JURNAL HIPERKES KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA DI RUMAH SAKIT
Oleh : Iqbal Anggriawan 08020001 Wowon Daeng Gantara 08020019 Dwi Priyo Ariyono 08020033
AKAMIGAS BALONGAN Jl. Jend. Sudirman No. 17 Indramayu
Penyakit Akibat Kerja di Rumah Sakit dan Pencegahannya Aryawan Wichaksana Staf Medik Rumah Sakit Al Kamal Jakarta ABSTRAK Penyakit akibat kerja dapat menyerang semua tenaga kerja di rumah sakit akibat pajanan berbagai bahan berbahaya biologik, kimia, fisik di dalam lingkungan rumah sakit sendiri. Diperlukan pencegahan berupa upaya kesehatan dan keselamatan kerja di rumah sakit (K3RS) yang telah didukung perangkat hukum, guna mewujudkan produktivitas kerja optimal. Kata kunci : Pajanan bahan berbahaya, tenaga kesehatan, K3RS.
PENDAHULUAN
sebuah industri, sepatutnya upaya kesehatan dan
Citra masyarakat bahwa rumah sakit adalah tempat
keselamatan
yang sangat bersih sudah berlangsung lama, sehingga
(Occupational Health and Safety Program) tidak
tenaga kerjanya tidak akan terserang penyakit karena
dilihat sebagai barang mahal, tapi seharusnya
tempat kerjanya yang bersih dan tahu seluk beluk
menjadi nilai tambah bagi organisasi rumah sakit itu
penyakit. Menjadi hal sulit dipercaya masyarakat jika
sendiri. Menjadi sangat tepat bila upaya K3RS
tenaga kesehatan sakit, apalagi dokter jatuh sakit.
merupakan salah satu bidang penilaian pemberian
Data tahun 1994 dari Bureau of Labor Statistic di
akreditasi rumah sakit di Indonesia oleh Depkessos
Amerika Serikat menyatakan dari 5 juta warganya
RI.
kerja
di
rumah
sakit
(K3RS)
yang bekerja di rumah sakit, 40% di antaranya adalah dokter, perawat, apoteker serta para asistennya.
Dasar Hukum
Sebuah kelompok tenaga kerja yang mempunyai
Pelaksanaan upaya K3RS dilandasi oleh perangkat
risiko besar terpajan bahan-bahan berbahaya di
hokum, sebagai berikut :
rumah sakit. Rumah sakit masa kini, layaknya sebuah
1. UU No. 14 Tahun 1969, tentang ketentuan Pokok
industri mempunyai beragam persoalan tenaga kerja
Tenaga Kerja, yang menyatakan bahwa, tiap tenaga
yang rumit dengan berbagai risiko terkena penyakit
kerja berhak mendapat perlidungan atas keselamatan,
akibat kerja sesuai jenis pekerjaannya. Seiring
kesehatan, kesusilaan, pemeliharaan moril kerja serta
kemajuan
perlakuan yang sesuai dengan martabat manusia dan
teknologi
kedokteran,
ditemukannya
penyakit baru (HIV), serta kemunculan penyakit lama
moral agama.
(TB) menjadikan rumah sakit tidak lagi menjadi
2. UU No. 1 Tahun 1970, tentang Keselamatan Kerja,
tempat teraman untuk bekerja. Bila dipandang sebagai
yang
menyatakan
bahwa
keselamatan
kerja
dilaksanakan dalam segala tempat kerja, baik di
PENYAKIT AKIBAT KERJA DI RUMAH
darat, di dalam tanah, di permukaan air maupun di
SAKIT
udara yang berada di dalam wilayah kekuasaan
Penyakit akibat kerja dapat menyerang semua tenaga
Republik Indonesia.
kerja, baik medis dan non medis.
3. UU No. 23 Tahun 1992 pasal 23, menyatakan
Tenaga non medis
bahwa Kesehatan Kerja diselenggarakan untuk
1. Pencucian (laundry)
mewujudkan produktivitas kerja yang optimal.
Petugas pengumpul, pencuci dan distribusi kembali
Kesehatan kerja meliputi pelayanan kesehatan,
linen kotor yang digunakan pasien, akan terpajan
pencegahan kesehatan
penyakit kerja.
akibat
Setiap
kerja
tempat
dan
syarat
mikroorganisme patogen secara tetap. Untuk
kerja
wajib
menghindari pajanan tetap tersebut, petugas cuci
menyelenggarakan kesehatan kerja.
