KARAKTERISTIK BAHAN BAKAR
MAKALAH Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Mesin Konversi Energi yang dibina oleh Bapak Sutijono
Oleh : Ahmad Bakin
140513604657 140513604657
Alif Yudiarto
140513604398 140513604398
Sadam Basiran
140513601026 140513601026
UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK MESIN PRODI S1 PENDIDIKAN TEKNIK OTOMOTIF B2 November 2014
DAFTAR ISI
Halaman .................................................................. ............................................ .......................... .... DAFTAR ISI ............................................
i
PENDAHULUAN........................................... ................................................................. ......................................... ...................
1
Latar Belakang ............................................ .................................................................. ..................................... ...............
1
Tujuan .......................................... ................................................................ ............................................ .............................. ........
1
PEMBAHASAN ......................................... ............................................................... ............................................. .......................
2
Pengertian Bahan Bakar ............................................ .................................................................. ......................
2
Jenis-jenis Bahan Bakar ............................................. ................................................................... ......................
2
Bahan Bakar Cair .......................................... ................................................................ .............................. ........
2
Bahan Bakar Padat ............................................ .................................................................. .......................... ....
7
Bahan Bakar Gas............................................... Gas..................................................................... .......................... ....
9
Prinsip Kerja Bahan Bakar ........................................... .............................................................. ...................
12
Spesifikasi Bahan Bakar Motor Bensin ........................................... ...........................................
16
Spesifikasi Bahan Bakar Motor Diesel ............................................ ............................................
21
PENUTUP............................................ .................................................................. ............................................ .............................. ........
23
Kesimpulan ......................................... ............................................................... ............................................. .......................
23
.................................................................. .................................. ........... DAFTAR RUJUKAN ...........................................
24
i
PENDAHULUAN Latar Belakang
Energi dari matahari diubah menjadi energi kimia dengan fotosintesa. Akan tetapi, sebagaimana kita ketahui, bila kita membakar tanaman atau kayu kering, menghasilkan energi dalam bentuk panas dan cahaya, kita melepaskan energi matahari yang sesungguhnya tersimpan dalam tanaman atau kayu melalui fotosintesa. Kita mengetahui bahwa hampir kebanyakan di dunia pada saat ini kayu bukan merupakan sumber utama bahan bakar. Kita umumnya menggunakan gas alam atau minyak bakar di rumah kita, dan kita menggunakan terutama minyak bakar dan batubara untuk memanaskan air menghasilkan steam untuk menggerakan turbin untuk sistim pembangkitan tenaga yang sangat besar. Bahan bakar tersebut seperti batubara, minyak bakar, dan gas alam atau sering disebut sebagai bahan bakar fosil. Berbagai jenis bahan bakar (seperti bahan bakar cair, padat, dan gas) yang tersedia tergantung pada berbagai faktor seperti biaya, ketersedia an, penyimpanan, handling , polusi polusi dan peletakan boiler, boiler, tungku tungku dan peralatan pembakaran lainnya. lainnya. Makalah ini akan menjelaskan karakteristik bahan bakar terutama yang digunakan pada motor bensin dan diesel.
Tujuan
Tujuan makalah ini adalah sebagai berikut. 1)
Menjelaskan pengertian bahan bakar
2)
Menjelaskan jenis-jenis bahan bakar
3)
Menjelaskan prinsip kerja bahan bakar
4)
Menjelaskan spesifikasi bahan bakar motor bensin
5)
Menjelaskan spesifikasi bahan bakar motor diesel
1
PEMBAHASAN
Berikut ini adalah gambaran dasar tentang karakteristi k bahan bakar. Pengertian Pengertian Bahan Bakar
Bahan bakar adalah suatu materi apapun yang bisa diubah menjadi energi. Biasanya bahan bakar mengandung energi panas yang dapat dilepaskan dan dimanipulasi.
Kebanyakan
bahan
bakar
digunakan
manusia
melalui
proses pembakaran proses pembakaran (reaksi redoks) dimana redoks) dimana bahan bakar tersebut akan melepaskan panas setelah setel ah direaksikan dire aksikan dengan oksigen dengan oksigen di udara. Proses lain untuk melepaskan energi dari bahan bakar adalah melalui reaksi eksotermal dan reaksi nuklir (seperti Fisinuklir (seperti Fisinuklir atau Fusinuklir) atau Fusinuklir).. Hidrokarbon (termasuk ( termasuk di dalamnya bensin dan solar) sejauh ini merupakan jenis bahan bakar yang paling sering digunakan manusia. Bahan bakar lainnya yang bisa dipakai adalah logam radioaktif (Wikipedia, 2014).
Jenis – Jenis Jenis Bahan Bakar
Menurut Shaha (2006: 1-11), jenis bahan bakar dibedakan menjadi tiga yaitu padat, cair, dan gas. Berikut ini merupakan penjelasannya. 1)
Bahan Bakar Cair
Bahan bakar cair seperti minyak tungku/ furnace oil dan LSHS (low sulphur heavy stock) terutama digunakan dalam penggunaan industri. Berbagai sifat bahan bakar cair diberikan dibawah ini. a) Densitas
Densitas didefinisikan sebagai perbandingan massa bahan bakar terhadap volum bahan bakar pada suhu acuan 15°C. Densitas diukur dengan suatu alat yang disebut
hydrometer . Pengetahuan
mengenai
densitas
ini
berguna
untuk
penghitungan kuantitatif dan pengkajian kualitas penyalaan. Satuan densitas adalah kg/m3. b) Specif pecif i c gravity
Didefinisikan sebagai perbandingan berat dari sejumlah volum minyak bakar terhadap berat air untuk volum yang sama pada suhu tertentu. Densitas bahan bakar, relatif rel atif terhadap air, disebut specific disebut specific gravity. gravity. Specific gravity air ditentukan sama dengan 1. Karena specific Karena specific gravity gravity adalah perbandingan, maka tidak memiliki
2
satuan. Pengukuran specific gravity gravity biasanya dilakukan dengan hydrometer . Specific gravity digunakan dalam penghitungan yang melibatkan berat dan volum. Specific gravity untuk berbagai bahan bakar minyak diberikan dalam tabel dibawah: Bahan bakar Minyak Specific Gravity
L.D.O (Minyak Diesel Ringan) 0,85 - 0,87
Minyak Tungku/ Furnace Oil 0,89 - 0,95
L.S.H.S (Low Sulphur Heavy Stock) 0,88 - 0,98
Tabel 1. Spe Specif ic gravity berbagai bahan bakar minyak (diambil dari Thermax India Ltd.)
