MODUL PELATIHAN
KOLABORASI TB-HIV BAGI PETUGAS FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN
MAT ERI INTI 8 MATERI TES HIV HIV ATAS AT AS INISIASI PETUGAS K ESE ESEHAT HATAN AN DAN KONS K ONSEL ELING ING (TIP (TIPK K) PADA LAYANAN TB
Direktorat Jenderal Pengendalian Pe ngendalian Penyakit Penyakit dan Penyehatan Penyehatan Lin gkun gan Kementeri an Kesehatan R.I. 2013
I. DAFTAR ISI
DAFTAR DAFTA R ISI
.......................... ............. .......................... .......................... ......................... ......................... .......................... .......................... .................... ....... I
I.
DISKRIPSI SINGKAT ..................... ................................. ....................... ...................... ...................... ....................... ....................... ............. 1
II.
TUJUAN PEMBELA PEMBELA J ARAN ...................... .................................. ....................... ...................... ....................... ....................... ............. 2 1. TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM ........................................................... 2 2. TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS ...................... ................................. ....................... ...................... .......... 2
III. POKOK B AHASA N .................... ................................ ....................... ...................... ....................... ....................... ...................... ................ ..... 2 IV. METODE, METODE, MEDIA & ALAT AL AT BANTU ....................... .................................. ...................... ....................... ....................... ............. 3 1. METODE ........................ ........... .......................... .......................... .......................... ......................... ......................... .......................... ............. 3 2. MEDIA.................. MEDIA..... .......................... ......................... ......................... .......................... .......................... .......................... ....................... .......... 3 3. ALAT BANTU BA NTU ...................... .................................. ....................... ...................... ....................... ....................... ...................... .............. ... 3 V. LANGKAH-L LA NGKAH-L ANGKA H PEMBELAJ ARAN ...................... ................................. ....................... ....................... ............. 4 SESI 1 : PENGKONDISIAN PESERTA ................................................................ 4 SESI 2 : MENJELASKAN KONSEP TIPK PADA LAYANAN TB ........................ 4 SESI 3: MENJELASKAN AL MENJELASKAN ALUR UR PELAYANAN TIPK.............................. .......................................... .............. 4 SESI 4 : MELAKUKAN INISIASI TES HIV KEPADA PASIEN TB ....................... ......................... 4 SESI 5 : MELAKUKAN PROSEDUR TES CEPAT HIV ........................................ 4 SESI 6: MENYAMPAIKAN HASIL TES HIV DAN RUJUKAN EFEKTIF KEPADA PASIEN ............................................................................................................... 5 SESI 7: PENUTUP, REFLEKSI DAN RANGKUMAN ..................... ................................. ...................... .......... 5 VI. URAIAN MATERI ....................... .................................. ...................... ...................... ....................... ....................... ...................... .................. ....... 5 POKOK BAHASAN 1 : KONSEP TIPK PADA LAYANAN TB ............................. 5 POKOK BAHASAN 2 : ALUR AL UR PELAYANAN TIPK ............................................. 9 POKOK BAHASAN 3 : INISIASI TES HIV KEPADA PASIEN TB ...................... ...................... 11 POKOK BAHASAN 4 : PROSEDUR TES CEPAT HIV....................................... 17 POKOK BAHASAN 6: PENYAMPAIAN HASIL TES HIV DAN RUJUKAN EFEKTIF KEPADA PASIEN............................................................................... 19 VII. REFERENSI .......................... ............. .......................... .......................... ......................... ......................... .......................... .......................... ............. 27
i
Materi Inti 8 – Tes HIV Atas Inisiasi Petugas Kesehatan dan Konseling (TIPK) Pada Layanan TB
II. DISKRIPSI SINGKAT Sejak tersedia tes antibodi yang terjangkau secara luas, Program Nasional Pengendalian HIV-AIDS mendorong tes HIV dengan menerapkan konseling dan tes HIV secara sukarela (KTS) dengan mengembangkan klinik KTS tersebar di daerah yang membutuhkan dan melatih konselor HIV secara luas. KTS dalam hal tersebut merupakan ujung tombak atau pintu masuk utama bagi ODHA untuk mendapatkan layanan Perawatan,Dukungan dan Pengobatan HIV. Tes HIV dilaksanakan secara konfidensialitas, dengan mendapatkan informed consent consent dari pasien, disertai konseling pra dan pasca tes yang memadai. Meskipun layanan KTS tersebut telah dilaksanakan sejak 2004 namun cakupannya belum maksimal. maksimal. Sampai akhir tahun 2012 secara kumulatif kasus HIV yang dilaporkan adalah 98,390, sementara hasil estimasi jumlah orang terinfeksi HIV pada tahun 2012 adalah 591.823. Kenyataan tersebut menunjukkan bahwa banyak orang terinfeksi HIV belum datang ke layanan l ayanan untuk pemeriksaan statusnya. Mengingat hal tersebut di atas, maka jangkauan layanan tes dan konseling HIV perlu ditingkatkan sehingga jumlah orang yang mengetahui status HIVnya dapat mengakses layanan kesehatan lebih dini. Dalam rangka meningkatkan upaya penemuan kasus dini tersebut, maka perlu dikembangkan pendekatan melalui penegakkan kasus tes HIV atas inisiasi petugas kesehatan dan konseling di samping menguatkan layanan konseling dan tes HIV secara sukarela. Upaya tersebut tertuang dalam SE Menkes No.129 tahun 2013 tentang pelaksanaan pengendalian HIV-AIDS dan IMS dan dalam Peraturan Menteri Kesehatan No. 21 tahun 2013 tentang t entang penanggulangan HIV-AIDS. Dalam SE tercantum terkait upaya perluasan konseling dan tes HIV dimana, peningkatan diagnosis diagnosis dini melalui penawaran penawaran tes HIV melalui melalui tes HIV atas Inisiatif (TIPK/PITC), sehingga orang yang terinfeksi HIV dapat segera Petugas (TIPK/PITC), mendapatkan akses layanan yang dibutuhkan. Setelah mengetahui hasil tes HIV, maka kepada yang bersangkutan dilakukan konseling paska t es oleh konselor untuk mendapatkan akses layanan Perawatan Dukungan dan Pengobatan (PDP). Pada Pasal 3 Permenkes berbunyi TIPK (Tes HIV atas Inisiatif Pemberi Pelayanan Kesehatan dan Konseling), harus dianjurkan sebagai bagian dari standar pelayanan bagi: a. Setiap orang dewasa, dewasa, remaja dan anak-anak yang dating ke fasilitas pelayanan pelayanan kesehatan dengan tanda, gejala, atau kondisi medis yang mengindikasikan atau patut diduga telah terjadi infeksi HIV terutama pasien dengan riwayat penyakit tuberculosis dan IMS; b. Asuhan antenatal antenatal pada ibu hamil dan ibu bersalin; bersalin; c. Bayi yang dilahirkan oleh oleh ibu dengan infeksi HIV; d. Anak-anak dengan dengan pertumbuhan sub-optimal atau malnutrisi di wilayah wilayah epidemik luas, atau anak dengan malnutrisi yang tidak menunjukkan respon yang baik dengan pengbatan nutrisi yang adekuat; dan 1
Materi Inti 8 – Tes HIV Atas Inisiasi Petugas Kesehatan dan Konseling (TIPK) Pada Layanan TB
e. Laki-laki dewasa yang meminta sirkumsisi sebagai tindakan pencegahan HIV Lebih jauh lagi, pada pasal 7 disebutkan bahwa; pada wilayah epidemi terkonsentrasi dan epidemik rendah, TIPK dilakukan pada semua orang dewasa, remaja dan anak yang memperlihatkan tanda dan gejala yang mengindikasikan infeksi HIV, termasuk tuberculosis, serta anak dengan riwayat terpapar HIV pada masa perinatal, pada pemerkosaan dan kekerasan seksual lain. TIPK sendiri harus disertai dengan paket layanan pencegahan, pengobatan, perawatan dan dukungan yang terkait HIV. Juga dilengkapi dengan mekanisme rujukan pada pasien yang memerlukan konseling lanjutan oleh konselor KTS terlatih, maupun rujukan medis dan psikososial bagi mereka yang HIV positif. Harus dipastikan melakukan tes HIV secara rutin sebagai bagian dari standar pelayanan, tidak mengesampingkan kesukarelaan pasien dalam mengambil keputusan untuk tes HIV dan tidak berubah menjadi tes HIV mandatori.
