17
MAKALAH PENGELOLAAN AIR UNTUK PERTANIAN
KEBUTUHAN DAN USAHA PENGELOLAAN PEMBERIAN AIR UNTUK TANAMAN PADI SAWAH (Oryza sativa L.)
Oleh:
Nurlana Rahayu
A1L113009
KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2015
PRAKATA
Assalamualaikum Wr.Wb.
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang atas izin-Nya penulis akhirnya dapat menyelesaikan makalah dengan judul "Kebutuhan dan Usaha Pengelolaan Pemberian Air Untuk Tanaman Padi Sawah (Oryza Sativa L.)". Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas salah satu mata kuliah Pengelolaan Air untuk Pertanian. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak, Drs.Suwardi, M.Si. selaku dosen pengampu Pengelolaan Air untuk Pertanian yang telah mendukung dalam penyusunan makalah ini .
Akhirnya, penulis berharap agar makalah ini dapat berguna bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya, serta penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna kebaikan penulisan di masa yang akan datang.
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
Purwokerto, 17 Juni 2015
Penulis
DAFTAR ISI
PRAKATA...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
PENDAHULUAN..........................................................................................1
Latar Belakang.............................................................................................1
Tujuan..........................................................................................................2
PEMBAHASAN.............................................................................................3
Pengelolaan pengairan................................................................................3
Kebutuhan Air Pada Tanaman Padi............................................................5
Komponen Kebutuhan Air Irigasi...............................................................6
Kebutuhan Air Untuk Padi Sawah Secara Umum......................................7
Metode Kebutuhan Air Tingkat Usaha Tani dan Perhitungan Kebutuhan Air Irigasi.............................................. .....................................................7
Lama dan Interval Pemberian air................................................................9
Kebutuhan Air Sesuai Tahap Pertumbuhannya........................................10
Pemberian Air Pengairan Pada Petak-Petak Persawahan.........................11
Cara Pembagian Air Irigasi.......................................................................13
PENUTUP................................ ...................................................................14
Kesimpulan......................................................... .......................................14
Saran......................................................... .................................................15
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................16
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Air adalah semua air yang terdapat di dalam dan atau berasal dari sumber-sumber air, baik yang terdapat di atas maupun dibawah permukaan tanah. Air memiliki peranan yang sangat penting bagi pertanian utamanya bagi usaha tani padi sawah. Tanaman padi merupakan tanaman yang banyak membutuhkan air, khususnya pada saat tumbuh mereka harus selalu tergenangi air. Agar produktivitas padi dapat efektif dalam satu satuan luas lahan, maka dibutuhkan suplay air yang cukup melalui irigasi. Irigasi merupakan prasarana untuk meningkatkan produktifitas lahan dan meningkatkan intensitas panen pertahun. Tersedianya air irigasi yang cukup terkontrol merupakan input untuk meningkatkan produksi padi.
Mengingat begitu pentingnya irigasi maka kebijaksanaan pemerintah dalam pembangunan pengairan harus diikuti dengan perluasan jaringan irigasi. Pembangunan dan rehabilitas jaringan irigasi perlu ditingkatkan untuk memelihara tetap berfungsinya sumber air dan jaringan irigasi bagi pertanian. Dalam rangka usaha meningkatkan pembangunan di sektor pertanian untuk mencukupi kebutuhan pangan khususnya beras, salah satu upaya pemerintah Indonesia adalah menempatkan pembangunan di sektor irigasi. Oleh karena itu, untuk menunjang ketersediaan air bagi usaha tani padi haruslah dilakukan pengelolaan air secara kontinyu baik dari segi kuantitas maupun kualitas sehinggga menjamin padi agar tidak mengalami kekurangan air yang akan menurunkan hasil produksi.
B. Tujuan
Tujuan dari makalah ini yaitu agar pembaca, khususnya penulis dapat memahami kebutuhan air dan usaha pengelolaan air pada usaha tani padi.
