SISTEM OPERATIONAL DAN MAINTENANCE BTS (BASE TRANSCEIVER STATION) STUDI KASUS PT. TELKOMSEL PANGKALPINANG Rama Nuzary (1), Muhammad Jumnahdi(2) (1)
Mahasiswa dan (2)Dosen Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Bangka Belitung (UBB) e-mail :
[email protected]
Abstrak Salah atu upaya yang dilakukan PT Telkomsel untuk memenuhi kebutuhan pelanggan dalam hal pembangunan infrastruktur adalah dengan membangun BTS (Base Transceiver Station). Walaupun jumlah BTS diperbanyak, equipment tersebut pasti akan mengalami kerusakan apabila secara terus menerus digunakan. Untuk itu, PT. Telkomsel sudah mempunyai kegiatan perawatan (maintenance) yang secara rutin dilakukan untuk tetap menjaga BTS tersebut dapat melakukan tugas sesuai dengan fungsinya. Kegiatan perawatan yang dilakukan diantaranya yaitu menangani gangguan yang terjadi pada BTS dengan cara monitoring alarm menggunakan software IManager U2000. Gangguan yang terjadi pada BTS PT. Telkomsel area Pangkalpinang pada tanggal 29 Mei – 5 Juli 2017 adalah sebanyak 73 gangguan yang meliputi gangguan Power, Board Faulty, Standing Wave Ratio, Satellite Antenna Open Circuit, Block Carrier, Transmision 1-hour Slip Frame Threshold Crosed, Transmision LOS (loss of signal) dan Transmision Remote Alarm. Pada jenis gangguan Power terjadi sebesar 47,9 %, Board Faulty 6,8%, Standing Wave Ratio 8,2%, Satellite Antenna Open Circuit 4,1%, Block Carrier 2,7%, Transmision 1-hour Slip Frame Threshold Crosed 5,5%, Transmision LOS (loss of signal) 13,7% dan Transmision Remote Alarm 11,0%. Gangguan yang paling banyak terjadi adalah gangguan pada bagian power BTS yaitu mencapai 35 kali gangguan. Gangguan pada bagin power disebabkan karena beberapa hal diantaranya yaitu, baterai tidak mampu mem-back up apabila terjadi pemadaman listrik, sehingga baterai yang telah rusak harus diganti. Gangguan pada bagian power juga disebabkan karena modul rectifier yang rusak sehingga tegangan yang telah disearahkan dari AC ke DC tidak mencapai 48 VDC atau melebihi 48 VDC dengan arus setiap modul rectifier adalah sebesar 30 A sehingga modul pada BTS tidak ter-suplly tegangan dan arus yang sesuai. Kata kunci : BTS, maintenance, gangguan, power. 1. Pendahuluan Kebutuhan akan jasa telekomunikasi seluler di Indonesia dewasa ini menunjukkan angka yang sangat besar. Dalam dunia bisnis telekomunikasi seluler, pertumbuhan jumlah pelanggan telekomunikasi harus mampu diimbangi oleh pembangunan infrastruktur. Salah satu perusahaan provider yang melakukan pembangunan infrastruktur untuk mengimbangi pertumbuhan jumlah pelanggan adalah PT Telkomsel. Upaya yang dilakukan PT Telkomsel untuk memenuhi kebutuhan pelanggan dalam hal pembangunan infrastruktur adalah dengan membangun BTS (Base Transceiver Station). Walaupun jumlah BTS diperbanyak, equipment tersebut pasti akan mengalami kerusakan apabila secara terus menerus digunakan. PT Telkomsel akan kehilangan revenue atau bisa dikatakan loss profit apabila BTS-BTS perusahaan mengalami kerusakan atau gangguan.
