MARKAS BESAR ANGKATAN LAUT SEKOLAH STAF DAN KOMANDO
KELOMPOK 11
OPTIMALISASI KEPEMIMPINAN TNI GUNA MELAHIRKAN FIGUR PEMIMPIN NASIONAL YANG BERKARAKTER DALAM RANGKA MENCAPAI TUJUAN NASIONAL N ASIONAL
BAB I PENDAHULUAN
1.
Umum Tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) terdapat dalam Pembukaan
Undang Undang Dasar 1945 alinea keempat yaitu “Kemudian “Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial 1…”. Dari rumusan tersebut, tersirat adanya tujuan nasional yang ingin dicapai sekaligus merupakan tugas yang harus dilaksanakan oleh negara, tidak hanya dalam lingkup bangsa Indonesia sendiri melainkan juga mencakup m encakup peradaban dunia. Untuk dapat melaksanakan ketertiban dunia tentunya membutuhkan sosok pemimpin nasional yang berkarakter. Pemimpin nasional yang berkarakter harus mempunyai kredibilitas, menjadi inspirasi keteladanan dan mampu menumbuhkan harapan 2. Pemimpin berkarakter sudah barang tentu bukan sosok karbitan atau yang hanya mengandalkan pengalaman jabatan, jam terbang politik dan deretan panjang aktivitas kemasyarakatan. Pemimpin yang berkarakter
juga
memperjuangkan
mampu skenario
membuat itu
skenario
dengan
masa
melakukan
depan
perubahan
bagi
rakyat
mendasar
dan dalam
pemerintahan dan masyarakatnya dengan bertopang pada nilai-nilai masyarakatnya sendiri. Pemimpin berkarakter juga menjadi inspirasi keteladanan dan banyak pemimpin di negeri yang gagal menjadi sumber inspirasi keteladanan, mereka tidak sanggup berdiri di barisan terdepan dalam memberi teladan dari dirinya dan lingkungan sekitarnya. Di masa mendatang, masalah yang dihadapi seorang pemimpin semakin rumit dengan eskalasi perubahan yang sangat tinggi. Kehormatan dan kepercayaan yang 1 Pembukaan 2
UUD 1945 Maulana E. dan Heriyanto M. “keteladanan Pimpinan, Aktualisasi Diri, Balas Jasa dan Disiplin Disiplin
Kerja”
2
diemban oleh seorang pemimpin haruslah dilaksanakan dengan penuh rasa tanggung jawab disertai moralitas yang tinggi. Saat ini kepemimpinan TNI dihadapkan dengan tantangan yang cukup besar, sejak reformasi tahun 1998 kepercayaan terhadap institusi negara berkurang termasuk TNI. Oleh karena itu diperlukan sosok pemimpin TNI yang berkarakter yang dapat membawa pada pencapaian tujuan nasional Indonesia yang dapat berperan dipentas dunia atau global. Kepemimpinan adalah subyek yang telah lama menarik perhatian banyak orang. Istilah yang mengkonotasikan citra individual yang kuat dan dinamis yang berhasil memimpin di bidang kemiliteran, memimpin perusahaan yang sedang berada di puncak kejayaan, atau memimpin negara. Istilah ini juga sering dipakai untuk menggambarkan tentang keberanian dan kemampuan memimpin dalam berbagai legenda dan mitos. 3 Saat ini banyak kejadian-kejadian yang bersifat negatif bagi TNI, hal ini menjadikan gambaran permasalahan di internal TNI yang diakibatkan oleh menurunnya moral dan etika, melemahnya integritas dan kurangnya kompetensi seorang pemimpin yang menyebabkan pandangan masyarakat terhadap pemimpin TNI akan semakin menurun. Untuk menjawab permasalahan di atas sudah seharusnya Pimpinan TNI segera melakukan langkah-langkah strategis dan menginventarisir permasalahan-permasalahan intern yang terjadi. Oleh karena itu diperlukan suatu langkah-langkah yang segera dan strategis agar konsisi moral dan etika, integritas dan kompetensi seorang pemimpin TNI benar benar unggul. Beberapa penekanan pada faktor-faktor pendidikan, profesionalisme, integritas, pembentukan karakter perlu dikembangkan agar tercipta atau muncul pemimpin-pemimpin potensial TNI yang berkarakter dalam rangka mencapai tujuan nasional.
2.
Maksud dan Tujuan a.
Maksud.
Maksud penulisan Kertas Karya Kelompok (Taskapok) ini
adalah untuk memberikan gambaran tentang upaya optimalisasi kepemimpinan TNI guna melahirkan figur pemimpin nasional yang berkarakter dalam rangka rangka mencapai tujuan nasional. b.
Tujuan.
Penulisan Taskapok ini bertujuan memberikan sumbang saran
pemikiran bagi pemimpin TNI dalam mengambil kebijakan berkaitan dengan regenerasi kepemimpinan TNI guna membentuk sosok pemimpin yang berkarakter dalam rangka mencapai tujuan nasional. 3. 3 Gary
Metode dan Pendekatan Yukl. Kepemimpinan dalam Organisasi. 2010. Edisi ke-5. PT Indes Jakarta hal.2
3
Penulisan Taskapok ini menggunakan metode deskriptif analisis, sedangkan pendekatan yang digunakan adalah studi kepustakaan. a.
Landasan
pemikiran
menggunakan
metode
content
analysis analysis untuk
memperoleh kajian aturan dan teori yang tepat untuk menjelaskan dan menganalisis permasalahan kebijakan mengenai Kepemimpinan TNI. b.
Pendekatan yang digunakan adalah menggunakan pendekatan empiris dan
studi kepustakaan dengan mempelajari berbagai literatur yang ada. c.
Penyusunan kebijakan dilaksanakan menggunakan analisis penyusunan
kebijakan ( policy policy ) dengan memperhatikan peluang dan kendala serta kriteria keberhasilan.
4.
Ruang Lingkup dan Tata Urut a.
Ruang Lingkup.
Ruang lingkup dari penulisan Taskapok ini adalah
mengoptimalkan Kepemimpinan TNI guna melahirkan Pemimpin Nasional yang berkarakter dalam rangka mencapai tujuan nasional, yaitu antara lain: 1)
Pemimpin TNI belum Sepenuhnya Memiliki Karakter
2)
Pemimpin TNI Kurang Mampu Memberikan Contoh Keteladanan
3)
Pemimpin TNI Kurangnya Kemampuan Berinteraksi dan
Berkomunikasi b.
Tata Urut. Urut.
Tata urut penulisan Taskapok ini disusun berdasarkan tata
urut sebagai berikut:
5.
Bab I
: Pendahuluan
Bab II
: Landasan Pemikiran
Bab III
: Kondisi Kepemimpinan TNI saat ini
Bab IV
: Faktor-faktor yang mempengaruhi
Bab V
: Kondisi Kepemimpinan TNI yang diharapkan
Bab VI
: Pembahasan dan pemecahan masalah
Bab VII
: Penutup
Pengertian a.
Optimalisasi adalah suatu proses untuk mencapai hasil yang ideal atau
optimalisasi (nilai efektif yang dapat dicapai). Optimalisasi dapat diartikan sebagai suatu bentuk mengoptimalkan sesuatu hal yang sudah ada, ataupun merancang dan membuat sesuatu secara optimal.
4
b.
Pemimpin (leader ) adalah orang yang mempengaruhi pihak lain melalui
proses kewibawaan komunikasi, sehingga orang lain tersebut bertindak sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu. 4 c.
Kepemimpinan (leadership) adalah leadership) adalah kemampuan dan kepribadian seseorang
dalam mempengaruhi serta membujuk pihak lain agar melakukan tindakan untuk mencapai tujuan bersama.5 d.
Karakter adalah sesuatu yang mengualifikasi seorang pribadi. Karakter
menjadi identitas, menjadi ciri, menjadi sifat yang tetap yang mengatasi pengalaman kontingen yang selalu berubah. Jadi karakter adalah seperangkat nilai yang telah menjadi kebiasaan hidup sehingga menjadi sifat tetap dalam diri seseorang, misalnya kerja keras, pantang menyerah, jujur, sederhana, dan lainlain.6
4 Freddy
Numberi, Laksamana Madya TNI (Purn). 2009. Kepemimpnan Sepanjang Zaman, PT. Bhuana Ilmu Populer Jakarta, hal.5 5 Ibid 6 Sutarjo Adisusilo. Pembelajaran Nilai Karakter. 2013. Jakarta: PT. Raja Gravindo Persada. hlm.78
5
BAB II LANDASAN PEMIKIRAN
6.
Umum Kepemimpinan TNI dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
tidak dapat dipisahkan dari sejarah perjuangan TNI yang identik dengan sejarah pejuangan bangsa. Kemanunggalannya dengan rakyat sepanjang sejarah perjuangan bangsa, konsistensinya dalam memperjuangkan cita-cita bangsa, kemampuannya dalam menampung aspirasi rakyat dan dalam menyesuaikan tuntutan jaman, telah dan akan tetap menjadi faktor penentu keberhasilan kepemimpinan TNI. Proklamasi 17 Agustus 1945 bagi bangsa Indonesia merupakan puncak keberhasilan dari suatu wujud perjuangan yang melibatkan seluruh rakyat Indonesia dalam membentuk suatu negara yang merdeka dan berdaulat.
Perjuangan merebut
kemerdekaan ini telah melahirkan TNI yang terbentuk dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat, sehingga totalitas perjuangan ini telah melahirkan Nilai-nilai 45 dan nilai-nilai TNI 45 yang memberikan hak moril kepada berdirinya Republik Indonesia dan berdirinya Tentara Nasional Indonesia,7 sekaligus memberikan bentuk pada Kepemimpinan TNI yang berdasarkan pada nilai-nilai Pancasila dan Sapta Marga.
7.
Landasan Historis a.
Periode Perang Kemerdekaan Setelah BKR dibentuk oleh pemerintah Indonesia pada tanggal 23 Agustus
para pemuda bergabung secara sukarela dalam BKR yang bertugas untuk membantu mengatasi korban perang,
Dalam menghadapi sekutu putra-putra
Indonesia yang direkrut melalui Peta, Seinendan, Keibondan dan kesadaran perwira-perwira Ex Knil Urip Sumoharjo, Naustion, Simatupang dan lain-lain merupakan cikal bakal kepemimpinan TNI.
BKRI telah menyebar keseluruh
wilayah dan mempelopori perebutan senjata dari Jepang, motivasi siap mati untuk mempertaruhkan Republik tercinta menjadi motivasi yang berhasil dibangkitkan para pemimpin TNI diawal pembentukannya.
Belanda berhasil membonceng
sekutu masuk ke Indonesia, untuk menjajah kembali. Benturan bersenjata tidak bisa dihindari, terutama di daerah-daerah.
Pada awal pertempuran Surabaya,
berkat motivasi dan kepemimpinan para Komandan di lapangan mampu memotivasi 7
semangat
juang
para
pemuda
dan
rakyat
telah
berhasil
Menhankam Pangab, Amanat dalam menyambut berlakunya “DHARMA PUSAKA 45” dalam lingkungan ABRI (Jakarta Nopember 1972).
6
menghancurkan Brigade musuh yang memiliki organisasi dan persenjataan yang lebih modern, sekalipun akhirnya harus bertahan dan mundur dari Surabaya, sekutu tetap tidak dapat masuk ke pedalaman. Berkat kepemimpinan Panglima Jenderal Sudirman, seluruh kekuatan berhasil di konsolidasikan dan dimotivasi untuk tetap memiliki jiwa berkobar-kobar, rela mati untuk kemerdekaan. Belanda telah mengingkari perjanjian Renvile, dengan melakukan serangan dan menduduki Jogyakarta.
Jenderal Sudirman sebagai pimpinan TNI telah mengeluarkan
perintah siasat No. 1, pasukan melaksanakan Long march dan kembali ke Kantong-kantong Gerilya yang pernah diduduki dan kembali melakukan aksi melakukan penetrasi dan infiltrasi serta terjadi perlawanan gerilya yang besar dan mengakibatkan
Belanda
kewalahan
yang
akhirnya
setuju
mengadakan
perundingan tanpa melalui perlawanan TNI. b.
Periode Demokrasi Liberal-Orde Lama Kepemimpinan TNI semakin menonjol setelah berhasil mengatasi berbagai
pemberontakan daerah-daerah seperti PRRI di Sumatera Barat, Andi Azis di Sulawesi Selatan, Karto Suwiryo di Jawa Barat dan Jawa Tengah, Permesta di Sulawesi Utara dan RMS di Maluku. Melalui Gerakan Operasi Militer (GOM) para pemimpin TNI pada waktu itu telah berhasil menyiapkan organisasi militer yang memiliki jiwa juang yang tinggi dan didukung persenjataan lebih modern dari keadaan sebelumnya. Keberhasilan TNI telah mendapat tempat di hati masyarakat apalagi setelah berhasil merebut kembali Irian Barat dari tangan Belanda. Kemudianya para pemimpin TNI memberikan jalan ke luar terhadap kemacetan sidang konstituante yang berwujud pemberlakukan kembali UUD 1945.
