200 / 2011
PETUNJUK PELAKSANAAN PEMERIKSAAN KINERJA Tim Penyusun: Daeng M. Nazier Hery Subowo Ria Anugriani Beni Subena Agus Bambang Irawan G. Yorrie Rismanto Adi Dwi Afriyanti Harpanto Guno Sabanu Subeki Supriyadi Iwan Purwanto Sudjali Sandra Willia Gusman Bambang Prayudhi Denny Wahyu Sendjaja Yosie Asad Agung Perkasa
Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan RI Jl. Jenderal Gatot Subroto 31 Jakarta -10210
KEPUTUSAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /K/I-XIII.2/12/2011 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMERIKSAAN KINERJA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
:
a. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, pelaksanaan pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara antara lain meliputi Pemeriksaan Kinerja; b. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 4 ayat (3) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, disebutkan bahwa Pemeriksaan Kinerja dilaksanakan atas aspek ekonomi, aspek efisiensi, dan aspek efektivitas; c. bahwa untuk mengefektifkan pelaksanaan pemeriksaan kinerja sebagaimana dimaksud pada huruf b, agar mendapat hasil pemeriksaan yang sesuai dengan tujuan dan standar Pemeriksaan Kinerja, perlu menetapkan Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja;
Mengingat
:
1.
2.
3.
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400); Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 85, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4654); Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 1 Tahun 2007 tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (Lembaran
4.
5.
6.
7.
Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4707); Surat Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 31/SK/I-VII.3/8/2006 tanggal 31 Agustus 2006 tentang Tata Cara Pembentukan Peraturan, Keputusan, dan Naskah Dinas pada Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia; Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 39/K/SK/I-VIII.3/7/2007 tanggal 13 Juli 2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja Pelaksana Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia; Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 1/K/I-XIII.2/2/2008 tanggal 19 Februari 2008 tentang Panduan Manajemen Pemeriksaan sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 5/K/I-XIII.2/8/2009 tanggal 26 Agustus 2009 tentang Perubahan atas Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 1/K/I-XIII.2/2/2008 tentang Panduan Manajemen Pemeriksaan; Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 09/K/I-XIII.2/7/2008 tanggal 31 Juli 2008 tentang Petunjuk Pelaksanaan Tata Cara Penyusunan atau Penyempurnaan Pedoman Pemeriksaan dan Non Pemeriksaan; MEMUTUSKAN:
Menetapkan
:
KEPUTUSAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMERIKSAAN KINERJA. Pasal 1
Menetapkan dan memberlakukan Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja di Lingkungan Badan Pemeriksa Keuangan. Pasal 2 Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 disusun dengan sistematika sebagai berikut: a. BAB I : PENDAHULUAN b. BAB II : GAMBARAN UMUM PEMERIKSAAN KINERJA c. BAB III : PERENCANAAN PEMERIKSAAN KINERJA d. BAB IV : PELAKSANAAN PEMERIKSAAN KINERJA e. BAB V : PELAPORAN PEMERIKSAAN KINERJA f. BAB VI : PENUTUP
Pasal 3 Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari Keputusan ini. Pasal 4 Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di : Jakarta Pada tanggal : BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA KETUA,
WAKIL KETUA,
HASAN BISRI
HADI POERNOMO
ANGGOTA,
ANGGOTA,
MOERMAHADI SOERJA DJANEGARA
Plh. ANGGOTA,
T AUFIEQURACHMAN RUKI
ANGGOTA,
HASAN BISRI
ALI M ASYKUR MUSA
ANGGOTA,
ANGGOTA,
SAPTO AM AL DAM ANDARI
RIZAL DJALIL ANGGOTA,
BAHRULLAH AKBAR
DAFTAR ISI DAFTAR ISI
..................................................................................................................................
i
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................................................
iii
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN .........................................................................................................
1
A. Latar Belakang .......................................................................................................
1
B.
Tujuan .....................................................................................................................
1
C.
Dasar Hukum ..........................................................................................................
1
D. Lingkup Bahasan ....................................................................................................
2
E.
Sistematika Penulisan .............................................................................................
2
GAMBARAN UMUM PEMERIKSAAN KINERJA ................................................
3
A. Pengertian dan Tujuan Pemeriksaan Kinerja ........................................................
3
B.
BAB III
Perbedaan Pemeriksaan Kinerja dengan Pemeriksaan Keuangan dan
Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu ................................................................... C. Konsep Ekonomi, Efisiensi, dan Efektivitas........................................................... D. Standar Pemeriksaan Kinerja ................................................................................. E. Persyaratan Dasar Pemeriksa ................................................................................. F. Metodologi Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja........................................
3 4 7 7 8
G. Kegiatan Dalam Pemeriksaan Kinerja.................................................................... H. Pendekatan Dalam Pemeriksaan Kinerja................................................................
9 11
PERENCANAAN PEMERIKSAAN KINERJA........................................................
12
A. Tujuan .....................................................................................................................
12
B. C.
Kegiatan dalam Perencanaan Pemeriksaan............................................................. Penentuan Topik Potensial Pemeriksaan.................................................................
12 13
D. Penyusunan Program Pemeriksaan Pendahuluan................................................... E. Pemahaman Entitas dan Pengidentifikasian Masalah.............................................
16 17
F. Penentuan Area Kunci............................................................................................. G. Penentuan Tujuan dan Lingkup Pemeriksaan............................................
20 24
H. Penetapan Kriteria Pemeriksaan.............................................................................. I. Penyusunan Rencana Kerja Pemeriksaan (RKP) dan
26
Program Pemeriksaan Terinci...............................................................................
31 i
BAB IV
PELAKSANAAN PEMERIKSAAN KINERJA......................................................... A. Tujuan......................................................................................................................
35 35
B. C.
35 36
Kegiatan Pemeriksaan............................................................................................ Perolehan dan Pengujian Data........................................................................
D. Penyusunan Temuan Pemeriksaan.......................................................................... E. Pendokumentasian...................................................................................................
39 41
BAB V
PELAPORAN PEMERIKSAAN KINERJA.............................................................. A. Tujuan...................................................................................................................... B. Kegiatan dalam Pelaporan Pemeriksaan................................................................. C. Penyusunan Konsep Laporan Hasil Pemeriksaan...................................................
42 42 42 42
BAB VI
PENUTUP...................................................................................................................... A. Pemberlakuan Petunjuk Pelaksanaan...................................................................... B. Perubahan Petunjuk Pelaksanaan............................................................................ C. Pemantauan Petunjuk Pelaksanaan.........................................................................
48 48 48 48
LAMPIRAN
ii
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 3.1
Penentuan Topik Pemeriksaan Kinerja
Lampiran 3.2
Kertas Kerja Pemahaman Entitas
Lampiran 3.3
Kertas Kerja Pengidentifikasian Masalah
Lampiran 3.4
Pemahaman Sistem Pengendalian Internal Dengan Menggunakan Pendekatan COSO
Lampiran 3.5
Kertas Kerja Penentuan Area Potensial
Lampiran 3.6
Kertas Kerja Pemilihan Area Kunci
Lampiran 3.7
Kertas Kerja Penetapan Obyek, Tujuan, dan Lingkup Pemeriksaan
Lampiran 4.1
Kertas Kerja Pengujian Data Pemeriksaan
iii
Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja
Bab I
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 01
Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) mempunyai kewenangan untuk melakukan pemeriksaan keuangan, pemeriksaan kinerja, dan pemeriksaan dengan tujuan tertentu. Pada saat ini porsi kegiatan pemeriksaan BPK lebih banyak melakukan pemeriksaan keuangan seiring dengan dimulainya era pelaporan keuangan yang lebih transparan dari Pemerintah, baik Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah. Namun demikian, perhatian publik secara luas mulai bergeser ke arah nyata dari peristiwa terkini, baik tentang pencapaian kinerja pemerintah, usaha pemberantasan korupsi, perusakan alam, dan sebagainya. Sebagai sebuah lembaga pemeriksa yang independen, BPK menjadi tumpuan masyarakat luas sebagai sebuah lembaga yang dapat memberikan kontribusinya untuk menuju Indonesia ke arah yang lebih baik.
Perhatian publik bergeser ke arah pencapaian kinerja pemerintah
02
Untuk menuju Indonesia ke arah yang lebih baik, perlu dilakukan banyak pembenahan terutama dalam hal perbaikan kinerja pemerintah. Pemeriksaan kinerja merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kinerja pemerintah terutama dalam memperbaiki kualitas pelayanan publik yang menjadi tuntutan masyarakat.
Pemeriksaan kinerja sebagai salah satu cara meningkatkan kinerja pemerintah
B. Tujuan 03
Dalam rangka peningkatan porsi pemeriksaan kinerja ke depan, BPK memerlukan suatu pedoman pemeriksaan kinerja agar terdapat kesamaan persepsi dan keseragaman metodologi dalam rangka pemeriksaan yang efisien dan efektif. Penyusunan petunjuk pelaksanaan pemeriksaan kinerja ini dimaksudkan untuk membantu pemeriksa dalam melaksanakan pemeriksaan kinerja secara lebih efektif, efisien, dan dengan cara yang lebih sistematik.
Tujuan penyusunan juklak
C. Dasar Hukum 04
Dasar hukum penyusunan Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) Pemeriksaan Kinerja ini, antara lain: Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400); Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 85, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4654);
Direktorat Litbang
Badan Pemeriksa Keuangan
Dasar hukum penyusunan Juklak
1
Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja
Bab I
Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2007 tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4707); Surat Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 31/SK/I-VII.3/8/2006 tanggal 31 Agustus 2006 tentang Tata Cara Pembentukan Peraturan, Keputusan, dan Naskah Dinas pada Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia; Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 39/K/I-VIII.3/7/2007 tanggal 13 Juli 2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja Pelaksana Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia; Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 1/K/I-XIII.2/2/2008 tanggal 19 Februari 2008 tentang Panduan Manajemen Pemeriksaan sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 5/K/I-XIII.2/8/2009 tanggal 26 Agustus 2009 tentang Perubahan atas Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 1/K/I-XIII.2/2/2008 tentang Panduan Manajemen Pemeriksaan; dan Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 09/K/I-XIII.2/7/2008 tanggal 31 Juli 2008 tentang Petunjuk Pelaksanaan Tata Cara Penyusunan atau Penyempurnaan Pedoman Pemeriksaan dan Non Pemeriksaan.
D. Lingkup Bahasan 05
Juklak ini mengatur tentang tata cara pelaksanaan pemeriksaan kinerja mulai dari tahap perencanaan hingga tahap pelaporan. Tahap tindak lanjut atas rekomendasi BPK tidak dibahas dalam juklak ini, karena akan dibahas dalam petunjuk teknis tentang pemantauan tindak lanjut. Juklak ini juga tidak mengatur hal-hal yang bersifat rinci yang mungkin membutuhkan referensi petunjuk teknis lainnya untuk diperhatikan.
Lingkup bahasan juklak
E. Sistematika Penulisan 06
Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja ini disusun dengan sistematika sebagai berikut. BAB I PENDAHULUAN BAB II GAMBARAN UMUM PEMERIKSAAN KINERJA BAB III PERENCANAAN PEMERIKSAAN KINERJA BAB IV PELAKSANAAN PEMERIKSAAN KINERJA BAB V PELAPORAN PEMERIKSAAN KINERJA BAB VI PENUTUP
Direktorat Litbang
Badan Pemeriksa Keuangan
2
Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja
Bab II
BAB II GAMBARAN UMUM PEMERIKSAAN KINERJA A. Pengertian dan Tujuan Pemeriksaan Kinerja 01
Menurut Undang-Undang Nomor 15 tahun 2004 Pasal 4 ayat (3) tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, Pemeriksaan Kinerja adalah pemeriksaan atas pengelolaan keuangan negara yang terdiri atas pemeriksaan aspek ekonomi dan efisiensi serta pemeriksaan aspek efektivitas.
Pemeriksaan kinerja menurut UU
02
Terminologi baku untuk pemeriksaan kinerja yang digunakan oleh anggota International Organization of Supreme Audit Institutions (INTOSAI) adalah performance audit. INTOSAI mendefinisikan pemeriksaan kinerja sebagai suatu pemeriksaan yang independen atas efisiensi dan efektivitas kegiatan, program, dan organisasi pemerintah, dengan memperhatikan aspek ekonomi, dengan tujuan untuk mendorong ke arah perbaikan.
Pemeriksaan kinerja menurut INTOSAI
03
Terminologi lain yang dikenal dari pemeriksaan kinerja adalah value for money audit, yang digunakan di Inggris, Kanada, dan beberapa negara persemakmuran, dan diartikan sebagai suatu proses penilaian atas bukti-bukti yang tersedia untuk menghasilkan suatu pendapat secara luas mengenai bagaimana entitas menggunakan sumber daya secara ekonomis, efektif, dan efisien.
Value for money audit
B. Perbedaan Pemeriksaan Kinerja dengan Pemeriksaan Keuangan dan Pemeriksaan dengan Tujuan Tertentu 04
Pokok perbedaan antara pemeriksaan kinerja, pemeriksaan keuangan dan Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu (PDTT) terletak pada tujuan dan hasil pemeriksaan. Penjelasan untuk kedua aspek perbedaan tersebut dapat ditunjukkan pada tabel di bawah ini.
Perbedaan pemeriksaan kinerja dengan pemeriksaan keuangan dan PDTT
Tabel 2.1 Perbedaan Pemeriksaan Kinerja, Pemeriksaan Keuangan dan PDTT Jenis Pemeriksaan Kinerja
Keuangan PDTT
Direktorat Litbang
Tujuan
Hasil
Menilai aspek ekonomi, efisiensi, atau efektivitas. Menilai kewajaran laporan keuangan. Memberikan simpulan atas suatu hal yang diperiksa dan dapat bersifat eksaminasi (pengujian), reviu, atau prosedur yang disepakati (agreed upon procedures).
Simpulan dan rekomendasi atas aspek kinerja yang dinilai. Opini atas laporan keuangan. Tergantung jenis PDTT Eksaminasi Simpulan dengan tingkat keyakinan positif (positive assurance) bahwa suatu pokok masalah telah sesuai dengan kriteria, dalam semua hal yang material.
Badan Pemeriksa Keuangan
3
Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja
Jenis Pemeriksaan
Bab II
Tujuan
Hasil Reviu Simpulan dengan tingkat keyakinan negatif (negative assurance) bahwa tidak ada informasi yang diperoleh pemeriksa dari pekerjaan yang dilaksanakan menunjukkan bahwa pokok masalah tidak didasari (atau tidak sesuai dengan) criteria. Agreed upon procedures Simpulan atas hasil pelaksanaan prosedur tertentu yang disepakati dengan pemberi tugas terhadap suatu pokok masalah.
C. Konsep Ekonomi, Efisiensi, dan Efektivitas 05
Pada prinsipnya, konsep ekonomi, efisiensi dan efektivitas berhubungan erat dengan pengertian input, output dan outcome. Input adalah sumber daya dalam bentuk dana, Sumber Daya Manusia (SDM), peralatan, dan material yang digunakan untuk menghasilkan ouput. Output adalah barang-barang yang diproduksi, jasa yang diserahkan/diberikan, atau hasil-hasil lain dari proses atas input. Proses adalah kegiatan-kegiatan operasional yang menggunakan input untuk menghasilkan output, sedangkan outcome adalah tujuan atau sasaran yang akan dicapai melalui output. Gambar 1 berikut ini menjelaskan hubungan antara input, proses, output, dan outcome.
BIAYA INPUT
INPUT
EKONOMI
PROSES
EFISIENSI
OUTPUT
Hubungan konsep 3E dengan input, output dan outcome
OUTCOME
EFEKTIFITAS
GAMBAR 1 Hubungan input, proses, output dan outcome 06
Ekonomi berkaitan dengan perolehan sumber daya yang akan digunakan dalam proses dengan biaya, waktu, tempat, kualitas, dan kuantitas yang benar. Ekonomi berarti meminimalkan biaya perolehan input yang akan digunakan
Direktorat Litbang
Badan Pemeriksa Keuangan
Pengertian ekonomi
4
Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja
Bab II
dalam proses, dengan tetap menjaga kualitas sejalan dengan prinsip dan praktik administrasi yang sehat dan kebijakan manajemen. Organisasi yang ekonomis memperoleh input pada kualitas dan kuantitas yang tepat, dengan harga termurah. Penekanan untuk aspek ekonomi berhubungan dengan perolehan barang atau jasa sebelum digunakan dalam proses. 07
Contoh: Barang A dapat dibeli di toko B seharga Rp100.000.000,00, dengan cara pembayaran, kualitas, dan layanan purnajual yang sama, barang A dapat dibeli di toko C seharga Rp90.000.000,00. Jika entitas membeli di toko B, maka dikatakan entitas tersebut telah melakukan pemborosan atau ketidakekonomisan sebesar Rp10.000.000,00.
08
Pemeriksaan atas aspek ekonomi meliputi faktor-faktor, apakah: (1) barang atau jasa untuk kepentingan program, aktivitas, fungsi, dan kegiatan telah diperoleh dengan harga lebih murah dibandingkan dengan barang atau jasa yang sama; dan (2) barang atau jasa telah diperoleh dengan kualitas yang lebih bagus dibandingkan dengan jenis barang/jasa serupa dengan harga yang sama.
09
Langkah-langkah dalam pengukuran ekonomi adalah sebagai berikut: (1) (2) (3) (4)
identifikasi input yang diperoleh; identifikasi biaya dan waktu/pengorbanan untuk mendapatkan input; penentuan kriteria; pembandingan data yang diperoleh pada langkah (2) dengan kriteria yang telah dibuat pada langkah (3); dan (5) interpretasi hasilnya.
Faktor-faktor dalam pemeriksaan aspek ekonomi
Langkah-langkah pengukuran ekonomi
10
Efisiensi merupakan hubungan yang optimal antara input dan output. Suatu entitas dikatakan efisien apabila mampu menghasilkan output maksimal dengan jumlah input tertentu atau mampu menghasilkan output tertentu dengan memanfaatkan input minimal.
Pegertian efisiensi
11
Untuk menilai efisiensi, pertanyaan-pertanyaan berikut perlu dipertimbangkan dalam melakukan pemeriksaan:
Pertanyaan untuk menilai efisiensi
(1) apakah input yang tersedia telah dipakai secara optimal? (2) apakah output yang sama dapat diperoleh dengan lebih sedikit input? (3) apakah output yang terbaik dalam ukuran kuantitas dan kualitas dapat diperoleh dari input yang digunakan? 12
Temuan atas efisiensi dapat dirumuskan dengan menggunakan perbandingan antara aktivitas/industri/organisasi yang sejenis, periode lain, standar, dan best practices yang secara tegas telah diadopsi oleh entitas.
13
Contoh: Untuk memproduksi suatu jenis output tertentu dengan jumlah tertentu yang sama terdapat tiga cara:
Cara perumusan temuan efisiensi
(1) cara 1 membutuhkan lima unit material A dan dua jam kerja sebagai input; (2) cara 2 membutuhkan enam unit material A dan tiga jam kerja sebagai input; dan (3) cara 3 membutuhkan tujuh unit material A dan empat jam kerja sebagai input.
Direktorat Litbang
Badan Pemeriksa Keuangan
5
Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja
Bab II
Berdasarkan data tersebut, cara 1 lebih efisien daripada cara 2 dan 3 karena rasio input dan output (i/o) pada cara 1 lebih kecil dibandingkan dengan rasio input dan output (i/o) pada cara 2 dan cara 3. 14
15
Pemeriksaan atas efisiensi meliputi aspek, apakah: (1) program, aktivitas, fungsi, kegiatan telah dikelola, diatur, diorganisasikan, dan dilaksanakan secara efisien; dan (2) jasa pelayanan oleh pemerintah telah diberikan dengan kualitas terbaik, berorientasi pada kebutuhan masyarakat, dan diberikan tepat waktu. Langkah-langkah pengukuran efisiensi adalah sebagai berikut: (1) (2) (3) (4) (5) (6)
identifikasi dan pilih input yang relevan; identifikasi dan pilih output yang relevan; penentuan unit pengukuran input dan output; penentuan rasio pengukuran antara input dan output; penentuan kriteria; pembandingan data yang diperoleh pada langkah (4) dengan kriteria yang telah dibuat pada langkah (5); dan (7) interpretasi hasil. 16
Efektivitas pada dasarnya adalah pencapaian tujuan. Efektivitas berkaitan dengan hubungan antara output yang dihasilkan dengan tujuan yang dicapai (outcome). Efektif berarti output yang dihasilkan telah memenuhi tujuan yang telah ditetapkan.
17
Contoh: Pemerintah Daerah X mempunyai program pelayanan bus yang bertujuan untuk mengurangi tingkat penggunaan kendaraan pribadi di dalam kota. Outputnya berupa pelayanan bus yang diukur dengan jumlah kilometer pelayanan bus. Dalam rangka pelaksanaan program tersebut, Pemerintah Daerah X melakukan pembelian bus baru.
18
Misalnya, biaya pengoperasian setahun bus merek A Rp1.000.000.000,00, sedangkan biaya pengoperasian bus merek B juga Rp1.000.000.000,00. Kilometer yang dilayani bus A 250.000 km setahun, sedangkan bus B 225.000 km setahun. Akan tetapi, dengan bus A penggunaan kendaraan pribadi turun sebesar 10%, sedangkan dengan bus B, penggunaan kendaraan pribadi turun sebesar 30%.
19
Kesimpulan dari sisi efektivitas (hubungan antara output dan outcome) penggunaan bus B lebih efektif, sedangkan dari sisi efisiensi (hubungan antara input dan ouput) penggunaan bus A lebih efisien daripada bus B.
20
Perbedaan ini disebabkan bus A memang mempunyai jarak tempuh yang lebih jauh, tetapi tingkat kenyamanan yang kurang memadai, sehingga masyarakat tidak serta-merta menggunakan bus A sebagai kendaraan pengganti mobil pribadi.
21
Untuk melakukan pemeriksaan atas efektivitas suatu entitas, maka pertanyaan-pertanyaan berikut perlu dipertimbangkan: (1) apakah output yang dihasilkan telah dimanfaatkan sebagaimana diharapkan? (2) apakah output yang dihasilkan konsisten dengan tujuan? (3) apakah dampak yang dinyatakan berasal dari output yang dihasilkan dan bukan dari pengaruh lingkungan luar?
Direktorat Litbang
Badan Pemeriksa Keuangan
Aspek pemeriksaan efisiensi
Langkah-langkah pengukuran efisiensi
Pengertian efektivitas
Pertanyaan untuk menilai efektivitas
6
Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja
22
Bab II
Langkah-langkah pengukuran efektivitas adalah sebagai berikut: (1) (2) (3) (4) (5)
identifikasi tujuan (outcome) yang telah ditetapkan sebelumnya; identifikasi output aktual; penentuan unit pengukuran output dan outcome; pembandingan antara output dan outcome; dan interpretasi hasil.
Langkah-langkah pengukuran efektivitas
23
Dalam pemeriksaan kinerja, pemeriksa dapat memilih untuk memeriksa: salah satu aspek saja (1E) misalnya menilai aspek ekonomi, efisiensi atau efektivitas; kombinasi dua aspek (2E) misalnya menilai aspek ekonomi dan efisiensi, atau aspek efisiensi dan efektivitas; dan seluruh aspek (3E) baik ekonomi, efisiensi dan efektivitas.
Pemeriksa dapat memilih untuk memeriksa 1E, 2E atau 3E
24
Untuk memilih aspek pemeriksaan kinerja (1E, 2E atau 3E), pemeriksa harus mempertimbangkan sumber daya yang tersedia dan risiko pemeriksaan. Semakin luas aspek kinerja yang diperiksa, maka risiko pemeriksaan juga akan meningkat. Best practice yang umumnya dilakukan adalah hanya memeriksa 1E atau 2E saja.
Pertimbangan dalam memeriksa aspek 3E
D. Standar Pemeriksaan Kinerja 25
Pemeriksaan dilaksanakan berdasarkan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) yang disusun dan ditetapkan BPK melalui Peraturan BPK RI Nomor 1 Tahun 2007. SPKN yang berlaku bagi pemeriksaan kinerja meliputi:
Standar Pemeriksaan Kinerja
(1) Standar Umum Standar Umum berkaitan dengan persyaratan kemampuan dan keahlian pemeriksa, independensi organisasi dan individual pemeriksa, kemahiran profesional berupa kecermatan dan keseksamaan, serta pengendalian mutu pemeriksaan. (2) Standar Pelaksanaan Standar Pelaksanaan berkaitan dengan syarat-syarat bagi pemeriksa dalam merencanakan dan mengawasi pekerjaan di lapangan. Standar pelaksanaan meliputi: a) perencanaan; b) supervisi; c) bukti pemeriksaan; dan d) dokumentasi pemeriksaan. (3) Standar Pelaporan Standar Pelaporan berkaitan dengan syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam pelaporan hasil kegiatan pemeriksaan. Standar pelaporan meliputi: a) kewajiban penyusunan laporan hasil pemeriksaan; b) isi laporan hasil pemeriksaan; c) prasayarat kualitas laporan hasil pemeriksaan; dan d) distribusi laporan hasil pemeriksaan.