c)
Viskositas
Viskositas suatu fluida merupakan ukuran resistansi bahan terhadap aliran. Viskositas tergantung pada suhu dan berkurang dengan naiknya suhu. Viskositas diukur dengan Stokes / Centistokes. Kadang-kadang viskositas juga diukur dalam Engler, Saybolt atau Redwood. Tiap jenis minyak bakar memiliki hubungan suhu – viskositas tersendiri. Pengukuran viskositas dilakukan dengan suatu alat yang disebut Viskometer. Viskositas merupakan sifat yang sangat penting dalam penyimpanan dan penggunaan bahan bakar minyak. Viskositas mempengaruhi derajat pemanasan awal yang diperlukan untuk handling, penyimpanan dan atomisasi yang memuaskan. Jika minyak terlalu kental, maka akan menyulitkan dalam pemompaan, sulit untuk menyalakan burner dan sulit dialirkan. Atomisasi yang jelek akam mengakibatkan terjadinya pembentukan endapan karbon pada ujung burner atau pada p ada dinding-dinding. Oleh karena itu pemanasan awal penting untuk atomisasi yang tepat. d) Titik Nyala
Titik nyala suatu bahan bakar adalah suhu terendah te rendah dimana bahan bakar dapat dipanaskan sehingga uap mengeluarkan nyala sebentar bila dilewatkan suatu nyala api. Titik nyala untuk minyak tungku / furnace / furnace oil adalah adalah 66 oC. e)
Titik Tuang
Titik tuang suatu bahan bakar adalah suhu terendah dimana bahan bakar akan tertuang atau mengalir bila didinginkan dibawah kondisi yang sudah ditentukan.
3
Ini merupakan indikasi yang sangat kasar untuk suhu terendah dimana bahan bakar minyak siap untuk dipompakan. dipompakan. f)
Panas Jenis
Panas jenis adalah jumlah kKal yang diperlukan untuk menaikan suhu 1 kg minyak sebesar 10C. Satuan panas jenis adalah kkal/kg0C. Besarnya bervariasi mulai dari 0,22 hingga 0,28 tergantung pada specific gravity minyak. Panas jenis menentukan berapa banyak steam atau energi listrik yang digunakan untuk memanaskan minyak ke suhu yang dikehendaki. Minyak ringan memiliki panas jenis yang rendah, sedangkan se dangkan minyak yang lebih berat memiliki memili ki panas jenis yang lebih tinggi. g)
Nilai Kalor
Nilai kalor merupakan ukuran panas atau energi yang dihasilkan., dan diukur sebagai nilai kalor kotor / gross calorific value atau nilai kalor netto / nett calorific value. Perbedaannya ditentukan oleh panas laten kondensasi dari uap air yang dihasilkan selama proses pembakaran. Nilai kalor kotor / gross calorific value (GCV) mengasumsikan seluruh uap yang dihasilkan selama proses pembakaran sepenuhnya
terembunkan
/
terkondensasikan.
Nilai
kalor
netto
(NCV)
mengasumsikan air yang keluar dengan produk pengembunan tidak seluruhnya terembunkan. Bahan bakar harus dibandingkan berdasarkan nilai kalor netto. Nilai kalor batubara bervariasi tergantung pada kadar abu, kadar air dan jenis batu baranya sementara nilai kalor bahan bakar minyak lebih konsisten. GCV untuk beberapa jenis bahan bakar cair yang umum digunakan terlihat dibawah ini: Tabel 2. Nilai kalor kotor (GCV) untuk beberapa bahan bakar minyak (diambil dari Thermax India Ltd.)
Bahan bakar minyak Minyak Tanah Minyak Diesel L.D.O Minyak Tungku/ Furnace Furnace LSHS
Nilai Kalor kotor (GCV) (kKal/kg) - 11.100 - 10.800 - 10.700 - 10.500 - 10.600
h) Sulfur
Jumlah sulfur dalam bahan bakar minyak sangat tergantung pada sumber minyak mentah dan pada proses penyulingannya. Kandungan normal sulfur untuk
4
residu bahan bakar minyak (minyak furnace) berada pada 2 - 4 %. Kandungan sulfur untuk berbagai bahan bakar minyak min yak ditunjukkan pada Tabel 3.
Tabel 3. Persentase sulfur untuk berbagai bahan bakar minyak (diambil (diambil dari Thermax India Ltd.)
Bahan bakar minyak Minyak Tanah Minyak Diesel L.D.O Minyak Furnace LSHS
Persen sulfur 0,05 – 0,05 – 0,2 0,2 0,05 – 0,05 – 0,25 0,25 0,5 – 1,8 0,5 – 1,8 2,0 – 2,0 – 4,0 4,0 < 0,5
Kerugian utama dari adanya sulfur adalah resiko korosi oleh asam sulfat yang terbentuk selama dan sesudah pembakaran, dan pengembunan di cerobong asap, pemanas awal udara dan economizer . i)
Kadar Abu
Kadar abu erat kaitannya dengan bahan inorganik atau garam dalam bahan bakar minyak. Kadar abu pada distilat bahan bakar diabaikan. Residu bahan bakar memiliki kadar abu yang tinggi. Garam-garam tersebut mungkin dalam bentuk senyawa sodium, vanadium, kalsium, magnesium, silikon, besi, alumunium, nikel, dll. Umumnya, kadar abu berada pada kisaran 0,03 – 0,07 %. Abu yang berlebihan dalam bahan bakar cair dapat menyebabkan men yebabkan pengendapan pengendapan kotoran pada peralatan pembakaran. Abu memiliki pengaruh erosi pada ujung burner, menyebabkan kerusakan pada refraktori pada suhu tinggi dapat meningkatkan korosi suhu tinggi dan penyumbatan peralatan. j)
Residu Karbon
Residu karbon memberikan kecenderungan pengendapan residu padat karbon pada permukaan panas, seperti burner atau injeksi nosel, bila kandungan yang mudah menguapnya menguap. Residu minyak mengandung residu karbon 1 persen atau lebih. k) Kadar Air
Kadar air minyak tungku/furnace pada saat pemasokan umumnya sangat rendah sebab produk disuling dalam kondisi panas. Batas maksimum 1% ditentukan sebagai standar. Air dapat berada dalam bentuk bebas atau emulsi dan
5
dapat menyebabkan kerusakan dibagian dalam permukaan tungku selama pembakaran terutama jika mengandung garam terlarut. Air juga dapat menyebabkan percikan nyala api di ujung burner, yang dapat mematikan nyala api, menurunkan suhu nyala api atau memperlama penyalaan. Spesifikasi khusus bahan bakar minyak terlihat pada tabel dibawah. Tabel 4. Spesifikasi khusus bahan bakar minyak (diambil dari Thermax India Ltd.)
