KASUS KEPAILITAN PT KATARINA UTAMA TBK
Profil Perusahaan
PT Katarina Utama Tbk. ("Perusahaan") didirikan di Indonesia pada tanggal 20 Juni 1997 berdasarkan akta Notaris Miryam Magdalena Indrani Wiardi, S.H, No.88. Akta pendirian tersebut telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No. C2-10.522.HT.01.01.TH.1997 tanggal 8 Oktober 1997 dan telah diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No.24 tanggal 23 Maret 1999, Tambahan No.1789. Anggaran Dasar Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan, terakhir dengan akta Notaris Leolin Jayayanti, S.H., No.1 tanggal 2 Desember 2008, antara lain sehubungan dengan rencana penawaran umum saham Perusahaan kepada masyarakat, perubahan nama Perusahaan menjadi PT Katarina Utama Tbk, perubahan nilai nominal saham dan perubahan beberapa pasal dalam anggaran dasar Perusahaan untuk disesuaikan dengan ketentuan Peraturan BAPEPAM & LK No.IX.J.1 mengenai "Pokok-pokok Anggaran Dasar Perseroan yang Melakukan Penawaran Umum Efek Bersifat Ekuitas dan Perusahaan Publik". Akta perubahan tersebut telah mendapatkan pengesahan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No.AHU-94117.AH.01.02 Tahun 2008 tanggal 5 Desember 2008 (lihat catatan 17).
Sesuai Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup Perusahaan terutama adalah bergerak dalam bidang perdagangan dan jasa konsultasi manajemen dibidang telekomunikasi serta pemasangan (installation), pengujian (testing), dan uji kelayakan (commissioning) (ITC) berbagai jenis produk dan peralatan telekomunikasi.
Perusahaan berkedudukan di Jakarta, dengan kantor pusat berlokasi di Rukan Tiara Buncit Blok A1-A2, Jl. Kemang Utara IX No.9, Jakarta. Perusahaan memulai kegiatan usaha komersilnya pada tahun 1997.
Pada tanggal 30 Juni 2009, Perusahaan memperoleh Surat Pernyataan Efektif dari Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (BAPEPAM-LK) dengan Suratnya No.S-5700/BM/2009 untuk melakukan penawaran umum perdana 210.000.000 saham kepada masyarakat dengan nilai nominal Rp 100 per saham dan harga penawaran sebesar Rp 160 per saham. Pada tanggal 14 Juli 2009, seluruh saham tersebut telah dicatat di Bursa Efek Indonesia.
Pada tanggal 31 Maret 2010 dan 2009, jumlah saham yang beredar masing-masing sebesar 810.000.000 saham dan 600.000.000 saham.
Kepailitan PT Katarina Utama
Bermula pada tanggal 10 Juni 2009, perusahaan yang didirikan 20 Juni 1997 itu memperoleh surat pernyataan efektif dari BAPEPAM-LK untuk melakukan penawaran umum perdana (IPO) atas 210 juta saham atau setara 25,95% dari modal disetor kepada public dengan nilai nominal Rp 100 per saham dan harga penawaran Rp 160 per saham. Dari hasil penawaran umum tersebut PT Katarina Utama Tbk mendapatkan dana Rp 33,6 miliar.
Pada 14 Juli 2009, seluruh saham tersebut sudah dicatat di BEI. Biaya emisi IPO dianggarkan sebesar 7,85% atau sebesar Rp 2,637 miliar. Itu berarti dana IPO yang diperoleh perseroan setelah dikurangi biaya IPO sebesar Rp 30,962 miliar.
Sebelum melakukan IPO, PT Katarina Utama diduga telah mempercantik laporan keuangan tahun 2008. KAP Budiman, Wawan, Pamudji & Rekan adalah KAP yang melakukan audit atas laporan keuangan PT Katarina Utama pada tahun 2008 Dalam dokumen laporan keuangan 2008 nilai asset perseroan terlihat naik hampir 10 kali lipat dari Rp 7,9 miliar pada 2007 menjadi Rp 76 miliar pada 2008. Adapun ekuitas perseroan tercatat naik 16 kali lipat menjadi Rp 64,3 dari Rp 4,49 miliar.