III. TUJUAN PEMBEL AJ ARAN
1. TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM Setelah mengikuti Materi ini ini peserta mampu menginisiasi pasien TB untuk Tes HIV 2. TUJUAN PEMBEL AJ ARAN KHUSUS Setelah selesai mengikuti materi ini peserta mampu: 1. Menjelaskan konsep TIPK pada layanan TB 2. Menjelaskan alur layanan TIPK 3. Melakukan insisasi tes hiv kepada pasien tb 4. Melaksanakan prosedur tes cepat HIV 5. Menyampaikan hasil tes HIV dan rujukan yang efektif kepada pasien
IV. POKOK BA HASAN Pokok Pokok Pokok Pokok Pokok
Bahasan 1: Bahasan 2: Bahasan 3: Bahasan 4: Bahasan 5:
Kons ep TIPK pada layanan TB Alur pelayanan TIPK Inisiasi tes HIV pada pasien TB Prosedur tes cepat HIV Penyampaian hasil tes HIV dan ruj ukan yang efektif kepada pasien
2
Materi Inti 8 – Tes HIV Atas Inisiasi Petugas Kesehatan dan Konseling (TIPK) Pada Layanan TB
V. METODE, MEDIA & AL AT BANTU 1. METODE Curah pendapat Ceramah, Tanya Jawab Diskusi, Bermain peran; simulasi dan menggunakan EPT Latihan kasus,evaluasi akhir materi inti pleno hasil pembelajaran
2. MEDIA
Materi inti-8 Lembar latihan Lembar status Lembar balik KIE Perangkat tes cepat laboratorium Lembar EPT
3. ALAT BANTU LCD Flipchart Whiteboard Bahan tayangan Spidol EPT
VI. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJ ARAN SESI 1:
PENGKONDISIAN PESERTA
Langkah Proses Pembelajaran sebagai berikut: 1. Fasilitator menyapa peserta dan memperkenalkan diri 2. Menyampaikan tujuan pembelajaran dengan menggunakan bahan tayangan 3. Melakukan apersepsi tentang materi yang akan dibahas dengan metoda curah pendapat atau meminta beberapa peserta untuk menjawabnya
3
Materi Inti 8 – Tes HIV Atas Inisiasi Petugas Kesehatan dan Konseling (TIPK) Pada Layanan TB
SESI 2:
KONSEP TIPK PADA LA YANAN TB
Langkah Proses Pembelajaran sebagai berikut: 1. Peserta secara bergantian membaca pokok bahasan 1 materi inti pelatihan 2. Fasilitator mendorong peserta untuk menanyakan bagian yang tidak dimengerti. 3. Melakukan apersepsi tentang materi yang dibahas dengan metoda curah pendapat, meminta beberapa peserta untuk menjawabnya, atau penjelasan dari narasumber. SESI 3:
ALUR PELAYANA N TIPK
Langkah Proses Pembelajaran sebagai berikut: 1. Peserta secara bergantian membaca pokok bahasan 2 materi inti pelatihan 2. Fasilitator mendorong peserta untuk menanyakan bagian yang tidak dimengerti. 3. Melakukan apersepsi tentang materi yang dibahas dengan metoda curah pendapat, meminta beberapa peserta untuk menjawabnya, atau penjelasan dari narasumber. SESI 4:
INISIASI TES HIV PADA PASIEN TB
Langkah Proses Pembelajaran sebagai berikut: 1. Peserta secara bergantian membaca pokok bahasan 3 materi inti pelatihan 2. Fasilitator mendorong peserta untuk menanyakan bagian yang tidak dimengerti. 3. Melakukan apersepsi tentang materi yang dibahas dengan metoda curah pendapat, meminta beberapa peserta untuk menjawabnya, atau penjelasan dari narasumber. 4. Fasilitator meminta peserta berkelompok dua orang untuk bergantian simulasi melakukan inisiasi tes HIV SESI 5:
PROSEDUR TES CEPAT HIV
Langkah Proses Pembelajaran sebagai berikut: 1. Peserta secara bergantian membaca pokok bahasan 4 materi inti pelatihan 2. Fasilitator mendorong peserta untuk menanyakan bagian yang tidak dimengerti. 3. Melakukan apersepsi tentang materi yang dibahas dengan metoda curah pendapat, meminta beberapa peserta untuk menjawabnya, atau penjelasan dari narasumber. 4. Fasilitator meminta peserta menyaksikan demonstrasi pelaksanaan tes cepat, ataupun mencoba melakukan dengan sample yang tersedia
4
Materi Inti 8 – Tes HIV Atas Inisiasi Petugas Kesehatan dan Konseling (TIPK) Pada Layanan TB
SESI 6:
PENYAMPAIAN EFEKTIF
HASIL
TES
HIV
DAN
RUJUKAN
YANG
Langkah Proses Pembelajaran sebagai berikut: 1. Peserta secara bergantian membaca pokok bahasan 5 materi inti pelatihan 2. Fasilitator mendorong peserta untuk menanyakan bagian yang tidak dimengerti. 3. Melakukan apersepsi tentang materi yang dibahas dengan metoda curah pendapat, meminta beberapa peserta untuk menjawabnya, atau penjelasan dari narasumber. 4. Fasilitator meminta peserta berkelompok dua orang untuk bergantian simulasi menyampaikan hasil tes 5. Fasilitator meminta peserta mengisikan form rujukan pasien ke perawatan, dukungan dan pengobatan bagi pasien dengan hasil tes HIV positif SESI 7:
PENUTUP, UMPAN BAL IK DAN RANGKUMAN
Langkah Proses Pembelajaran sebagai berikut: Fasilitator merangkum tentang pembahasan materi ini dengan mengajak seluruh peserta untuk melakukan umpan balik. Dilanjutkan dengan memberikan apresiasi atas keterlibatan aktif seluruh peserta.
VII.
URAIA N MATERI
POKOK B AHASAN 1 : KONSEP TIPK PADA L AYANAN TB TIPK dirancang untuk dokter, perawat, dan bidan di layanan kesehatan primer dan sekunder, untuk meningkatkan keterampilan dalam menginisiasi atau menawarkan tes dan konseling HIV. Tes HIV mempunyai peran penting dalam program pencegahan yang berbasis bukti (evidence based) dan dalam mengembangan akses pada perawatan, dan pengobatan antiretroviral yang berkualitas. Sejak awal epidemi HIV-AIDS tes HIV sudah digunakan dalam kegiatan surveilans guna memantau kecenderungan epidemi tersebut. Dengan terus berkembangnya epidemi HIV, maka kebutuhan akan tes HIV bagi individu yang ingin mengetahui status HIVnya semakin meningkat pula. Namun demikian masih banyak orang yang terinfeksi HIV tidak mengetahui statusnya, sehingga tes dan konseling HIV menjadi unsur penting pada program layanan pencegahan, perawatan, dan pengobatan. Penyebaran HIV akan dapat dikurangi apabila ODHA menyadari status mereka sedini mungkin dan mendapatkan bantuan untuk mencegah penularan infeksi ke orang lain.