PKI
kembali melakukan pemberontakan melalui peristiwa G 30 S/PKI, sekali lagi ABRI tampil ke depan menyelematkan bangsa.
Pada peristiwa 17 Oktober 1952
pimpinan TNI telah mendesak presiden untuk menanggalkan kehidupan yang liberal dan kembali ke UUD 1945.
Saat ini merupakan titik kulminasi tertinggi
pengakuan Kepemimpinan TNI oleh Masyarakat dan Bangsa Indonesia. c.
Periode Orde Baru Peran kepemimpinan di awal Orde Baru telah menyelesaikan dualisme
Pimpinan Nasional tahun 1966-1967 lewat jalan konstitusional yang melahirkan pemerintah Orde Baru. ABRI sebagai pendukung utama Orde Baru tampil mengatasi kedalam, baik di bidang politik, ekonomi maupun sosial budaya. Melalui strategi pembangunan Orde Baru berhasil menciptakan pemerintahan yang kuat,
7
dari waktu ke waktu kesejahteraan masyarakat mulai dapat diatasi. Dwi Fungsi ABRI
telah
menempatkan TNI
lebih
mementingkan bidang sosial
politik
dibandingkan tugas pokoknya dibidang pertahanan dan keselamatan bangsa. ABRI terlibat pada day to day politik , pernyataan setiap Perwira ABRI adalah Kader Golkar menjadikan ABRI tidak berdiri pada semua golongan. Diakhir-akhir masa Orde Baru, sekalipun kekaryaan begitu besar mendominasi jabatan-jabatan sipil merupakan saat terjadinya penurunan terhadap kebanggaan, rasa simpatik pada kepemimpinann TNI, karena ABRI cenderung menjadi alat pemerintah dari pada alat negara dan lebih ekstrim lagi ABRI menjadi alat penguasa. d.
Periode Era Reformasi Gelombang
reformasi
telah
berhasil
memaksa
Presiden
Soeharto
mengundurkan diri dari jabatan dan digantikan oleh BJ. Habibi. TNI mengadakan Reformasi bidang Sospol untuk menjawab tuntutan masa Reformasi, yang lebih dikenal dengan Reformasi Internal TNI, pemisahan Polri dari TNI dan penentuan peran serta tugas TNI termasuk larangan menyelenggarakan politik praktis. Melalui TAP No. VII MPR/2000 telah menyulitkan posisi TNI dan komitmennya dalam menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Berbagai isu
negatif dan pelanggaran HAM dilemparkan TNI, kehidupan politik telah menyalahi etika moral berpolitik yang menyebabkan timbulnya saling menjatuhkan, hujat menghujat, maraknya korupsi dan premanisme serta kehidupan euforia kaum elit politik mengakibatkan situasi politik tidak kondusif. Perasaan risih dan cemas akan nasib bangsa dimanfaatkan daerah tertentu memunculkan ide separatisme. Reformasi telah kebablasan, kepercayaan terhadap pemerintah pusat semakin kecil dan hal tersebut telah memicu disintegrasi bangsa. 8.
Pancasila sebagai Landasan Idiil8 Pancasila merupakan ideologi negara dan dasar negara Republik Indonesia,
sebagai
pandangan
kebenarannya
hidup
dalam
bangsa
Indonesia
mempersatukan
bangsa
yang
sangat
Indonesia
asasi
yang
dan
diyakini
terkenal
dengan
kemajemukannya. Sebagai ideologi negara Pancasila menjiwai seluruh kehidupan aspek masyarakat, berbangsa dan bernegara, sehingga penyelenggaraan pemerintahan tidak keluar dari aturan-aturan dasar yang tercantum di dalam Pancasila. Selain itu Pancasila juga sebagai Dasar Negara yang merupakan sumber hukum dari segala hukum yang berlaku
di
negara
Indonesia.
Dalam
perjalanan
sejarah
Pancasila
8 Hendardji
Soepandji, Pembenahan Mekanisme Kepemimpinan Nasional , hal 5
telah
teruji
8
keampuhannya, kesaktiannya dan kebenarannya dalam perikehidupan berbangsa dan bernegara, untuk itu setiap warga negara Indonesia wajib untuk menjaga, menghayati dan mengamalkannya. Penerapan kepemimpinan TNI dalam aplikasinya yang dijabarkan kehidupan
berbangsa
dan
bernegara,
dalam
tidak lepas dari penerapan budaya politik
Pancasila yang pelaksanaannya tertuang dalam nilai-nilai Pancasila. Nilai-nilai filosofis tersebut harus dapat diaplikasikan dan diaktualisasikan kedalalam seluruh tata kehidupan nasional oleh setiap penyelenggara negara dalam melaksanakan kepemimpinannya sebagai pedoman, landasan dan arah dalam menerapkan peranannya sebagai aparatur negara demi terpeliharanya NKRI dari bahaya disintegrasi bangsa yang sekarang semakin hangat dibicarakan dalam berbagai media masa baik media cetak maupun elektronika. 9.
UUD 1945 Sebagai Landasan Konstitusional. Pada hakikatnya UUD 1945 terdiri dari pembukaan dan batang tubuh, sebagai
pembukaan UUD 1945 merupakan dasar konstitusi berdirinya suatu negara karena memuat : Asas Negara, Falsafah Negara dan Tujuan Negara 9. Oleh karena itu batang tubuh UUD 1945 sangat memungkinkan untuk dilakukan perubahan/amandemen sepanjang perubahan tersebut tidak bertentangan dengan Udang-Undang Dasar dan atas kehendak rakyat. Pembukaan UUD 1945 yang didalamnya memuat asas, falsafah dan tujuan negara terkandung aspirasi langgeng yang rumusannya sangat luhur dan tinggi yaitu mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila. Untuk mencapai cita-cita nasional, pemerintah Indonesia menyelenggarakan berbagai fungsi sebagai penentu tercapainya tujuan nasional. Kalau cita-cita nasional bersifat abstrak, maka tujuan nasional bersifat kongkrit yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Oleh karena itu pemimpin bangsa sebagai penentu maju mundurnya suatu bangsa dituntut suatu kesadaran yang tinggi dengan mengedepankan moral, etika dan kebijakan yang tepat dan dapat menyejukan hati rakyat dalam praktek penyelenggaraan memimpin negara dengan tetap berpegang kepada Undang-Undang Dasar 1945.
9
Ibid, hal 5
9
10.
Ketahanan Nasional Sebagai Landasan Konsepsional Ketahanan Nasional adalah Kondisi dinamis
bangsa Indonesia
yang meliputi
segenap aspek kehidupan nasional yang terintegrasi berisi keuletan dan ketangguhan, yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional, dalam meghadapi dan
mengatasi segala
tantangan, ancaman, hambatan dan gangguan, baik yang
datang dari luar maupun yang datang dari dalam, yang langsung maupun tidak langsung untuk menjamin identitas, kelangsungan hidup bangsa dan negara serta perjuangan mencapai Tujuan Nasional10. Dalam penjelasan yang lain Ketahanan Nasional 11, juga diartikan sebagai ketangguhan suatu bangsa dan negara merupakan hasil dari proses perjuangan dari suatu generasi ke generasi. Sejarah perjuangan bangsa Indonesia telah membuktikan keuletan dan daya tahan bangsa Indonesia menghadapi segala tantangan dalam mencapai cita-cita kemerdekaan. Pada awal perkembangannya , ketahanan Nasional dipengaruhi oleh faktor ancaman dari luar negeri maupun dalam negeri yang menyimpulkan bahwa didalam menghadapi dan mengatasi ancaman tersebut bangsa Indonesia harus mempunyai keuletan dan ketangguhan yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan potensi Nasional.
11.
Landasan Teoritis a.
Teori Kepemimpinan Pancasila12 Kepemimpinan yang berdasarkan Pancasila adalah kepemimpinan yang
memiliki jiwa Pancasila, memiliki wibawa dan daya kekuatan untuk membimbing dan
memimpin
masyarakat
lingkungannya
kedalam
kesadaran
kehidupan
penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan dan pembinaan masyarakat berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Beberapa prinsip utama dalam penyelenggaraan kepemimpinan Pancasila adalah : 1)
Ing Ngarso Sung Tulodo, yang berarti seorang pemimpin harus
mampu memberikan contoh tauladan, yang dibuktikan dengan sikap dan perbuatannya, menjadikan dirinya sebagai panutan dari orang-orang yang dipimpinnya. 2)
Ing Madyo Mangun Karso, yang berarti seorang pemimpin harus
mampu membangkitkan semangat swakarsa dan berkreasi pada orang yang dipimpinnya. 10
11 12
Soemarno Soedarsono, Ketahanan Pribadi & Ketahanan Keluarga Sebagai Tumpuan Ketahanan Nasional, PT. Intermasa Cetakan Ke II 1997, hal. 23-25 H.Budisantoso Suryosumarto, Ketahanan Nasional Indonesia (Pustaka Sinar Harapan), hal. 4 Ermaya Suradinata, Pemimpin Dan Kepemimpinan Pemerintahan Pendekatan Budaya, Moral dan Etika, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 1997, hal. 156
10
3)
Tut Wuri Handayani , yang berarti seorang pemimpin harus mampu
mendorong orang-orang yang diasuhnya agar berani berjalan di depan dan sanggup bertanggung jawab atas segala yang diperbuatnya.
b.
Teori Pemimpin Masa Depan Dalam buku Pemimpin Masa Depan 13 dikatakan terdapat dua prinsip
kepemimpinan sebagai berikut : 1)
Prinsip pertama kepemimpinan adalah adanya hubungan antara
pemimpin dengan pengikutnya. Tanpa pengikut tidak perlu ada orang yang memimpin. 2)
Prinsip kedua adalah bahwa pemimpin yang efektif menyadari dan
mengelola secara sadar dinamika hubungan antara pemimpin dan pengikutnya. Suatu tantangan pemimpin nasional saat ini adalah bagaimana figur seorang pemimpin masa depan mengangkat bangsa Indonesia kearah yang lebih baik. Pemimpin yang mampu menciptakan suasana yang dapat mendinginkan hati rakyat,
mengembalikan reformasi sesuai dengan arahnya, mampu menyatukan
hubungan antara misi dan tujuan organisasi, memiliki kepribadian yang dapat menjadi panutan hati rakyat, mempumyai keberanian dan kemampuan dalam mengambil sikap dengan tidak mengorbankan masyarakat banyak, memiliki kepercayaan untuk membangun masa depan dengan dasar keyakinan yang dicerminkan melalui prilaku yang biperbuatnya. Di dalam proses pelaksanaannya ini memerlukan andil seluruh lapisan masyarakat agar adanya satu kesatuan dan kebulatan tekad, sehingga Negara Kesatuan Republik Indonesia dapat terhindar dari bahaya disintegrasi bangsa.
c.
Teori Karakter Kepemimpinan Seorang pemimpin berkarakter berarti memiliki karakter yang kuat sehingga
sifat-sifat yang melemahkan menjadi berkurang bahkan hilang ketika menjadi seorang pemimpin. Menurut John C. Maxwell (1998) Jika semua perbuatan seorang pemimpin terus bertentangan dengan niat-niatnya, maka periksalah karakternya untuk mengetahui mengapa demikian. 14
13
Richard Beckhard, The Leader of The Future ( Pemimpin Masa Depan ) PT. Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia, Cetakan ketiga, 2000, hal.125 14 John C. Maxwell, The 21 Indispensable Qualities of a Leader (Nashville: Thomas Nelson Publishers, 1998) h.13
11
Kepemimpinan berkarakter yang diharapkan oleh bawahan menurut hasil penelitian Kouzes & Posner (2007:48) adalah: jujur, memandang ke depan, memberi inspirasi, cakap, adil, mau memberi dukungan, berpikiran luas, cerdas, lugas, dapat diandalkan, berani, mau bekerja sama, imajinatif, peduli, bertekad bulat, dewasa, ambisius, setia, mampu mengendalikan diri, dan mandiri.15
15 https://journal.uny.ac.id/index.php/jpka/article/view/2749
Wib
diakses pada tanggal 01 april 2018 pukul 21.18
12
BAB III KONDISI KEPEMIMPINAN TNI SAAT INI
12.
