BAB III INFEKSI SALURAN KEMIH (CYSTITIS)
A. Defi Defini nisi si Infeksi Saluran Kemih (ISK) atau Urinarius Tractus Infection (UTI) adalah suatu keadaan adanya infasi mikroorganisme pada saluran kemih. (Agus Tessy, 2001). Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu keadaan adanya infeksi bakteri pada saluran kemih. (Enggram, Barbara, 1998). Infeksi saluran kemih dapat mengenai baik laki-laki maupun perempuan dari semua umur baik pada anak, remaja, dewasa maupun pada umur lanjut. Akan tetapi dari kedua jenis kelamin, ternyata wanita lebih sering dari pria dengan angk angkaa popu populas lasii umum umum,, kuran kurang g dari dari 51%, 51%, untu untuk k meny menyata atakan kan adan adanya ya ISK ISK haru haruss ditemukan bakteri didalam urin. Bakteriuria bermakna yang disertai gejala pada saluran kemih kemih disebu disebutt bakteri bakteriuni uniaa bergej bergejala ala sedang sedangkan kan yang yang tanpa tanpa gejala gejala kemih kemih disebut disebut bakteriunia tanpa gejala. Mikro organisme yang paling sering menyebabkan ISK adalah jenis bakteri aerob. Saluran kemih normal tidak dihuni oleh bakteri atau mikroba yang lain, karena itu rutin dalam ginjal dan buli-buli biasanya steril. Walaupun demikian uretra bagian bawah terutama pada bagian yang mendekati kandung kemih.
B. Klas Klasifi ifika kasi si Jenis Infeksi Saluran Kemih, antara lain: 1. Kandung kemih (sistitis) 2.
uretra (uretritis)
3. prostat (prostatitis) 4.
ginjal (pielonefritis)
Infeksi Saluran Kemih (ISK) pada usia lanjut, dibedakan menjadi: 1)
ISK uncomplicated ISK uncomplicated (simple) ISK sederh sederhana ana yang yang terjadi terjadi pada pada pender penderita ita dengan dengan saluran saluran kencin kencing g tak baik, baik, anatomic maupun fungsional normal. ISK ini pada usi lanjut terutama mengenai penderita wanita dan infeksi hanya mengenai mukosa superficial kandung kemih. kemih.
2) ISK complicated ISK complicated
S1 Keperawatan, 2010. UPNVJ.
28
Sering menimbulkan banyak masalah karena sering kali kuman penyebab sulit diberantas, kuman penyebab sering resisten terhadap beberapa macam antibiotika, sering terjadi bakterimia, sepsis dan shock. ISK ini terjadi bila terdapat keadaankeadaan sebagi berikut: •
Kelainan abnormal saluran kencing, misalnya batu, reflex vesiko uretral
obstruksi, kateter kandung kemih, paraplegia, kateter kandung kencing menetap dan prostatitis. •
Kelainan faal ginjal: GGA maupun GGK.
•
Gangguan daya tahan tubuh
•
Infeksi yang disebabkan karena organisme virulen sperti prosteus spp yang
memproduksi urease.
C. Etiologi 1. Jenis-jenis mikroorganisme yang menyebabkan ISK, antara lain: a. Escherichia Coli: 90 % penyebab ISK uncomplicated (simple) b. Pseudomonas, Proteus, Klebsiella : penyebab ISK complicated c. Enterobacter, staphylococcus epidemidis, enterococci, dan-lain-lain.
2. Prevalensi penyebab ISK pada usia lanjut, antara lain: a. Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan kandung kemih yang kurang efektif b. Mobilitas menurun c. Nutrisi yang sering kurang baik d. Sistem imunitas menurun, baik seluler maupun humoral e. Adanya hambatan pada aliran urin f. Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat
D. Patofisiologi Infeksi Saluran Kemih disebabkan oleh adanya mikroorganisme patogenik dalam traktus urinarius. Mikroorganisme ini masuk melalui : kontak langsung dari tempat infeksi terdekat, hematogen, limfogen. Ada dua jalur utama terjadinya ISK, asending dan hematogen. Secara asending yaitu: •
masuknya mikroorganisme dalm kandung kemih, antara lain: factor
anatomi dimana pada wanita memiliki uretra yang lebih pendek daripada laki-laki sehingga insiden terjadinya ISK lebih tinggi, factor tekanan urine saat miksi, S1 Keperawatan, 2010. UPNVJ.