harus melakukan:
4. UU No. 25 Tahun 1997, tentang Ketenaga Kerjaan,
a) Semua linen kotor disatukan dalam kantong
pasal 108 yang menegaskan kembali bahwa, setiap
plastik, disimpan secara hati-hati. Sesampai di ruang
pekerja mem-Cermin Dunia Kedokteran No. 136,
cuci, linen kotor langsung dituang dari kantong (tidak
2002 13 punyai hak untuk memperoleh perlindungan
dipegang tangan) langsung ke dalam mesin cuci
atas keselamatan dan kesehatan kerja, moral dan
kosong, tidak bercampur dengan cucian lain.
kesusilaan dan pelakuan yang sesuai dengan harkat
b) Kantong plastik pengumpul linen kotor sebaiknya
dan martabat manusia serta agama.
diberi tanda atau terpisah, misalnya kantong plastik
5. Rekomendasi ILO/WHO
linen
Konvensi No. 155/1981, ILO menetapkan kewajiban
Hepatitis, AIDS terpisah dengan pasien lain. Petugas
setiap negara untuk merumuskan, melaksanakan dan
sortir linen bersih, juga harus memperhatikan
mengevaluasi
kebersihan diri, karena dapat menjadi sumber infeksi.
kebijakan nasionalnya di bidang
pasien
berisiko
tinggi
seperti
penderita
kesehatan dan keselamatan kerja serta lingkungan
Petugas cuci harus memakai sarung tangan karet
kerja. Pengelolaan K3RS menjadi percontohan
sebagai
pengembangan sistim pengelolaan K3 di seluruh
Petugas cuci dapat menderita dermatitis kontak akibat
sarana kesehatan di tanah air, mengingat rumah sakit
deterjen dan bahan kimia lain untuk cuci. Dapat pula
adalah sarana kesehatan yang memiliki banyak
terpajan mikroorganisme yang terbawa aerosol (di
kerawanan terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit
rumah sakit maju).
akibat kerja bagi tenaga kerjanya. Rumah sakit juga
2. Rumah tangga (Housekeeping)
berkemungkinan besar menjadi tempat berkembang
Petugas
kebersihan
biaknya sumber penyakit dan berkumpulnya bahan-
terpajan
bahan
bahan berbahaya biologik, kimia dan fisik (biologic,
Kontak dengan alat medis sekali pakai (disposable
chemical and physical hazards) yang setiap saat
equipment) seperti jarum suntik bekas, selang infus
dapat kontak dengan tenaga kerja, pasien, keluarga
bekas. Membersihkan seluruh ruangan rumah sakit
pasien dan pengunjung.
dapat meningkatkan faktor terkena infeksi. Mengepel lantai
pencegahan
tidaklah
dasar
penyebaran
mempunyai
biologi
risiko terbesar
berbahaya
membasmi
infeksi.
(biohazard).
mikroorganisme,
kebanyakan hanya memindahkan debu dan bahan
kimia dari satu ke tempat lain di rumah sakit.
Petugas hamil dilarang bekerja di ruangan ini.
Sehingga bila saat mengepel lantai tidak benar, maka
Ruangan sebaiknya dibuka setelah selesai sterilisasi
debu yang ditumpangi mikroorganisme patogen
alat.
bertebaran di udara, dapat menyebabkan infeksi
6. Laboratorium
saluran pernafasan. Debu sebaiknya dihisap dengan
Pemeriksa di laboratorium akan terpajan bakteri,
vacuum cleaner. Desinfektan pembersih lantai yang
antara lain TB dan virus Hepatitis B. Petugas harus
sudah diencerkan dengan air di dalam ember pel
menjaga kesehatan dan kebersihan pribadi untuk
harus digunakan dalam waktu 24 jam, agar tidak
mencegah tertular penyakit, serta selalu memakai
kehilangan sifat antimikrobanya.
sarung tangan karet pada saat bekerja. Mencuci tangan setiap akan memulai dan setelah bekerja, mengenakan jas laboratorium, yang harus selalu
3. Gizi (penyiapan makanan) Petugas
penyiapan
ditinggal di dalam laboratorium.
makanan
dapat
terpajan
7. Petugas Radiologi
salmonela, botulism dari bahan mentah ikan, daging
Radiasi adalah risiko berbahaya yang dikenal baik di
dan sayuran. Pencegahan terpenting di bagian ini
lingkungan
adalah tangan bersih dan menggunakan alat bersih.
penanggulangannya sudah dilakukan. Rumah sakit
Kulkas penyimpanan bahan makanan mentah yang
sebaiknya mempunyai petugas yang bertanggung
sudah dibersihkan diatur suhunya dan kebersihannya
jawab (safety officer) atas keamanan daerah sekitar
agar bakteri atau jamur tidak sempat berkembang
radiasi dan perlindungan bagi petugasnya. Petugas
biak. Memasak yang benar-benar matang akan
hamil sebaiknya dilarang bekerja, walau hal ini masih
membunuh
diperdebatkan
salmonela.
