka dapat diamati bawa perusahaan mengalami penurunan dan ini menunjukkan bahwa perusahaan tidak menghasilkan volume bisnis yang cukup dibanding investasi dalam total aktivanya. Penjualan harus lebih ditingkatkan, beberapa aktiva harus dilepas atau kombinasi dari kedua langkah ini harus dijalankan oleh perusahaan.
Rasio Profitabilitas (Profitabilitas Ratio)
Rasio profitabilitas adalah rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh keuntungan dari penggunanaan modalnya.
Gross Profit Margin merupakan rasio yang mengukur tingkat profitabilitas produk sebelum dibebani oleh biaya-biaya yang lain. Perubahan rasio laba kotor bisa saja terjadi karena perubahan dalam kebijaksanaan penjualan, misalnya tingkat potongan atau adanya produk baru.
Gross Profit Margin
=
Gross Profit
Sales
=
Rp. 275.684.043
=
0,46
(2009)
Rp. 598.466.433
=
Rp. 306.190.658
=
0,48
(2010)
Rp. 644.189.190
Gross profit margin diatas mengalami kenaikan dari tahun 2009 sebesar 0,46 atau 46 % menjadi 0,48 atau 48 % di tahun 2010. Hal ini menunjukkan bahwa harga pokok penjualan semakin membaik dan mengalami kenaikan sebesar 2 % dari tahun sebelumnya. Ini akan menjadikan kondisi perusahaan baik dikarenakan profitabilitas yang semakin tinggi.
Operating Profit Margin atau laba usaha (laba operasi) adalah laba dari kegiatan utama perusahaan. Oleh karena itu sudah seharusnya laba ini memberikan hasil lebih besar dibanding dari laba yang bukan utama.
Operating Profit Margin
=
Earning Before Interest And Tax (EBIT)
Sales
=
Rp. 71.677.981
=
0,12
(2009)
Rp. 598.466.433
=
Rp. 84.567.363
=
0,13
(2010)
Rp. 644.189.190
Operating Profit Margin mengalami kenaikan dari tahun 2009 sebesar 0,12 atau 12 % menjadi 0,13 atau 13 % di tahun berikutnya. Ini merupakan kondisi yang baik dikarenakan laba yang dihasilkan perusahaan mengalami kenaikan yang akan cukup membantu menstabilkan kondisi perusahaan. Penjualan harus lebih ditingkatkan agar laba yang dihasilkan semakin tinggi.
Net Profit Margin merupakan rasio yang mengukur hasil akhir dari kegiatan operasi perusahaan. Selisih laba bersih dengan rasio laba usaha dapat mencerminkan berapa beban yan ditanggung perusahaan untuk biaya-biaya non operasional.
Net Profit Margin
=
EAT
Sales
=
Rp. 52.980.646
=
0,09
(2009)
Rp. 598.466.433
=
Rp. 60.975.070
=
0,09
(2010)
Rp. 644.189.190
Dari perhitungan diatas pada tahun 2009 diperoleh net profit margin sebesar 0,09 % dan pada tahun 2010 sama besar yaitu 0,09 % yang artinya margin laba atas pada perusahaan PT. Sepatu Bata, Tbk. mengalami perubahan yang tidak terlalu signifikan. Dapat dikatakan bahwa kinerja dalam menghasilkan margin atas laba penjualan cukup baik karena tidak mengalami penurunan yang berdampak buruk bagi kondisi perusahaan.
Return On Assets merupakan kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan netto.
Return On Assets
=
EAT
Total Assets
=
Rp. 52.980.646
=
0,13
(2009)
Rp. 416.679.147
=
Rp. 60.975.070
=
0,13
(2010)
Rp. 484.252.555
Dari perhitungan diatas,pada tahun 2009 diperoleh return on assets sebesar 0,13 atau 13 % dan pada tahun 2010 sama besar yaitu 0,13 atau 13 %. Hal ini menunjukkan tingkat pengembalian laba atas total aktiva pada perusahaan PT. Sepatu Bata, Tbk. tidak mengalami perubahan dengan kata lain perusahaan menghasilkan laba yang tidak jauh beda dari tahun sebelumnya atas jumlah aktiva perusahaan.
Return On Equity merupakan rasio yang berguna untuk mengetahui seberapa jauh hasil yang diperoleh dari penanam modal. Pengertian modal disini adalah semua modal yang tertanam di perusahaan, termasuk di dalamnya saldo laba (laba ditahan).