Karakteristik Minyak
Bahan Bakar Minyak L.S.H.S
L.D.O
Furnace
Masa Jenis (g/cc 0,89 - 0,95 0,88 - 0,98 pada 150C) Titik Nyala (0C) 66 93 Titik Tuang (0C) 20 72 G.C.V. (kKal/kg) 10.500 10.600 Endapan, % 0,25 0,25 Berat Max. Total Sulfur, % Sampai 4,0 Sampai 0,5 Berat, Max. Kadar Air, % 1,0 1,0 Vol. Max. % Abu, Berat 0,1 0,1 Max. l) Penyimpanan Bahan Bakar Minyak
0,85 - 0,87 66 18 10.700 0,1
Sampai 1,8 0,25
0,02
Akan sangat berbahaya bila menyimpan minyak bakar dalam tong. Cara yang lebih baik adalah menyimpannya dalam tangki silinder, diatas maupun dibawah tanah. Minyak bakar yang dikirim umumnya masih mengandung debu, air dan bahan pencemar lainnya. Ukuran tangki penyimpan minyak bakar sangatlah penting. Perkiraan ukuran penyimpan yang direkomendasikan sedikitnya untuk 10 hari konsumsi normal. Tangki penyimpan bahan bakar untuk industri pada umumnya digunakan tangki mild steel tegak yang diletakkan diatas tanah. Untuk alasan keamanan dan lingkungan, perlu dibuat dinding disekitar tangki penyimpan untuk menahan aliran bahan bakar jika terjadi kebocoran. Pengendapan sejumlah padatan dan lumpur akan terjadi pada tangki dari waktu ke waktu, tangki harus dibersihkan secara berkala: setiap tahun untuk bahan bakar berat dan setiap dua tahun ta hun untuk bahan bakar ringan. Pada saat bahan
6
bakar dialirkan dari kapal tanker ke tangki penyimpan, harus dijaga dari terjadinya kebocoran-kebocoran pada sambungan, flens dan pipa-pipa. Bahan bakar minyak harus bebas dari pencemar seperti debu, lumpur dan air sebelum diumpankan ke sistim pembakaran.
2)
Bahan Bakar Padat (Batubara)
a)
Klasifikasi Batubara
Batubara diklasifikasikan menjadi tiga jenis utama yakni antracit, bituminous, dan lignit, meskipun tidak jelas pembatasan diantaranya. Pengelompokannya lebih lanjut adalah semiantracit, semi-bituminous, dan sub-bituminous. Antracit merupakan batubara tertua jika dilihat dari sudut pandang geologi, yang merupakan batubara keras, tersusun dari komponen utama karbon dengan sedikit kandungan bahan yang mudah menguap dan hampir tidak berkadar air. Lignit merupakan batubara termuda dilihat dari pandangan geologi. Batubara ini merupakan batubara lunak yang tersusun terutama dari bahan yang mudah menguap dan kandungan air dengan kadar fixed carbon yang rendah. Fixed carbon merupakan karbon dalam keadaan bebas, tidak bergabung dengan elemen lain. Bahan yang mudah menguap merupakan bahan batubara yang mudah terbakar yang menguap apabila batubara dipanaskan. Batubara yang umum digunakan, contohnya pada industri di India adalah batubara bituminous dan sub-bituminous. Pengelompokan batubara India berdasarkan nilai kalornya adalah sebagai berikut: Kelas
Kisaran Nilai Kalor (dalam kKal/kg)
A
Lebih dari 6200
B
5600 – 5600 – 6200 6200
C
4940 – 4940 – 5600 5600
D
4200 – 4200 – 4940 4940
E
3360 – 3360 – 4200 4200
F
2400 – 2400 – 3360 3360
G
1300 – 1300 – 2400 2400
7
Batubara kelas D, E dan F biasanya tersedia bagi industri India. Komposisi kimiawi batubara berpengaruh kuat pada daya pembakarannya. Sifat-sifat batubara secara luas diklasifikasikan kedalam sifat fisik dan sifat kimia. b) Sifat fisik dan kimia batubara
Sifat fisik batubara termasuk nilai panas, kadar air, bahan mudah menguap, dan abu. Sifat kimia batubara tergantung dari kandungan berbagai bahan kimia seperti karbon, hidrogen, oksigen, dan sulfur. Nilai kalor batubara beraneka ragam dari tambang batubara yang satu ke yang lainnya. Nilai untuk berbagai macam batubara diberikan dalam tabel dibawah. Tabel 5. GCV untuk berbagai jenis batubara
Parameter
GCV (kKal/kg)
Lignit
Batubara Batubara
Batubara
(Dasar Kering)
India
Indonesia Afrika Selatan
4.500
4.000
5.500
6.000
*GCV lignit pada „as „ as received basis‟ basis‟ adalah 2500 – 3000 3000 c)
Analisis batubara
Terdapat dua metode untuk menganalisis batubara: analisis ultimate ultimate dan analisis proximate. proximate. Analisis ultimate ultimate menganalisis seluruh elemen komponen batubara, padat atau gas dan analisis proximate proximate meganalisis hanya fixed carbon, carbon, bahan yang mudah menguap, kadar air dan persen abu. Analisis ultimate ultimate harus dilakukan oleh laboratorium dengan peralatan yang lengkap oleh ahli kimia yang terampil, sedangkan analisis proximate proximate dapat dilakukan dengan peralatan yang sederhana.
(Catatan: proximate proximate tidak
ada
hubungannya
dengan
kata
“approximate”). approximate”). d) Penyimpanan, handling dan dan persiapan batubara
Ketidaktentuan
dalam
ketersediaan
dan
pengangkutan
bahan
bakar
mengharuskan dilakukannya penyimpanan dan penanganan untuk kebutuhan berikutnya. Kesulitan yang ada pada penyimpanan batubara adalah adal ah diperlukannya bangunan gudang penyimpanan, adanya hambatan masalah tempat, penuruan kualitas dan potensi terjadinya kebakaran. Kerugian-kerugian kecil lainnya adalah oksidasi, angin dan kehilangan karpet. Oksidasi 1% batubara memiliki efek yang sama dengan kandunag abu 1% dalam batubara. Kehilangan karena angin mencapai 0,5 – 0,5 – 1,0 1,0 % dari kerugian total. Penyimpanan batubara yang baik akan
8
meminimalkan kehilangan karpet dan kerugian terjadinya pembakaran mendadak. Pembentukan “karpet lunak”, dari batubara halus dan tanah, menyebabkan kehilangan karpet. Jika suhu naik secara perlahan dalam tumpukan batubara, maka dapat terjadi oksidasi yang akan menyebabkan pembakaran yang mendadak dari batubara yang disimpan. Kehilangan karpet d apat dikurangi dengan cara:
Mengeraskan permukaan tanah untuk penyimpanan batubara
Membuat tempat penyimpanan standar yang terbuat dari beton dan bata Di Industri, batubara di-handling di- handling secara manual maupun dengan conveyor .
