JURNAL TINDAKAN KEPERAWATAN PENGARUH TEKNIK PENYUNTIKAN INTRAVENA DENGAN CARA MENGALIRKAN ALIRAN INFUS TERHADAP KEJADIAN FLEBITIS DI KEMUNING 4 RSUP dr.
HASAN SADIKIN BANDUNG Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik Klinik
Disusun Oleh: Eka Olivi Damayanti
(1820161030)
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATANMUHAMMADIYAH KESEHATANMUHAMMADIYAH KUDUS
SK MENDIKNAS RI No:127/D/O/2009 Website : http://www.stikesmuhkudus.ac.id Email :
[email protected] Alamat : Jl. Ganesha I Purwosari Telp./Faks. (0291) 442993 / 437218 Kudus 59316
TAHUN AKADEMIK 2018/2019
JURNAL TINDAKAN KEPERAWATAN PENGARUH TEKNIK PENYUNTIKAN INTRAVENA DENGAN CARA MENGALIRKAN ALIRAN INFUS TERHADAP KEJADIAN FLEBITIS
Nama Mahasiswa
: Eka Olivia Damayanti
NIM
: 1820161030
Tanggal
: 17 Oktober 2018
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Ny. E
Umur
: 53 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Pendidikan
: SLTP
Pekerjaan
: Ibu Rumah Tangga
Suku/Bangsa
: Sunda
Status Perkawinan
: Menikah
Alamat
: Bandung
Tanggal Masuk RS
: 15 – 10 – 2018
No. RM
: 0001491239
Diagnose Medis
: Pleumorfic Adenoma Parotis
PENGKAJIAN
DS : Ny. E mengatakan nyeri post operasi DO : Pemberian obat ketorolac dan ranitidine melalui intravena
SETANDAR OPERASIONAL PROSEDUR INJEKSI INTRAVENA
Injeksi intravena adalah pemberian obat dengan cara memasukkan obat ke dalam Pengertian
pembuluh darah vena dengan menggunakan spuit.
Untuk memperoleh reaksi obat yang cepat diabsorbsi daripada dengan injeksi parenteral lain.
Tujuan
Tempat injeksi
Untuk menghindari terjadinya kerusakan jaringan
Untuk memasukkan obat dalam jumlah yang lebih besar
Pada lengan (vena basalika dan vena sefalika)
Pada tungkai (vena saphenous)
Pada kepala (vena frontalis atau vena temporalis)
Buku catatan pemberian obat atau kartu obat
Kapas alkohol
Sarung tangan
Obat yang sesuai
Peralatan
Spuit 2 ml – 5 ml
Bak spuit
Baki obat
Plester
Perlak pengalas
Pembendung vena (torniquet)
Kassa steril (bila perlu)
Bengkok
Cuci tangan
Prosedur kerja
Pada leher (vena jugularis)
Siapkan obat dengan prinsip 6 benar
Salam terapeutik
Identifikasi klien
Beritahu klien dan jelaskan prosedur yang akan diberikan
Atur klien pada posisi yang nyaman
Pasang perlak pengalas
Bebaskan lengan klien dari baju atau kemeja
Letakkan pembendung
Pilih area penusukan yang bebas dari tanda kekakuan, peradangan, atau rasa gatal. Menghindari gangguan absorbsi obat atau cidera dan nyeri yang berlebihan.
Pakai sarung tangan Bersihkan area penusukan dengan menggunakan kapas alkohol, dengan gerakan sirkuler dari arah dalam keluar dengan diameter sekitar 5 cm. Tunggu sampai kering. Metode ini dilakukan untuk membuang sekresi dari kulit yang mengandung mikroorganisme.
Pegang kapas alkohol, dengan jari-jari tengah pada tangan non dominan.
Buka tutup jarum. Tarik kulit kebawah kurang lebih 2,5 cm dibawah area penusukan dengan tangan non dominan. Membuat kulit menjadi lebih kencang dan vena tidak bergeser, memudahkan penusukan. Sejajar vena yang akan ditusuk perlahan dan pasti. Pegang jarum pada posisi 30.
Rendahkan posisi jarum sejajar kulit dan teruskan jarum ke dalam vena Lakukan aspirasi dengan tangan non dominan menahan barel dari spuit dan tangan dominan menarik plunger.
Observasi adanya darah pada spuit
Jika ada darah, lepaskan terniquet dan masukkan obat perlahan-lahan.