Umum Secara umum, sikap dan tingkah laku prajurit sesungguhnya cerminan karakter
yang dibangun sejak mereka dibentuk di pendidikan pembentukan, pendidikan lanjutan dan pembinaan selama penugasan. Sebuah sikap dan tingkah laku yang mencerminkan karakter keprajuritan. Sedangkan karakter keprajuritan dibentuk oleh nilai yang membentuk organisasi pada proses pembentukannya. Dalam konteks sejarah TNI, pembentukan nilai keprajuritan TNI merupakan output kristalisasi sejarah terbangunnya TNI itu sendiri. Sebagaimana diketahui, TNI lahir dari rakyat dalam wujud laskar-laskar perjuangan. Mereka melakukan perjuangan bahu membahu dengan seluruh rakyat Indonesia merebut dan memproklamasikan kemerdekaan negara, yang kemudian disebut sebagai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Mereka adalah laskar yang tidak kenal menyerah, pantang mundur serta teguh pada perjuangannya. Mereka adalah orangorang yang mendahulukan kepentingan perjuangan dan tidak membeda-bedakan apapun latar belakang teman-teman seperjuangan. Mereka adalah orang-orang bertagwa karena mereka memiliki keyakinan bahwa kebenaran yang ada hanya milik Tuhan yang maha kuasa. Itu karenanya mereka adalah orang-orang yang berani menegakkan kebenaran, menegakkan keinginan luhur masyarakat dan bangsa yaitu kemerdekaan Indonesia. Dari latar belakang sejarah terbentuknya TNI seperti adanya saat ini, nilai yang mendorong perjuangan kelaskaran saat itu, meliputi: Tagwa yang tercermin dari keteguhan mereka terhadap kebenaran Tuhan sehingga mereka adalah orang-orang yang memiliki keberanian luar biasa; Loyalitas tercermin dari kerelaan dan kehendak berjuang hanya untuk memberikan yang terbaik kepada negara dan sesama teman seperjuangan; Mendahulukan tugas tercermin dari watak laskar yang rela meninggalkan segala-galanya untuk mencapai tujuan perjuangan; Memanusiakan orang lain tercermin dalam perlakuan sehari-hari terhadap masyarakat, teman tanpa melihat hubungan dalam kelaskaran; Mendahulukan anak buah tercermin dalam perilaku para pimpinan perjuangan yang terus berusaha mendahulukan anak buah; Kehormatan diri yang tercermin dari sikap dan perilaku lebih baik mati dari pada menyerah; Berani yang tercermin dari keteguhan untuk melanjutkan perjuangan yang kemudian menghasilkan kemerdekaan; Integritas yang tercermin dari sikap para pejuang dalam menegakkan kebenaran. Apalagi sifat dan tingkah laku yang didasari nilai-nilai ini betul betul membentuk dan tercermin dalam kepemimpinan Panglima Besar Jenderal Sudirman.
13
Dalam perspektif ini menjadi wajar apabila kedelapan sifat dan tingkah laku para pejuang dan kelaskaran menjadi nilai-nilai yang membentuk nilai keprajuritan TNI yang kemudian menjadi karakter keprajuritan TNI. Bagi para pemimpin TNI apapun pangkat dan tingkatannya, karakter inilah yang seharusnya menjadi sifat kepemimpinan TNI, sebab telah terbukti dalam perjuangan dan sejarah terbentuknya TNI.
13.
Pemimpin TNI belum Sepenuhnya Memiliki Karakter Setiap pemimpin harus mampu menjadi suri tauladan, menjadi figur dan contoh
bagi anak buahnya. Setiap perilaku harus menjadi patokan dan contoh yang baik dan bukan justru memberikan contoh yang negatif atau justru menjerumuskan anak buahnya. Pemimpin harus memiliki karakter yang kuat dan memiliki hubungan yang positif baik dengan Tuhannya maupun hubungan dengan manusia yang ada di lingkungan sekitarnya. Hubungan dengan Tuhannya tercermin dari ketaqwaan yang tampak dari keteguhan menjalankan perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya, sehingga mampu berbuat yang benar sesuai dengan keimanan yang diyakininya. Pemimpin juga harus memiliki loyalitas yang tinggi yang tercermin dari kerelaan dan berkehendak untuk bekerja yang terbaik bagi bangsa dan negara. Mendahulukan kepentingan anak buah merupakan cerminan para pemimpin terdahulu pada masa perjuangan yang seharusnya harus dipertahankan oleh para pemimpin pada saat ini sehingga bawahan merasa terlindungi dan bangga serta memiliki loyalitas yang tinggi pada pimpinannya. Pemimpin juga harus mampu menjaga kehormatan diri dan keluarganya serta selalu menghargai dan memanusiakan anak buah sehingga segan terhadap pimpinannya, melaksanakan tugas dengan ikhlas bukan karena takut. Selain karakter pimpinan juga harus memiliki mental dan fisik yang baik sehingga mampu melaksanakan setiap penugasan dan memimpin anak buahnya dengan sukses. Mental yang jelek yang dimiliki seorang pimpinan akan mempengaruhi kinerjanya. Pada situasi sekarang ini telah banyak pemimpin yang bermental kurang baik sehingga terkadang menggunakan jabatannya untuk memperkaya diri sendiri. Kolusi, korupsi dan nepotisme merupakan wujud tindakan pemimpin yang bermental rendah dan berfikir secara instant untuk kepentingan pribadi. Memiliki fisik yang handal merupakan syarat seorang pemimpin TNI karena akan selalu bersama prajuritnya, bertempur, sukses maupun mengalami kegagalan dalam suatu tugas akan selalu bersama dengan prajuritnya. Pemimpin harus memiliki postur dan gestur yang mampu mempengaruhi situasi dengan cara memelihara pola hidup sehingga memiliki standar fisik sebagai seorang prajurit yang memiliki stamina baik. Berikutnya yang menjadi syarat pemimpin adalah memiliki kemampuan pengendalian emosional
14
untuk berfikir dan bertindak rasional berdasarkan fakta dan data yang dimiliki. Kepercayaan diri seorang pemimpin sangat mempengaruhi cara dalam pengambilan keputusan dan menjadi faktor yang terpenting menumbuhkan kepercayaan bawahan.
14.
Pemimpin TNI Kurang Mampu Memberikan Contoh Keteladanan Keteladanan pemimpin sangat dibutuhkan untuk memberikan contoh teladan
kepada bawahan agar dapat menjadi pedoman dalam melaksanakan tugas 16. Bila dikaitkan dengan kepemimpinan nasional, Perwira TNI banyak sekali yang kurang mampu memberi contoh keteladanan bagi bawahannya, sehingga kepentingan yang lebih besar atau skala nasional tidak akan mampu tercapai. Hal ini perlu dilaksanakan peningkatan keteladanan kepada para Perwira TNI sedini mungkin. Keteladanan tidak boleh diabaikan apabila menjadi seorang pemimpin, karena sorang pemimpin harus mampu memberi keteladanan dengan menjalankan kepemimpinannya. Banyak pemimpin-pemimpin nasional tersandung kasus korupsi, hal tersebut mengindikasi bahwa menurunnya keteladanan dari seorang pemimpin. Belum lagi di dalam tubuh TNI banyak perwira yang tersandung permasalahan narkoba, perselingkuhan, dan lain-lain. Perwira yang seharusnya menjadi teladan bagi bawahnya malah memberi contoh yang tidak baik. Bagaimana mungkin seorang pemimpin mampu membawa orang lain ke tujuan bersama, manakala ia sendiri tidak mampu memberikan contoh dan keteladanan yang bisa ditiru oleh bawahannya. Keteladanan merupakan kriteria pokok untuk menjadi pemimpin TNI dan Nasional. Hal tersebut harus dimiliki oleh pemimpin, sehingga integritas dan komitmen yang kuat untuk memimpin secara benar, jujur dan arif dapat terlaksana. Meski keteladanan, kata yang mudah untuk diucapkan, tetapi bukan “cara hidup” yang mudah untuk diwujudkan. Namun, hal tersebut harus menjadi rambu dan acuan bagi setiap pemimpin. Dengan adanya keteladanan yang mampu diwujudkan oleh seorang pemimpin, maka akan ada jalinan erat yang terjalin antara Pemimpin TNI dan prajurit. Kepemimpinan TNI tidak lepas dari gagasan-gagasan tentang kepemimpinan yang hidup dalam kebudayaan bangsa indonesia 17. Di lingkungan TNI kita mengenal 11 asas Kepemimpinan TNI yang mana asas ini harus dijadikan sebagai pedoman oleh seluruh prajurit TNI mulai dari pangkat tertinggi sampai pangkat terendah
15.
Pemimpin TNI Kurangnya Kemampuan Berinteraksi dan Berkomunikasi Secara etimologis komunikasi berasal dari bahasa latin “communicatio” yang
artinya “sama”, jadi komunikasi dapat berlangsung apabila terdapat adanya orang-orang 16
Maulana E. dan Heriyanto M. “keteladanan Pimpinan, Aktualisasi Diri, Balas Jasa dan Disiplin Kerja” Instruksi MP.Kepemimpinan Nasional dan TNI, Seskoal 2013. hal 4.
17 Paket
15
yang terlibat didalamnya memiliki sama makna akan sesuatu hal. Sederhananya, apabila seseorang mengerti akan sesuatu yang dinyatakan orang lain kepadanya, maka komunikasi dapat berlangsung. Dengan kata lain, hubungan tersebut memiliki sifat komunikatif. Sebaliknya, jika komunikasi tidak berlangsung, maka hubungan antar orang tersebut tidak bersifat komunikatif walaupun adanya komunikasi. Oleh karena itu Perwira TNI harus memiliki sikap terbuka (tidak eksklusif), mampu menyampaikan saran dan kririk kepada atasan dan bawahan, mau menerima saran dan kritik, mampu melaksanakan kerjasama yang efektif dan efesien, serta mampu membangun jaring kerja yang baik dengan berbagai pihak, baik pihak dalam maupun luar TNI. Terkait dengan kemampuan berinteraksi dan berkomunikasi, maka diharapkan Perwira TNI: a.
Tidak
bersikap
eksklusif
dan
menjaga
jarak
dengan
anggotanya,
mengutamakan kebersamaan dan kesetiakawanan untuk dapat terpeliharanya soliditas prajurit yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas. Memiliki empati terhadap setiap permasalahan yang dialami oleh orang-orang di sekitarnya. b.
Mampu menyampaikan saran kepada atasan pada waktu dan dengan media
yang tepat. Mampu untuk memberikan kritik/koreksi kepada anggotanya dengan baik. Teguran yang diberikan tidak berangkat dari suatu sentiment pribadi namun murni untuk perbaikan sikap dan perilaku bawahan. c.
Mau menerima saran/kritik dari orang lain, mampu menggali nilai positif dari
saran atau kritik yang diterima sepedas apapun. Selain itu juga tidak bereaksi negatif, spontan dan berlebihan terhadap kritik yang dilontarkan kepada dirinya dan menanggapi kritik secara bijak. d.
Mampu melakukan kerjasama yang efektif dan efisien dengan orang-orang
disekitarnya. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat dipisahkan dari komunitasnya dan setiap orang di dunia ini tidak ada yang dapat berdiri sendiri melakukan segala aktivitas untuk memenuhi kebutuhannya tanpa bantuan orang lain. e.
Mampu membangun jaring kerja yang baik dengan pihak di dalam maupun
di luar institusi TNI AL, di dalam dan di luar negeri serta mampu menggandeng stake holders terkait dalam pelaksanaan tugas pokoknya
16
Sedangkan
di
dalam
sebuah
organisasi/instansi
kepemimpinan
nasional,
diharapkan pemimpin mampu menjadi sebagai komunikator. Pemimpin yang efektif serta memiliki
kemampuan komunikasi yang efektif pula, sehingga sedikit
banyak akan
mampu merangsang partisipasi orang-orang yang dipimpinnya. Pemimpin juga harus piawai dalam melakukan komunikasi baik komunikasi verbal maupun non verbal. Komunikasi verbal yang baik dapat dilakukan dengan menggunakan tutur kata yang ramah,
sopan,dan
lembut.
Komunikasi
non
verbal
dapat
dilakukan
dengan
mengkomunikasikan konsep-konsep yang abstrak misalnya kebenaran, keadilan, etika, dan agama secara non verbal misal menggunakan bahasa tubuh. Perwira TNI yang mampu menguasai hal tentang berinteraksi dan berkomunikasi, maka perwira tersebut mampu melaksanakan tugas diplomasi TNI Angkatan Laut dalam rangka mendukung kebijakan politik luar negeri yang ditetapkan oleh pemerintah 18.
16.
Implikasi a.
Keberhasilan suatu bangsa dalam mencapai tujuan nasional sangat
ditentukan oleh faktor-faktor kepemimpinan. salah satu faktor yang membentuk seorang pemimpin adalah karakter, karakter yang baik dalam jati diri TNI diharapkan
mampu
membuat
skenario
masa
depan
bagi
rakyat
dan
memperjuangkan perannya itu dengan melakukan perubahan mendasar dalam pemerintahan
dan
masyarakatnya
dengan
bertopang
pada
nilai-nilai
masyarakatnya sendiri. Tanpa pemimpin yang berkarakter dengan moral dan etika yang baik mustahil stabilitas nasional dapat terwujud, lebih khusus lagi tentang bagaimana tujuan nasional dalam kaitannya mewujudkan perdamaian dunia.
b.
Flexible dan adaptable merupakan tuntutan dari perkembangan jaman yang
harus disikapi dengan baik sehingga kepemimpinan TNI diharapkan mampu melahirkan pemimpin yang mampu menyesuaikan dengan perubahan tersebut. Apabila kepemimpinan TNI tidak dapat dipenuhi oleh pemimpin, maka sangat sulit untuk dapat melahirkan figur pemimpin nasional.
c.
Tujuan Nasional yang sesuai dengan Pembukaan Undang Undang Dasar
1945 alinea keempat yaitu “Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang 18 UU
RI Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia, Pasal 9 point c.