Untuk itu, PT. Telkomsel sudah mempunyai kegiatan perawatan (maintenance) yang secara rutin dilakukan untuk tetap menjaga BTS tersebut dapat melakukan tugas sesuai dengan fungsinya. Berdasarkan permasalahan di atas pada kerja praktek yang akan dilakukan berkeinginan untuk mengetahui serta memahami prosedur maintenence BTS pada PT. Telkomsel Pangkalpinang. 2. Dasar Teori 2.1 Radio Access Network Huawei Arsitektur Radio Access Network Huawei Secara garis besar BSS (Base Station Subsystem) merupakan sekelompok infrastruktur peralatan yang secara spesifik bekerja untuk memenuhi aspek radio selular GSM900 dan DCS1800 untuk menghubungkan pengguna MS (Mobile Station) dengan MS yang lain atau dengan pengguna telekomunikasi yang lain. BSS menghubungkan penggunapengguna MS ini dengan jaringan SSS Hal | 1
(Switching Subsystem) melalui radio interface. Jadi BSS terdiri perangkat yang bertugas untuk mengirim dan menerima speech dan data call melalui jalur radio,termasuk juga manajemennya. [1] Berikut adalah perangkat-perangkat yang termaasuk dalam jaringan BSS: a. Base Transceiver Station (BTS) b. Base Station Controller (BSC) c. Transcoder (TC)
Gambar 2.Alur komunikasi selular secara sederhana.[2] 2.4. Standard Operational Procedure BSS Huawei Dalam melakukan operasi pada jaringan BSS Huawei terdapat beberapa bagian secara topologi yaitu GOMU board (BSC), LMT/PC, iManager M2000 (OSS).
Gambar 1. Arsitektur RAN 2G [1] 2.2 Base Transceiver Station (BTS) BTS Merupakan perangkat yang terdiri dari keseluruhan radio equipment pada suatu area tertentu yang menyediakan satu atau beberapa cell group dimana setiap cell memiliki karakteristik tersendiri. Fungsi dari BTS itu sendiri yaitu: a. Speech dan channel encoding/decoding. b. Memancarkan dan menerima frekuensi GSM/DCS. [1] 2.3 Topologi BTS BTS & handphone sama-sama disebut transceiver karena sifatnya yang sama-sama bisa mengirim informasi & menerima informasi. Pada saat BTS mengirim informasi kepada handphone, saat itu pula handphone juga bisa mengirim informasi kepada BTS secara bersama-sama yang dapat disebut Full Duplex. Dalam topologinya BTS berfungsi untuk menyediakan jaringan berupa sinyal radio gelombang elektromagnetik untuk penggunanya dalam hal ini adalah telepon genggam, modem, fax dll. Komunikasi dari arah BTS ke pengguna disebut downlink, sedangkan jalur frekuensi yang digunakan mengirim informasi dari pengguna ke BTS disebut uplink. [2]
Gambar 3. Topologi Jaringan 2G Huawei[1] GOMU board (BSC) GOMU board (BSC) adalah server BSC dari sistem OAM yang terinstal di mainsubrack BSC. Board ini terhubung dengan kabel LAN switch atau router. LMT/PC LMT/PC adalah komputer yang telah diinstal software LMT OAM Huawei yang berfungsi untuk remote or local maintenance. iManager M2000 (OSS) iManager M2000 merupakan server yang berdiri sendiri yang berfungsi untuk menarik data alarm, data performansi secara statitistik, user management, dll. [1] 4. Hasil Dan Pembahasan 4.1 Sistem Operational dan Maintenance BTS PT. Telkomsel Pangkalpinang Ruang lingkup pekerjaaan yang dilakukan pada maintenance BTS PT. Telkomsel meliputi pekerjaan rutin dan pekerjaan non rutin, yang bertujuan agar menjaga BTS serta perangkatperangkat pendukungnya bisa bekerja dengan maksimal dan bertahan dalam kurun waktu yang lama. Hal | 2
Pekerjaan Rutin Pekerjaan rutin merupakan pekerjaan yang dikerjakan oleh mitra Telkomsel secara berkala sesuai dengan jadwal pemeliharaan yang telah ditentukan oleh Telkomsel. Adapun beberapa pekerjaan rutin yaitu: 1. Maintenance site / BTS. 2. Maintenance genset. 3. Pengelolaan keamanan site. 4. Support Catu Daya (SCD) . 5. Pengadaan BBM.
4.2 Gangguan dan Cara Penanganannya Sistem BTS Huawei yang digunakan oleh Telkomsel mampu mendeteksi dan mendiagnosa terjadinya masalah pada software maupun hardware. Sistem tersebut juga dapat merekam serta menghasilkan informasi kesalahan yang telah terjadi. Selain itu, sistem akan mengumpulkan informasi keadaan lingkungan BTS dan menghasilkan alarm jika terjadi keadaan yang tidak beres. Gambar 4 menunjukkan skema penanganan gangguan yang rutin dijalankan oleh Telkomsel.
