HUBUNGAN LAMANYA MENJALANI HEMODIALISIS DENGAN PERUBAHAN STATUS GIZI PADA PENDERITA PENYAKIT GINJAL KRONIK DI RSUD Dr.H. ABDUL MOELOEK BANDAR LAMPUNG TAHUN 2016
Disusun Oleh NPM Pembimbing I Pembimbing II
: CYNTHIA MELINDA : 13310073 : dr. Teddy Sp.PD, FINASIM : Khoidar Amirus, SKM. M.Kes
Ab A bstr str ack Background: Chronik Renal Disease Disease (CKD) is a progressive disorder of renal renal function and irreversible, and need a renal replacement which ones is hemodialysis. Hemodialysis causes unwanted side-effects, loss of appetite. These effects cause changes in nourishe which will then affect the nutritional status. The purpose of this study w as to determine the relationsip of the time ondergoing hemodialysis and teh nutritional status of patients wiht chronik renal disease in RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung 2016. Met Method hods: The design used in this research is analytic type with observational cohort retrospective method. Sampling technique that is with consecutive sampling, got sample 72 respondents. Statistical test using Spearman correlation test with significance value p <0,05. Result : The results of this study show that most patients with chronic kidney disease have long undergone hemodialysis that is> 12 months as many as 49 (68.1%), with an average of 32.26 in the range of 4-60 months. While for the nutritional status with the highest BMI measurement is 18.5-25.0 kg / m2 as much as 53 (73.6%). Based on the statistical test obtained p value = 0.000 r = -0.531. Conclusion: There is a significant relationship between the duration of hemodialysis with the change of nutritional status in patients with chronic kidney disease in RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung.
K eywords: ywords: Chronic Kidney Disease, Length of Hemodialysis, Nutritional Status
Pendahuluan
Penyakit ginjal kronik merupakan salah satu masalah kesehatan di dunia. Ginjal memiliki fungsi vital yaitu mengatur volume dan komposisi kimia darah dengan mengeksresikan zat sisa metabolisme tubuh dan air secara selektif (Price dan Wilson, 2013).Pada pasien PGK yang mengalami kerusakan fungsi ginjal yang parah dan kronik
yang akan mengakibatkan pasien sulit ditolong. Salah satu penangana yang tepat pada pasein PGK adalah berupa terapi pengganti ginjal. Terapi pengganti ginjal yang sering dilakukan adalah Hemodialisis (HD) (Suwitra, 2014). Hemodialisis merupakan suatu metode berupa cuci darah dengan menggunakan mesin ginjal buatan. Prinsip dari 1
hemodialisis ini adalah dengan membersihkan dan mengatur kadar plasma darah yang nantinya akan diganti oleh mesin ginjal buatan (Price dan Wilson, 2013 dan Suwitra, 2014). Biasanya hemodialisis dilakukan 3 kali minggu, minimal 2 kali seminggu selama 4-6 jam (Guyton dan Hall 2014). Hemodialisis yang tidak adekuat dapat menjadi penyebab penting terjadinya malnutrisi. Pemeriksaan status gizi secara teratur pada pasien hemodialisis dianggap penting dan dapat mendeteksi kejadian malnutrisi secara dini. Pasien hemodialisis berisiko mengalami malnutrisi terutama malnutrisi energi protein. Pervalensi malnutrisi diperkirakan sebesar 18-75% pada pasien hemodialisis. Malnutrisi dapat meningkatkan risiko terjadinya morbiditas dan mortalitas (Gunes, 2013). Pasien yang menjalani hemodialisis reguler sering mengalami malnutrisi, inflamasi, dan penurunan kualitas hidup sehingga memiliki morbiditas dan mortalitas yang lebih tinggi dibandingkan populasi normal. Di Amerika serikat tahun 2009, terdapat 104.252 pasien PGK yang menjalani Hemodialisi. Dari negara yang sama pernah dilaporkan bahwa 33.000 penderita meninggal karena terapi dialisis yang tidak adekuat dari 200.000 penderita yang menjalani