KONSTIPASI 1.1 Definisi
Konstipasi atau sering disebut sembelit adalah kelainan pada sistem pencernaan dimana seseora seseorang ng mengal mengalami ami pengera pengerasan san feses feses atau tinja tinja yang yang berleb berlebiha ihan n sehing sehingga ga sulit sulit untuk untuk dibuang dibuang atau dikeluarkan dan dapat menyebabkan menyebabkan kesakitan kesakitan yang hebat pada penderitany penderitanya. a. Konstipasi sendiri sebenarnya bukanlah suatu penyakit, tetapi lebih tepat disebut gejala yang dapat dapat menand menandai ai adany adanyaa suatu suatu penya penyakit kit atau masalah masalah dalam dalam tubuh tubuh (Dipir (Dipiro o et al ., ., 2008). rekuensi defekasi!buang air besar ("#") yang normal adalah $ sampai %2 kali dalam seminggu. &amun, seseorang baru dapat dikatakan konstipasi jika ia mengalami frekuensi "#" kurang dari $ kali dalam seminggu, disertai konsistensi feses yang keras, kesulitan mengeluarkan feses (akibat ukuran feses yang besar maupun akibat terjadinya gangguan refleks defekasi), defekasi), serta mengalami mengalami sensasi rasa tidak puas pada saat "#" ('cuaid, ('cuaid, 200). 200). 'asyarak 'asyarakat at umum umum mendef mendefini inisik sikan an konsti konstipas pasii sebaga sebagaii gejala gejala subyekt subyektif if seperti seperti kesulit kesulitan an defekasi, kram, kepenuhan perut atau kembung, ketidakmampuan untuk buang air besar, atau perubahan dalam rutinitas usus biasa (Koch and *udson, 2000+ oss, oss, %--$). Konstipasi dapat terjadi pada segala usia, dari bayi sampai orang tua. ebagian besar penderita konstipasi dapat diobati secara medik untuk perbaikan keluhan (Dipiro et al ., ., 2008). 1.2 Etiologi
Konstip Konstipasi asi bukanl bukanlah ah penyaki penyakit, t, tetapi tetapi merupa merupakan kan gejala gejala dari dari dari dari suatu suatu penyak penyakit it atau masalah masalah.. /endek /endekatan atan terapi terapi konst konstipa ipasi si harus harus dimula dimulaii dengan dengan upaya upaya untuk untuk menentu menentukan kan penyebabnya. angguan saluran pencernaan ( irritable irritable bowel syndrome syndrome atau atau diverticulitis), diverticulitis), gangguan metabolik (diabetes), atau gangguan endokrin (hipertiroidisme) dapat dilibatkan dalam terjadinya konstipasi. elain itu, dipercayai bah1a konstipasi terkadang diakibatkan oleh oleh psikog psikogeni enik k (Dipiro (Dipiro et al ., ., 200). 200). Konstipasi Konstipasi umumnya umumnya diakibatkan diakibatkan oleh rendahnya rendahnya asupan serat atau penggunaan obat3obatan yang menghambat neurologis atau fungsi otot salur saluran an penc pencer ernaa naan n teru terutam tamaa usus usus besar besar.. "ebe "eberap rapaa golo golong ngan an obat obat lain lain yang yang dapa dapatt menyebabkan konstipasi dapat dilihat pada ambar %. Konstip Konstipasi asi pada pada anak anak dapat dapat terjadi terjadi akibat akibat peruba perubahan han dalam dalam diet diet atau atau asupan asupan cairan, cairan, penyimpangan dalam rutinitas toilet seperti pada saat liburan, atau menghindari buang air besar karena rasa sakit yang terjadi saat mengeluarkan feses. #nak3anak yang terdiagnosis konstipasi kronis pada usia muda cenderung akan terus menderita konstipasi sampai mele1ati masa pubertas (4hisholm3"urns et al ., ., 2008).