5
Materi Inti 8 – Tes HIV Atas Inisiasi Petugas Kesehatan dan Konseling (TIPK) Pada Layanan TB
1. Pengerti an Kons eling dan Tes HIV Di semua tingkat epidemi HIV, Petugas Kesehatan diharapkan dapat menjangkau klien/pasien untuk dapat mengakses layanan terkait infeksi HIV. Konseling dan tes HIV digunakan sebagai standar layanan dasar kepada Klien/pasien tersebut ketika mereka membutuhkan tes HIV sebagai diagnostik klinis. Ada dua strategi/pendekatan untuk dapat mengakses layanan diagnostik HIV: a. Konseling dan tes HIV Sukarela (KTS) Voluntary Counselling and Testing, atau VCT (atau disebut juga sebagai Client-initiated HIV testing and counselling) adalah layanan konseling dan tes HIV yang dibutuhkan oleh klien secara aktif dan individual. Pada KTS menekankan pada pengkajian dan penanganan faktor risiko dari klien oleh konselor dan mendiskusikan keinginan untuk menjalani tes HIV dan implikasinya serta pengembangan strategi untuk mengurangi faktor risiko. KTS dilaksanakan dalam berbagai macam tatanan layanan, yang salah satunya adalah di Fasyankes, layanan yang diberikan secara statis, bergerak atau mobile VCT di masyarakat atau bahkan di rumah. Pemeriksaan HIV di klinik Konseling dan Tes HIV secara sukarela, pasien datang atas inisiatif sendiri. Pada layanan KTS tersebut tes HIV harus didahului konseling pra-tes. Kebijakan PBB menyatakan bahwa setiap konseling sukarela diikuti dengan konseling pra-tes, informed consent sebelum pemeriksaan darah HIV, tes HIV dan konseling pasca-tes yang keseluruhannya bersifat confidential. Keterbatasan waktu untuk setiap pasien sering menjadi kendala bagi konselor dalam melaksanakan konseling pra-tes. Setiap individu yang datang pada konselor membawa banyak isu yang perlu dibicarakan. Untuk itu dibutuhkan ketersediaan waktu yang cukup dalam mendiskusikannya. Di dalam Konseling pra-tes seorang konselor harus mampu membuat keseimbangan antara pemberian informasi, penilaian risiko dan merespon kebutuhan emosi pasien. Banyak orang takut melakukan pemeriksaan HIV karena berbagai alasan termasuk perlakuan diskriminasi dan stigmatisasi masyarakat dan keluarga. Karena itu layanan konseling dan tes HIV harus melindungi pasien dengan menjaga kerahasiaan. Seorang konselor harus mampu membangun kepercayaan pasien pada konselor yang merupakan dasar utama bagi terjaganya kerahasiaan sehingga terjalin hubungan baik dan terbina sikap saling memahami. Hal tersebut memerlukan keterampilan khusus dan membutuhkan pengalaman dari konselor. Banyak tantangan bagi petugas kesehatan untuk menawarkan dan melaksanakan tes HIV pada pasien yang datang ke sarana kesehatan mengingat konsekuensi dan dampak masalah yang terkait dengan hasil pemeriksaan HIV tersebut bagi pasien maupun petugas. Diantara tantangan tersebut adalah: 6
Materi Inti 8 – Tes HIV Atas Inisiasi Petugas Kesehatan dan Konseling (TIPK) Pada Layanan TB
Waktu: salah satu tugas penting tenaga kesehatan adalah menyadari adanya keterbatasan waktu dari dokter dalam memberikan pelayanan medis karena kesibukannya; juga perjalanan penyakit akan makin lanjut dengan berjalannya waktu. Menanggapi masalah tersebut, disarankan agar melakukan langsung TIPK begitu berhadapan dengan pasien yang diperkirakan terkait HIV. Sumber Daya Manusia: Pilihan melakukan konseling dan menawarkan pemeriksaan oleh petugas kesehatan membuat petugas kesehatan lainnya seperti konselor dan dokter ahli dapat bekerja secara beruntun mencegah kecepatan penularan. Stigma: Salah satu alasan penting yang menyebabkan para petugas kesehatan menolak menawarkan tes HIV adalah ketidaknyamanan pasien. Jika pasien merasa terstigma karena ditawari tes HIV, maka akan sangat mengganggu hubungan antara petugas kesehatan dengan para pasiennya. Di lain pihak, jika pelayanan tersebut secara rutin ditawarkan kepada seluruh atau hampir seluruh pasien di dalam suatu lingkungan tertentu, maka prosedur dan penawaran prosedurnya akan menjadi dianggap biasa. Beragamnya kebutuhan pasien: Ada beberapa petugas kesehatan yang mungkin akan menolak menawarkan tes HIV ketika pasien memiliki banyak masalah medis atau psikologik lainnya. Dalam hal tersebut petugas kesehatan merasa terbebani. Untuk mengatasi hal tersebut dapat diperbantukan perawat konselor (termasuk konselor umum) untuk memberikan dukungan emosional, layanan sosial terkait dan perawatan tambahan lainnya yang berada di luar ruang lingkup praktik para petugas kesehatan. Melihat perubahan positif dalam perilaku pasien merupakan salah satu tanda keberhasilan, yang juga akan membantu petugas kesehatan merasa nyaman. Perasaan terbebani petugas kesehatan dapat diringankan melalui kerjasama dengan konselor. Dengan demikian pasien bukan hanya diobati sakitnya tetapi juga didukung mental emosionalnya. Tidak ada pelatihan yang akan dapat menjawab semua permasalahan atau hambatan dalam penerapan keterampilan pada praktik nyata, meski berbagai upaya telah dilakukan untuk mengembangkan sebuah pelatihan dan menyusun protokol layanan. Perlu ditambahkan pula bahwa setiap intervensi pencegahan HIV yang efektif harus memperhatikan masalah dan fokus perhatian pasien. b. Tes HIV Atas Inisiatif Pemberi Pelayanan Kesehatan dan Konseling (TIPK) TIPK dilakukan kepada seorang pengunjung Fasyankes sebagai bagian dari standar pelayanan medis. Tujuan utamanya adalah untuk membuat keputusan klinis dan/atau menentukan pelayanan medis secara khusus yang tidak mungkin dilaksanakan sebelum mengetahui status HIV seseorang seperti misalnya terapi Antiretroviral, tanpa mengurangi hak pasien atas konfidensialitas. Semua konseling dan tes HIV termasuk TIPK harus mengacu pada prinsip “5C 2R” : confidentiality (kerahasiaan), informed consent (persetujuan), counselling, correct test result (hasil tes yang benar), 7
Materi Inti 8 – Tes HIV Atas Inisiasi Petugas Kesehatan dan Konseling (TIPK) Pada Layanan TB
connection to CST services (terhubung dengan layanan PDP) dan ”2R” yaitu recording and reporting. Sejak tersedia tes antibodi yang terjangkau secara luas, Program nasional Pengendalian HIV-AIDS mendorong tes HIV dengan menerapkan konseling dan tes HIV secara sukarela dengan mengembangkan klinik KTS tersebar di daerah yang membutuhkan dan melatih konselor KTS secara luas. KTS dalam hal tersebut merupakan ujung tombak atau pintu masuk utama bagi ODHA untuk mendapatkan layanan PDP HIV. Tes HIV dilaksanakan secara konfidensialitas, dengan mendapatkan informed consent dari pasien, disertai konseling pra dan pasca tes yang memadai. Meskipun layanan KTS tersebut telah dilaksanakan sejak 2005 namun cakupannya belum sesuai dengan harapan. Seperti kita ketahui dari permodelan epidemik yang dikembangkan oleh KEMENKES RI bahwa jumlah ODHA yang terjangkau masih jauh dari jumlah yang diperkirakan ada. Sebagai contoh bahwa jumlah kumulatif pasien dengan HIV sampai akhir tahun 2012 yang dilaporkan adalah 98,390, sementara hasil estimasi jumlah orang terinfeksi HIV pada tahun 2012 adalah 591.823. Tampak bahwa banyak orang dengan HIV belum datang ke layanan dan didiagnosis. Mengingat hal tersebut di atas maka jangkauan layanan tes dan konseling HIV perlu ditingkatkan, untuk meningkatkan jumlah orang yang mengetahui status HIVnya agar yang HIV positif mendapatkan akses layanan kesehatan lebih dini. Upaya tersebut adalah layanan tes HIV atas inisiatif pemberi pelayanan kesehatan dan konseling, di samping menguatkan layanan konseling dan tes HIV secara sukarela. Lihatlah kembali tantangan untuk melakukan tes HIV yang sering dihadapi pada bahan bacaan pokok bahasan A di atas. Pendekatan TIPK dapat merupakan jalan keluar dalam mengatasi keterbatasan waktu petugas kesehatan di tatanan klinis dan menyediakan anjuran yang jelas dan langsung tentang cara intervensi.