29
kontaminasi fekal, pemasangan alat ke dalam traktus urinarius (pemeriksaan sistoskopik, pemakaian kateter), adanya dekubitus yang terinfeksi. •
Naiknya bakteri dari kandung kemih ke ginjal. Secara hematogen
yaitu: sering terjadi pada
pasien yang system imunnya rendah sehingga
mempermudah penyebaran infeksi secara hematogen. Ada beberapa hal yang mempengaruhi struktur dan fungsi ginjal sehingga mempermudah penyebaran hematogen, yaitu: adanya bendungan total urine yang mengakibatkan distensi kandung kemih, bendungan intrarenal akibat jaringan parut, dan lain-lain. Pada usia lanjut terjadinya ISK ini sering disebabkan karena adanya:
Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan
kandung kemih yang tidak lengkap atau kurang e fektif.
Mobilitas menurun
Nutrisi yang sering kurang baik
System imunnitas yng menurun
Adanya hambatan pada saluran urin
Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat.
Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat tersebut mengakibatkan distensii yang berlebihan sehingga menimbulkan nyeri, keadaan ini mengakibatkan penurunan resistensi terhadap invasi bakteri dan residu kemih menjadi media pertumbuhan bakteri yang selanjutnya akan mengakibatkan gangguan fungsi ginjal sendiri, kemudian keadaan ini secara hematogen menyebar ke suluruh traktus urinarius. Selain itu, beberapa hal yang menjadi predisposisi ISK, antara lain: adanya obstruksi aliran kemih proksimal yang menakibtakan penimbunan cairan bertekanan dalam pelvis ginjal dan ureter yang disebut sebagai hidronefroses. Penyebab umum obstruksi adalah: jaringan parut ginjal, batu, neoplasma dan hipertrofi prostate yang sering ditemukan pada laki-laki diatas usia 60 tahun.
S1 Keperawatan, 2010. UPNVJ.
30
PATHWAY ISK
Non infeksi (bahan kimia, radiasi, interstisial)
Infeksi (bakteri, jamur, virus, parasit) Hematogen, lympogen, eksogen (pemasangan kateter) Melekat pada sel uroepitelial Kolonisasi bakteri Kolonisasi di periu retral Masuk ke vesika urinaria
Merobek lapisan glycoprotein munclayer di mukosa urinaria Kolonisasi dipermukaan mukosa vesika urinaria Menembus epitel Spasme otot polos vesika urinaria terganggu
RR
sulit relaksasi MK : Nye ri
M Metebaolisme
L Leukosit
Kontraksi spasme otot polos terus menerus Urine sedikit-sedikit keluar
Dema m MK : Resti Infeksi
Distensi kandung kemih vesika urinaria tidak kuat menampung urine BAK sering
MK : Gg. Citra Diri
MK: Gg.Eliminasi Urine : Inkontinensia S1 Keperawatan, 2010. UPNVJ.
31
E. Manifestasi Klinis Tanda dan gejala ISK pada bagian bawah (sistitis): •
Nyeri yang sering dan rasa panas ketika berkemih
•
Spasame pada area kandung kemih dan suprapubis
•
Hematuria
•
Nyeri punggung dapat terjadi
Tanda dan gejala ISK bagian atas (pielonefritis) •
Demam
•
Menggigil
•
Nyeri panggul dan pinggang
•
Nyeri ketika berkemih
•
Malaise
•
Pusing
•
Mual dan muntah
F. Pemeriksaan Diagnostik 1. Urinalisis •
Leukosuria atau piuria: merupakan salah satu petunjuk penting adanya ISK. Leukosuria positif bila terdapat lebih dari 5 leukosit/lapang pandang besar (LPB) sediment air kemih
•
Hematuria: hematuria positif bila terdapat 5-10 eritrosit/LPB sediment air kemih. Hematuria disebabkan oleh berbagai keadaan patologis baik berupa kerusakan glomerulus ataupun urolitiasis.
2. Bakteriologis −
Mikroskopis
−
Biakan bakteri Biakan ini pancaran tengah (mid stream urine) dianggap positif ISK bila
jumlah kuman
≥
100.000 kuman/ml urin, jumlah kuman antara 10.000 - < 100.000
kuman/ml urin dianggap meragukan akan perlu diulang. Bila < 10.000 kuman/ml, urin hasil dianggap sebagai kontaminasi. Bila pengambilan urin dilakukan dengan pungsi supra pubik/karteterisasi kandung kemih, maka seberapapun kuman yang
S1 Keperawatan, 2010. UPNVJ.
