Jawaban auditing : 1) Tahap proses audit atas estimasi akuntansi :
Tahap Penilaian Risiko (Risk Assessment)
Perhatian auditor pada
Penjelasan
Bagaimana mengidentifikasi Bisa berawal dari kerangka akuntansi yang kebutuhan entitas melakukan
digunakan atau dari transaksi, peristiwa, dan
estimasi
kondisi dimana entitas perlu membuat estimasi akuntansi
yang
kemudian
diakui
dan
diungkapkan dalam laporan keuangan. Proses manajemen membuat
Reviu dan evaluasi proses estimasi manajemen,
estimasi
ternasuk penyusunan asumsi yang menjadi dasar estimasi, keandalan data yang digunakan, dan proses persetujuan atau reviu intern.
Hasil
Reviu outcome dari estimasi yang dibuat tahun
akhir/realisasi/outcome akhir/realisasi/outcomedari dari
lalu. pahami alasan mengenai selisih antara
entitas yang dibuat tahun lalu
estimasi tahun lalu dengan realisasi (actual (actual amount ). ).
Seberapa
luasnya Tentukan apakah estimasi akuntansi dengan
ketidakpastian estimasi dalam ketidakpastian proses estimasi ini ?
merupakan
estimasi
risiko
yang
signifikan
tinggi yang
juga harus
diperhatikan auditor Pentingnya estimasi
Dalam
menilai
risiko
salah
saji
material,
pertimbangkan: hal-hal yang disajikan dalam tabel ini besarnya estimasi apakah signifikan.
estimasi
itu
merupakan
risiko
Tahap menanggapi risiko (Risk Response)
Perhatian
auditor
Penjelasan
pada
Apakah estimasi dibuat dengan benar ?
Uji
bagaimana
manajemen
menbuat
estimasi
akuntansi dan uji data yang digunakan. Uji efektifnya pengendalian mengenai bagaimana manajemen membuat estimasi akuntansi, bersama dengan prosedur substantif yang tepat. Kembangkan (range)
suatu point
untuk
estimate suatu
kisaran
mengevaluasi management’s
point
estimate. Berapa andalnya bukti
Laksanakan satu atau lebih hal dibawah, dengan
pendukung ?
mempertimbangkan sifat estiamsi akuntansi, sifat bukti yang diperoleh, dan risiko salah saji material yang dinilai: Reviu peristiwa yang terjadi sampai tanggal laporan auditor Khususnya
dalam
entitas
kecil
yang
dikelola
pemiliknyadimana tidak ada prosedur pengendalian formal atas estimasi akuntansi
Kemungkinan
adanya
management bias ?
Ini mungkin terlihat dari perubahan cara menghitung estimasi, atau pemilihan point estimate yang berindikasi pola (terlalu) optimis atau pesimis.
Tahap Pelaporan (Reporting)
Langkah terakhir adalah menentukan apakah:
Bukti audit yang cukup dan tepat sudah diperoleh.
