Kontroversi Etik pada Penelitian Steam Cell
Pendahuluan Pada tahun terakhir perhatian dan penelitian dalam bidang sel punca (stem cells) mengalami kemajuan yang amat pesat. Para peneliti menggunakan sel punca untuk mengetahui dan mempelajari proses pertumbuhan dan perkembangan jaringan tubuh manusia serta patogenesis penyakit-penyakit yang diderita. Selain itu penggunaan sel punca dalam pengobatan penyakit-penyakit yang sudah tidak mungkin untuk diobati lagi baik secara konservatif maupun operatif khususnya penyakit degeneratif maupun kelainan lainnya seperti trauma, keganasan dan sebagainya juga meningkat pesat. Dalam bidang farmakologi para peneliti juga menggunakan sel punca untuk menguji obat-obat baru. Tentu saja penggunaan sel punca dalam bidang penelitian dan pengobatan penyakit ini tidak terlepas dari potensi nilai bisnis yang akan diraih manakala sel punca ini sudah dapat digunakan untuk mengobati penyakit-penyakit atau kelainan-kelainan pada manusia. Penggunaan dan pengembangan sel punca dalam bidang penelitian dan aplikasinya diklinik dalam rangka mengobati penyakit tidak terlepas dari masalah etik yang mungkin membayanginya, khususnya penggunaan dan pemanfaatan sel punca yang berasal dari embrio (embryonic stem cells). Pada tanggal 12 Februari 2004, sejumlah peneliti di Korea telah mengumumkan pembuatan stem cell manusia pertama dengan cara transplantasi sel somatik. Walaupun pernyataan ini kemudian ditarik kembali dengan alasan manipulasi data atau perilaku tidak etis para penelitinya, hal ini telah mendorong para peneliti untuk meningkatkan penelitian sel punca dan pengklonan embrio untuk pemakaian dalam pengobatan penyakit-penyakit degeneratif. Penelitian dengan menggunakan embrio dan pengklonan embrio telah menyulut kontroversi dan menjadi bahan perdebatan dibanyak negara, seperti Inggris, Amerika Serikat, Swedia dan sebagainya.
BAB II ISI 2.1.
Kaidah Bioetik 2.1.1. Definisi Kaidah Bioetik Bioetika berasal dari kata bios yang berarti kehidupan dan ethos yang berarti norma-norma atau nilai-nilai moral. Bioetika atau bioetika medis merupakan studi interdisipliner tentang masalah yang ditimbulkan oleh perkembangan di bidang biologi dan ilmu keokteran baik secara mikromaupun makro, masa kini dan masa mendatang ( Bartens, 2001). Bioetika mencakup isu-isu sosial,agama, ekonomi dan hukum bahkan politik. Bioetik selain membicarakan bidang medis, seperti abortus, eutanasia, transplantasi organ, teknologi reproduksi buatan dan rekayasa genetik, membahas pula masalah kesahatan, faktor budaya yang berperan dalam lingkup kesehatan masyarakat, hak pasien, moralitas, penyembuhan tradisional, lingkungan kerja, demografi dan sebagainya. Bioetika memberi perhatian yang besar pula terhadap penelitian kesehatan pada manusia dan hewan percobaan. Masalah bioetika mulai diteliti pertama kali oleh institute for the study of society, ethics and the life sciences, New York ( Amerika Serikat ) pada tahun 1969. Kini terdapat banyak lembaga di dunia yang menekuni penelitian dan diskusi mengenai berbagai isu etika biomedik. Di indonesia bioetika baru berkembang sekitar satu dekade terakir yang dipelopori oleh pusat pengembangan etika universitas atma jaya jakarta. Perkembangan ini sangat menonjol setelah universitas Gajahmada Yogyakarta yang melaksanakan pertemuan bioethics 2000., An International Exchange dan pertemuan nasional 1 bioetika dan humaniora pada bulan agustus 2000. Pada waktu itu universitas Gajahmada juga mendirikan Center for Bioethics and Medical Humanities. Dengan terselengaranya pertemuan nasional 2 bioetika dan humaniora pada tahun 2002 di bandung, pertemuan 3 pada tahun 2004 di Jakarta dan pertemuan 4 pada tahun 2006 di Surabaya serta telah terbentuknya Jaringan Bioetika dan Humaniora Kesehatan Indonesia ( JBHKI) pada tahun 2002, diharapkan studi bioetika akan lebih berkembang dan tersebar luas di seluruh indonesia pada masa datang.