32
ditemukan dianggap positif ISK (ada maka juga yang menyebutkan batasan > 200 kuman/ml urin) 3. Kultur urine untuk mengidentifikasi adanya organisme spesifik 4. Hitung koloni: hitung koloni sekitar 100.000 koloni per milliliter urin dari urin tampung aliran tengah atau dari specimen dalam kateter dianggap sebagai criteria utama adanya infeksi. 5. Metode tes −
Tes dipstick multistrip untuk WBC (tes esterase lekosit) dan nitrit (tes Griess untuk pengurangan nitrat). Tes esterase lekosit positif: maka psien mengalami piuria. Tes pengurangan nitrat, Griess positif
jika terdapat bakteri yang
mengurangi nitrat urin normal menjadi nitrit. −
Tes Penyakit Menular Seksual (PMS): Uretritia akut akibat organisme menular secara seksual (misal, klamidia trakomatis, neisseria gonorrhoeae, herpes simplek).
−
Tes- tes tambahan: Urogram intravena (IVU). Pielografi (IVP), msistografi, dan ultrasonografi juga dapat dilakukan untuk menentukan apakah infeksi akibat dari abnormalitas traktus urinarius, adanya batu, massa renal atau abses, hodronerosis atau hiperplasie prostate. Urogram IV atau evaluasi ultrasonic, sistoskopi dan prosedur urodinamik dapat dilakukan untuk mengidentifikasi penyebab kambuhnya infeksi yang resisten.
G. Penatalaksanaan Medis
Penanganan Infeksi Saluran Kemih (ISK) yang ideal adalah agens antibacterial yang secara efektif menghilangkan bakteri dari traktus urinarius dengan efek minimal terhaap flora fekal dan vagina. Terapi Infeksi Saluran Kemih (ISK) pada usia lanjut dapat dibedakan atas: −
Terapi antibiotika dosis tunggal
−
Terapi antibiotika konvensional: 5-14 hari
−
Terapi antibiotika jangka lama: 4-6 minggu
−
Terapi dosis rendah untuk supresi
Pemakaian antimicrobial jangka panjang menurunkan resiko kekambuhan infeksi. Jika kekambuhan disebabkan oleh bakteri persisten di awal infeksi, factor kausatif (mis:
S1 Keperawatan, 2010. UPNVJ.
33
batu, abses), jika muncul salah satu, harus segera ditangani. Setelah penanganan dan sterilisasi urin, terapi preventif dosis rendah. Penggunaan
medikasi
yang
umum
mencakup:
sulfisoxazole
(gastrisin),
trimethoprim/sulfamethoxazole (TMP/SMZ, bactrim, septra), kadang ampicillin atau amoksisilin digunakan, tetapi E. Coli telah resisten terhadap bakteri ini. Pyridium, suatu analgesic urinarius jug adapt digunakan untuk mengurangi ketidaknyamanan akibat infeksi. Pemakaian obat pada usia lanjut perlu dipikirkan kemungkina adanya: −
Gangguan absorbsi dalam alat pencernaan
−
Interansi obat
−
Efek samping obat
−
Gangguan akumulasi obat terutama obat-obat yang ekskresinya melalui ginjal
Resiko pemberian obat pada usia lanjut dalam kaitannya dengan faal ginjal: 1. Efek nefrotosik obat 2. Efek toksisitas obat Pemakaian obat pada usia lanjut hendaknya setiasp saat dievalusi keefektifannya dan hendaknya selalu menjawab pertanyaan sebagai berikut: −
Apakah obat-obat yang diberikan benar-benar berguna/diperlukan/
−
Apakah obat yang diberikan menyebabkan keadaan lebih baik atau malh membahnayakan/
−
Apakah obat yang diberikan masih tetap diberikan?
−
Dapatkah sebagian obat dikuranngi dosisnya atau dihentikan?
H. Komplikasi a. Gagal ginjal akut b. Ensefalopati hipertensif c. Gagal jantung, edema paru, retinopati hipertensif
S1 Keperawatan, 2010. UPNVJ.