1.3 Patofisiologi
Konstipasi muncul akibat dua jenis gangguan motilitas usus. angguan pertama adalah koloninersia atau slow-transit constipation yang mengacu pada lambatnya perpindahan feses dari proksimal menuju kolon distal dan rektum. 5erdapat dua mekanisme yang menyebabkan lambatnya transit kolon, yaitu penurunan kontraksi peristaltik dan akti6itas motorik yang tidak terkoordinasi dalam kolon distal. angguan kedua adalah pelvic floor dysfungtion, kondisi ini menyebabkan ketidakmampuan rektum untuk mengosongkan isi kolon. Kombinasi dari kedua gangguan tersebut juga dapat terjadi pada konstipasi dimana penderita mengalami kelambatan transit dan ketidakmampuan pada saat pengosongan (7inn et al ., 200-). Konstipasi dibedakan menjadi konstipasi primer dan sekunder berdasarkan penyebabnya. Konstipasi primer atau idiopatik ditandai dengan normal transit constipation, slow transit constipation, dan dyssynergic defecation. /ada tipe normal transit constipation motilitas kolon tidak berubah dan pasien cenderung mengalami feses yang keras pada gerakan normal. /ada slow transit constipation motilitas kolon menurun sehingga menyebabkan menurunnya ferkuensi buang air besar dan feses yang keras. /ada dyssynergic defecation (atau dikenal juga dengan pelvic floor dysfunction), penderita telah kehilangan kemampuan untuk mengendurkan anal sphincter sementara terjadi kontraksi otot pada pelvic floor (4hisholm3 "urns et al ., 2008). "erikut adalah beberapa penyebab konstipasi sekunder 3 3 3 3 3 3
Kondisi endokrin atau metabolik (diabetes mellitus, hipertiroidisme, hiperkalsemia) Kondisi saluran cerna (di6erticulitis, hemoroid) Kondisi neurogenik (trauma otak, penyakit parkinson) Kondisi psikogenik (kondisi psikiatrik) 9bat3obatan (opiat, analgesik, diuretik, antasida, klonidin, calcium chanel blockers) 7ain3lain (imobilitas, pola makan yang buruk, penyalahgunaan obat pencahar, gangguan
hormonal) (4hisholm3"urns et al ., 2008).
1.4 Manifestasi Klinik
/ada pasien yang mengalami kosntipaasi akan ditemukan tanda3tanda ataupun gejala klinis sebagai berikut 3
#da rasa tidak nyaman dan kembung pada perut, kelelahan, sakit kepala, mual dan muntah, pergerakan usus yang hilang, feses dengan ukuran kecil, perasaan penuh, kesulitan, dan sakit saat mengeluarkan feses.
3
eses yang keras, feses yang kecil atau kering, perut kembung, nyeri kram perut dan ketidaknyamanan pada perut, perut tegang atau ngeluarkan suara, kelelahan, sakit kepala,
mual dan muntah. 3 Konstipasi menunjukan gejala yang parah apabila ditandai dengan gejala berlangsung lebih dari $ minggu, terdapat darah dalam feses, penurunan berat badan, demam, anoreksia, mual, dan muntah atau setiap kali terjadi perubahan kebiasaan buang air besar yang biasa terjadi secara signifikan. 3 :mplikasi dari konstipasi dapat ber6ariasi mulai dari rasa tidak nyaman sampai gejala kanker usus besar atau penyakit serius lainnya. ("urns et al ., 2008+ Dipiro et al ., 2008+ ukandar dkk., 2008) 1.5 Tata Laksana Terai
5erapi yang dilakukan pada pasien dengan keluhan konstipasi bertujuan untuk pencegahan konstipasi lebih lanjut, menghilangkan gejala dan mengembalikan fungsi normal usus. trategi pengobatan yang dilakukan meliputi terapi non farmakologi dan terapi farmakologi. 1.5.1 Terai Non !ar"akologi