E. Persyaratan Dasar Pemeriksa 26
Pemeriksaan kinerja merupakan kegiatan yang berdasar pada informasi yang menuntut nilai-nilai profesional untuk mengelola informasi tersebut menjadi titik sentral. Salah satu bentuk nilai profesional tersebut adalah pentingnya seorang pemeriksa mempunyai kesempatan untuk mengembangkan keahliannya dan mempertahankan hasil yang baik dalam pelaksanaan tugas.
Direktorat Litbang
Badan Pemeriksa Keuangan
Pemeriksa profesional harus mengembangkan keahliannya
7
Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja
Bab II
27
Agar dapat mencapai tujuan pemeriksaan kinerja yang telah ditetapkan, pemilihan personil pemeriksa yang akan ditugasi menjadi salah satu faktor yang cukup menentukan. Seorang pemeriksa dalam pemeriksaan kinerja harus mempunyai latar belakang pendidikan formal yang cukup dan mempunyai keahlian lainnya seperti kemampuan menganalisis, kemampuan berkreativitas, kemampuan berkomunikasi, baik dalam bentuk lisan maupun tertulis serta kemampuan terhadap pemahaman atas suatu pengelolaan/ manajemen yang baik. Selain itu, pemeriksa kinerja juga dituntut untuk selalu memperoleh pendidikan profesional dari berbagai disiplin ilmu secara berkelanjutan, seperti telah diatur dalam SPKN PSP 01 paragraf 08, untuk memperoleh informasi/ ilmu yang mutakhir sehingga dapat mendukung pelaksanaan pemeriksaan.
28
Dalam pelaksanaan suatu pemeriksaan kinerja, BPK dapat menggunakan tenaga ahli yang berasal dari dalam atau luar BPK. Atas penggunaan tenaga ahli internal ataupun eksternal tersebut, pemeriksa perlu mempertimbangkan kualifikasi mereka seperti yang telah diatur dalam Pasal 6 Peraturan BPK RI Nomor 1 tahun 2008 tentang Penggunaan Pemeriksa dan/atau Tenaga Ahli dari Luar BPK, dan diatur juga dalam SPKN PSP 01 paragraf 09.
29
SPKN PSP 04 tentang Standar Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja paragraf 7 juga telah menetapkan jenis pekerjaan yang harus dilakukan pemeriksa dalam pelaksanaan pemeriksaan kinerja. PSP tersebut juga mengisyaratkan bahwa pemeriksa harus memiliki kompetensi dan keahlian yang cukup dalam menjalankan tugasnya.
30
Lebih lanjut, SPKN PSP 01 Standar Umum Paragraf 10 secara jelas juga mengatur persyaratan dasar kemampuan/keahlian para pemeriksa yang harus dipenuhi dalam melakukan tugas pemeriksaan.
Penggunaan tenaga ahli dari luar BPK
F. Metodologi Pemeriksaan Kinerja 31
Metodologi pemeriksaan kinerja dapat terlihat pada bagan berikut.
Metodologi pemeriksaan kinerja
METODOLOGI PEMERIKSAAN KINERJA Ukuran Kinerja Pemeriksaan: - Standar Pemeriksaan - Panduan Manajemen Pemeriksaan - Tujuan dan Harapan Penugasan
PERENCANAAN
PELAKSANAAN
PELAPORAN
1. Penentuan Topik Potensial
9. Pengujian Data
13. Penyusunan Konsep LHP
2. Penyusunan Program Pemeriksaan Pendahuluan
10. Penyusunan Konsep Temuan Pemeriksaan
14. Perolehan Tanggapan atas Rekomendasi & Simpulan
3. Pemahaman Entitas & Pengidentifikasian Masalah
11. Perolehan Tanggapan Entitas
4. Penentuan Area Kunci
15. Penyusunan dan penyampaian LHP
12. Penyampaian Temuan Kepada Entitas
5. Penentuan Tujuan & Lingkup Pemeriksaan
6. Penentuan Kriteria Pemeriksaan
7. Pengidentifikasian Jenis Bukti & Prosedur Pemeriksaan
8. Penyusunan RKP dan P2 Terinci
SUPERVISI – KENDALI DAN PENJAMINAN MUTU (Supervisi, Quality Control & Assurance) Dokumentasi
Direktorat Litbang
Badan Pemeriksa Keuangan
8
Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja
32
Bab II
Secara garis besar metodologi ini terbagi dalam tiga tahap, yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan. Masing-masing tahap mempunyai uraian detail seperti tertera dalam sistematika di bawah ini: 1. perencanaan a. b. c. d. e. f. g. h.
penentuan topik potensial pemeriksaan; penyusunan program pemeriksaan pendahuluan; pemahaman entitas dan pengidentifikasian masalah; penentuan area kunci; penentuan tujuan dan lingkup pemeriksaan; penentuan kriteria pemeriksaan; pengidentifikasian jenis bukti dan prosedur pemeriksaan; dan penyusunan Rencana Kerja Pemeriksaan (RKP) dan Program Pemeriksaan (P2) Terinci.
2. pelaksanaan a. pengujian data; b. penyusunan dan penyampaian konsep Temuan Pemeriksaan (TP); c. perolehan tanggapan resmi dan tertulis atas konsep TP; dan d. penyampaian TP. 3. Pelaporan a. penyusunan konsep laporan hasil pemeriksaan; b. perolehan tanggapan atas rekomendasi dan simpulan; dan c. penyusunan dan penyampaian Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP).
G. Kegiatan Dalam Pemeriksaan Kinerja 33
1. Perencanaan Pemeriksaan Kegiatan dalam tahap perencanaan pemeriksaan adalah sebagai berikut.
34
a. Penentuan topik potensial pemeriksaan Langkah awal dalam pemeriksaan kinerja adalah menentukan topik pemeriksaan. Penentuan topik pemeriksaan diperlukan agar sumber daya pemeriksaan yang dimiliki BPK dapat dialokasikan pada topik pemeriksaan yang tepat. Informasi yang dapat digunakan dalam menentukan topik pemeriksaan antara lain Rencana Strategis BPK, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dan isu-isu yang berkembang di masyarakat.
35
b. Penyusunan program pemeriksaan pendahuluan Setelah mengetahui topik pemeriksaan, pemeriksa dapat menyusun program pemeriksaan pendahuluan. Penyusunan program pemeriksaan pendahuluan bertujuan untuk: 1) menetapkan hubungan yang jelas dan konsisten antara rencana strategis BPK dengan rencana pemeriksaan kinerja; 2) mengidentifikasikan dan mendokumentasikan prosedur-prosedur pemeriksaan untuk memperoleh informasi yang diperlukan pada tahap perencanaan; dan 3) memudahkan supervisi dan reviu untuk pemerolehan keyakinan mutu pemeriksaan.
Direktorat Litbang
Badan Pemeriksa Keuangan
Penentuan topik potensial pemeriksaan
Penyusunan program pemeriksaan pendahuluan
9
Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja
36
Bab II
c. Pemahaman entitas dan pengidentifikasian masalah Pemahaman entitas diperlukan untuk memperoleh pengetahuan mengenai entitas yang diperiksa. Pemahaman entitas dapat membantu pemeriksa untuk mengidentifikasi masalah yang terkait dengan obyek pemeriksaan.
Pemahaman entitas dan pengidentifikasian masalah
Pemahaman entitas dan pengidentifikasian masalah akan membantu pemeriksa dalam hal: 1) penaksiran risiko pemeriksaan; 2) penentuan tujuan pemeriksaan; 3) perencananaan dan pelaksanaan pemeriksaan secara efisien dan efektif; dan 4) pengevaluasian keandalan bukti pemeriksaan. 37
d. Penentuan area kunci
Penentuan area kunci
Area kunci adalah area, bidang, atau kegiatan yang merupakan fokus pemeriksaan. Penentuan area kunci sangat penting agar pelaksanaan pemeriksaan lebih fokus pada tujuan pemeriksaan dan memungkinkan penggunaan sumber daya pemeriksaan yang lebih efisien dan efektif. Pemilihan area kunci dapat dilakukan berdasarkan faktor-faktor pemilihan (selection factors), yaitu; (1) risiko terhadap manajemen, (2) signifikansi, (3) dampak pemeriksaan, dan (4) auditabilitas. 38
e. Penentuan tujuan dan lingkup pemeriksaan Tujuan pemeriksaan harus didefinisikan dengan jelas, agar mempermudah tim pemeriksa dalam menarik simpulan pada akhir pemeriksaan. Tujuan pemeriksaan sangat memengaruhi penentuan lingkup pemeriksaan karena lingkup pemeriksaan terkait erat dengan tujuan pemeriksaan yang telah ditetapkan. Penentuan lingkup pemeriksaan akan memengaruhi prosedur yang diperlukan selama pelaksanaan pemeriksaan, sumber daya yang dibutuhkan, dan masalah-masalah penting yang akan dilaporkan.
39
f. Penetapan kriteria pemeriksaan
Penentuan tujuan dan lingkup pemeriksaan
Penetapan kirteria pemeriksaan
Penentuan kriteria pemeriksaan diperlukan untuk menentukan apakah suatu entitas mencapai kinerja yang diharapkan. Apabila kriteria dibandingkan dengan kondisi aktual, maka akan timbul temuan pemeriksaan. Jika kondisi memenuhi atau melebihi kriteria, hal ini mengindikasikan bahwa entitas telah melaksanakan praktik terbaik. Sebaliknya, jika kondisi tidak memenuhi kriteria, hal ini mengindikasikan perlunya tindakan perbaikan. 40
g. Pengidentifikasian jenis bukti dan prosedur pemeriksaan Setelah mengetahui kriteria pemeriksaan, pemeriksa dapat mengidentifikasi jenis dan sumber bukti serta prosedur pemeriksaan yang digunakan untuk memperoleh bukti tersebut. Mengidentifikasi jenis dan sumber bukti serta prosedur pemeriksaan akan mempermudah pemeriksa pada saat di lapangan, sehingga pemeriksaan dapat berjalan dengan efisien dan efektif.
Direktorat Litbang
Badan Pemeriksa Keuangan
Pengidentifikasian jenis bukti dan prosedur pemeriksaan
10
Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja
41
Bab II
h. Penyusunan RKP dan P2 Terinci
Penyusunan RKP dan P2 terinci
Setelah pemeriksa melakukan pemeriksaan pendahuluan dan memutuskan untuk melakukan pemeriksaan terinci, maka pemeriksa dapat menyusun RKP dan P2 untuk pemeriksaan terinci. RKP akan menjabarkan topik pemeriksaan, jenis pemeriksaan, kebutuhan SDM, dan anggaran pemeriksaan. Sementara P2 terinci akan menjabarkan prosedur terinci untuk efektivitas biaya pengumpulan data. 2. Pelaksanaan Pemeriksaan 42
43
a. Pengujian data Pada tahap ini, pemeriksa menganalisis bukti pemeriksaan dari obyek yang diperiksa untuk memperoleh keyakinan yang memadai dalam menjawab tujuan pemeriksaan. b. Penyusunan konsep temuan pemeriksaan Pemeriksa menyusun konsep Temuan Pemeriksaan (TP) atas kondisi yang tidak memenuhi kriteria pemeriksaan yang ditetapkan. Temuan pemeriksaan meliputi unsur-unsur kondisi, kriteria, akibat, dan sebab.
Pengujian data
Penyusunan konsep temuan pemeriksaan
44
c. Perolehan tanggapan entitas atas temuan pemeriksaan Pemeriksa mengomunikasikan konsep TP kepada entitas yang diperiksa untuk memperoleh tanggapan. Tujuan komunikasi tersebut adalah untuk memvalidasi konsep TP yang telah dikembangkan oleh pemeriksa. 3. Pelaporan Pemeriksaan
Perolehan tanggapan entitas
45
a. Penyusunan konsep LHP Penyusunan konsep LHP memuat unsur-unsur seperti: pernyataan bahwa pemeriksaan dilaksanakan sesuai dengan standar; tujuan, lingkup dan metodologi pemeriksaan; hasil pemeriksaan (temuan, simpulan dan rekomendasi); tanggapan pejabat terperiksa atas Hasil Pemeriksaan (HP); dan pelaporan informasi rahasia bila ada. b. Perolehan tanggapan atas rekomendasi dan simpulan Setelah menyusun konsep LHP, pemeriksa menyampaikan konsep LHP tersebut kepada entitas untuk memperoleh tanggapan dari entitas yang diperiksa. Hal tersebut bertujuan agar laporan dapat disajikan secara berimbang. c. Penyusunan dan penyampaian LHP Pemeriksan akan melakukan finalisasi atas konsep LHP yang telah mendapatkan tanggapan dari entitas. LHP yang sudah difinalisasi selanjutnya didistribusikan kepada pihak yang secara resmi berkepentingan.
Penyusunan konsep LHP
46
47
Perolehan tanggapan atas rekomendasi dan simpulan
Penyusunan dan penyampaian LHP
H. Pendekatan dalam Pemeriksaan Kinerja 48
49 50
Dalam pemeriksaan kinerja terdapat dua pendekatan yang dapat diterapkan oleh pemeriksa, yaitu: a. pemeriksaan yang menekankan pada proses/prosedur/metode yang dilakukan pada entitas/program/kegiatan yang diperiksa, dan b. pemeriksaan yang menekankan pada hasil yang dicapai oleh entitas/program/kegiatan yang diperiksa. Pendekatan pemeriksaan ini akan memengaruhi pemeriksa dalam menentukan tujuan dan kriteria pemeriksaan. Penjelasan lebih rinci mengenai pendekatan pemeriksaan ini akan dijelaskan dalam juknis penetapan kriteria.
Direktorat Litbang
Badan Pemeriksa Keuangan
Pendekatan dalam pemeriksaan kinerja
11
Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja
Bab III
BAB III PERENCANAAN PEMERIKSAAN KINERJA A. Tujuan 01
Tujuan perencanaan pemeriksaan adalah mempersiapkan suatu RKP dan P2 atas pemeriksaan terinci. RKP dan P2 ini akan digunakan sebagai dasar bagi pelaksanaan pemeriksaan terinci sehingga pemeriksaan dapat berjalan secara efisien dan efektif.
02
Dalam perencanaan pemeriksaan, pemeriksa mengumpulkan informasi untuk menentukan kebijakan awal mengenai: (1) topik potensial pemeriksaan, (2) lingkup pemeriksaan, (3) biaya, waktu dan keahlian yang diperlukan, (4) tujuan pemeriksaan, (5) area pemeriksaan yang perlu untuk direviu secara mendalam, (6) kriteria pemeriksaan, dan (7) jenis bukti dan prosedur pengujian yang akan dilakukan.
Tujuan perencanaan pemeriksaan
B. Kegiatan dalam Perencanaan Pemeriksaan 03
Kegiatan dalam perencanaan pemeriksaan meliputi: penentuan topik potensial pemeriksaan, penyusunan program pemeriksaan pendahuluan, pemahaman entitas dan pengidentifikasian masalah, penentuan area kunci, penentuan tujuan, dan lingkup pemeriksaan, penentuan kriteria pemeriksaan, pengidentifikasian jenis bukti dan prosedur pemeriksaan, penyusunan RKP dan P2 terinci.
04
Kegiatan dalam perencanaan pemeriksaan, terutama pada tahap pemahaman entitas dan pengidentifikasian masalah sampai dengan pengidentifikasian jenis bukti dan prosedur pemeriksaan dapat dituangkan dalam suatu pemeriksaan pendahuluan. Hasil pemeriksaan pendahuluan digunakan sebagai bahan keputusan untuk meneruskan pemeriksaan kinerja ini ke tahap berikutnya, yaitu pelaksanaan dan pelaporan pemeriksaan kinerja. Jika diputuskan untuk diteruskan ke tahap berikutnya, maka hasil pemeriksaan pendahuluan ini sekaligus digunakan sebagai dasar dalam penyusunan RKP dan P2 terinci atas pemeriksaan terinci tersebut.
05
Petunjuk pelaksanaan pada tahap perencanaan pemeriksaan ini terdiri dari delapan tahap, yaitu: 1) tahap penentuan topik potensial pemeriksaan; 2) tahap penyusunan program pemeriksaan pendahuluan; 3) tahap pemahaman entitas dan pengidentifikasian masalah; 4) tahap penentuan area kunci; 5) tahap penentuan tujuan dan lingkup pemeriksaan; 6) tahap penentuan kriteria pemeriksaan; 7) tahap Pengidentifikasian jenis bukti dan prosedur pemeriksaan; dan 8) tahap penyusunan RKP dan P2 terinci.
Kegiatan dalam perencanaan pemeriksaan
PERENCANAAN 1. Penentuan Topik Potensial Pemeriksaa
2. Penyusunan Program Pemeriksaan Pendahuluan
3. Pemahaman Entitas & Pengidentifikasian Masalah
4. Penentuan Area Kunci
5. Penentuan Tujuan dan Lingkup Pemeriksaan
6. Penentuan Kriteria
7. Pengidentifikasian Jenis Bukti & Prosedur Pemeriksaan
8. Penyusunan RKP & P2 Terinci
Direktorat Litbang
Badan Pemeriksa Keuangan
12
Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja
Bab III
C.
Penentuan Topik Potensial Pemeriksaan
06
Langkah awal dalam perencanaan pemeriksaan kinerja adalah menentukan topik potensial pemeriksaan. Setiap unit kerja pemeriksaan harus membuat usulan topik potensial.
07
Tujuan utama penentuan topik potensial pemeriksaan adalah: a. agar pemeriksaan kinerja yang dilakukan dapat bermanfaat untuk meningkatkan kinerja pemerintah dalam memberikan pelayanan publik; b. agar kegiatan pemeriksaan menjadi lebih terarah, sehingga pemeriksaan dapat berjalan secara efisien dan efektif; dan c. agar sumber daya pemeriksaan yang terbatas benar-benar dialokasikan pada topik pemeriksaan yang tepat.
08
Input yang diperlukan dalam kegiatan ini meliputi: a. Rencana Strategis BPK dan kebijakan Badan tentang pemeriksaan kinerja; b. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Pemerintah; c. Rencana Kerja dan Anggaran (RKA); d. Laporan hasil pemeriksaan sebelumnya; dan e. Isu yang sedang berkembang di masyarakat yang dapat diperoleh melalui media cetak maupun media elektronik.
Input penentuan topik potensial
09
Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam penentuan topik potensial pemeriksaan adalah sebagai berikut. a. Mengumpulkan data dan informasi Untuk menentukan topik potensial terlebih dahulu dilakukan pengumpulan data dan informasi. Data dan informasi tersebut meliputi rencana strategis BPK dan kebijakan Badan tentang pemeriksaan kinerja, RPJMN, dan informasi lain seperti RKA, laporan hasil pemeriksaan sebelumnya, isu yang berkembang di masyarakat yang dapat diperoleh melalui media cetak maupun media elektronik. b. Menginventarisasi topik potensial pemeriksaan
Langkahlangkah penentuan topik potensial
10
Hal-hal yang dilakukan untuk menginventarisasi topik potensial pemeriksaan adalah: 11
1. Pelajari rencana strategis serta kebijakan BPK tentang pemeriksaan kinerja untuk mengidentifikasi bidang-bidang yang menjadi topik pemeriksaan kinerja. Contoh: Berdasarkan rencana strategis BPK Tahun 2006-2010 untuk AKN I pemeriksaan kinerja dilakukan atas topik yang bersifat strategis bagi hajat hidup orang banyak (pelayanan umum) seperti pelayanan ketenagakerjaan, ketransmigrasian, keimigrasian, perkeretaapian dan kepelabuhanan, serta pelayanan Kepolisian Republik Indonesia (POLRI).
12
2. Reviu Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) Pemerintah untuk mengidentifikasi permasalahan, sasaran, arah kebijakan dan program-program pembangunan yang akan dilaksanakan pemerintah.
Direktorat Litbang
Badan Pemeriksa Keuangan
13
Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja
13
Bab III
3. Reviu atas isu-isu yang berkembang di masyarakat Contoh: Pada tahun 2010 berbagai media banyak menyoroti permasalahan keamanan tabung gas elpiji 3 Kilogram (Kg) yang dikeluarkan pemerintah dalam rangka konversi minyak tanah ke gas. Maka isu mengenai gas elpiji tersebut dapat diangkat menjadi topik potensial pemeriksaan kinerja.
14
4. Reviu atas hasil pemeriksaan sebelumnya, baik dari pemeriksaan kinerja, keuangan maupun PDTT untuk mengidentifikasi permasalahan-permasalahan yang perlu ditindaklanjuti dengan pemeriksaan kinerja. Permasalahan ini dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam penentuan topik potensial pemeriksaan kinerja. Selain itu, suatu topik pemeriksaan baru yang belum termasuk dalam lingkup pemeriksaan sebelumnya, juga dapat diprioritaskan untuk menjadi topik potensial pemeriksaan.
15
5. Melakukan inventarisasi topik-topik potensial pemeriksaan berdasarkan hasil reviu atas informasi-informasi yang sudah terkumpul.
16
c. Memilih topik potensial Berdasarkan hasil inventarisasi topik-topik potensial, selanjutnya unit kerja pemeriksaan menentukan topik potensial pemeriksaan. Unit kerja pemeriksa dapat menggunakan beberapa faktor di bawah ini sebagai dasar pertimbangan dalam menentukan topik pemeriksaan. 1) Jumlah anggaran yang dikelola/materialitas keuangan Berdasarkan faktor jumlah anggaran yang dikelola, suatu entitas atau program yang mengelola anggaran penerimaan dan/atau pengeluaran yang besar akan mendapatkan prioritas yang lebih tinggi untuk dipertimbangkan menjadi topik pemeriksaan. 2) Kepentingan publik/masyarakat Suatu entitas/program yang sedang mendapatkan sorotan masyarakat dan menjadi isu nasional, atau diharapkan dapat memberikan pelayanan publik yang optimal oleh masyarakat atau menyangkut kepentingan hajat hidup orang banyak dapat diprioritaskan menjadi topik pemeriksaan. 3) Kepentingan politik Suatu program/kegiatan yang keberhasilannya menjadi prioritas pemerintah dan mengandung kepentingan politik yang tinggi, perlu diperhatikan untuk dipilih menjadi topik pemeriksaan. Hal ini untuk memastikan bahwa tingkat capaian keberhasilan pemerintah atas program/kegiatan tersebut telah dilaporkan sesuai dengan fakta yang ada. 4) Signifikansi program atau kegiatan Semakin signifikan suatu program/kegiatan dalam penilaian keberhasilan kinerja suatu entitas ataupun pemerintah, maka semakin tinggi prioritasnya untuk dijadikan sebagai topik pemeriksaan.
17
18
19
20
Direktorat Litbang
Badan Pemeriksa Keuangan
14
Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja
21
22
23 24
25
Bab III
5) Auditabilitas Dalam mempertimbangkan suatu topik pemeriksaan, unit kerja pemeriksaan juga perlu mempertimbangkan aspek auditabilitas dari suatu topik pemeriksaan. Aspek auditabilitas ini dapat dipandang dari sisi internal maupun eksternal. Sisi internal erat kaitannya dengan ketersediaan sumber daya pemeriksaan baik secara kuantitas maupun kuantitas. Sedangkan sisi eksternal terkait dengan faktorfaktor dari luar BPK yang menghambat suatu topik untuk diperiksa. Misalnya terdapat perubahan struktur organisasi secara besar-besaran pada entitas yang akan diperiksa. 6) Dampak terhadap lingkungan Dalam menentukan topik pemeriksaan, unit kerja pemeriksa perlu mempertimbangkan aspek lingkungan. Entitas yang memiliki dampak yang tinggi terhadap lingkungan antara lain: entitas yang berwenang menyusun peraturan terkait lingkungan; memiliki proses bisnis yang memanfaatkan sumber daya alam; atau memiliki proses bisnis yang memengaruhi lingkungan. Pemeriksa juga dapat mengembangkan faktor-faktor lainnya yang dianggap penting dalam menentukan topik pemeriksaan. Dengan menggunakan pertimbangan profesionalnya, pemeriksa dapat memberikan skor untuk setiap faktor di atas dengan bobot sebagai berikut. 1) Bobot 1 untuk nilai yang rendah, 2) Bobot 2 untuk nilai sedang, dan 3) Bobot 3 untuk nilai tinggi. Output dari kegiatan penentuan topik potensial adalah teridentifikasinya topik-topik potensial pemeriksaan beserta urutan prioritas dan dasar pemilihan topik yang akan menjadi dasar dalam menyusun rencana kegiatan pemeriksaan (RKP) dan menyusun perencanaan selanjutnya. Contoh kertas kerja penentuan topik pemeriksaan dapat dilihat pada Lampiran III.1.