Pada saat handling batubara harus diusahakan supaya sesedikit mungkin batubara yang hancur hancur membentuk partikel kecil kecil dan sesedikit mungkin mungkin partikel kecil yang yang tercecer. Persiapan batubara sebelum pengumpanan ke boiler merupakan tahap penting untuk mendapatkan pembakaran yang baik. Bongkahan batubara yang besar dan tidak beraturan dapat menyebabkan permasalahan sebagai berikut.
Kondisi pembakaran yang buruk dan suhu tungku yang tidak mencukupi
Udara berlebih yang terlalu banyak mengakibatkan kerugian cerobong yang tinggi
Meningkatnya bahan yang tidak terbakar dalam abu
Rendahnya efisiensi termal
3)
Bahan Bakar Gas
Bahan bakar gas merupakan bahan bakar yang sangat memuaskan sebab hanya memerlukan sedikit handling dan dan sistem burner nya nya sangat sederhana dan hampir bebas perawatan. Gas dikirimkan melalui jaringan pipa distribusi sehingga cocok untuk wilayah yang berpopulasi tinggi atau padat industri. Walau begitu, banyak pemakai perorangan yang besar memiliki penyimpan gas, bahkan beberapa diantara mereka memproduksi gasnya sendiri. a)
Jenis-jenis bahan bakar gas
Berikut adalah daftar jenis-jenis bahan bakar gas.
Bahan bakar yang secara alami didapatkan dari alam: -
Gas alam
-
Metan dari penambangan batubara
Bahan bakar gas yang terbuat dari bahan bakar padat:
9
-
Gas yang terbentuk dari batubara
-
Gas yang terbentuk dari limbah dan biomasa
-
Dari proses industri lainnya (gas blast furnace) furnace)
Gas yang terbuat dari minyak bumi: -
Gas Petroleum cair (LPG)
-
Gas hasil penyulingan
-
Gas dari gasifikasi minyak
Gas-gas dari proses fermentasi: Bahan bakar bentuk gas yang biasa digunakan adalah gas petroleum cair
(LPG), gas alam, gas hasil produksi, gas blast furnace, furnace, gas dari pembuatan kokas, dll. Nilai panas bahan bakar gas dinyatakan dalam Kilokalori per normal meter kubik (kKal/Nm 3) ditentukan pada suhu normal (20ºC) dan tekanan normal (760 mm Hg). b) Sifat-sifat bahan bakar gas
Karena hampir semua peralatan pembakaran gas tidak dapat menggunakan kadungan panas dari uap air, maka perhatian terhadap nilai kalor kotor (GCV) menjadi kurang. Bahan bakar harus dibandingkan berdasarkan nilai kalor netto (NCV). Hal ini benar terutama untuk gas alam, dimana kadungan hidrogen akan meningkat tinggi karena adanya reaksi pembentukan air selama pembakaran. Sifat-sifat fisik dan kimia berbagai bahan bakar gas diberikan dalam Tabel 9. Tabel 9. Sifat-sifat fisik dan kimia berbagai bahan ba kar gas
Bahan Bakar Gas
Masa Jenis Relatif
Nilai Kalor yang lebih
Perbandingan Udara/Bahan 3
3
tinggi tinggi kkal/Nm kkal/ Nm bakar - m udara terhadap
Suhu Nyala o
api C
Kecepatan Nyala api m/s
m3 Bahan Bakar
Gas Alam
0,6
9350
10
1954
0,290
Propan
1,52
22200
25
1967
0,460
Butan
1,96
28500
32
1973
0,870
10
c)
LPG
LPG terdiri dari campuran utama propan dan butan dengan sedikit persentase hidrokarbon tidak jenuh (propilen dan butilene) dan beberapa f raksi C 2 yang lebih ringan dan C yang lebih berat. Senyawa yang terdapat dalam LPG adalah propan (C3H8), Propilen (C), normal dan iso-butan (C 4H10) dan Butilen (C4H8). LPG merupakan campuran dari hidrokarbon tersebut yang berbentuk gas pada tekanan atmosfir, akan tetapi dapat diembunkan menjadi bentuk cair pada suhu normal, dengan tekanan yang cukup besar. Walaupun digunakan sebagai gas, akan tetapi untuk kenyamanan dan kemudahannya, disimpan dan diubah dalam bentuk cair dengan tekanan tertentu. LPG cair, jika menguap membentuk gas dengan volum sekitar 250 kali. Uap LPG lebih berat dari udara: butan beratnya sekitar dua kali berat udara dan propan sekitar satu setengah kali berat udara. Sehingga, uap dapat mengalir didekat permukaan tanah dan turun hingga ke tingkat yang paling rendah dari lingkungan dan dapat terbakar pada jarak tertentu dari sumber kebocoran. Pada udara yang tenang, uap akan tersebar secara perlahan. Lolosnya gas cair walaupun dalam jumlah sedikit, dapat meningkatkan campuran perbandingan volum uap/udara sehingga dapat menyebabkan bahaya. Untuk membantu pendeteksian kebocoran ke atmosfir, LPG biasanya ditambah bahan yang berbau. Harus tersedia ventilasi yang memadai didekat permukaan tanah pada tempat penyimpanan LPG. Karena alasan diatas, sebaiknya tidak menyimpan silinder LPG di gudang bawah tanah atau lantai bawah tanah yang tidak memiliki ventilasi udara. d) Gas Alam
Metan merupakan kandungan utama gas alam yang mencapai jumlah sekitar 95% dari volum total. Komponen lainnya adalah: etan, propan, pentan, nitrogen, karbondioksida, dan gas-gas lainnya dalam jumlah kecil. Sulfur dalam jumlah yang sangat sedikit juga ada. Karena metan merupakan komponen terbesar dari gas alam, biasanya sifat metan digunakan untuk membandingkan sifat-sifat gas alam terhadap bahan bakar lainnya. Gas alam merupakan bahan bakar dengan nilai kalor tinggi yang tidak memerlukan fasilitas penyimpanan. Gas ini bercampur dengan udara udara dan tidak