Petugas
yang
sedang
rumah
sakit
dan
usaha
menderita gangguan gastrointestinal diliburkan dan
.
diobati sampai sembuh.
Tenaga Medis
4. Farmasi
1. Perawat
Apoteker yang berkomunikasi dengan pasien kanker
Setiap hari kontak langsung dengan pasien dalam
dapat terpajan obat anti neoplastik.
waktu cukup lama (6-8 jam/hari), sehingga selalu
5. Sterilisasi
terpajan mikroorganisme patogen. Dapat menjadi
Gas etilen oksida (ethylene oxide) sering digunakan
pembawa infeksi dari satu pasien ke pasien lain, atau
sebagai gas sterilisasi alat medis. Menjadi berbahaya
ke perawat lainnya. Harus sangat berhati-hati
bila sistem pembuangan sterilisasi rusak/macet,
(bersama apoteker) bila menyiapkan dan memberikan
sehingga uap gas ini terhirup petugas. Etilen oksida
obat-obatan antineoplastik pada pasien kanker. Selalu
merupakan gas tidak berwarna, mudah terbakar dan
mencuci tangan setelah melayani pasien, melepas
meledak bila mencapai konsentrasi 3% di udara. Efek
masker dan kap (topi perawat) bila memasuki
etilen
ruangan istirahat atau ruangan makan bersama.
oksida
bersifat
mutagenik,
sitogenik,
karsinogenik pada hewan percobaan. Efek toksik
Abortus spontan, lahir prematur dan lahir mati
utama pada traktus respiratorius dan saran pada
sering dialami perawat yang bertugas di ruang rawat
pajanan dosis tinggi, akan menyebabkan katarak .
inap/bangsal perawatan. Menurut hasil penelitian di
Cleveland Clinic Hospital dan 22 RS di Ohio (1993-
cedera tajam yang terjadi, 0,7% akibat jarum, 10%
1996) di Amerika Serikat, terbanyak ditemukan
akibat skalpel dan 23% akibat cedera lain. Pada
cedera sprain dan strain pada perawat. Nyeri
penyelidikan pasangan suami-istri dokter yang
pinggang (back injuries) merupakan keluhan
bekerja di rumah sakit yang sama, menemukan
terbanyak dari cedera tersebut dan lebih banyak
tingginya kejadian abortus spontan. Ditengarai bahwa
menimpa perawat wanita. Penyebabnya ditengarai
penyebabnya adalah stres psikologis tingkat tinggi
adalah seringnya kerja otot statik, seperti mengangkat
yang berkepanjangan.
pasien dan kerja bergilir (work shift). Bagaimana kerja bergilir mempengaruhi nyeri punggung, perlu
3. Dokter Gigi
diteliti lebih lanjut.
Penelitian pada tenaga kesehatan gigi di Singapura
2. Dokter
menemukan, tingginya kadar HBs Ag dan anti HBC
Dokter dapat tertular dan menularkan penyakit pada
para dokter gigi dibandingkan dengan tenaga
pasiennya. Penyakit yang sering menular kepada
kesehatan gigi lainnya. Diduga penularan ini melalui
dokter adalah TB, Hepatitis B, HIV, Rubella,
pajanan air ludah pasien. Penyakit infeksi akibat kerja
Cytomegalovirus, Hepatitis C. Adler, 1973, meneliti
lainnya adalah TB, AIDS. Penggunaan sarung tangan
271 orang dokter rumah sakit California, hasil tes
karet dan masker sangat berarti dalam upaya
tuberkulin kulit pertama semuanya negatif. 2 tahun
pencegahan. Pajanan kronis merkuri dapat terjadi
kemudian, 15 orang dokter memberikan hasil tes
melalui amalgam, bahan yang biasa digunakan
positif dan 2 orang dokter menderita TB aktif.
menambal lubang gigi (dental fillings). Pajanan dosis
Terpajan bahan kimia berbahaya dosis rendah (low
rendah komponen merkuri dapat menyebabkan
level) dapat terjadi di dalam pelayanan sehari-hari. Di
kelelahan,
lesu,
kamar operasi, dokter dan perawat dapat terpajan gas
gangguan
gastrointestinal.
anestesi nitrous oxide dan halotan yang mudah
micromericuralism. Tremor adalah utama keracunan
menguap, merembes menembus masker, dapat pula
kronis merkuri. Saat ini sudah banyak terdapat bahan
akibat hembusan nafas pasien yang sedang operasi.
pengganti amalgam, bahan non merkuri, seperti glass
Pajanan kronisnya dapat menyebabkan gangguan
ionomer cement atau resin composite, sehingga
somatik, berupa sakit kepala, mual sampai gangguan
penyakit
susunan saraf pusat (SSP), fertilitas bertambah dan
amalgam tinggal kenangan. Nyeri pinggang juga
gangguan kehamilan. Sarung tangan karet yang
sering dikeluhkan sebagai akibat posisi kerja tubuh
sedang dipakai dapat robek, apalagi yang sering
yang kurang ergonomis.