Seperti tahun 2008, laporan keuangan tahun 2009 juga diduga penuh angka-angka fiktif. Dalam laporan keuangan audit 2009, Katarina mencantumkan ada piutang usaha dari MIG sebesar Rp 8,606 miliar dan pendapatan dari MIG sebesar Rp 6,773 miliar, selain itu PT Katarina Utama Tbk melakukan penggelembungan asset dengan memasukan sejumlah proyek fiktif senilai Rp 29,6 miliar. Rinciannya adalah piutang proyek dari PT Bahtiar Mastura Omar Rp 10,1 miliar, PT Ejey Indonesia Rp 10 miliar dan PT Inti Bahana Mandiri Rp 9,5 miliar.
Setahun pasca listing dugaan penyelewengan dana IPO mulai tercium otoritas bursa dan pasar modal atas laporan pemegang saham dan Forum Komunikasi Pekerja Katarina (FKPK). PT Katarina Utama Tbk diduga melakukan penyalahgunaan dana hasil IPO sebesar Rp 28,971 miliar dari total yang diperoleh sebesar Rp 33,60 miliar. Realisasi dana IPO diperkirakan hanya sebesar Rp 4,629 miliar.
Menurut rencana prospectus, dari dana hasil penawaran umum perseroan menjanjikan sekitar 54,05% akan dipakai untuk kebutuhan modal kerja sementara 36,04% sisanya akan diperuntukan untuk membeli berbagai peralatan proyek.
Dugaan penyelewengan tersebut dipicu oleh laporan keuangan perseroan yang menunjukan angka-angka yang tidak normal. Pada 2010, jumlah asset terlihat menyusut drastic dari Rp 105,1 miliar pada 2009, menjadi Rp 26,8 miliar. Ekuitas anjlok dari Rp 97,96 miliar menjadi Rp 20,43 miliar. Adapun pendapatan yang tadinya sebesar Rp 29,9 miliar, hanya tercatat Rp 3,7 miliar. Perseroan pun menderita kerugian sebesar Rp 77miliar dari periode sebelumnya yang memperoleh laba Rp 55 miliar.
Pada 1 September 2010 saham PT Katarina Utama Tbk (RINA) disuspensi oleh Bursa Efek Indonesia. Audit yang dilakukan oleh KAP Akhyadi Wadisono memberikan opini disclaimer selama tahun 2010 dan 2011. Tanggal 1 Oktober 2012 otoritas bursa memberikan sanksi administartif dan melakukan delisting atas saham PT Katarina Utama tbk, yang berkode RINA.
Akibat kasus ini perusahaan tidak dapat memenuhi hak-hak karyawannya. Bahkan selama ini manajemen tidak menyampaikan secara utuh dana jamsostek yang dipotong dari gaji karyawan, ada juga karyawan yang tidak mengikuti jamsostek tetapi gajinya juga ikut dipotong. Perusahaan Listrik Negara telah memutuskan aliran listrik ke kantor cabang PT Katarina Utama di Medan karena tidak mampu membayar tunggakan listrik sebesar 9 juta untuk tagihan 3 bulan berjalan.
Sehubungan dengan proses penghapusan pencatatan efek perseroan, selanjutnya perdagangan efek di Pasar Negosiasi akan dilakukan selama 20 hari bursa yakni mulai 3-28 September 2012. Setelah itu efektif delisting pada 1 Oktober 2012, penghapusan saham RINA karena perseroan mengalami kondisi atau peristiwa yang secara signifikan berpengaruh negatif terhadap kelangsungan usaha, baik secara finansial atau secara hukum. Kondisi tersebut juga berpengaruh negatif terhadap kelangsungan status perusahaan sebagai perusahaan tercatat dan perusahaan terbuka. Perusahaan juga tidak dapat menunjukkan indikasi pemulihan yang memadai.
Sebelumnya, Direktur Penilaian Perusahaan BEI, Hoesen, mengatakan, RINA tidak jelas struktur pemegang sahamnya. Perusahaan itu mempunyai masalah atas dugaan manajemen yang seluruhnya ekspatriat asal Malaysia menyelewengkan perolehan dana penawaran umum saham perdsana (IPO), penggelembungan aset serta memanipulasi laporan keuangan auditan 2009.
Perusahaan itu tidak menunjukkan going concern di pasar modal, dari perolehan dana IPO itu tercatat sebesar Rp33,6 miliar, manajemen diduga menggelapkan sebesar Rp29,6 miliar.