Keluarkan jarum dengan sudut yang sama seperti saat dimasukkan, sambil melakukan penekanan dengan menggunakan kapas alkohol pada area penusukan
Tutup area penusukan dengan menggunakan kassa steril yang diberi betadin
Kembalikan posisi klien
Buang peralatan yang sudah tidak diperlukan ke dalam bengkok
Buka sarung tangan
Cuci tangan Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan
Potter, Perry, 2006. Fundamental Keperawatan: Volume 2 . Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta
Daftar Pustaka
Smeltzer, Suzanne C. 2008, Buku A jar Keperawatan Medikal – Bedah Brunner
dan Suddarth., Edisi 8, EGC : Jakarta
Diposting ulang oleh: https://thefuturisticlovers.wordpress.com
ANALISA PENGARUH TEKNIK PENYUNTIKAN INTRAVENA DENGAN CARA MENGALIRKAN ALIRAN INFUS TERHADAP KEJADIAN FLEBITIS
Infeksi masih merupakan salah satu penyebab utama kematian dan kesakitan di rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya. Salah satu infeksi yang didapat di rumah sakit yaitu infeksi nosokomial. Salah satu sumber penularan infeksi nosokomial di rumah sakit yaitu perawat. Perawat memiliki andil yang sangat besar dalam pencegahan infeksi nosokomial, karena perawat lebih sering kontak dengan pasien. Infeksi nosokomial yang paling sering terjadi di rumah sakit adalah flebitis yaitu inflamasi vena akibat pemasangan infus (Kepmenkes, 2008). Agar penyelenggaraan pelayanan keperawatan dapat mencapai tujuan, diperlukan suatu perangkat instruksi atau langkah-langkah kegiatan yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pasien, langkah kegiatan tersebut yaitu standar operasional prosedur (SOP). Tujuan umum standar operasional prosedur adalah untuk mengarahkan kegiatan asuhan keperawatan untuk mencapai tujuan yang efisien dan efektif sehingga konsisten dan aman dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan melalui pemenuhan standar yang berlaku (Depkes, 2006). Salah satu kegiatan yang menggunakan SOP di rumah sakit yaitu teknik pemasangan dan pemberian obat melalui infus. Menurut penelitian dari Iradiyanti tahun 2013 bahwa infus merupakan cara atau bagian untuk memasukkan obat, vitamin dan tranfusi darah ke dalam tubuh pasien, tetapi dalam pemberian infus dapat terjadi komplikasi salah satunya flebitis. Nyeri/sakit merupakan salah satu diagnosa keperawatan aktual yang paling sering ditemukan.Penyuntikan dengan menghentikan aliran infus mempunyai efek samping rasa sakit.Karena, obat- obatan yang disuntikan langsung masuk ke aliran darah.Hal ini tidak dianjurkan apabila kita menyuntikan obat-obatan yang agak keras.Seperti antibiotik dan
antiemetik. Lebih lanjut lagi, apabila hal ini dilakukan terus menerus, akan mempercepat terjadinya flebitis/peradangan, karena dinding pembuluh darah vena d apat teriritasi oleh obat. Cara yang kedua adalah dengan tidak menghentikan aliran infus.Penyuntikan dilakukan dengan infus yang terus berjalan.Teknisnya adalah, waktu penyuntikan aliran infus agak dipercepat, sampai dengan 40 gtt/menit.Keuntungan yang utama adalah karena obat dimasukkan bersamaan dengan cairan infus, viskositas obat menjadi turun, dan pasien tidak begitu merasa nyeri.Walaupun, banyak perawat beralasan bahwa menyuntik dengan menghentikan aliran infus tidak jauh berbeda, karena viskositas obat telah jauh berkurang dengan pengenceran, menyuntik obat dengan tidak menghentikan aliran infus mengurangi tekanan, dan hal itu mengurangi iritasi obat terhadap dinding vena. DAFTAR PUSTAKA
Potter, Perry, 2006. Fundamental Keperawatan: Volume 2. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta
Smeltzer, Suzanne C. 2008, Buku Ajar Keperawatan Medikal – Bedah Brunner dan Suddarth., Edisi 8, EGC : Jakarta
Diposting ulang oleh: https://thefuturisticlovers.wordpress.com
Dasar Terapi Cairan dan Nutrisi. (2012). Jakarta: PT Otsuka Indonesia
Saputra, L. (2013). Keterampilan Dasar untuk Perawatdan Bid
Depkes.(2012). Standar Operasional Prosedur di Rumah Sakit. Jakarta.