Gambar 4. Bagan Penanganan Gangguan pada BTS
Gangguan Pada Hardware dan Modul BTS Gangguan yang sering atau biasa terjadi pada hardware BTS adalah: Block Carrier Block carrier biasa disebut dengan BTS down atau BTS out of service. Dalam keadaan ini BTS tidak dapat memancarkan sinyal ke BSC atau ke BTS lain. Gangguan seperti ini adalah masalah yang cukup serius, karena jika hal ini terjadi maka seluruh pelanggan atau MS(Mobile Station) yang berada pada coverage area BTS bersangkutan tidak dapat berkomunikasi dengan pelanggan lain. Untuk mengatasinya dapat dilakukan penggantian pada transmisi maupun board pada BTS. Standing Wave Alarm ini akan muncul biasanya jika ada kebocoran sinyal di bagian feeder antena sektoral, adanya standing wave ini akan menyebabkan BTS bad performance atau tidak bisa mentransmisi sinyal secara optimal, akibat paling serius yang ditimbulkan oleh adanya standing wave ini adalah terjadinya block call pada pelanggan. Cara mengatasinya yaitu dengan mengecek bagian manakah dari kabel feeder yang bermasalah dengan menggunakan alat bernama anritsu. Akan tetapi jika tidak ada masalah pada kabel feeder maka kemungkinan yang bermasalah pada Board Combiner (STDM), jika hal ini terjadi maka cara penanganannya dengan mengganti STDM. Satellite Antenna Open Circuit Keadaan ini biasanya dikenali sebagai alarm GPS, yaitu keadaan dimana BTS tidak mendapat sinyal clock dari GPS atau dengan kata lain BTS tidak terdeteksi oleh satelit. Cara mengatasi masalah ini yaitu dengan cara memeriksa instalasi saluran GPS apakah ada kebocoran, misalnya konektor kendor atau kemasukan air, jika setelah diperiksa dan tidak terjadi kesalahan pada saluran GPS maka yang bermasalah pada board main clock (CMPT) Gangguan Pada Saluran Transmisi antara BTS ke BSC Saluran transmisi antara BTS dan BSC menggunakan interface Abis. Gangguan yang sering terjadi umumnya berkaitan dengan saluran transmisi tersebut. Pada Local Maintenance Tool (LMT), apabila terjadi gangguan akan diketahui alarm Transmisi pada BTS dan BSC. Alarm-alarm yang terjadi yaitu: Transmision I-hour slip frame threshold crossed Hal | 3
Alarm ini menandakan bahwa jumlah dari slip frame yang dihasilkan melebihi ambang. Untuk mengatasi masalah tersebut, saluran transmisi untuk BTS harus dikonfigurasi ulang. Transmision AIS (Alarm Indicator Signal) Alarm ini menunjukkan bahwa peer equipment tidak tersedia sehingga saluran menjadi terputus. Disebabkan karena peer equipment dalam kondisi local loopback. Untuk memperbaikinya, batalkan mode loopback dalam peer equipment serta memeriksa apakah jalur transmisi BTS sudah dalam kondisi benar. Transmision frame out of sync Alarm ini memberikan tanda bahwa lokasi permulaan dari frame tidak dapat ditunjukkan. Untuk mengatasinya dengan cara memperbaiki koneksi antara E1 dengan peralatan transmisi. Langkah yang kedua adalah memeriksa apakah kabel grounding E1 sudah normal dan kulit pembungkusnya rusak atau tidak. Transmision link BER threshold Crossed Alarm Alarm ini menunjukkan jumlah pengukuran frame error selama 1 menit melebihi ambang batas alarm. Untuk memperbaikinya, kualitas jalur transmisi serta BER saluran harus diperiksa terlebih dahulu. Kemudian kualitas saluran transmisi dapat ditingkatkan. Transmision Loss (Loss of Signal) Alarm ini muncul apabila tidak ada sinyal pada masukan. Kinerja A-interface akan terpengaruh, sehingga layanan pada saluran ini akan terputus. Cara mengatasinya yaitu dengan memperbaiki transmisi dari saluran A-interface yaitu antarmuka yang menangani BSS dengan MSC. Transmision Remote Alarm Alarm ini menunjukkan bahwa pada sisi Tx dalam keadaan LOF (Loss of Frame) atau LOS (Loss of Signal). Sehingga mengakibatkan pengiriman sinyal dalam A-interface menjadi terputus. Penyebabnya adalah kesalahan pada rangkaian penerima serta jalur transmisi dalam keadaan single pass. Hampir sama dengan jenis alarm Transmision LOS (loss of signal) cara penanganannya yaitu dengan menangani kesalahan pada rangkaian penerima serta jalur transmisi. 4.3 Gangguan Pada BTS Telkomsel Area Pangkalpinang Gangguan pada BTS bisa disebabkan oleh beberapa hal yang dapat memberhentikan sistem kerja dari BTS. Dengan menggunakan software Imanager U2000 gangguan pada BTS
dapat dimonitoring langsung melalui LMT/PC sehingga mempermudahkan teknisi dalam mememukan gangguan yang terjadi dan mempermudah dalam memperbaikinya. Adapun data jumlah gangguan yang sering terjadi pada BTS Telkomsel pada area Pangkalpinang selama 1 bulan yaitu dari tangggal 29 Mei- 05 Juli 2017 yang ditampilkan pada Tabel 1.
