KLASIFIKASI SUNGAI
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH HIDROLOGI
Dosen Pengampu : Prof. Dr. Sugeng Utaya, M.Si dan Fatiya Rosyida, S,Pd., M.Pd
Disusun Oleh : Dinda Fiqriana I.
160721600942 160721600942
Evi Kurniawati
160721614488 160721614488
Fitri Dia Amana T.
160721614496 160721614496
Khairunnisa
160721614484
UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS ILMU SOSIAL JURUSAN GEOGRAFI APRIL 2017
SUNGAI
1. Pengertian Sungai Sungai merupakan jalan air alami. mengalir menuju Samudera, Danau atau laut, atau ke sungai yang lain. Pada beberapa kasus, s ebuah sungai secara sederhana mengalir meresap ke dalam tanah sebelum menemukan badan air lainnya. Dengan melalui sungai merupakan cara yang biasa bagi air hujan yang turun di daratan untuk mengalir ke laut atau tampungan air yang besar seperti danau. Sungai terdiri dari beberapa bagian, bermula dari mata air yang mengalir ke anak sungai. Beberapa anak sungai akan bergabung untuk membentuk sungai utama. Aliran air biasanya berbatasan dengan kepada saluran dengan dasar dan tebing di sebelah kiri dan kanan. Penghujung sungai di mana sungai bertemu laut dikenali sebagai muara sungai. Sungai merupakan salah satu bagian dari siklus hidrologi. Air dalam sungai umumnya terkumpul dari presipitasi, seperti hujan,embun, mata air, limpasan bawah tanah, dan di beberapa Negara tertentu air sungai s ungai juga berasal dari da ri lelehan l elehan es / salju. Selain air, sungai juga mengalirkan sedimen dan polutan. Kemanfaatan terbesar sebuah sungai adalah untuk irigasi pertanian, bahan baku air minum, sebagai saluran pembuangan air hujan dan air limbah, bahkan sebenarnya potensial untuk dijadikan objek wisata sungai. Di Indonesia saat ini terdapat 5.950 daerah aliran sungai (DAS). 2. Klasifikasi Sungai Sungai diberbagai tempat di belahan bumi memiliki banyak banyak variasi dan perbedaan. Hal tersebut karena lingkungan alam sebagai faktor pembangun sungai memiliki karakteristik masing-masing. Akibatnya sungai yang terbentuk tampil dalam bentuk, pola, kondisi yang beraneka ragam. Adanya keberagaman kondisi sungai
ini
mendorong
para
ahli
hidrologi
untuk
mengelomokkan
dan
mengklasifikasikan sungai berdasarkan kriteria tertentu. Beberapa klasifikasi sungai adalah sebagai berikut.
A. Berdasarkan Sumber Air a) Sungai Mata Air Sungai semacam ini biasanya terdapat di daerah yang mempunyai curah hujan sepanjang tahun dan alirannya tertutup vegetasi. Namun ada juga yang tidak tertutup vegetasi. Contoh: Sungai Ci Kapundung dan Sungai Ci Beet
Gambar: Sungai Ci Kapundung, Bandung
Ci Kapundung adalah sungai yang membelah Kota Bandung. Dari kawasan utara menuju selatan yang bermuara di Ci Tarum. Sungai ini berhulu di utara Kota Bandung tepatnya di daerah Lembang yang airnya berasal dari Curug Ciomas. Sepanjang aliran sungai ini penuh dengan pemukiman, perdagangan, dan lain-lain yang memanfaatkan fungsi dari sungai tersebut.
Gambar: Sungai Ci Beet, Bogor
Ci Beet adalah anak sungai Ci Tarum yang menjadi batas alami antara Kabupaten Bekasi dan Kabupaten Karawang. Ci Beet merupakan salah satu sungai yang memasok air ke saluran irigasi Tarum Barat atau biasa disebut Kalimalang. b) Sungai Hujan Sungai yang airnya berasal dari air hujan baik secara langsung maupun tidak langsung. Sungai hujan yang airnya secara langsung berasal dan air hujan, apabila curah hujan yang jatuh langsung mengalir di permukaan bumi dan masuk ke dalam aliran sungai. Sungai hujan yang airnya secara tidak langsung berasal dari air hujan, apabila curah hujan yang jatuh terlebih dahulu mengalami peresapan ke dalam tanah (infiltrasi), dan pada tempat-tempat yang lebih rendah air hujan yang meresap tadi muncul kembali ke permukaan bumi sebagai mata air, kemudian membentuk aliran sungai. Pada umumnya, sungai-sungai di Indonesia tergolong jenis sungai hujan, kecuali beberapa sungai di Provinsi Papua tergolong sungai campuran. Sungai di Indonesia pada umumnya termasuk sungai jenis ini, sebab wilayah Indonesia beriklim tropis dan banyak turun hujan. Contoh : Sungai Cisadane di Jawa Barat dan Sungai Mahakam di Kalimantan.