Output penentuan topik potensial
D. Penyusunan Program Pemeriksaan Pendahuluan 26
27
Suatu pemeriksaan pendahuluan dalam pemeriksaan kinerja, sebaiknya dilakukan untuk memperoleh suatu perencanaan pemeriksaan yang baik dan matang. Perencanaan yang baik dan matang akan mendukung proses pemeriksaan yang efisien dan efektif sehingga terwujud hasil pemeriksaan yang optimal. Penyusunan Program Pemeriksaan (P2) pendahuluan merupakan langkah awal yang harus disiapkan oleh tim pemeriksaan kinerja pada tahap perencanaan. Tujuan utama penyusunan P2 pendahuluan adalah: 1) menetapkan hubungan yang jelas dan konsisten antara rencana strategis BPK dengan rencana operasional pemeriksaan kinerja; 2) mengidentifikasikan dan mendokumentasikan prosedurprosedur pemeriksaan untuk memperoleh informasi yang diperlukan pada tahap ini; dan 3) memudahkan supervisi dan reviu untuk pemerolehan keyakinan mutu pemeriksaan.
Direktorat Litbang
Badan Pemeriksa Keuangan
Tujuan penyusunan P2 Pendahuluan
15
Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja
Bab III
28
P2 Pendahuluan harus disusun sejalan dengan perencanaan strategis yang telah ditetapkan. Hasil dari kegiatan perencanaan operasional sangat memengaruhi lingkup, tujuan, dan proses pemeriksaan kinerja selanjutnya. Oleh karena itu, perencanaan operasional harus disusun dengan cermat.
29
Input yang diperlukan dalam kegiatan “Penyusunan Program Pemeriksaan Pendahuluan” adalah: 1) hasil dari kegiatan pada tahap penentuan topik potensial pemeriksaan; 2) Rencana Kerja Pemeriksaan (RKP); 3) Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN); 4) Panduan Manajemen Pemeriksaan (PMP); dan 5) pengarahan khusus pimpinan.
Input penyusunan P2 Pendahuluan
30
Sumber data yang dapat digunakan dalam menyusun lingkup dan sasaran pemeriksaan pendahuluan antara lain: 1) hasil pemeriksaan sebelumnya atas entitas yang diperiksa; 2) informasi dari media massa baik media cetak maupun elektronik; dan 3) hasil wawancara dengan pemeriksa terdahulu dan pihak lain yang dianggap memiliki pemahaman yang memadai atas sasaran yang akan dituju dalam pemeriksaan kinerja. Setelah memperoleh informasi yang cukup, pemeriksa menyusun P2 Pendahuluan yang akan menjadi pedoman pemeriksa dalam menjalankan penugasan pemeriksaan kinerja.
Sumber data untuk penyusunan P2 Pendahuluan
31
Beberapa Informasi yang dapat dituangkan dalam P2 Pendahuluan adalah sebagai berikut: 1) dasar pemeriksaan; 2) standar pemeriksaan; 3) organisasi/program yang diperiksa; 4) tahun anggaran yang diperiksa; 5) identitas dan data umum entitas yang diperiksa; 6) alasan pemeriksaan; 7) jenis pemeriksaan; 8) tujuan pemeriksaan; 9) sasaran pemeriksaan; 10) metodologi pemeriksaan; 11) langkah atau prosedur pemeriksaan pendahuluan.
Informasi dalam P2 Pendahuluan
32
Output atas hasil kegiatan “Penyusunan P2 Pendahuluan” adalah berupa suatu Program Pemeriksaan Pendahuluan. P2 Pendahuluan ini akan digunakan pemeriksa sebagai pedoman dalam tahap perencanaan operasional untuk mengidentifikasi: 1) permasalahan/isu terkait dengan entitas/program yang akan diperiksa; 2) area kunci yang akan menjadi fokus dalam pelaksanaan terinci pemeriksaan kinerja; 3) tujuan dan lingkup pemeriksaan kinerja; 4) kriteria pemeriksaan yang akan digunakan, dan 5) jenis bukti dan prosedur pemeriksaan
Direktorat Litbang
Badan Pemeriksa Keuangan
16
Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja
33
Bab III
Seluruh data dan informasi yang diperoleh untuk penyusunan P2 Pendahuluan ini harus didokumentasikan. Data dan informasi tersebut dapat digunakan untuk pelaksanaan pemeriksaan pendahuluan. Seluruh dokumen yang digunakan dalam proses ini disimpan sebagai Kertas Kerja Pemeriksaan (KKP) indeks A.
E. Pemahaman Entitas dan Pengidentifikasian Masalah 34
35
36
37
38
Sebelum melakukan pengidentifikasian masalah, pemeriksa terlebih dahulu harus memperoleh pemahaman yang memadai atas harapan penugasan dan entitas yang diperiksa. Pemeriksa memerlukan pemahaman entitas agar dapat memahami kegiatan pokok, proses bisnis, isu dan permasalahan yang dihadapi, peraturan yang terkait dengan entitas/kegiatan/program yang diperiksa termasuk juga isu lingkungan hidup dan data umum entitas lainnya. Pemahaman entitas serta pemahaman atas harapan penugasan dapat membantu pemeriksa dalam hal: a) penentuan arah pemeriksaan kinerja; b) penaksiran risiko dan identifikasi masalah pemeriksaan yang signifikan; dan c) perencanaan pemeriksaan yang matang sehingga pelaksanaan pemeriksaan dapat dilakukan secara efisien dan efektif. Tujuan dari kegiatan pemahaman entitas dan pengidentifikasian masalah adalah: a) memperoleh data, informasi, serta latar belakang entitas/program/ kegiatan dan fungsi pelayanan publik yang diperiksa mengenai hal-hal yang berhubungan dengan input, proses, output, serta outcome; dan b) mengidentifikasi masalah-masalah yang ada dalam entitas/kegiatan/program yang akan diperiksa. Input yang diperlukan dalam kegiatan ini dapat berupa antara lain: a) Hasil analisis pemilihan topik potensial pemeriksaan yang dilakukan pada tahap penentuan topik potensial pemeriksaan; b) Peraturan perundang-undangan seperti: Undang-Undang (UU), Peraturan Pemerintah (PP), Peraturan Presiden (Perpres) Keputusan Menteri (Kepmen), Keputusan Dirjen, Surat Edaran Direktur, Keputusan Kepala Dinas, Surat Edaran Kepala Dinas, Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) BUMN/BUMD, Keputusan Direksi, dan Company Profile BUMN/BUMD yang terkait dengan program/kegiatan yang diperiksa; c) System dan Operational Prosedure (SOP), dan petunjuk operasional yang terkait dengan program/ kegiatan yang diperiksa; d) Hasil evaluasi terhadap program entitas dan rencana kerja pemeriksa internal dan laporan hasil pemeriksaan sebelumnya; e) Hasil-hasil diskusi dengan manajemen dan stakeholder; dan f) Hasil liputan media masa dan penelaahan informasi dari internet yang terkait dengan program/ kegiatan yang diperiksa.
Direktorat Litbang
Badan Pemeriksa Keuangan
Tujuan pemahaman entitas dan pengidentifikasian masalah
Input yang diperlukan dalam pemahaman entitas dan pengidentifikasian masalah
17
Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja
Bab III
39
Tidak semua input yang terdaftar di atas harus diperoleh pemeriksa, tergantung dari lingkup entitas yang diperiksa dan pertimbangan pemeriksa.
40
Untuk dapat mengidentifikasi permasalahan signifikan pada entitas, terdapat dua pendekatan utama yang dapat digunakan yaitu: 1) pendekatan yang berorientasi pada hasil; dan 2) pendekatan yang berorientasi pada proses.
Pendekatan untuk mengidentifikasi permasalahan signifikan
41
Dalam menggunakan pendekatan yang berorientasi pada hasil, Pemeriksa dapat mengembangkan pemeriksaan dengan menggunakan beberapa pertanyaan sebagai berikut: 1) Bagaimanakah kinerja atau hasil apa yang telah dicapai oleh entitas? 2) Apakah persyaratan-persyaratan untuk melakukan kegiatan pada suatu entitas telah dipenuhi? 3) Apakah tujuan dari entitas/program/kegiatan telah tercapai? Dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan di atas, pemeriksa melakukan analisis awal tentang hasil kinerja entitas yang telah dicapai (dilihat dari aspek ekonomi, efisiensi dan efektivitas) dibandingkan dengan hasil observasi awal tentang kriteria yang ada (misal: tujuan, sasaran, peraturan, dan lain-lain). Kesimpulan awal hasil analisis ini dapat dikembangkan lebih lanjut dalam langkah perencanaan operasional berikutnya, yaitu untuk penentuan area kunci, tujuan, lingkup, dan kriteria pemeriksaan.
Pendekatan yang berorientasi pada hasil
42
Dalam pendekatan yang berorientasi pada proses, pemeriksa melakukan verifikasi dan analisis awal tentang segala proses yang melekat pada entitas yang akan diperiksa. Pemeriksa dapat memanfaatkan berbagai macam sumber data dan informasi untuk mendapatkan data yang relevan. Beberapa proses yang telah teridentifikasi tersebut merupakan titik awal dari tahap perencanaan pemeriksaan kinerja. Kegiatan utama dalam pendekatan ini adalah memverifikasi apakah terdapat permasalahan yang ada dalam proses yang telah teridentifikasi, dan menganalisis faktor-faktor penyebabnya. Verifikasi dan analisis atas masalah dalam proses tersebut dilakukan dengan tetap memperhatikan aspek 3E. Selanjutnya pemeriksa memformulasikan dugaan awal atau hipotesis tentang penyebab terjadinya masalah dan akibatnya tersebut, untuk dilakukan pengujian lebih lanjut. Dugaan awal atau hipotesis tersebut dipengaruhi oleh pertimbangan profesional pemeriksa, berdasarkan hasil analisisnya.
Pendekatan yang berorientasi pada proses
43
Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam pemahaman entitas dan pengidentifikasian masalah dapat dirinci sebagai berikut.
Langkah-langkah dalam pemahaman entitas dan pengidentifikasian masalah
a. Reviu hasil analisis pemilihan topik potensial pemeriksaan pada tahap penentuan topik potensial yang secara khusus terkait dengan entitas/program/ kegiatan yang diperiksa. b. Analisis SOP dari entitas yang diperiksa, yang relevan dengan tujuan pemeriksaan. c. Jika diperlukan, lakukan observasi singkat di lokasi kegiatan utama entitas, misalnya, pabrik atau gudang untuk BUMN/BUMD, atau kantor untuk instansi pemerintah. Kegiatan ini dilaksanakan untuk mengukur tingkat kepatuhan atas Direktorat Litbang
Badan Pemeriksa Keuangan
18
Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja
Bab III
implementasi SOP dan Sistem Pengendalian Internal (SPI). d. Jika diperlukan, lakukan wawancara dengan manajemen. Wawancara ini dilakukan dalam rangka untuk memperoleh informasi yang bersifat umum, seperti misi entitas yang diperiksa, target kegiatan pada tahun berjalan yang diperiksa, anggaran yang tersedia, realisasi kegiatan, dan sebagainya. e. Reviu peraturan-peraturan yang mendasari entitas/program/kegiatan yang diperiksa, laporan kemajuan pelaksanaan program, serta hambatan-hambatan dalam pencapaian program. f. Identifikasi dan reviu tujuan dan sasaran dari program yang diperiksa, kemudian teliti apakah dalam mencapai tujuan tersebut terdapat tolok ukur, standar, atau Key Performance Indicator (KPI) untuk menentukan kelemahan dan keberhasilan program tersebut. g. Lakukan inventarisasi atas tolok ukur, standar, atau KPI yang telah diterapkan oleh entitas dalam melaksanakan program/kegiatan. Misalnya, dalam pelaksanaan Program Peningkatan Kualitas Pelajar SMU terdapat tolok ukur sebagai berikut: 1) Standar rata-rata Nilai Ebtanas Murni (NEM) adalah 6,5. 2) Standar nilai rata-rata mata pelajaran ilmu pasti (Matematika, Fisika, dan Kimia) adalah 7. 3) Standar nilai rata-rata mata pelajaran PMP adalah 8.
44
h. Buatlah simpulan mengenai pemahaman entitas dan permasalahan yang berhasil diidentifikasi dalam tahap ini. Permasalahan ini merupakan identifikasi awal bagi pengembangan arah dan tujuan pemeriksaan pada tahap perencanan selanjutnya. Output dari kegiatan “Pemahaman Entitas dan Pengidentifikasian Masalah” dapat meliputi: (a) gambaran umum dari entitas/program/kegiatan yang diperiksa yang antara lain meliputi input, proses, output, dan outcome; (b) penilaian awal pemeriksa tentang capaian kinerja entitas; (c) identifikasi tentang permasalahan yang dihadapi entitas, serta hipotesis awal tentang faktor-faktor penyebab dan akibatnya; (d) hasil reviu peraturan perundang-undangan yang mendasari entitas/program/kegiatan yang diperiksa; (e) informasi mengenai faktor-faktor yang memengaruhi kinerja entitas; dan (f) kesimpulan umum tentang identifikasi masalah berupa area potensial yang dapat dianalisis lebih lanjut sebagai area kunci.
45
Seluruh pengkajian pemeriksa mengenai tahap ”Pemahaman entitas dan Pengidentifikasian Masalah” harus didokumentasikan dalam KKP. Contoh KKP kegiatan pemahaman entitas dan pengidentifikasian masalah dapat dilihat pada Lampiran III.2 dan Lampiran III.3.
Direktorat Litbang
Badan Pemeriksa Keuangan
Output kegiatan pemahaman entitas dan pengidentifikasian masalah
Pengkajian pemeriksa dalam tahap ini harus didokumentasikan
19
Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja
Bab III
F. Penentuan Area Kunci 46
Lingkup pemeriksaan kinerja sangatlah luas, sedangkan sumber daya pemeriksaan, yaitu tenaga pemeriksa, sumber dana, dan waktu pemeriksaan, sangat terbatas. Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) dalam Pernyataan Standar Pemeriksaan (PSP) 04 Standar Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja paragraf 8 (delapan) mensyaratkan pemeriksa untuk mempertimbangkan signifikansi suatu masalah dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan atas pemeriksaan kinerja. Suatu masalah dianggap signifikan apabila masalah itu relatif penting bagi pencapaian tujuan pemeriksaan dan bagi calon pengguna laporan hasil pemeriksaan. Untuk melaksanakan SPKN dan juga mempertimbangkan adanya keterbatasan-keterbatasan yang dihadapi oleh pemeriksa, serta menyesuaikan dengan tahap dalam Juklak Pemeriksaan Kinerja, maka dalam tahap perencanaan pemeriksaan, Pemeriksa perlu menentukan suatu area kunci.
47
Area kunci adalah area, bidang, program, atau kegiatan yang merupakan fokus pemeriksaan dalam entitas yang diperiksa. Penentuan area kunci sangat penting agar pelaksanaan pemeriksaan dapat lebih fokus pada tujuan pemeriksaan, sehingga memungkinkan penggunaan sumber daya pemeriksaan yang lebih efisien dan efektif. Dalam kegiatan penentuan area kunci, pemeriksa akan dapat memahami suatu permasalahan yang sudah teridentifikasi pada tahap sebelumnya, secara lebih mendalam.
Pengertian area kunci
48
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari pemahaman entitas dan identifikasi masalah, yang di dalamnya terdapat informasi tentang visi, misi, proses bisnis, tugas utama dari entitas, serta permasalahan-permasalahan yang dapat menghambat pencapaian tujuan entitas/program/kegiatan, pemeriksa dapat menentukan beberapa area potensial yang dapat dikembangkan dalam pemeriksaan. Area potensial yang telah teridentifikasi tersebut, selanjutnya akan dipilih berdasarkan urutan prioritasnya untuk ditentukan sebagai fokus utama obyek pemeriksaan yang disebut area kunci. Untuk menentukan urutan prioritas area kunci yang akan dipilih, digunakan suatu pendekatan faktor-faktor pemilihan (selection factors). Faktor-faktor pemilihan tersebut terdiri dari empat faktor utama yang terdiri dari: a) risiko terhadap manajemen, yaitu risiko yang dihadapi oleh manajemen atas tidak tercapainya aspek 3E (Ekonomi, Efisiensi dan Efektivitas); b) signifikansi suatu program, yaitu penilaian apakah suatu kegiatan dalam suatu area audit secara komparatif mempunyai pengaruh yang besar terhadap kegiatan lainnya dalam obyek pemeriksaan secara keseluruhan; c) dampak pemeriksaan, yaitu pengaruh hasil pemeriksaan terhadap perbaikan atas area yang diperiksa; dan d) auditabilitas, yaitu berhubungan dengan kemampuan tim pemeriksa untuk melaksanakan pemeriksaan sesuai standar. Dalam mempertimbangkan auditabilitas, pemeriksa juga perlu mempertimbangkan risiko pemeriksaan. Semakin tinggi risiko pemeriksaan, maka auditabilitasnya akan semakin rendah.
Faktor pemilihan area kunci
Direktorat Litbang
Badan Pemeriksa Keuangan
20
Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja
Bab III
Dengan menggunakan faktor-faktor pemilihan tersebut, pemeriksa melakukan pembobotan atas masing-masing area potensial yang akan diperiksa untuk menentukan urutan prioritas yang akan dipilih sebagai area kunci. Berdasarkan hasil atas urutan prioritas yang telah dianalisis, pemeriksa menentukan area kunci yang akan menjadi fokus dalam pelaksanaan pemeriksaan kinerja. 49
Tujuan penentuan area kunci adalah: 1) memahami area-area kunci yang memiliki risiko tinggi untuk diperiksa; dan
Tujuan penentuan area kunci
2) menentukan urutan prioritas area kunci yang akan dipilih dengan menggunakan pendekatan faktor-faktor pemilihan yang terdiri atas (1) risiko manajemen, (2) signifikansi, (3) dampak pemeriksaan, dan (4) auditabilitas. 50
Dalam menentukan area kunci, khususnya pada saat mempertimbangkan risiko manajemen, pemeriksa dapat mempertimbangkan kualitas Sistem Pengendalian Internal (SPI) entitas/program.kegiatan yang diperiksa. Hal ini dikarenakan pengendalian yang lemah atas suatu entitas/program/kegiatan akan mengakibatkan tujuan entitas/program/kegiatan (meliputi efektivitas, efisiensi, atau ekonomi) semakin sulit tercapai. Salah satu alat yang dapat digunakan untuk menilai kualitas SPI adalah The Committee of Sponsoring Organizations of The Treadway Commission (COSO).
51
Sesuai dengan COSO, SPI terdiri atas lima komponen yang saling terkait, yaitu: (a) Lingkungan pengendalian Lingkungan pengendalian adalah kondisi lingkungan organisasi yang menetapkan corak suatu organisasi dan memengaruhi kesadaran akan pengendalian. Lingkungan pengendalian merupakan dasar untuk semua komponen pengendalian internal, meliputi integritas dan nilai etika, komitmen terhadap kompetensi, partisipasi dewan komisaris atau komite pemeriksaan, filosofi dan gaya operasi manajemen, struktur organisasi, pemberian wewenang dan tanggung jawab, serta kebijakan dan praktik sumber daya manusia. (b) Penaksiran risiko Proses penaksiran risiko meliputi identifikasi, analisis, dan pengelolaan risiko yang dihadapi oleh manajemen, yang dapat menghambat pencapaian tujuan organisasi. (c) Aktivitas pengendalian Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang membantu menjamin bahwa arahan manajemen dilaksanakan. Aktivitas pengendalian dapat meliputi reviu kinerja, pengolahan informasi, pengendalian fisik, serta pemisahan tugas. (d) Informasi dan komunikasi Informasi dan komunikasi adalah pengidentifikasian, penangkapan, dan pertukaran informasi yang memungkinkan setiap orang dapat melaksanakan tanggung jawab mereka. Sistem informasi menghasilkan laporan atas hal-hal yang terkait dengan operasional, keuangan, dan kepatuhan terhadap peraturan.
Direktorat Litbang
Badan Pemeriksa Keuangan
21
Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja
Bab III
(e) Pemantauan Seluruh sistem pengendalian organisasi harus dipantau untuk menilai kualitas sistem pengendalian tersebut. Kelemahan dalam sistem pengendalian harus dilaporkan kepada manajemen tingkat atas. Selain itu, harus dilakukan evaluasi yang independen atas SPI. Frekuensi dan lingkup evaluasi tergantung pada penaksiran risiko dan efektivitas prosedur pengawasan. 52
Dalam menilai sistem pengendalian internal dengan pendekatan COSO, pemeriksa tidak harus menanyakan seluruh pertanyaan yang ada dalam kuesioner COSO, pemeriksa dapat melakukan modifikasi kuesioner dengan menggunakan pertimbangan profesionalnya untuk menentukan pertanyaan-pertanyaan mana yang paling sesuai dengan kebutuhan pemeriksaan suatu entitas/program/kegiatan. Daftar pertanyaan yang dapat membantu pemeriksa untuk memahami SPI entitas berdasarkan pendekatan COSO ini dapat dilihat pada Lampiran III.4.
53
Input yang diperlukan dalam kegiatan penentuan area kunci dapat berupa:
Input yang diperlukan dalam kegiatan penentuan area kunci
1) hasil kegiatan pemahaman entitas dan pengidentifikasian masalah; 2) hasil diskusi dengan pimpinan/manajemen entitas atau komite audit entitas; 3) hasil diskusi dengan pimpinan/manajemen satuan kerja pemeriksa; 4) hasil olahan database entitas yang dikelola oleh BPK; 5) hasil kajian atau kumpulan informasi yang disediakan oleh unit non pemeriksa BPK seperti pada dokumen kajian hukum terhadap suatu organisasi/program/fungsi pelayanan publik (Direktorat Binbangkum); hasil kumpulan pengaduan masyarakat (Biro Humas dan Luar Negeri) dan/atau hasil kajian atau studi atau kajian pemeriksaan yang dibuat oleh Litbang BPK; dan 6) hasil wawancara, observasi, dan metodologi pengumpulan data lainnya yang digunakan oleh pemeriksa dalam mengumpulkan data dan informasi dalam tahap perencanaan pemeriksaan ini. 54
Seperti telah disebutkan dalam paragraf sebelumnya, bahwa dalam penentuan area kunci ini terdapat beberapa kegiatan utama yang meliputi:
Langkah-langkah penentuan area kunci
1. Menentukan area-area potensial yang dapat diperiksa. Berdasarkan output dari tahap identifikasi masalah telah teridentifikasi beberapa permasalahan utama yang ada pada entitas. Permasalahan-permasalahan tersebut kemudian diklasifikasikan ke dalam beberapa area potensial yang akan dijadikan area pemeriksaan. Area-area tersebut adalah area yang dianggap signifikan terhadap keseluruhan program yang akan diperiksa. 2. Membuat urutan prioritas atas beberapa area yang telah ditentukan berdasarkan faktor-faktor pemilihan. Tidak semua area potensial yang telah ditetapkan sebelumnya akan ditindaklanjuti dalam pemeriksaan terinci. Area-area Direktorat Litbang
Badan Pemeriksa Keuangan
22
Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja
Bab III
tersebut akan diranking dengan menggunakan faktor-faktor pemilihan, yaitu faktor risiko manajemen, signifikansi, dampak pemeriksaan, dan auditabilitas. Pemeriksa dapat melakukan pembobotan berdasarkan pertimbangan profesionalnya (professional judgment). Pembobotan dilakukan dengan menggunakan matriks pembobotan dengan skor terhadap faktorfaktor pemilihan sebagai berikut: bobot 1 untuk nilai yang rendah; bobot 2 untuk nilai sedang; dan bobot 3 untuk nilai tinggi. Berdasarkan hasil pembobotan tersebut, pemeriksa dapat menyusun urutan prioritas dari masing-masing area potensial. 3. Menentukan area kunci berdasarkan urutan prioritas yang telah dibuat. Pemeriksa dapat memilih satu atau beberapa area potensial menjadi area kunci berdasarkan urutan prioritasnya dengan memperhatikan faktor ketersediaan sumber daya, seperti jumlah pemeriksa, waktu, anggaran, dan kesiapan pemeriksa. 55
Teknik penentuan area kunci yang lebih detail dapat dilihat pada Petunjuk Teknis Penentuan Area Kunci, yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Juklak ini.
Juknis Penentuan Area Kunci
56
Output dari kegiatan penilaian terhadap area kunci adalah teridentifikasikannya area kunci yang menjadi fokus pemeriksaan.
Out put penentuan area kunci
57
Seluruh pengkajian pemeriksa mengenai tahap penentuan area kunci di tingkat entitas harus didokumentasikan. Tim dapat mengembangkan suatu template yang membantu pendefinisian pengendalian internal dan risiko kecurangan di dalam suatu entitas dalam rangka penentuan area kunci yang terdokumentasi sebagai KKP. Contoh KKP kegiatan penentuan area kunci dapat dibaca pada Lampiran III.5 dan III.6.
