ii
HALAMAN JUDUL
ISLAM DAN DIMENSI-DIMENSINYA
Disusununtukmemenuhisalahsatutugas
Mata Kuliah :Metodologi Studi Islam
Dosen:Fadli Rahman. M.Ag.
DisusunOleh
AHMAD SAPUTRA
NIM :1601121112
DIMAS TRIYUDANTO
NIM : 1601121119
\
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALANGKA RAYA
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
PRODI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS
TAHUN 2016/2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Salawat serta salam tak luput kita haturkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad saw, keluarga, sahabat, serta pengikut beliau hingga akhir zaman.
Tujuan dari penulisan makalah ini ialah sebagai salah satu tugas dari mata kuliah metodologi studi Islam, bukan hanya itu saja penulisan makalah ini agar menjadi bahan bacaan yang bermanfaat. Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan serta wawasan kepada para pembaca.
Karena keterbatasan serta kurangnya pengalaman kami, maka dalam penulisan makalah ini mungkin banyak sekali kesalahan serta kekeliruan. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini nantinya.
Palangka Raya, April 2017
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR...................................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN 4
A. LATAR BELAKANG 4
B. RUMUSAN MASALAH 4
C. TUJUAN PENULISAN 4
BAB II PEMBAHASAN 5
A. DIMENSI-DIMENSI ISLAM...........................................................................5
B. ALIRAN PEMIKIRAN ISLAM......................................................................11
BAB IIIPENUTUP.....................................................................................................16
A. KESIMPULAN 16
B. SARAN 16
DAFTAR PUSTAKA 17
BAB IPENDAHULUAN
PENDAHULUAN
LatarBelakang
Islam adalah sebuah agama yang menjadi rahmatanlilalamin bagi seluruh pemeluknya, namun kita pun belum mengetahui secara garis besar tentang Islam dan bagian-bagian yang memperkokoh Islam itu sendiri.
Islam sebagai agama bisa dilihat dari berbagai dimensi; sebagai keyakinan, sebagai ajaran dan sebagai aturan. Apa yang diyakini oleh seorang muslim, boleh jadi sesuai dengan ajaran dan aturan Islam, boleh jadi tidak, karena proses dalam diri seseorang itu mempunyai keyakinan yang berbeda-beda, dan kemampuannya untuk mengakses sumber ajaran juga berbeda-beda.
RumusanMasalah
1. Apa yang dimaksud dengan dimensi Islam ?
2. Bagaimana pembagian aliran pemikiran Islam ?
TujuanPenulisan
Penyusunan makalah ini bertujuan agar kita lebih tahu dan lebih memahami apa itu Islam dan dimensi-dimensinya. Bukan hanya itu saja, tujuan dari penulisan ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas dari mata metodologi studi Islam dan sebagai bahan penambah wawasan bagi siapa saja yang membacanya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. DIMENSI-DIMENSI ISLAM
Dimensi berarti parameter atau pengukuran yang dibutuhkan untuk mendefinisikan sifat-sifat suatu obyek baik itu panjang, lebar, dan tinggi atau ukuran dan bentuk. Pengertian dimensi dalam Oxford Dictionary yaitu dari kata "dimension" yang artinya: a) ukuran dari panjang, lebar atau berat dari sesuatu, b) ukuran dan luas dari suatu situasi, c) aspek atau cara untuk melihat suatu permasalahan.
Adapun dimensi-dimensi Islam yang dimaksud pada bagian ini adalah sisi keislaman seseorang, yaitu iman, islam, dan ihsan. Nurcholish Madjid menyebutnya sebagai trilogi ajaran Ilahi. Dimensi pemikiran Islam yaitu aspek atau cara untuk melihat suatu permasalahan pada pandangan atau kepercayaan dari kelompok atau seseorang terhadap Islam.