11
menghasilkan asap atau jelaga. Gas ini tidak juga mengandung sulfur, lebih ringan dari udara dan menyebar ke udara dengan mudahnya jika terjadi kebocoran. Perbandingan kadar karbon dalam minyak bakar, batubara batubara
dan gas diberikan
dalam tabel dibawah. Tabel 10. Perbandingan komposisi kimia berbagai bahan bakar
Karbon Hidrogen Sulfur Oksigen Nitrogen Abu Air
Bahan Bakar Minyak 84 12 3 1 Sedikit Sedikir Sedikit
Batubara
Gas Alam
41,11 2,76 0,41 9,89 1,22 38,63 5,98
74 25 Sedikit 0,75 -
Prinsip Kerja Bahan Bakar
Menurut Shaha (2006: 11-14), ada beberapa prinsip kerja bahan bakar, yang berkaitan dengan bagaimana kinerja bahan bakar dapat dievaluasi. Berikut ini merupakan penjelasannya. 1)
Prinsip-prinsip Pembakaran
a)
Proses pembakaran
Pembakaran merupakan oksidasi cepat bahan bakar disertai dengan produksi panas, atau panas dan cahaya. Pembakaran sempurna bahan bakar terjadi hanya jika ada pasokan oksigen yang cukup. Oksigen (O) merupakan salah sala h satu elemen bumi paling umum yang jumlahnya mencapai 20.9% dari udara. Bahan bakar padat atau cair harus diubah ke bentuk gas sebelum dibakar. Biasanya diperlukan panas untuk mengubah cairan atau padatan menjadi gas. Bahan bakar gas akan terbakar pada keadaan normal jika terdapat udara yang cukup. Hampir 79% udara (tanpa adanya oksigen) merupakan nitrogen, dan sisanya merupakan elemen lainnya. Nitrogen dianggap sebagai pengencer yang menurunkan suhu yang harus ada untuk mencapai oksigen yang dibutuhkan untuk pembakaran. Nitrogen mengurangi efisiensi pembakaran dengan cara menyerap panas dari pembakaran bahan bakar dan mengencerkan gas buang. Nitrogen juga mengurangi transfer panas pada
permukaan alat penukar panas, juga
12
meningkatkan volum hasil samping pembakaran, yang juga harus dialirkan melalui alat penukar panas sampai ke cerobong. Nitrogen ini juga dapat bergabung dengan oksigen (terutama pada suhu nyala yang tinggi) untuk menghasilkan oksida nitrogen (NO x), yang merupakan pencemar beracun. Karbon, hidrogen dan sulfur dalam bahan bakar bercampur dengan oksigen di udara membentuk karbon dioksida, uap air dan sulfur dioksida, melepaskan panas masing- masing 8.084 kkal, 28.922 kkal dan 2.224 kkal. Pada kondisi tertentu, karbon juga dapat bergabung dengan oksigen membentuk karbon monoksida, dengan melepaskan sejumlah kecil panas (2.430 kkal/kg karbon). Karbon terbakar yang membentuk CO 2 akan menghasilkan lebih banyak panas per satuan bahan bakar daripada bila menghasilkan CO atau asap. C + O2 → 2C + O2 → 2H2 + O2 → S + O2 → Setiap kilogram CO yang terbentuk berarti
CO2 + 8.084 kkal/kg Karbon 2 CO + 2.430 kkal/kg Karbon 2H2O + 28.922 28.922 kkal/kg Hidrogen SO2 + 2.224 kkal/kg Sulfur kehilangan panas 5654 kKal (8084 –
2430). b) Pembakaran Tiga T
Tujuan dari pembakaran yang baik adalah melepaskan seluruh panas yang terdapat dalam bahan bakar. Hal ini dilakukan dengan pengontrolan “tiga T” pembakaran yaitu (1) Temperature / Temperature / suhu yang cukup tinggi untuk me nyalakan dan menjaga penyalaan
bahan bakar, (2) Turbulence Turbulence / Turbulensi atau
pencampuran oksigen dan bahan bakar yang baik, dan (3) Time Time / Waktu yang cukup untuk pembakaran yang sempurna. Bahan bakar yang umum digunakan seperti gas alam dan propan biasanya terdiri dari karbon dan hidrogen. Uap air merupakan produk samping pembakaran hidrogen, yang dapat mengambil panas dari gas buang, yang mungkin dapat digunakan untuk transfer panas panas lebih lanjut. Gas alam mengandung lebih banyak hidrogen dan lebih sedikit karbon per kg daripada bahan bakar minyak, sehingga akan memproduksi lebih banyak uap air. Sebagai akibatnya, akan lebih banyak panas yang terbawa pada pembuangan saat membakar gas alam. Terlalu banyak atau terlalu sedikitnya bahan bakar pada jumlah udara pembakaran tertentu, t ertentu, dapat mengakibatkan tidak terbakarnya bahan bakar dan terbentuknya karbon monoksida. Jumlah O 2 tertentu diperlukan untuk pembakaran yang sempurna dengan tambahan sejumlah udara (udara berlebih) 13
diperlukan untuk menjamin pembakaran yang sempurna. Walau demikian, terlalu banyak udara berlebih akan mengakibatkan kehilangan panas dan efisiensi. Tidak seluruh bahan bakar diubah menjadi panas dan diserap oleh peralatan pembangkit. Biasanya seluruh hidrogen dalam bahan bakar terbakar. Saat ini, hampir seluruh bahan bakar untuk boiler , karena dibatasi oleh standar polusi, sudah mengandung sedikit atau tanpa sulfur. Sehingga tantangan utama dalam efisiensi pembakaran adalah mengarah ke karbon yang tidak terbakar (dalam abu atau gas yang tidak terbakar sempurna), yang masih menghasilkan CO selain CO 2.