hemodialisis dan peningkatan kematian terbesar di negara industri sekitar 23% per tahun. Tidak adekuat nya terapi dialisis salah satu nya disebabkan karena malnutrisi ( National Kidney Fundation, 2012 dan Chung, 2012). Di Indonesia sendiri pasien PGK yang menjalani hemodialisis meningkat setiap tahunnya. Berdasarkan laporan Indonesian Renal Registry (IRR) (2011) pada tahun 2010 tercatat sebanyak 348.469 pasien PGK yang menjalani hemodialisis. Dan pada tahun yang sama dilaporkan bahwa 2.476 penderita meninggal karena terapi dialisis yang tidak adekuat. Bandar Lampung adalah salah satu ibu kota provinsi Sumatra bagian Selatan yang
memiliki data pasien yang menjalani hemodialisis yang cukup tinggi, sebanyak 20.948 yang menjalani hemodialisis rutin dilaporkan dari Indonesian Renal Registry (2011). Di tahun yang sama dilaporkan 113 pasien meninggal 18% karena terapi dialisis. Berdasarkan penelitan yang dilakukan di luar negeri, persentase malnutrisi cukup besar pada pasien PGK dengan dialisis. Penelitian yang pernah dilakukan oleh Tayyem et al (2008), Moraise et al (2005), dan Chen at al (2013), menunjukan persentase malnutrisi berurut-urut sebesar 61,8% ; 61,4% dan 66,8%. Penelitian yang dilakukan di Indonesia oleh Mahdalena (2005), Purwaningrum (2008) Widyastuti (2014) di RSUD Dr. Sarjito dan di RUSD Arifin Achmad Provinsi Riau menunjukan persentase malnutrisi 58 % ; 61,9 % dan 69,6%. Penelitian terkait lama hemodialisis dengan indeks antropometri yang dilakukan Chertow et al (2000) menunjukan bahwa komposisi tubuh menurun setelah dua tahun hemodialisis dan terjadi hubungan signifikan antara lama hemodialisis dengan berat badan rendah. Penelitian Avram et al (2012) menunjukan bahwa terdapat hubungan signifikan antara lama hemodialisis dengan berat badan, BMI dan persen lemak tubuh. Tayyem et al (2008), menunjukan bahwa umur dan lama hemodialisis berhubungan dengan status gizi. Penelitian yang dilakukan oleh Widyastuti (2014) juga menunjukan bahwa terdapat kolerasi antara lama menjalani hemodialisis dengan indeks massa tubuh. Penelitian tersebut didukung juga oleh penelitian di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek (Purnomo, 2016) yang menunjukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara lama hemodialisis dengan perubahan indeks massa tubuh (IMT). Berdasarkan uraian diatas bahwa pasien PGK memerlukan terapi pengganti ginjal berupa Hemodialisis yang apa bila menjalani dalam jangka panjang akan meningkatkan angka terjadinya komplikasi salah satunya 2
yaitu malnutrisi. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk menilai malnutrisi pada pasien PGK dengan hemodialisis yaitu indeks antropometri. Indeks antropometri merupakan kombinasi dari beberapa parameter antropometri. Indeks antropometri terdiri dari lingkar lengan atas (LLA), indeks massa tubuh (IMT) dan persen lemak tubuh (Supariasa, 2012).
sampel. Datapadapenelitianini adalah dataprimer. Uji bivariate yang digunakan adalah uji Korelasi Spearman. Hasil dan Pembahasan
Adapun karakteristik responden adalah sebagai berikut: Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Usia, Jenis Kelamin dan Etiologi Penderita Penyakit Ginjal Kronik di RSUD Dr.H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung
Tujuan Khusus Penelitian Ini Adalah: 1. Mengetahui distribusi penderita penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis. 2. Mengetahui status gizi penderita penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis. 3. Mengetahui rata-rata lama hemodialisis penderita penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis. 4. Mengetahui hubungan lama hemodialisis dengan status gizi penderita penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis.