Dimensi-dimensi Islam berawal dari sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dan Imam Muslim yang dimuat dalam masing-masing kitab sahihnya yang menceritakan dialog antara Nabi Muhammad saw dan Malaikat Jibril tentang trilogi ajaran Ilahi:
"Nabi Muhammad saw keluar dan (berada di sekitar sahabat) seseorang datang menghadap beliau dan bertanya:" Hai Rasul Allah, apakah yang dimaksud dengan iman ? "Beliau menjawab: "Iman adalah engkau percaya kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-Nya, pertemuan dengan-Nya, para utusan-Nya, dan percaya kepada kebangkitan." Laki-laki itu kemudian bertanya lagi: "Apakah yang dimaksud dengan Islam ?" Beliau menjawab: "Islam adalah engkau menyembah Allah dan tidak musyrik kepada-Nya, engkau tegakkan shalat wajib, engkau tunaikan zakat wajib, dan engkau berpuasa pada bulan Ramadan." Laki-laki itu kemudian bertanya lagi: "Apakah yang dimaksud dengan ishan ?" Nabi Muhammad saw menjawab: "Engkau sembah Tuhan seakan-akan engkau melihat-Nya; apabila engkau tidak melihat-Nya, maka (engkau berkeyakinan) bahwa Dia melihatmu.
Hadis di atas memberikan ide kepada umat Islam Sunni tentang rukun iman yang enam, rukun islam yang lima dan penghayatan terhadap Tuhan Yang Maha Esa hadir dalam hidup. Sebenarnya, ketiga hal itu hanya dapat dibedakan tetapi tidak dapat dipisahkan. Antara satu dan yang lainnya memiliki keterkaitan.
Setiap pemeluk agama Islam mengetahui dengan pasti Islam tidak absah tanpa iman, dan iman tidak sempurna tanpa ihsan. Sebaliknya, ihsan adalah mustahil tanpa iman, dan iman juga mustahil tanpa Islam. Dalam penelitian lebih lanjut, sering terjadi tyumpang tindih antara tiga istilah tersebut: dalam iman terdapat Islam dan ihsan; dalam Islam terdapat iman dan ihsan; dan dalam ihsan terdapat iman dan Islam. Dari sisi itulah, Nurcholish Madjid (1994:463) melihat iman, Islam, dan ihsan sebagai trilogi ajaran Ilahi.
Ibnu Taimiah menjelaskan bahwa din itu terdiri dari tiga unsur, yaitu Islam, iman, dan ihsan. Dalam tiga unsur tersebut, terselip makna kejenjangan (tingkatan): orang mulai dengan Islam, kemudian berkembang ke arah iman, dan memuncak dalam ihsan.
Dengan penjelasan yang agak berbeda, Ibnu Taimiah menjelaskan sebagai berikut: pertama, orang-orang yang menerima warisan kitab suci dengan mempercayai dan berpegang teguh pada ajaran-ajarannya, namun masih melakukan perbuatan-perbuatan zalim, adalah orang yang baru ber-Islam,suatu tingkat permulaan dalam kebenaran; kedua, orang yang menerima warisan kitab suci itu dapat berkembang menjadi seorang mukmin, tingkat menengah, yaitu orang yang telah terbebas dari perbuatan zalim namun perbuatan kebajikannya sedang-sedang saja; dan ketiga, perjalanan mukmin itu (yang telah terbebas dari perbuatan zalim) berkembang perbuatan kebajikannya sehingga ia ,enjadi pelomba (sabiq) perbuatan kebajikan; maka ia mencapai derajat ihsan. "Orang yang telah mencapai tingkat ihsan," kata Ibnu Taimiah, "akan masuk surga tanpa mengalami azab." (Nurcholish Madjid dalam Budhy Munawar-Rachman (ed.), 1994:465)
1. Islam
Ada dua sisi yang dapat digunakan untuk memahami pengertian Islam, yaitu sisi kebahasaan dan sisi peristilahan. Kedua sisi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.