Humaniora atau humanities merupakan pemikiran yang berkaitan dengan martabat dan kodrat manusia seperti yang terdapat dalam sejarah, filsafat, etika, bahasa dan satra. 2.1.2. Kaidah Bioetika dalam Bidang Kedokteran Fondasi etika kedokteran dibangun oleh 3 hal pokok yaitu: moralitas eksternal, etika internal dan moralitas internal. Moralitas eksternal merupakan teori-teori etika yang diterapkan dalam dunia kedokteran. Sedangkan etika internal adalah kode etik profesi yang dibuat dan ditetapkan oleh dokter dan untuk dokter sebagai bentuk pertanggungjawaban profesi pada masyarakat. Yang membuat dinamis adalah moralitas internal. Moralitas internal adalah merupakan fenomena umum yang terjadi dalam hubungan dokter pasien. Dalam konteks ini amat tergantung dengan fakta empirik yang ada pada pasien secara individual. Menurut Pellegrino, meskipun ketiga aspek tersebut tumbuh dan berkembang secara bebas satu sama lain, empat principle based of bioethics atau kini populer dengan kaidah dasar bioetika dari Beuchamps and Childress merupakan salah satu contoh teori yang dapat menyatukan antara moralitas eksternal dan fakta empirik klinik (moralitas internal). Etika kedokteran sebagai profesi luhur, bersama dengan etika lingkungan hidup dan ilmu pengetahuan telah memberi andil terhadap kaidah dasar ini dengan menyumbangkan 4 kaidah dasar bioetika yakni: sikap berbuat baik (beneficence), tidak merugikan orang lain (non maleficence), berlaku adil (justice) dan menghormati otonomi pasien (autonomy).
2.2.
Steam Cell 2.2.1. Definisi Steam Cell
Sel Punca atau stem cell adalah sel yang tidak/belum terspesialisasi dan mempunyai kemampuan/potensi untuk berkembang menjadi berbagai jenis sel-sel yang spesifik yang membentuk berbagai jaringan tubuh.
Sel Punca mempunyai 2 sifat yang khas yaitu : 1. Differentiate yaitu kemampuan untuk berdifferensiasi menjadi sel lain. Sel Punca mampu berkembang menjadi berbagai jenis sel yang khas (spesifik) misalnya sel saraf, sel otot jantung, sel otot rangka, sel pankreas dan lain-lain. 2. Self regenerate/self renew yaitu kemampuan untuk memperbaharui atau meregenerasi dirinya sendiri. Stem cells mampu membuat salinan sel yang persis sama dengan dirinya melalui pembelahan sel. Berdasarkan pada kemampuannya untuk berdifferensiasi sel punca dikelompokkan menjadi 1. Totipoten yaitu sel punca yang dapat berdifferensiasi menjadi semua jenis sel. Yang termasuk dalam sel punca totipoten adalah zigot dan morula. Sel-sel ini merupakan sel embrionik awal yang mempunyai kemampuan untuk membentuk berbagai jenis sel termasuk sel-sel yang menyusun plasenta dan tali pusat. Karenanya sel punca kelompok ini mempunyai kemampuan untuk membentuk satu individu yang utuh.