Pengkajian pemeriksa dalam tahap ini harus didokumentasikan
G. Penentuan Tujuan dan Lingkup Pemeriksaan 58 Tujuan pemeriksaan kinerja harus benar-benar dipertimbangkan dan dinyatakan secara jelas. Tujuan tersebut harus didefinisikan dengan jelas agar dapat mempermudah tim pemeriksa dalam mengambil kesimpulan pada akhir pemeriksaan. Apabila tujuan pemeriksaan telah ditetapkan secara tepat dan jelas, maka pekerjaan-pekerjaan pemeriksaan akan lebih terarah kepada kegiatan-kegiatan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang muncul dalam tujuan pemeriksaan. Oleh karena itu, tujuan pemeriksaan kinerja harus bisa didefinisikan secara tepat, sehingga dapat dihindari pelaksanaan prosedur pemeriksaan yang tidak perlu. Manfaat penentuan tujuan dan lingkup pemeriksaan adalah: (1) membantu mengidentifikasikan masalah-masalah yang akan diperiksa dan akan dilaporkan; (2) membantu memfokuskan kegiatan pengumpulan bukti pemeriksaan; (3) menyiapkan parameter atau ukuran pembatasan pemeriksaaan seperti periode yang akan diperiksa atau lokasi pemeriksaan lapangan yang akan dipilih; dan Direktorat Litbang
Badan Pemeriksa Keuangan
Manfaat penentuan tujuan dan lingkup pemeriksaan
23
Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja
Bab III
(4) mempermudah tim pemeriksa dalam mengambil kesimpulan pada akhir pemeriksaan. 59 Input 0 yang diperlukan dalam kegiatan “Penentuan Tujuan dan Lingkup 4 Pemeriksaan” adalah: (1) output dari kegiatan pemahaman entitas dan pengidentifikasian masalah; dan (2) output dari kegiatan penentuan area kunci. 60 Langkah-langkah 0 yang diperlukan dalam menentukan tujuan dan 5 lingkup pemeriksaan adalah sebagai berikut. 1. Menentukan tujuan pemeriksaan Tujuan pemeriksaan terkait erat dengan alasan dilakukannya suatu pemeriksaan. Tujuan pemeriksaan harus benar-benar dipertimbangkan dan dinyatakan secara jelas. Isi dari tujuan pemeriksaan harus bisa mengungkapkan hal yang ingin dicapai dari pemeriksaan tersebut. Dalam menentukan tujuan pemeriksaan kinerja, pemeriksa dapat memilih untuk memeriksa: salah satu aspek saja (1E) misalnya menilai aspek ekonomi, atau efisiensi atau efektivitas; kombinasi dua aspek (2E) misalnya menilai aspek ekonomi dan efisiensi atau efisiensi dan efektivitas; dan seluruh aspek (3E) baik ekonomi, efisiensi dan efektivitas. Dalam memformulasikan tujuan pemeriksaan tersebut, pemeriksa dapat membuat berbagai macam pertanyaan pemeriksaan terhadap organisasi/program/fungsi pelayanan publik yang hendak diperiksa. Pemeriksa hendaknya menentukan tujuan pemeriksaan dengan berdasar pada informasi yang diperoleh dan keahlian serta pengalaman yang dimiliki. 2. Menentukan lingkup pemeriksaan Yang dimaksudkan dengan lingkup di sini adalah: (a) luas sasaran pemeriksaan yang akan dilakukan, dalam hal ini pemeriksa harus mempertimbangkan hal-hal penting yang diinginkan pemberi tugas dan harus mengacu kepada tujuan pemeriksaan; (b) permasalahan yang akan diperiksa, yaitu masalah ekonomis, efisiensi, dan efektivitas; pemeriksa dapat menggunakan satu kriteria permasalahan, atau dua kriteria, atau ketiga-tiganya sesuai dengan permasalahan yang ada di lapangan; dan (c) waktu yang diperlukan dalam pemeriksaan dan besarnya sampel yang akan diambil. Penentuan lingkup pemeriksaan harus terkait dengan tujuan pemeriksaan yang telah ditetapkan dan merupakan hal yang penting dalam proses perencanaan. Hal tersebut sangat memengaruhi prosedur yang diperlukan selama pelaksanaan pemeriksaan, sumber daya yang dibutuhkan, dan masalahmasalah penting yang akan dilaporkan. Peranan pertimbangan pemeriksa sangat penting dalam menyeleksi dan menentukan kegiatan/program yang akan diperiksa karena terdapat berbagai kegiatan atau program yang harus diperiksa. Langkah-langkah dalam penentuan lingkup audit adalah sebagai berikut:
Direktorat Litbang
Badan Pemeriksa Keuangan
Input yang diperlukan
Langkah- langkah dalam menentukan tujuan dan lingkup pemeriksaan
24
Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja
Bab III
(a) Tentukan lingkup pemeriksaan atas dasar informasi yang diperoleh pada pemeriksaan sebelumnya. Keputusan mengenai penentuan lingkup pemeriksaan dapat berubah sesuai dengan perubahan informasi yang didapat. Oleh karena itu, lingkup pemeriksaan harus ditentukan secara jelas pada tahap awal perencanaan pemeriksaan sehingga kebutuhan terhadap sumber daya dan prosedur pemeriksaan yang tepat dapat ditentukan. Contoh: Dalam pemeriksaan tahun sebelumnya terhadap Dinas Kesehatan Kabupaten A, dilaporkan bahwa terdapat empat lokasi pembangunan Puskesmas yang tidak dimanfaatkan. Berdasarkan laporan tersebut, maka direncanakan pemeriksaan pada tahun berjalan untuk memperluas lokasi pemeriksaan fisik pembangunan Puskesmas tersebut. (b) Lakukan perubahan dalam lingkup pemeriksaan apabila informasi yang diperoleh dalam pelaksanaan pemeriksaan mengharuskan demikian. Hal ini terjadi jika informasi awal yang digunakan dalam menentukan lingkup pemeriksaan selama perencanaan awal kurang akurat dan kurang lengkap. Dalam kondisi demikian, pemeriksa harus membicarakannya dengan manajemen entitas mengenai perubahan yang cukup signifikan dalam lingkup pemeriksaan yang terjadi setelah tahap perencanaan awal. (c) Apabila perintah (mandat) pemeriksaan kinerja menentukan lingkup pemeriksaan secara luas, lakukan pertimbangan profesional untuk merincinya secara lebih khusus (spesifik). Hal tersebut diperlukan untuk memudahkan pemeriksa dalam merancang prosedur pemeriksaan dalam rangka mencapai tujuan pemeriksaan. Sedangkan bila perintah pemeriksaan menentukan lingkup pemeriksaan secara spesifik, lakukan pertimbangan profesional apakah lingkup tersebut sudah tepat. 61 Output 1 dari kegiatan “Penentuan Tujuan dan Lingkup Pemeriksaan” adalah 2 sebagai berikut. 1) Tujuan pemeriksaan 2) Lingkup pemeriksaan meliputi: (a) area kunci (Fungsi, kegiatan, unit organisasi, dll); (b) periode waktu yang akan diperiksa; dan (c) aspek kinerja yang diperiksa (3E, 2E, atau 1E). 62 Seluruh 1 pengkajian pemeriksa mengenai tahap penentuan tujuan dan lingkup 3 pemeriksaan di tingkat entitas harus didokumentasikan. Tim dapat mengembangkan suatu template yang membantu pendefinisian tujuan dan lingkup pemeriksaan. Secara keseluruhan pendokumentasian dapat dijadikan sebagai KKP. Contoh KKP kegiatan menentukan tujuan dan lingkup pemeriksaan dapat dibaca pada Lampiran III.7.
Direktorat Litbang
Badan Pemeriksa Keuangan
Output penentuan tujuan dan lingkup pemeriksaan
Pengkajian pemeriksa dalam tahap ini harus didokumentasikan
25
Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja
Bab III
H. Penetapan Kriteria Pemeriksaan 63
Kriteria adalah standar-standar kinerja yang masuk akal dan bisa dicapai untuk menilai aspek ekonomi, efisiensi dan efektivitas dari kegiatan yang dilaksanakan oleh entitas yang diperiksa. Kriteria merefleksikan suatu model pengendalian yang bersifat normatif mengenai hal-hal yang sedang direviu. Kriteria merepresentasikan praktek-praktek yang baik, yaitu suatu harapan yang masuk akal mengenai "apa yang seharusnya".
Pengertian kriteria
64
Apabila kriteria dibandingkan dengan kondisi aktual, maka akan timbul temuan pemeriksaan. Jika kondisi memenuhi atau melebihi kriteria, hal ini mengindikasikan bahwa entitas telah melaksanakan praktik terbaik. Sebaliknya, jika kondisi tidak memenuhi kriteria, hal ini mengindikasikan perlunya tindakan perbaikan.
Timbulnya temuan pemeriksaan
65
Kriteria diperlukan sebagai dasar pembanding apakah praktekpraktek yang dilaksanakan telah mencapai standar kinerja yang seharusnya.
Tujuan penentuan kriteria
Tujuan Penetapan Kriteria Pemeriksaan adalah untuk: (1) memberikan dasar yang baik sebagai alat komunikasi dalam tim pemeriksaan dan dengan manajemen pemeriksa mengenai sifat pemeriksaan; (2) memberikan dasar yang baik sebagai alat komunikasi dengan entitas yang diperiksa sehingga diharapkan entitas akan lebih mudah menerima temuan dan rekomendasi yang akan diberikan; (3) menghubungkan tujuan pemeriksaan dengan program pemeriksaan yang dilaksanakan selama tahap pelaksanaan pemeriksaan; (4) memberikan dasar pada tahap pengumpulan data dan penyusunan prosedur pemeriksaan; dan (5) memberikan dasar dalam menyusun temuan pemeriksaan. 66
Keberhasilan kriteria dalam memenuhi tujuan pemeriksaan sangat ditentukan oleh tingkat keterincian kriteria. Oleh karena itu, dalam perencanaan pemeriksaan, pemeriksa perlu mengembangkan kriteria yang spesifik. Untuk menghasilkan kriteria yang spesifik, pemeriksa dapat memulai dari pernyataan-pertanyaan kriteria yang bersifat umum, kemudian diperinci menjadi pernyataan yang lebih khusus atau spesifik.
Keterincian kriteria
67
Input yang dapat digunakan untuk menentukan kriteria antara lain sebagai berikut.
Input yang dibutuhkan dalam kegiatan ini
1) Output dari kegiatan perencanan sebelumnya, antara lain: (a) gambaran umum dari entitas/program/kegiatan yang diperiksa yang antara lain meliputi input, proses, output, dan outcome; (b) hasil reviu peraturan perundang-undangan yang meliputi kewenangan, maksud dan tujuan, dan struktur organisasi; dan (c) informasi mengenai faktor-faktor yang memengaruhi kinerja entitas.
Direktorat Litbang
Badan Pemeriksa Keuangan
26
Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja
Bab III
2) Kriteria yang diperoleh dari entitas terkait, termasuk di dalamnya adalah pengendalian, standar, ukuran, hasil, target, dan komitmen yang ditetapkan oleh entitas tersebut atau oleh lembaga legislatif. 3) Kriteria yang diperoleh dari kinerja historis entitas yang diperiksa. 4) Praktik terbaik (best practice) yang diperoleh dari kegiatan serupa yang telah berhasil. 5) Standar yang ditetapkan oleh organisasi profesional dengan melalui proses yang baku (due process)1 dan berterima umum. 6) Indikator-indikator kinerja yang dirancang oleh entitas yang diperiksa atau oleh pemerintah, misalnya indikator yang tercantum dalam RPJMN, Renstra, atau RKA-KL 7) Informasi dan ilmu pengetahuan yang telah dibakukan. 8) Kriteria yang digunakan dalam kegiatan pemeriksaan serupa atau oleh lembaga pemeriksa tertinggi negara lain. 9) Standar kriteria dari organisasi di dalam atau di luar negeri yang melaksanakan kegiatan atau program serupa. 10) Hasil identifikasi atas tujuan atau sasaran dari program/kegiatan entitas. 11) Hasil identifikasi tren kinerja rata-rata atau optimal yang telah dicapai. 12) Hasil pembandingan antara aktivitas program yang masih berlangsung dengan aktivitas program yang sama yang telah dilalui. 13) Harapan/tuntuan konsumen atau masyarakat, yang dapat diperoleh dari media massa atau pengaduan masyarakat. 14) Literatur lainnya. 68
69
Informasi tentang kriteria sebagaimana dimaksud dalam paragraf 67 dapat diperoleh melalui: 1) tenaga ahli; 2) laporan pemeriksaan periode sebelumnya; 3) laporan kinerja entitas periode sebelumnya.; 4) dokumen anggaran, seperti Rencana Kegiatan dan Anggaran Pemerintah (RKAP); 5) laporan kinerja dari entitas lain yang sejenis; 6) laporan hasil studi kelayakan dan rencana yang telah disetujui; 7) jurnal ilmiah, internet, buku teks; dan 8) hasil kuesioner, wawancara, observasi, dan metodologi pengumpulan data lainnya dengan entitas yang akan diperiksa. Tidak semua input yang terdaftar harus diperoleh pemeriksa, tergantung dari pertimbangan profesional pemeriksa dalam menentukan sumber kriteria yang dibutuhkan untuk menjawab tujuan pemeriksaan.
Sumber perolehan informasi kriteria
1
Due process yang dimaksud adalah kriteria tersebut merupakan hasil konsultasi dan telah diuji sehingga diterima oleh pihak-pihak berwenang/berkepentingan dan telah mencerminkan hasil konsensus para profesional. Direktorat Litbang
Badan Pemeriksa Keuangan
27
Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja
70
Bab III
Langkah-langkah yang harus ditempuh dalam menentukan kriteria dapat dirinci sebagai berikut. 1) Mengidentifikasi apakah entitas telah memiliki kriteria yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja program/ kegiatan yang dilaksanakan; 2) Menguji apakah kriteria yang dimiliki entitas relevan dengan tujuan pemeriksaan dan memenuhi karakteristik kriteria yang baik sebagai berikut. (a) Andal: apabila kriteria tersebut digunakan oleh pemeriksa lain untuk masalah yang sama, maka kriteria tersebut harus bisa memberikan simpulan yang sama. (b) Objektif: kriteria bebas dari bias baik dari sisi pemeriksa maupun entitas yang diperiksa. (c) Bermanfaat: kriteria dapat menghasilkan temuan dan simpulan pemeriksaan yang memenuhi keinginan para pengguna informasi. (d) Dapat dimengerti: kriteria ditetapkan secara jelas dan bebas dari perbedaan interpretasi. (e) Dapat diperbandingkan: kriteria tersebut bersifat konsisten apabila digunakan dalam pemeriksaan kinerja atas entitasentitas atau kegiatan-kegiatan yang serupa atau apabila digunakan dalam pemeriksaan kinerja sebelumnya atas entitas yang sama. (f) Lengkap: kriteria yang lengkap mengacu kepada penggunaan seluruh kriteria yang signifikan dalam menilai kinerja. (g) Dapat diterima: kriteria dapat diterima oleh entitas yang diperiksa, lembaga legislatif, media, dan masyarakat umum. Semakin tinggi tingkat “dapat diterima” semakin efektif pemeriksaan kinerja yang dilaksanakan. (h) Relevan: kriteria dapat memberikan kontribusi dalam proses pelaksanaan pemeriksaan terkait dengan pembuatan simpulan yang sesuai dengan tujuan pemeriksaan. 3) Mengembangkan kriteria pemeriksaan sendiri jika entitas tidak memiliki kriteria atau dari hasil pengujian, kriteria yang ada ternyata tidak relevan dengan tujuan pemeriksaan dan belum memenuhi karakteristik kriteria. Langkah-langkah yang dapat dilakukan oleh pemeriksa dalam mengembangkan kriterianya sendiri adalah: a. Mempelajari sumber-sumber kriteria dalam rangka pengidentifikasian kriteria yang relevan dan memadai. b. Melakukan studi atau observasi atas operasional entitas. Misalnya, dengan melakukan analisis tren kinerja tahuntahun sebelumnya dan melakukan perbandingan kinerja entitas yang diperiksa dengan organisasi lain yang mirip (jenis organisasi maupun ukurannya) atau disebut benchmarking. c. Mengkomunikasikan hasil pengembangan kriteria tersebut dengan pihak berwenang dari entitas yang diperiksa. Untuk mengembangkan kriteria sendiri, beberapa pendekatan yang dapat dilakukan oleh pemeriksa adalah:
Direktorat Litbang
Badan Pemeriksa Keuangan
Langkah-langkah penentuan kriteria
Langkah-langkah bila kriteria yang baik tidak tersedia
28
Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja
Bab III
a. pemeriksa memvisualisasikan beberapa segmen kegiatan menjadi suatu tugas; setiap penugasan umumnya melalui beberapa tahap, seperti studi kelayakan, perencanaan, pembiayaan, pelaksanaan, operasi, dan evaluasi; b. pemeriksa mencari kriteria dengan mempelajari kebijakan dan prosedur organisasi; contoh: dalam mengaudit rumah sakit, waktu tunggu pasien dalam memperoleh tempat tidur sebelum operasi besar dapat dijadikan kriteria untuk mengukur efisiensi. c. jika prosedur tidak dapat dijadikan dasar, pemeriksa harus mencari dan mengadaptasikan prosedur organisasi sejenis untuk dijadikan kriteria; d. pemeriksa dapat menggunakan kriteria atas ekspektasi pengguna layanan. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Kuesioner ini menanyakan responden mengenai tingkat ekspektasi kinerja entitas yang diperiksa. Contoh: pada pemeriksaan rumah sakit, pemeriksa menemukan waktu tunggu pasien sebelum dirawat. Pemeriksa dapat mewawancarai pasien dan menemukan batas waktu tunggu yang layak menurut ekspektasi pasien, pemeriksa kemudian mendiskusikan ekspektasi ini dengan manajemen rumah sakit dan kemudian manajemen setuju atas waktu tunggu yang disepakati. 4) Komunikasikan kriteria yang akan dipakai kepada entitas sebelum pemeriksaan dilaksanakan untuk mendapatkan kesepakatan bersama (pemeriksa dan manajemen entitas) mengenai dasar pengukuran kinerja yang digunakan dalam pemeriksaan atas obyek yang diperiksa. Hal ini dilakukan agar diperoleh kesepakatan antara entitas yang diperiksa dengan pemeriksa, sehingga nantinya tidak ada penolakan terhadap hasil pemeriksaan. Jika tidak tercapai kesepakatan antara pemeriksa dan entitas yang diperiksa mengenai kriteria yang telah dikembangkan, maka pemeriksa harus melakukan analisis dan diskusi lebih lanjut sampai diperoleh kriteria yang disepakati kedua belah pihak. 5) Menerapkan kriteria yang telah ditetapkan dalam pemeriksaan. 71
Output 0 yang dihasilkan dari kegiatan ”Menentukan Kriteria Pemeriksaan” 9 adalah standar yang akan digunakan sebagai pembanding terhadap praktek-praktek yang berjalan meliputi:
Output penentuan kriteria
1) kelompok kriteria (ekonomi, efisiensi, atau efektivitas); 2) jenis kriteria (rincian kriteria yang terdapat dalam masing masing kelompok). 3) penjelasan (deskripsi ringkas setiap jenis kriteria) 4) satuan pengukuran (misalkan kilometer/jam, orang/hari) 5) sumber data (deskripsi tentang dari mana data diperoleh) 6) standar ukuran kinerja (menjelaskan standar yang digunakan dan artinya). 7) tanggapan entitas (sepakat atau tidak sepakat).
Direktorat Litbang
Badan Pemeriksa Keuangan
29
Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja
72
Bab III
Seluruh 1 pengkajian pemeriksa mengenai tahap penetapan kriteria pemeriksaan 0 di tingkat entitas harus didokumentasikan. Tim dapat mengembangkan suatu template yang membantu pendefinisian penetapan kriteria pemeriksaan. Secara keseluruhan pendokumentasian dapat dijadikan sebagai KKP.
Pengkajian pemeriksa dalam tahap ini harus didokumentasikan
I. Penyusunan Rencana Kerja Pemeriksaan (RKP) dan Program Pemeriksaan Terinci 73
Setelah pemeriksa melakukan pemeriksaan pendahuluan dan memutuskan untuk melakukan pemeriksaan terinci, hal yang dilakukan selanjutnya adalah menyusun Rencana Kerja Pemeriksaan (RKP) dan program pemeriksaan atas pemeriksaan terinci.
74
Rencana Kerja Pemeriksaan (RKP) atas pemeriksaan terinci merupakan rencana kegiatan pemeriksaan terinci BPK dalam satu tahun yang meliputi topik pemeriksaan, jenis pemeriksaan, kebutuhan (Sumber Daya Manusia) SDM, dan anggaran pemeriksaan.
RKP atas pemeriksaan terinci
75
Tujuan utama penyusunan RKP atas pemeriksaan terinci adalah: 1) menetapkan topik-topik pemeriksaan terinci yang akan dilakukan selama satu tahun; dan 2) mengetahui alokasi sumber daya, baik berupa SDM, waktu dan biaya yang diperlukan untuk masing-masing topik pemeriksaan. Input utama dalam menyusun RKP atas pemeriksaan terinci adalah usulan topik potensial pemeriksaan terinci yang bersumber dari hasil pemeriksaan pendahuluan. Untuk unit kerja pemeriksaan di pusat, usulan topik tersebut merupakan tanggung jawab Auditama Keuangan Negara (AKN), dhi Tortama, namun untuk kantor perwakilan Tortama dapat mendelegasikan tanggung jawab ini kepada Kepala Perwakilan.
Tujuan utama penyusunan RKP terinci
77
Output dari kegiatan penyusunan RKP atas pemeriksaan terinci adalah teridentifikasinya topik pemeriksaan terinci yang disertai dengan informasi berupa personil pemeriksa baik secara kuantitas maupun kualitas, jangka waktu pemeriksaan, serta jumlah anggaran yang diperlukan.
Output penyusunan RKP terinci
78
P2 terinci adalah pedoman dalam tahap pelaksanaan pemeriksaan terinci. P2 menjabarkan prosedur terinci untuk efektivitas biaya pengumpulan data pada pelaksanaan pemeriksaan terinci.
Program Pemeriksaan (P2) terinci
79
Tujuan 0 utama penyusunan Program Pemeriksaan2 (P2) adalah: 3
76
terinci
Input penyusunan RKP terinci
Tujuan penyusunan P2 terinci
1) menetapkan hubungan yang jelas antara tujuan pemeriksaan, metodologi pemeriksaan, dan kemungkinan-kemungkinan pekerjaan lapangan yang harus dikerjakan pada pemeriksaan terinci; 2) mengidentifikasikan dan mendokumentasikan prosedur-prosedur pemeriksaan yang harus dilaksanakan pada pemeriksaan terinci; 3) memudahkan supervisi dan reviu; dan 4) membantu dalam pengumpulan bukti yang cukup, dapat
2
Program Pemeriksaan berisi tujuan pemeriksaan dan prosedur pemeriksaan untuk mencapai tujuan pemeriksaan.
Direktorat Litbang
Badan Pemeriksa Keuangan
30
Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja
80
81
diandalkan, dan relevan untuk menjawab tujuan pemeriksaan terinci. Suatu program pemeriksaan dapat disebut memadai jika mampu mengidentifikasi aspek-aspek penting pemeriksaan; disusun berdasarkan informasi pendukung yang jelas dan cermat; memberikan panduan dalam melaksanakan pengujian secara efektif; membantu dalam pengumpulan bukti yang cukup, dapat diandalkan, dan relevan untuk mendukung opini/pernyataan pendapat atau kesimpulan pemeriksaan; dan mencapai tujuan pemeriksaan. Kualitas bukti pemeriksaan juga sangat tergantung kepada program pemeriksaannya. Program pemeriksaan yang efektif akan sangat membantu dalam mendapatkan bukti pemeriksaan yang memadai untuk mendukung temuan pemeriksaan. Bukti pemeriksaan mempunyai peran yang sangat penting terhadap keberhasilan pelaksanaan pemeriksaan dan oleh karenanya harus mendapat perhatian pemeriksa sejak tahap perencanaan pemeriksaan sampai dengan akhir proses pemeriksaan. Input 0 yang diperlukan dalam kegiatan Penyusunan Program Pemeriksaan 4 terinci adalah: 1) 2) 3) 4) 5)
82
Bab III
Syarat P2 yang memadai
Input dari kegiatan penyusunan P2 terinci
hasil dari pemeriksaan pendahuluan; RKP pemeriksaan terinci; SPKN; PMP; dan pengarahan khusus pimpinan untuk pemeriksaan terinci.