II. PEMBAHASAN
A. Pengelolaan pengairan
Keberhasilan pembangunan bendungan serta sarana-sarana pelengkapnya, jaringan atau saluran salurannya, harus dibarengi dengan keberhasilan maksud atau tujuan pembangunannya, yaitu penyaluran air pengairan ke lahan-lahan pertanian yang lancar, teratur dan memuaskan semua pihak yang berkepentingan dengan air pengairan tersebut. Untuk itu maka diperlukan pengelolaan yang baik (Kartasapoetra, 1994).
Pengelolaan pengairan adalah pelaksanaan semua kegiatan yang berangkaian dan terus-menerus secara terpadu yang dilakukan pada jaringan pengairan sejak kegiatan pengambilan dilanjutkan oleh pengaturan, pengukuran, penyaluran, pembagian, pemberian air pengairan yang aman sampai kepada pemakai air pengairan tersebut di tingkat usaha tani serta kegiatan pembuangan dan pengaliran air dari petak-petak pertanaman ke saluran pembuangan dimana terjadi kejenuhan, sehingga dengan kegiatan-kegiatan yang dilakukan secara mantap dan tepat waktu, pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang dibudidayakan dapat terjamin (Kartasapoetra, 1994).
Pembagian air pengairan yaitu mengalirkan air pengairan ke saluran-salauran primer, sekunder sesuai dengan peraturan dan atau ketentuan yang berlaku, yang dalam pelaksanaanya di bawah pengawasan pihak Dinas Pengairan. Sedang pemberian air pengairan yaitu penyaluran air pengairan dari jaringan utama ke saluran tersier di dalam petak tersier dan selanjutnya memberikan air ke petak-petak sawah. Di tingkat ini yang berperan adalah petugas desa terdiri atas ulu-ulu atau pembantu ulu-ulu sebagai pelaksana teknis dalam hal pengaturan air pengairan. Setelah terbentuknya Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A), ulu-ulu pembantu ulu-ulu tetap diperhatikan sebagai pelaksana teknis dalam pengaturan pemberian air pengairan di pedesaan (Kartasapoetra, 1994).
Kegiatan-kegiatan untuk mencapai terlaksananya pemeliharaan jaringan pengairan, pembagian dan pemberian air pengairaan dalam lingkup rangkaian irigasi teknis dan setengah teknis sederhana yang dikelola secara berangkai dalam keterpaduan petugas-petugas Dinas Pengairan dan desa/P3A, yang kesemuanya memperhatikan peraturan yang berlaku, maka air pengairan dapat dibagi dan diberikan dari sumbernya ke petak-petak usaha tani dengan baik (Kartasapoetra, 1994).
Menurut Kartasapoetra (1994) dalam hal Pengelolaan, pembagian dan pemberian air pengairan dalam suatu daerah, pengairan dengan jangkauan pembagian dan pemberian air pengairannya harus diperhatikan dan ditetapkan agar satu sama lainnya sesuai dengan aspek-aspek teknis pengairan/irigasi. Indonesia yang memiliki 2 musim yakni musim penghujan dan musim kemarau maka pemanfaatan air pengairan selayaknya ditentukan sebagai yang telah berlaku di Jawa Timur, dimana pemanfaatan air pengairan untuk lahan-lahan pertanaman dibagi dalam 2 periode :
Pada pengairan musim penghujan dengan tanaman utama padi, sehingga memperoleh prioritas pertama yaitu:
Pembibitan padi persawahan beserta persiapan penanaman sampai pertumbuhan mencapai umur tertentu.
Petak-petak peikanan milik penduduk yang telah mendapat perizinan.
Petak-petak pertanaman tebu untuk pembibitan sepanjang masih memerlukan air pengairan.
Pada pengairan musim kemarau dengan tanaman utama palawija, sehingga yang memperoleh prioritas pertama yaitu:
Pembibitan padi gadu beserta persiapannya
Pembibitan padi rendeng dengan persiapannya, yang dimajukan jadwal pertanamannya.
Petak-petak pertanaman palawija.
Petak-petak pertanaman tanaman perusahaan sepanjang masih memerlukan air pengairan.