Dari sisi kebahasaan, Islam berasal dari bahsa Arab yaitu kata salama yang mengandung arti selamat, sentyosa dan damai. Kata salama kemudian diubah menjadi aslama yang berarti berserah diri, masuk dalam kedamaian. Kita dapat menyimpulkan bahwa kata Islam dari sisi kebahasaan mengandung arti patuh, tunduk, taat, dan berserah diri kepada Tuhan, dalam upaya mencari kebahagiaan dan keselamatan hidup di dunia danj di akhirat kelak sebagaimana yang tertera pada Q.S Al-Baqarah (2): 208 dan Q.S Al-Anfal (8): 61.
Dari sisi istilah, Islam sebagai agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada masyarakat melalui Nabi Muhammad saw. sebagai rasul. Islam pada hakikatnya membawa ajaran-ajaran yang bukan hanya mengenal satu segi, tetapi mengenai berbagai segi dalam kehidupan manusia. Islam adalah agama yang universal yang misinya adalah rahmat bagi semua penghuni alam. Universalitas Islam dipahami sebagai ajaran yang mencakup semua aspek kehidupan meliputi prinsip ajaran yang mengatur hubungan antara manusia dengan Tuhan, sesamanya, dan lingkungan. Jadi secara istilah, Islam adalah nama bagi suatu agama yang berasal dari Tuhan bukan berasal dari manusia. Muhammad saw. hanya seorang nabi yang ditugasi oleh Allah swt untuk menyampaikan dan menyebarkan agama Islam kepada seluruh umat manusia.
Islam adalah agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul. Islam pada hakikatnya membawa ajaran-ajaran yang bukan hanya mengenai satu segi, tetapi mengenai berbagai segi dari kehidupan manusia. Sumber dari ajaran-ajaran yang mengambil berbagai aspek-aspek dari Al-Qur'an dan hadits.
Islam menurutKamusBesarBahasa Indonesia adalah agama yang diajarkanolehNabi Muhammad saw. berpedomanpadakitabsuciAlquranygditurunkankeduniamelaluiwahyu Allah Swt. Dimensi Islam mempunyai lima penyangga (rukun): Syahadat, Shalat, Zakat, PuasaRamadhandan Haji, Dimensi Islam dibahassecaramendalamdalambuku-bukutentangIlmuFiqh. Ada duasisi yang kitadapatgunakanuntukmemahamipengertian agama islam, yatusisikebahasaandansisiperistilahan. Keduasisipengertiantentangislaminidapatdijelaskansebagaiberikut: Dari segikebahasan Islam berasaldaribahasa Arab, yaitudari kata salima yang mengandungartiselamat, sentosadandamai. Kata salimaselanjutnyadiubahmenjadibentukaslama yang berartiberserahdirimasukdalamkedamaian.Senadadenganpendapatdiatas, sumber lain mengatakan Islam berasaldaribahasa Arab, terambildari kata salima yang berartiselamatdansentosa. Dari asal kata itudibentuk kata aslama yang artinyamemeliharadalamkeadaanselamat, sentosadanberarti pula menyerahkandiri, tunduk, patuh, dantaat. Dari pengertianitu, kata islamdekatdenganarti kata agama yang berartimengusai, menundukkan, patuh, hutang, balasandankebiasaan. Rasulullah saw banyakmenamakanbeberapaperkaradengansebutan Islam, umpamanya: taslimulqalbi (penyerahanhati), salamatunnasminallisanwalyad (tidakmenyakiti orang lain denganlisandantangan), memberimakan, sertaucapan yang baik. Semuaperkaraini, yang disebutRasulullahsebagaiIslam mengandungnilaipenyerahandiri, ketundukkandankepatuhan yang nyata.