Estimasi
akuntansi
adalah
wajar
dalam
konteks
pelaporankeuangan yang berlaku, atau disalahsajikan; dan
kerangka
Disclosures (pengungkapan) dalam laporan keuangan mengenai
estimasi akuntansi: o
Sesuai dengan persyaratan dalam kerangka pelaporan
keuangan yang berlaku, dan o
Ketidakpastian estimasi diungkapkan dengan cukup, jika
ketidakpastian estimasi itu berisiko signifikan 2) Tiga tahap proses audit untuk pihak berelasi :
Tahap 1 – Penilaian Resiko : 1. auditor wajib melaksanakan prosedur audit sesuai denga prosedur. 2. auditor wajib mempertimbangkan kerentanan laporan keuangan terhadap salah saji 3. auditor wajib menanyakan pada manajemen tertang identitas pihak-pihak terkait, sifat hubungan antara entitas dan pihak-pihak terkait, dan apakah entitas melakukan transaksi dengan pihak-pihak terkait. 4. auditor wajib menanyakan kepada manajemen dan pegawai lain dalam entitas , dan melaksanakan prosedur penilaian resiko lain yang dipandang tepat dan memperoleh pemahaman mengenai pengendalian. 5. selama audit, auditor wajib senantiasa waspada ketika menginspeksi catatan atau dokumen mengenai pengaturan atau informasi lain. 6. Auditor wajib menanyakan tentang sifat transaksi dan apakah pihak-pihak terkait terlibat 7. Auditor wajib membagi informasi yang relevan yang dierolehnya mengenai pihak-pihak terkait entitas dengan anggota tim audit lainnya 8. Auditor wajib mengidentifikasi dan menilai resiko salah saji material terkait dengan hubungan atau transaksi pihak-pihak terkait dan menetukan apakah masing-masing resiko tersebut adalah resiko signifikan. 9. Jika
auditor
mengidentifikasi
fantor
kecurangan,
auditor
wajib
mempertimbangkan informasi tersebut ketika mengidentifikasi dan menilai resiko salah saji material karena kecurangan sesuai dengan ISA 240. Tahap 2 – Menanggapi Resiko 1. Dugaan adanya kecurangan pihakterkait
berkenaan
dengan hubungan
dan
transaksi
2. Transaksi pihak terkait yang signifikan diluar jalur bisnis normal 3. Asersi manajemen Tahap 3 – Pelaporan 1. Dokumen dan laporan 2. Representasi manajemen 3. Tentukan apakah laporan auditor harus dimodifikasi 3) Prosedur analitis dpt dilakukan :
1. Prosedur analitis diwajibkan dalam tahap perencanaan untuk membantu menentukan sifat, luas, dan penetapan waktu prosedur audit. 2. Prosedur analitis sering kali dikakukan selama tahap pengujian audit sebagai pengujian substansi untuk mendukung saldo akun. 3. Prosedur analitis yang diwajibkan selama tahap penyelesaian audit. Pengujian semacam ini berfungsi sebagai riview akhir salah saji yang material. 4) contoh penerapan prosedur analitis untuk mendapatkan indikasi adanya persediaan fiktif dan piutang fiktif :
Persediaan Fiktif Prosedur analitis, terutama persentase marjin kotor dan perputaran persediaan, sering kali membantu membongkar kecurangan persediaan. Persediaan fiktif akan mengurangsajikan harga pokok penjualan dan melebihsajikan
persentase
marjin
kotor.
Persediaan
fiktif
juga
memperkecil perputaran persediaan.
Piutang Fiktif Persentase marjin kotor lebih tinggi dan rasio perputaran piutang usaha yang lebih rendah.
5) faktor- faktor yang mempengaruhi pertimbangan materialitas :
a.
Faktor kualitatif, antara lain:
a)
Salah saji yang mengandung konsekuensi hukum
b)
Salah saji dikarenakan sikap manajemen terhadap integritas laporan keuangan.
c)
Salah saji yang menyababkan trend laba
b.
Faktor kuantitatif.
Berkaitan dengan hubungan salah saji dengan pos – pos dalam laporan keuangan, laba bersih sebelum pajak dalam laporan keuangan, total aktiva lancar/ aktiva/ ekuitas pemegang saham dalam neraca. 6) hubungan tingkat materialitas, risiko audit, bukti audit :
1. Jika auditor mempertahankan risiko audit konstan dan tingkat materialitas dikurangi, auditor harus menambah jumlah bukti audit yang di kumpulkan.
2. Jika auditor mempertahankan tingkat materialitas konstan dan mengurangi jumlah bukti audit yang dikumpulkan, risiko audit menjadi meningkat.