8
Materi Inti 8 – Tes HIV Atas Inisiasi Petugas Kesehatan dan Konseling (TIPK) Pada Layanan TB
Tabel 1. Pendekatan kons ep KTS dan TIPK Konseling dan Tes Sukarela (KTS) Datang ke klinik khusus untuk o konseling dan tes HIV o Bertujuan untuk tes HIV o Pada umumnya asimtomatis
Pasien
Petugas kesehatan/K onselor Tujuan utama Konseling dan tes HIV
Pertemuan Pra tes
Tindak Lanjut
Konselor terlatih baik petugas kesehatan maupun bukan petugas kesehatan Penekanan pada pencegahan penularan HIV melalui pengkajian faktor risiko, pengurangan risiko, perubahan perilaku dan tes HIV serta peningkatan kualitas hidup Konseling berfokus klien o Secara individual o Kedua hasil baik positif o maupun negatif sama pentingnya untuk diketahui pasien karena pentingnya upaya pencegahan dan peningkatan kualitas hidup Klien dengan hasil HIV positif o dirujuk ke layanan PDP dan dukungan lain yang ada di masyarakat
Tes inisiasi HIV pemberi pelayanan Kesehatan dan Konseling (TIPK) o Datang ke klinik karena penyakit terkait HIV misalnya pasien TB/suspek TB o Tidak bertujuan tes HIV HIV diinisiasi oleh petugas o Tes kesehatan berdasarkan indikasi Petugas kesehatan yang dilatih untuk memberikan konseling dan edukasi Penekanan pada diagnosis HIV untuk penatalaksanaan yang tepat bagi TB-HIV nya dan rujukan ke PDP
o
o
o
o
Petugas kesehatan menginisiasi tes HIV kepada pasien yang terindikasi Diskusi dibatasi tentang perlunya menjalani tes HIV Perhatian khusus untuk yang hasilnya HIV positif dengan fokus pada perawatan medis dan upaya pencegahan Perawatan pasien HIV positif berkoordinasi dengan petugas TB dan rujukan ke layanan dukungan lain yang ada di masyarakat
2. Kri teri a Pelaksanaan TIPK Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 21 tahun 2013 (Pasal 3), TIPK (Tes HIV atas Inisiatif Pemberi Pelayanan Kesehatan dan Konseling), harus dianjurkan sebagai bagian dari standar pelayanan bagi: a. Setiap orang dewasa, remaja dan anak-anak yang datang ke fasilitas pelayanan kesehatan dengan tanda, gejala, atau kondisi medis yang mengindikasikan atau patut diduga telah terjadi infeksi HIV terutama pasien dengan riwayat penyakit tuberkulosis dan IMS; b. Asuhan antenatal pada ibu hamil dan ibu bersalin; c. Bayi yang dilahirkan oleh ibu dengan infeksi HIV; d. Anak-anak dengan pertumbuhan sub-optimal atau malnutrisi di wilayah epidemik luas, atau anak dengan malnutrisi yang tidak menunjukkan respon yang baik dengan pengbatan nutrisi yang adekuat; dan e. Laki-laki dewasa yang meminta sirkumsisi sebagai tindakan pencegahan HIV 9
Materi Inti 8 – Tes HIV Atas Inisiasi Petugas Kesehatan dan Konseling (TIPK) Pada Layanan TB
Lebih jauh lagi, pada pasal 7 disebutkan bahwa; pada wilayah epidemi terkonsentrasi dan epidemi rendah, TIPK dilakukan pada semua orang dewasa, remaja dan anak yang memperlihatkan tanda dan gejala yang mengindikasikan infeksi HIV, termasuk tuberkulosis, serta anak dengan riwayat terpajan HIV pada masa perinatal, pada pemerkosaan dan kekerasan seksual lain. TIPK sendiri harus disertai dengan paket layanan pencegahan, pengobatan, perawatan dan dukungan yang terkait HIV. Juga dilengkapi dengan mekanisme rujukan pada pasien yang memerlukan konseling lanjutan oleh konselor HIV terlatih, maupun rujukan medis dan psikososial bagi mereka yang HIV positif. Harus dipastikan melakukan tes HIV secara rutin sebagai bagian dari standar pelayanan, dengan tetap memperhatikan prinsip kesukarelaan pasien dalam mengambil keputusan untuk tes HIV dan tidak berubah menjadi tes HIV mandatori (wajib). POKOK B AHASAN 2 : ALUR PELAYANAN TIPK Alur pelayanan TIPK di unit DOTS meliputi : (lihat gambar) 1. Pemberian KIE mengenai kaitan TB dengan HIV 2. Memeriksa tanda-tanda infeksi oportunistik lain pada kasus TB 3. Rujukan pasien TB ke layanan tes HIV dengan menggunakan form rujukan 4. Penyampaian hasil tes HIV kepada pasien TB dan rujukan sesuai kebutuhan (KTS/PDP). 5. Pengisian format pencatatan (rekam medis, register, dll) pada setiap akhir layanan.
10
Materi Inti 8 – Tes HIV Atas Inisiasi Petugas Kesehatan dan Konseling (TIPK) Pada Layanan TB
Gambar 1. Bagan Alu r Pelayanan TIPK di Unit DOTS Komunikasi,Informasi,Edukasi Petugas memberikan KIE kepada pasien (dapat dilakukan secara berkelompok atau perorangan) dengan menggunakan: o Al at b ant u au di o vi su al o Poster, liflet o Brosur
Bersedia t es HIV
Rujuk ke Tes Cepat HIV Tes Cepat HIV dilakukan di laboratorium
Kont ak awal antara petugas dan pasien o
o
Pasien menolak Tes HIV Petugas mengulang i nformasi tentang pentingnya tes HIV Bila masih menolak juga o Sarankan sebagai alternatif untuk ke klinik KTS o Pada kunjung an TB berikutnya diulangi informasi tentang pentinya tes HIV
Rujuk ke klini k KTS Bila pasien tetap menolak Beri inf ormasi tentang klinik KTS terdekat
Petugas menyampaikan hasil tes kepada pasien
o
o o
o o
Pasien dengan hasil tes HIV negatif Petugas menyampaikan hasil tes negatif Berik an inf ormasi pencegahan HIV Jika diperlukan, sarankan kepada pasien dan pasangannya untuk ke klinik KTS untuk konseling pencegahan HIV lebih lanjut
Rujuk ke klinik KTS Beri inform asi tentang klinik KTS terdekat
Petugas m emberikan informasi mengenai kaitan TB dengan HIV Petugas mengini siasi tes HIV pada pasien TB
o o
o
o
o o
Pasien dengan hasil Tes HIV Positif Petugas informasikan hasil tes HIV positf Berikan dukungan kepada pasien dalam menanggapi hasil tes Informasikan perlunya perawatan dan pengo batan HIV Informasikan cara pencegahan penularan kepada pasangan dan sarankan untuk tes HIV di K TS
Rujuk ke PDP Berik an surat ruj ukan ke PDP Informasikan sumber dukungan yang ada di masyarakat
11
Materi Inti 8 – Tes HIV Atas Inisiasi Petugas Kesehatan dan Konseling (TIPK) Pada Layanan TB
POKOK B AHASA N 3 : INISIASI TES HIV PADA PASIEN TB A. Pert imb ang an Inisi asi Tes HIV Tes HIV mempunyai peran penting dalam program pencegahan yang berbasis bukti (evidence based), pengembangan akses pada perawatan, dan pengobatan antiretroviral yang berkualitas. Sejak awal epidemi HIV-AIDS, tes HIV sudah digunakan dalam kegiatan surveilans guna memantau kecenderungan epidemi tersebut. Dengan terus berkembangnya epidemi HIV, maka kebutuhan akan tes HIV bagi individu yang ingin mengetahui status HIVnya semakin meningkat pula. Namun demikian masih banyak orang yang terinfeksi HIV tidak mengetahui statusnya, sehingga testing dan konseling HIV menjadi unsur penting pada program layanan pencegahan, perawatan, dan pengobatan. Penyebaran HIV akan dapat dikurangi apabila ODHA menyadari status mereka sedini mungkin dan mendapatkan bantuan untuk mencegah penularan infeksi ke orang lain. Konseling dan Tes HIV harus dilaksanakan lebih luas dan dalam skala besar dalam tatanan perawatan klinis bersamaan dengan perluasan layanan konseling dan testing HIV sukarela (KTS/VCT) yang mengandalkan pasien yang datang secara sukarela. Peningkatan akses KTS akan meningkatkan jumlah orang yang mengetahui status mereka. Jangkauan terhadap Konseling dan Tes HIV tersebut kini telah diperluas hingga ke layanan ibu hamil, klinik TB, klinik IMS dan lainnya. Pada TIPK maka para pengunjung layanan kesehatan secara rutin ditawari untuk menjalani Konseling dan Tes HIV dengan pendekatan option-out. Dengan pendekatan TIPK tersebut, setiap pertemuan pasien dengan petugas dianggap sebagai:
Peluang bagi seseorang yang belum pernah tahu status HIVnya untuk mengetahuinya Peluang bagi seseorang yang pernah menjalani tes HIV dengan hasil negatif untuk mengulang tes HIV dengan frekuensi yang logis. Peluang bagi seseorang yang ingin menentukan arah kehidupannya atau keluarganya sehubungan dengan status HIVnya Peluang bagi petugas kesehatan untuk memberikan layanan perawatan dan pencegahan terbaik sesuai dengan status HIV bagi pasiennya
Pada dasarnya petugas kesehatan tahu tentang manfaat tes HIV, namun terkadang tidak cukup peka akan hambatan dalam tes HIV. Oleh karenanya maka kita memasukkan diskusi mengenai berbagai hambatan atas dalam HIV. Pada awal epidemi, beredar isu bahwa ODHA selalu mendapatkan perlakuan yang tidak menyenangkan dari masyarakat sekitarnya, bahkan dari keluarganya. Potensi risiko yang sering dihadapi ODHA, seperti misalnya diskriminasi, pengucilan, atau tindak kekerasan. Dasar pertimbangan pelatihan adalah mutlak demi kepentingan mereka yang berisiko untuk mengetahui status HIV mereka. Dengan demikian, berbagai realita kehidupan pasien serta berbagai stigma yang dikaitkan dengan tes HIV akan mengingatkan kita bahwa program Konseling dan Tes HIV hanya akan efektif 12
Materi Inti 8 – Tes HIV Atas Inisiasi Petugas Kesehatan dan Konseling (TIPK) Pada Layanan TB