Gambar 1. Pembakaran yang sempurna, yang baik dan tidak sempurna (Biro Efisiensi Energi, 2004)
2)
Perhitungan Stokiometri Kebutuhan Udara
a)
Perhitungan stokiometri udara yang dibutuhkan untuk pembakaran minyak bakar
Untuk pembakaran diperlukan udara. Jumlah udara yang diperlukan dapat dihitung dengan menggunakan metode yang diberikan dibawah ini. Langkah pertama adalah menentukan komposisi minyak bakar. Spesifikasi minyak bakar dari analisis laboratorium diberikan dibawah ini: Unsur
% Berat
Karbon
85.9
Hidrogen
12
Oksigen
0,7
Nitrogen
0,5
Sulfur
0,5
H2O
0,35
Abu
0,05
GCV bahan bakar
10880 kkal/kg
14
Dari data analisis dengan jumlah sampel minyak bakar 100 kg, maka reaksi kimianya adalah sebagai berikut: Unsur C O2 H2 S N2 CO2 SO2 H2 O
C H2 S
+ + +
Unsur bahan bakar C + 12 +
Berat Molekul (kg / lg mol) 12 32 2 32 28 44 64 18
O2 1/2O2 O2
→ → →
CO2 H 2O SO2
O2 32
→ →
CO2 44
12 kg karbon memerlukan 32 kg oksigen membentuk 44 kg karbon dioksida, oleh karena itu 1 kg karbon memerlukan 32/12 kg atau 2,67 kg oksigen (85,9) C
+
(85,9 x 2,67) O 2
→
315,25 CO2
2H2 4
+ +
O2 32
→ →
2H2O 36
4 kg hidrogen memerlukan 32 kg oksigen membentuk 36 kg air, oleh karena itu 1 kg hidrogen memerlukan 32/4 kg atau 8 kg oksigen oksi gen (12) H2 + (12 x 8) O2 → (12 x 9) H2O S + O2 → SO2 32 + 32 → 64 32 kg sulfur memerlukan 32 kg oksigen membentuk 64 kg sulfur dioksida, oleh karena itu 1 kg sulfur memerlukan 32/32 kg atau 1 kg oksigen (0,5) S +
(0,5 x 1) O 2
Okaigen total yang dibutuhkan (229,07+96+0,5)
15
→
1,0 SO2
=
325,57 kg
Oksigen yang sudah ada di dalam 100 kg bahan bakar (ditentukan) Oksigen tambahan yang diperlukan
=
0,7 kg
= =
325,57 – 325,57 – 0,7 0,7 324,87 kg
Jadi, jumlah jumlah udara udara kering yang yang dinutuhkan = (324,87) (324,87) / 0,23 0,23 (udara mengandung 23% berat oksigen) = 1412,45 kg udara Udara teoritis yang diperlukan
= (1412,45) / 100 = 14,12 kg udara / kg bahan bakar
Jadi, dari contoh diatas terlihat, untuk membakar setiap kg minyak bakar, diperlukan udara 14,12 kg.
Spesifikasi Bahan Bakar Motor Bensin
Menurut Anis (2012), terdapat tiga spesifikasi bahan bakar motor bensin. Berikut ini merupakan penjelasannya. 1)
Sifat Utama Bensin
Bensin mengandung hydrocarbon hydrocarbon hasil sulingan dari produksi minyak mentah. Bensin mengandung gas yang mudah terbakar, pada umumnya bahan bakar ini digunakaan untuk mesin dengan pengapian busi. Sifat yang dimiliki bensin sebagai berikut:
Mudah menguap pada temperature normal
Tidak berwarna, tembus pandang dan berbau
Mempunyai titik nyala rendah (-10° sampai -15°C)
Mempunyai berat jenis yang rendah (0,60-0,78)
Dapat melarutkan oli dan karet
Menghasilkan jumlah panas yang besar (9,500-10,500 kcal/kg)
Sedikit meninggalkan karbon setelah dibakar
Mesin bensin saat ini menggunakan bensin dengan komposisi yang seimbang untuk memperoleh kemampuan yang optimal pada berbagai tingkat kecepatan. 2)
Syarat-Syarat Bensin
Kualitas berikut ini diperlukan oleh bensin untuk memberikan kerja mesin yang lembut.
16
Mudah Terbakar Pembakaran serentak didalam ruang bakar dengan sedikit knocking.
Mudah menguap Bensin harus mampu membentuk uap dengan mudah untuk memberikan campuran udara-bahan bakar dengan tepat saat menghidupkan mesin yang masih dingin
Tidak beroksidasi dan bersifat pembersih Sedikit perubahan kualitas dan perubahan bentuk selama disimpan. Selain itu juga bensin harus mencegah pengendapan pada system pada system intake. intake.
3)
Nilai Oktana
Nilai Oktan (Octane Number ) atau tingkatan dari bahan bakar adalah mengukur bahan bakar bensin terhadap anti-knock characteristic. characteristic. Bensin dengan nilai oktan tinggi akan tahan terhadap timbulnya engine engine knocking dibanding dengan nilai oktan yang rendah. Ada dua cara yang digunakan untuk mengukur nilai oktana: Research oktana: Research method dan dan motor method . Research method adalah yang paling umum digunakan dan spesifikasi nilai oktannya, dengan metode ini ditetapkan dengan istilah RON ( Research ( Research Octane Number ). ). Bensin dengan nilai oktan 90 umumnya disebut bensin biasa dan yang nilai oktannya lebih dari 95 disebut oktan tinggi atau super atau yang kita sebut premium.
Mesin
yang mempunyai perbandingan
kompresi
yang
tinggi
memerlukan bahan bakar bensin yang mempunyai nilai oktana yang tinggi untuk menghilangkan knocking dan menghasilkan purtaran yang lembut. Ada sedikit kerugian menggunakan bensin beroktan tinggi pada mesin biasa yang mempunyai perbandingan kompresi rendah. Bensin “ oktan tinggi” dan biasa banyak tersedia pada stasiun pompa bensin. Bilangan oktana suatu bahan bakar diukur dengan mesin CFR ( Coordinating Fuel Research), Research), yaitu sebuah mesin penguji yang perbandingan kompresinya dapat di ubah-ubah. Di dalam pengukuran itu ditetapkan kondisi standar operasinya (putaran, temperatur, tekanan, dan kelembaban relatif dari udara yang masuk, dan sebagainya) dan bahan bakar yang akan digunakan sebagai pembanding atau pengukur. pengukur.
17
Untung motor bensin di tetapkan heptana normal dan isooktana sebagai bahan bakar pembanding. Heptana normal adalah bahan bakar hi drokarbon (rantai lurus) yang mudah berdetonasi di dalam motor bensin, oleh karna itu dinyatakan sebagai bahan bakar dengan bilangn oktana sama dengan nol. Iso-oktana adalah suatu jenis bahan bakar hidrokarbon yang tidak mudah berdetonasi, dalam hal ini dinyatakan sebagai bahan bakar dengtan bilangan oktana sama dengan 100. Apabila suatu bahan bakar dengan bilangan oktana yang tinggi hendak digunakan pada mesin yanag sebenarnya dirancang untuk menggunakan bahan bakar dengan bilangan oktana yang rendah tanpa detonasi, tidak akan terlihat adanya perbaikan pada efisiensi dan daya yang dihasilkan. Keuntungan yang dapat diperoleh dari bahan bakar dengan bilangan oktana yang tinggi adalah bahwa ia tidak peka terhadap detonasi. Oleh karena itu sangat cocok untuk digunakan pada mesin dengan perbandingan komperesi yang tinggi untuk memperoleh efisiensi yang tinggi tanpa detonasi, juga pada mesin dengan supercharger yang yang bertujuan menaikan daya poros. Disamping itu juga sangat berguna untuk menaikan daya dan efisiensi dengan jalan memajukan saat penyalaan. Hal terakhir ini dilakukan apabila semula ditetapkan saat penyalaan yang lebih lambat hanya dengan alasan hendak mencegah terjadinya detonasi. Karekteristik mesin bensin.