Setelah 0 seluruh prosedur/langkah dalam perencanaan pemeriksaan diikuti, 5 maka hasil/output dari masing-masing langkah dituangkan ke dalam suatu program pemeriksaan terinci. Program pemeriksaan tersebut kemudian akan menjadi pedoman pemeriksa dalam menjalankan penugasan pemeriksaan terinci. Di dalam program pemeriksaan tersebut dituangkan hal-hal sebagai berikut. 1) Dasar pemeriksaan Pemeriksa memasukkan ketentuan perundang-undangan yang menjadi mandat bagi BPK dalam melaksanakan pemeriksaan. 2) Standar pemeriksaan Diisi dengan standar pemeriksaan yang akan digunakan dalam melaksanakan pemeriksaan. BPK telah menetapkan SPKN sebagai pedoman dalam melaksanakan pemeriksaan atas keuangan negara. 3) Organisasi/Program/Fungsi Pelayanan Publik yang diperiksa Diisi dengan entitas yang akan diperiksa, pengertian entitas di sini dapat berupa organisasi/program/fungsi pelayanan publik yang kinerjanya akan diperiksa. 4) Tahun anggaran yang diperiksa Bagian dari penjabaran lingkup pemeriksaan yang akan memasukkan periode/tahun anggaran yang akan diperiksa. Secara umum, periode yang dipilih adalah hanya untuk satu periode tahun anggaran. Namun demikian, dimungkinkan juga untuk pelaksanaan pemeriksaan atas periode yang lebih dari satu
Direktorat Litbang
Badan Pemeriksa Keuangan
Langkah-langkah penyusunan P2 terinci
31
Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja
Bab III
tahun jika pada pemeriksaan atas keseluruhan pelaksanaan program yang memakan waktu lebih dari satu tahun. 5) Identitas dan data umum yang diperiksa Data umum dari organisasi/program/fungsi pelayanan publik yang akan diperiksa yang didapat selama proses pemahaman atas entitas. 6) Alasan pemeriksaan Diisi dengan alasan pemeriksaan yang bisa berasal dari hasil analisis perolehan data dan informasi awal maupun yang berasal dari output penentuan area kunci yang akan diperiksa. 7) Jenis pemeriksaan Diisi dengan Pemeriksaan Kinerja. 8) Tujuan Pemeriksaan Tujuan pemeriksaan umum yang didapat atau ditentukan selama pelaksanaan proses Penentuan Tujuan dan Lingkup Pemeriksaan. 9) Sasaran Pemeriksaan Tujuan pemeriksaan secara rinci (area kunci) yang menjabarkan apa yang telah ditentukan dalam tujuan pemeriksaan umum. 10) Metodologi pemeriksaan Diisi dengan metodologi atau cara serta pendekatan pemeriksaan yang akan ditempuh dalam menjalankan penugasan pemeriksaan kinerja. 11) Kriteria pemeriksaan Diisi dengan kriteria pemeriksaan yang akan dipakai dalam pemeriksaan. 12) Jenis dan Sumber Bukti serta prosedur pemeriksaan Diisi dengan jenis dan sumber bukti yang dibutuhkan untuk menjawab tujuan pemeriksaan. Prosedur pemeriksaan yang dibuat dengan tujuan memberikan petunjuk kepada para pemeriksa agar bukti pemeriksaan yang dibutuhkan. Langkah atau prosedur pemeriksaan sebaiknya dibuat menurut sasaran pemeriksaan (area kunci) yang telah ditetapkan agar nantinya secara keseluruhan hasil pemeriksaan dapat menjawab atau mencapai tujuan pemeriksaan. Berdasarkan program pemeriksaan terinci yang ditetapkan oleh Tortama/Kalan, ketua tim pemeriksa membuat pembagian tugas dan anggota tim menyusun program kerja perorangan dan disampaikan kepada ketua tim untuk mendapatkan persetujuan.
Direktorat Litbang
Badan Pemeriksa Keuangan
32
Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja
Bab III
83
Output 0 atas hasil kegiatan penyusunan P2 terinci adalah berupa program 6 pemeriksaan yang memuat: 1) dasar pemeriksaan; 2) standar pemeriksaan; 3) organisasi/program/fungsi pelayanan publik yang diperiksa; 4) tahun anggaran yang diperiksa; 5) identitas dan data umum yang diperiksa; 6) alasan pemeriksaan; 7) jenis pemeriksaan; 8) tujuan pemeriksaan; 9) sasaran pemeriksaan; 10) metodologi pemeriksaan; 11) kriteria pemeriksaan; dan 12) jenis dan sumber bukti serta prosedur pemeriksaan.
Output kegiatan penyusunan P2 terinci
84
Seluruh 0 kajian pemeriksa mengenai tahap penyusunan program pemeriksaan 7 terinci di tingkat entitas harus didokumentasikan. Pendokumentasian P2 atas pemeriksaan terinci disimpan sebagai KKP indeks A.
Pengkajian pemeriksa dalam tahap ini harus didokumentasikan
Direktorat Litbang
Badan Pemeriksa Keuangan
33
Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja
Bab IV
BAB IV PELAKSANAAN PEMERIKSAAN KINERJA A. Tujuan 01
Tahap pelaksanaan pemeriksaan atau pemeriksaan terinci adalah tahap kegiatan pemeriksaan yang dilakukan di tempat kedudukan entitas yang diperiksa. Tahap ini merupakan kegiatan lanjutan dari kegiatan pemeriksaan pendahuluan atau perencanaan pemeriksaan. Kegiatan utama pada tahap ini meliputi analisis, pengumpulan dan pengujian bukti pemeriksaan apakah bukti-bukti tersebut telah cukup, kompeten, dan relevan untuk menilai kinerja suatu entitas dibandingkan dengan kriteria pemeriksaan. Seluruh informasi yang relevan dengan tujuan pemeriksaan, diungkapkan dalam temuan pemeriksaan.
02
Tujuan pemeriksaan terinci adalah untuk mendapatkan bukti yang cukup, kompeten, dan relevan sehingga pemeriksa dapat: 1) menilai apakah kinerja entitas yang diperiksa sesuai dengan kriteria atau tidak; 2) menyimpulkan apakah tujuan-tujuan pemeriksaan tercapai atau tidak; 3) mengidentifikasikan kemungkinan-kemungkinan untuk memperbaiki kinerja entitas yang diperiksa; dan 4) mendukung simpulan, temuan, dan rekomendasi pemeriksaan.
Tujuan kegiatan pemeriksaan terinci
B. Kegiatan Pemeriksaan 03
Kegiatan dalam pemeriksaan terinci meliputi: pengumpulan data, pengujian kompetensi data, pengujian atas kriteria yang telah ditetapkan, penyusunan dan pengomunikasian konsep temuan pemeriksaan, perolehan tanggapan resmi dan tertulis atas konsep temuan pemeriksaan (opsional), dan penyampaian temuan pemeriksaan.
04
Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja pada tahap pelaksanaan terdiri atas 4 (empat) tahap, yaitu: 1) perolehan dan pengujian data untuk mencapai tujuan pemeriksaan; 2) penyusunan dan pengomunikasian konsep temuan pemeriksaan dengan entitas yang diperiksa; 3) perolehan tanggapan resmi dan tertulis atas konsep temuan pemeriksaan (opsional); dan 4) penyampaian temuan pemeriksaan.
PELAKSANAAN
8. Pengujian Data
9. Penyusunan Temuan Pemeriksaan
10. Perolehan Tanggapan Resmi dari Entitas
11. Penyampaian Temuan kepada Entitas
34
Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja
Bab IV
C. Perolehan dan Pengujian Data 05
Tujuan dari tahap ini adalah untuk memperoleh bukti pemeriksaan sebagai pendukung temuan pemeriksaan dan simpulan pemeriksaan. Selain itu, berdasarkan bukti-bukti yang sudah diuji, pemeriksa dapat: 1) mengembangkan hasil pengujian untuk menilai apakah kinerja entitas yang diperiksa telah sesuai dengan kriteria atau tidak; 2) mengumpulkan hasil pengujian dan membandingkannya dengan tujuan pemeriksaan; 3) mengidentifikasikan kemungkinan-kemungkinan untuk memperbaiki kinerja entitas; dan 4) memanfaatkan hasil pengujian untuk mendukung rekomendasi dan kesimpulan pemeriksaan.
Tujuan perolehan dan pengujian data
06
Bukti pemeriksaan harus memiliki karakteristik cukup, kompeten, dan relevan untuk memberikan dasar yang kuat bagi temuan, simpulan, dan rekomendasi pemeriksaan. 1) Bukti harus cukup untuk mendukung temuan pemeriksaan. Dalam menentukan cukup tidaknya suatu bukti, pemeriksa harus yakin bahwa adanya bukti-bukti tersebut akan bisa meyakinkan seseorang bahwa temuan pemeriksa adalah valid. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pertimbangan pemeriksa dalam menentukan cukup tidaknya bukti meliputi: materialitas, risiko, efisiensi, dan besaran serta karakteristik populasi. 2) Bukti kompeten terkait erat dengan keandalan baik data akuntansi maupun informasi penguat lainnya. Keandalan data akuntansi berhubungan langsung dengan efektivitas pengendalian internal. Keandalan informasi penguat tergantung pada beberapa faktor seperti relevansi, sumber informasi penguat, ketepatan waktu, dan obyektivitas. 3) Bukti disebut relevan apabila bukti tersebut mempunyai hubungan yang logis dengan tujuan pemeriksaan. Seandainya tujuan pemeriksaan untuk menentukan keberadaan persediaan, maka pemeriksa dapat memperoleh bukti dengan melakukan perhitungan fisik persediaan.
Karakteristik bukti yang baik
07
Terdapat empat jenis bukti pemeriksaan yaitu: 1) Fisik Jenis bukti ini dapat diperoleh dari beberapa hal berikut: a. pengamatan langsung, misalnya: terhadap aktivitas dari orang, suatu kejadian, maupun kondisi aset tertentu; b. pengamatan terhadap proses atau prosedur yang sedang berjalan; dan c. inspeksi fisik dari uang kas, kunjungan lapangan ke suatu proyek, verifikasi persediaan, dan lain-lain. Sumber-sumber di atas dapat didukung dengan foto atau dokumen lain seperti berita acara pemeriksaan fisik, dan deskripsi tertulis dari hasil pengamatan yang telah dilakukan.
Jenis-jenis bukti
35
Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja
Bab IV
2) Testimonial/Lisan Bukti testimonial/lisan merupakan pernyataan yang diperoleh secara lisan melalui wawancara, diskusi, atau dalam bentuk pernyataan tertulis sebagai respon dari pertanyaan atau wawancara. Bukti testimonial/lisan dapat didokumentasikan dalam bentuk dokumen hasil wawancara, rekaman percakapan yang disimpan dalam alat perekam atau magnetic tape beserta transkripnya. 3) Dokumenter Bukti dokumen adalah bukti dalam bentuk fisik, baik berupa dokumen resmi ataupun barang elektronik. Bukti ini adalah yang paling umum diperoleh dari seluruh jenis bukti pemeriksaan. Bukti dokumen dapat diperoleh dari dalam maupun luar entitas yang diperiksa. Hal-hal yang termasuk bukti dokumen misalnya adalah peraturan perundangundangan, dokumen terkait organisasi (rencana strategis organisasi, visi dan misi organisasi, struktur organisasi), surat-surat, notulen rapat, dokumen kontrak, arsip, laporanlaporan dari manajemen, dokumen instruksi untuk staf, Standard Operating and Procedure (SOP), petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis, laporan pengendalian internal, surat elektronik (email) dan rekaman telepon, faktur-faktur, data-data dari sistem komputer, informasi manajemen terkait kinerja, hasil reviu dan evaluasi. 4) Analisis Jenis bukti pemeriksaan ini dapat diperoleh dari entitas atau dikembangkan sendiri oleh pemeriksa. Bukti analisis yg diperoleh dari entitas perlu diuji kompetensi dan validitasnya untuk dapat digunakan sebagai bukti pemeriksaan. Bukti analisis dapat mencakup analisa rasio dan tren, perbandingan prosedur dan standar dengan ketentuan yang dipersyaratkan, perbandingan kinerja dengan organisasi sejenis, analisis dari pengujian terinci atas transaksi-transaksi, dan analisis biaya-manfaat. 08
Input yang diperlukan dalam kegiatan “Pengumpulan dan Pengujian Data” adalah sebagai berikut: 1) Program Pemeriksaan (P2) atau Progam Kerja Perorangan PKP); 2) data pemeriksaan; dan 3) kriteria pemeriksaan.
Input yang dibutuhkan dalam kegiatan pengumpulan dan pengujian data
09
Petunjuk pelaksanaan dalam pengumpulan dan pengujian data terdiri dari kegiatan-kegiatan di bawah ini: Berdasarkan jenis dan sumber bukti yang telah diidentifikasi serta program pemeriksaan yang telah ditetapkan, maka pemeriksa melakukan pengumpulan data. Setelah itu, data diuji untuk memastikan tercapainya tujuan pemeriksaan. Data pemeriksaan inilah yang nantinya akan menjadi bukti pemeriksaan yang akan mendukung temuan pemeriksaan. Agar dapat menjadi bukti pemeriksaan yang andal terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh pemeriksa.
Langkah-langkah dalam pengumpulan dan pengujian data
36
Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja
Bab IV
a) Sumber data Pemeriksa perlu mendapatkan data pemeriksaan berdasarkan identifikasi jenis dan sumber bukti pemeriksaan yang telah ditetapkan. Namun demikian, berdasarkan kondisi yang terjadi di lapangan, pemeriksa juga dapat memperoleh data di luar yang telah direncanakan, sepanjang pada akhirnya data tersebut valid dan andal dalam mendukung hasil pemeriksaan. b) Cara perolehan data Dalam mengumpulkan data pemeriksaan, pemeriksa dapat menggunakan teknik-teknik seperti (1) reviu dokumen fisik dan elektronik, (2) wawancara/permintaan keterangan, (3) kuesioner, (4) observasi fisik, dan (5) penggunaan data elektronik yang tersedia dalam database. c) Validitas dan reliabilitas data Data-data pemeriksaan yang diperoleh pemeriksa harus dapat diyakini validitas dan keandalan datanya agar bisa disebut sebagai bukti yang kompeten. PSP 04 paragraf 54 memberikan beberapa acuan untuk menilai kompetensi dari suatu data. Validitas dan keandalan data juga dapat ditentukan dengan pengujian langsung terhadap data. 10
Langkah-langkah yang diperlukan dalam kegiatan pengujian bukti pemeriksaan adalah sebagai berikut. a) Dalam menguji bukti pemeriksaan, pemeriksa dapat menggunakan teknik-teknik pengujian, antara lain wawancara2; inspeksi; konfirmasi; reviu analitis (rasio, tren, pola); bagan arus, dan analisis (analisis regresi, simulasi dan modelling, analisis muatan data kualitatif). b) Dalam menentukan teknik pengujian bukti, maka pemeriksa perlu mempertimbangkan faktor-faktor sebagai berikut: 1) jenis dan sumber bukti yang diuji; dan 2) waktu dan biaya yang diperlukan untuk menguji bukti. c) Pemeriksa membandingkan hasil pengujian bukti-bukti pemeriksaan dengan kriteria pemeriksaan. d) Jika terdapat perbedaan yang signifikan antara kondisi dan kriteria, maka pemeriksa perlu mengidentifikasi sebab dan akibat dari perbedaan tersebut. e) Dalam mengidentifikasi sebab akibat, pemeriksa bisa menggunakan model analisis sebab-akibat sebagai alat analisis. Kemudian data-data pemeriksaan keuangan kinerja yang diperoleh selama pemeriksaan kinerja diuji untuk meyakinkan apakah suatu organisasi/program/fungsi pelayanan publik mempunyai pengendalian yang baik atau tidak; apakah suatu entitas mematuhi ketentuan perundang-undangan; atau apakah terdapat dugaan kecurangan di dalam entitas yang diperiksa.
2
Wawancara dalam hal ini lebih ditekankan untuk menguji konsistensi informasi yang diperoleh sebelumnya.
37
Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja
Bab IV
11
Output yang dihasilkan dari kegiatan “Pengujian Data” adalah kesimpulan hasil pengujian bukti. Kesimpulan ini berupa jawaban atas kriteria atau sub kriteria pemeriksaan yang telah ditentukan sebelumnya. Format pendokumentasian simpulan dapat mengacu pada Keputusan BPK Nomor 4/K/I-XIII.2/5/2011 Tahun 2011 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Kertas Kerja Pemeriksaan yaitu pada Lampiran 3.5 dan 3.6. Pada Petunjuk Pelaksanaan Lampiran 3.6 mengatur tentang format pendokumentasian Hasil Pelaksanaan Prosedur Pemeriksaan (HP3) yang berisi: tujuan, prosedur, hasil, dan simpulan pemeriksaan. Format ini untuk menjawab sub kriteria pemeriksaan. Sedangkan Lampiran 3.5 digunakan untuk menjawab kriteria utama pemeriksaan. Dalam dokumentasi pemeriksaan tersebut pemeriksa juga mengidentifikasi unsur-unsur temuan dan usulan rekomendasi.
Output dari kegiatan pengumpulan dan pengujian data
12
Kegiatan pada tahap “Pengujian terhadap Tujuan Pemeriksaan” ini didokumentasikan dalam KKP. Contoh KKP kegiatan pengujian data dapat dilihat dalam Lampiran IV.1.
Pengkajian pemeriksa dalam tahap ini harus didokumentasikan
D. Penyusunan Temuan Pemeriksaan 13
Tujuan dari kegiatan Penyusunan Temuan Pemeriksaan adalah: 1) memberikan informasi kepada entitas yang diperiksa dan atau pihak lain yang berkepentingan tentang fakta dan informasi yang akurat dan berhubungan dengan permasalahan yang diperoleh dari kegiatan pemeriksaan, temuan pemeriksaan tersebut belum dilengkapi dengan saran; 2) menjawab tujuan pemeriksaan dengan cara memaparkan hasil studi/pemeriksaan yang dilakukan pemeriksa dalam mencapai tujuan pemeriksaan kinerja; dan 3) menyajikan kelemahan pengendalian intern yang signifikan, kecurangan, dan penyimpangan dari ketentuan perundang-undangan yang terjadi pada entitas yang diperiksa.
Tujuan penyusunan temuan
14
Input yang digunakan dalam kegiatan “Penyusunan Temuan Pemeriksaan” adalah: 1) tujuan pemeriksaan; 2) kriteria yang telah ditetapkan; 3) bukti pemeriksaan; dan 4) kesimpulan hasil pengujian bukti. Dalam menyusun suatu temuan pemeriksaan kinerja, hal yang sangat utama untuk diperhatikan adalah apakah temuan pemeriksaan yang dibuat oleh pemeriksa merupakan jawaban atas pertanyaan/dugaan/hipotesis yang telah dituangkan dalam suatu tujuan pemeriksaan yang telah ditetapkan. Suatu temuan pemeriksaan seharusnya merupakan kesimpulan hasil pengujian atas bukti pemeriksaan yang diperoleh pemeriksa dalam usahanya untuk mencapai tujuan pemeriksaan yang telah ditetapkan sebelumnya. Bila suatu tujuan pemeriksaan tidak terpenuhi, disebabkan unsur-unsur temuan pemeriksaan tidak menggambarkan apa yang seharusnya hendak dicapai dalam
Input dalam penyusunan temuan pemeriksaan
15
Perlu diperhatikan apakah TP merupakan jawaban atas tujuan pemeriksaan
38
Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja
16
17
suatu pelaksanaan pemeriksaan kinerja maka dapat dikatakan pelaksanaan pemeriksaan tersebut gagal untuk dilaksanakan dengan baik. Ada beberapa butir yang perlu diperhatikan oleh pemeriksa dalam menyusun suatu temuan pemeriksaan kinerja, yaitu: 1) Temuan pemeriksaan kinerja harus dapat menjawab tujuan pemeriksaan yang telah ditetapkan; 2) Secara umum, unsur temuan pemeriksaan terbagi atas, kondisi, kriteria, akibat, dan sebab. Namun demikian, di dalam penyusunan temuan pemeriksaan kinerja, unsur yang dibutuhkan tergantung tujuan yang ingin dicapai sehingga dapat saja unsur ‘sebab’ dapat menjadi suatu unsur yang optional. Contoh: jika tujuan pemeriksaan yang ditetapkan adalah menentukan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan atau memperkirakan pengaruh suatu program terhadap perubahan fisik, sosial, atau ekonomi suatu masyarakat, maka unsur sebab akan menjadi kurang/tidak relevan untuk disajikan; 3) Suatu temuan pemeriksaan harus didukung oleh bukti pemeriksaan yang cukup, kompeten, dan relevan; 4) Temuan pemeriksaan sedapat mungkin disajikan dalam suatu urutan yang logis, akurat, dan lengkap; dan 5) Suatu TP merupakan hasil proses analisis pemeriksaan tim pemeriksa di lapangan. Pembahasan atas temuan pemeriksaan ini dilakukan pada akhir tahap pelaksanaan pemeriksaan. Sangat dimungkinkan pada saat pembahasan ini, entitas yang diperiksa berjanji memberikan bukti-bukti baru yang belum dapat diberikan pada saat pembahasan TP dan mungkin bukti baru tersebut dapat mengubah esensi dari temuan pemeriksaan. Atas hal itu, maka dimungkinkan juga pada akhir LHP, suatu TP tidak dijadikan Hasil Pemeriksaan karena berdasarkan bukti baru yang diberikan oleh entitas dan diyakini oleh pemeriksa ternyata TP itu sudah tidak layak lagi untuk disajikan. Langkah-langkah yang diperlukan dalam kegiatan menyusun temuan pemeriksaan adalah sebagai berikut.
18
1) Berdasarkan kesimpulan hasil pengujian bukti, apabila terdapat perbedaan (gap) yang signifikan antara kondisi dan kriteria, tentukan apakah perbedaan tersebut positif atau negatif. Perbedaan positif terjadi apabila kondisi yang ditemukan sama atau lebih baik daripada kriteria. Perbedaan negatif terjadi apabila kondisi yang ditemukan tidak mencapai kriteria.
19
2) Sangat dimungkinkan, pemeriksa menemukan suatu kondisi yang telah memenuhi atau melebihi kriteria yang disebut temuan positif. Pemeriksa perlu mempertimbangkan relevansi temuan positif dengan tujuan pemeriksaan. Apabila temuan tersebut relevan terhadap tujuan pemeriksaan, maka pemeriksa perlu mengungkap hal tersebut dalam Laporan Hasil Pemeriksaan.
Bab IV
Point yang perlu diperhatikan dalam menyusun TP
Langkah-langkah penyusunan TP
39
Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja
20
Bab IV
3) Dalam hal pemeriksa menemukan kondisi yang tidak memenuhi kriteria, yang disebut sebagai temuan negatif, pemeriksa perlu mengidentifikasi unsur-unsur temuan hingga menjadi suatu temuan pemeriksaan. 4) Jika ditemukan indikasi yang mengandung unsur kerugian negara/fraud yang relevan dengan tujuan pemeriksaan, maka pemeriksa perlu melakukan pendalaman pemeriksaannya sampai menjadi temuan pemeriksaan. Indikasi yang tidak relevan dengan tujuan pemeriksaan, perlu didokumentasikan secara memadai dalam KKP dan akan ditindaklanjuti pada jenis pemeriksaan lain yang sesuai.
21
5) Pemeriksa mengomunikasikan konsep temuan pemeriksaan dengan manajemen entitas untuk mendapatkan klarifikasi. Tujuan dari komunikasi konsep TP dengan manajemen entitas ini adalah untuk memvalidasi konsep TP yang telah dikembangkan oleh pemeriksa. 6) Sesuai dengan Panduan Manajemen Pemeriksaan BPK tahun 2008, perolehan tanggapan resmi dan tertulis dari manajemen entitas yang diperiksa atas konsep TP bersifat opsional. Tanggapan resmi dari manajemen harus diperoleh dari manajemen entitas atas konsep LHP. 7) Pemeriksa menyampaikan Temuan Pemeriksaan kepada manajemen entitas yang diperiksa.
22
Output yang dihasilkan dari kegiatan “Penyusunan Temuan Pemeriksaan” adalah: 1) Konsep Temuan Pemeriksaan; 2) Temuan Pemeriksaan; dan 3) tanggapan resmi dan tertulis atas Temuan Pemeriksaan (opsional).
Output dari penyusunan TP
E. Pendokumentasian 23
Kegiatan Penyusunan Temuan Pemeriksaan didokumentasikan dalam suatu KKP. Pendokumentasian hasil dari kegiatan ini dikelompokkan dalam KKP indeks B.