17
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial …”, diharapkan seorang pemimpin mempunyai kepemimpinan untuk mengamalkan nilai-nilai tujuan Nasional
tersebut.
Dari
tujuan
Nasional
tersebut
pemimpin
TNI
mampu
mengaplikasikan kepemimpinannya dalam suatu organisasi, sehingga pemimpin dapat mensejahterakan yang dipimpinnya.
18
BAB IV FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
17.
Umum Perkembangan arus globalisasi dunia telah nyata-nyata membawa perubahan
besar terhadap Indonesia yang saat ini juga sedang dihadapkan kepada situasi krisis kepemimpinan, isu-isu ideologi dan politik, penyalahgunaan media sosial, korupsi, narkoba
dan
permasalahan
terorisme
yang
membutuhkan
penanganan
serius.
Kemampuan para pemimpin bangsa saat ini sangat dibutuhkan dalam mengambil sikap yang lebih tegas dan berani untuk menyelesaikan krisis tersebut. Kemampuan tersebut sangat dipengaruhi oleh kesadaran pemimpin dalam menjiwai kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang tumbuh secara alamiah pada diri bangsa Indonesia karena adanya faktor kesamaan budaya, sejarah dan aspirasi perjuangan bangsa seperti yang disebutkan di dalam Undang-Undang Dasar 1945. Pengembangan nilai-nilai kebangsaan dan ikatan bersama perlu dilakukan secara berkesinambungan agar tidak luntur seiring dengan perkembangan global tersebut. Kepemimpinan TNI mencakup usaha-usaha yang dapat membangkitkan perhatian dan semangat anak buah untuk melaksanakan tugas dengan baik sesuai dengan yang digariskan pemimpin guna mencapai hasil tugas yang optimal. Terjadinya penurunan tingkat profesionalisme prajurit TNI semakin dapat dirasakan sebagai dampak dari penurunan karakter dan keteladanan kepemimpinan TNI yang dalam perjalanannya senantiasa dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal yaitu faktorfaktor yang datangnya dari luar lingkungan TNI, sedangkan faktor Internal yaitu semua faktor yang timbul dan diakibatkan dari dalam lingkungan TNI sendiri.
18.
Faktor Eksternal Kepemimpinan yang disandang oleh seorang manusia yang merupakan makhluk
sosial akan senantiasa berubah seiring dengan perubahan tata nilai yang berkembang di masyarakat sebagai akibat adanya pengaruh perkembangan lingkungan. Perubahan ini adalah akibat dari adanya hubungan atau interaksi sosial yang antara orang dengan orang, orang dengan kelompok maupun kelompok dengan kelompok. Perubahan sosial tentunya tidak muncul begitu saja, namun selalu ada faktor penyebabnya, bisa dari dalam sendiri maupun dari luar . Terjadinya perubahan diawali dengan perubahan sikap individu
19
yang berkembang menjadi perubahan di tingkat kelompok dan apabila itu tidak dapat dicegah akan terus berkembang hingga tingkat yang paling tinggi dalam suatu komunitas bangsa. a.
Globalisasi Pengaruh globalisasi yang melanda dunia saat ini membawa perubahan
kepada nilai-nilai demokrasi, hak azasi manusia, ideologi, sosial budaya, kesejahteraan masyarakat serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Perubahan tersebut tidak boleh begitu saja ditelan mentah-mentah, tetapi harus tetap dipertimbangkan dan disesuaikan dengan kultur budaya bangsa Indonesia. Pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di dunia yang didominasi oleh teknologi informasi dan komunikasi dapat mengakibatkan pertukaran informasi yang relatif cepat dan membuat dunia semakin transparan tanpa
mengenal batas negara. Sementara kemajuan industri telekomunikasi,
transportasi dan pariwisata telah mendorong keterbukaan di berbagai bidang yang mengakibatkan masuknya budaya asing tanpa tersaring. Hubungan antar bangsa sarat diwarnai oleh proses pertukaran tata nilai, ide dan adat istiadat. Berbagai perubahan tersebut, di satu sisi berdampak positif bagi peningkatan kesejahteraan melalui usaha di bidang telekomunikasi, transportasi dan pariwisata namun disisi lain berdampak negatif, karena dapat mempengaruhi kehidupan masyarakat. Bila dampak negatifnya tidak diwaspadai, akan menimbulkan permasalahan baru di bidang ideologi, politik dan keamanan yang dapat membahayakan kehidupan bangsa Indonesia1. Dengan melihat pengaruh gobalisasi dan perkembangan situasi nasional yang ada, maka dalam menyiapkan perwira TNI untuk menjadi pemimpin TNI masa depan, terutama dalam menghadapi situasi persaingan global, tidak bisa hanya mengandalkan ilmu pengetahuan yang hanya diperoleh dari bangku pendidikan. Tuntutan di masa mendatang memerlukan pemimpin TNI yang memiliki wawasan terhadap kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Maka untuk mengoptimalkan pembinaan kepemimpinan TNI yang profesional diperlukan penyiapan yang lebih berwawasan intelektual, semangat kebangsaan serta pembinaan karakter, keteladanan dan kemampuan interaksi dan komunikasi yang baik.
1
Kep Pang TNI No.2/I/2007 tanggal 12 -01-07, tentang Doktrin TNI Tridek, Jakarta , 2007, hal.34
20
b.
Hubungan Sipil Militer Hubungan antara sipil dan militer di Indonesia tidak terlepas dari latar
belakang sejarah dan perkembangan bangsa dan negara. Dalam masa perang warga sipil ikut terlibat secara aktif melakukan perlawanan bersenjata, sedangkan masa damai pihak militer turut aktif dalam pembangunan di segala aspek kehidupan bangsa. Sipil maupun militer senantiasa berjuang dalam mengatasi segenap ancaman yang dihadapi bangsa dan negara. Sesuai dengan perjalanan waktu, hubungan antara sipil dan militer mengalami fluktuasi. Kadangkala keserasian hubungan tersebut mengalami pasang dan kadang kala mengalami surut. Hal ini tentunya memberikan pengaruh kepada kepemimpinan TNI.
c.
Ci vil Society Dalam kehidupan demokrasi di setiap negara-negara maju peranan sipil
lebih dikedepankan, otoritas sipil jauh lebih besar peranannya di pemerintahan daripada peranan yang diperankan oleh militer. Civil Society adalah peran dimana pemerintahan diemban oleh sipil, yang menerima mandat secara konstitusional. Peranan sipil di dalam pemerintahan mempunyai pengaruh baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap kebijakan pembentukan kepemimpinan TNI di masa mendatang.
d.
Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Sejarah mencatat bahwa bangsa-bangsa yang maju adalah bangsa yang
berhasil mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Seiring dengan tuntutan kemajuan di era globalisasi yang berjalan semakin cepat dan tidak mengenal ruang serta waktu, setiap bangsa dituntut untuk bersaing dalam menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Bila suatu bangsa menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi yang maju termasuk didalamnya teknologi militer yang diperlukan pada sistem pertahanan negaranya maka bangsa tersebut memiliki kemampuan kompetitif sehingga disamping dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya, keunggulan yang dimiliki dapat memelihara martabatnya dalam pergaulan dunia.
21
e.
Dukungan Anggaran Untuk
mewujudkan kepemimpinan TNI yang profesional dibutuhkan
dukungan anggaran yang memadai. Tanpa adanya anggaran yang memadai, sulit sasaran prajurit profesional dapat tercapai. Krisis keuangan global yang dialami oleh hampir seluruh negara-negara di dunia telah memberikan dampak yang sangat signifikan bagi pertumbuhan perekonomian, sehingga hal ini memberikan pengaruh
bagi
kemampuan
suatu
negara
untuk
meningkatkan
anggaran
pertahanan termasuk di dalamnya peningkatan profesionalisme prajurit.
f.
Masalah Kependudukan dan Lingkungan Hidup Sebagai bangsa yang besar, Indonesia dengan jumlah penduduk saat ini
yang mencapai + 260 juta jiwa, membuat Indonesia harus menghadapi tantangan yang makin kompleks. Jumlah penduduk yang besar ini menimbulkan masalah yang tidak ringan yang meliputi masalah pengangguran, pemenuhan kebutuhan pokok serta masalah sosial lainnya. Masalah-masalah tersebut memerlukan penanganan agar tidak menimbulkan konflik sosial yang dapat berdampak kepada stabilitas keamanan nasional. Masalah lain yang dapat timbul berkaitan dengan jumlah penduduk adalah bencana alam
dimana memerlukan manajemen
penanganan dampak bencana alam yang melibatkan seluruh komponen bangsa termasuk TNI.
19.
Faktor Internal a.
Ketaatan terhadap Jati Diri Prajurit TNI harus memahami, bahwa kehadiran dan keberadaannya bukan
secara kebetulan, tetapi sudah dirancang untuk memiliki tujuan dan kegunaan bagi masyarakat, bangsa, dan negara. Secara institusi, jatidiri TNI tercantum dalam undang-undang, yakni Undang- Undang Republik Indonesia No. 34 tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia. Jati diri TNI yang harus kita pahami dan hayati bersama adalah: Pertama, sebagai Tentara Rakyat, yang berarti bahwa prajurit TNI adalah tentara yang anggotanya berasal dari rakyat atau warga negara indonesia. Kedua, sebagai Tentara Pejuang, yaitu tentara yang berjuang menegakkan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan tidak mengenal menyerah dalam melaksanakan dan menyelesaikan tugasnya. Ketiga, sebagai Tentara Nasional, yaitu tentara kebangsaan Indonesia yang bertugas demi kepentingan negara di atas
22
kepentingan daerah, suku, ras, dan golongan serta agama. Keempat, sebagai Tentara Profesional, berarti TNI merupakan tentara yang terlatih, terdidik, diperlengkapi secara baik, tidak berpolitik praktis, tidak berbisnis, dan dijamin kesejahteraannya, serta mengikuti kebijakan politik negara yang menganut prinsip demokrasi, supremasi sipil, hak asasi manusia, ketentuan hukum nasional, dan hukum internasional yang telah diratifikasi. Terjadinya degradasi pemahaman terhadap Jati Diri TNI, dapat berakibat menurunnya kurangnya integritas moral terhadap kehidupan di lingkungan prajurit, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
b.
Kesejahteraan Prajurit Sebagai akibat dari arus globalisasi yang demikian derasnya berdampak
kepada pola hidup masyarakat yang semakin konsumtif. Hal inipun terjadi kepada prajurit dan keluarganya, kesejahteraan prajurit dan keluarganya yang layak dan setara dengan lingkungan akan mempengaruhi kinerjanya, sebaliknya penghasilan yang rendah dapat menimbulkan perilaku negatif yang merugikan pribadi maupun institusi.
c.
Penegakan Hukum Disiplin Prajurit Disiplin prajurit dapat terbentuk diantaranya karena konsistensi penegakan
aturan yang keras dengan tetap memperhatikan kondidsi-kondisi terkini yang terjadi. Disiplin bagi seorang prajurit adalah nafas yang harus melekat didalam setiap langkah kehidupannya, sebagai aktualisasinya dapat dilihat dengan tumbuhnya rasa tanggung jawab serta integritas moral yang tinggi didalam pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya. Tekad untuk memberantas segala bentuk penyelewengan sesuai tuntutan reformasi seperti korupsi, kolusi, nepotisme, serta kejahatan ekonomi keuangan dan penyalahgunaan kekuasaan di lingkungan TNI secara bertahap diikuti langkahlangkah nyata dan kesungguhan pemerintah serta aparat penegak hukum dalam menerapkan dan menegakkan hukum, meskipun sudah mulai berkurang namun masih dijumpai terjadinya campur tangan dalam proses peradilan (mafia peradilan), serta tumpang tindih dan kerancuan hukum mengakibatkan terjadinya krisis hukum.
23
d.
Pendidikan Pendidikan dan latihan di lingkungan TNI masih mengahadapi masalah yaitu
kurang bermakna bagi pengembangan pribadi dan watak prajurit, yang berakibat hilangnya kepribadian dan kesadaran akan makna hakiki kehidupan. Pendidikan kemiliteran lebih mendominasi seorang prajurit, sedangkan mata pelajaran yang berorientasi akhlak dan moralitas serta pendidikan agama kurang diberikan dalam bentuk latihan-latihan pengamalan untuk menjadi corak kehidupan sehari-hari. Hal ini berimbas kepada terbentuknya seorang prajurit yang cenderung tidak memiliki kepekaan yang cukup untuk membangun toleransi, kebersamaan, integritas dan karakter yang baik.
e.
Kepemimpinan Kepemimpinan yang baik yaitu yang dapat memberikan keteladanan bagi
anak buah serta lingkungannya, berubahnya pola kehidupan sekarang menuntut seorang pemimpin harus dapat menempatkan dirinya sebagaimana yang tertera dalam azas-azas kepemimpinan TNI. Hal ini berpengaruh besar terhadap anggota termasuk memberikan konstribusi pada sikap kebersamaan, serta menimbulkan soliditas yang baik antar anggota.
20.
Peluang dan Kendala a.
Peluang.
Pancasila dan UUD 1945 masih diakui atau diterima oleh
rakyat dalam berkehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. 1)
Letak Geografis Indonesia.