2. Pluripoten yaitu sel punca yang dapat berdifferensiasi menjadi 3 lapisan germinal (ektoderm, mesoderm, dan endoderm) tetapi tidak dapat menjadi jaringan ekstraembrionik seperti plasenta dan tali pusat. Yang termasuk sel punca pluripoten adalah sel punca embrionik (embryonic stem cells). 3. Multipoten yaitu sel punca yang dapat berdifferensiasi menjadi berbagai jenis sel misalnya sel punca hemopoetik (hemopoetic stem cells) yang terdapat pada sumsum tulang yang mempunyai kemampuan untuk berdifferensiasi menjadi berbagai jenis sel yang terdapat di dalam darah seperti eritrosit, lekosit dan trombosit. Contoh lainnya adalah sel punca saraf (neural stem cells) yang mempunyai kemampuan berdifferensiasi menjadi sel saraf dan sel glia. 4. Unipotent yaitu sel punca yang hanya dapat berdifferensiasi menjadi 1 jenis sel. Berbeda dengan non sel punca, sel punca mempunyai sifat masih dapat memperbaharui atau meregenerasi diri (self-regenerate/self renew) Contohnya erythroid progenitor cells hanya mampu berdifferensiasi menjadi sel darah merah.
2.2.2. Aplikasi atau Penggunaan Steam Cell Stem cells dapat digunakan untuk keperluan baik dalam bidang riset maupun pengobatan. Adapun penggunaan kultur stem cells adalah sebagai berikut 1. Terapi Gen Stem cells khususnya hematopoetic stem cells digunakan sebagai pembawa transgen kedalam tubuh pasien dan selanjutnya dilacak apakah jejaknya apakah stem cells ini berhasil mengekspresikan gen tertentu dalam tubuh pasien. Adanya sifat self renewing pada stem cell menyebabkan pemberian stem cells yang mengandung transgen tidak perlu dilakukan berulang-ulang. Selain itu hematopoetic stem cells juga dapat berdifferensiasi menjadi bermacam-macam sel sehingga transgen tersebut dapat menetap diberbagai macam sel. 2. Penelitian untuk mempelajari proses-proses biologis yang terjadi pada organisma termasuk perkembangan organisma dan perkembangan kanker 3. Penelitian untuk menemukan dan mengembangkan obat-obat baru terutama untuk mengetahui efek obat terhadap berbagai jaringan 4. Terapi sel (cell based therapy) Stem cell dapat hidup diluar tubuh manusia, misalnya di cawan Petri. Sifat ini dapat digunakan untuk melakukan manipulasi pada stem cells yang akan ditransplantasikan ke dalam organ tubuh untuk menangani penyakitpenyakit tertentu tanpa mengganggu organ tubuh.
Para ahli saat ini sedang giat melakukan berbagai penelitian untuk menggunakan stem cell dalam mengobati berbagai penyakit. Penggunaan stem cells untuk mengobati penyakit dikenal sebagai Cell Based Therapy.
Prinsip terapi adalah dengan melakukan transplantasi stem
cells pada organ yang rusak. Tujuan dari transplantasi stem cells ini adalah 1. Mendapatkan pertumbuhan dan perkembangan sel-sel baru yang sehat pada jaringan atau organ tubuh pasien 2. Menggantikan sel-sel spesifik yang rusak akibat penyakit atau cidera tertentu dengan sel-sel baru yang ditranspalantasikan. Sel stem embryonic sangat plastik dan mempunyai kemampuan untuk dikembangkan menjadi berbagai macam jaringan sel seperti neuron, kardiomiosit, osteoblast, fibroblast, sel-sel darah dan sebagainya, sehingga dapat dipakai untuk menggantikan jaringan yang rusak. Sel stem dewasa juga dapat digunakan untuk mengobati berbagai penyakit degeneratif, tetapi kemampuan plastisitasnya sudah berkurang. Keuntungan dari penggunaan sel stem dewasa yaitu tidak atau kurang menimbulkan masalah dan kontroversi etika. 2.2.3. Bioetik pada Penelitian Steam Cell Manfaat yang diperoleh dari penggunaan sel punca embrionik (embryonic stem cell) dalam bidang kedokteran amat besar, namun sumber sel punca embrionik ini merupakan masalah etika yang perlu mendapat perhatian. Berkembangnya penelitian stem cell dan penggunaan stem cell dalam upaya untuk mengobati penyakit pada manusia akan mengakibatkan timbulnya masalah dalam hal etik. Hal utama terkait dengan masalah etik adalah sumber stem cell tersebut. Berbagai masalah etika yang perlu dipikirkan adalah 1. Apakah penelitian embrio manusia secara moral dapat dipertanggung jawabkan? 2. Apakah penelitian embrio yang menyebabkan kematian embrio merupakan pelanggaran terhadap hak azasi manusia (HAM) dan berkurangnya penghormatan terhadap mahluk hidup? 3. Apakah penyalah gunaan dapat diketahui dan dikendalikan? 4. Apakah penggunaan embrio sisa proses bayi tabung pada penelitian diperbolehkan? 5. Apakah penelitian khusus membuat embrio untk digunakan diperbolehkan?