Karakteristik Usia <40 Tahun 41-50 Tahun 51-60 Tahun 61-70 Tahun >70Tahun Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Etiologi Batu Ginjal Talasemi Hipertensi DM Lambung Hiperlipid
Manfaat Penelitian Ini Adalah: 1. Sebagai tambahan informasi dan dapat digunakan sebagai masukan dalam perawatan penderita penyakit ginjal kronik, oleh dokter maupun Rumah Sakit/ Dinas. 2. Sebagai referensi bagi Mahasiswa Kedokteran Universitas Malahayati tentang tentang penyakit ginjal kronik dan perubahan status gizi yang terjadi pada penderita yang menjalani hemodialisis dan dampak dari kegunaan hemodialisis itu sendiri. 3. Sebagai data awal untuk penelitian selanjutnya.
Total
Frekuensi (n)
Persentase (%)
12 21 26 8 5
16.7 29.2 36.1 11.1 6.9
35 37
48.6 51.4
7 1 35 24 4 1
9.7 1.4 48.6 33.3 5.6 1.4
72
100.0
Berdasarkan Tabel 4.1 memperlihatkan bahwa usia penderita penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis terbanyak pada usia 51-60 tahun yaitu sebanyak 26 responden (36.1%), terbanyak kedua pada kelompok usia 41-50 tahun yaitu sebanyak 21 responden (29.2%). Rentang usia responden berkisar antara 40-62 tahun dan usia rata-rata 51.51 tahun. kelompok jenis kelamin penderita penyakit ginjal kronik yaitu pada jenis ke lamin perempuan banyak 37 reponden (51.4%). Etiologi dari penderita penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis
MetodePenelitian:
Penelitian ini merupakan jenis penelitian yang bersifat cross sectional. Penelitian ini dilakukan di Provinsi Lampung yang meliputi tiga tempat, yaitu RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung. Teknik sampling yang digunakan pada penelitian ini adalah non-probability sampling dengan jenis consecutive sampling dengan jumlah 72 3
terbanyak pada hipertensi yaitu sebanyak 35 responden (48.6%).
Sedangkan untuk rerata berat badan pada penelitian ini adalah 55.69 ± 10.04 dengan nilai terendah 36 kg dan tertinggi 79 kg.
Tabel 4.2 Distribusi Status Gizi (IMT) Penderita Penyakit Ginjal Kronik di RSUD Dr.H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung tahun 2017
Status Gizi (IMT)
Frekuensi
Persentase (%)
<18.5
9
12.5
18.5-25.0
53
73.6
>25.0
10
13.9
Total
72
100
Tabel 4.4 Distribusi Lama Hemodialisis Penderita Penyakit Ginjal Kronik di RSUD Dr.H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung tahun 2017
Rerata ±SD
21,75 ± 3,9
Tabel 4.2 memperlihatkan bahwa status gizi berdasarkan Indeks Massa Tumbuh (IMT) penderita penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis terbanyak pada nilai 18.5-25.0 yaitu sebanyak 53 responden (73.6%), terbanyak kedua pada nilai >25.0 yaitu sebanyak 10 responden (13.9%), dan paling sedikit pada nilai <18.5 yaitu sebanyak 9 responden (12.5%). Rentang Status Gizi (IMT) berkisar 18-24 dan indeks massa tubuh rata-rata 21.75.
Tinggi Badan (TB) Berat Badan (BB)
n
72 72
Rerata ± SD 160.14 ± 8.46 55.69 ± 10.04
Frekuensi
Persentase (%)
<6 bulan
11
15.3
6-12 bulan
12
16.7
>12 bulan
49
68.1
Total
72
100
Rerata ±SD
32.26 ± 28.97
Berdasarkan Tabel 4.4 memperlihatkan bahwa lama menjalani hemodialisis pada penderita penyakit ginjal kronik terbanyak pada >12 bulan yaitu sebanyak 49 responden (68.1%), terbanyak kedua pada 6-12 bulan yaitu sebanyak 12 responden (16.7%), dan paling sedikit pada <6 bulan yaitu sebanyak 11 responden (15.3%). Rentang lama menjalani hemodialisis berkisar antara 4-60 bulan dan lama menjalani hemodialisis rata-rata 32.26 bulan.