Gambar: Sungai Cisadane, Jawa Barat
Ci Sadane adalah salah satu sungai besar di Tatar Pasundan, Pulau Jawa, yang bermuara ke Laut Jawa. Pada masa lalu, sungai ini juga disebut dengan nama Ci Gede setidaknya pada bagian di sekitar muaranya. Hulu sungai ini berada di lereng Gunung Pangrango — dengan beberapa anak sungai yang berawal di G. Salak, melintas di sisi barat Kabupaten Bogor, terus ke arah Kabupaten Tangerang dan bermuara di sekitar Tanjung Burung. Dengan panjang keseluruhan sekitar 126 km, sungai ini pada bagian hilirnya cukup lebar dan dapat dilayari oleh kapal kecil.
Gambar: Sungai Mahakam, Kalimantan Timur
Mahakam merupakan nama sebuah sungai terbesar di provinsi Kalimantan Timur yang bermuara di Selat Makassar. Sungai dengan panjang sekitar 920 km ini melintasi wilayah Kabupaten Kutai Barat di bagian hulu, hingga Kabupaten Kutai Kartanegara dan Kota Samarinda di bagian hilir. Di sungai hidup spesies mamalia ikan air tawar yang terancam punah, yakni Pesut Mahakam. Sungai Mahakam sejak dulu hingga saat ini memiliki peranan penting dalam kehidupan masyarakat di sekitarnya sebagai sumber air, potensi perikanan maupun sebagai prasarana transportasi.
c) Sungai Gletser Sungai yang airnya berasal dari gletsyer atau salju yang telah mencair. Gletsyer adalah lapisan es yang bergerak secara perlahan melalui lembah menuruni pegunungan-pegunungan karena gaya beratnya. Banyak dijumpai di negara-negara yang beriklim dingin, seperti Sungai Gangga di India dan Sungai Rhein di Jerman. Sungai jenis ini biasanya hanya terdapat di daerah dengan ketinggian di atas 5.000 m dari permukaan laut. Contoh : Sungai Gangga di India dan sungai Rhein di Jerman
Gambar: Sungai Gangga, India
Sungai Gangga ini terletak diantara pergunungan Himalaya dan pergunungan windya-kedna. Gangga merupakan sungai di India Utara dan menurut pemerintahan India disebut sebagai sungai nasional Bharat. Sungai ini adalah sungai suci bagi yang beragama hindu karena mengandung amrit, nektar keabadian. Sungai Gangga dihiasi 18 jembatan ponton untuk peserta festival.
Gambar: Sungai Rhein, Jerman Sungai Rhein berasal dari Pegunungan Alpen di Swiss wilayah Graubünden. Sungai Rhein salah satu sungai paling panjang di Eropa dengan panjang 1.230 km, bersama dengan Sungai Donau membentuk banyak perbatasan utara Kekaisaran Romawi dan sejak saat itu telah menjadi jalur air penting yang bisa dilayari, memengaruhi perdagangan di pedalaman. Sungai Rhein membelok ke barat ke Belanda, di mana bersama dengan Meuse membentuk delta yang luas. Melintasi perbatasan ke Belanda, Sungai Rhein melebar, namun sungai itu kemudian terpecah menjadi 3 anak sungai utama: IJssel, Waal dan Nederrijn. d) Sungai Campuran Sungai yang sumber airnya berasal dari air hujan dan gletsyer yang mencair. Di daerah lintang sedang, pegunungan-pegunungan sangat tinggi umumnya tertutup oleh saiju, dan banyak gletsyer menuruni lereng melalui lembah tersebut. Karena perubahan suhu, saiju dan gletsyer sewaktu-waktu dapat mencair dan mengisi lembah-lembah sungai di sekitarnya. Disamping itu, karena daerah tersebut juga mempunyai presipitasi yang cukup tinggi maka air hujan di daerah itu juga masuk ke dalam palung-palung sungai. Contoh sungai campuran di Indonesia adala Sungai Memberamo dan Sungai Digul di Papua. Contoh : Sungai Memberamo dan sungai Digul di Papua.