Return On Equity
=
EAT
Equity
=
Rp. 52.980.646
=
0,18
(2009)
Rp. 301.343.895
=
Rp. 60.975.070
=
0,18
(2010)
Rp. 331.508.965
Dari perhitungan diatas, pada tahun 2009 diperoleh return on equity sebesar 0,18 yang berarti 18 % dan pada tahun 2010 sama yaitu sebesar 18 %. Hal ini menunjukkan bahwa profitabilitas perusahaan tidak mengalami peningkatan atau penurunan dalam pengembalian modal.
Rasio Pengelolaan Hutang (Leverage Ratio)
Rasio pengelolaan hutang (Leverage Ratio) adalah rasio untuk mengetahui seberapa besar perusahaan dibiayai dengan hutang. Rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya. Rasio leverage merupakan proporsi total hutang terhadap rata-rata ekuitas pemegang saham. Dengan kata lain, rasio leverage mengukur perbandingan antara dana yang disediakan oleh pemilik perusahaan dengan dana yang berasal dari kreditur perusahaan.
Debt To Total Assets Ratio merupakan rasio yang menghitung berapa bagian dari keseluruhan kebutuhan dana yang dibiayai dengan hutang. Semakin tinggi rasio ini semakin tinggi resiko keuangan perusahaan. Dalam batas tertentu bank akan sulit untuk mengabulkan permohonan kredit. Hanya saja setiap bank batasnya berbeda.
Debt To Total Assets Ratio
=
Total Liabilities
Total Assets
=
Rp. 115.335.252
=
0,28
(2009)
Rp. 416.679.147
=
Rp. 152.743.590
=
0,32
(2010)
Rp. 484.252.555
Dari hasil perhitungan diatas pada tahun 2009 diperoleh debt ratio sebesar 0,28 yang artinya adalah prosentasi aktiva didanai dari hutang sebesar 28%, sedangakn untuk tahun 2010 diperoleh debt ratio sebesar 0,32 yang artinya adalah prosentasi aktiva yang didanai dari hutang sebesar 32%. Terjadinya kenaikan debt ratio menunjukkan bahwa kinerja perusahaan semakin menurun dengan semakin bertambahnya hutang dalam pendanaan akitiva. Ini akan membahayakan perusahaan dan akan lebih mahal bagi perusahaan untuk meminjam tambahan dana tanpa terlebih dahulu meningkatkan modal ekuitas. Kreditur enggan meminjamkan dana tambahan tanpa kepada perusahaan dan manajemen bisa saja menghadapi resiko kebangkrutan jika perusahaan meningkatkan rasio hutangnya dengan meminjam tambahan dana.
Time Interest Earned Ratio merupakan rasio yang mengukur seberapa besar keuntungan dapat berkurang (turun) tanpa mengakibatkan adanya kesulitan keuangan karena perusahaan tidak mampu membayar bunga.
Time Interest Earned Ratio
=
Earning Before Interest And Tax (EBIT)
Interest Expense
=
Rp. 71.677.981
=
14,39 x
(2009)
Rp. 4.980.268
=
Rp. 84.567.363
=
19,26 x
(2010)
Rp. 4.390.307
Pada tahun 2010 time interest earned ratio mengalami kenaikan sebanyak 4,87 x dibandingkan dengan tahun sebelumnya, ini menandakan bahwa perusahaan mampu membayar bunga perusahaan. Kenaikan rasio ini bisa saja disebabkan oleh keuntungan yang didapat oleh perusahaan yang menyebabkan EBIT perusahaan naik dan bernilai positif.
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Laporan keuangan merupakan catatan informasi keuangan suatu perusahaan pada suatu periode akuntansi yang dapat digunakan untuk menggambarkan kinerja perusahaan tersebut. Laporan keuangan berfungsi untuk menyediakan informasi yang menyangkut kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi.
Analisa laporan keuangan meliputi penelaahan tentang hubungan dan kecendrungan untuk mengetahui tingkat profitabilitas (keuntungan) dan tingkat kesehatan suatu perusahaan. Berfungsi sebagai data perbandingan untuk dua periode atau lebih untuk dianalisa lebih lanjut juga berfungsi sebagai alat evaluasi terhadap manajemen.
Analisis rasio laporan keuangan PT. Sepatu Bata, Tbk.
No.