Kecepatan tinggi dan tenaganya besar
Mudah pengoperasiannya
Pembakarannya sempurna
Umumnya digunakan untuk mobil penumpang, kendaraan truk yang kecil, dan sebagainya.
4)
Perbandingan Udara Dengan Bahan Bakar
Sebagai contoh perbandingan campuran udara dengan bahan bakar: Diketahui:
C8H18 = iso oktana bilangan oktan =100 C7H16 = n heptana bilangan oktan = 0
Ditanya:
Perbandingan campuran bahan bakar dengan udara
Jawab:
C8H18
C8H18
=
+
Mr
=
114
Mol
=
1/114
12,5 O2
18
8 CO2
+
9 H20
2C8H18
+
25 O2
oksigen yang dibutuhkan
16 CO2
+
18 H20
= 25/2 x (1/114) mol = (25/2 x 1/114 ) x 2.16 kg
% berat oksigen
= 23 %
kebutuhan udara iso oktana
= 100/23 100/23 x 25/2 x 1/114 x 32 kg = (100.25.16) / (23.114) kg = 15,25 kg
Perbandingan udara dengan bahan bakar dinyatakan dalam volume atau volume atau berat dari bagian udara dan bahan bakar. Pada umumnya, perbandingan udara dan bahan bakar dinyatakan berdasarkan perbandingan berat udara dengan berat bahan bakar. Bensin harus dapat terbakar keseluruhannya di dalam ruang bakar untuk menghasilkan tenaga yang besar pada mesin. Perbandingan udara dan bahan bakar dalam teorinya adalah 15:1, yaitu 15 untuk udara berbanding 1 untuk bensin. Tetapi pada kenyataannya, mesin menghendaki campuran udara dan bahan bakar dalam perbandingan yang berbeda-beda tergantung pada temperatur , kecepatan mesin, beban, dan kondisi lainya. lain ya. Adapun kesimpulan dari perbandingan bahan bakar dengan udara.
5)
Bahan Bakar : Udara = 1 : 15
Normal
Bahan Bakar : Udara = 1 : <15
Gemuk
Bahan Bakar : Udara = 1 : > 15
Kurus
Proses pembakaran
Campuran bahan bakar-udara didalam selinder motor bensin harus sesuai dengan syarat busi, yaitu jangan terbakar sendiri. Ketika busi mengeluarkan api listrik, yaitu pada saat beberapa derajat engkol sebelum torak mencapai TMA, campuran bahan bakar-udara disekitar itulah mula-mula terbakar. Kemudian nyala api merambat kesegala arah dengan kecepatan yang sangat tinggi (25-50 m/detik), menyalakan campuran yang dilaluinya sehingga tekanan gas didalam silinder naik, sesuai dengan jumlah bahan bakar yang terbakar. Sementara itu campuran dibagian yang terjauh dari busi masih menunggu giliran untuk terbakar. Akan tetapi ada kemungkinan bagian campuran tersebut terakhir, karena terdesak oleh penekanan torak maupun oleh gerakan nyala api pembakaran pembakaran yang merambat dengan cepat itu, suhunya dapat
19
melampaui suhu penyalaan sendiri sehingga akan terbakar dengan cepatnya. Proses terbakar sendiri dari bagian campuran yang terakhir (terjatuh dari busi) dinamai detonasi. Tekanan didalam selinder tersebut dapat mencapai 130-200 kg/cm², dengan frekuensi getaran mencapai 4000-5000 cps. Detonasi yang cukup berat menimbulkan suara seperti bunyi pukulan palu pada dinding logam. Bunyi tersebut jelas terdengar pada mesin mobil atau sepeda motor. Akan tetapi pada mesin pesawat pesawat terbang jarang terdengar karena terkalahkan oleh bunyi bunyi
gas
pembakaran yang keluar dari mesin dan bunyi bunyi baling-baling. Detonasi yang berulang-ulang dalam waktu yang cukup lama dapat merusak bagian ruang bakar, terutama bagian tepi dari kepala torak tempat detonasi terjadi. Disamping itu detonasi mengakibatkan bagian ruang bakar (misalnya busi atau kerak yang ada) sangat tinggi temperaturnya, atau pijar, sehingga dapat menyalakan campuran bahan bakar-udara sebelum waktunya (pranyala). Pranyala ini serupa dengan penyalaan yang terlalu pagi. Jadi, dapat mengurangi daya dan efisiensi mesin, sedangkan tekanan maksimum gas pembakaranpun akan bertambah tinggi. Karena Kar ena itu, detonasi yang dahsyat tidak di kehendaki dan harus dicegah seluruh campuran bahan bakar-udara harus dinyalakan oleh nyala api yang berasal dari busi. Berikut ini beberapa cara untuk mencegah detonasi : a.
Mengurangi tekanan dan temperatur bahan bakar-udara yang masuk kedalam silinder.
b.
Mengurangi perbandingan kompresi.
c.
Memperlambat saat penyalaan.
d.
Memperkaya yaitu menaikan perbandingan campuran bahan bakar-udara atau mempermiskin yaitu yaitu menurunkan campuran bahan baka-udara dari suatu harga perbandingan campuran (misalnya, f=0,08) yang sangat mudah berdetonasi.
e.
Menaikan kecepatan torak atau putaran poros engkol, untuk memperoleh arus turbulen pada campuran didalam silinder yang mempercepat rambatan nyala api.
20
f.
Memperkecil diameter torak untuk memperpendek jarak yang ditempuh oleh nyala api dari busi kebagian yang terjauh. Hal ini bisa juga di capai jika dipergunakan busi lebih dari satu.
Membuat kontruksi ruang bakar demikian rupa sehingga bagian yang terjauh dari busi dan mendapat pendinginan yang lebih baik. Caranya ialah dengan memperbesar perbandingan antara luas pemukaan dan volume sehingga diperoleh ruangan yang sempit. Apabila detonasi itu terjadi juga, hanyalah dalam bagian yang kecil jumlahnya sehingga tidak membahayakan. Disamping itu busi ditempatkan dipusat ruang bakar yaitu di antara katup buang bagian yang panas dan katup isap tepat kemungkinan basar terdapat campuran campuran yang kaya.