Gambar: Sungai Memberamo, Papua Sungai Mamberamo adalah sebuah sungai sepanjang 670 km yang terletak di sebelah selatan Pegunungan Foja, Kabupaten Sarmi, Provinsi Papua. Sungai Mamberamo merupakan sungai dengan lebar terbesar di Indonesia. Sumber air sungai ini berasal dari pertemuan antara beberapa anak sungai utama, yaitu Tariku, Van Daalen dan Taritatu. Air lalu mengalir ke arah utara melalui lembah Pegunungan Van Rees guna mencapai bagian delta yang berawa dataran rendah. Sungai ini akhirnya bermuara di Samudra Pasifik di titik utara Tanjung D'Urville. Danau Rombebai dan Bira terletak di sepanjang aliran sungai. Secara geologis, Mamberamo dan kawasan sekitarnya memang cukup menarik karena tersusun oleh endapan batuan sedimen yang tebalnya mencapai ribuan meter serta terpotong-potong oleh struktur geologi yang rumit. Juga karena masih dipengaruhi oleh tekanan tektonik aktif, di beberapa tempat muncul fenomena alam berupa keluarnya semburan lumpur dari dalam bumi (mudvocano). Fenomena ini mudah dikenali dari penampakan di lapangan yang jika diamati dari udara bentuknya berupa kumpulan lumpur dan pasir berwarna abu-abu berbentuk sirkuler dengan diameter lebih dari 50 m yang muncul di tengah-tengah hutan lebat. Sungai sepanjang 670 km ini memiliki kawasan resapan seluas 138.877 km². Kedalaman sungai berkisar antara 8 hingga 33 m. Menurut penelitian pada 1983, debit airnya mampu mencapai 5.500 m³/detik.
Lanskap di sekitar sungai ini bervariasi. Di daerah hulu berupa pegunungan yang curam, di daerah hilir terdapat dataran yang yang berawa-rawa, dan di bagian tengah berupa cekungan dataran tinggi yang luas. Curah hujan di daerah aliran sungai (DAS) Mamberamo dapat mencapai 5.600 mm/tahun.
Gambar: Sungai Digul, Papua
Salah satu sungai terpanjang di nusantara ini ternyata berada di tanah Papua. Panjang sungai Digul mencapai 546 km. Beberapa anak sungai Digul antara lain Sungai Mappi (Kabupaten Mappi sampai Boven Digul) dan anak sungai Mandobo (Tanah Merah sampai Kecamatan Mandobo). Tanaman merambat dan pakis banyak dijumpai di sekitar sungai. Hewan air yang habitatnya di sungai Digul ini antara lain adalah kura-kura, buaya, ikan mujair, lele, gabus, gurameh. Sungai Digul juga dimanfaatkan sebagai sarana transportasi. Di sekitar sungai ada dua perusahaan, perusahaan kelapa sawit dan tripleks. Sayangnya pembuangan limbah pabrik tidak terkendali dan tidak diperhatikan sehingga kemungkinan hewan dan tumbuhan yang tinggal di sungai Digul dapat mengalami kepunahan.
B. Berdasarkan Arah Aliran a) Sungai konsekuen, sungai yang arah aliran airnya searah dengan kemiringan lerengnya. Contoh : Sungai Progo dan Sungai Opak di Yogyakarta
Gambar: Sungai Progo, Yogyakarta
Kali Progo atau sungai Progo adalah salah satu sungai besar yang melintasi Kota Yogyakarta. Daerah aliran Kali Progo adalah seluas 2380 km2 yang melewati Propinsi Jawa Tengah dan DI Yogyakarta dengan panjang sungai 140 km. Tetapi 75 % daerah aliran Kali Progo terdapat di DI Yogyakarta. Hulu utama aliran Kali Progo adalah Gunung Sindoro, dan juga berhulu pada Gunung Merapi, Gunung Menoreh, Gunung Merbabu, dan Gunung Sumbing, kemudian bermuara di Pantai Trisik di pesisir selatan Jawa menuju Samudera Hindia. Pun terdapat beberapa anak sungai yang mengalir ke Kali Progo, yaitu Kali Krasak dan Kali Bedog yang berhulu di Gunung Merapi, Kali Tangsi yang berhulu di Gunung Sumbing, Kali Tingal yang berhulu di Gunung Sijambul, dan Kali Elo yang berhulu di Gunung Merbabu. Sementara di daerah muara kali tersebut terkenal sebagai daerah penambangan pasir. Di daerah hulu, tepatnya di Magelang, aliran Kali Progo dimanfaatkan sebagai area olahraga rafting karena kali ini memiliki jeram-jeram yang menantang. Aliran irigasi ini mengalir dari Ngluwar menuju ke
arah timur membelah Kabupaten Sleman menuju Kabupaten Klaten dan dikenal sebagai Selokan Mataram atau Selokan Van Der Wijck.