Ketentuan pengairan berdasarkan musim harus disesuaikan dengan kondisi daerah pebutuh air pengairan, oleh pihak Dinas Pengairan dengan sebijaksana mungkin (Kartasapoetra, 1994).
B. Kebutuhan Air Pada Tanaman Padi
Kebutuhan air untuk tanaman padi sawah mencakup perhitungan air yang masuk dan keluar dari lahan sawah. Air di sawah dapat bertambah karena turun hujan, sengaja diairi dari saluran irigasi, dan perembesan dari sawah yang lebih tinggi letaknya. Air di sawah akan berkurang karena terjadinya transpirasi, evaporasi, infiltrasi, perkolasi, bocoran di tanah sawah dan pematang sawah, dan drainase. Berdasarkan kecukupan pasokan air, ada tiga sistem pembagian air, yaitu sistem serentak, sistem golongan, dan sistem rotasi (giliran) (Purba, 2011).
Kebutuhan air untuk tanaman adalah jumlah air yang dibutuhkan oleh tanaman untuk proses pertumbuhannya, sehingga diperoleh tambahan berat kering tanam-an. Kebutuhan air tanaman dapat diukur dari perbandingan berat air yang dibu-tuhkan untuk setiap pertambahan berat kering tanaman. Dari sudut pandang irigasi, kebutuhan air untuk tanaman ditentukan oleh dua proses kehilangan air selama pertumbuhan tanaman, yaitu evaporasi dan transpirasi. Evaporasi adalah kehilangan air karena penguapan dari permukaan tanah dan badan air atau permu-kaan tanaman tanpa memasuki sistem tanaman. Air yang berasal dari embun, hujan atau irigasi siraman yang kemudian menguap tanpa memasuki tubuh tanaman termasuk dalam air yang hilang karena evaporasi ini. Transpirasi adalah kehilangan air karena penguapan melalui bagian dalam tubuh tanaman, yaitu air yang diserap oleh akar-akar tanaman, dipergunakan untuk membentuk jaringan tanam-an dan kemudian dilepaskan melalui daun ke atmosfir. Kedua proses kehilangan air tersebut kemudian sering disebut sebagai evapotranspirasi (Purba, 2011).
Kebutuhan air tanaman perlu diketahui agar air irigasi dapat diberikan sesuai dengan kebutuhannya. Jumlah air yang diberikan secara tepat, di samping akan merangsang pertumbuhan tanaman, juga akan meningkatkan efisiensi penggunaan air sehingga dapat meningkatkan luas areal tanaman yang bisa diairi. Kebutuhan air untuk tanaman merupakan salah satu komponen kebutuhan air yang diperhi-tungkan dalam perancangan sistem irigasi (Purba, 2011).
Berbagai metode telah dikembangkan guna mengukur kebutuhan air untuk tanaman. Dalam perancangan sistem irigasi, kebutuhan air untuk tanaman dihitung dengan menggunakan metode prakira empiris berdasar rumus tertentu. Tanaman padi sawah adalah satu-satunya komoditi pertanian yang relatif banyak dan lama membutuhkan air bagi kehidupannya dibanding dengan tanaman/komoditi lain. Mulai dari mengolah tanah, persemaian masa pertumbuhan dan masa ber-bunganya, rata-rata membutuhkan air 1,2 liter/detik/ha (Badan Litbang Pertanian, 2007 dalam Purba, 2011).
C. Komponen Kebutuhan Air Irigasi
Komponen kebutuhan air irigasi yang utama adalah kebutuhan air tanaman ditambah dengan komponen lain yaitu: perkolasi atau rembesan ke bawah dan ke samping; penguapan muka air bebas; dan bocoran-bocoran di sepanjang saluran. Karena cara pemberian air antara tanaman satu dengan lainnya berbeda-beda, maka kebutuhan air irigasi juga tidak sama. Oleh karena itu, kebutuhan air irigasi harus dihitung secara teliti (Purba, 2011).