34
I. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Fraktur 1. Pengkajian
a) Identitas pasien b) Identitas penangguna jawab c) Riwayat penyakit antara lain: 1. Keluhan utama 2. Riwayat keluhan utama 3. Riwayat kelahiran dan persalinan 4. Riwayat kesehatan masa lalu 5. Riwayat kesehatan keluarga 6. Riwayat tumbuh kembang 7. Ruwayat pemberian nutrisi 8. Data psikososial, spiritualisasi anak dan orang tua 9. Pola kebiasaan sehari-hari 10. Pemeriksaan fisik: a.
Aktifitas sehari-hari
= tanda : lemah
b. Sirkulasi
= tanda : demam (t*v)
c. Nutrisi
= tanda : nafsu makan berkurang, muntah
d. Pernapasan
= tanda : napas cepat karena demam
e.
= tanda : diare, sering kencing, kencing sangat
Eliminasi
bau 2. Diagnosa keperawatan
a) Nyeri berhubungan dengan perkembangan mikroorganisme disaluran kemih b) Infeksi berhubungan dengan adanya bakteri pada sluran kemih c)
Kekurangan deficit volume cairan berhubungan dengan poliuria dan malas minum
d) Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan muntah, kurang nafsu makan
3. Perencanaan
a) Infeksi b/d adanya bakteri pada saluran kemih Tujuan :
infeksi pada saluran kemih teratasi
No
INTERVENSI
1
Kaji suhu pasien setiap 4 jam
S1 Keperawatan, 2010. UPNVJ.
RASIONAL
Tanda vital menandakan adanya
35
dan lapor jika suhu 38,50 Catat karakteristik urine
perubahan di dalam tubuh Untuk mengetahui/mengidenfikasi
2
indikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang diharapkan Untuk mencegah statis urine
HE kepada pasien dan 3
4
5
keluarga pasien untuk minum 2 – 3 liter jika tidak ada ontra indikasi Monitor pemeriksaan ulang
Mengetahui seberapa jauh efek
urin kultur dan sensitifitas
pengobatan terhadap keadaan
untuk menentukan respon
penderita
terapi Berikan perawatan perineal,
Untuk menjaga kebersihan dan
pertahankan agar tetap bersih
menghindari bakteri yang membuat
dan kering
infeksi uretra
b) Nyeri b/d perkembangan mikoorganisme Tujuan
No
1
: nyeri teratasi
INTERVENSI Kaji tingkat nyeri
Untuk
RASIONAL memudahkan melakukan
2
intervensi selanjutnya Berikan tekhnik relaksasi Untuk mengurangi nyeri HE kepada keluarga pasien Untuk memblok implus saraf agar
3
untuk mengompres air hangat
tidak terjadi respon nyeri
dibagian yang nyeri Kolaborasi dengan tim medis
Untuk membantu mengatasi nyeri
4
pemberian analgetik
c) Kekurangan divisit volume cairan b/d poliuria dan malas minum Tujuan
: kebutuhan cairan terpenuhi
No 1
INTERVENSI Kaji tingkat kebutuhan cairan
Untuk
RASIONAL memudahkan melakukan
2
pasien Berikan minum/cairan
3
adekuat yang berlebihan HE kepada keluarga pasien, Untuk memudahkan memantau
S1 Keperawatan, 2010. UPNVJ.
pemasukan
intervensi yang Agar tidak terjadi kekurangan cairan pemberian
dan cairan yang adekuat
36
4
mengeluarkan cairan Kolaborasi dengan tim medis
Pemberian cairan sangat penting
tentang pemberian infus
untuk
membantu
dalam
mengatasimaalah d)
Perubahan suhu tubuh (demam) b/d infeksi Tujuan No 1
: suhu tubuh normal 36 – 37 dan pasien bebas dari demam INTERVENSI Kaji saat timbul demam
Untuk
2
Obervasi tanda-tanda vital
demam pasien Untuk mengetahui keadaan umum
3
pasien Berikan kompres hangat pada Kompres pasien
4
HE
kepada
kelurganya 5
pasien untuk
RASIONAL mengidentifikasi
hangat
pola
menyebabkan
vasodilatasi
sehingga
terjadi
perpindahan
panas
secara
evaporasi dan Pakaian yang tipis akan membantu tidak mengurangi penguapan
memakai pakaian yang tebal Kolaborasi dengan dokter Pemberian obat antipiretik dapat tentang pemberian antipiretik
S1 Keperawatan, 2010. UPNVJ.
membantu penurunan suhu tubuh
37