Gambar : Sungai Opak, Yogyakarta
Sungai
Opak
memiliki
panjang
sungai
sekira
65
KmPengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Progo-OpakSerang
dimulai
Cangkringan,
dari
hulu
Kecamatan
melewati
Ngemplak,
wilayah Kecamatan
Kecamatan Kalasan,
Kecamatan Prambanan, dan Kecamatan Berbah di Kabupaten Sleman. Kemudian Kecamatan Piyungan, Kecamatan Pleret, Kecamatan Jetis, Kecamatan Imogiri, Kecamatan Pundong dan berakhir di Kecamatan Kretek. Debit air rata rata bulanan Sungai Opak sekitar 12,35 m3/detik dengan detik maksimum sebesar 83,2 m3/detik dan minimum sebesar 1,89 m3/detik. Sungai Opak memiliki beberapa anak sungai yang cukup besar, diantaranya adalah sungai Gendol, Tepus, Kuning, Code, Gajahwong, Belik, Tambakbayan, Nongko, Oyo dan Winngo b) Sungai subsekuen atau strike valley, sungai yang aliran airnya mengikuti strike batuan atau sungai yang arah aliran airnya tegak lurus dengan sungai konsekuen Contoh : Selokan Mataram di Yogyakarta
Gambar: Selokan Mataram, Yogyakarta
Saluran Mataram adalah kanal irigasi yang menghubungkan Kali Progo di barat dan Sungai Opak di timur. Masyarakat lebih mengenal nama populernya, Selokan Mataram. Selokan Mataram ini terletak di Daerah Istimewa Yogyakarta dan menjadi bagian dari Jaringan Saluran Induk Mataram. Selokan
Mataram adalah kanal irigasi
yang
menghubungkan Kali Progo di barat pada koordinat 7.6656°LS 110.2673°BT pada elevasi 168 m di atas permukaan laut (Bendungan Karang Talun diwilayah Dusun Ancol, Desa Bligo, Kec. Ngluwar, Kab. Magelang, Jateng dan Sungai Opak di timur pada koordinat 7.7675°LS 110.4840°BT. Selokan Mataram memiliki panjang 31,2 km dengan kemiringan elevasi 38 met er dan dibangun pada Masa Pendudukan Jepang. c) Sungai obsekuen, sungai yang aliran airnya berlawanan arah dengan sungai konsekuen. Contoh : sungai-sungai bawah tanah di Gua Bribin, daerah karst Gunung Kidul
Gambar : Sungai bawah tanah di Gua Bribin, Gunung Kidul
Wilayah Kabupaten Gunung Kidul dikenal sebagai kawasan yang tandus, dan selalu menderita kekurangan air untuk mencukupi kebutuhan domestik. Anggapan ini adalah sebagai akibat kondisi geomorfologi sebagian besar wilayah Kabupaten Gunung Kidul yang dicirikan oleh bukit‐bukit berbatuan gamping yang dikenal sebagai daerah karst. karst adalah medan dengan karakteristik hidrologi dan bentuklahan yang diakibatkan oleh kombinasi dari batuan yang mudah larut dan mempunyai porositas sekunder yang berkembang baik. kawasan karst dicirikan dengan minimnya sungai permukaan dan berkembangya jalur‐jalur sungai bawah permukaan. Karst di wilayah Gunung Kidul di kenal dengan sebutan karst Gunung Sewu yang diperkenalkan pertama kali oleh Danes (1910) dan
Lehmann
(1936).