Pengkajian pemeriksa dalam tahap ini harus didokumentasikan
40
Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja
Bab V
BAB V PELAPORAN PEMERIKSAAN KINERJA A. Tujuan 01 Tujuan dari bagian petunjuk pelaksanaan pelaporan pemeriksaan ini adalah memberikan bantuan kepada pemeriksa dalam menyusun suatu laporan pemeriksaan kinerja. Laporan hasil pemeriksaan tersebut diharapkan dapat (1) mengomunikasikan hasil pemeriksaan kepada pihak yang berwenang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, (2) membuat hasil pemeriksaan terhindar dari kesalahpahaman, (3) membuat hasil pemeriksaan sebagai bahan untuk melakukan tindakan perbaikan oleh instansi terkait, dan (4) memudahkan pemantauan tindak lanjut untuk menentukan pengaruh tindakan perbaikan yang semestinya telah dilakukan.
Tujuan juklak dalam pelaporan pemeriksaan kinerja
B. Kegiatan dalam Pelaporan Pemeriksaan 02 Bagian dari juklak ini meliputi penyusunan konsep LHP termasuk penyusunan rekomendasi dan simpulan pemeriksaan, perolehan tanggapan resmi atas rekomendasi dan simpulan, dan penyusunan serta penyampaian LHP.
PELAPORAN
12. Penyusunan Konsep LHP
13. Perolehan Tanggapan atas Rekomendasi & Simpulan
14. Penyusunan dan Penyampaian LHP
C. Penyusunan Konsep Laporan Hasil Pemeriksaan 03 Input yang diperlukan dalam penyusunan Konsep Laporan Hasil Pemeriksaan (KLHP) adalah Temuan Pemeriksaan dari kegiatan pada tahap sebelumnya. 04 Petunjuk pelaksanaan ini disusun agar pemeriksa dapat menyusun suatu laporan hasil pemeriksaan kinerja yang berfungsi dengan baik sebagai suatu laporan yang utuh. SPKN PSP 05 mensyaratkan bahwa suatu laporan hasil pemeriksaan kinerja harus mencakup hal-hal di bawah ini. 1) Pernyataan bahwa pemeriksaan dilakukan sesuai dengan Standar Pemeriksaan. Pemeriksa dalam menjalankan tugas pemeriksaannya diwajibkan untuk mengikuti standar pemeriksaan yang ada. Dalam pelaksanaan pemeriksaan keuangan negara, pemeriksa BPK dan/atau yang bekerja untuk dan atas nama BPK berpegang pada SPKN.
Input dalam penyusunan konsep LHP
Isi LHP kinerja menurut SPKN
41
Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja
2) Tujuan, lingkup, dan metodologi pemeriksaan Suatu laporan hasil pemerikaan harus memuat tujuan, lingkup, dan metodologi pemeriksaan. Pemeriksa harus menjelaskan alasan mengapa suatu entitas diperiksa, apa yang diharapkan tercapai dari pelaksanaan pemeriksaan, apa yang diperiksa, dan bagaimana cara pemeriksaan dilakukan. 05 3) Hasil pemeriksaan berupa temuan pemeriksaan, simpulan, dan rekomendasi. 06 a. Temuan pemeriksaan Salah satu bagian pokok dari LHP merupakan temuan pemeriksaan yang merupakan ‘potret’ kenyataan yang ditemukan pemeriksa dalam melaksanakan suatu pemeriksaan kinerja. Apabila dijumpai temuan positif, maka temuan positif tersebut dapat disajikan sebelum mengungkapkan temuan negatif. Temuan positif dapat disajikan pada bagian “Ringkasan Eksekutif” dan atau “sebagai pengantar pada bab hasil pemeriksaan” di LHP. 07 b. Simpulan pemeriksaan Selain itu, LHP juga harus memuat suatu simpulan pemeriksaan dan rekomendasi yang diberikan oleh Badan Pemeriksa Keuangan terhadap hasil pemeriksaan, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerja entitas yang diperiksa. Simpulan hasil pemeriksaan harus dapat menjawab tujuan pemeriksaan yang telah ditetapkan sebelumnya. Penarikan simpulan dapat dilakukan dengan metode kuantitatif ataupun kualitatif. Apabila pemeriksa menggunakan metode kuantitatif (pembobotan) dalam penarikan simpulan pemeriksaan, maka asumsi yang digunakan harus dijelaskan pada bagian metodologi pemeriksaan. Metode kualitatif dilakukan berdasarkan pertimbangan profesional pemeriksa dengan menggunakan seluruh data yang telah diperoleh.
Bab V
Temuan pemeriksaan
Simpulan pemeriksaan
Contoh simpulan dapat dilihat pada kotak di bawah ini. Tujuan Pemeriksaan: Untuk menilai Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) “ABC” dalam mengelola pelayanan medis, administrasi dan manajemen dan pelayanan farmasi periode Tahun 2009. Simpulan Pemeriksaan: Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa pengelolaan pelayanan medis, administrasi dan manajemen, dan pelayanan farmasi belum efektif. Hal tersebut meliputi: (i) program kerja pelayanan medis, administrasi dan manajemen, dan pelayanan farmasi tidak ada; (ii) Standar Pelayanan Minimal (SPM) rumah sakit belum disusun; (iii) SPI pada pelayanan medis, administrasi dan manajemen dan pelayanan farmasi lemah; (iv) serta pemanfaatan sumber daya pada pelayanan medis, administrasi dan manajemen dan pelayanan farmasi belum dilaksanakan maksimal.
42
Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja
08
c. Rekomendasi Pemeriksa harus menyampaikan rekomendasi kepada entitas untuk memperbaiki kinerja atas bidang yang bermasalah guna meningkatkan kualitas pelaksanaan kegiatan entitas yang diperiksa. Suatu rekomendasi akan bersifat sangat konstruktif/membangun apabila: diarahkan untuk menyelesaikan masalah yang ditemukan; berorientasi pada tindakan nyata dan spesifik;
Bab V
Rekomendasi
ditujukan kepada pihak yang mempunyai wewenang untuk bertindak; dapat dilaksanakan; dan
apabila dilaksanakan, biayanya memadai. 09 4) Tanggapan pejabat yang bertanggung jawab atas hasil pemeriksaan. Pemeriksa harus mendapatkan tanggapan tertulis dan resmi atas temuan, simpulan, dan rekomendasi pemeriksaan dari pejabat berwenang entitas yang diperiksa. Tanggapan pejabat yang bertanggung jawab tersebut harus dievaluasi dan dipahami secara seimbang dan obyektif, serta disajikan secara memadai dalam laporan hasil pemeriksaan. Tanggapan yang diberikan, seperti janji atau rencana tindakan perbaikan harus dicantumkan dalam laporan hasil pemeriksaan, tetapi tidak dapat diterima sebagai pembenaran untuk menghilangkan temuan dan rekomendasi yang berhubungan dengan temuan tersebut. Apabila tanggapan dari entitas yang diperiksa tersebut bertentangan dengan temuan, simpulan, dan rekomendasi dalam laporan hasil pemeriksaan, dan menurut pendapat pemeriksa tanggapan tersebut tidak benar, maka pemeriksa harus menyampaikan ketidaksetujuannya atas tanggapan tersebut beserta alasannya secara seimbang dan obyektif. Sebaliknya, pemeriksa harus memperbaiki laporannya apabila pemeriksa berpendapat bahwa tanggapan tersebut benar. 10 5) Pelaporan informasi rahasia (bila ada). Berdasarkan ketentuan perundang-undangan dimungkinkan beberapa informasi yang bersifat rahasia tidak diungkapkan dalam LHP.
Tanggapan pejabat atas konsep LHP
11 Input utama yang dibutuhkan dalam penyusunan konsep LHP adalah Temuan Pemeriksaan. Terkait dengan hal tersebut, yang penting diperhatikan adanya perbedaan waktu antara penyampaian TP dengan penyampaian Hasil Pemeriksaan (HP). Dengan adanya perbedaan waktu tersebut, maka dapat dimungkinkan bahwa temuan yang sudah disampaikan dalam Temuan Pemeriksaan dapat saja tidak disajikan dalam LHP jika manajemen entitas yang diperiksa dapat memberikan bukti yang kemudian dapat diyakini oleh pemeriksa.
Beda waktu antara penyampaian TP dengan penyampaian HP
12 Adapun langkah-langkah dalam pembuatan Konsep Hasil Pemeriksaan (KHP) hingga menjadi HP diuraikan pada bagan di bawah ini.
Langkah-langkah pembuatan KHP menjadi HP
43
Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja
Bab V
PENYUSUNAN LHP TIM PEMERIKSA *) TP
PEMBERI TUGAS/ BADAN
P2 (Khususnya Tujuan Pemeriksaan)
ENTITAS YANG DIPERIKSA
Bukti Baru Penyusunan Konsep LHP Simpulan pemeriksaan Rekomendasi Laporan HP
Konsep LHP
Pemberian tanggapan atas rekomendasi dan simpulan BPK
Konsep LHP
Tanggapan atas rekomendasi dan simpulan BPK
Tanggapan atas rekomendasi dan simpulan BPK
Analisis atas tanggapan
Bertentangan dengan KLHP?
Ya
Tidak
Ya Tanggapan tersebut benar
Surat Ketidaksetujuan atas tanggapan
Tidak Dilanjutkan ke Proses HP Final dan penyampaian ketidaksetujuan atas tanggapan
Proses HP Final HP Final HP Final Proses Distribusi
HP Final Ya
Disetujui
Tidak
HP Final Selesai
*) Peran Tim Pemeriksa, Tortama atau Kalan, terkait dengan mekanisme penyusunan LHP, mengacu pada Panduan Manajemen Pemeriksaan BPK 2008.
44
Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja
13 Bagan Penyusunan LHP di atas menunjukkan beberapa prosedur yang harus ditempuh dalam penyusunan suatu Hasil Pemeriksaan. Secara sistematis prosedur tersebut dapat diuraikan sebagai berikut. 1. Penyusunan konsep LHP Pelaksanaan penyusunan konsep LHP dilakukan berdasarkan dokumen Temuan Pemeriksaan dan Program Pemeriksaan khususnya Tujuan Pemeriksaan. Konsep LHP harus dapat menjawab tujuan pemeriksaan yang ada pada Program Pemeriksaan. Konsep LHP yang disusun oleh pemeriksa terdiri dari Laporan Hasil Pemeriksaan, Rekomendasi, dan Simpulan Pemeriksaan. 14 2. Penyampaian konsep LHP ke entitas Jika konsep LHP setelah pembahasan disetujui oleh Badan, konsep LHP dikembalikan oleh BPK. Pemeriksa menyampaikan Konsep LHP kepada entitas yang diperiksa untuk dimintai tanggapan atas rekomendasi.
Bab V
Uraian sistematika prosedur penyusunan HP
15 3. Perolehan tanggapan atas rekomendasi dan simpulan pemeriksaan dari entitas yang diperiksa Entitas memberikan tanggapan atas rekomendasi dan simpulan yang diberikan BPK, dan mengirimkan tanggapan tersebut kepada pemeriksa. 16 4. Penyiapan konsep LHP yang sudah dilengkapi tanggapan entitas Pemeriksa menganalisis tanggapan yang diberikan oleh entitas yang diperiksa. Jika tanggapan tersebut tidak bertentangan dengan Konsep LHP, pemeriksa langsung memproses konsep menjadi LHP Final. Sebaliknya, apabila tanggapan entitas yang diperiksa bertentangan dengan Konsep LHP, pemeriksa akan memeriksa kebenaran tanggapan tersebut. Jika tanggapan yang bertentangan dengan konsep tersebut benar, maka Pemeriksa akan menyusun ulang Konsep LHP. Sedangkan, jika tanggapan tersebut terbukti tidak benar, maka pemeriksa langsung memproses konsep menjadi LHP Final dan mengirimkan surat ketidaksetujuan atas tanggapan kepada entitas yang diperiksa. 17 5. Penyusunan HP final Pemeriksa menyusun Konsep LHP yang telah lengkap menjadi LHP Final. Pemeriksa mengirimkan LHP Final kepada Badan untuk memperoleh persetujuan. LHP Final yang telah disetujui oleh Badan dikirim kembali kepada pemeriksa. 18 6. Pendistribusian HP Final LHP Final yang telah disetujui oleh Badan didistribusikan kepada pihak yang secara resmi berkepentingan, yaitu: 1) Lembaga Perwakilan: DPR/DPD atau DPRD; 2) Entitas yang diperiksa; 3) Pimpinan Departemen/Lembaga Negara yang terkait dengan entitas yang diperiksa; dan 4) Pihak berwenang lain yang berhak menerima LHP berdasarkan peraturan perundang-undangan.
45
Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja
Bab V
19 Output yang dihasilkan dari kegiatan “Penyusunan Konsep Laporan Hasil Pemeriksaan” adalah: 1) Konsep Laporan Hasil Pemeriksaan; dan 2) Laporan Hasil Pemeriksaan.
Output penyusunan LHP
20 Kegiatan Penyusunan Konsep Laporan Hasil Pemeriksaan didokumentasikan dalam Kertas Kerja Pemeriksaan (KKP) dengan diberi kode indeks C.
Seluruh kegiatan pemeriksa dalam tahap ini harus didokumentasikan
46
Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja
Bab VI
BAB VI PENUTUP A. Pemberlakuan Petunjuk Pelaksanaan 01
Juklak Pemeriksaan Kinerja mulai berlaku saat ditetapkan melalui Keputusan BPK.
Saat pemberlakuan juklak
B. Perubahan Petunjuk Pelaksanaan 02
Perubahan Juklak dapat berupa perubahan juklak dimaksud atau penjelasan atas substansi juklak tersebut.
03
Perubahan atas Juklak ini akan dilakukan melalui Keputusan BPK tentang Perubahan atas Juklak dimaksud.
Perubahan juklak dapat berupa perubahan juklak atau penjelasan substansi
C. Pemantauan Petunjuk Pelaksanaan 04
Juklak ini merupakan dokumen yang dapat berubah sesuai dengan perubahan peraturan perundang-undangan dan/atau kondisi lain. Oleh karena itu, pemantauan atas Juklak ini akan dilakukan oleh Tim Pemantauan Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja. Selain itu, masukan atau pertanyaan terkait dengan Juklak ini dapat disampaikan kepada:
Pemantauan juklak ini dilakukan oleh tim pemantauan pada Direktorat Litbang
Direktorat Penelitian dan Pengembangan Direktorat Utama Perencanaan, Evaluasi, Penelitian dan Pengembangan, Pendidikan dan Pelatihan Pemeriksaan Keuangan Negara Lantai II Gedung Arsip, BPK-RI Jl. Gatot Subroto 31 Jakarta 10210 Telp. +62-21-25549000 ext. 3306/3307/3308 Email:
[email protected]
Ditama Litbang
Badan Pemeriksa Keuangan
47
Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja
LAMPIRAN III.1 : KEPUTUSAN BPK RI NOMOR : /K/I-XIII.2/11/2011 TANGGAL : NOVEMBER 2011 __________________________________________________
CONTOH Pemeriksaan Kinerja AKN/ Perwakilan……. Tahun…….. BPK RI PENENTUAN TOPIK PEMERIKSAAN KINERJA Topik Pemeriksaan Kinerja
Materialitas Keuangan Deskripsi
Skor
Kepentingan Publik Deskripsi
Skor
Kepentingan politik Deskripsi
Skor
Signifikansi program Deskripsi
Skor
Auditabilitas Deskripsi
Skor
Dampak lingkungan Deskripsi
Jml
Skor
………………., …………..
Tortama/Kalan
Kesimpulan (dipilih/ tdk dipilih)
Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja
LAMPIRAN III.2
:
KEPUTUSAN BPK RI
NOMOR TANGGAL
: :
9/K/I-XIII.2/12/2011 30 DESEMBER 2011
________________________________________________________
No. Indeks Pemeriksaan Kinerja Atas ..........…… Tahun……..
Dibuat oleh
:
Direviu oleh
:
Disetujui oleh
:
BPK RI CONTOH KERTAS KERJA PEMAHAMAN ENTITAS Tujuan dari kegiatan pada tahap ini adalah agar pemeriksa dapat memperoleh pemahaman atas entitas yang diperiksa yang diperlukan sebagai dasar pertimbangan pelaksanaan tahap perencanaan selanjutnya. Pemeriksa dapat mengembangkan point-point yang ada dalam template KKP sesuai dengan kebutuhan pemeriksa di lapangan. Hasil penelaahan dokumen dan wawancara dengan manajemen: 1.
Visi dan Misi entitas ……………………………………………………..…………………………………………… ……………………………………………..…………………………………………………… ……………………………………..…………………………………………………………… ……………………………..……………………………………………………………………
2.
Tujuan entitas ……………………………………………………..…………………………………………… ……………………………………………..…………………………………………………… ……………………………………..…………………………………………………………… ……………………………..……………………………………………………………………
3.
Tugas pokok dan fungsi entitas ……………………………………………………..…………………………………………… ……………………………………………..…………………………………………………… ……………………………………..…………………………………………………………… ……………………………..……………………………………………………………………
4.
Dasar hukum dan peraturan yang memengaruhi pelaksanaan program atau fungsi pelayanan publik entitas ……………………………………………………..…………………………………………… ……………………………………………..…………………………………………………… ……………………………………..…………………………………………………………… ……………………………..……………………………………………………………………
Litbang Pemeriksaan
Badan Pemeriksa Keuangan
Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja
5.
Sasaran dari program/kegiatan entitas ……………………………………………………..…………………………………………… ……………………………………………..…………………………………………………… ……………………………………..…………………………………………………………… ……………………………..……………………………………………………………………
6.
Struktur organisasi entitas ……………………………………………………..…………………………………………… ……………………………………………..…………………………………………………… ……………………………………..…………………………………………………………… ……………………………..……………………………………………………………………
7.
Input, proses, output, dan outcome dari entitas yang diperiksa ……………………………………………………..…………………………………………… ……………………………………………..…………………………………………………… ……………………………………..…………………………………………………………… ……………………………..……………………………………………………………………
8.
Anggaran yang dikelola entitas ……………………………………………………..…………………………………………… ……………………………………………..…………………………………………………… ……………………………………..…………………………………………………………… ……………………………..……………………………………………………………………
9.
Key Performance Indicator yang digunakan oleh entitas dalam menilai kinerja ……………………………………………………..…………………………………………… ……………………………………………..…………………………………………………… ……………………………………..…………………………………………………………… ……………………………..…………………………………………………………………..
10.
Ringkasan hasil reviu atas peraturan perundang-undangan yang relevan dengan tupoksi entitas ……………………………………………………..…………………………………………… ……………………………………………..…………………………………………………… ……………………………………..…………………………………………………………… ……………………………..……………………………………………………………………
11.
Ringkasan program kegiatan yang ditetapkan dalam tahun berjalan ……………………………………………………..…………………………………………… ……………………………………………..…………………………………………………… ……………………………………..…………………………………………………………… ……………………………..……………………………………………………………………
Litbang Pemeriksaan
Badan Pemeriksa Keuangan
Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja
LAMPIRAN III.3 : KEPUTUSAN BPK RI NOMOR : 9/K/I-XIII.2/12/2011 TANGGAL : 30 DESEMBER 2011 ____________________________________________
CONTOH Pemeriksaan Kinerja Atas ..........…… Tahun……..
No. Indeks Dibuat oleh Direviu oleh Disetujui oleh
: : :
BPK RI
KERTAS KERJA PENGIDENTIFIKASIAN MASALAH Tujuan dari kegiatan pada tahap ini adalah agar pemeriksa dapat mengidentifikasi permasalahan yang ada pada entitas sebagai dasar pertimbangan pelaksanaan tahap perencanaan selanjutnya. Hasil wawancara dengan manajemen, pemahaman entitas, dan isu yang berkembang di media massa: No.
Litbang Pemeriksaan
Permasalahan
Sumber Informasi
Badan Pemeriksa Keuangan
Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja
LAMPIRAN III.4
:
KEPUTUSAN BPK RI
NOMOR
:
9/K/I-XIII.2/12/2011
TANGGAL : 30 DESEMBER 2011 ______________________________________________________
CONTOH Pemeriksaan Kinerja Atas ..........…… Tahun……..
No. Indeks Dibuat oleh
:
Direviu oleh
:
Disetujui oleh
:
BPK RI
PEMAHAMAN SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN COSO No. 1.
Pemahaman SPI Lingkungan Pengendalian a. Integritas dan Nilai Etika (1) Apakah jajaran pimpinan entitas memiliki komitmen terhadap integritas dan nilai etika? (2) Apakah entitas memiliki kode etik yang bersifat komprehensif? (3) Apakah kode etik tersebut secara periodik disosialisasikan pada seluruh personil? (4) Apakah para personil memahami tindakan yang etis/tidak etis? (5) Apakah para personil mengetahui apa yang harus dilakukan dalam menyikapi penyimpangan? (6) Apabila tidak ada kode etik tertulis, apakah budaya manajemen (misalnya melalui komunikasi lisan pada saat rapat, bertatap muka, atau contoh dalam kegiatan sehari-hari) dapat mendorong terciptanya integritas dan perilaku bermoral? (7) Apakah pihak pimpinan entitas mampu memberi contoh yang baik sesuai kode etik? (8) Apakah hubungan keseharian internal dan eksternal entitas didasarkan atas prinsip kejujuran dan kewajaran? (9) Apakah pimpinan entitas memberikan respons yang memadai terhadap pelanggaran kode etik? (10) Apakah tindakan disiplin terhadap pelanggaran dikomunikasikan secara luas sehingga menimbulkan dampak menjerakan (deterrent effect)? (11) Apakah manajemen telah memiliki aturan yang jelas (kapan, siapa, dan dalam hal apa) mengenai kemungkinan pengambilan kebijaksanaan yang menyimpang dari ketentuan yang berlaku? (12) Apakah kebijaksanaan tersebut didokumentasikan dan dijelaskan secara memadai? (13) Apakah penyimpangan dari ketentuan yang ada telah diselidiki? (14) Apakah penyimpangan dari ketentuan yang ada telah didokumentasikan? b. Komitmen terhadap Kompetensi (1) Apakah telah terdapat job description yang menjelaskan tugas suatu pekerjaan/posisi tertentu sesuai kebutuhan entitas? (2) Apakah manajemen entitas telah melakukan analisis, baik formal maupun informal, mengenai jenis pekerjaan dan perlu/tidaknya supervisi atau pelatihan? (3) Apakah terdapat ketentuan mengenai tingkat kompetensi (pengetahuan dan keahlian) yang dibutuhkan untuk suatu pekerjaan tertentu? (4) Apakah ada bukti yang dapat meyakinkan bahwa seorang personil telah ditempatkan sesuai keahlian dan pengetahuan yang dibutuhkan?
Litbang Pemeriksaan
Badan Pemeriksa Keuangan
Ya
Tidak
Catatan
Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja
LAMPIRAN III.4
:
KEPUTUSAN BPK RI
NOMOR
:
9/K/I-XIII.2/12/2011
TANGGAL : 30 DESEMBER 2011 ______________________________________________________
No.
Pemahaman SPI c. Gaya operasi dan filosofi manajemen (1) Apakah manajemen entitas menerapkan prinsip kehati-hatian? (2) Apakah manajemen entitas hanya akan bertindak setelah melalui analisis mendalam terhadap risiko dan kemungkinan manfaat yang diperoleh? (3) Apakah terdapat perputaran personil (masuk-keluar) yang tinggi pada fungsi utama entitas, misalnya, bagian operasional, akuntansi, pengolahan data, dan pemeriksaan intern? (4) Apakah pola perputaran personil tersebut telah dibuat secara konsisten? (5) Apakah perputaran personil kunci dalam suatu fungsi dilakukan tanpa perencanaan terlebih dahulu? (6) Apakah manajemen memandang penting fungsi pengolahan data, fungsi akuntansi, keandalan laporan keuangan, dan perlindungan terhadap kekayaan entitas? (7) Apakah fungsi akuntansi dipandang hanya sebagai unit pencatat atau sebagai alat untuk menguji pengendalian atas berbagai aktivitas entitas? (8) Apakah aset yang dimiliki entitas (termasuk aset intelektual dan informasi) dilindungi dari akses oleh pihak yang tidak berwenang? (9) Apakah terdapat interaksi yang sering antara pimpinan entitas dengan manajemen pelaksana di daerah (baik kunjungan ke daerah, komunikasi via telepon, atau pertemuan di pusat)? (10) Apakah pertemuan koordinasi antarunit pelaksana dengan penanggung jawab selalu dilakukan? (11) Apakah laporan yang disampaikan oleh pegawai benar-benar menggambarkan keadaan sebenarnya? (12) Apakah manajemen akan bereaksi jika ada gejala praktek yang tidak baik yang disampaikan melalui laporan? d. Struktur Organisasi Struktur organisasi tidak boleh terlalu sederhana sehingga pemantauan terhadap kegiatan entitas tidak akan memadai dan tidak boleh pula terlalu kompleks karena dapat mengganggu kelancaran arus informasi. (1) Apakah jajaran pimpinan entitas telah memahami sepenuhnya tanggung jawab pengendalian yang mereka miliki? (2) Bagaimana kelengkapan struktur organisasi yang dimiliki entitas dan kemampuannya dalam menyediakan arus informasi yang diperlukan untuk mengelola kegiatan operasional? (3) Apakah struktur organisasi disentralisasi secara memadai? (4) Apakah struktur organisasi didesentralisasikan secara memadai? (5) Apakah struktur tersebut dapat memfasilitasi arus informasi ke atas, ke bawah maupun kepada seluruh kegiatan? (6) Apakah jajaran pimpinan entitas memiliki pengetahuan, pengalaman, dan pelatihan guna pelaksanaan tugas mereka? (7) Apakah hubungan pelaporan yang ada, baik formal maupun informal, langsung maupun tidak langsung telah dilakukan secara efektif? (8) Apakah hubungan pelaporan yang ada dapat memberikan informasi yang memadai kepada para manajer sesuai tanggung jawab dan wewenang masing-masing? (9) Apakah manajemen dari semua bagian entitas memiliki akses terhadap saluran komunikasi kepada pimpinan entitas? (10) Apakah terdapat mekanisme evaluasi sehubungan dengan perubahan kondisi lingkungan? (11) Apakah terdapat kemungkinan perubahan terhadap struktur organisasi secara berkala sehubungan dengan perubahan kondisi lingkungan? (12) Apakah terdapat jumlah personil yang memadai, khususnya untuk kapasitas supervisor maupun manajemen? (13) Apakah para manajer dan supervisor memiliki waktu yang memadai untuk menjalankan tanggung jawabnya secara efektif?