Penyebab Terjadinya Penyalahgunaan Dana Penawaran dan Manipulasi Laporan
Kegagalan Pengendalian Internal
Penyalahgunaan dana penawaran umum ini disebabkan karena adanya kelemahan dalam pengendalian internan PT Katarina Utama. Akibat lemahnya pengendalian internal tersebut pihak menajemen hanya merealisasikan sebagian kecil dana hasil penawaran umum, sedangkan selebihnya diduga diselewengkan oleh pihak manajemen.
Selain itu manipulasi laporan keuangan juga disebabkan oleh pihak internal yang dengan sengaja melakukan manipulasi guna mempercantik angka-angka dalam laporan keuangan agar menarik investor yang akan membeli saham PT Katarina Utama.
Keterlibatan Pihak Auditor Eksternal
Meskipun belum ada pernyataan dari otoritas bursa mengenai keterlibatan pihak yang mengaudit laporan keuangan 2008, namun kuat dugaan adanya keterlibatan pihak auditor. Hal ini karena hasil audit yang dikeluarkan KAP Budiman, Wawan, Pamudji dan Rekan justru menyatakan opini wajar padahal ada dugaan laporan keuangan tersebut telah dimanipulasi. Dugaan keterlibatan pihak auditor semakin kuat setelah KAP Akhyadi Wadisono melakukan audit atas laporan keuangan 2010 dan memberikan opini disclaimer karena tidak dapat melakukan konfirmasi atas transaksi yang ada.
Lemahnya Pengawasan Otoritas Bursa
Adamya kasus ini menjukan bahwa otoritas bursa masih mempunyai kelemahan dalam pengawasannya. Otoritas bursa, dalam hal ini BEI dan Bapepam-LK baru menyadari adanya keganjilan pada PT Katarian Utama Tbk setelah pada Agustus 2010 pemegang saham dan Forum komunikasi Pekerja Katarina (FKPK) melaporkan adanya penyimpangan dana hasil penawaran umum.
Analisi Laporan Keuangan PT. Katarina Utama
HASIL ANALISIS LAPORAN KEUANGAN
PT. KATARINA UTAMA ( RINA )
TAHUN 2008 – TAHUN 2009
Ratio
Tahun
2008
2009
Likuiditas
a. Current Ratio
486%
614%
b. Quick Ratio
486%
614%
c. Cash Ratio
0.85%
83.64%
d. Working Capital to Total Assets
46.68%
50.73%
Leverage
a. Total Debt to Equity Ratio
18.3%
13.4%
b. Total Debt to Total Capital Ratio
15.5 %
11.8%
Aktivitas
a.Total Assets Turnover
0
0
b. Receivable Turnover
0
0
c. Inventory Turnover
0
0
d. Working Capital Turnover
0
0
Profitabilitas
a. Gross Profit Margin
0
0
b. Operating Income Ratio
0
0
c. Operating Ratio
0
0
d. Net Profit Margin
0
0
1. LIKUIDITAS
a. Current Ratio
Current ratio PT.Katarina Utama pada tahun 2008 menunjukkan angka 486% yang artinya setiap kewajiban lancar Rp 1 akan dijamin oleh Rp 4,86 aktiva lancar. Pada tahun 2009 meningkat menjadi 614% artinya setiap kewajiban lancar Rp 1 akan dijamin oleh Rp 6,14 aktiva lancar. Current ratio PT. KATARINA UTAMA dari tahun 2008sampai dengan tahun 2009 mengalami peningkatan , kenaikan rasio ini terjadi karena jumlah kenaikan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan jauh lebih besar dari jumlah hutang lancar yang setiap tahunnya selalu berkurang. Kinerja perusahaan tersebut juga cukup baik karena berada diatas ketentuan yaitu 1 : 2 dan berada diatas 200 %.
b. Quick Ratio
Quick ratio PT PT. KATARINA UTAMA pada tahun 2008 menunjukkan angka486% yang artinya setiap kewajiban lancar Rp 1 akan dijamin oleh Rp 4,86 aktiva lancar berupa kas, bank dan piutang. Pada tahun 2009 meningkat menjadi 614% artinya setiap kewajiban lancar Rp 1 akan dijamin oleh Rp 6,14 aktiva lancar. Quick ratio PT. KATARINA UTAMA dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2009 mengalami peningkatan. Pada tahun 2008 sampai 2009 kinerja keuangan perusahaan cukup baik karena aktiva lancar berupa kas, bank dan piutang cukup menjamin hutang lancar.