Karst
ini
dicirikan
dengan berkembangnya kubah karst, yaitu bentukan positif yang tumpul, tidak terjal atau sering diistilahkan kubah sinusoidal. Kegelkarst oleh Sweeting (1972) dikategorikan sebagai bagian dari tipe karst tropis. Salah satunya adalah pada sistem Sungai Bawah Tanah Bribin‐Baron. Penetapan daerah tangkapan Bribin ini mengabaikan
karakteristik
sistem
karst
yang
khas
yang
memungkinkan terjadinya “kebocoran” air keluar ataupun masuk melewati batas DAS. Daerah tangkapan hujan Bribin memiliki 39
buah goa (vertikal dan horizontal) yang sebagian besar memiliki air dengan debit aliran yang bervariasi. Goa Bribin adalah salah satu dari sekian banyak goa yang memiliki air yang melimpah. Air itu mengalir seperti sungai di dalam goa yang dalamnya sekitar 100 meter. Di goa yang terletak di Desa Dadap Ayu, Kecamatan Semanu, saat ini sedang diselesaikan proyek pemanfaatan air bawah tanah, bukan saja untuk memenuhi kebutuhan air minum, tapi juga pembangkit tenaga listrik. Goa Bribin sendiri sudah lama menjadi perhatian masyarakat dan pemerintah, bahkan sebagian kecil dari potensi airnya sudah berhasil dipompa keatas dan dimanfaatkan oleh masyarakat. d) Sungai resekuen, sungai yang airnya sungai yang arah aliran airnya sejajar dengan sungai konsekuen dan bermuara disungai subsekuen. Contoh: Kali Gendol, Yogyakarta
Gambar : Kali Gendol, Yogyakarta
Kali Gendol adalah nama salah satu sungai di Yogyakarta yang berhulu di lereng Gunung Merapi. Bila mengacu dari Kota Jogja, letak Kali Gendol ini ada di sisi timur, dekat perbatasan wilayah dengan Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. e) Sungai insekuen, sungai yang mengalir tanpa dikontrol oleh litologi maupun struktur geologi atau sungai yang arah aliran airnya tidak mengikuti perlapisan batuan sehingga arahnya tidak menentu. Contoh: Sungai Siak di Riau
Gambar: Sungai Siak, Riau
Sungai Siak adalah sebuah sungai yang terletak di provinsi Riau, Indonesia. Merupakan sungai terdalam di Indonesia, yang kedalamannya
dahulu mencapai
30
meter,
namun
akibat
pendangkalan kini tinggal sekitar 18 meter sehingga dahulunya sungai ini dapat dilalui oleh kapal-kapal besar seperti kapal tanker dan kapal peti kemas. Pada sehiliran sungai ini terdapat banyak pabrik di antaranya pabrik kelapa sawit, pabrik pengolahan kayu dan juga pabrik kertas. C. Berdasarkan Struktur Geologi a) Sungai Anteseden Sungai Anteseden adalah sungai yang mampu mempertahankan alirannya, meskipun terjadi pengangkatan secara perlahan. Hal ini dikarenakan erosi sungai dapat mengimbangi pengangkatan lapisan batuan yang dilaluinya. Contoh : Sungai Oyo di Jogjakarta.
Gambar : Sungai Oyo, Yogyakarta
Sungai Oyo atau Sungai Oya adalah sungai yang terletak di wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Sungai Oyo berhulu di lereng barat Perbukitan Gunung Gajah Mungkur Kukusan
yang
masuk
Gunungan, Kecamatan
wilayah
administratif
Mayaran, Kabupaten
Desa
Wonogiri,
Provinsi Jawa Tengah. Sungai Oyo mengalir sepanjang sekitar 106,75 km dari timur laut ke barat daya hingga bermuara ke Sungai Opak di Desa Sriharjo, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah
Istimewa
Yogyakarta membentang
sepanjang Pegunungan Sewu. Debit air rata rata bulanan Sungai Oyo sekitar 9,31 m3/detik dengan detik maksimum sebesar 83,2 m3/detik dan minimum sebsar 1,89 m3/detik. Sungai Oyo merupakan sungai yang mengalir membelah bukit karst utara dan selatan dengan muatan aliran suspended load . Ditinjau dari sudut geomorfologinya, sungai ini terbentuk karena adanya air yang terkonsentrasi pada kekar kekar batuan karst yang semakin melebar yang diakibatkan oleh agen-agen erosi, faktor tektonik yang terjadi pada awal stadium, dan perubahan temperatur yang signifikan. Sungai Oyo termasuk dalam Daerah Aliran Sungai (DAS) Opak dengan sub-DAS Oyo seluas sekitar 639 km 2. b) Sungai Superimpossed Sungai Superimposed adalah sungai yang mengalir pada lapisan sedimen datar yang menutupi lapisan batuan di bawahnya. Apabila terjadi peremajaan, sungai tersebut dapat mengikis lapisan2 penutup dan memotong formasi batuan yang semula tertutup, sehingga sungai itu menempuh jalan yang tidak sesuai dengan struktur batuan. Contoh : Sungai Kolorado di Amerika Serikat
Gambar : Sungai Colorado
Sungai Colorado (Colorado River) adalah sungai besar yang mengalir dari barat daya Amerika Serika thingga barat l aut Meksiko dan melewati Utah, Arizona, Nevada, California, dan Negara Meksiko.Mata air sungai ini berasal dari Pegunungan Rocky di Colorado, tempat yang populer dengan wisata Grand Canyon-nya. Sungai Colorado jaman dahulu digunakan oleh masyarakat Amerika untuk pertanian dan kebutuhan sehari-hari, namun di jaman modern sungai ini juga digunakan sebagai pembangkit listrik dan kebutuhan industri. Sungai Colorado merupakan salah satu sungai yang paling banyak dipergunakan dan diperebutkan didunia. Sungai sepanjang lebih dari 2.300 kilometer ini memiliki banyak dam dan mampu menyediakan air untuk lebih dari 30 juta masyarakat sekitarnya. Karena terlalu banyak digunakan untuk kepentingan manusia terutama untuk irigasi, aliran air Sungai Colorado sangat jarang mencapai hilirnya di Teluk California. Hanya sepersepuluh dari total aliran yang mencapai Meksiko,sebagian besarnya digunakan sebagai pengairan untuk pertanian di kota-kota yang dilewatinya. Penggunaan utama Sungai Colorado adalah untuk mengairi lahan-lahan pertanian yaitu sebesar 78%dari total aliran sungai tersebut, selain itu sungai ini juga digunakan untuk cagar alam, kebutuhansehari-hari, pembangkit listrik, dan tempat rekreasi air. Penggunaan air Sungai Colorado sebagai kebutuhan air bersih di
bagian barat daya Amerika Serikat, sekitar 30 juga masyarakat bergantungkebutuhan air bersih dari Sungai Colorado untuk kebutuhan sehari-hari seperti air minum, mandi, mencuci, menyirami kebun, kolam renang. Kebutuhan air untuk industri di barat daya Amerika Serikat juga bergantung dari sungai ini.