Litbang Pemeriksaan
Badan Pemeriksa Keuangan
Ya
Tidak
Catatan
Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja
LAMPIRAN III.4
:
KEPUTUSAN BPK RI
NOMOR
:
9/K/I-XIII.2/12/2011
TANGGAL : 30 DESEMBER 2011 ______________________________________________________
No.
Pemahaman SPI e. Tanggung Jawab dan Wewenang (1) Apakah mekanisme pembebanan suatu tanggung jawab, pendelegasian wewenang, dan pengembangan kebijakan dapat mendukung terciptanya akuntabilitas dan pengendalian? (2) Apakah pembebanan tanggung jawab dan pendelegasian wewenang dihubungkan/dikaitkan dengan tujuan dan sasaran organisasi, fungsi operasi, tuntutan peraturan, tanggung jawab atas sistem operasi, dan wewenang atas suatu perubahan? (3) Apakah setiap personil entitas memiliki wewenang dan tanggung jawab? (4) Apakah pengambilan keputusan dikaitkan dengan wewenang dan tanggung jawab? (5) Apakah terdapat standar dan prosedur yang terkait dengan pengendalian, termasuk job description masing-masing pegawai? (6) Apakah job description tersebut mengatur juga tanggung jawab pengendalian? (7) Apakah telah terdapat jumlah pegawai yang memadai, khususnya yang berkaitan dengan pengolahan data dan fungsi akuntansi, dengan tingkat keahlian yang sesuai dikaitkan dengan besar/kecilnya entitas, jenis, dan kompleksitas dari kegiatan dan sistem. f. Kebijakan dan Praktek Sumber Daya Manusia Lakukan pengujian bagaimana kebijakan manajemen dalam merekrut dan mempertahankan pegawai yang handal guna melaksanakan rencana-rencana entitas dalam rangka mencapai tujuan entitas. (1) Apakah terdapat prosedur dan kebijakan tertulis dalam penggunaan, pelatihan, promosi, dan penggajian pegawai? (2) Jika tidak ada praktek dan kebijakan tertulis, apakah manajemen mengomunikasikan ekspektasi tentang orang yang akan dipekerjakan atau berpartisipasi secara langsung dalam proses pemilihan tersebut? (3) Apakah setiap personil menyadari tanggung jawab dan ekspektasi terhadap mereka? (4) Apakah kepada personil baru diberikan pengertian tentang tanggung jawab dan ekspektasi terhadap mereka? (5) Apakah para supervisor bertemu dengan para pegawai secara berkala guna mereviu kinerja mereka? (6) Apakah para supervisor bertemu dengan para pegawai secara berkala guna memberikan saran-saran untuk perbaikan? (7) Apakah terdapat tindakan manajemen yang memadai untuk merespon penyimpangan terhadap kebijakan dan prosedur yang ada? (8) Apakah para pegawai mengerti bahwa kinerja yang buruk memiliki dampak bagi organisasi? (9) Apakah kebijakan personalia mengacu pada standar etika yang memadai? (10) Apakah nilai etika dan integritas merupakan kriteria dalam penilaian kinerja? (11) Apakah ada pengecekan yang memadai terhadap latar belakang calon personil, khususnya menyangkut aktivitas yang pernah dilakukan? (12) Apakah ada kebijakan yang mempersyaratkan dilakukakanya penyelidikan terhadap catatan kriminal calon personil? (13) Apakah terdapat kriteria promosi dan teknik pengumpulan informasi pegawai (contoh: evaluasi kinerja) dan kaitannya dengan kode etik ataupun panduan moral lainnya? (14) Apakah evaluasi kinerja dan pedoman etika menjadi salah satu kriteria dalam promosi? (15) Apakah ketentuan promosi dan kenaikan gaji dijelaskan secara rinci sehingga setiap personil mengetahui apa yang diharapkan oleh manajemen?
Litbang Pemeriksaan
Badan Pemeriksa Keuangan
Ya
Tidak
Catatan
Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja
LAMPIRAN III.4
:
KEPUTUSAN BPK RI
NOMOR
:
9/K/I-XIII.2/12/2011
TANGGAL : 30 DESEMBER 2011 ______________________________________________________
No.
Pemahaman SPI g. Kegiatan Pengawasan (1) Apakah entitas memiliki pemeriksa intern dan telah ditempatkan pada kedudukan yang tepat dalam organisasi? (2) Apakah pemeriksa internal melakukan pemeriksaan dan reviu atas kegiatan entitas secara independen? (3) Apakah lingkup kegiatan pemeriksaan intern telah ditetapkan dengan jelas? (4) Apakah lingkup kegiatan pemeriksaan intern telah dilaksanakan tepat waktu serta pelaksanaan tugasnya dapat diandalkan? (5) Apakah pekerjaan pengawasan intern ditujukan untuk perbaikan organisasi? (6) Apakah telah ditetapkan prosedur yang mengatur tindak lanjut atas hasil pengawasan intern? (7) Apakah entitas memiliki komite audit yang mereviu pekerjaan pemeriksaan internal? (8) Apakah komite audit menjalin koordinasi dengan pemeriksa internal dan pemeriksa eksternal secara baik? (9) Apakah fungsi pemeriksa internal mereviu sistem dan kegiatan entitas? (10) Apakah fungsi pemeriksa internal menyediakan informasi, analisis, perkiraan, rekomendasi dan konsultasi kepada manajemen?
2.
Penilaian Risiko a. Penetapan Tujuan Organisasi (1) Apakah pimpinan organisasi telah menetapkan tujuan umum organisasi dalam bentuk visi, misi, tujuan, dan sasaran? (2) Apakah visi, misi, tujuan, dan sasaran organisasi tersebut sejalan dengan program yang telah ditetapkan oleh lembaga legislatif? (3) Apakah visi, misi, tujuan, dan sasaran organisasi tersebut cukup spesifik (4) Apakah visi, misi, tujuan, dan sasaran organisasi dapat diaplikasikan pada organisasi tersebut dan tidak pada seluruh organisasi? (5) Apakah rencana strategis mendukung visi, misi, tujuan, dan sasaran organisasi? (6) Apakah rencana strategis memperhatikan alokasi sumber daya dan skala prioritas? (7) Apakah rencana strategis dan anggaran didesain melalui berbagai tingkatan pimpinan organisasi? (8) Apakah asumsi yang dibuat dalam menyusun rencana strategis dan anggaran sudah konsisten dengan pengalaman organisasi masa lampau dan sekarang? b.
Penetapan Tujuan Operasional Entitas (1) Apakah semua aktivitas yang signifikan sudah sejalan dengan tujuan operasional entitas? (2) Apakah semua aktivitas telah direviu secara periodik untuk memastikan bahwa aktivitas-aktivitas tersebut tidak menyimpang dari tujuan operasional dan rencana strategis entitas? (3) Apakah tujuan setiap aktivitas kunci sudah ditetapkan? (4) Apakah tujuan setiap aktivitas pendukung sudah ditetapkan? (5) Apakah tujuan tingkat operasional entitas sudah konsisten dengan praktik-praktik dan kinerja yang baik di masa lampau, dan konsisten dengan norma-norma bisnis dan industri yang sesuai dengan entitas? (6) Apakah sumber daya yang diperlukan untuk mendukung pencapaian tujuan sudah diidentifikasikan? (7) Jika sumber daya belum tersedia, apakah pimpinan entitas sudah mempunyai rencana untuk memperolehnya? (8) Apakah pimpinan entitas sudah mengidentifikasikan hal-hal yang harus dicapai untuk mencapai tujuan operasional entitas? (9) Apakah tujuan operasional entitas yang signifikan memperoleh perhatian yang khusus dari pimpinan entitas dan apakah sudah ada pemantauan kinerjanya secara reguler?
Litbang Pemeriksaan
Badan Pemeriksa Keuangan
Ya
Tidak
Catatan
Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja
LAMPIRAN III.4
:
KEPUTUSAN BPK RI
NOMOR
:
9/K/I-XIII.2/12/2011
TANGGAL : 30 DESEMBER 2011 ______________________________________________________
No.
Pemahaman SPI c.
Identifikasi Risiko (1) Apakah sudah digunakan metode penilaian risiko kualitatif untuk menentukan urutan risiko relatif secara periodik? (2) Apakah sudah digunakan metode penilaian risiko kuantitatif untuk menentukan urutan risiko relatif secara periodik? (3) Apakah risiko yang diidentifikasikan, diurutkan, dianalisis, dan diminimalisir sudah dikomunikasi kepada staf? (4) Apakah diskusi tentang identifikasi risiko terjadi pada tingkat pimpinan senior entitas? (5) Apakah identifikasi risiko sudah diperhitungan dalam rencana jangka pendek dan rencana strategis jangka panjang? (6) Apakah identifikasi risiko terjadi sebagai pertimbangan dari temuan pemeriksaan, evaluasi, atau penilaian lainnya? (7) Apakah identifikasi risiko pada tingkat staf dan pimpinan yunior entitas telah diangkat pada diskusi tingkat pimpinan senior entitas? (8) Apakah entitas sudah memperhatikan risiko-risiko yang berkaitan dengan perkembangandan kemajuan teknologi? (9) Apakah sudah ada pertimbangan tentang risiko yang timbul dari perubahan kebutuhan atau ekspektasi dari DPR? (10) Apakah sudah ada pertimbangan tentang risiko yang timbul dari perubahan kebutuhan atau ekspektasi dari Pejabat Pemerintah? (11) Apakah sudah ada pertimbangan tentang risiko yang timbul dari perubahan kebutuhan atau ekspektasi dari Publik? (12) Apakah sudah diidentifikasikan risiko-risiko sebagai akibat dari ketentuan-ketentuan dan peraturan-peraturan baru? (13) Apakah sudah diperhitungkan risiko-risiko bagi entitas sebagai akibat dari bencana alam? (14) Apakah sudah diperhitungkan risiko-risiko bagi entitas sebagai akibat dari tindak kejahatan? (15) Apakah sudah diidentifikasikan risiko-risiko sebagai akibat dari perubahan ekonomi? (16) Apakah sudah diidentifikasikan risiko-risiko sebagai akibat dari perubahan bisnis? (17) Apakah sudah diidentifikasikan risiko-risiko sebagai akibat dari perubahan politik? (18) Apakah sudah diidentifikasikan risiko-risiko yang terkait dengan kontraktor atau supplier utama? (19) Apakah sudah diidentifikasikan risiko-risiko sebagai akibat dari interaksi dengan entitas lainnya baik di dalam maupun di luar lingkungan pemerintahan? (20) Apakah sudah dipertimbangkan risiko-risiko sebagai akibat dari penciutan entitas? (21) Apakah sudah diidentifikasikan risiko-risiko yang berkaitan dengan proses rekayasa dan desain kembali proses operasi? (22) Apakah sudah dipertimbangkan risiko-risiko akibat dari terganggunya proses sistem informasi? (23) Apakah sudah diidentifikasikan risiko-risiko potensial akibat dari proses yang terdesentralisasi? (24) Apakah sudah diidentifikasikan risiko-risiko akibat personil yang kurang qualified dan kurang terlatih? (25) Apakah sudah diidentifikasikan risiko-risiko akibat terlalu menggantungkan diri pada beberapa kontraktor untuk hal-hal yang kritis? (26) Apakah sudah diidentifikasikan risiko-risiko yang berkaitan dengan perubahan yang mendasar dari tanggung jawab pimpinan entitas? (27) Apakah sudah diidentifikasikan risiko-risiko akibat akses pegawai terhadap aset-aset yang rentan? (28) Apakah sudah dipertimbangkan risiko-risiko yang berkaitan dengan SDM, seperti rencana suksesi, ketidakcukupan kompensasi dan benefit untuk dapat tetap kompetitif dengan pegawai sektor swasta? (29) Apakah sudah diidentifikasikan risiko-risiko yang berkaitan dengan kelanjutan program?
Litbang Pemeriksaan
Badan Pemeriksa Keuangan
Ya
Tidak
Catatan
Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja
LAMPIRAN III.4
:
KEPUTUSAN BPK RI
NOMOR
:
9/K/I-XIII.2/12/2011
TANGGAL : 30 DESEMBER 2011 ______________________________________________________
No.
Pemahaman SPI (30) Apakah pimpinan entitas telah mempertimbangkan risiko-risiko yang berkaitan dengan kegagalan di masa lalu dalam mencapai visi, misi, tujuan, dan sasaran atau kegagalan dalam menyikapi keterbatasan anggaran. (31) Apakah sudah dipertimbangkan risiko-risiko akibat dari belanja program yang tidak tepat? (32) Apakah sudah dipertimbangkan risiko-risiko akibat dari pelanggaran prinsip pengendalian dana, atau ketidakpatuhan lainnya? (33) Apakah telah diidentifikasikan risiko-risiko inherent berkaitan dengan misi atau signifikansi dan kompleksitas dari program atau aktivitas tertentu. d.
Analisis Risiko (1) Apakah pimpinan entitas telah menetapkan proses formal untuk menganalisis risiko termasuk proses informal berdasarkan aktivitas sehari-hari? (2) Apakah telah ditetapkan kriteria dalam menetapkan tingkat risiko rendah, sedang, dan tinggi? (3) Apakah tingkat manajemen dan staf sudah terlibat dalam analisis risiko? (4) Apakah risiko yang diidentifikasi dan dianalisis relevan dengan tujuan operasional entitas? (5) Apakah analisis risiko sudah termasuk perkiraan signifikansinya? (6) Apakah analisis risiko sudah termasuk perkiraan kemungkinan dan frekuensi terjadinya? (7) Apakah analisis risiko sudah termasuk penentuan kategorinya, rendah, sedang, dan tinggi? (8) Apakah sudah ada penentuan tentang bagaimana mengelola atau meminimalkan risiko dengan baik termasuk tindakan-tindakan yang harus diambil? (9) Apakah pendekatan terhadap pengelolaan dan pengendalian risiko sudah sesuai dengan sifat entitas? (10) Apakah pendekatan terhadap risiko sudah didesain untuk menjaga tingkat risiko pada tingkat yang dapat ditolerir? (11) Apakah sudah ditetapkan aktivitas pengendalian untuk mengelola risiko tertentu pada level operasional entitas? (12) Apakah sudah ditetapkan aktivitas pengendalian untuk meminimalisasi risiko tertentu pada level operasional entitas? (13) Apakah ada pemantauan atas implementasi atas aktivitas pengendalian tersebut?
e.
Mengelola Risiko akibat Perubahan (1) Apakah sudah diperhitungkan seluruh operasional entitas yang dapat dipengaruhi oleh perubahan? (2) Apakah perubahan-perubahan yang rutin sudah diperhitungkan dalam proses identifikasi risiko yang sudah baku? (3) Apakah perubahan-perubahan yang rutin sudah diperhitungkan dalam proses analisis risiko yang sudah baku? (4) Apakah risiko-risiko akibat kondisi yang berubah secara signifikan sudah diperhitungkan sebagai risiko yang tinggi bagi entitas sehingga akibatnya dapat diperhitungkan dan diantisipasi? (5) Apakah entitas telah memberikan perhatian terhadap risiko akibat rekrutmen pegawai baru yang menempati posisi penting atau tingkat penggantian pegawai yang tinggi? (6) Apakah terdapat mekanisme untuk menilai risiko akibat pengenalan sistem informasi yang baru? (7) Apakah terdapat mekanisme untuk menilai risiko yang melibatkan pelatihan pegawai untuk menggunakan sistem baru? (8) Apakah pimpinan entitas sudah memberikan pertimbangan khusus tentang risiko akibat pertumbuhan dan ekspansi yang cepat atau penciutan entitas?
Litbang Pemeriksaan
Badan Pemeriksa Keuangan
Ya
Tidak
Catatan
Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja
LAMPIRAN III.4
:
KEPUTUSAN BPK RI
NOMOR
:
9/K/I-XIII.2/12/2011
TANGGAL : 30 DESEMBER 2011 ______________________________________________________
No.
Pemahaman SPI (9) Apakah pimpinan entitas sudah memberikan pertimbangan khusus tentang pengaruh ekspansi/penciutan daerah terhadap kemampuan sistem dan revisi atas rencana strategis, visi, misi, tujuan, dan sasaran organisasi? (10) Apakah sudah ada pertimbangan tentang risiko akibat pengenalan teknologi dan aplikasi baru? (11) Apakah sudah dilakukan analisis terhadap risiko-risiko akibat produksi jasa atau output baru? (12) Apakah sudah dilakukan penilaian terhadap risiko akibat pembentukan operasi di wilayah yang baru?
3.
Aktivitas Pengendalian a. Pelaksanaan reviu oleh manajemen pada tingkat atas (top-level reviews) (1) Apakah terdapat mekanisme reviu dari pejabat tinggi atau manajer senior untuk mengawasi pencapaian suatu entitas terhadap rencana yang telah dibuat? (2) Apakah pejabat tinggi atau manajer senior mengawasi pencapaian suatu entitas terhadap rencana yang telah dibuat sesuai mekanisme yang ada? (3) Apakah tindak lanjut hasil reviu dilaksanakan oleh unit-unit terkait? (4) Apakah terdapat mekanisme reviu pada semua tingkat manajemen fungsional untuk menelaah kinerja suatu aktivitas atau fungsi terhadap rencana yang telah dibuat? (5) Apakah manajer yang terkait menelaah kinerja suatu aktivitas atau fungsi terhadap rencana yang telah dibuat sesuai mekanisme yang ada? (6) Apakah tindak lanjut hasil reviu dilaksanakan oleh unit-unit terkait? b.
Mereviu pengelolaan SDM (1) Apakah ekspektasi manajemen terhadap pencapaian tujuan telah didokumentasikan kepada seluruh personil? (2) Apakah ekspektasi manajemen terhadap pencapaian tujuan telah dikomunikasikan kepada seluruh personil? (3) Apakah terdapat rencana strategis mengenai pengelolaan personil? (4) Apakah telah terdapat prosedur guna memastikan bahwa personil yang direkrut maupun dipertahankan adalah mereka yang benarbenar memiliki kompetensi? (5) Apakah kepada pegawai telah diberikan orientasi, pelatihan, dan dukungan lainnya dalam rangka menjalankan tugasnya? (6) Apakah sistem kompensasi telah memadai? (7) Apakah terdapat insentif khusus yang dapat mendorong pegawai bekerja secara maksimal? (8) Apakah terdapat mekanisme suksesi (promosi dan mutasi) yang jelas?
c.
Mereviu pengelolaan informasi untuk memastikan tingkat keakuratan dan kelengkapan informasi (1) Apakah pembukuan semua transaksi dilakukan secara sekuensial? (2) Apakah jumlah-jumlah transaksi telah dicocokan dengan jumlah pengendali? (3) Apakah akses ke data dan dokumen lain dikendalikan?
d.
Menetapkan dan memantau indikator dan ukuran kinerja (1) Apakah indikator dan ukuran kinerja telah dibuat untuk setiap bagian dan level dalam organisasi sampai kepada individu? (2) Apakah terhadap indikator tersebut telah dilakukan reviu dan validasi secara periodik? (3) Apakah data mengenai kinerja aktual senantiasa ditandingkan dengan tujuan yang akan dicapai? (4) Apakah jika terdapat perbedaan antara kinerja aktual dan tujuan akan dianalisis?
Litbang Pemeriksaan
Badan Pemeriksa Keuangan
Ya
Tidak
Catatan
Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja
LAMPIRAN III.4
:
KEPUTUSAN BPK RI
NOMOR
:
9/K/I-XIII.2/12/2011
TANGGAL : 30 DESEMBER 2011 ______________________________________________________
No.
Pemahaman SPI e.
Memisahan tugas atau fungsi (1) Apakah kewenangan untuk mengendalikan seluruh aktivitas kunci dipisahkan? (2) Apakah terdapat pemisahan tugas dan tanggung jawab dalam otorisasi? (3) Apakah terdapat pemisahan tugas dan tanggung jawab dalam penyetujuan (approval)? (4) Apakah terdapat pemisahan tugas dan tanggung jawab dalam pemrosesan? (5) Apakah terdapat pemisahan tugas dan tanggung jawab dalam pencatatan? (6) Apakah terdapat pemisahan tugas dan tanggung jawab dalam pembayaran/penerimaan uang? (7) Apakah terdapat pemisahan tugas dan tanggung jawab dalam pemeriksaan? (8) Apakah terdapat pemisahan tugas dan tanggung jawab dalam fungsi penyimpanan? (9) Apakah penugasan telah dilakukan dengan memerhatikan efektivitas mekanisme check and balance?
f.
Mereviu otorisasi kepada personil tertentu dalam melakukan suatu transaksi (1) Apakah transaksi yang diakui hanya transaksi-transaksi yang valid sesuai ketentuan manajemen? (2) Apakah suatu transaksi hanya dilakukan oleh orang yang memiliki wewenang? (3) Apakah suatu transaksi dilakukan sesuai dengan kewenangan yang bersangkutan? (4) Apakah prosedur otorisasi telah dikomunikasikan kepada seluruh pegawai (termasuk kapan otorisasi tersebut dapat digunakan)?
g.
Mereviu pencatatan atas transaksi dengan menguji: (1) Apakah setiap transaksi telah diklasifikasi dan dicatat secara memadai guna mendukung pengendalian operasi dan pengambilan keputusan? (2) Apakah pengklasifikasian dan pencatatan tersebut telah meliputi seluruh siklus mulai dari otorisasi, inisiasi, pemrosesan sampai dengan klasifikasi final dalam pencatatan secara keseluruhan?
h.
Membuat pembatasan akses dan akuntabilitas terhadap sumber daya dan catatan-catatan: (1) Apakah terdapat pembatasan terhadap akses atas sumber daya dan catatan? (2) Apakah standar, prosedur, dan operasi atas pembatasan akses telah ditetapkan? (3) Apakah personil yang kepadanya mendapat hak akses telah ditetapkan?
i.
Pendokumentasian (1) Apakah sistem pengendalian intern, semua transaksi dan kejadian penting lainnya telah didokumentasikan secara memadai? (2) Apakah dokumentasi tersebut selalu tersedia untuk kepentingan pengujian? (3) Apakah dokumentasi terhadap transaksi maupun kegiatan penting lainnya telah dilakukan secara lengkap dan akurat sehingga memungkinkan dilakukannya penelusuran? (4) Apakah dokumentasi tersebut, baik tertulis maupun secara elektronis, berguna bagi proses evaluasi, analisis, dan pengendalian?
Litbang Pemeriksaan
Badan Pemeriksa Keuangan
Ya
Tidak
Catatan
Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja
LAMPIRAN III.4
:
KEPUTUSAN BPK RI
NOMOR
:
9/K/I-XIII.2/12/2011
TANGGAL : 30 DESEMBER 2011 ______________________________________________________
No.
Pemahaman SPI Langkah pengujian pada aktivitas pengendalian dalam lingkungan yang terkomputerisasi pada dasarnya serupa dengan langkah pengujian pada aktivitas pengendalian dalam lingkungan yang tidak terkomputerisasi. Teknik pemeriksaan berbantuan komputer dapat digunakan untuk melaksanakan langkah pengujian dimaksud.
4.