Secara geografis Indonesia sebagai
negara kepulauan terbesar didunia yang terdiri dari beragam suku, agama, ras serta adat istiadat, apalagi adanya perasaan senasib sepenanggungan sebagai bangsa yang terjajah pernah memiliki tekad kuat untuk merdeka dan lepas dari belenggu penjajahan. Sehingga kondisi geografis bukan lagi merupakan faktor pemisah tetapi justru sebaliknya sebagai sarana perekat timbulnya perasaan untuk bersatu dan berdaulat. Hal ini kita kenal dengan Sumpah Pemuda sebagai manifestasi pernyataan kebulatan tekad para pendahulu kita untuk merasa menjadi bangsa yang satu yaitu bangsa Indonesia.
Sampai sekarangpun semangat kebhineka tunggal ikaan itu
tetap tumbuh dan mengakar pada jiwa dan raga bangsa Indonesia. Hal itu dapat dilihat pada rasa solidaritas bangsa saat terjadi upaya yang
24
merendahkan integritas bangsa oleh negara lain, maka akan terasa oleh seluruh bangsa. 2)
Kemajuan
Ilmu
Pengetahuan
dan
Teknologi.
Kemajuan
ilmu
pengetahuan dan teknologi yang kita rasakan saat ini sangat berdampak besar terhadap cara pandang dan pola pikir manusia dimanapun ia berada. Kemajuan teknologi dapat pula kita manfaatkan untuk memberikan informasi tentang wawasan kebangsaan dan jiwa patriotisme kepada seluruh bangsa. Melalui kemajuan teknologipun arus informasi dapat baik yang positif ataupun negatif dapat disampaikan dan diklarifikasi dengan cepat sehingga tidak menimbulkan kesimpangsiuran informasi. 3)
Demokratisasi dan HAM.
Seiring dengan kemajuan jaman dan
kerasnya tuntutan reformasi yang sedang berkembang di indonesia, juga dihadapkan pada demokratisasi dan hak azasi manusia, hal ini dapat dijadikan peluang oleh bangsa indonesia untuk memperbaiki pandangan seluruh komponen bangsa dalam penjiwaan terhadap nilai-nilai wawasan kebangsaan. Demokratisasi yang sedang berkembang ini tetap mengacu pada demokrasi Pancasila dimana keyakinan akan wawasan kebangsaan ini timbul dari diri sendiri tanpa adanya paksaan. Hak akan bela negara seperti yang tercantum dalam UUD 1945, menjadi ciri bangsa dalam membela tanah air dari penjajahan. Jiwa cinta damai yang dimiliki bagsa indonesia tetap mewarnai setiap langkah demokratisasi dan HAM.
b.
Kendala.
Kemajemukan suku merupakan salah satu ciri masyarakat
Indonesia yang seringkali dibanggakan. Banyak yang belum menyadari bahwa kemajemukan tersebut juga menyimpan potensi konflik yang dapat mengancam kehidupan berbangsa dan bernegara. 1)
Kekeliruan dalam melaksanakan tugasnya di daerah operasi,
banyaknya isu pelanggaran Hak Azasi Manusia di ekspose oleh media massa sehingga menyurutkan ketegasan dan profesionalisme para prajurit TNI. Harus dapat disadari dengan bijak oleh seluruh prajurit TNI bahwa isu Hak Azasi Manusia (Human Right ) merupakan isu global yang berlaku secara universal, TNI harus dapat membedakan perlakuan yang dibenarkan maupun tidak dalam pelaksanaan tugasnya tanpa harus mengesampingkan tuntutan professionalisme dan kepentingan bangsan dan negara.
25
2)
Sebagai pengaruh dari globalisasi, ketidak solidtan dalam tubuh TNI
yang dapat mengurangi profesionalisme TNI. Hal ini apabila dibiarkan merupakan celah yang dapat dimanfaatkan oleh yang tidak bertanggung jawab
untuk
menghancurkan
keutuhan
Negara
Kesatuan
Republik
Indonesia. 3)
Adanya sinyalemen untuk membatasi TNI baik secara institusi
maupun secara personil apabila hal ini dibiarkan membuat prajurit terbatas wawasannya. Akibat yang ditimbulkan yaitu lemahnya daya analisis dalam melihat suatu masalah sehingga lambat mengantisipasi untuk mengatasi masalah-masalah yang timbul. Bila hal ini dibiarkan sangat membahayakan eksistensi bangsa, karena TNI dianggap sebagai satu-satunya institusi perekat bangsa yang masih kuat keberadaannya. 4)
Pemenuhan kebutuhan prajurit yang dapat diukur dengan tingkat
kesejahteraan yang diperoleh prajurit sampai saat ini belum dapat dipenuhi oleh negara. Kesejahteraan sangat erat dihubungkan dengan loyalitas dan professionalisme. Sebagai makhluk sosial yang juga sudah barang tentu berinteraksi
dengan
kehidupan
disekitarnya,
maka
perhatian
akan
kesejahateraan prajurit sebagai kewajiban oleh negara tidak dapat ditundatunda lagi walaupun tetap memperhatikan kemampuan keuangan negara. 5)
Pendidikan. a)
Rendahnya tingkat pengetahuan dan informasi sebagian
masyarakat yang dapat mengakibatkan
rendahnya daya tangkal
terhadap budaya asing yang negatif, dan keterbatasan dalam menyerap serta mengembangkan nilai-nilai baru yang positif, sekaligus mudah sekali terprovokasi dengan isu-isu yang dianggap mengancam eksistensinya. b)
Paradigma
pendidikan
yang
lebih
menekankan
pengembangan intelektual dengan mengabaikan pengembangan kecerdasan emosional, pembentukan sikap moral, dan penanaman nilai budaya.
26
BAB V KONDISI KEPEMIMPINAN TNI YANG DIHARAPKAN
21.
Umum TNI telah ikut mewarnai tata kehidupan bangsa dan negara melalui berbagai
peristiwa yang cukup pantas untuk dikenang. Melalui kepemimpinan tokoh - tokohnya, TNI telah menjalin hubungan yang sinergis untuk menjaga keutuhan dan kelangsungan Bangsa Indonesia. Dengan perkembangan lingkungan strategis yang terus bergulir, kepemimpinan TNI semakin bertumbuh dan banyak mengalami tantangan. Keteguhan moral dan etika, integritas dalam setiap langkah serta kemampuan kompetensi yang dapat diandalkan merupakan syarat mutlak untuk mendapatkan sosok pemimpin yang berkarakter. Dewasa ini,
Pemimpin TNI dituntut untuk memiliki kemampuan dalam
melihat perkembangan ke depan serta berpandangan strategis untuk membawa negara dan bangsa Indonesia tetap kokoh berdiri dalam kancah dunia internasional.
22.
sistem dan metoda Untuk menghadapi tekanan perubahan dewasa ini, Kepemimpinan TNI harus
kembali kepada dasar negara yang melandasi kehidupan berbangsa dan bernegara. Moral kepemimpinan
Pemimpin TNI harus bersumber dari nilai dasar Pancasila.
Aktualisasi moral kepemimpinan berdasar Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara kini menjadi sangat penting apabila dikaitkan dengan tantangan pembangunan nasional serta era globalisasi yang diwarnai dengan triple T revolution (technology, telecomunication/transportation and tourism). Moral kepemimpinan bagi Pemimpin TNI yang bersumber pada Pancasila tercermin secara terpadu dalam ke lima sila dari Pancasila :19 a.
Moral taqwa dalam dimensi vertikal dan dimensi horisontal. Moral
ketaqwaan dalam dimensi vertikal adalah sikap dan perilaku pemimpin yang melaksanakan ibadah secara konsisten menurut agama yang dianutnya. Moral ketaqwaan dalam dimensi horisontal ditandai oleh sikap dan perilaku pemimpin yang melihat dirinya sama dengan orang-orang yang dipimpinnya sebagai manusia ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. b.
Moral Kemanusiaan. Aktualisasi moral kemanusiaan dalam kepemimpinan
identik dengan sikap dan perilaku pemimpin menyadari adanya hak-hak asasi perangkat aturan kebersamaan yang melapangkan aktualisasi HAM dalam batas19 Seskoal
(2016) Paket Intruksi Pendidikan Reguler . Mata Pelajaran Kepemimpinan Nasional dan TNI . Jakarta: Hal. 44.
27
batas tanggung jawab sosial . c.
Moral Kebersamaan dan Kebangsaan. Aktualisasi moral kebersamaan
berkaitan dengan moral ketakwaan dan moral kemanusian yang identik dengan semangat persatuan di antara sesama (pemimpin dan yang dipimpin). d.
Moral Kerakyatan. Aktualisasi moral kerakyatan dalam kepemimpinan
ditandai
oleh
sikap
dan
perilaku
keterbukaan
(transparancy), konsistensi
(consistency) dan kepastian (certainty) dalam implementasi kebijakasanaan. Moral kerakyatan dalam implementasi kebijaksanaan. Moral kerakyatan maupun lanjutan dari moral ketakwaan, kemanusiaan, dan kebersamaan yang mengharuskan pemimpin menyatu dengan mereka yang dipimpin, menyatu dengan rakyatnya. e.
Moral Keadilan. Aktualisai moral keadilan dalam kepemimpinan bagi
Pimpinan Tingkat Nasional ditandai oleh sikap dan perilaku keadilan dan kejujuran yang didasarkan pada tuntutan keimanan dan ketakwaan.
23.
Karakter Pemimpin Nasional Kemampuan pimpinan TNI dalam mengimplementasikan tentang jati diri TNI maka
pimpinan TNI akan lebih bijaksana dalam mengambil setiap keputusan, melaksanakan tugas-tugasnya dan menempatkan diri dalam lingkungan kerjanya. Jati diri yang kuat yang tertanam pada masing-masing pimpinan TNI akan membentuk seorang pimpinan TNI yang mampu berfikir secara global dan visioner untuk mencapai tujuan nasional yang dicita-citakan bangsa Indonesia. Untuk mewujudkan hal tersebut pimpinan TNI telah melakukan berbagai kegiatan antara lain : a.
Pelatihan kepemimpinan yang dilakukan dari tingkat atas sampai
dengan
bawah untuk menyamakan persepsi di lingkungan TNI AL. b.
Memberikan pelatihan yang berkaitan dengan kepemimpinan yang lebih
mengutamakan
karakter
yaitu
dengan
mengembangkan
soft
skill seperti
kepribadian, nilai-nilai, konsep diri dan traits sehingga para prajurit mengetahui kemampuan dan kepribadiannya yang harus dikoreksi atau dikembangkan. c.
Asas-asas kepemimpinan TNI belum terimplementasikan dengan baik
dalam kehidupan sehari-hari, Asas-asas yang perlu dipedomani dan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya adalah 11 asas kepemimpinan TNI 20. Apabila asas kepemimpinan TNI ini dapat dilaksanakan dengan baik maka akan lahir pemimpinpemimpin visioner yang siap menghadapi tantangan di masa yang akan datang. Adapun 11 asas tersebut adalah sebagai berikut :
20 http://www.tni.mil.id/pages-8-11-asas-kepemimpinan.html
di akses pada tanggal 25 Maret 2018
28
1)
Taqwa.
Beriman
kepada
Tuhan
Yang
Maha
Esa
yang
diimplementasikan dengan menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Prajurit TNI sebagai bagian dari warga
Negara
Indonesia
Taqwa
memiliki
kewajiban
untuk
meyakini
satu
agama.
merupakan wujud pengakuan kita atas keberadaan Tuhan Yang Maha Esa yang patut diyakini kebenarannya. 2)
Ing Ngarso Sung Tulodo. Memberikan suri tauladan terhadap anak
buah sesuai dengan aturan dan norma yang ada di masyarakat maupun di kedinasan. Sebagai pemimpin seorang prajurit TNI yang memiliki dan mengemban berbagai tugas yang diberikan oleh negara melalui institusinya masing-masing seorang pemimpin harus mampu memberikan contoh yang baik dan menjadi suri tauladan anak buahnya baik dari kata maupun perbuatan. 3)
Ing Madyo Mangun Karso. Ikut terlibat dalam setiap
dan
selalu
berada
di
tengah-tengah
anak
buah
kegiatan
sebagai
wujud
kehadiran seorang pemimpin. Pemimpin juga memberikan kesempatan kepada para anggotanya untuk berkembang dengan memberikan peluang dan kesempatan pada anak buahnya untuk maju. Sebagai seorang pemimpin juga harus menumbuhkan semangat, etos kerja dan dedikasi anak buah yang dipimpinnya. Dengan tingginya semangat, dedikasi dan etos kerja, maka semua tugas yang diemban mampu untuk dilaksanakan. 4)
Tut Wuri Handayani. Apabila contoh telah diberikan, semangat telah
diwujudkan
maka
selanjutnya
pemimpin
tinggal
mempengaruhi
dan
memberikan dorongan yang positif agar anak buahnya maju dengan selalu memonitoring dan mengontrol satuan yang dipimpinnya. 5)
Waspada
Purba
Wisesa.