2. Iman
Menurut bahasa iman berarti pembenaran dalam hati. Sedangkan menurut istilah, iman adalah membenarkan dalam hati, mengikrarkan dengan lisan dan mengamalkan dengan anggota badan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, iman adalah kepercayaan yang berkenaan dengan agama; keyakinan dan kepercayaan kepada Allah, Nabi, kitab, yang tidak akan bertentangan dengan ilmu dapat pula berarti ketetapan hati; keteguhan batin; keseimbangan batin. Akal tidak dapat sampai kepada kewajiban mengetahui adanya tuhan,, iman tidak bisa mengambil bentuk ma'rifat atau amal tetapi haruslah merupakan tasdiq. Adapun batasan yang di kemukakan al Bazdawi tentang iman adalah menerima dalam hati dengan lidah bahwa tiada tuhan selain Allah dan tidak ada yang serupa dengan-Nya.
Sedang iman menurut pandangan para ulama terdahulu, diantaranya adalah pendapat Imam Al-Baghawi r.a., beliau berkata :"Para sahabat, Tabi'in, dan para ulama sunnah mereka bersepakat bahwa amal shalih adalah bagian dari iman. Mereka berkata bahwasannya iman terdiri dari ucapan dan perbuatan serta keyakinan. Iman bertambah karena ketaatan dan berkurang karena kemaksiatan.
Pengertian iman secara umum, yaitu sikap percaya, dalam hal ini khususnya percaya pada masing-masing rukun iman yang enam (menurut akidah Sunni). Karena percaya pada masing-masing rukun iman itu memang mendasari tindakan seorang maka sudah tentu pengertian iman yang umum dikenal itu adalah wajar dan benar. Berdasarkan itu, maka sesunggahnya makna iman dapat berarti sejajar dengan kebaikan atau perbuatan baik. Ini dikuatkan oleh adanya riwayat tentang orang yang bertanya kepada Nabi tentang iman, namun turun wahyu jawaban tentang kebajikan (al-birr).
Oleh karena itu perkataan iman yang digunakan dalam Kitab Suci dan sunnah Nabi sering memiliki makna yang sama dengan perkataan kebajikan (al-birr), taqwa, dan kepatuhan (al-din) pada Tuhan (al-din).
3. Ihsan
Dalam hadits Nabi menjelaskan, "Ihsan ialah bahwa engkau menyembah Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, dan kalau engkau tidak melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihat engkau." Maka ihsan adalah ajaran tentang penghayatan pekat akan hadirnya Tuhan dalam hidup, melalui penghayatan diri sebagai sedang menghadap dan berada di depan hadirat-Nya ketika beribadat.
Ihsan adalah pendidikan atau latihan untuk mencapai dalam arti sesungguhnya. Karena itu, ihsan menjadi puncak tertinggi keagamaan manusia. Ia tegaskan bahwa makna Ihsan lebih meliputi daripada iman, dan karena itu, pelakunya adalah lebih khusus daripada pelaku iman, sebagaimana iman lebih meliputi daripada Islam, sehingga pelaku iman lebih khusus dari pada pelaku Islam. Sebab dalam Ihsan sudah terkandung iman dan Islam, sebagaimana dalam iman sudah terkandung Islam. Kemudian, kata-kata ihsan itu sendiri secara harfiah berarti "berbuat baik." Seorang yang ber-ihsan disebut muhsin, sebagai seorang yang ber-iman disebut mu'min dan yang ber-Islam disebut muslim. Karena itu, sebagai bentuk jenjang penghayatan keagamaan, ihsan terkait erat sekali dengan pendidikan berbudi pekerti luhur atau berakhlaq mulia. Disabdakan oleh Nabi bahwa yang paling utama di kalangan kaum beriman ialah yang paling baik ahlaqnya.
Meskipun tidak dapat dikatakan sepenuhnya benar, umat Islam telah memakai suatu kerangka pemikiran tentang trilogi ajaran Ilahi di atas ke dalam tiga bidang pemikiran Islam: pertama, iman dan berbagai hal yang berhubungan dengannya diletakkan dalam satu bidang pemikiran, yaitu teologi (ilmu kalam); kedua, persoalan Islam dijelaskan dalam bidang syariat (fiqih); dan ketiga, ihsan dipandang sebagai akar tumbuhnya tasawuf (Said Aqiael Siradj, 1998:1). Oleh karena itu, pembahasan berikutnya berkenaan dengan aliran-aliran pemikiran Islam yang terbagi dalam tiga bidang: kalam, fiqih, dan tasawuf.