Tabel 4.3 Distribusi Rerata Tinggi Badan dan Berat Barat Penderita Penyakit Ginjal Kronik di RSUD Dr.H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung tahun 2017 Variabel
Lama HD
Tabel 4.5 Distribusi Rerata Penurunan IMT Penderita Penyakit Ginjal Kronik di RSUD Dr.H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung tahun 2017
MinMax
Lama HD
121-180
<6 bulan 6-12 bulan >12 bulan
36-79
Berdasarkan Tabel 4.3 memperlihatkan bahwa rerata tinggi badan subjek pada penelitian ini adalah 160.14 ± 8.46 cm dengan nilai terendah 121 cm dan tertinggi 180 cm.
Rerata Penurunan IMT ± SD
Min-Max
Persentase (%)
n
4.06 ± 2.0
1.37 – 8.01
13.49
10
4.10 ± 2.6
0.56 – 9.14
19.76
14
4.04 ± 2.86
-4.15 – 15.05
66.30
48
Berdasarkan Tabel 4.5 memperlihatkan bahwa rerata penurunan 4
IMT yang terjadi pada penderita penyakit ginjal kronik yang telah menjalani hemodialisis <6 bulan terlihat rerata penurunan 4.06 ± 2.0 (13.49%) dengan nilai terendah 1.37 dan tertinggi 8.01, kemudian yang telah 6-12 bulan dengan rerata penurunan 4.10 ± 2.6 (19.76%) dengan nilai terendah 0.56 dan tertinggi 9.14, selanjutnya pada penderita penyakit ginjal kronik yang telah >12 bulan menjalani hemodialisis mendapatkan nilai rerata penurunan IMT adalah 4.04 ± 2.86 (66.30%) dengan nilai terendah -4.15 dan tertinggi 15.05.
ginjal kronik yang menjalani hemodialisis terbanyak pada nilai normal yaitu sebanyak 53 responden (73.6%) menunjukan bahwah terjadi perubahan status gizi yang baik. 2. Lama menjalani hemodialisis dengan rentang berkisar antara 4-60 bulan, dengan rata-rata 32.26. Berdasarkan lama menjalani hemodialisis penderita penyakit ginjal kronik terbanyak pada >12 bulan yaitu sebanyak 49 responden (68.1%). 3. Terdapat hubungan yang significancy antara lama menjalani hemodialisis dengan perubahan status gizi pada penderita penyakit ginjal kronikdi RSUD Abdul Moeloek tahun 2016 dengan nilai p= 0,000 r=-0,531.
Tabel 4.6 Hasil Analisis Uji K olerasi Hubungan Lama Menjalani Hemodialisis terhadap Perubahan Status Gizi Penderita Penyakit Ginjal Kronik.
2. Saran
A. Diharapkan kepada instansi terkait dapat mendeteksi secara dini dan berkala terhadap permasalahan gizi pada penderita penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis sehingga dapat dilakukan preventive ataupun penanganan segera mungkin untuk meningkatkan taraf hidup dan menurunkan morbiditas penderita PGK yang menjalani hemodialisis. B. Diharapkan dapat melakukan penelitian dengan menghubungkan kualitas hidup pasien dengan variabel lain yang belum diteliti dan menambahkan jumlah sampel pada penelitian selanjutnya.
Status Gizi (IMT)
p Lama Menjalani Hemodialisis
0,000
r
n -0,531
72
Dari Tabel 4.6 hasil analisis uji Kolerasi berdasarkan tabel didapatkan nilai p = 0,000 di mana nilai p<0,05 menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang significancy antara lama menjalani hemodialisis dengan perubahan status gizi kearah yang lebih baik. Nilai koefisien korelasi sebesar 0,531 menunjukkan kekuatan korelasi kuat dan arah kolerasi negatif. KesimpulandanSaran
DAFTARPUSTAKA 1.