Spesifikasi Bahan Bakar Motor Diesel
Menurut Anis (2012), terdapat tiga spesifikasi bahan bakar motor diesel. Berikut ini merupakan penjelasannya. 1)
Sifat utama dari bahan bakar diesel
Bahan bakar diesel biasa juga disebut light oil atau solar, adalah suatu campuran dari hydrocarbon hydrocarbon yang telah di destilasi setelah bensin dan minyak tanah dari minyak mentah pada temperatur 200 sampai 340. Sebagian besar solar digunakan untuk menggerakkan mesin diesel. Bahan bakar diesel mempunyai sifat utama sebagai berikut.
Tidak berwarna atau sedikit sedi kit kekuning-kuningan dan berbau.
Encer dan tidak menguap dibawah temperatur normal.
Mempunyai titik nyala tinggi (40 0C-1000C).
Terbakar spontan pada 350 0C, sedikit dibawah temperatur bensin yang terbakar sendiri sekitar 5000C.
2)
Mempunyai berat jenis 0,82-0,86.
Menimbulkan panas yang besar (sekitar 10.500 kcal/kg).
Mempunyai kandungan sulfur lebih besar dibanding bensin.
Syarat-syarat solar
Kualitas solar yang diperlukan sebagai berikut.
Mudah terbakar
21
Waktu tertundanya pembakaran harus pendek/singkat sehingga engine mudah dihidupkan. Solar harus dapat memungkinkan engine bekerja lembut dengan sedikit knocking.
Tetap encer pada suhu dingin (tidak mudah membeku) Solar harus tetap cair pada temperatur rendah sehingga engine akan mudah dihidupkan dan berputar lembut.
Daya Pelumasan Solar juga berfungsi sebagai pelumas untuk pompa injeksi dan nozzel . Oleh karena itu harus mempunyai sifat daya pelumas yang baik.
Kekentalan Solar harus mempunyai kekentalan yang memadai sehingga dapat disemprotkan oleh injektor.
Kandungan Sulfur Sulfur merusak pemakaian komponen engine, engine, dan kandungan sulfur solar harus sekecil mungkin.
Stabil Tidak berubah alam kualitas, tidak mudah larut selama dis impan.
3)
ber ) Nomor Cetane ( (Cetane N um ber
Nomor cetane cetane atau tingkatan dari solar adalah satu cara untuk mengontrol bahan bakar solar dalam kemampuan untuk pencegah terjadinya knocking . Tingkatan yang lebih besar memiliki kemampuan yang lebih baik. Ada dua skala index untuk index untuk mengontrol kemampuan solar untuk mencegah knocking dan dan mudah terbakar yaitu cetane index dan index dan diesel index diesel index.. Minimal tingkatan cetane yang dapat diterima untuk bahan bakar yang digunakan untuk engine diesel engine diesel kecepatan tinggi umumnya 40-45. Oleh karena, itu engine engine diesel perbandingan kompresinya (15:1-22:1) lebih tinggi daripada engine engine bensin(6:1-12:1) dan juga engine engine diesel dibuat dengan kontruksi yang jauh lebih kuat dari pada engine bensin. engine bensin. Dibandingkan dengan engine engine bensin pada engine engine diesel mempunyai keuntungan dan kerugian sebagai berikut:
22
Keuntungan :
Engine diesel Engine diesel mempunyai efesiensi panas yang lebih besar. Hal ini berarti bahwa penggunaan bahan bakarnya lebih ekonomis dari pada engine bensin.
Mesin diesel bisa lebih lama dan tidak memerlukan electric igniter . Hal ini berarti bahwa kemungkinan kesulitan lebih kecil daripada engine bensin. engine bensin.
Momen pada engine engine diesel tidak berubah pada jenjang tingkat kecepatan yang luas. Hal ini berarti bahwa engine diesel lebih fleksibel dan lebih mudah dioperasikan dari pada engine bensin engine bensin (Hal inilah sebabnya engine diesel digunakan pada kendaraan-kendaraan yang besar).
Kerugian :
Tekanan pembakaran maksimum hampir dua engine bensin. engine bensin. Hal ini berarti bahwa suara dan getaran engine diesel engine diesel lebih besar.
Tekanan pembakarannya yang lebih tinggi, maka engine diesel harus dibuat dari bahan yang tahan tekanan tinggi dan harus mempunyai struktur yang sangat. Hal ini berarti bahwa untuk daya kuda yang sama, engine diesel jauh lebih berat dari pada engine engine bensin dan biaya pembuatannya pun menjadi lebih mahal.
Engine diesel Engine diesel memerlukan sistem injeksi bahan bakar yang presisi. Dan ini berarti bahwa harganya lebih mahal dan memerlukan pemeliharaan yang lebih cermat dibanding dengan engine bensin. engine bensin.
Engine Engine diesel mempunyai perbandingan kompresi yang lebih tinggi dan membutuhkan gaya yang lebih besar untuk memutarnya. Oleh karena itu engine engine diesel memerlukan alat pemutar seperti motor stater dan baterai yang berkapasitas lebih besar.
. PENUTUP Kesimpulan
Bahan bakar adalah setiap bahan yang dapat digunakan untuk menghasilkan energi untuk menghasilkan kerja mekanik secara terkendali. Dengan kata lain adalah zat yang menghasilkan energi, terutama panas yang dapat digunakan. Ditinjau dari sudut teknis dan ekonomis, bahan bakar diartikan sebagai
23
bahan yang apabila dibakar dapat meneruskan proses pembakaran tersebut dengan sendirinya, disertai dengan pengeluaran kalor. Pada umumnya bahan bakar diklasifikasikan menjadi tiga yaitu cair, padat, dan gas. Bahan bakar yang berbentuk cair contohnya bensin, solar, dan lain-lain. Bahan bakar yang berbentuk padat contohnya batubara sedangkan yang berbentuk gas contohnya LPG. Pada motor pembakaran dalam seperti motor bensin dan diesel menggunakan bahan bakar benrbentuk cair yaitu bensin dan solar.
DAFTAR RUJUKAN
Anis. 2012. Bahan Bakar dan Pembakaran Motor Diesel dan Bensin. (Online), (http://anistkr.blogspot.com/2012/08/bahan-bakar-solar-dan-pembakaranmotor.html)), diakses 22 November 2014 motor.html Shaha, A.K. 2006. Peralatan Termal: Bahan Bakar dan Pembakaran. Pembakaran. (Online), (www.energyeffiencyasia.org www.energyeffiencyasia.org)), diakses 22 November 2014 Tim
Penulis.
2014.
Bahan
Bakar.
(Online),
(http://id.wikipedia.org/wiki/Bahan_bakar ), diakses 22 November 2014
24