D. Kebutuhan Air Untuk Padi Sawah Secara Umum
Tanaman padi yang ditanam pada daerah iklim yang panas dan kering serta banyak angin akan mengeluarkan lebih banyak air daripada tanaman di tempat sejuk, lembab dan angin yang kurang. Karena itu akan membutuhkan lebih banyak air. Banyaknya air yang diperlukan pertanaman padi dan lingkungannya ditunjukkan oleh jumlah transpirasi dan evaporasi, atau disebut evapotranspirasi (Purba, 2011).
E. Metode kebutuhan air tingkat usaha tani dan perhitungan Kebutuhan Air Irigasi
Kebutuhan air tingkat usaha tani terdiri atas pendekatan agrohidrologi dan pendekatan agronomi.
Pendekatan Agrohidrologi
Pendekatan secara agrohidrologi adalah suatu perhitungan yang didasarkan atas data-data agroklimatik, yakni data kebutuhan tanaman akan air dalam hubungannya dengan lingkungan iklim dan tanah. Satuan yang digunakan adalah mm/hari. Adapun rumus yang digunakan yaitu:
Q1 = H x A/T X 10.000
Q1 = kebutuhan air irigasi (lt/dt/ha)
H = ketebalan air/tinggi genangan (m/hari)
A = luas areal (ha)
T = lama pemberian air (hari atau detik)
Pendekatan Agronomi
Pendekatan secara agronomi merupakan suatu perhitungan yg didasarkan atas kebutuhan air pada setiap tahapan kegiatan usaha tani dan tingkat pertumbuhan tanaman. Tahapan kegiatan agronomi meliputi pengolahan tanah, pembibitan, pertumbuhan dan pemeliharaan tanaman. Jumlah air yang dibutuhkan berbeda tiap tahapan, tergantuung lama waktu tiap tahapan.
Air irigasi yang dibutukan dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: IN = ET crop + SAT + PERC + WL - Pe
Keterangan:
IN = Irigation Water need (air irigasi yang dibutuhkan)
ET crop = Crop Evapotranpirations (evapotranpirasi tanaman) \
SAT = Saturation (penjenuhan)
WL = Water Layer
Pe = Effective Rainfall (curah hujan efektif)
PERC = Percolation (perkolasi)
F. Lama dan Interval Pemberian air
Misalkan jumlah air yang hilang karena evapotranspirasi 0,6 cm sehari dan membutuhkan pemasukan air setinggi 5 cm, maka pengaliran air untuk mencapai tambahan 5 cm tersebut dilakukan 5/0,6 x 1 hari = 8 hari sekali. Waktu atau lamanya pemberian air adalah: Jumlah Air yang akan dialirkan Kecepatan Aliran
Bila sepetak sawah, panjang 30 m, lebar 20 m dan dibutuhkan tinggi air 2 cm, dan kecepatan air 1,2 liter/detik, maka lamanya pemberian air adalah:
20 x 30 x 0,02 = 2000 x 3000 x 2 = 12.000.000 = 1,2 1,2 1,2 = 12.000 liter = 10.000 detik = 2,78 jam 1,2 ltr/detik
Kebutuhan air irigasi ke dalam petak sawah untuk mengolah tanah.
Contoh: Lama waktu pengolahan tanah 1 ha adalah 3 hari. Pelumpuran sawah memer-lukan air 100 mm, penggenangan 50 mm. Pergantian Evapotranspirasi = 180 mm/30 hr. Maka jumlah kebutuhan air = 100 mm + 50 mm + 180 mm = 330 mm dalam 30 hari atau 11,00 mm setiap hari (Ditjen Pengairan PU, 1986).