DESKRIPSI
2009
2010
Keterangan
1
Rasio Likuiditas
a
Current Ratio
2,35 X
2,08 X
Turun (Kurang Baik)
b
Quick Ratio
0,86 X
0,74 X
Turun (Kurang Baik)
2
Rasio Aktivitas
a
Receivable Turn Over
34,42 X
31,84 X
Turun (Kurang Baik)
b
Average Colection Period
10,46 X
12,90 X
Naik (Memburuk)
c
Inventory Turn Over
2,10 X
1,96 X
Turun (Kurang Baik)
d
Average Days In Inventory
171 Hari
184 Hari
Naik (Memburuk)
e
Total Assets Turn Over
1,44 X
1,33 X
Turun (Kurang Baik)
3
Rasio Liabilitas
a
Debt To Total Assets Ratio
28 %
32 %
Naik (Memburuk)
b
Time Interest Earned Ratio
14,39 X
19,26 X
Naik (Membaik)
4
Rasio Profitabilitas
a
Gross Profit Margin
46 %
48 %
Naik (Membaik)
b
Operating Profit Margin
12 %
13 %
Naik (Membaik)
c
Net Profit Margin
9 %
9 %
Stabil
d
Return On Assets
13 %
13 %
Stabil
e
Return On Equity
18 %
18 %
Stabil
Setelah melakukan perhitungan rasio laporan keuangan pada perusahaan PT. Sepatu Bata, Tbk. serta berdasarkan maksud dari penulisan ini adalah menilai kinerja keuangan dengan laporan keuangan sebagai sumber data, kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut :
Liquidity Ratios (Rasio Likuiditas)
Dilihat dari rasio likuiditas, kinerja keuangan mengalami penurunan sehingga kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek semakin menurun.
Profitability Ratios (Rasio Profitabilitas)
Dilihat dari rasio profitabiltas, kinerja keuangan mengalami peningkatan dan cenderung stabil dari tahun sebelumnya. Dengan kata lain perusahaan mampu menghasilkan keuntungan yang dapat mengembalikan modal serta pengembalian atas total akitva.
Activity Ratios (Rasio Pengelolaan Aktiva)
Dilihat dari rasio pengelolaan aktiva, kinerja keuangan masih tidak mampu menghasilkan tingkat penjualan yang cukup untuk tahun berikutnya karena dari tahun sebelumnya mengalami penurunan nilai rasio.
Leverage Ratios (Rasio Pengelolaan Hutang)
Dilihat dari rasio pengelolaan hutang, kinerja keuangan kurang baik karena pendanaan aktiva di perusahaan banyak dibiayai dari hutang. Sehingga hutang semakin meningkat maka besar kemungkinan perusahaan tersebut tidak akan mampu menutupi hutang dan perusahaan tersebut tidak akan dapat menjalan kegiatan operasional perusahaan.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah dilakukan, maka terdapat beberapa saran yang perlu diperhatikan sebagai masukan untuk kemajuan perusahaan PT. Sepatu Bata, Tbk. diperiode berikutnya, sebagai berikut :
Meningkatkan nilai likuiditas perusahaan yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendeknya, tetapi jangan sampai ada aktiva yang menganggur.
Perusahaan harus meningkatkan efisiensi pemanfaatan aktiva yang dimilki dalam kegiatan operasionalnya untuk meningkatkan pendapatan atau meningkatkan laba bersih.
Perusahaan harus mengurangi jumlah hutang dalam pendanaan aktiva agar keuangan perusahaan dalam kondisi sehat.
DAFTAR PUSTAKA
S. Munawir, Drs. 2004. Analisa Laporan Keuangan. YOGYAKARTA: LIBERTY.
Brigham, Eugene F. Houston, Joel F. Suharto, Dodo. Wibowo, Herman. Sumiharti, Yati. 2001. Manajemen Keuangan. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Sudana, I Made. 2011. Manajemen Keuangan Perusahaan Teori & Praktik. Surakarta: Penerbit Erlangga.
Sartono, Agus. 2008. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi. Edisi Keempat, Cetakan Kedua. Yogyakarta : BPFE-YOGYAKARTA
Tristanti, Leony Lovancy. 2012. "Analisis Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Kelengkapan Pengungkapan Sukarela". Skripsi. Semarang: Fakultas Ekonomika Dan Bisnis , Universitas Diponegoro.
Vini Sausan Tungky. Profil Perusahaan PT. Sepatu Bata, Tbk. 2010 (online), (http://vinisausantungky.blogspot.com/2010/05/profil-perusahaan-pt-sepatu-bata-tbk.html diakses terakhir 22 Mei 2010)
Andri Apriyono. 2008. "Laporan Rugi Laba" (online), (http://ilmumanajemen.wordpress.com/2008/03/24/laporan-rugi-laba/ , diakses tanggal 24 March 2008)
Universitas Gunadarma. 2009. (online), (http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2009/12/analisis-rasio-laporan-keuangan-pada-perusahaan-cv-laksana-jaya/)
http://id.wikipedia.org/wiki/Bata_(perusahaan)
www.valuasi-investindo.com/LaporanKeu/BATA.pdf