dan bermanfaat jika diikuti dengan berbagai intervensi yang komprehensif, termasuk rujukan konseling dan dukungan untuk pencegahan. Kebijakan tes HIV harus selalu memperhatikan hak azasi manusia dan harus mencakup “5 C” yaitu confidentiality, informed consent, counselling, correct test result, connection to CST services. Meskipun konseling tidak dianggap wajib dalam TIPK, tetapi konseling tetap diperlukan bagi mereka yang membutuhkan dan perlu dirujuk kepada konselor yang berpengalaman. Pada tempat tes HIV dan konseling yang terpisah, maka kesempatan pertemuan dengan pasien merupakan waktu berharga untuk dimanfaatkan memberi komunikasi pencegahan secara dini. Untuk membantu pasien mengatasi berbagai hambatan dalam menjalani tes HIV, maka perlu diberikan perhatian yang sangat cermat atas berbagai kebutuhan pasien pada saat menyarankan dilakukannya tes HIV. Pertimbangkan kemungkinan rujukan, kemungkinan pasien mau menjalani rujukan , karena itu hubungan kerja antar petugas dan pasien serta petugas kesehatan lainnya harus terjalin dengan baik. B. Inisi asi Tes HIV Konseling dan tes HIV atas inisiasi petugas atau provider-initiated testing and counseling (TIPK) bukan menggantikan voluntary counseling and testing (VCT). Disamping menawarkan tes sukarela, program yang komprehensif ditawarkan dalam TIPK/TIPK, dukungan pencegahan yang berkesinambungan, dan rujukan ke berbagai program lainnya. Dengan demikian dapat mendorong pasien untuk mengambil pilihan yang lebih sehat. Idealnya, pasien yang ternyata seropositif akan dirujuk untuk menjalani pengobatan dan perawatan. TIPK yang direkomendasikan oleh WHO/UNAIDS memiliki dua kategori yang berbeda: 1. Tes diagnostik: Tes diagnostik adalah bagian dari proses klinis untuk menentukan diagnosis pasien, dan mengacu pada kondisi medis dari pasien (misalnya TB) atau gejala klinis (misalnya IO atau pengurangan berat badan yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya) yang mengidikasikan secara kuat HIV sebagai penyakit yang mendasarinya. 2. Penawaran rutin: Penawaran rutin untuk tes dan konseling artinya menawarkan tes HIV kepada semua pasien dewasa yang berobat ke sarana kesehatan tanpa memandang alas an berobatnya. Persyaratan penting dalam menerapkan TIPK adalah tersedianya layanan konseling pasca-tes bagi semua pasien yang menjalani tes HIV serta rujukan ke layanan perawatan medis dan dukungan psikososial bagi pasien dengan HIV (+). Dengan diterapkannya model optional-out, (contoh:”saya sarankan anda untuk menjalani tes HIV. Bila anda tidak keberatan maka saya akan laksanakan”) harus dipastikan bahwa persetujuan yang diberikan benar13
Materi Inti 8 – Tes HIV Atas Inisiasi Petugas Kesehatan dan Konseling (TIPK) Pada Layanan TB
benar sukarela, maka harus selalu mendapatkan informed consent sebelum melakukan tes HIV dan tes HIV mandatori tidak dibenarkan. Harus dijelaskan pula bahwa pasien berhak untuk menolak tes HIV tanpa mempengaruhi kualitas layanan atau perawatan yang tidak terkait dengan diagnosis HIVnya. Ketika menerapkan model penawaran tes HIV secara rutin, maka konseling pra-tes yang biasa diberikan pada KTS disederhanakan tanpa sesi edukasi dan konseling yang lengkap. Informasi yang diberikan sekedar untuk meyakinkan bahwa persetujuan pasien didasarkan atas pemahaman yang memadai. Namun harus diantisipasi perlunya konseling tambahan yang lebih mendalam bagi pasien tertentu, melalui rujukan kepada konselor khusus. Sesuai dengan kondisi setempat, informasi prates dapat diberikan secara individual atau kelompok. Persetujuan untuk menjalani tes HIV (informed consent) harus selalu diberikan secara individual, pribadi dengan kesaksian petugas kesehatan. Informasi minimal yang perlu disampaikan oleh petugas kesehatan ketika menawarkan tes-HIV kepada pasien adalah sebagai berikut: Alasan menawarkan tes-HIV dan konseling Keuntungan dari aspek klinis dan pencegahan dari tes-HIV dan potensi risiko yang akan dihadapi, seperti misalnya diskriminasi, pengucilan, atau tindak kekerasan. Layanan yang tersedia bagi pasien baik yang hasil tes HIV negatif ataupun positif, termasuk ketersediaan terapi antiret roviral Informasi bahwa hasil tes akan diperlakukan secara konfidensial dan tidak akan diungkapkan kepada orang lain selain petugas kesehatan yang terkait langsung pada perawatan pasien tanpa seizin pasien Kenyataan bahwa pasien mempunyai hak untuk menolak menjalani tesHIV. Tes tidak akan dilakukan dalam hal pasien menolak secara tertulis. Kenyataan bahwa penolakan untuk menjalani tes-HIV tidak akan mempengaruhi akses pasien terhadap layanan yang tidak tergantung pada hasil tes HIV. Dalam hal hasil tes HIV–positif, maka sangat dianjurkan untuk mengungkapkannya kepada orang lain yang berisiko untuk tertular HIV dari pasien tersebut. Kesempatan untuk mengajukan pertanyaan kepada petugas kesehatan
Pada umumnya dengan komunikasi verbal sudah cukup memadai untuk memberikan informasi dan mendapatkan informed-consent untuk melaksanakan tes-HIV. Ada beberapa kelompok masyarakat yang lebih rentan untuk mendapatkan dampak buruk seperti diskriminasi, tindak kekerasan pengucilan atau penahanan. Dalam hal tersebut maka perlu diberi informasi lebih dari yang minimal di atas, untuk meyakinkan informed-consent nya. Informasi pra-tes bagi perempuan yang kemungkinan akan hamil harus meliputi: 14
Materi Inti 8 – Tes HIV Atas Inisiasi Petugas Kesehatan dan Konseling (TIPK) Pada Layanan TB
Risiko penularan HIV kepada bayi yang dikandungnya kelak Cara yang dapat dilakukan guna mengurangi risiko penularan HIV dari ibu ke anaknya, termasuk terapi antiretroviral profilaksis dan konseling tentang makanan bayi. Keuntungan melakukan diagnosis HIV secara dini bagi bayi
Perlu ada pertimbangan khusus bagi anak dan remaja di bawah umur secara hukum (pada umumnya <18 tahun). Sebagai individu di bawah umur yang belum punya hak untuk membuat/memberikan informed-consent, mereka punya hak untuk terlibat dalam semua keputusan yang menyangkut kehidupannya dan mengemukakan pandangannya sesuai tingkat perkembangan umurnya. Dalam hal ini diperlukan informed-consent dari orang tua atau walinya. Penolakan untuk menjalani tes-HIV tidak boleh mengurangi kualitas layanan lain yang tidak terkait dengan status HIVnya. Model TIPK yang terpapar pada bagan di bawah dapat menjadi acuan dalam menginisiasi Konseling dan Tes HIV secara rutin. Bagan alur tersebut menggambarkan terbatasnya peran dan waktu yang dibutuhkan dari seorang dokter (dalam kotak gelap). Petugas kesehatan meinisiasi tes HIV dengan pendekatan optional-out, menjamin konfidensialitas, dan meminta informed consent. Konseling prates dapat diberikan secara singkat oleh petugas kesehatan yang merawat, namun kadang-kadang diperlukan konseling prates yang lebih mendalam dan dukungan konseling pasca tes dan konseling perubahan perilaku yang dapat diberikan oleh petugas lain seperti konselor terlatih di KTS sebelum pasien bertemu dokternya. Sering kali juga informasi pra tes diberikan secara kelompok. Sementara menunggu hasil tes pasien dapat diberikan konseling untuk pengurangan risiko. bergantung pada cara yang dipakai, namun biasanya memakan waktu 5 – 30 menit.
15
Materi Inti 8 – T es HIV Atas Inisiasi Petugas Kesehatan dan Konseling (TIPK) Pada Layanan TB
Gambar 2. Bagan Penyelenggaraan Konseli ng d an Tes HIV atas Inisiasi Petugas Kesehatan Edukasi Kelompok Pra- es
Bagi pasien yang menolak tes Konseling manfaat tes HIV Indentifikasi hambatan tes Berikan dukungan o emosional Kaji ulang keinginan tes o Lihat Panduan Komunikasi ada Pedoman TIPK o
o o o
Penjelasan HIV-AIDS Tinjauan tindakan pencegahan Tes HIV ditawarkan Konseling Pengurangan Risiko HIV
o
o
Konselor melakukan Pengkajian Risiko HIV Konselor menawarkan rencana pengurangan risiko individu
o
Pengambilan spesimen dan melaksanakan tes
Tes HIV dan K onseling p rakarsa Petugas Anjurkan Tes HIV Informasi pra-tes o Jaminan Kerahasiaan o Berikan informed-consent (gunakan bahasa opt-out bila tidak menolak dan lakukan tes HIV) Lihat Panduan Komunikasi pada Pedoman TIPK o o
Petugas kesehatan membuka hasil
Konselor membuka hasil Konselor memberikan hasil tes HIV dan mengintepretasikan artinya Lihat Panduan Komunikasi pada Pedoman TIPK Dukungan/ rujukan pasca tes Konselor memberikan dukungan emosional, menekankan kembali rencana pengurangan risiko, dan bila + rujuk ke perawatan dan terapi dan menekankan kembali perlunya mengunkapkan hasil kepada orang lain Lihat Panduan Komunikasi pada Pedoman TIPK
Spesimen untuk Tes HIV dikumpulkan oleh petugas laboratorium (5-30 menit menunggu hasil).