digunakan
sehingga
sering
disterilkan.
kerja
anoreksia
berkepanjangan Gejala
akibat pajanan
ini
dan
disebut
kronis merkuri
Sebuah
penelitian di Amerika Serikat tentang mekanisme
Pencegahan dan Pengendalian
robeknya sarung tangan karet dan terjadinya cedera
Upaya K3RS dibagi dalam 2 bidang, yaitu kesehatan
tajam pada 2292 operasi selama 3 bulan, menemukan
kerja dan keselamatan kerja, yang dilaksanakan
92% robeknya sarung tangan akibat tidak rangkap
dalam waktu bersamaan.
dua, dan 8% karena sebab tidak diketahui. Dari 70
1. Kesehatan Kerja Pelayanan
:
KESIMPULAN
Promotif,
preventif,
kuratif
dan
Rumah sakit tidak lagi menjadi tempat aman bagi
rehabilitatif.
tenaga kerjanya, karena banyak berkumpul bahan
Tujuan : Mendapatkan tenaga kerja berstatus
berbahaya biologik, kimia dan fisik yang setiap saat
kesehatan optimal dengan gizi baik, semangat kerja
dapat terpajan kepada tenaga kerjanya. Sebelum
tinggi sehingga efisien dan produktif.
timbul penyakit akibat kerja dan penyakit yang
Kegiatan :
berhubungan
- Pemeriksaan kesehatan awal dan berkala pada
pencegahan berupa program K3RS.
dengan
kerja
diperlukan
upaya
tenaga kerja tertentu. - Imunisasi Hepatitis B, bagi tenaga kerja yang sering berhubungan dengan cairan tubuh, seperti perawat
KEPUSTAKAAN 1. Peronne JM. Doctors, Nurses, and Dentists. In: Greenberg MI, Hamilton
yang memasang infus, transfusi darah.
RJ, Phillips SD, eds. Occupational, Industrial and Environmental
- Pengobatan tenaga kerja yang sakit, untuk
Toxicology:
menghentikan
Occupational Toxicology. St. Louis: Mosby-Year Book Inc, 1997;
perjalanan
penyakit
dan
komplikasinya.
61-5. 2. Lowenthal G. Occupational Health Programs in Clinic and
2. Kesehatan Kerja
Hospitals. In:
Tujuan : Menghindari atau memperkecil kecelakaan
Zenz C, Dickerson OB, Horvath EP eds. Occupational Medicine:
kerja di tempat kerja karena ketidaktahuan atau kurang mengerti penggunaan alat kerja serta risiko
Selected Work Categories of Concern. 3 rd ed. St. Louis: MosbyYear Book Inc, 1994; 875-80.
bahaya yang menyertainya.
3. Kebijakan Depkes Dalam Upaya Kesehatan Kerja. Lokakarya
Kegiatan :
Hasil
- Latihan kerja yang aman, latihan penggunaan alat kerja dan alat pelindung diri (APD).
Ujicoba buku pedoman UKK bagi pedagang makanan jajanan, pengrajin batu kapur dan pengrajin sepatu. Jakarta, 20 Juli 1999.
- Komunikasi, dengan cara pertemuan singkat
Cermin Dunia Kedokteran No. 136, 2002 15
sebelum bekerja (safety talk), pemasangan poster
4. Miller AL, Volk CS. Occupational Exposure to Biohazards. In :
mengenai keselamatan kerja.
Plog.
- Pengawasan dan monitoring dengan alat terhadap bahan berbahaya secara berkala ruangan kerja dan
BA, ed. Fundamentals of Industrial Hygiene: Biological Hazards, 3rd ed. United States of American: National Safety Council, 1998; 341-3.
lingkungan kerja yang dibandingkan dengan Nilai
5. Gantz NM. Infections Agents. In: Levy BS, Wegman DH, eds.
Ambang Batas (NAB) yang berlaku.
Occupational
- Sistem perlindungan bahaya kebakaran di rumah sakit, dengan merencanakan pintu keluar darurat,
Health
Recognizing
Preventing
Work-related
Disease: Hazardous Work Place Exposures. 3 rd ed. Boston : Little, Brown and
sistem peringatan bahaya (alarm system), sumber air
Company, 1995; 335-67.
terdekat, perawatan alat pemadam kebakaran.
6. Sobaszek A. Hache JC et all. Working Conditions and Health Effects of Ethylene Oxide Exposures at Hospital Sterilization Sites. JOEM; 41: 6 : 1999. 492-98.