G. Kebutuhan Air Sesuai Tahap Pertumbuhannya
Ada 2 (dua) varietas padi yang umumnya ditanam di Indonesia yaitu varietas lokal dan varietas unggul. Varietas lokal umurnya relatif lebih panjang dan ke-butuhan airnya juga lebih besar dibanding dengan varietas unggul, namun dari segi rasa, masyarakat menilai bahwa varietas lokal lebih enak dibanding dengan varietas unggul. Perbandingan kebutuhan air 2 varietas tersebut disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Tabel kebutuhan air tanaman padi sesuai tahap pertumbuhannya
Tahap Pertumbuhan
Varietas lokal
Varietas Unggul
Mm/hari
1/det/ha
Periode (hari)
Mm/hari
1/det/ha
Periode (hari)
Pengolahan Tanah
12,7
1,5
-
12,7
1,5
-
Pembibitan
3,0
0,4
20
3,0
0,4
20
Tanam s/d Primordial
7,5
0,9
40
6,4
0,75
35
Bunga 10% s/d penuh
8,8
1,0
20
9,0
1,0
2,0
Bunga penuh s/d pemasakan
8,4
1,0
20
7,8
0,9
20
Pemasakan s/d panen
0
0
15
0
0
15
(Purba, 2011)
H. Pemberian Air Pengairan Pada Petak-Petak Persawahan
Mengenai pemberian air pengairan terhadap petak-petak persawahan telah dikemukaan secara panjang lebar. Dalam hal ini, harus diperhatikan, yaitu:
Pada daerah/ lahan pertanian dengan jaringan pengairan yang sumber dan keadaan airnya kurang mencukupi, hendaknya perencanaan luasnya persawahan dibatasi, disesuaikan dengan tersedianya air pengairan tersebut
Dengan air pengairan yang tersedia dan luas lahan persawahan dibatasi, petak-petak persawahan padi gadu izin dipenuhi kebutuhannya agar pertumbuhan dan perkembangan tanamannya terjamin, sedang petak-petak persawahan padi gadu tanpa izin cukup diberi air pengairan seperempat bagian air pengairan yang diperuntukkan petak persawahan padi gadu izin, kesemua pemberian air pengairan bagi lahan petak pertanaman palawija.
Pemberian air pengairan terhadap petak-petak persawahan hendaknya diperhatikan agar tetap terjamin sejak pembuatan persemaian, pengolahan tanah, penanaman, dan kegiatan-kegiatan usaha bersawah lainnya sampai pertumbuhan/perkembangan tanaman terjamin dengan baik, penghentian pemberian air pengairan hanya dilakukan 10-14 hari sebelum masa panen.
Dalam bersawah, jika pemberian air pengairan hendaknya meliputi daerah yang luas, dalam musim kemarau tanpa hujan, ada baiknya memperhatikan/menggunakan Peraturan Pemali, sebagai contoh dapat dikemukakan penerapannya di petak-petak persawahan di daerah Madiun (Kartasapoetra, 1994). Secara tekniknya, disebutkan oleh Purba (2011) mengenai cara pemberian air irigasi untuk tanaman padi ada 3 (tiga) macam, yaitu penggenangan air terus-menerus, pengaliran air terus-menerus dan pengaliran air terputus-putus.
1) Pemberian Air Untuk Menjaga Tinggi Genangan
Penggenangan air irigasi dapat dilakukan secara terus-menerus dengan keting-gian yang sama sepanjang pertumbuhan tanaman. Keadaan ini bisa dilakukan apabila jumlah air yang tersedia dalam kondisi yang cukup. Dengan tinggi genang-an kurang dari 5 cm maka diperoleh produksi yang tinggi dan air lebih efisien (hemat).
2) Pemberian Air Secara Pengaliran Terus-Menerus
Cara pemberian ini dilakukan bila air terdapat dalam jumlah yang melimpah. Air dialirkan dari petak sawah ke petak lainnya melalui batang bambu atau lubang di pematang sepanjang masa pertumbuhan tanaman. Cara ini dinilai boros air serta pemakaian pupuk maupun pestisida tidak efisien.
3) Pemberian Air Secara Terputus-putus
Pemberian air secara terputus-putus adalah cara memberikan dengan pengge-nangan yang diselingi dengan pengeringan (pengaturan) pada jangka waktu ter-tentu, yaitu saat pemupukan dan penyiangan. Cara ini disarankan karena dapat meningkatkan produksi dan menghemat penggunaan air (Integrated Irrigation Sector Project, 2001 dalam Purba, 2011). Pemberian air secara terputus-putus ini, dijelaskan pada budidaya padi dengan metode tanam padi sebatang, dan SRI .