D. Berdasarkan Debit Aliran a) Sungai Permanen/Perenial Sungai Permanen adalah sungai yang dapat mengalirkan air sepanjang tahun dengan debit yang relatif tetap tinggi. Sungai permanen merupakan sungai yang tidak pernah kering dan fluktuasi air antar musim relatif tidak terlampau ekstrem. Sungai permanen dapat terjadi pada DAS yang cukup besar dan lahan di DAS tersebut memiliki kemampuan menyimpan air hujan dengan baik dan melepaskan kembali kedalam sungai melalui mata air dan pori-pori tanah. Contoh : Sungai Musi di Palembang.
Gambar: Sungai Musi, Palembang
Sungai
Musi adalah
sebuah sungai yang
terletak
di
provinsi Sumatera Selatan, Indonesia. Dengan panjang 750 km, sungai ini merupakan sungai terpanjang di Pulau Sumatera dan membelah Kota Palembang menjadi dua bagian, yaitu seberang hilir di bagian utara dan seberang hulu di bagian selatan. Jembatan Ampera yang menjadi ikon Kota Palembang pun melintas di atas
sungai ini. Sejak zaman Kerajaan Sriwijaya hingga sekarang, sungai ini terkenal sebagai sarana transportasi utama bagi masyarakat. Sungai Musi bersama dengan sungai lainnya, membentuk sebuah delta di dekat Kota Sungsang. Mata airnya bersumber di daerah Kepahiang, Bengkulu. Secara administrasi DAS Musi termasuk
pada
4
(empat)
provinsi
yaitu
Sumatera
Selatan, Bengkulu, Jambi dan Lampung. DAS Musi terbagi ke dalam 22 Sub DAS, yaitu Sub DAS Banyuasin, Sub DAS Batang Pelidang, Sub DAS Batanghari Leko, Sub DAS Baung, Sub DAS Bungin, Sub DAS Calik, Sub DAS Deras, Sub DAS Kelingi, Sub DAS Kikim, Sub DAS Komering, Sub DAS Lakitan, Sub DAS Lalan, Sub DAS Lematang, Sub DAS Macan, Sub DAS Medak, Sub DAS Musi Hilir, Sub DAS Musi Hulu, Sub DAS Ogan, Sub DAS Rawas, Sub DAS Soleh, Sub DAS Semangus dan Sub DAS Sugihan. b) Sungai Intermitten/Periodik Sungai Intermitten adalah sungai yang aliranya tergantung pada kondisi musim, yaitu pada musim penghujan airnya melimpah dan pada musim kemarau sungai kering. Sungai intermitten memiliki fluktuasi antar musim yang sangat ekstrem. Sungai intermitten terjadi pada DAS yang lahanya kurang memiliki kemampuan dalam menyimpan air. Sungai intermitten akan menjadi sungai effluent (menerima umpan air tanah) di musim penghujan, dan menjadi sungai influent (memberi umpan air tanah) di musim kemarau. Contoh : Sungai Brantas di Jawa Timur
Gambar: Sungai Brantas, Jawa Timur
Sungai Brantas adalah sebuah sungai di Jawa Timur yang merupakan
sungai
terpanjang
kedua
di Pulau
Jawa setelah Bengawan Solo.Sungai Brantas bermata air di Desa Sumber Brantas, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, yang berasal dari simpanan
air Gunung
Arjuno,
lalu
mengalir
ke Malang, Blitar, Tulungagung, Kediri, Jombang, dan Mojokerto. Di Kabupaten Mojokerto sungai ini bercabang dua manjadi Kali Mas (ke arah Surabaya) dan Kali Porong (ke arah Porong, Kabupaten Sidoarjo). Kali Brantas mempunyai DAS seluas 11.800 km² atau ¼ dari luas Provinsi Jatim. Panjang sungai utama 320 km mengalir melingkari sebuah gunung berapi yang masih aktif yaitu Gunung Kelud. Curah hujan rata-rata mencapai 2.000 mm pertahun dan dari jumlah tersebut sekitar 85% jatuh pada musim hujan. Potensi air permukaan pertahun rata-rata 12 miliar m³. Potensi yang termanfaatkan sebesar 2,6-3,0 miliar m³ per-tahun. c) Sungai Ephemeral/Episodik Sungai Ephemeral adalah sungai yang hanya mengalirkan air sesaat setelah terjadinya hujan, sedangkan jika tidak ada hujan maka sungai kering atau tidak ada airnya. Sungai ephemeral terjadi pada DAS yang lahanya tidak memiliki kemampuan menyimpan air, sehingga semua air hujan yang jatuh langsung dilepaskan dan