5erapi utama yang dilakukan untuk penderita konstipasi adalah perubahan gaya hidup. Karena pada umumnya konstipasi adalah kelainan saluran cerna bukan suatu penyakit. 5erapi farmakologi yang dilakukan dapat berupa a. Diet tinggi serat (buah, sayuran dan sereal) sangat dianjurkan. 4ara ini sebaiknya dicoba sebelum pasien menggunakan laksatif. erat mampu meningkatkan massa dan berat feses serta mempersingkat 1aktu transit di usus. ;ntuk mendukung manfaat serat ini, diharapkan pasien meminum air sekitar 83%0 gelas sehari. b. 'inum susu dapat meningkatkan pergerakan dari usus. c. 7akukan olahraga dan akti6itas fisik secara teratur untuk membantu mencegah konstipasi. 9lahraga yang dilakukan sesuai umur dan kemampuan pasien akan memperlancar sirkulasi dan meningkatkan tonus otot usus. d. 7atihan usus besar. 'elatih usus besar adalah suatu bentuk latihan perilaku yang disarankan pada pasien penderita konstipasi yang tidak jelas penyebabnya. /asien dianjurkan meluangkan 1aktu 3%0 menit setelah makan untuk melakukan gerakan yang bermanfaat pada usus besar. *al ini akan bermanfaat untuk refleks gastro kolon untuk buang air, sehingga pasien diharapkan akan tanggap terhadap tanda3tanda dan rangsangan untuk buang air dan tidak menahan atau menunda dorongan untuk buang air besar. e. /embedahan hanya dilakukan bila dijumpai konstipasi kronis dan tidak dapat diatas dengan cara3cara pengobatan farmakologi serta non farmakologi lainnya. /rosedur pembedahan hanya dilakukan apabila pasien mengalami konstipasi berat dengan masa transit yang lambat,
tidak diketahui penyebab pastinya dan tidak ada respon dengan pengobatan yang sebelumnya dilakukan. /ada umumnya bila tidak dijumpai sumbatan karena massa atau 6ol6ulanus, maka tidak dilakukan tindakan pembedahan. (/ranarka dkk., 200-) 1.5.2 Terai far"akologi
#pabila modifikasi gaya hidup kurang berhasil, maka perlu ditambahkan terapi farmakologi golongan laksatif. #da < tipe obat golongan laksatif seperti pada tabel diba1ah ini. Ta#el 1.1 olongan 9bat 7aksatif untuk 5erapi armakologi Konstipasi No %.
$olongan O#at 'emperbesar dan
melunakkan massa
Na"a O#at /syllium 'etilselulosa isphagula
feses
( Bulking Agents)
Dosis Keterangan <3 g per 9bat golongan ini kerjanya relatif
hari.
lambat (%3$ hari), tetapi hanya sedikit
"er6ariasi
yang berpengaruh terhadap akti6itas
sesuai
usus
produk
laksatif
normal
dibandingkan
lainnya.
mengandung
Bulking
partikel
yang
dengan Agents dapat
menyerap air lebih banyak, sehingga meningkatkan aktifitas 2.
7aksatif 9smotik
7aktulosa
%3$0 m7
orbitol
oral $030
aram magnesium
usus dalam
membentuk feses. 'enyebabkan efek osmotik pada usus besar. Digunakan pada konstipasi akut.
g
per hari 23< g 8= suspensi
olongan
osmotik
tidak
diserap
melainkan dapat meningkakan sekresi air kedalam usus. ehingga cukup
dalam air aman untuk digunakan. 'isalnya pada atau 3%0g penderita gagal ginjal. dengan 'acrogol
segelas air > 3 % tube perhari
liserin
$
g
perhari $.
7aksatif timulan
"isacodyl
%0mg
9bat golongan ini bekerja memiliki onset kerja yang cepat dan hanya
enna
rektal >32 tablet
odium
23%mg
picosulfat per hari /? < 7 electrolyte
<.