B. ALIRAN PEMIKIRAN ISLAM
Aliran dalam Oxford Dictionary yaitu "ideologi" yang artinya suatu kepercayaan yang dianut oleh kelompok atau seseorang. Sedangkan pemikiran Islam sendiri yaitu sebuah pandangan atau kepercayaan dari kelompok atau seseorang terhadap Islam. Dari referensi lain disebutkan bahwa aliran pemikiran Islam yaitu suatu kepercayaan atau pandangan yan dianut seseorang atau kelompok yang bercorak Islam.
Secara garis besar, kita dapat membedakan tiga bidang pemikiran Islam, yaitu aliran kalam, aliran fiqih, dan aliran tasawuf.
1. Aliran Kalam
Kalam secaraharfiyahberartiperkataanatauucapan, adapundalamarti yang lebihkhususkalamdiartikansebagaiilmu yang membahastentangtuhandanberbagaiaspek yang terkaitdengannya. MenurutIbnuKhaldul, ilmukalamyaituilmu yang berisialasan-alasan yang mempertahankankepercayaan-kepercayaanimandenganmenggunakandalil-dalilpikirandanberisibantahanterhadap orang-orang yang menyelewengdarikepercayaan-kepercayaanalirangolongansalafdanahlisunah. Selainituadajuga yang mengatakanbahwailmukalamialahilmu yang membicarakanbagaimanamenetapkankepercayaan-kepercayaankeagaamaandenganbukti-bukti yang meyakinkan.
Ilmu kalam adalah suatu ilmu yang mengkaji ajaran-ajaran dasar keimanan Islam (usuluddin). Ilmu ini mengidentifikasi ajaran-ajaran dasar dan berupaya membuktikan validitasnya dan menjawab setiap keraguan terhadapnya.
Dalam teks-teks tentang logika dan filsafat disebutkan bahwa setiap ilmu memiliki subyek khusus, dan bahwa berbagai ilmu dibnedakan satu dari yang lain dikarenakan perbedaan subyeknya. Tidak ada yang salah jika kita membentuk suatu disiplin yang menyatukan subyek bahasan dan problem-problem yang dicakupkan baik secara arbitrer maupun konvensional, dalam arti ia mencakup subyek-subyek yang berbeda dan saling berhubungan, dan menjadi kesatuan karena memiliki tujuan dan capaian yang sama. Dalam ilmu-ilmu yang subyeknya memiliki kesatuan esensial, tidak ada kemungkinan terjadi tumpang tindih. Namun, dalam ilmu-ilmu yang di dalamnya terdapat kesatuan konvensional berkenaan dengan persoalan-persoalan yang dibahas, tidaklah salah jika ada tumpang tindih persoalan. Kesamaan antara problem dan filsafat dan kalam, psikologi dan kalam, atau sosiologi dan kalam, disebabkan oleh masalah ini.