Petugas kesehatan memberikan hasil tes HIV dan mengartikannya Lihat Panduan Komunikasi pada Pedoman TIPK Saran/ ruju kan pasca tes Petugas memberikan informasi tentang rujukan, dan jika positif, merujuk pengobatan dan perawatan dan anjuran perihal pentingnya pengungkapan
16
Materi Inti 8 – Tes HIV Atas Inisiasi Petugas Kesehatan dan Konseling (TIPK) Pada Layanan TB
Kukuhkan Kesediaan Pasien Untuk Menjalani tes HIV Seperti halnya KTS, TIPK pun harus mengedepankan “ three C’ – informed consent, counselling and confidentiality atau suka rela, dengan konseling dan konfidensial. Dalam Konseling dan Tes HIV ada 2 macam pendekatan yaitu: optional-out dan optional-in. Sering kali dipertanyakan pendekatan yang mana yang paling tepat untuk tatanan rumah sakit. Hal tersebut adalah perbedaan utama antara KTS/ VCT dan TIPK/TIPK Yang dimaksud dengan optional-in adalah bhawa pasien menyatakan persetujuannya secara jelas atas pelaksanaan tes HIV setelah menerima informasi pra-tes. Informed consent yang diberikan dala hal tersebut analog dengan yang dipersyaratkan pada tindakan khusus seperti pemeriksaan atau tindakan di tatanan klinis (biopsi hati, atau tindakan bedah). Dengan pendekatan optional-out berarti pasien harus secara jelas menyatakan penolakan dilaksanakannya tes HIV setelah menerima informasi pra tes apabila dia tidak meinginkan tes HIV tersebut. Informed consent yang diberikan dalam hal tersebut analog dengan yang dipersyaratkan pada tindakan-tindakan umum lain seperti pemeriksaan foto ronsen dada, tes darah dan pemeriksaan non-invasif lain. Dalam hal ini petugas kesehatan akan melaksanakan tindakan tersebut kecuali pasien menolaknya. Namun demikian, apapun jenis pendekatan yang digunakan baik optional-in ataupun optional-out, pada akhirnya harus sama, yaitu bahwa pasien atau pasienlah yang membuat keputusan berdasarkan informasi yang memadai untuk menerima atau menolak anjuran tes HIV dari petugas kesehatan.
17
Materi Inti 8 – Tes HIV Atas Inisiasi Petugas Kesehatan dan Konseling (TIPK) Pada Layanan TB
POKOK B AHASA N 4 : PROSEDUR TES CEPAT HIV Prosedur Tes cepat HIV untuk digunakan pada berbagai tatanan, maka tidak mungkin untuk melakukan pembahasan mendalam dari semua tes HIV. Dalam praktiknya terdapat berbagai teknologi tes HIV serta protokol rasionalnya berubah dengan sangat cepat sehingga perlu terus menyesuaikan pemahaman terhadap perubahan yang terjadi. A. Pil ih an Tes HIV Diskusikan berbagai jenis tes HIV dan tes cepat HIV berdasarkan pengalaman Anda. Tes cepat HIV pada saat ini sudah mengalami banyak kemajuan dengan angka sensitifitas dan spesifisitas tinggi sehingga lebih banyak disukai untuk melakukan tes HIV pada pasien, mengingat kemudahan dalam pelaksanaannya, terutama jika arus pasien tidak begitu banyak. Untuk selanjutnya pembahasan hanya akan dibatasi pada tes diagnostik terutama tes cepat. Di bawah informasi singkat tentang berbagai macam tes HIV yang digunakan. 1. Viral Load Testing dengan cara Polymerase Chain Reaction (PCR). Tes ini mendeteksi keberadaan virus dan tidak tergantung pada keberadaan antibodi HIV. Tes digunakan pada bayi yang ibunya belum pernah menjalani tes HIV. 2. Enzyme Immunoassays (EIAs): Tes tersebut mendeteksi anti bodi, segera dapat dilakukan pada mereka yang dicurigai. Tes tersebut mendeteksi antibodi bagi HIV-1 maupun HIV-2. Reaksi antibodi biasanya dapat dideteksi melalui adanya perubahan warna; intensitas warna menunjukkan jumlah antibodi yang ada di dalam contoh darah. Tes EIA memerlukan teknisi lab yang sangat berpengalaman dan prosedurnya memerlukan keterampilan khusus karena rumit. 3. Western Blot/Line Immunoassays: Tes tersebut untuk konfirmasi pada kasus yang sulit. Tes tersebut perlu ditafsirkan oleh ahli laboratorium, mahal dan sulit digunakan di layanan kesehatan primer. Untuk mengatasi kesulitan tersebut dapat dilakukan dengan dua tes cepat yang harganya lebih murah dan tetap akurat. 4. Tes Cepat HIV: Tes cepat dengan reagen yang direkomendasikan oleh Kementerian Kesehatan cukup handal, sama dengan tes EIAs, dapat mendeteksi baik HIV-1 maupun HIV-2. Tes cepat dapat dijalankan pada jumlah sampel yang lebih sedikit, dan waktu tunggu pasien untuk mengetahui hasilnya adalah antara 5 sampai dengan 30 menit, bergantung kepada jenis tesnya. Pada penggunaan tes cepat perlu dilakukan pelatihan untuk meningkatkan 18
Materi Inti 8 – Tes HIV Atas Inisiasi Petugas Kesehatan dan Konseling (TIPK) Pada Layanan TB
kualitas (Quality Improvement) dan evaluasi dari tes kit. berbentuk serum, darah atau saliva.
Sampel tes dapat
SOP (Standard Operating Procedure) yang berlaku di klinik perlu dibuat dan dipatuhi termasuk : Keselamatan kerja: Keselamatan kerja perlu mendapat perhatian karena menyangkut semua pihak dan semua petugas berisiko kontak dengan limbah medis. Oleh karenanya upaya mencegah pajanan dengan semua jenis limbah dan cairan tubuh pasien adalah syarat mutlak. B. Tes Cepat HIV Seperti telah diuraikan diatas tentang strategi tes HIV, untuk kepentingan diagnostik dilakukan strategi testing III dengan menggunakan 3 reagen yang berbeda. Tiga hasil positif dari reagen kit yang berbeda harus didapatkan sebelum diagnosis HIV dapat dibuat. C. Pengambi lan Darah Tes HIV Keterampilan untuk mengambil sediaan darah perifer dengan jarum lanset merupakan ketrampilan dasar yang harus dimiliki petugas l ayanan kesehatan. Bahan dan alat yang diperlukan untuk melaksanakan tes cepat HIV: Test Kits Alkohol Kapas Wadah peralatan tajam Sarung Tangan Apron/Jas Laboratorium Pengatur waktu atau Jam Pipet transfer Petanda untuk pemberian label
Langkah-langkah pengambilan darah tes HIV : 1. Perlengkapan pengambilan sampel. Praktik yang sehat adalah mempersiapkan terlebih dahulu semua bahan yang diperlukan 2. Posisi telapak tangan menghadap ke atas. Pilih jari tangan yang paling lurus untuk memungkinkan penusukan jari. 3. Beri tekanan agar aliran darah lancar. Tidak perlu menekan jari dengan kuat. Tekanan akan meningkatkan aliran darah sehingga pengambilan darah akan lebih lancar. 4. Bersihkan jari tangan dengan alkohol. Gunanya untuk mencegah terjadinya kontaminasi. Mulailah membersihkan jari tangan dari daerah pangkal ke arah ujung jari. 5. Pegang jari tangan dan tekankan kuat-kuat lanset steril tepat di tengahtengah ujung jari tangan. 19
Materi Inti 8 – Tes HIV Atas Inisiasi Petugas Kesehatan dan Konseling (TIPK) Pada Layanan TB
6. Tekan lanset dengan kuat sehingga ujung jari terluka, Ingat bahwa pasien akan merasa nyeri atau tidak nyaman sebentar. Tindakan yang tepat adalah menghilangkan ketidak nyamanan pasien dan suruh mereka melakukan relaksasi. 7. Bersihkan atau sapu titik darah pertama yang keluar dengan kapas steril. Darah pertama yang keluar tidak digunakan untuk pemeriksaan sampel, agar spesimen tidak terkontaminasi. 8. Ambil darah. Aliran darah yang paling lancar jika letak jarii berada di bawah siku. 9. Gunakan kapas sampai pendarahan berhenti.