Tabel 1. Jumlah Gangguan Pada BTS Telkomsel Area Pangkalpinang
Pada Tabel 4.3 menampilkan data jumlah gangguan pada BTS Telkomsel pada area Pangkalpinang yang terjadi pada tanggal 29 Mei – 5 Juli 2017 yang terdeteksi pada software Imanager U2000. Gangguan terjadi sebanyak 73 kali, gangguan pada bagian power sebanyak 35 kali gangguan. Gangguan pada bagian hardware dan modul BTS yaitu sebanyak 16 gangguan yang terdiri dari gangguan Board Faulty, Standing Wave Ratio, Satellite Antenna Open Circuit dan Block Carrier. Gangguan pada saluran Transmisi dari BTS ke BSC yaitu sebanyak 22 gangguan yang terdiri dari gangguan Transmision 1-hour Slip Frame Threshold Crosed, Transmision LOS (loss of signal) dan Transmision Remote Alarm . Gangguan pada lingkungan daerah BTS tidak pernah terjadi hal ini dikarenakan pada BTS area Pangkalpinang tidak menggunakan shelter yaitu rumah untuk menempatkan prangkatprangkat transmisi BTS. Dari Tabel 1. dapat di-plot grafik jumlah gangguan pada BTS area Pangkalpinang seperti Gambar 5.
Hal | 4
gangguan pada saluran transmisi dari BTS ke BSC. Sedangkan persentase gangguan yang paling sedikit terjadi yaitu sebsar 2,7 % dengan jenis ganguan Block Carrier yaitu gangguan pada bagian hardware BTS.
Gambar 5. Grafik gangguan pada BTS Telkomsel area Pangkalpinang Gambar 5. menampilkan grafik gangguan pada BTS Telkomsel area Pangkalpinang yang terjadi pada tanggal 29 Mei – 5 Juli 2017 yang disesuaikan dengan Tabel 4.3. Gangguan yang paling sering terjadi yaitu jenis gangguan pada bagian power BTS, pada grafik puncak tertinggi yaitu gangguan power sebanyak 35. Gangguan pada bagin power disebabkan karena beberapa hal diantaranya yaitu, baterai tidak mampu memback up apabila terjadi pemadaman listrik, sehingga baterai yang telah rusak harus diganti. Gangguan pada bagian power juga disebabkan karena modul rectifier yang rusak sehingga tegangan yang telah disearahkan dari AC ke DC tidak mencapai 48 VDC atau melebihi 48 VDC dengan arus setiap modul rectifier adalah sebesar 30 A sehingga modul pada BTS tidak ter-suplly tegangan dan arus yang sesuai. Adapun persentase gangguan yang didapatkan diplot dalam grafik pada Gambar 6.