c. Cash Ratio
Cash ratio PT. KATARINA UTAMA pada tahun 2008 menunjukkan angka 0,85% yang artinya setiap kewajiban lancar Rp 1 akan dijamin oleh Rp 0,0085 aktiva lancar berupa kas, bank, deposito. Pada tahun 2009 meningkat menjadi 83,64% artinya setiap kewajiban lancar Rp 1 akan dijamin oleh Rp 0,84 aktiva lancar berupa kas dan bank. Cash ratio PT. KATARINA UTAMA dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2009 selalu meningkat dan kinerja perusahaan juga kurang baik karena perusahaan belum mampu memaksimalkan aktiva lancar berupa kas,bank, dan deposito hal ini dapat dilihat angka rasio yang sangat rendah khususnya terjadi ditahun 2008 sampai dengan 2009 yang di bawah 100%.
d. Working Capital to Total Assets Ratio
Working capital to total assets ratio PT. KATARINA UTAMA tahun 2008menunjukkan angka 46,68% artinya perusahaan memiliki modal kerja kotor 46,68% dari jumlah aktiva yang dimiliki oleh perusahaan. Tahun 2009 mengalami peningkatan menjadi50,73% artinya perusahaan memiliki modal kerja kotor 50,73% dari jumlah aktiva yang dimiliki oleh perusahaan.
Working capital to total assets ratio PT. KATARINA UTAMA mengalami peningkatan, kinerja perusahaan pada tahun 2008 masih kurang baik karena perusahaan memiliki modal kerja kurang dari 50% berasal dari aktiva perusahaan sendiri bukan dari pinjaman modal luar,sedangkan pada tahun 2009 kinerja perusahaan cukup baik karena modal kerja berada lebih dari 50%.
2. SOLVABILITAS ( LEVERAGE RATIO)
a. Total Debt to Equity Ratio
Total debt to equity ratio PT. KATARINA UTAMA tahun 2008 menunjukkan angka 18,3% artinya jumlah kewajiban 0.18% dari kekayaan bersih. Tahun 2009 rasio ini menurun menjadi 13,4% artinya jumlah kewajiban 0,13% dari kekayaan bersih. Kinerja keuangan PT. KATARINA UTAMA dilihat dari total debt to equity ratio selama tahun 2008 sampai tahun 2009 dinilai kurang baik karena jumlah kekayaan bersih jauh lebih kecil dari jumlah kewajiban yang dimiliki.
b. Total Debt to Total Assets Ratio
Total debt to total capital ratio PT. KATARINA UTAMA tahun 2008menunjukkan angka 15,5% artinya jumlah kewajiban perusahaan 15,5% jika dibandingkan dengan jumlah aktiva. Tahun 2009 rasio ini menurun menjadi 11,8% artinya jumlah kewajiban perusahaan 11,8% jika dibandingkan dengan jumlah aktiva.
Kinerja keuangan PT. KATARINA UTAMA dilihat dari perhitungan total debt to total capital ratio selama tahun 2008 sampai dengan tahun 2009 dinilai sudah baik karena jumlah kekayaan bersih lebih besar dari jumlah kewajiban yang dimiliki oleh perusahaan.
Untuk tingkat perhitungan nilai Aktivitas dan Profitabilitas tidak diketahui, karena perusahaan tersebut tidak mencantumkan data analisis data penjualan perusahaan,tetapi dapat kita lihat melalui neraca bahwa setiap tahun perusahaan kontraktor ini mendapatkan keuntungan yang cukup baik.
Kesimpulan :
Untuk meningkatkan kualitas sumber daya PT. KATARINA UTAMA harus lebih meningkatkan nilai Likuiditas dari tingkat cash rasio agar perusahaan mampu memaksimalkan aktiva lancar. Sedangkan dari tingkat Laverage ditinjau dari perhitungan Total Debt to Equire Ratio bahwa perusahaan harus meningkatkan nilai kekayaan bersih sehingga mampu menutupi kewajiban perusahaan.