I. Cara Pembagian Air Irigasi
Pembagian air irigasi terdiri dari 3 (tiga) cara yaitu: sistem serentak, sistem golongan dan sistem rotasi. Penerapan ketiga cara tersebut tergantung pada jumlah air yang tersedia.
1) Pembagian Air Irigasi Secara Serentak
Air dibagikan ke seluruh areal yang ditanami pada waktu bersamaan secara me-rata. Jumlah air yang dibagikan disesuaikan fase perkembangan padi dan kebu-tuhan air yang diperlukan secara maksimal. Cara ini dapat dilakukan apabila jumlah air yang tersedia cukup banyak, atau jika nilai k lebih besar atau sama dengan 1.
2) Cara Golongan
Cara ini dilakukan bila jumlah air yang tersedia sangat terbatas, sementara ke-butuhan air (terutama saat pengolahan tanah) sangat besar. Maka saat tanam dilakukan secara bertahap dari satu petak tersier ke petak lainnya. Kelompok-kelompok dalam petak tersier ini disebut sebagai golongan. Idealnya satu daerah irigasi dibagi dalam 3-5 (tiga sampai lima) golongan dengan jarak waktu tanam biasanya 2-3 (dua sampai tiga) minggu.
3) Cara Rotasi/Giliran
Jika kebutuhan air irigasinya besar sementara air yang tersedia kurang, maka perlu dilakukan pemberian air secara giliran antar petak tersier, atau antar petak sekunder. Idealnya periode giliran adalah 2-3 (dua sampai tiga) hari dan jangan lebih dari 1 (satu) minggu karena akan berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman (Purba, 2011).
III. PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengelolaan pengairan adalah pelaksanaan semua kegiatan yang berangkaian dan terus-menerus secara terpadu yang dilakukan pada jaringan pengairan sejak kegiatan pengambilan dilanjutkan oleh pengaturan, pengukuran, penyaluran, pembagian, pemberian air pengairan yang aman sampai kepada pemakai air pengairan tersebut di tingkat usaha tani serta kegiatan pembuangan dan pengaliran air dari petak-petak pertanaman ke saluran pembuangan dimana terjadi kejenuhan, sehingga dengan kegiatan-kegiatan yang dilakukan secara mantap dan tepat waktu, pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang dibudidayakan dapat terjamin. Pengelolaan air dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan air pada tanaman padi.
Kebutuhan air tanaman padi tingkat usaha tani diukur dapat dengan metode agrohidrologi maupun pendekatan agronomi. Kebutuhan air irigasi untuk pertanian pula dapat dihitung dari jumlah kehilangan air lewat evaporasi, perkolasi dan lain sebagainya. Usaha dalam pengelolaan air untuk tanaman padi yaitu beberapa tindakan yang harus diterapkan antara lain pembagian air berdasarkan kelompok pengumpul air/P3A yang disalurkan secara merata pada lahan yang membutuhkan air. Selain itu, menerapkan dan mengusahakan pengairan lahan atas izin dari daerah dan peraturan/ketentuan yang berlaku.
B. Saran
Saran yang penulis sampaikan pada makalah ini yaitu petani maupun penyelenggara pengairan tertib dalam memerhatikan dan menerapkan kapasitas pengairan pada lahannya agar kebutuhan air untuk padi tercukupi dan tidak berlebihan dalam penggunaan air.
DAFTAR PUSTAKA
Kartasapoetra,Mul. Mulyani Sutedjo dan E. Pollein.1994. Teknologi Pengairan
Pertanian (Irigasi). Bumi Aksara:Jakarta.
Purba, Hardy, Jhon.2011.Kebutuhan Dan Cara Pemberian Air Irigasi Untuk
Tanaman Padi Sawah (Oryza sativa L.).WIDYATECH Jurnal Sains dan Teknologi 10(3).