Pemimpin
harus
selalu
waspada
mengawasi serta sanggup dan berani memberi koreksi kepada anak buah apabila ata hal-hal yang tidak sesuai dengan aturan yang ada. Pemimpin yang mengetahui kondisi bawahannya akan mampu melakukan antisipatif untuk menghindari kejadian yang tidak diinginkan. Setiap personel prajurit dapat dipastikan memiliki permasalahan, seorang pemimpin harus peka terhadap kondisi tersebut sehingga dapat membantu untuk menyelesaikan setiap permasalahan anak buahnya. 6).
Ambeg Parama Arta. Dapat memilih dengan tepat mana yang harus
didahulukan dengan memiliki kemampuan menilai dan membuat skala prioritas dalam melaksanakan setiap tugas. Seorang pemimpin dalam
29
melaksanakan tugas pada umumnya selain memimpin satuannya juga menerima berbagai beban tugas yang harus diselesaikan. Sebagai seorang pemimpin yang bijak harus mampu memberikan skala prioritas terhadap setiap tugas yang ada. 7)
Prasaja. Bertingkah laku sederhana dan tidak berlebihan dengan
menunjukan sifat dan sikap kesederhanaan. Pimpinan sebagai cermin bagi anak buah harus memiliki performa dan tetap menjaga sikap kesederhanaan baik dalam bersikap maupun bertindak. Hal tersebut diwujudkan agar dalam di lingkungannya, baik lingkungan kerja atau lingkungan masyarakat dapat mudah bersosialisasi dengan baik. 8)
Satya. Bersikap loyal yang timbal balik antara atasan dan bawahan
dan dari bawahan ke atasan serta hubungan ke samping sehingga terbentuk sikap loyalitas dengan bentuk disiplin yang tinggi. Loyalitas merupakan wujud pelaksanaan setiap perintah tanpa menjabarkan atau menolak perintah yang diberikan. Apabila seorang bawahan tidak loyal terhadap pimpinan maka harus dipertanyakan mengenai kepemimpinan yang diterapkan. Apabila hal ini terjadi maka akan mengarah pada tindakan insubordinasi. 9)
Gemi Nastiti. Memiliki kesadaran dan kemampuan untuk membatasi
penggunaan dan pengeluaran segala sesuatu kepada hal yang benar-benar diperlukan untuk mengoptimalkan anggaran yang ada dengan cara merencanakan penggunaan anggaran dan tenaga manusia secara efektif, efisien dan tepat guna. Pada kondisi saat ini efisiensi sangat diperlukan di setiap kedinasan. Lebih-lebih pada saat ini kemampuan anggaran negara dalam mendukung kebutuhan TNI sangat terbatas untuk itu harus disikapi dengan penghematan anggaran dan mengalokasikan pada saran yang tepat dengan berdasarkan urgensinya. 10)
Belaka.
Memiliki
kemauan,
kerelaan
dan
keberanian
untuk
bertanggung jawab atas segala tindakan yang telah dilakukan. Kesalahan anak buah sebenarnya adalah kesalahan pimpinan, untuk itu seorang pimpinan harus memberikan contoh yang baik bagi bawahannya. Ketika pemimpin membuat suatu kesalahan harus memiliki jiwa ksatria untuk mengakui kesalahan yang telah di buat sebagai wujud integritas dari masing-masing pimpinan. pemimpin harus bertanggung jawab mutlak dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggung jawaban terhadap setiap hal yang dipimpinnya.
30
11)
Legawa.
menyerahkan
Memiliki tanggung
kemauan, jawab
dan
kerelaan
dan
kedudukanya
keikhlasan kepada
dalam
generasi
berikutnya. Seorang pemimpin harus memiliki kebesaran hati menyerahkan tongkat estafet pada generasi berikutnya tanpa mengintervensi, selalu memberikan masukan positif kepada generasi berikutnya agar organisasi berkembang dengan baik tanpa meninggalkan jasa-jasa dan sumbang saran generasi sebelumnya.
24.
Keteladanan Pemimpin Nasional Setiap pemimpin harus mampu menjadi suri tauladan, menjadi figur dan contoh
bagi anak buahnya. Setiap perilaku harus menjadi patokan dan contoh yang baik dan bukan justru memberikan contoh yang negatif atau justru menjerumuskan anak buahnya. Pemimpin harus menjadi contoh keteladanan yang kuat dan memiliki hubungan yang positif baik dengan Tuhannya maupun hubungan dengan manusia yang ada di lingkungan sekitarnya. Hubungan dengan Tuhannya tercermin dari ketaqwaan yang tampak dari keteguhan menjalankan perintahNya dan menjauhi segala laranganNya sehingga mampu berbuat yang benar sesuai dengan keimanan yang diyakininya. Pemimpin juga harus memiliki loyalitas yang tinggi yang tercermin dari kerelaan dan berkehendak untuk bekerja yang terbaik bagi bangsa dan negara. Mendahulukan kepentingan anak buah merupakan cerminan para pemimpin terdahulu pada masa perjuangan yang seharusnya harus dipertahankan oleh para pemimpin pada saat ini sehingga bawahan merasa terlindungi dan bangga serta memiliki loyalitas yang tinggi pada pimpinannya. Pemimpin juga harus mampu menjaga kehormatan diri dan keluarganya serta selalu menghargai dan memanusiakan anak buah sehingga segan terhadap pimpinannya, melaksanakan tugas dengan ikhlas bukan karena takut. Pimpinan juga harus memiliki mental dan fisik yang baik sehingga mampu melaksanakan setiap penugasan dan memimpin anak buahnya dengan sukses. Mental yang jelek yang dimiliki seorang pimpinan akan mempengaruhi kinerjanya. Pada situasi sekarang ini telah banyak pemimpin yang bermental kurang baik sehingga terkadang menggunakan jabatannya untuk memperkaya diri sendiri. Kolusi, korupsi dan nepotisme merupakan wujud tindakan pemimpin yang bermental rendah dan berfikir secara instant untuk kepentingan pribadi. Memiliki fisik yang handal merupakan syarat seorang pemimpin TNI karena akan selalu bersama prajuritnya, bertempur, sukses maupun mengalami kegagalan dalam suatu tugas akan selalu bersama dengan prajuritnya. Pemimpin harus memiliki postur dan gestur yang mampu mempengaruhi situasi dengan
31
cara memelihara pola hidup sehingga memiliki standar fisik sebagai seorang prajurit yang memiliki stamina baik. Berikutnya
yang
menjadi
syarat
pemimpin
adalah
memiliki
kemampuan
pengendalian emosional untuk berfikir dan bertindak rasional berdasarkan fakta dan data yang dimiliki. Kepercayaan diri seorang pemimpin sangat mempengaruhi cara dalam pengambilan keputusan dan menjadi faktor yang terpenting menumbuhkan kepercayaan bawahan. Dalam tataran kepemimpinan TNI, diharapkan mempunyai integritas merupakan merupakan hal yang utama karena Integritas merupakan mutu, sifat atau keadaan yang menunjukkan kesatuan yang utuh sehingga memiliki potensi dan kemampuan yang memancarkan kewibawaan dan kejujuran. 21 Oleh karena itu setiap pemimpin khususnya di kalangan TNI seharusnya tetap menjaga integritas yang dimiliki dengan berani konsisten terhadap perkataan dan perbuatan berikut tanggung jawab yang melekat pada jabatan yang diemban. Untuk menjadi seorang pemimpin yang diharapkan memiliki integritas, maka harus memenuhi kriteria-kriteria sebagai berikut:22 a.
Religius. Dengan memiliki jiwa yang religius maka diharapkan oleh seorang
pemimpin TNI dapat melaksanakan setiap tugas yang diemban dengan penuh keikhlasan tanpa pamrih dan mengimani bahwa profesinya merupakan amanah yang harus dipertanggungjawabkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, sehingga berdampak pada peningkatan kinerjanya di organisasi dan akan takut untuk berbuat yang melanggar aturan. b.
Tulus dan ikhlas. Setiap pemimpin TNI harus memiliki sifat tulus dan ikhlas
yaitu berusaha untuk mengatakan sesuatu dengan jujur, dan menghindari untuk mencoba agar dapat mengelabui lingkungan dengan kata-kata palsu, sehingga dengan adanya keterbukaan tersebut maka akan mendapatkan kepercayaan dari lingkungan. c.
Jujur, terbuka dan siap menerima kritik. Seorang pemimpin yang baik
diharapkan memiliki kejujuran atau lurus hati, tidak berbohong dan tidak curang. Ketika kita berbicara tentang kejujuran hal tersebut akan menentukan keberadaan TNI. Pemimpin TNI akan berdiri tegak manakala memiliki nilai kejujuran yang tinggi. Membudayakan kejujuran tidak cukup hanya dengan penjelasan lisan namun
21Seskoal,
(2016). Paket Instruksi Kepemimpinan Strategis, Seskoal, Jakarta.Hal 35. content&view=article&id=14604:maluku-masihrawan-konflik&catid+38:nasional.diakses pada17 Maret 2017 pukul 22.30 WIB 22 http://waspadamedan.com/index.php?option=com
32
dengan memberikan contoh sehingga terjalin kepercayaan dalam hubungan sosial dengan rekan kerja di lingkungan satuan tempat ditugaskan. d.
Disiplin. Seorang pemimpin yang memiliki kedisiplinan akan menjadi
cerminan bagi anak buahnya. Disiplin merupakan kepribadian yang harus dimiliki setiap prajurit, hal ini dapat berupa bentuk kepatuhan untuk menghormati dan melaksanakan suatu sistem yang mengharuskan orang untuk tunduk kepada keputusan, perintah dan peraturan kedinasan yang berlaku. Kepemimpinan yang memiliki disiplin maka akan mampu mengendalikan pasukan atau satuan dipimpinnya, mulai dari satuan terkecil hingga ke satuan tertinggi. e.
Cerdas dan terampil. Seorang pemimpin diharapkan memiliki kecerdasan
untuk dapat membaca situasi dan kondisi di lingkungan tempat bekerja sehingga mampu memberikan keputusan yang tepat dalam menyelesaikan setiap masalah. Melalui keterampilan dan seni kepemimpinan yang dimiliki akan memberikan dampak positif kepada pengembangan organisasi. f.
Memiliki kharisma kepribadian. Seorang pemimpin yang memiliki kharisma
akan memberikan dorongan positif terhadap organisasi atau satuan yang dipimpinnya. Kharisma ini tentunya yang dilandasi oleh kejernihan dan kemurnian hati serta spritual yang tinggi, sehingga akan mampu membawa peningkatan organisasi satuannya. Kharisma akan membuat rasa segan dari seluruh anggotanya sehingga akan melaksanakan segala tugas dan perintah yang diemban dengan penuh rasa ikhlas menuju kejayaan satuannya. g.
Komitmen dan konsisten. Setiap pemimpin harus konsisten dalam hal
berbuat yang terbaik untuk kepentingan organisasi. Artinya tidak terpengaruh terhadap hal-hal yang dapat mempengaruhi keputusan yang diambil. Jadi diharapkan tidak hanya sesekali saja dalam melakukannya sehingga menjadi kunci keberhasilan
dalam
memimpin
sebuah
organisasi
serta
dapat
menjalin
kepercayaan bersama. h.
Tauladan dalam sikap dan perilaku. Keteladanan seorang pemimpin akan
mampu menjadi magnet dan contoh yang baik dalam rangka membangun sebuah organisasi, sikap pemimpin akan senantiasa ditiru oleh anak buahnya sehingga bila pemimpinnya telah memberikan tauladan yang baik maka akan diikuti oleh bawahannya. i.
Toleransi. Dilingkungan organisasi TNI tentunya memiliki kemajemukan
didalamnya, mulai dari suku, ras dan antar golongan apabila tidak ada toleransi maka akan membawa kehacuran pada sebuah organisasi.
33
j.
Semangat, kerja keras, inisiatif, kreatif dan inovatif. Apabila pemimpin telah
memiliki aspek-aspek ini maka peningkatan kemajuan dari organisasi akan lebih cepat tercapai. Aspek-aspek ini dibutuhkan dalam pelaksanaan tugas dalam mengatasi permasalahan satuan, mendidik dan melatih setiap anggota di satuannya. k.
Menguasai tugas. Setiap tugas yang diemban harus mampu dilaksanakan
dengan penuh rasa tanggungjawab, tidak perlu ditimbang untung ruginya, karena pada hakekatnya tugas yang diberikan adalah merupakan bentuk kepercayaan bagi seorang pemimpin. l.
Peka terhadap lingkungan.
Seorang
pemimpin
diharapkan
peka
terhadap lingkungan sekitarnya, sehingga mampu mendeteksi dini terhadap hal-hal yang sekiranya diluar kewajaran. Dengan peka terhadap lingkungan maka akan membantu peningkatan sebuah organisasi. m.
Berlandaskan jati diri TNI. Bahwa kepemimpinan TNI harus memiliki
kepribadian
teguh
dan
memiliki
keyakinan
yang
selalu
mengedepankan
kepentingan tugas demi bangsa dan negara diatas kepentingan pribadi atau golongan. n.
Berani, arif dan bijaksana.