dialirkan oleh sungai tersebut. Sungai ephemeral banyak terdapat di daerah gurun, tetapi belakangan banyak berkembang di daerah tropis terutama pada kawasan yang mengalami kerusakan lahan sangat hebat. Contoh sungai ephemeral adalah Sungai Melolo di Pulau Sumbawa.
Gambar: Sungai Melolo, Sumbawa
Sungai Melolo adalah sungai yang terletak di Desa Lembukori, Kecamatan Rindi Umalulu, Kabupaten Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur. Nama Melolo diambil dari kata Umalulu yang berarti “Rumah Panjang”, Sungai Melolo terletak kira-kira 63 km di sebelah tenggara Waingapu dan kira-kira 200 km dari garis pantai.
E. Berdasarkan Pola Aliran a) Pola Aliran Dendritik Pola aliran dendritik adalah pola aliran yang cabang-cabang sungainya menyerupai struktur pohon. Pada umumnya pola aliran sungai dendritik dikontrol oleh litologi batuan yang homogen. Pola aliran dendritik dapat memiliki tekstur/kerapatan sungai yang dikontrol oleh jenis batuannya. Sebagai contoh sungai yang mengalir diatas batuan yang tidak/kurang resisten terhadap erosi akan membentuk tekstur sungai yang halus (rapat) sedangkan pada batuan yang
resisten
(seperti
granit)
akan
membentuk
tekstur
kasar (renggang). Contoh sungai dengan pola aliran dendritik adalah Sungai Musi. Sungai Musi terletak di Sumatera Selatan, Sungai ini memilik panjang 750 km, sungai ini merupakan yang terpanjang di pulau Sumatera dan membelah Kota Palembang menjadi dua bagian. Contoh : Sungai di Pesanggaran, Banyuwangi
Gambar: Pola aliran Dendrintik Desa Kandangan, Kecamatan Pesanggaran, Banyuwangi
b) Pola Aliran Rectangular Pola rectangular umumnya berkembang pada batuan yang resistensi terhadap erosinya mendekati seragam, namun dikontrol oleh kekar yang mempunyai dua arah dengan sudut saling tegak lurus. Kekar pada umumnya kurang resisten terhadap erosi sehingga memungkinkan air mengalir dan berkembang melalui kekar-kekar membentuk suatu pola pengaliran dengan saluran salurannya luruslurus mengikuti sistem kekar. Pola aliran rectangular dijumpai di daerah yang wilayahnya terpatahkan. Sungai-sungainya mengikuti jalur yang kurang resisten dan terkonsentrasi di tempat tempat dimana singkapan batuannya lunak. Cabang-cabang sungainya membentuk sudut tumpul dengan sungai utamanya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pola aliran rectangular adalah
pola aliran sungai yang dikendalikan oleh struktur geologi, seperti struktur kekar (rekahan) dan sesar (patahan). Sungai rectangular dicirikan oleh saluran-saluran air yang mengikuti pola dari struktur kekar dan patahan. Contoh: Sungai Rungan, Kalimantan Tengah
Gambar : Pola Aliran Rectangular Sungai Rungan (Kalimantan Tengah)
c) Pola Aliran Trellis Pola aliran trellis adalah pola aliran yang menyerupai bentuk pagar yang umum dijumpai diperkebunan anggur. Pola aliran trellis dicirikan oleh sungai yang mengalir lurus di sepanjang lembah dengan cabang-cabangnya berasal dari lereng yang curam dari kedua sisinya. Sungai utama dengan cabang-cabangnya membentuk sudut tegak lurus sehingga menyerupai bentuk pagar. Contoh: Sungai Sampean Baru, Bondowoso
Gambar : Pola Aliran Trelis Pada Anak Sungai Sampean Baru (Bondowoso)
d) Pola Aliran Radial Sentripetal Pola aliran sentripetal merupakan ola aliran yang berlawanan dengan pola radial, di mana aliran sungainya mengalir ke satu tempat yang berupa cekungan (depresi). Pola aliran sentripetal merupakan pola aliran yang umum dijumpai di bagian barat dan barat laut Amerika, mengingat sungai-sungai yang ada mengalir ke suatu cekungan, di mana pada musim basah cekungan menjadi danau dan mengering ketika musin kering. Dataran garam terbentuk ketika air danau mengering. Contoh: DAS Mahakam, Kalimantan Timur.