Informasi dan Komunikasi a. Informasi (1) Apakah informasi diidentifikasi, diperoleh, diproses, dan dilaporkan melalui suatu sistem informasi? (2) Apakah informasi yang relevan diperoleh baik dari sumber ekstenal maupun dari informasi yang dikelola secara internal? (3) Apakah terdapat mekanisme untuk memperoleh informasi eksternal (seperti kondisi pasar, perkembangan dalam bidang peraturan, dan perubahan kondisi ekonomi)? (4) Apakah informasi internal diidentifikasi dalam kaitannya dengan pencapaian tujuan entitas? (5) Apakah informasi internal secara teratur dilaporkan dalam kaitannya dengan pencapaian tujuan entitas termasuk faktor-faktor keberhasilan? (6) Apakah pimpinan entitas memperoleh informasi yang dibutuhkan guna melaksanakan tanggung jawabnya? (7) Apakah terdapat mekanisme penyediaan informasi yang memadai bagi orang yang tepat secara tepat waktu guna membantu mereka melaksanakan tugasnya secara efektif dan efisien? (8) Apakah para manajer memperoleh informasi analitis yang membantu mereka dalam mengidentifikasi tindakan yang perlu diambil? (9) Apakah informasi yang jelas dan tepat tersedia bagi berbagai tingkatan pimpinan entitas? (10) Apakah informasi dirangkum secara memadai guna menyediakan data yang lebih mendetail? (11) Apakah informasi tersedia sewaktu-waktu yang memungkinkan pemantauan yang efektif terhadap suatu aktivitas dan kejadian, baik intern maupun ekstern untuk selanjutnya bereaksi terhadap kondisi ekonomi, faktor usaha, dan masalah pengendalian? (12) Apakah pengembangan atau perbaikan sistem informasi dilaksanakan berdasarkan rencana strategis sistem informasi dikaitkan dengan strategi umum entitas dan pencapaian tujuan umum maupun kegiatan entitas? (13) Apakah komite pengarah teknologi informasi telah dibentuk dalam rangka identifikasi informasi yang dibutuhkan? (14) Apakah prioritas dan kebutuhan akan informasi ditentukan oleh pihak eksekutif? (15) Apakah perencanaan teknologi informasi telah dikembangkan dan dikaitkan dengan inisiatif strategi? (16) Apakah pimpinan entitas mendukung pengembangan sistem informasi melalui komitmen terhadap sumber daya yang memadai, baik manusia maupun keuangan? (17) Apakah sumber daya yang memadai (para manajer, analis, programer, dengan kemampuan yang sesuai) tersedia sesuai kebutuhan? b.
Komunikasi (1) Apakah tugas dan tanggung jawab pengendalian pegawai dikomunikasikan melalui jaringan komunikasi yang efektif? (2) Apakah saluran komunikasi seperti pada saat pelatihan, rapat atau dalam pelaksanaan pekerjaan baik secara formal maupun informal telah dilaksanakan secara memadai? (3) Apakah setiap pegawai mengetahui tujuan kegiatan masing-masing dan cara mencapai tujuan tersebut? (4) Apakah setiap pegawai mengerti bagaimana tugas mereka berpengaruh ataupun dipengaruhi oleh tugas pegawai yang lain?
Litbang Pemeriksaan
Badan Pemeriksa Keuangan
Ya
Tidak
Catatan
Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja
LAMPIRAN III.4
:
KEPUTUSAN BPK RI
NOMOR
:
9/K/I-XIII.2/12/2011
TANGGAL : 30 DESEMBER 2011 ______________________________________________________
No.
Pemahaman SPI (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) c.
5.
Apakah terdapat saluran komunikasi bagi setiap orang untuk melaporkan adanya dugaan penyimpangan? Apakah terdapat jalur komunikasi kepada pihak yang lebih tinggi di luar atasan langsung, seperti bagian ombudsman ataupun corporate counsel? Apakah para pegawai benar-benar menggunakan saluran komunikasi yang ada? Apakah terhadap orang yang melaporkan dugaan penyimpangan disediakan umpan balik dan diberi kekebalan terhadap tuntutan balik? Apakah pimpinan entitas menerima dengan baik saran yang diberikan oleh pegawai dalam rangka peningkatan produktivitas, kualitas, atau sejenisnya. Apakah terdapat mekanisme bagi pegawai untuk menyampaikan saran-saran perbaikan? Apakah pimpinan entitas memberikan penghargaan kepada para pegawai yang memberikan saran yang baik? Apakah komunikasi antarbagian telah dilakukan secara memadai? Apakah pimpinan entitas mengomunikasikan kepada pihak luar tentang standar etika yang dimiliki entitas? Apakah pihak ketiga mengetahui standar etika dan ekspektasi dalam rangka hubungan mereka dengan pihak entitas? Apakah penyimpangan yang dilakukan oleh pegawai pihak luar dilaporkan kepada personil yang berwenang? Apakah pegawai senantiasa melaporkan masalah yang terjadi dan laporan tersebut ditindaklanjuti/diinvestigasi? Apakah tindak lanjut atas penyimpangan dikomunikasikan kepada sumbernya? Apakah pimpinan puncak sadar akan sifat dan jumlah keluhan yang masuk?
Bentuk dan alat komunikasi (1) Apakah pimpinan entitas menggunakan metode komunikasi efektif yang antara lain meliputi manual kebijakan dan prosedur, arahan manajemen, memorandum, pemberitahuan, situs internet dan intranet, pesan-pesan melalui video-tape, e-mail, dan pidato-pidato? (2) Apakah terdapat rencana strategis sistem informasi yang sejalan dengan rencana strategis organisasi? (3) Apakah terdapat mekanisme untuk mengidentifikasi kebutuhan informasi yang mendesak? (4) Apakah peningkatan dan keunggulan teknologi dimonitor, dianalisis, dievaluasi, dan diperkenalkan untuk membantu organisasi sehingga dapat merespon lebih cepat dan efisien? (5) Apakah pimpinan entitas memonitor secara kontinu kualitas informasi yang diperoleh, dipelihara, dan dikomunikasikan telah sesuai dengan materi, waktu, akurasi, dan akses yang dibutuhkan? (6) Apakah terdapat dukungan manajemen bagi pengembangan teknologi informasi yang ditunjukkan dengan komitmen organisasi dalam menyediakan sumberdaya manusia dan keuangan?
Pemantauan a. Pemantauan Berkelanjutan (ongoing monitoring) (1) Apakah pemerintah atau manajemen memiliki strategi untuk menjamin efektivitas pelaksanaaan pemantauan berkelanjutan. Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan: (a) Apakah strategi yang dimiliki pemerintah atau manajemen menjamin umpan balik (feed back) secara rutin, pemantauan kinerja, dan pencapaian tujuan SPI? (b) Apakah strategi pemantauan mencakup metode yang memberi penekanan kepada pejabat pelaksana atau manajer operasi dalam memantau efektivitas SPI? (c) Apakah strategi pemantauan mencakup identifikasi kegiatan operasi utama yang membutuhkan reviu dan evaluasi tersendiri?
Litbang Pemeriksaan
Badan Pemeriksa Keuangan
Ya
Tidak
Catatan
Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja
LAMPIRAN III.4
:
KEPUTUSAN BPK RI
NOMOR
:
9/K/I-XIII.2/12/2011
TANGGAL : 30 DESEMBER 2011 ______________________________________________________
No.
Pemahaman SPI (d) Apakah strategi juga meliputi perencanaan untuk evaluasi berkala atas aktivitas pengendalian bagi kegiatan atau operasi utama tersebut? (2)
Dalam pelaksanaan tugas rutinnya, apakah pegawai memperoleh informasi mengenai berfungsi tidaknya SPI. Beberapa informasi yang dapat dipertimbangkan adalah: (a) Apakah pejabat pelaksana atau manajemen operasi membandingkan produksi, persedian, penjualan, dan informasi lainnya yang didapatkan dari kegiatan rutin dengan sistem yang menghasilkan informasi? (b) Apakah pejabat pelaksana atau manajemen operasi menindaklanjuti setiap ketidakcocokkan atau masalah lain yang ditemukan dari hasil sistem informasi? (c) Apakah integrasi dan rekonsiliasi informasi operasi yang digunakan untuk mengelola pelaksanaan dengan data yang dihasilkan oleh sistem pelaporan keuangan dilakukan? (d) Apakah pegawai pelaksana diharuskan untuk bertanggung jawab atas kecermatan laporan keuangannya?
(3) Apakah pihak ketiga juga dilibatkan dalam pelaksanaan pemantauan? (a) Apakah keluhan-keluhan masyarakat dan pihak lain dapat segera diketahui penyebabnya? (b) Apakah komunikasi dengan pihak yang berkepentingan dilakukan? (c) Apakah pemerintah/pembuat peraturan menginformasikan hal-hal yang terkait dengan kepatuhan atau hal lain yang menggambarkan berfungsinya SPI? (d) Apakah aktivitas SPI yang semestinya menjaga atau dapat mendeteksi setiap masalah yang muncul, tetapi tidak berfungsi dengan baik, dilakukan pengujian kembali? (4) Apakah struktur organisasi dan kegiatan supervisi yang ada dapat membantu pemantauan terhadap fungsi SPI? (a) Apakah pembagian tugas dan tanggung jawab digunakan untuk membantu pendeteksian kecurangan? (b) Apakah pemeriksa intern adalah badan yang independen dan mempunyai kewenangan untuk melaporkan secara langsung kepada pimpinan organisasi? (5) Apakah data yang dicatat oleh sistem informasi maupun keuangan telah dibandingkan secara periodik dengan fisiknya? (a) Apakah persediaan dan aset lainnya diperiksa secara berkala? (b) Apakah setiap perbedaan antara yang tercatat dengan jumlah yang ada telah dikoreksi? (c) Apakah sebab-sebab terjadinya perbedaan, dijelaskan, dan diperbaiki? (d) Apakah frekuensi perbandingan merupakan fungsi dari penjagaan aset? (e) Apakah tanggung jawab penyimpanan sumber daya dan kekayaan diberikan kepada individu tertentu? (6)
Apakah tanggapan atas rekomendasi pemeriksa baik internal maupun eksternal ditujukan untuk memperkuat/perbaikan pengendalian intern? (a) Apakah pejabat pelaksana yang mempunyai kewenangan memberi keputusan mengenai rekomendasi yang akan diimplementasikan? (b) Apakah tindakan yang ingin ditindaklanjuti untuk memverifikasi implementasi?
Litbang Pemeriksaan
Badan Pemeriksa Keuangan
Ya
Tidak
Catatan
Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja
LAMPIRAN III.4
:
KEPUTUSAN BPK RI
NOMOR
:
9/K/I-XIII.2/12/2011
TANGGAL : 30 DESEMBER 2011 ______________________________________________________
No.
Pemahaman SPI
(7)
Apakah terdapat mekanisme pertemuan dengan para pegawai dalam rangka memperoleh umpan balik mengenai efektivitas SPI? (a) Apakah isu-isu yang relevan, informasi, dan umpan balik terkait dengan efektivitas pengendalian intern yang dinyatakan dalam pelatihan, seminar, sesi perencanaan, dan pertemuan-pertemuan lain didapatkan dan digunakan oleh manajemen untuk menjawab masalah-masalah atau memperkuat struktur pengendalian intern? (b) Apakah saran-saran dari pegawai terkait dengan pengendalian intern dipertimbangkan dan dilaksanakan secara proporsional? (c) Apakah manajemen mendorong para pekerjanya untuk mengidentifikasi kelemahan pengendalian intern? (d) Apakah manajemen mendorong para pekerjanya untuk melaporkan kelemahan SPI kepadanya, dalam rangka pengawasan?
(8) Apakah para pegawai secara rutin diminta untuk menyatakan secara eksplisit mengenai kesesuaian perilaku mereka terhadap kode etik? (a) Apakah kepada para pegawai secara berkala diminta untuk melaksanakan kode etik? (b) Apakah ada tanda bagi pembuktian telah dilakukannya fungsi pengendalian untuk fungsi-fungsi pokok seperti rekonsiliasi? (9)
Apakah terdapat efektivitas dari kegiatan pemeriksaan intern? (a) Apakah kegiatan pemeriksaan intern di dalam organisasi mempunyai tingkat kompetensi dan pengalaman di bidangnya? (b) Apakah posisi-posisi dalam organisasi tepat? (c) Apakah pegawai dapat berhubungan dengan dewan direksi ataupun komite audit? (d) Apakah lingkup, tanggung jawab dan perencanaan pemeriksaan mereka memenuhi kebutuhan organisasi?
b. Evaluasi Terpisah (Separate Evaluation) (1) Apakah lingkup dan frekuensi pelaksanaan evaluasi khusus terhadap pengendalian intern telah memadai? (a) Apakah hasil penilaian risiko dan efektivitas pemantauan berkelanjutan, dipertimbangkan dalam menentukan lingkup dan frekuensi evaluasi terpisah? (b) Apakah seksi atau bagian tertentu pengendalian intern dievaluasi secara periodik? (c) Apakah lingkup dan kedalaman cakupan sudah cukup? (d) Apakah evaluasi dilakukan oleh pegawai dengan keahlian yang dibutuhkan? (e) Apakah kejadian-kejadian tertentu seperti perubahan rencana atau strategi manajemen yang mendasar, ekspansi usaha, perubahan yang signifikan pada operasi atau informasi anggaran telah diadakan evaluasi? (2) Apakah metodologi untuk mengevaluasi pengendalian intern telah memadai dan logis? Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan: (a) Apakah terdapat instrumen yang digunakan seperti checklist, kuisioner, atau instrumen lain? (b) Apakah evaluasi terpisah mencakup reviu atas desain pengendalian dan pengujian langsung terhadap aktivitas pengendalian intern? (c) Apakah tim evaluasi juga dilibatkan dalam merencanakan proses evaluasi? (d) Apakah proses evaluasi dipimpin oleh eksekutif yang mempunyai kewenangan, keahlian, dan pengalaman yang dibutuhkan?
Litbang Pemeriksaan
Badan Pemeriksa Keuangan
Ya
Tidak
Catatan
Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja
LAMPIRAN III.4
:
KEPUTUSAN BPK RI
NOMOR
:
9/K/I-XIII.2/12/2011
TANGGAL : 30 DESEMBER 2011 ______________________________________________________
No.
Pemahaman SPI
(3)
Apabila evaluasi ini dilakukan oleh pemeriksa intern, apakah mereka memiliki sumber daya, kemampuan dan independensi yang memadai. Hal-hal berikut perlu menjadi bahan pertimbangan: (a) Apakah unit pemeriksa intern mempunyai pegawai dengan kompetensi dan pengalaman untuk melakukan evaluasi? (b) Apakah secara organisasi pemeriksa intern independen dan melaporkan hasil evaluasi kepada tingkat tertinggi yang ada dalam organisasi? (c) Apakah tanggung jawab, lingkup pekerjaan, dan rencana pemeriksaan pemeriksa intern dapat memenuhi kebutuhan organisasi? (d) Apakah penyimpangan yang ditemukan dalam evaluasi telah dilaporkan kepada puncak pimpinan? (e) Apakah penyimpangan yang ditemukan dalam evaluasi telah diselesaikan secara tepat?
(4)
Apakah terdapat kecukupan proses evaluasi? Beberapa hal berikut dapat dijadikan pertimbangan: (a) Apakah evaluator mempunyai kecukupan pemahaman terhadap aktivitas organisasi? (b) Apakah pemahaman terhadap bagaimana sistem seharusnya bekerja dan bagaimana sistem bekerja dimiliki oleh evaluator? (c) Apakah analisis dengan menggunakan hasil evaluasi sebagai pengukuran terhadap kriteria yang telah ditetapkan dilakukan oleh evaluator? (d) Apakah pekerjaan evaluasi didokumentasikan secara memadai?
c. Penyelesaian hasil pemeriksaan (1) Apakah terdapat mekanisme yang dapat menjamin bahwa terhadap temuan-temuan pemeriksaan ataupun reviu lainnya telah dilakukan penyelesaian dengan tepat? Antara lain: (a) Apakah manajer mereviu dan mengevaluasi temuan-temuan pemeriksaan ataupun reviu lainnya termasuk penyimpanganpenyimpangan dan kemungkinan perbaikannya? (b) Apakah manajemen menentukan hal-hal yang perlu dilakukan dalam menanggapi temuan dan rekomendasi? (c) Apakah tindakan perbaikan dilakukan dalam jangka waktu yang telah ditentukan? (d) Dalam hal terjadi ketidaksetujuan terhadap temuan atau rekomendasi, apakah manajemen mampu menunjukkan bahwa temuan atau rekomendasi tersebut tidak valid ataupun tidak bisa dilaksanakan? (e) Apakah manajemen mempunyai pemikiran untuk melakukan konsultasi kepada pemeriksa ketika mereka percaya bahwa hal tersebut akan membantu proses penyelesaian hasil pemeriksaan? (2)
Apakah manajemen tanggap terhadap temuan dan rekomendasi pemeriksaan ataupun reviu lainnya yang bertujuan kepada perbaikan pengendalian intern? Hal tersebut dapat terlihat dari: (a) Apakah eksekutif yang berwenang mengevaluasi temuan dan rekomendasi serta menentukan tindakan yang tepat untuk memperbaiki atau meningkatkan pengendalian? (b) Apakah tindakan pengendalian intern yang diinginkan ditindaklanjuti dalam rangka verifikasi pengendalian?
Litbang Pemeriksaan
Badan Pemeriksa Keuangan
Ya
Tidak
Catatan
Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja
LAMPIRAN III.4
:
KEPUTUSAN BPK RI
NOMOR
:
9/K/I-XIII.2/12/2011
TANGGAL : 30 DESEMBER 2011 ______________________________________________________
No.
Pemahaman SPI
(3)
Apakah tindak lanjut terhadap temuan dan rekomendasi pemeriksaan ataupun reviu lainnya telah dilakukan secara memadai? Antara lain dapat diketahui dari: (a) Apakah masalah-masalah pada transaksi atau kejadian tertentu dikoreksi secara tepat? (b) Apakah penyebab permasalahan yang terjadi dapat diselidiki oleh manajemen? (c) Apakah tindak lanjut untuk meyakinkan bahwa tindakan perbaikan yang diperlukan telah dilakukan? (d) Apakah manajemen puncak selalu mendapatkan informasi terhadap status dan posisi penyelesaian hasil pemeriksaan? (e) Apakah penyebab terjadinya permasalahan sebagaimana dituangkan dalam temuan dan rekomendasi telah diselidiki? (f) Apakah penyebab terjadinya permasalahan sebagaimana dituangkan dalam temuan dan rekomendasi telah dilakukan perbaikan?
KESIMPULAN:
Litbang Pemeriksaan
Badan Pemeriksa Keuangan
Ya
Tidak
Catatan
LAMPIRAN III.5 : KEPUTUSAN BPK RI NOMOR : 9/K/I-XIII.2/12/2011 TANGGAL : 30 DESEMBER 2011 ________________________________________________
Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja
No. Indeks Pemeriksaan Kinerja Atas .... Tahun Anggaran…
Dibuat oleh
:
Direviu oleh
:
Disetujui oleh
:
BPK RI
CONTOH KERTAS KERJA PENENTUAN AREA POTENSIAL Tujuan Kegiatan ini adalah menentukan area-area potensial yang akan menjadi area kunci dalam pelaksanaan pemeriksaan No 1 1. 2. 3. 4.
Hasil Identifikasi Masalah 2
Area Potensial 3
Catatan: 1. Kolom 2 Hasil Identifikasi Masalah diisi dengan output berupa masalah-masalah utama yang didapatkan dari langkah Pemeriksaan Kinerja sebelumnya yaitu Identifikasi Masalah. 2. Kolom 3 Area Potensial diisi dengan Area/Program/Kegiatan/Bidang yang berkaitan dengan masalah utama yang didapatkan
Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja
LAMPIRAN III.6 NOMOR TANGGAL
CONTOH
: : :
KEPUTUSAN BPK RI 9/K/I-XIII.2/12/2011 30 DESEMBER 2011
No. Indeks
Pemeriksaan Kinerja Atas ….. Kabupaten ABC Tahun Anggaran….
Dibuat oleh Direviu oleh Disetujui oleh
: : :
BPK RI
KERTAS KERJA PEMILIHAN AREA KUNCI Tujuan kegiatan ini adalah menentukan urutan prioritas dari area potensial yang akan dipilih menjadi obyek pemeriksaan kinerja (area kunci). No.
Area Kunci
(1)
(2)
Risiko Manajemen (3)
Faktor Pemilihan Signifikansi Dampak Pemeriksaan (4) (5)
Auditabilitas (6)
1. 2. 3. Catatan: 1. Kolom 2 diisi dengan area-area potensial yang didapatkan dari hasil identifikasi masalah. 2. Kolom 3, 4, 5, dan 6 diisi dengan menggunakan skor 1 = rendah, 2 = sedang, 3 = tinggi. 3. Kolom 7 merupakan penjumlahan dari kolom 3, 4, 5, dan 6. 4. Kolom 8 merupakan urutan prioritas dari area-area potensial yang akan dipilih sebagai obyek pemeriksaan. 5. Kolom 9 merupakan kesimpulan area potensial yang akan dipilih sebagai obyek pemeriksaan (area kunci).
Direktorat Litbang
Badan Pemeriksa Keuangan
Total Skor (7)
Urutan Prioritas (8)
Kesimpulan Dipilih/Tidak (9)
Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja
LAMPIRAN III.7 NOMOR TANGGAL
: : :
KEPUTUSAN BPK RI 9/K/I-XIII.2/12/2011 30 DESEMBER 2011
CONTOH Pemeriksaan Kinerja Atas ..........…… Tahun……..
No. Indeks Dibuat oleh Direviu oleh Disetujui oleh
: : :
BPK RI
KERTAS KERJA PENETAPAN TUJUAN DAN LINGKUP PEMERIKSAAN Tujuan dari kegiatan “Penetapan Obyek, Tujuan, dan Lingkup Pemeriksaan” adalah memberikan arah yang jelas pada proses pelaksanaan pemeriksaan untuk menghindari prosedur-prosedur yang tidak perlu, dan lebih fokus untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam tujuan pemeriksaan yang telah ditetapkan. Dengan demikian pemeriksa akan lebih mudah mengambil keputusan pada akhir pemeriksaan. Pemeriksa dapat mengembangkan butir-butir yang ada dalam template KKP sesuai dengan kebutuhan di lapangan.
1. Area kunci yang dipilih …………………………………………………..……………………………………………… …………………………………………..……………………………………………………… …………………………………..……………………………………………………………… 2. Tujuan pemeriksaan …………………………………………………..……………………………………………… …………………………………………..……………………………………………………… …………………………………..……………………………………………………………… 3. Periode waktu pemeriksaan …………………………………………………..……………………………………………… …………………………………………..……………………………………………………… …………………………………..……………………………………………………………… 4. Lingkup pemeriksaan …………………………………………………..……………………………………………… …………………………………………..……………………………………………………… …………………………………..………………………………………………………………
Ditama Revbang
Badan Pemeriksa Keuangan
Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja
LAMPIRAN IV.1 NOMOR TANGGAL
: : :
KEPUTUSAN BPK RI 9/K/I-XIII.2/12 /2011 30 DESEMBER 2011
CONTOH
Pemeriksaan Kinerja Atas ..........…… Tahun……..
No. Indeks Dibuat oleh Direviu oleh Disetujui oleh
: : :
BPK RI
KERTAS KERJA PENGUJIAN DATA PEMERIKSAAN Tujuan kegiatan pengujian data adalah menentukan bukti-bukti pemeriksaan yang penting dan perlu sebagai bahan penyusunan suatu temuan pemeriksaan, kesimpulan pemeriksaan, dan usul rekomendasi. 1. Daftar sumber data yang diperoleh: …………………………………………………..…………………………………………………………… ……………………………..………………………………………………………………………………… ………..……………………………………….………………………………………...................................... 2. Teknik analisis yang digunakan : …………………………………………………..…………………………………………………………… ……………………………..………………………………………………………………………………… ………..……………………………………….………………………………………...................................... 3. Ringkasan hasil analisis: …………………………………………………..…………………………………………………………… ……………………………..………………………………………………………………………………… ………..………………………………………………………………………………....................................... 4. Usul rekomendasi : …………………………………………………..…………………………………………………………… ……………………………..………………………………………………………………………………… ………..……………………………………………………………………………….......................................
Ditama Revbang
Badan Pemeriksa Keuangan
Juklak Pemeriksaan Kinerja
TIM PENYUSUN PETUNJUK PELAKSANAAN PEMERIKSAAN KINERJA 1. Daeng M. Nazier 2. Hery Subowo 3. Ria Anugriani 4. Beni Subena 5. Agus Bambang Irawan 6. G. Yorrie Rismanto Adi 7. Dwi Afriyanti 8. Harpanto Guno Sabanu 9. Subeki Supriyadi 10. Iwan Purwanto Sudjali 11. Sandra Willia Gus man 12. Bambang Prayudhi 13. Denny Wahyu Sendjaja 14. Yosie 15. Asad Agung Perkasa
Direktorat Litbang
Badan Pemeriksa Keuangan
Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Jl. Jenderal Gatot Subroto 31 Jakarta 10210 Indonesia +62-21-25549000 ext. 3306/3307/3308 Email:
[email protected]