Gambar 6. Grafik persentase gangguan pada BTS Telkomsel Gambar 6. menampilkan grafik dari perentase gangguan pada BTS Telkomsel area Pangkalpinang pada tanggal 29 Mei - 5 Juli 2017. Persentase tertinggi yaitu sebesar 47,9 % pada gangguan power, tertinggi kedua yaitu sebesar 13,7 % yaitu jenis gangguan Transmision LOS (loss of signal) yaitu
Pekerjan Non Rutin Pekerjaan non rutin merupakan pekerjaan yang dilakukan oleh mitra secara insidentil berdasarkan permintaan dari TELKOMSEL.Ruang lingkup pekerjaan sesuai dengan SOW dan SLA yang disepakati perpekerjaan yang dilaksanakan. Adapun beberapa pekerjaan non rutin diantaranya, yaitu : 1. Corrective Power Merupakan pekerjaan perbaikan genset termasuk suku cadang genset yang berhubungan dengan perbaikan electrical. 2. Overhaul genset 3. Support Catu Daya (SCD) Fixed Temporary 4. Support Catu Daya (SCD) Lintas Cluster 5. Relokasi atau swap Genset dari site donor ke site acceptor atau dari Gudang ke site dan sebaliknya. 6. Penggantian Feeder Meliputi pekerjaan sebagai berikut : Instalasi Feeder dan aksesoris Transportasi Material Feeder dan Accessories dari gudang ke site Testing dan Commissioning termasuk pengukuran VSWR Hasil Pekerjaan Deinstlasi Feeder dan Accessories Eksisting dan pengiriman ke gudang di Regional terkait Dokumentasi 7. Penggantian Modul RRU Meliputi pekerjaan sebagai berikut : Instalasi RRU dan aksesoris Pengiriman Material RRU dan Accessories dari gudang ke site Testing dan Commissioning Hasil Pekerjaan Deinstlasi RRU dan Accessories Eksisting dan pengiriman ke gudang di Regional terkait 8. Pasang baru atau upgrade daya listrik PLN 9. Perbaikan dan atau management trafo 10. Pengurusan dan pembayaran claim imbas petir 11. Pekerjaan kasuistik yang berhubungan dengan site meliputi pekerjaan civil mechanical dan penyelesaian masalah komunitas. 12. Jasa pengamanan site : a. Sistem Patroli Hal | 5
b. Sistem Penanganan Pertama Pada Tindakan Pencurian atau Vandalisme. 13. Pekerjaan-pekerjaan lainnya yang dibutuhkan oleh TELKOMSEL dalam koridor pekerjaan maintenance network
gangguan pada bagian power yaitu sebanyak 35 gangguan dari 73 gangguan yang terjadi. 5. Persentase gangguan pada BTS PT. Telkomsel Pangkalpinang untuk gangguan bagian power yaitu mencapai 47,9 %.
5. Kesimpulan Adapun kesimpulan mengenai praktek ini adalah sebagai berikut:
6. Saran
kerja
1. Maintenance pada BTS PT.Telkomsel Pangkalpinang terdiri dari kegiatan maintenance preventif yaitu kegiatan maintenance untuk menjaga keadaan perangkat pada site sebelum terjadi kerusakan, serta pemeliharaan korektif yaitu kegiatan maintenance untuk memperbaiki perangka-perangkat BTS yang telah terjadi kerusakan. 2. Untuk memantau kerusakan pada perangkat BTS dilakukan dengan cara sistem monitoring alarm dengan menggunakan software IManager U2000. 3. Proses penanganan gangguan terdiri dari pengumpulan data melalui Alarm Management System dan laporan keluhan pelanggan, analisa gangguan, penanganan melalui LMT dan penanganan langsung di lapangan. 4. Gangguan yang paling sering terjadi pada BTS PT.Telkomsel area Pangkalpinang dari tanggal 29 Mei hingga 5 Juli 2017 adalah
Adapun saran mengenai kerja praktek ini adalah sebagai berikut: 1. Agar penanganan gangguan pada bagian power lebih efektif sebaiknya teknisi lapangan mengganti baterai atau modul rectivier dengan yang lebih bagus spesifikasinya dari yang telah digunakan sekarang ini. 2. Untuk penilitian selanjutnya peneliti bisa mengambil judul “Analisis Gangguan Yang Terjadi Pada BTS Area Pangkalpinang Dalam Jangka Waktu 1 Tahun” sehingga data yang didapatkan lebih banyak dan penelitian bisa lebih baik lagi.
7. Daftar Pustaka [1] PT. Telkomsel (2010). Standard Operation Procedure And Standard Maintenance Procedure RAN 2G Huawei. [2] Stallings, William (2007). Komunikasi Dan Jaringan Nirkabel, Erlangga : Jakarta.
Hal | 6