'elunakkan a tau pelumas (lubricant
digunakan bila pengobatan yang lain
solution fenoftalein
$032@0
'inyak
saraf dinding usus, memicu kontraksi mg!oral peristaltik usus. %3$0 m7 otot, 9bat dan ini menyebabkan bekerja dengan menurunkan
feses mineral Docusate
oral 03$0
gagal. 9bat ini bekerja pada ujung
tegangan permukaan feses, sehingga mempermudah penyerapan air
laxatives)
mg!hari (Djuanda dkk., 200-+ ukandar dkk., 2008) 1.5.3 %atasan &nt&k Aoteker 'ala" S(a"e'ikasi ) Self-medication*
1amedikasi pada penderita konstipasi yang tidak mempan pada perubahan pola hidup maka dapat diberikan diberikan beberapa obat golongan laksatif yang laAim, disertai K:? yang tepat dan benar karena penggunaan dari obat pencahar tidak boleh untuk jangka panjang. /enggunaan jangka panjang dapat menyebabkan diare, sehingga akan kehilangan cairan dan elektrolit tubuh, khususnya defisiensi kalium yang berujung pada hilangnya kepadatan otot polos. 7aksatif adalah obat yang membantu meningkatkan motilitas usus, massa tinja dan frekuensi buang air besar pada saat konstipasi. ehingga pemilihan obat dari golongan laksatif yang tepat tergantung dari penyebab konstipasi itu sendiri. 5abel diba1ah ini akan memberikan pemilihan obat untuk self-medication.
Ta#el 1.2 /ilihan obat self-medication pada pasien konstipasi No %.
2.
Na"a O#at KIE /silium /asien harus diberi asupan cairan yang cukup untuk menghindari 9bat pembentuk gangguan usus masa yang 5idak boleh diminum sesaat sebelum tidur /emakaian yang dianjurkan % sachet dalam segelas air untuk %3$ berasal dari kali pemakaian perhari, untuk anak3anak diba1ah tahun dapat alam. diberikan > sachet atau kurang dari > dosis de1asa. 'etilselulosa /asien harus mengkonsumsi cairan yang cukup untuk menghindari 9bat pembentuk dehidrasi dan gangguan usus. masa 5idak boleh diberikan pada pasien dengan kelainan mengunyah
semisintetik (efek %232< jam)
karena dapat mengakibatkan obstruksi usus atau esophagus. 'etilselulosa digunakan untuk melembekkan feses pada pasien yang tidak boleh mengejan, misalnya pasien dengan hemoroid. Dosis anak $3< kali 00 mg ! hari, sedangkan dosis de1asa 23< kali
$.
%, g ! hari. 5idak boleh diberikan pada anak diba1ah tahun etiap kali minum obat harus dengan segelas air putih dingin atau
aram magnesium
lebih untuk memaksimalkan efek obat. Dapat diimbnagi denganan meminum jus buah untuk menghilangkan rasa tidak enak dari obat. ;ntuk cara penggunaan yang dianjurkan adalah 2 g magnesium hidroksida dilarutkan dalam 2 m7 air atau 3%0 g magnesium sulfat <.
liserin
(1aktu
kerja
kurang
lebih $0 menit)
dalam segelas air penuh sebelum maan pagi atau saat perut kosong. 5idak boleh diberikan pada anak diba1ah tahun tanpa petunjuk dokter Dosis yang direkomendasikan untuk
de1asa
adalah $
g
(suppositoria) atau 3% m7 sediaan cair melalui anus. .
7aktulosa
etiap kali minum harus dengan segelas air atau jus buah untuk
(kurang
lebih
berefek
setelah
diminum <8 jam)
menghilangkan rasa tidak enak. 5idak dianjurkan pemberian obat ini tanpa petunjuk dokter jika pasien mengalami diabetes karena dapat meningkatkan kadar gula dalam darah ?fek samping paling umum adalah iritasi pada rectum dan perlu di1aspadai Dosis yang direkomendasikan pada pasien de1asa yaitu dosis a1al %0320 gram satu kali sehari, selanjutnya diberikan sesuai dengan kebutuhan. edangkan untuk pasien anak di ba1ah % tahun dapat diberikan %, gram laktulosa yang dilarutkan dalam 2 ml air satu kali sehari+ untuk anak usia %3 tahun $ gram laktulosa yang dilarutkan dalam ml air satu kali sehari sedangkan untuk anak usia 3%0 tahun dapat diberikan 2 kali sehari dengan dosis yang sama ebaiknya dikonsumsi 2 jam setelah makan, karena dapat
.
'inyak mineral
@.