3. Jika auditor menginginkan untuk mengurangi risiko audit, auditor dapat menempuh
salah
satu
dari
tiga
cara
berikut
ini
:
a. Menambah tingkat materialitas, sementara itu mempertahankan jumlah bukti audit
yang
dikumpulkan.
b. Menambah jumlah bukti audit yang dikumpulkan, sementara itu tingkat materialitas
tetap
dipertahankan.
c. Menambah sedikit jumlah bukti audit yang dikumpulkan dan tingkat materialitas secara bersama-sama 7) hubungan risiko audit dengan bukti audit, serta faktor-faktor yang mempengaruhi risiko:
Risiko audit yang dapat diterima
a. Derajat ketergantungan pemakai eksternal pada laporan keuangan b.
Kemungkinan klien mengalami kesulitan keuangan
c.
Integritas manajemen
Risiko Inheren a.
Sifat bisnis klien
b.
Hasil audit sebelumnya
c.
Penugasan awal vs penugasan berulang
d.
Pihak pihak yang terkait
e.
Transaksi non rutin
f.
Pertimbangan yang diperlukan untuk mencatat saldo akun dan
transaksi dengan tepat g.
Unsur unsur populasi
h.
Faktor faktor yang berkaitan dengan pelaporan keuangan yang
curang dan misapropriasi aktiva
Risiko Pengendalian a. efektivitas pengendalian internal b. rencana pengendalian
8) Perkembangan konsep Internal Control:
Pada tahun 1992, The Commitee of Sponsoring Organization of The Treadway Commission (COSO) menerbitkan laporan yang berjudul “Internal Control Integrated Framework”. Laporan COSO tersebut memberikan suatu pandangan baru tentang konsep Internal Control yang lebih luas dan terintegrasi serta sesuai dengan perkembangan dunia usaha untuk mencegah terjadinya penyimpangan. Jika pada konsep sebelumnya hanya menekankan pada proses penyusunan laporan keuangan saja, maka konsep COSO memiliki pandangan yang lebih luas yaitu dengan melakukan pengendalian atas perilaku seluruh komponen organisasi. Konsep ini mendapat akseptasi yang luas dari berbagai pihak. Komponen Pengendalian Internal COSO : Lingkungan Pengendalian (control environment); Penilaian Risiko (Risk Assessment); Aktivitas Pengendalian (Control Activities); Informasi dan Komunikasi (Information and Comunication); Pemantauan 9) beberapa pertanyaan yang diajukan auditor untuk mengetahui jenis risiko salah saji :
Pengajuan pertanyaan informasional auditor melakukan Tanya jawab informal untuk mendapatkan informasi mengenai fakta-fakta dan rincian yang tidak didapatkan auditor. Biasanya auditor menginginkan informasi dari orang yang diwawancarai mengenai kejadian atau proses pada periode sebelumnya. Sering kali Tanya jawab dilakukan dengan santai dengan auditor memberikan pertanyaan pertanyaan terbuka yang memungkinkan responden memberikan perincian kejadian , proses atau kondisi yang ditanyakan
Pengajuan pertanyaan penilaian seorang auditor juga menggunakan Tanya jawab untuk mengevaluasi apakah informasi yang telah ia dapatkan sudah tepat, akurat atau benar. Auditor menggunakan tanya jawab evaluasi untuk mendukung atau tidak mendukung informasi sebelumnya. Auditor sering kali memulai tanya jawab evaluasi dengan pertanyaan-pertanyaan yang luas dan terbuka yang memungkinkan orang yang diwawancarai memberikan jawaban yang terperinci yang kemudian dapat ditindaklanjuti dengan pertanyaan pertanyaan lain yang lebih spesifik.
Pengajuan pertanyaan interogatif kategori tanya jawab ini digunakan ketika auditor ingin mencari tanggapan dari subjek yang ia wawancarai mengenai pengetahuannya atas suatu kejadian atau kondisi. Tanja jawab interogatif seringkali digunakan untuk menentukan apakah individu tersebut tidak jujur atau dengan sengaja meghapus fakta-fakta pengetahuan kunci, kejadian atau kondisi yang penting , khususnya ketika auditor menc urigai orang yang diwawancarai tidak jujur atau mentutup-nutupi informasi yang sebenarnya.