20
Materi Inti 8 – Tes HIV Atas Inisiasi Petugas Kesehatan dan Konseling (TIPK) Pada Layanan TB
POKOK BAHASAN 5: PENYAMPAIAN HASIL TES HIV DAN RUJUKAN YANG EFEKTIF KEPADA PA SIEN A. Penafsi ran Hasi l Tes HIV Pemberian informasi mengenai hasil tes HIV merupakan bagian integral dari proses tes-HIV, dan semua pasien yang menjalani tes-HIV harus mendapatkan informasi ini tanpa memandang hasil tes HIV-nya. Informasi bagi hasil HIV negatif, minimal harus meliputi hal sebagai berikut: 1. Penjelasan tentang hasil tesnya, termasuk penjelasan tentang periode jendela, yaitu belum terdeteksinya antibodi-HIV dan anjuran untuk menjalani tes kembali manakala sudah terjadi pajanan HIV pada akhir-akhir ini. 2. Nasehat dasar tentang cara mencegah terjadinya penularan HIV 3. Pemberian kondom laki-laki atau perempuan Baik petugas kesehatan maupun pasien selanjutnya membahas dan menilai perlunya rujukan untuk mendapatkan konseling atau dukungan pencegahan lainnya. Bagi pasien dengan hasil tes-HIV positif, tindakan yang harus dilakukan oleh petugas kesehatan adalah sebagai berikut: 1. Memberikan informasi hasil tes HIV kepada pasien secara sederhana dan jelas, dan beri kesempatan kepada pasien sejenak untuk mencerna informasi tersebut. 2. Yakinkan bahwa pasien mengerti akan arti hasil tes HIV 3. Beri kesempatan pasien untuk bertanya 4. Bantu pasien untuk mengatasi emosi yang timbul karena hasil tes positif 5. Bahas masalah yang perlu perhatian segera dan bantu pasien menemukan jejaring sosial yang mungkin dapat memberikan dukungan dengan segera dan dapat diterima. 6. Jelaskan layanan perawatan lanjutan yang tersedia di sarana kesehatan dan masyarakat, khususnya ketersediaan layanan pengobatan, PMTCT dan layanan perawatan serta dukungan. 7. Berikan informasi tentang cara mencegah penularan HIV, termasuk pemberian kondom laki-laki ataupun perempuan dan cara menggunakannya. 8. Beri informasi cara pencegahan lain yang relevan terkait dengan cara menjaga kesehatan seperti informasi tentang gizi, terapi profilaksis kotrimoksasol, dan mencegah malaria dengan kelambu di daerah endemis malaria. 9. Bahas kemungkinan untuk mengungkapkan hasil tes-HIV, waktu dan cara mengungkapkannya serta mereka yang perlu mengetahui. 10. Dorong dan tawarkan rujukan untuk tes-HIV dan konseling bagi pasangan dan anaknya. 11. Lakukan penilaian kemungkinan mendapatkan tindak kekerasan atau kemungkinan bunuh diri dan bahas langkah-langkah untuk mencegahnya, terutama pasien perempuan yang didiagnosis HIV-positif 21
Materi Inti 8 – Tes HIV Atas Inisiasi Petugas Kesehatan dan Konseling (TIPK) Pada Layanan TB
12. Rencanakan waktu khusus untuk kunjungan tindak lanjut mendatang atau rujukan ke PDP untuk tindak lanjut pengobatannya, serta dukungan dan layanan lain yang diperlukan oleh pasien (misalnya, terapi profilaksis untuk IO, pengobatan IMS, KB, perawatan hamil, terapi rumatan pengguna opioid, akses pada layanan jarum suntik steril – LJSS). Tinjau kembali informasi produk reagen tes kit HIV yang di gunakan. Setiap tes kit mempunyai metode masing-masing dalam menafsirkan hasil tesnya. Masingmasing jenis tes HIV, berbeda cara menafsirkan hasil reaktif, non-reaktif dan tidak valid. Semua tes cepat memiliki tolok ukur dan kontrolnya masing-masing , sebagai penjaminan mutunya. Lihat bagan dibawah ini.
22
Materi Inti 8 – Tes HIV Atas Inisiasi Petugas Kesehatan dan Konseling (TIPK) Pada Layanan TB
Bagan alur tes cepat HIV di l ayanan ko nseling dan tes HIV”
Dari bagan tersebut jelas bahwa hasil dari satu tes cepat saja belum dapat disimpulkan. dilakukan terlebih dahulu tes konfirmasi (baik dengan menggunakan algoritma sekuensial maupun parallel) sebelum menyampaikan hasilnya kepada pasien. Cermati Bagan alur tersebut, urutan tes cepat dalam cara serial dibuat berdasarkan sensitifitas dan spesifisitas dari masing-masing reagen tes HIV tersebut dan harus sesuai dengan pedoman nasional. B. Cara Penyampaian Hasil Tes HIV kepada Pasien Tugas pertama petugas kesehatan yang menyampaikan hasil tes HIV adalah memikirkan reaksi emosional yang kemungkinan ditampilkan pasien saat menerima hasil tes HIV.
23
Materi Inti 8 – Tes HIV Atas Inisiasi Petugas Kesehatan dan Konseling (TIPK) Pada Layanan TB
Nilailah kesiapan pasien menerima hasil tes. Perlu diingat bahwa hampir semua pasien pada dasarnya sangat siap untuk mendengar berita mengenai hasil tes mereka, sehingga tidak perlu mengulur-ulur waktu lagi. Lakukan pengecekan singkat (misalnya: ”Anda sudah siap mendengar hasil tes anda?”) akan memungkinkan pasien untuk dapat mengendalikan proses tersebut dan beri peluang pasien untuk bertanya atau mendapat informasi lainnya. Sampaikan dan tafsirkan hasil tes HIV: Sampaikan hasil tes dengan segera, dengan penjelasan mengenai makna hasil tes tersebut. Salah satu strategi komunikasi yang efektif adalah: “Hasilnya adalah positif yang mengisyarat bahwa Anda terinfeksi HIV”. Melalui cara ini pasien menerima hasil tes, dengan lebih baik karena menggunakan bahasa yang dimengerti, dan tidak hanya mengandalkan katakat seperti reaktif/non-reaktif atau bahkan istilah-istilah positif atau negatif yang mungkin saja malah membingungkan. Beri kesempatan meledaknya reaksi emosional: Dengan hening sejenak setelah menyampaikan hasil, pasien diberi kesempatan untuk mengolah gejolak emosinya. Khususnya untuk hasil positif. Berikan komentar simpatik (misalnya:” Ini merupakan berita buruk”) akan memberi pasien berpeluang membahas perasaannya, yang mungkin saja bentuknya ingin lebih meyakinkan lagi. Jika anda memiliki cukup waktu dan merasa nyaman, penggunaan pertanyaan terbuka mengenai perasaan mereka merupakan strategi yang sangat baik. Berikan arahan tindak lanjut/informasi medis seperlunya. Mungkin penting bagi anda untuk mengingatkan pasien mengenai paparan-paparan terakhir pasien dengan faktor risiko, dan perlunya dilakukan tes ulang jika hasil tes mereka negatif. Pasien dengan hasil tes positif perlu diberi konseling mengenai perlunya tindak lanjut medis, adanya berbagai layanan pendukung tambahan, dan perlunya memberi tahu pasangan sehingga pasangan juga perlu dites. Catatan: laporan terakhir mengenai penyakit IMS terbaru dan paparan HIV terakhir mengisyaratkan bahwa pasien ini mungkin sangat menular karena terjadinya viremia kadar tinggi setelah terjadinya pajanan. Temuan ini, mengisyaratkan perlunya penekanan khusus pada deteksi infeksi HIV akut dan edukasi mengenai perlunya melakukan tes ulang.
Tawarkan rujukan dan pilihan tindak lanjut: Perkenalkan Lembaga Swadaya Masyarakat yang dapat membantu memecahkan permasalahan pasien, khususnya bagi ODHA, yang merupakan dukungan yang sangat mendasar bagi layanan kesehatan yang melakukan konseling dan tes HIV. Ingatkan kembali pasien akan jenis layanan lain yang terkait di sarana anda sendiri, atau kenalkan RS untuk rujukan lebih tinggi. 24
Materi Inti 8 – Tes HIV Atas Inisiasi Petugas Kesehatan dan Konseling (TIPK) Pada Layanan TB
Langkah: Beri rujukan ke institusi/lembaga yang kompeten dan terpercaya Tawaran rujukan merupakan salah satu pilihan Nilailah reaksi pasien terhadap tawaran rujukan Mintalah dan siapkan pasien untuk rujukan ke suatau layanan lembaga Jajagi jenis dukungan yang dibutuhkan untuk keperluan rujukan aktif Lakukan konseling tindak lanjut bersama sumber rujukan yang diperlukan.