Gambar : Pola Aliran Radial Sentripetal pada DAS Mahakam (Kalimantan Timur)
Pola aliran radial sentripetal adalah pada DAS Mahakam. Sungai ini berada di Kalimantan Timur. Daerah Aliran Sungai (DAS) Mahakam merupakan salah satu kawasan di Kalimantan Timur yang memiliki luas 8,2 juta hektar atau sekitar 41% dari luas wilayah Propinsi Kalimantan Timur. Daerah Aliran Sungai (DAS) Mahakam dangan luas : 77.095.460 ha meliputi wilayah kabupaten Kutai Barat, Kutai Timur, Malinau, Kutai Kertanegara dan kota Samarinda. Bahkan daerah tangkapan airnya tidak hanya di propinsi
Kalimantan Timur, namun juga di propinsi Kalimantan Tengah dan diduga sebagian kecil di Serawak yang merupakan Negara Bagian Malaysia.
e) Pola Aliran Radial Sentrifugal Pola aliran radial sentrifugal adalah pola aliran sungai yang arah alirannya menyebar secara radial dari suatu titik ketinggian tertentu, seperti puncak gunung api atau bukir intrusi. Pola aliran radial juga dijumpai pada bentuk-bentuk bentang alam kubah (domes) dan laccolith. Pada bentang alam ini pola aliran sungainya kemungkinan akan merupakan kombinasi dari pola radial dan annular.
Gambar : Pola Aliran Radian Sentrifugal Pada Sungai Progo dan Sungai Oyo (Gunung Merapi – Jawa Tengah)
f) Pola Aliran Annular Pola aliran annular adalah pola aliran sungai yang arah alirannya menyebar secara radial dari suatu titik ketinggian tertentu dan ke arah hilir aliran kembali bersatu. Pola aliran annular biasanya dijumpai pada morfologi kubah atau intrusi loccolith.Contoh sungai yang memiliki pola aliran annular adalah Sungai Manicouagan Lake. Sungai ini berada di Kanada.
Gambar: Manicougan Lake, Kanada
g) Pola Aliran Paralel (Pola Aliran Sejajar) Pola aliran paralel adalah pola aliran yang terbentuk oleh lereng yang curam/terjal. Dikarenakan morfologi lereng yang terjal maka bentuk aliran-aliran sungainya akan berbentuk lurus-lurus mengikuti arah lereng dengan cabang-cabang sungainya yang sangat sedikit. Pola aliran paralel terbentuk pada morfologi lereng dengan kemiringan lereng yang seragam. Pola aliran paralel kadangkala mengindikasikan adanya suatu patahan besar yang memotong daerah yang batuan dasarnya terlipat dan kemiringan yang curam. Semua bentuk dari transisi dapat terjadi antara pola aliran trellis, dendritik, dan paralel.
DAFTAR PUSTAKA http://www.kompasiana.com/rissukarma/di-goa-bribin-sumber-air berlimpah_54ff27f4a333115c4550f9c7 (Online) http://cintaialamini.weebly.com/macam-macam-sungai.html (Online) http://bagusrn-fpk09.web.unair.ac.id/artikel_detail-24298-Bahan%20KuliahMengenal%20Jenis%20%20Jenis%20Sungai.html (Online) http://sapakabar.blogspot.co.id/2015/05/sungai.html(Online) http://www.artikelsiana.com/2014/10/pengertian-sungai-jenis-sungai-macammacam-contoh.html (Online) http://subismanti.blogspot.co.id/2009/10/jenis-jenis-sungai-besertacontohnya.html#!/tcmbck (Online)