Sebagian sarjana Muslim telah berusaha mendefinisikan dan menggambarkan garis besar subyek bahasan ilmu kalam, dan mereka mengungkapkan banyak pendapat. Titik lain mengapa disiplin ini disebut ilmu kalam dan kapan nama ini dimunculkan. Sebagian mereka mengatakan bahwa ilmu ini disebut ilmu kalam karena ia memberikan kekuatan ekstra pada perdebatan dan argumen pada orang yang terlibat di dalamnya. Sebagian lain mengatakan bahwa penamaan ilmu kalam berasal dari kebiasaan-kebiasaan para pakarnya yang selalu memulai pernyataan mereka dengan ungkapan "al-kalamu fi kaza". Sebagian lain menjelaskan bahwa ia disebut kalam karena mendiskusikan isu-isu yang selama ini tidak dibahas oleh ahli hadis. Menurut sebagian lainnya, penamaan ini muncul ketika ada isu berkaitan dengan apakah al-Qur'an (kalamullah) itu merupakan makhluk atau bukan, menjadi bahan perdebatan panas di kalangan Muslim, suatu kontroversi yang mebawa pada perselisihan antara dua kelompok yang berlawanan dan banyak pertumpahan darah. Ini juga merupakan alasan mengapa masa itu diingat sebagai asa mihnah (Mutahhari, 1985). Demikian lah karena kebanyakan perdebatan tentang ajaran-ajaran keimanan berada di seputar hadis atau qidamnya firman atau kalam Allah, disiplin yang membahas ajaran-ajaran pokok keimanan ini disebut dengan ilmu kalam.
2. Aliran Fiqih
Pengertianhukum Islam hinggasaatinimasihrancudenganpengertiansyariah.Untukitudalamdalampengertianhukum Islam disinidimaksudkandidalampengertiansyariah, yaituilmu yang berkaitandenganamalperbuatanmanisia yang di ambildarinash Al-Qur'an danHadits. Bilaadanashdari al-Qur'an atauhadits yang berhubungandenganamalperbuatantersebut atau yang diambildarisumber-sumberlain, bilatidakadaknashdari al-Qur'an danHaditsmaka di bentukalahsuatuilu yang disebutilmufikih, dengandemikianilmufiqihadalahsekelompokhukumtentangamalperbuatanmanusia yang diambildaridalil-dalil yang terperinci.
3. Aliran Tasawuf
Menurut etimologi , yaitu Ahlu suffah kelompok orang pada zaman rasulullah hidupnya banyak di serambi serambi mesjid mereka mengabdikan hidupnya untuk beribadah kepada Alah. Ada lagi mengatakan Tasawuf berasal dari kata shafa ( fi'il mabni majhul) orang yang bersih dan suci, orang yang menyucikan dirinya Dihadapan Allah.. Ada yang mengartikan berasal dari bahasa Yunani saufiI yang berarti kebijaksanaan. shuf yang berarti bulu domba (wol). Tasawuf berdasarkan istilah, (1) menurut Al-Jurairi, Memasuki segala budi (Akhlak) yang bersifat suni dan keluar dari budi pekerti yang rendah. (2) Menurut AlJunaidi , ia memberikan rumus bahwa tasawuf adalah bahwa yang hak adalah yang mematikanmu dan Hak-lah yang menghidupkanmu. Ada beserta Allah tanpa adanya penghubung.
Dari segi kebahasan (linguistik) terdapat sejumlah kata atau istilah yang dihubungkan orang dengan tasawuf. Harun Nasution misalnya menyebutkan lima istilah yang berhubungan dengan tasawuf, yaitu al-suffah (ahl al-suffah) yaitu orang yang ikut pindah dengan nabi dari Makkah ke Madinah, saf, yaitu barisan yang dijumpai dalam melaksanakan shalat berjama'ah, sufi yaitu bersih dan suci, sophos(bahasa Yunani:hikmah), dan suf (kain wol kasar). Jika diperhatikan secara saksama, tampak kelima istilah tersebut bertemakan tentang sifat-sifat dan keadaan yang terpuji, kesederhanaan, dan kedekatan dengan Tuhan. Kata ahl al-suffah misalnya menggambarkan keadaan orang yang mencurahkan jiwa raganya, harta benda dan lainnya