MEMAHAMI LANGKA H PENYAMPAIAN HA SIL TES HIV Kalimat dalam kotak dibawah ini memberikan panduan tentang berbagai langkah penyampaian hasil tes HIV yang harus dipahami.
25
Materi Inti 8 – Tes HIV Atas Inisiasi Petugas Kesehatan dan Konseling (TIPK) Pada Layanan TB
Baca contoh komunikasi hasil negatif di bawah ini: Contoh Naskah komunikasi hasil Negatif ‘Hasil tesnya negatif, artinya kekebalan/antibodi terhadap virus HIV belum dapat dideteksi oleh pemeriksaan laboratorium yang kita lakukan..” Artinya ada peluang bahwa virus HIV sudah masuk tubuh karena ada paparan infeksi terbaru, namun belum menghasilkan antibodi sehingga belum terdeteksi oleh pemeriksaan laboratorium. Tidak terdeteksinya antibodi bukan berarti tidak adanya virus HIV didalam tubuh anda, ini biasa disebut periode jendela, ini memerlukan tes kembali untuk memastikannya jika ada perilaku risiko. Untuk informasi lebih lanjut saya sarankan agar anda datang ke layanan KTS. Mereka dapat memberi anda informasi lebih banyak mengenai cara yang dapat anda lakukan untuk tetap tidak terinfeksi, jika memang virus HIV belum ada dalam tubuh anda” Untuk menjaga status anda tetap negatif , anda harus melakukan upaya pencegahan dengan tidak berperilaku berisiko: upaya pencegahan meliputi : - Tidak melakukan hubungan seks - Jika anda sudah punya pasangan, saling setia - Atau dengan menggunakan kondom secara benar setiap kali anda berhubungan seks. Kami menyediakan kondom di klinik dan anda kami persilakan untuk membawanya. …….. (Sebutkan nama lembaga pusat KTS atau lembaga lainnya) juga menyediakan kondom. Contoh Naskah komunikasi untuk hasil posi tif “Hasil tes anda menunjukkan positif, yang mengisyaratkan bahwa anda memiliki HIV di dalam darah anda. Disamping dukungan dan dorongan dari keluarga dan rekan-rekan anda, anda perlu perawatan medis yang dapat membantu anda agar anda merasa lebih baik dan hidup lebih lama sekali pun anda terkena infeksi HIV. Anda perlu datang ke klinik yang memberikan perawatan dan pengobatan HIV. Bawalah surat pengantar rujukan ini, berikan kepada petugas kesehatan di klinik tersebut. Juga, seandainya anda/pasangan anda hamil atau merencanakan untuk hamil, maka sampaikan kepada petugas klinik tempat pemeriksaan kehamilan dan klinik KTS, untuk membahas cara melindungi janin anda dari penularan infeksi HIV. Jika anda tidak mau orang lain mengetahui status HIV anda saat ini, maka berhati-hatilah dalam menyimpan surat anda ini sampai anda menyampaikannya kepada petugas kesehatan di klinik HIV. Penting bagi anda untuk berkunjung ke klinik rujukan tersebut sesegera mungkin. Saya berharap sebelum kunjungan berikutnya anda sudah mengunjungi klinik tersebut. Kita akan bahas kembali masalah kita hari ini pada kunjungan anda berikutnya.
26
Materi Inti 8 – Tes HIV Atas Inisiasi Petugas Kesehatan dan Konseling (TIPK) Pada Layanan TB
C. Langkah-langkah merujuk hasil tes posi tif Rujukan yang efektif perlu diberikan dan perlu untuk mengoptimalkan kemungkinan pasien mematuhi rujukan kita. Merujuk pasien merupakan hal yang sangat kritis bagi pasien positif HIV yang memerlukan evaluasi bagi perawatan dan pengobatan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam merujuk paien TB dengan HIV positif : Memastikan kembali ketersediaan layanan dan tim Didalam kegiatan kolaborasi TB-HIV sudah ada mekanisme dan jejajring kerjasama yang baik antara poli DOTS dan klinik PDP Jelaskan kepada pasien tentang rujukan ke layanan PDP Pasien dengan koinfeksi TB-HIV perlu segera memulai ARV karena meningkatnya kematian TB diantara ODHA sedangkan pengobatan HIV hanya bisa diperoleh dilayanan PDP.
Lakukan penilaian reaksi pasien terhadap rujukan terkait HIV Lakukan eksplorasi persepsi pasien tentang layanan HIV, mungkin sebagian pasien merasa tidak nyaman setelah mengetahui dirinya terinfeksi HIV, merasa dipersulit dalam pengobatannya. Petugas diharapkan memberi edukasi pentingnya penanganan HIV pada TB, seperti mencegah terjadi reinfeksi TB dan infeksi oportunistik lainnya. Dapatkan persetujuan pasien atas rujukan yang dilakukan. Persetujuan rujukan dapat diberikan secara lisan ataupun tertulis, setelah mendapatkan informasi secukupnya. Tuliskan surat rujukan internal maupun eksternal yang diperlukan pasien tersebut dalam rekam medis. Hal-hal yang dimuat dalam surat rujukan antara lain : alasan rujukan, kondisi saat dirujuk, pengobatan yang sedang diberikan, penanganan yang dharapkan.
27
Materi Inti 8 – Tes HIV Atas Inisiasi Petugas Kesehatan dan Konseling (TIPK) Pada Layanan TB
LATIHAN 1 1. Tantangan melakukan tes HIV: Jawab : ................................................................................................................................. ................................................................................................................................. ................................................................................................................... 2. Sebutkan jenis tes HIV yang digunakan di institusi saudara. Jawab : ................................................................................................................................. ................................................................................................................................. ................................................................................................................... 3. Jelaskan strategi tes yang digunakan untuk mendiagnosis HIV. Jawab : ................................................................................................................................. ................................................................................................................................. ................................................................................................................... 4. Bahaslah dalam diskusi kelompok Anda untuk mengantisipasi emosi yang mungkin timbul atau yang pernah mereka lihat dari pasien dengan hasil tes negatif. Jawab : ................................................................................................................................. ................................................................................................................................. ................................................................................................................... 5. Bahaslah dalam diskusi dalam kelompok Anda untuk mengantisipasi emosi yang mungkin timbul atau yang pernah mereka lihat dari pasien dengan hasil tes positif. Jawab : ................................................................................................................................. ................................................................................................................................. .................................................................................................................. 6. ”Emosi apa saja dari emosi tersebut yang akan menjadi reaksi anda pada saat anda mendengar seseorang mengatakan kepada anda bahwa tes HIV anda ternyata positif?” Jawab : ................................................................................................................................. ................................................................................................................................. ..................................................................................................................
28
Materi Inti 8 – Tes HIV Atas Inisiasi Petugas Kesehatan dan Konseling (TIPK) Pada Layanan TB
LATIHAN 2 Peserta berlatih dengan Pasien terlatih (EPT) untuk menawarkan tes HIV. LATIHAN 3 Praktik Penyampaian Hasil tes Seorang peserta atau fasilitator EPT sedang menunggu hasil tes. Pasien tersebut telah diberi informasi pra-tes dan ditinggal untuk menunggu hasil. Panggil satu pasien yang akan kembali dibimbing untuk mendengarkan hasilnya. Beberapa kelompok berlatih memberikan hasil negatif dan yang lain dengan hasil positif. Lakukan praktik dalam 10 menit dan fasilitator akan memberikan umpan balik dari hasil praktik di depan kelas dan memandu diskusi selanjutnya. Adakah kemungkinan dukungan tambahan dari layanan berbasis masyarakat atau perawatan medis yang diperlukan oleh pasien? Selanjutnya, pada situasi sesungguhnya, seberapa banyak pasien yang memerlukan dukungan atau layanan kesehatan dari sarana kesehatan.
Seorang Pasien Terlatih akan berbagi pengalamannya pada saat menerima hasil tes HIV kepada peserta latih: a. Bagaimana ia diberi tahu hasil tes positif oleh petugas; b. Bagaimana perasaannya pada saat itu; 1. Apa yang dikatakan konselor/petugas kesehatan setelah memberikan hasil tes; 2. Apa yang seharusnya konselor/petugas kesehatan sampaikan namun tidak pernah disampaikan pada saat itu; Fasilitator mengajak seluruh peserta untuk melakukan refleksi bersama tentang pembahasan materi ini. Apakah tujuan pembelajaran yang ditetapkan sudah tercapai?.
29