Kesimpulan
Ana C., Mannel, Rebelo LP, Lemos JPA, Barbosa ML. Association between the level of quality of life and nutritional status in patients undergoing chronic renal hemodialysis. J Bras Nefrol . 2013; 35(4): 279-288.
1. Status Gizi yang ukur menggunakan parameter IMT dengan rentang Status Gizi (IMT) berkisar 18-24 dan indeks massa tubuh rata-rata 21.75. Berdasarkan indeks massa tubuh penderita penyakit 5
Mahdalena, Zulfiah. (2005) Hubungan Asupan Energi dan Protein dengan Status Gizi Penderitan Gagal Ginjal Kronik dengan Hemodialisis Rutin di RSUD DR Sardjito. Skripsi. Universitas Gajah Mada
Avram M. M., Neal M., Paul A. F., Samuel A., et al. (2012) Dialysis Vintage, Body Composition and Survival in Peritoneal Dialysis Patients. Advances in Peritoneal Dialysis. 28
Morais, Alvaro A.C., Maria T. Silva., Joel F., Eric J., et al (2005). Correlation of Nutritional status and food intake in Hemodialysis Patients. CLINICS. 60(30): 185-92
Chen, Jie., Hongquen P., Zhimin Y., Khun Z., et al. (2013) Combination with Anthropmetric Measurements and MQSGA to Assess Nutritioanl Status in Chinese Hemodialysis population. Int J. Med. Sci 10(8): 974-980
National Kidney Foundation. The Facts About Chronic Kidney Disease. New York, NY. 2012.
Chertow G, Johansen K, Lew N, Lazarus J, Lowrie E. (2000) Vintage, Nutritional Status , and Survival in Hemodialysis Patients. Kidney Int. 57:1176-81
Prince,
Chung S, Koh ES, Shin SJ, Park CW. Malnutrition in Patients With Chronic Kidney Disease. Open Journal of Internal Medicine. Febuari 2012. P.8999.
Purwaningrum, Digna Niken. (2008) Hubungan Faktor Sosiodemografi dan Asupan Makanan dengan Status Gizi pada Pasien Ginjal Kronik dengan Hemodialisis Rutin di RSUD DR Sardjito. Skripsi. Universitas Gajah Mada
Dewantari EO, Taruna A, Anggraini DI, Dilangga P. Hubungan adekuasi hemodialisis dengan asupan makanan dan indeks massa tubuh pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di RSUD Abdul Moeloek Bandar Lampung [Skripsi]. Fakultas Kedokteran Universitas Lampung; 2337-3776. Gunes,
SA., Wilson, LM., (2012). Patofisiologi Konsep Klinis ProsesProses Penyakit. Bab 8. Gangguan Fungsi Ginjal. Ed/6. Vol 2. Jakarta: EGC: 867-949.
Supariasa, I. D.N., Bachyar B., Ibnu F. (2012) Penilaian Status Gizi. Jakarta: Penerbitan Buku Kedokteran EGC : 683
Esra. (2013). Medical Nutrition Therapy for Hemodialysis Petients.
Suwitra, K.,(2014). Penyakit Ginjal Kronik. Dalam: Sudoyo, AW., Sutiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, M., Setiati, S., editor. Buku ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. E/VI. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam: 2159-2165
Guyton. AC., Hall. JE., (2014) Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed/12. Jakarta: EGC: 440-441 Indonesia Renal Registry (IRR). (2011). 4th Resport of Indonesia Renal Registy 2011. Perhimpunan Nefrologi Indonesia (PERNEFRI). PERNEFRI : 21-24.
Tayyem, Reema F., Majd T. Mrayyan (2008). Assessing the Prevalence of Malnutrition in Chronic Kidney
6
Disease Patients in Jordan. Journal of renal nutrition. 18(2) : pp 202-209 Widyastuti, R., WR Butar Butar., Eka B. (2014) Korelasi Lama Menjalani Hemodialisi dengan Indeks Massa Tubuh Pasien Gagal Ginjal Kronik DI RSUD Arifin Achmamad Provinsi Riau Pada Bulan Mei Tahun 2014. Jom FK 1 (2)
7