(38 jam untuk mengganggu penyerapan makanan. Dosis yang direkomendasikan yaitu %0 m7 diminum pada malam menimbulkan hari, tetapi tidak boleh diminum sesaat sebelum tidur efek) 5idak boleh diberikan pada anak, lansia dan ibu hamil. "isakodil (efek @ *arus harus diperhatikan dari penggunaan obat ini adalah jam peroral dan kemungkinana terjadinya kram perut, kekurangan cairan dan kurang lebih $0 elektrolit, hilangnya protein usus, efek pencahar berlebihan dan
menit
dalam defisiensi kalium. 5idak boleh digunakan pada anak3anak diba1ah tahun bentuk ebaiknya dikonsumsi pada saat perut kosong untuk mendapatkan suppositoria efek yang cepat 5ablet bisakodil dapat menyebabkan iritasi dan rasa mual. 9leh karena itu biasanya dibuat dalam bentuk salut dan tidak boleh dikunyah, digerus, atau dikonsumsi bersama dengan susu. Dosis bisakodil yang direkomendasikan untuk terapi pada orang de1asa adalah 3%0 mg pada malam hari untuk obat yang diminum (oral) atau %0 mg pada pagi hari untuk obat yang dimasukkan melalui dubur (suppositoria), sedangkan untuk anak di ba1ah %0 tahun dosis yang direkomendasikan adalah mg baik dalam sediaan oral ataupun dalam sediaan suppositoria. ):rhamayati dkk., 20%$)
1.5.4 +&,&kan ke Dokter
ujukan ke dokter perlu dilakukan apabila pasien tidak dapat ditangani secara s1amedikasi dan mengalami gejala berikut a. /asien sulit buang air besar yang disertai penurunan berat badan, feses berukuran kecil3kecil dan feses bercampur darah b. :bu hamil yang mengalami konstipasi dan tidak dapat ditangani dengan terapi non farmakologi seperti perubahan pola hidup. c. /enderita dengan radang usus dan radang usus buntu, karena pasien tidak boleh sembarangan diberikan obat golongan laksatif sehingga perlu dirujuk ke dokter. d. etelah satu minggu mengkonsumsi obat pencahar dan tidak terjadi perubahan, maka perlu dirujuk ke dokter. 5erutama pada pasien yang mengalami konstipasi terus berulang, menetap atau memburuk selama lebih dari 2 atau $ minggu. (Djuanda dkk., 200-+ :rhamayati dkk., 20%$) 1.- Pertanaan ang /ar&s Digali
;ntuk memberikan terapi konstipasi, terlebih dahulu harus diketahui secara lengkap ri1ayat konstipasi yang sedang dialami pasien, apakah konstipasi yang dialaminya memiliki frekuensi tertentu (seperti buang air besar kurang dari tiga kali per minggu), konsistensi feses (keras atau kental), mengejan berlebihan atau tidak, 1aktu defekasi yang berkepanjangan, atau perlunya inisiasi untuk buang air besar (Bells et al ., 200). "erikut ini adalah daftar pertanyaan yang umumnya harus ditanyakan pada pasien sebelum melakukan s1amedikasi
%. iapa pasien dan berapa umurnyaC ;ntuk mengetahui apakah yang akan menerima pengobatan adalah anak3anak, orang de1asa, atau lansia. *al ini dikarenakan perbedaan kategori usia akan menyebabkan pengobatan yang diberikan berbeda pula. 2. #pakah #nda sedang hamilC ("ila pasiennya 1anita) *al ini harus menjadi pertimbangan untuk menjaga keamanan pasien dan janin, karena beberapa obat laksatif tidak boleh diberikan pada 1anita hamil. $. Kapan terakhir #nda "#"C Dengan mengetahui lamanya 1aktu konstipasi yang dialami pasien, dapat ditentukan apakah konstipasi yang dialami oleh pasien adalah konstipasi akut atau kronis. <. "agaimana frekuensi "#" #nda biasanyaC "agaimana fesesnyaC rekuensi buang air besar perlu diketahui untuk menentukan apakah pasien mengalami konstipasi atau tidak. rekuensi buang air besar ("#") yang normal adalah $ sampai %2 