10) dampak teknologi informasi terhadap proses audit :
Auditor bertanggung jawab untuk memenugi pengendalian internal, mereka harus mengetahui tentang pengendalian umum dan pengendalian aplikasi, tanpa memperhatikan apakah sistem TI klien kompleks atau sederhana. 11) Langkah dalam proses penentuan materialitas : Langkah 1 MENETAPKAN PERTIMBANGAN MATERIALITAS AWAL Langkah 2 MENGALOKASIKAN
PERTIMBANGAN
MATERIALITAS
AWAL
KESETIAP BAGIAN (SALAH SAJI YANG DAPAT DITERIMA) Langkah 3 MEMPERKIRAKAN SALAH SAJI DAN MEMBANDINGKAN DENGAN PENILAIAN AWAL Langkah 4
MENGERSTIMASIKAN SALAH SAJI GABUNGAN Langkah 5 MEMBANDINGKAN ESTIMASI SALAH SAJI GABUNGAN DENGAN MATERIALITAS DALAM PENILAIAN AWAL ATAU PENILAIAN YANG DIREVIS 12) lima jenis pengujian laporan keuangan :
a.
prosedur pemahaman atas pengendalian intern, Prosedur Pengukuran Risiko Prosedur pengukuran risiko dilakukan untuk menilai risiko salah saji material dalam laporan keuangan. Auditor melakukan pengujian pengendalian, pengujian substantif transaksi, prosedur analitis, serta pengujian atas perincian saldo dalam melakuan penilaian terhadap salah saji material sebagaimana diharuskan dalam PSA 26 (SA 350). Gabungan dari keempat jenis prosedur audit lanjutan ini akan memberikan dasar bagi opini auditor.
b.
pengujian pengendalian intern, Pemahaman auditor terhadap pengendalian internal digunakan untuk mengukur risiko pengendalian untuk setiap tujuan audit tr ansaksi. Untuk mendapatkan bukti yang tepat dan mencukupi untuk mendukung pengukuran tersebut, auditor melakukan pengujian pengendalian. Pengujian pengendalian, baik secara manual dan otomatis, dapat mencakup jenis bukti berikut ini : a. Melakukan tanya jawab yang memadai dengan personel klien. b. Memeriksa dokumen, catatan dan laporan. c. Mengamati aktivitas terkait pengendalian. d. Mengerjakan ulang prosedur-prosedur klien.
c.
pengujian substantif atas transaksi, Pengujian substantive merupakan prosedur yang dirancang untuk menguji salah saji rupiah yang secara langsung berpengaruh pada ketepatan saldo laporan keuangan. Auditor mengandalkan tiga jenis pengujian substantif. Ketiga jenis itu adalah pengujian substantif transaksi, prosedur analitis substantif, serta pengujian terperinci saldo.
d.
prosedur analitis, dan Prosedur analitis melibatkan perbandingan-perbandingan jumlah yang tercatat dengan ekspektasi yang dikembangkan oleh auditor. Standar audit
mengharuskan prosedur analitis dilakukan selama perencanaan dan penyesaaln audit. Prosedur analitis juga dapat dilakukan untuk mengaudit saldo akun. Dua tujuan utama dari prosedur analitis dalam mengaudit saldo akun adalah untuk :
1. Menandai adanya kemungkinan salah saji dalam laporan keuangan. 2. Memberikan bukti substantif. e.
pengujian terinci atas saldo. Pengujian terperinci saldo memfokuskan pada saldo akhir buku besar baik untuk akun-akun neraca maupun laba rugi. Penekanan utama dalam sebagian besar pengujian atas perincian saldo adalah pada neraca. Pengujian saldo akhir sangat penting karena bukti yang biasanya didapatkan dari suatu sumber yang independen dipandang sangat dipercaya. Seperti halnya untuk transaksi, pengujian auditor atas perincian saldo juga harus memenuhi semua tujuan audit terkait saldo untuk setiap akun-akun neraca yang signifikan