Keberanian dalam memutuskan langkah dan
tindakan dalam menghadapi permasalahan akan mampu membuat pemimpin berpikir secara bijak sehingga keputusan yang tepat dapat tercapai. o.
Meningkatkan dan memelihara kesegaran jasmani. Untuk menjadi pemimpin
yang berintegritas maka harus didukung dengan kesegaran jasmani seperti halnya pepatah mengatakan bahwa,” Didalam badan yang sehat terdapat jiwa yang sehat”
25.
Kemampuan Interaksi dan Komunikasi Pemimpin TNI Ada yang berpendapat bahwa pemimpin harus memiliki Kemampuan interaksi dan
komunikasi kepada anak buahnya adalah orang yang telah diajarkan dan dilatih sebelumnya, dan bukan didapat sejak dari lahir. Hal ini sering diperdebatkan, dan secara ilmiah telah dibuktikan pada banyak survey bahwa dengan pelatihan dan dalam iklim yang menunjang,
seseorang
dapat
berkembang
dan
menjadi seorang
pemimpin, dan
kebanyakan orang harus berjuang pada kepekaan tentang kepemimpinan itu sendiri dan menjadi kompeten melalui latihan dan pengalaman untuk berinteraksi dan berkomunikasi terhadap anak buahnya, adapun di bawah ini kemampuan pemimpin terhadap anak buahnya: a.
Pemimpin yang percaya diri. Seorang pemimpin adalah panutan bagi anak
buah sehingga harus memiliki rasa percaya diri yang kuat karena keputusan yang
34
akan diambil akan berpengaruh terhadap pengembangan organisasi dan dipatuhi oleh bawahannya. Pemimpin juga harus berani mengambil resiko apapun terhadap keputusan yang telah dibuat. Sehingga dengan keputusan yang tepat maka akan meningkatkan kinerja organisasi atau satuannya. b. selalu
Pemimpin yang adil, hanya akan memihak kepada kebenaran dan dia bersikap
keturunan,
suku
proporsional, dan
tidak
golongannya.
membedakan Pemimpin
orang
yang
berdasarkan
melandaskan
pemahaman kepemimpinan demokrasi Indonesia adalah yang mampu
pada
bersikap
adil dan tidak mengutamakan satu kepentingan di atas kepentingan lain. c.
Pemimpin harus menyesuaikan diri dengan norma yang berlaku di
lingkungannya. Mampu mengendalikan emosinya Dia mampu mengendalikan emosinya dan ini terbukti saat dia menghadapi situasi frustasi, depresi atau stres, tapi dia melakukan tindakan positif atau konstruktif. d.
Pemimpin yang Bertanggung Jawab Secara Sosial yang karakternya dia
ikuti secara aktif dalam kegiatan sosial dan memiliki sikap ramah dalam berurusan dengan anggotanya langsung sehingga secara langsung mengetahui keluh kesalnya anggotanya e.
Kegigihan seorang pemimpin yang berhasil membawa perubahan dan
kemajuan adalah mereka yang tidak pernah menyerah. Meski demikian, pemimpin yang baik juga tetap fleksibel dan tidak kaku dalam mengejar pencapaian tujuan dengan ketekunan dan berhasil membawa anggotanya di medan tempur maupun di masa damai. f.
Keahlian
seorang
pemimpin
adalah
orang
yang
unggul,
mampu
bernegosiasi dan komunikatif, dapat mempengaruhi orang lain dan ahli persuasi. Keahlian seorang pemimpin terutama untuk mensinergikan berbagai kemampuan anggotanya dan mengolah berbagai sumber yang tersedia. g.
Pemimpin mampu membangun jaring kerja yang baik dengan pihak di dalam
maupun di luar institusi TNI AL, di dalam dan di luar negeri serta mampu menggandeng stake holders terkait dalam pelaksanaan tugas pokoknya. h.
Pemimpin mempunyai kemampuan untuk memperngaruhi media sosial agar
semua berita harus menyampaikan dengan sebenarnya tanpa ingin menjatuhkan terhadap instansi. i.
Menguasai tehknologi informasi dan bahasa inggris. Seiring perkembangan
tehknologi
seorang
pemimpin
yang
memiliki
kemampuan
tehknologi
dan
kemampuan bahasa maka akan menjadi pemimpin hebat yang mampu dijadikan contoh bagi seluruh anak buahnya.
35
26.
Indikasi keberhasilan. a.
Tercapainya pemimpin yang bermoralitas tinggi dan beretika serta dapat
melaksanakan tugas pokoknya dengan baik, mampu bertanggung jawab terhadap setiap amanat jabatan yang diberikan kepadanya. Dengan adanya moralitas yang baik pemimpin tersebut mampu mempercepat proses reformasi TNI dan lingkungan sosialnya dengan menghindari terjadinya pelanggaran HAM serta terhindar dari Kolusi, Korupsi dan Nepotisme (KKN) yang selalu menjadi sorotan publik sehingga dapat dicontoh dan menjadi suri tauladan bagi bawahannya. Pemimpin ini dalam pelaksanaan tugas di lapangan dapat menempatkan diri sesuai dengan standar perilaku yang dianggap benar oleh masyarakat setempat khususnya menyangkut hal-hal yang sensitif yaitu keyakinan/kepercayaan. b.
Tercapainya pemimpin yang memiliki integritas tinggi dan mempunyai jiwa
nasionalisme yang tinggi yang tercermin dalam pola pikir dan pola tindak yang senantiasa mengutamakan kepentingan bangsa dan negara, mempunyai wawasan kebangsaan dan memahami kejemukan bangsa dan memiliki konsistensi yang tinggi. Kredibilitas pemimpin yang berintegritas dapat dilihat dari keyakinan yang dimiliki, rasa respek dari orang banyak, keberanian atas kemauan untuk bertanggung
jawab
atas
keyakinannya.Pemimpin
tersebut
sudah
memiliki
ketenangan batin dan pengungkapan secara konsisten reaksi emosional yang tepat dalam berbagai situasi. c.
Tercapainya pemimpin yang memiliki kompetensi yang baik memiliki
keterampilan/pengetahuan tentang kemiliteran, mampu melaksanakan tugas pokoknya dengan baik, memiliki kesemaptaan jasmani yang sesuai dengan standar yang telah ditetapkan, memiliki akademis yang menunjang tugas pokoknya serta mampu menguasai teknologi dan bahasa internasional.
36
BAB VI PEMBAHASAN DAN PEMECAHAN MASALAH
27.
Umum Permasalahan
yang
ditemukan
pada
Bab
III
harus
dipecahkan
dengan
mengunakan landasan pemikiran berupa perundang-undangan dan teori-teori yang dapat mendukung tercapainya kondisi yang diharapkan. Dalam proses pemecahan masalah, dengan mencermati kepemimpinan TNI yang ada saat ini dan faktor-faktor yang mempengaruhi, dihadapkan dengan peluang dan kendala yang ada, maka diperlukan suatu penyusunan kebijakan guna mewujudkan hasil terbaik. Proses ini dilandasi oleh peraturan perundang-undangan yang berfungsi sebagai payung hukum dan teori-teori sebagai alat berpikir yang akan membantu dalam proses pemecahan masalah guna memperoleh suatu rumusan kebijakan untuk diaplikasikan dalam bentuk strategi dan upaya-upaya yang dapat diterapkan dalam strategi optimalisasi kepemimpinan TNI guna membentuk sosok pemimpin yang berkarakter dalam rangka mewujudkan pemimpin yang strategis visioner dan global.
28.
Pemecahan Masalah a.
Karakter Pemimpin TNI Indonesia merupakan negara kepulauan (archipelagic state) yang 2/3
wilayahnya adalah perairan.lebih luas dari daratan yang terdiri dari 16.056 pulau yang sudah memiliki nama berdasarkan verifikasi dari PBB. Namun Indonesia juga masih memiliki 1.448 pulau yang masih memerlukan validasi. Luas wilayah Indonesia mencapai 7,9 juta km²
dimana 1,8 juta km² wilayah daratan maka
dengan demikian luas wilayah laut tertorial Indonesia mencapai 3,2 km² dan luas laut perairan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) mencapai 2,9 juta km²23. Disamping luas wilayah Indonesia juga terkandung kekayaan alam yang tidak akan ada habisnya. Kekayaan alam yang terkandung di wilayah perairan dengan berbagai macam sumber daya hayati merupakan komoditi yang dapat dimanfaatkan untuk kemakmuran rakyat. Sektor perikanan akan berkembang apabila dikelola dengan baik. Sistem pengelolaan yang dilakukan perlu menjadi tanggung jawab pemerintah sehingga tidak dimanfaatkan oleh oknum-oknum untuk kepentingan diri sendiri. Pada skala besar wilayah perairan Indonesia juga merupakan daerah yang potensial untuk dimanfaatkan pihak lain mengambil keuntungan dengan melakukan 23 Pasal
2 Undang-undang No. 5 Tahun 1983 tentang Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia
37 kegiatan yang bersifat illegal sehingga masih terdapat kerawanan di wilayah perairan Indonesia. Menurut Suhartono : perairan Indonesia pernah digolongkan sebagai perairan yang rawan di dunia dan dijuluki the most dangerous waters bersama beberapa perairan lainnya. Masalah kerawanan terbesar yang dihadapi bangsa Indonesia adalah berkisar pada permasalahan maritim seperti : sea robbery and piracy, illegal fishing, trans- national threat , pelanggaran wilayah, lalu lintas laut yang terkait dengan separatisme, ancaman terorisme maritim yang harus dijadikan fokus bagi pemerintah 24. Dihadapkan pada kondisi sumber daya Indonesia yang memiliki potensi yang besar serta tantangan yang harus di hadapi, untuk mencapai tujuan nasional bangsa Indonesia yang tercantum dalam alinea keempat Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 meliputi : melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut serta melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial 25 dibutuhkan seorang pemimpin nasional yang mampu mewujudkan tujuan nasiol tersebut.
Menurut Gibson kepemimpinan adalah suatu usaha mempengaruhi orang antar perseorangan (interpersonal ), lewat proses komunikasi, untuk mencapai sesuatu atau beberapa tujuan 26. Kepemimpinan memiliki fenomena yang komplek yang saling berkaitan antara pemimpin, pengikut, dan situasi. Ketiga aspek tersebut berkaitan dengan kapasitas masing-masing, pemimpin terkait dengan perilakunya,
bawahan
berhubungan
dengan
kemampuan,
keahlian
dan
motivasinya, dan situasi terkait dengan karakteristik lingkungan kerjanya yang mencakup tingkat struktur tugas, sistem wewenang formal yang ada, dan kelompok kerja. Kepemimpinan itu sendiri adalah ilmu dan seni mempengaruhi orang lain agar didapatkan kesetiaan, loyalitas dan kepatuhan untuk melaksanakan tugas atau mencapai tujuan. Sepanjang
sejarah
perjuangan
bangsa
Indonesia
telah
melahirkan
pemimpin nasional yang memiliki karakter dengan integritas yang tinggi dalam usaha mempertahankan kedaulatan Negara Indonesia dari penjajahan. Sebagai contoh Panglima Besar Sudirman yang memiliki jiwa kepemimpinan dengan rela memimpin
pasukannya
dalam
kondisi
sakit
masuk
keluar
hutan
demi
mempertahankan kedaulatan Negara Indonesia. Selain itu pemimpin-pemimpin TNI juga telah terbukti integritas dan loyalitasnya pada bangsa dan Negara saat
24 Suhartono,
A. (2010). Membangun Budaya Maritim dan Kearifan Lokal di Indonesia. Gramedia,
Jakarta 25 Undang – undang 26
Jakarta.
Negara RI Tahun 1945, Alenia 4 Gibson, J.L., Ivancevich, J.M., & Donnely, J.H.(1982). Organisasi dan Menejemen. Erlangga,
38
peristiwa pemberontakan Permesta, DI/TII dan G 30 S/PKI. Peristiwa – peristiwa tersebut telah melahirkan pemimpin-prmimpin nasional seperti Jendral AH. Yani, Jendral Soeharto, dan Komodor Yos Sudarso saat perang laut sebagai pengawak KRI Macan Tutul.