sebagai kekayaan, harta benda dan sebagainya yang ada di Makkah untuk ditinggalkan karena ikut hijrah bersama nabi ke Madinah. Tanpa ada unsur iman dan keinginan untuk mendekatkan diri kepada Allah, tidaklah mungkin hal demikian mereka lakukan. Dengan demikian dari segi kebahasan tasawuf menggambarkan keadaan yang selalu berorientasi kepada kesucian jiwa, mengutamakan kebenaran, dan rela berkorban demi tujuan-tujuan yang lebih mulia disisi Allah. Sikap demikian pada akhirnya membawa seseorang berjiwa tangguh, memiliki daya tangkal yang kuat dan efektif terhadap berbagai godaan hidup yang menyesatkan. Tasawuf atau sufisme adalah salah satu dari jalan yang diletakkan Tuhan di dalam lubuk Islam dalam rangka menunjukkan mungkinnya pelaksanaan kehidupan rohani bagi jutaan manusia yang sejati yang telah berabad-abad mengikuti dan terus mengikuti agama yang diajarkan al-quran
Tasawuf atau dikenal sebagai mistisme Islam adalah fenomena universal yang menggambarkan upaya manusia untuk meraih kebenaran. Tasawuf juga dikenal sebagai pengetahuan intuitif tentang Tuhan atau Realitas Ultim yang diraih melalui pengalaman keagamaan personal. Yakni kesadaran akan realitas transenden atau Tuhan melalui meditasi atau kontemplasi batin. Atau disebut juga sebagai sesuatu yang memiliki makna tersebunyi atau makna simbolik yang mengilhami pencarian atas sesuatu yang misteri dan dahsyat. Sedangkan sufi ialah orang yang berusaha mencapai kesatuan dengan Tuhan melalui kontemplasi spiritual.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Dimensi-dimensi Islam adalah suatu pandangan pada sisi keislaman seseorang, yaitu iman, islam, dan ihsan. Nurcholish Madjid menyebutnya sebagai trilogi ajaran Ilahi. Dimensi pemikiran Islam yaitu aspek atau cara untuk melihat suatu permasalahan pada pandangan atau kepercayaan dari kelompok atau seseorang terhadap Islam.
Meskipun tidak dapat dikatakan sepenuhnya benar, umat Islam telah memakai suatu kerangka pemikiran tentang trilogi ajaran Ilahi di atas ke dalam tiga bidang pemikiran Islam: pertama, iman dan berbagai hal yang berhubungan dengannya diletakkan dalam satu bidang pemikiran, yaitu teologi (ilmu kalam); kedua, persoalan Islam dijelaskan dalam bidang syariat (fiqih); dan ketiga, ihsan dipandang sebagai akar tumbuhnya tasawuf (Said Aqiael Siradj, 1998:1). Oleh karena itu, pembahasan berikutnya berkenaan dengan aliran-aliran pemikiran Islam yang terbagi dalam tiga bidang: kalam, fiqih, dan tasawuf.
SARAN
Tidak seharusnya kita saling bertengkar, saling menyalahkan dan saling menumpahkan darah karena adanya suatu perbedaan paham pemikiran. Kita mempunyai daya pikir dan daya tanggap yang berbeda-beda, sehingga wajar kalau kita mempunyai pandangan atau perspektif yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
Hakim, Abd.Atangdan JaihMubarok, Metodologi Studi Islam, (Bandung, PT RemajaRosda Karya,2011) cet. 13
Weldan Taufik Akhmad dan M. Dimyati Huda, Metodologi Studi Islam,(Malang, Bayumedia, 2004) cet. 1
Baidhawy Zakiyuddin, Studi Islam Pendekatan dan Metode, (Yogyakarta, Insan Madani, 2011) cet. 1
4
i
Drs. Atang Abd. Hakim, Ma. Dan Dr. Jaih Mubarok,Metodologi Studi Islam,PT RemajaRosdakarya,Bandung,2004, hal 149-151
Akhmad Taufik Weldan dan M. Dimyati Huda, Metodologi Studi Islam,Bayumedia, Malang,2004, hal 23-24
Zakiyuddin Baidhawy, Studi Islam Pendekatan dan Metode, Insan Madani, Yogyakarta, 2011, hal 124-125
Ibiid hal 139