kali dalam seminggu. /asien dapat dinyatakan mengalami konstipasi apabila mengalami frekuensi "#" kurang dari $ kali dalam seminggu, disertai konsistensi feses yang keras, kesulitan mengeluarkan feses (akibat ukuran feses yang besar maupun akibat terjadinya gangguan refleks defekasi), serta mengalami sensasi rasa tidak puas pada saat "#". . #pa #nda merasa sakit perut!perut kembung!mual!muntahC Konstipasi sering dikaitkan dengan ketidaknyamanan pada perut, kembung dan mual. Dalam beberapa kasus konstipasi yang parah disebabkan oleh obstruksi atau penyumbatan sehingga menyebabkan sakit perut, perut kembung dan muntah. ika ada gejala sugestif obstruksi, maka pasien harus dirujuk ke rumah sakit. /enyebab obstruksi lain adalah tumor usus atau 6ol6ulus yang perlu ditangani dengan pembedahan. . #pakah ada darah pada tinja yang #nda keluarkanC #danya darah dalam feses dapat disebabkan karena 1asir atau luka di tepi kulit anus (fisura anus). Kedua kondisi ini disebabkan oleh diet rendah serat. Darah ber1arna merah terang dapat ditemukan pada permukaan feses (tapi tidak bercampur) dan memercik di sekitar toilet yang menimbulkan ketidaknyamanan dan rasa sakit ketika berdefikasi. /asien perlu dirujuk apabila darah bercampur dengan feses karena dapat disebabkan oleh penyakit lain yang lebih parah.
@. #pakah #nda biasanya makan makanan berseratC ika pasien selama ini kurang mengonsumsi makanan berserat, maka diduga konstipasi yang dialami pasien disebabkan karena rendahnya asupan serat dalam tubuh pasien sehingga menyebabkan terjadinya konstipasi. 8. #pakah #nda sedang dalam pengobatanC 9bat apa yang #nda konsumsiC /enggunaan obat3obatan tertentu dapat memicu terjadinya konstipasi. #dapun beberapa golongan obat yang dapat memicu terjadinya konstipasi dapat dilihat pada ambar %. -. #pakah #nda sudah pernah menggunakan pencaharC
ika pasien sebelumnya telah menggunakan satu atau lebih obat pencahar namun ternyata gagal, sebaiknya pasien dirujuk ke dokter. i1ayat penggunaan laksatif secara terus menerus (terutama laksatif stimulan) dapat menyebabkan hilangnya akti6itas otot pada dinding usus. ("lenkinsopp et al ., 200+ auci et al ., 2008+ 'cuaid, 200+ Bells et al ., 200) 1.0 L&aranMonitoring
#poteker
dalam monitoring terapi obat hendaknya menginformasikan kepada pasien
tentang perbaikan gejala untuk menentukan efekti6itas terapi. /asien setidaknya mengalami peningkatan frekuensi buang air besar. elain itu, pasien diinformasikan agar tidak terlalu sering menggunakan pencahar karena dapat mengakibatkan ketergantungan. Ketergantungan ini disebabkan karena penggunaan pencahar dapat merusak sel3sel saraf pada kolon. /enggunaan pencahar golongan lubrikan (bahan dasar minyak mineral) mencegah absorbsi 6itamin #, D, ?, K. /enggunaan laksatif golongan bulk-forming yang berkelanjutan dapat menyebabkan dehidarsi pada penggunanya. ecara umum, jika digunakan secara luas laksatif dapat menyebabkan 6itamin dan nutrisi yang diperlukan tubuh terbuang sebelum dicerna. 7aksatif juga dapat menghambat absorpsi atau menghilangkan efikasi obat (/ramudianto dkk., 200-).
4ontoh kasus eorang ibu datang dengan keluhan anaknya yang berusia $ tahun tidak buang air besar selama 2 hari dan mulai menangis terus karena merasa mulas di perutnya. a. pertanyaan apa saja yang perlu digali dalam kasus ini b. apabila kasus ini dapat ditangani secara s1amedikasi, jelaskan pilihan obat yang anda berikan c. jelaskan K:? yang diberikan