Patriotisme seorang pemimpin tercermin dalam diri para
pahlawan yang tertuang dalam pola pikir, pola sikap dan pola tindak yang tidak lain hanyalah untuk kepentingan bangsa dan Negara. Namun seiring dengan perkembangan peradaban dunia yang dipengaruhi oleh faktor - faktor secara global, regional maupun nasional kepemimpinan yang dicontohkan oleh para pendahulu mulai luntur dan bahkan hilang pada era sekarang ini. Munculnya permasalahan-permasalahan pemimpin di lingkungan pemerintahan maupun militer menjadi indikator semakin menunjukkan degradasi nilai-nilai kepemimpinan pendahulu. Pemimpin pada masa ini sudah mulai banyak tersangkut kasus penggelapan anggaran, KKN yang berujung pada pemeriksaan yang dilakukan oleh KPK. Mereka tidak memikirkan rakyatnya namun justru memanfaatkan jabatannya sebagai pemimpin untuk kepentingan pribadinya. Figur kepemimpinan yang berkarakter dengan mengutamakan rakyatnya di Indonesia sudah mulai luntur, mereka lebih condong berfikir untuk kemenangan golongannya dan kesejahteraannya. Banyak pimpinan pemerintah berurusan dengan lembaga anti rasuah dari tingkat Provinsi, kotamadya, maupun kabupaten dan bahkan pimpinan yang mewakili rakyat baik di DPR maupun MPR. Kepemimpinan di TNI seharusnya dapat dijadikan sumber yang mencetak para pemimpin nasional sehingga mampu membawa Negara Indonesia sejajar dengan Negara-negara lain. Pendidikan kepamimpinan yang diterima seorang prajurit dengan pengalaman penugasan seharusnya sudah mampu mencetak pemimpin-pemimpin nasional karena dipersiapkan dengan baik. Menurut Kartono pemimpin-pemimpin yang berhasil harus dipersiapkan, dilatih dan dibentuk secara berencana dan sistematis. Mereka harus diberikan latihan dan pendidikan khusus untuk membiasakan diri bertingkah laku menurut pola-pola tertentu, agar mereka mampu melaksanakan tugas-tugas kepemimpinan dan sanggup membawa kelompok atau orang-orang yang dipimpinnya ke sasaran yang ingin dicapai 27. Dengan sistem yang miliki oleh TNI seharusnya dapat menghasilkan pemimpinpemimpin nasional yang berkarakter, namun kenyataannya hal tersebut belum terwujud.
27 Kartono,
K (1994). Pemimpin dan Kepemimpinan. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
39
b.
Keteladanan pemimpin TNI Pemimpin TNI sangat dibutuhkan untuk memberikan contoh teladan kepada
bawahan agar dapat menjadi pedoman dalam melaksanakan tugas 28. Bila dikaitkan dengan kepemimpinan nasional, Perwira TNI banyak sekali yang kurang mampu memberi contoh keteladanan bagi bawahannya, sehingga kepentingan yang lebih besar atau skala nasional tidak akan mampu tercapai. Hal ini perlu dilaksanakan peningkatan keteladanan kepada para Perwira TNI sedini mungkin. Keteladanan tidak boleh diabaikan apabila menjadi seorang pemimpin, karena seorang pemimpin
harus
mampu
memberi
keteladanan
dengan
menjalankan
kepemimpinannya. Pemimpin yang bermoralitas tinggi dan beretika dapat diwujudkan dalam melaksanakan tugas pokoknya dengan baik, mampu bertanggung jawab terhadap setiap amanat jabatan yang diberikan kepadanya. Dengan moralitas yang baik pula maka diharapkan mampu mempercepat proses reformasi TNI dan lingkungan sosialnya dengan menghindari terjadinya pelanggaran HAM serta terhindar dari Kolusi, Korupsi dan Nepotisme (KKN) yang selalu menjadi sorotan publik sehingga dapat dicontoh dan menjadi suri tauladan bagi bawahannya. Pemimpin ini dalam pelaksanaan tugas di lapangan harus dapat menempatkan diri sesuai dengan standar perilaku yang dianggap benar oleh masyarakat setempat khususnya menyangkut hal-hal yang sensitif yaitu keyakinan/kepercayaan. Maka dalam setiap pengambilan keputusan harus memperhatikan aturan yang berlaku di kalangan masyarakat. Pemimpin harus memiliki keteladanan. Hal ini dapat diwujudkan dengan memiliki keterampilan/pengetahuan tentang kemiliteran, mampu melaksanakan tugas pokoknya dengan baik, memiliki kesemaptaan jasmani yang sesuai dengan standar yang telah ditetapkan, memiliki akademis yang menunjang tugas pokoknya serta mampu menguasai teknologi dan bahasa internasional. Meningkatkan terus keteladanan pemimpin harus adanya suatu konsep yang bertujuan membekali pemimpin dengan pengetahuan baik pendidikan militer secara khusus, pendidikan sains dan teknologi, bahasa, manajemen pendidikan, maupun penedidikan lainnya yang yang menunjang peningkatan kompetensi. Pemimpin Keteladanan yaitu yang pertama strengths-based approach (pendekatan berbasis keunggulan), yang bertujuan untuk menempatkan seorang individu 28
Kerja”
sesuai
dengan
kepribadiannya,
dan
kemudian
mengembangkan
Maulana E. dan Heriyanto M. “keteladanan Pimpinan, Aktualisasi Diri, Balas Jasa dan Disiplin
40
kompetensi dan pengalamannya. Sedangkan konsep yang kedua yaitu pengujian kompetensi dalam rangka pemilihan jabatan, tentunya dengan adanya konsep tersebut dapat dihasilkan suatu jabatan yang ditempati oleh personel yang mampu dibidangnya. c.
Kemampuan Interaksi dan Komunikasi Pemimpin TNI Pemimpin di dalam sebuah organisasi/instansi kepemimpinan nasional,
pemimpin mampu menjadi sebagai komunikator. Pemimpin yang efektif serta memiliki kemampuan komunikasi yang efektif pula, sehingga sedikit banyak akan mampu merangsang partisipasi orang-orang yang dipimpinnya. Pemimpin juga harus piawai dalam melakukan komunikasi baik komunikasi verbal maupun non verbal. Komunikasi verbal yang baik dapat dilakukan dengan menggunakan tutur kata yang ramah, sopan,dan lembut. Komunikasi non verbal dapat dilakukan dengan mengkomunikasikan konsep-konsep yang abstrak misalnya kebenaran, keadilan, etika, dan agama secara non verbal misal menggunakan bahasa tubuh. Perwira TNI yang mampu menguasai hal tentang berinteraksi dan berkomunikasi, maka perwira tersebut mampu melaksanakan tugas diplomasi TNI Angkatan Laut dalam rangka mendukung kebijakan politik luar negeri yang ditetapkan oleh pemerintah29. Suatu tantangan pemimpin nasional saat ini adalah bagaimana figur seorang pemimpin masa depan mengangkat bangsa Indonesia kearah yang lebih baik. Pemimpin yang mampu menciptakan suasana yang dapat mendinginkan hati rakyat,
mengembalikan reformasi sesuai dengan arahnya, mampu menyatukan
hubungan antara misi dan tujuan organisasi, memiliki kepribadian yang dapat menjadi panutan hati rakyat, mempumyai keberanian dan kemampuan dalam mengambil sikap dengan tidak mengorbankan masyarakat banyak, memiliki kepercayaan untuk membangun masa depan dengan dasar keyakinan yang dicerminkan melalui prilaku yang biperbuatnya. Di dalam proses pelaksanaannya ini memerlukan andil seluruh lapisan masyarakat agar adanya satu kesatuan dan kebulatan tekad, sehingga Negara Kesatuan Republik Indonesia dapat terhindar dari bahaya disintegrasi bangsa.
29 UU
RI Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia, Pasal 9 point c.
41
BAB VII PENUTUP
29.
Kesimpulan Berdasarkan pembahasan tentang optimalisasi kepemimpinan tni guna
melahirkan figur Pemimpin nasional yang berkarakter dalam rangka mencapai tujuan nasional dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : a.
Mental
yang
jelek
yang
dimiliki
seorang
pimpinan
akan
mempengaruhi kinerjanya. b.
Masih ada yang menggunakan jabatannya untuk memperkaya diri
sendiri. Kolusi, korupsi dan nepotisme merupakan wujud tindakan pemimpin yang bermental rendah dan berfikir secara instant untuk kepentingan pribadi. c.
Keraguan
dalam
pengambilan
keputusan
adalah
dapat
mempengaruhi kepercayaan bawahan terhadap pimpinan. d.
Kurang mampu memberi contoh keteladanan bagi bawahannya,
sehingga kepentingan yang lebih besar atau skala nasional tidak akan mampu tercapai. e.
Di dalam tubuh TNI banyak perwira yang tersandung permasalahan
narkoba, perselingkuhan/asusila, dan desersi. f.
Adanya komunikasi tidak berlangsung, maka hubungan antar
Pemimpin terhadap bawahan tidak sinkronisasi dalam pelaksanaan tugas. 30.
Saran a.
Mabes TNI perlu menanamkan kembali nilai nilai Pancasila dan nilai
luhur Bangsa Indonesia dalam setiap generasi baru pemimpin TNI melalui lembaga
lembaga
pendidikan
sehingga
didapatkan
pemimpin
yang
berkarakter kuat dalam menghadapi perkembangan situasi global dan perkembangan teknologi .
b.
Mabes Angkatan memperbaiki dan mengoptimalkan kepemimpinan
yang sudah ada saat ini dengan meningkatkan integritas para pemimpin TNI sehingga organisasi akan terus meningkat , serta dapat mewariskan hal – hal yang bersifat positif tersebut untuk perkembangan generasi selanjutnya.
c.
Mabes Angkatan perlu memberikan kesempatan dan dorongan
kepada
generasi
selanjutnya
dalam
mengembangkan
kemampuan
42
intelektual, emosional maupun spritual hingga pada taraf nasional, bahkan hingga taraf internasional, sehingga akan terlahir pemimpin – pemimpin berkarakter kuat yang strategis visioner dari Bangsa Indonesia.
43
MARKAS BESAR ANGKATAN LAUT SEKOLAH STAF DAN KOMANDO
Lampiran “A”
DAFTAR PUSTAKA
1. Buku dan Barang Cetakan
Dr. Wirawan, MSL, Sp.A., M.M., M.Si. (2013). Kepemimpinan; Teori. Psikologi, Prilaku Organisasi, Aplikasi dan Penelitian. Jakarta: PT. Raja Grafindo Gary Yukl. (2010). Kepemimpinan dalam Organisasi. Edisi ke-5 . Jakarta: PT Indes Jakarta Freddy Numberi, Laksamana Madya TNI (Purn). (2009). Kepemimpnan Sepanjang Zaman. Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer Hadari, N., M. Martini, H. (2012). Kepemimpinan yang Efektif. Edisi ke-6 . Yogyakarta: Gajah Mada University Press Sutanto. Dasar-dasar Organisasi, (2002). Yogyakarta: Gajah mada University Press. Seskoal (2016). Paket Instruksi Reguler Seskoal Mata Pelajaran Kepemimpinan Nasional dan TNI . Jakarta. Arief Mutaqien (2011). Leadership , Membentuk Pemimpin Muda Masa Depan Yang Berkarakter Dan Bermoral , Jakarta. Octavian, A. (2012). Militer Dan Globalisasi: Studi Sosiologi Militer Dalam Konteks Globalisasi Dan Kontribusinya Bagi Transformasi TNI. Jakarta: UIP. Presiden RI Dr. H Susilo Bambang Yudhoyono naskah pidato pada Peringatan Hari TNI ke 60 tanggal 5 Oktober Seskoal (2016). Paket Intruksi Pendidikan Reguler. Mata Pelajaran Kepemimpinan Nasional dan TNI . Jakarta. Matondang, M. H. (2008). Kepemimpinan: Budaya Organisasi dan Manajemen Stratejik . Yogyakarta: Graha Ilmu.
44
2.
Peraturan
Perundang-
undangan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 tahun 2002 Tentang Pertahanan Negara. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia
3.
Sumber Internet
Rita F.D.Sejarah Perkembangan Ilmu Manajemen. 2003. USU, Medan. http://library.usu.ac.id/download/fe/manajemen-ritha4.pdf, diakses pada tanggal 15 Maret 2017 jam 20.00 WIB. http://news.detik.com/berita/2857979/ini-kronologi-kasus-black-dollar-yangmelibatkan-perwira-tni-al diakses pada hari Sabtu tanggal 18 Maret 2017 pukul 09.00 WIB. http://surabaya.tribunnews.com/2016/01/30/denpom-ngawi-razia-perjudianperwira-tni-ditangkap-di-lokasi-perjudian diakses pada hari Sabtu tanggal 18 Maret 2017 pukul 09.10 WIB. http://kbbi.web.id/kompas, diakses pada hari Sabtu tanggal 11 Maret 2017 pukul 10.00 WIB. http://news.liputan6.com/read/2870006/panglima-tni-kita-bekerja-senyapberantas-korupsi,di akses tgl; 11 Maret 2017 , jam 09.50 WIB http://news.okezone.com/read/2015/09/19/519/1217088/pembunuh-perwiratni-al-adalah-anak-buahnya-sendiri https://www.google.co.id/search?q=grafik+hasil+survei+Center+for+ Strategic+and +International+Studies+(CSIS)+tni&* http://www.hukumonline.com/berita/baca/hol10207/bila-militer-kembaliberkuasa-keadaan-indonesia-belum-tentu-membaik,di akses tgl; 11 Maret 2017 , jam 09.50 WIB Listyanti, A. S. (5 Oktober, 2013). Anggota TNI Dilarang Punya Usaha Sampingan.Tempo.Co:https://m.tempo.co/read/news/2013/10/05/078519386/anggo ta-tni-dilarang-punya-usaha-sampingan,diakses pada tanggal 9 Maret 2017, pukul 23:45 WIB Understanding
Meritocracy .
(25
Juni
2014).
Today
Online:
http://www.todayonline.com/singapore /understanding-meritocracy, diakses pada tanggal 10 Maret 2017, pukul 02:00 WIB.