Isu bioetika utama dalam penelitian dan penggunaan stem cell adalah penggunaan stem cell embrio terutama tentang sumber sel tersebut yaitu embrio. Sumber embrio adalah hasil abortus, zigot sisa IVF dan hasil pengklonan. Pengklonan embrio manusia untuk memperoleh stem cell merupakan isu yang sangat menimbulkan kontroversi. Hal ini terkait dengan isu ”awal kehidupan” dan penghormatan terhadap kehidupan. Pengklonan embrio manusia untuk memperoleh stem cell menimbulkan kontroversi karena berhubungan dengan pengklonan manusia yang ditentang oleh semua agama. Dalam proses pemanenan stem cell embrio terjadi kerusakan pada embrio dan menyebabkan embrio tersebut mati. Adanya anggapan bahwa embrio berstatus sama dengan manusia menyebabkan hal tersebut tidak dapat diterima Perdebatan yang cukup ramai adalah mengenai status moral embrio, apakah embrio harus diperlakukan sebagai manusia atau sebagai sesuatu yang berpotensi untuk menjadi manusia atau sebagai jaringan hidup tubuh lainnya. Lebih jauh lagi apakah embrio yang berkembang dianggap sebagai mahluk hidup. Penggunaan stem cell yang berasal dari surplus zigot pembuatan bayi tabung sendiri. juga menimbulkan kontroversi. Pendapat yang moderat mengatakan ketimbang surplus zigot itu dibuang, sebaiknya dipakai saja untuk penelitian. Sebaliknya ada juga yang berpendapat bahwa sisa itu harus dipelihara hingga zigot itu mati. Penerapan Kaidah Beneficence Ditinjau dari kaidah bioetik beneficence, penggunaan teknologi yang melibatkan sel punca dari darah menstruasi sudah tepat karena sel-sel punca menstruasi (MeSC) memiliki potensi besar untuk terapi regenerative. Studi-studi menunjukkan bahwa MeSC adalah populasi sel unik yang dapat diisolasikan dengan aman dan dapat memberikan sumber sel punca dari perempuan sampai mencapai menopause.Dengan ini penggunaan sel punca dari darah menstruasi mengutamakan keuntungan pasien, contohnya dapat dilihat di artikel tersebut bahwa penggunaan teknologi ini dapat menyembuhkan penyakit stroke. Selain itu, penggunaan MeSC ini juga untuk penyembuhan parkinson dan alzheimer. Namun di sisi lain penggunaan teknologi ini membutuhkan biaya yang tidak sedikit.
Penerapan Kaidah Respect for Autonomy
Ditinjau dari kaidah respect for autonomy penggunaan teknologi sel punca dari darah menstruasi ini kembali pada praktik pelaksanaan pengumpulan darah menstruasi dan persetujuan pasien yang akan menggunakan teknologi ini (informed consent). Pada pelaksanaan pengumpulan darah menstruasi tentunya diperlukan persetujuan dari pihak pendonor untuk memberikan darah menstruasinya dalam penggunaan teknologi ini. Ahli medis tidak boleh untuk memaksakan pengambilan darah menstruasi. Informed consent untuk pasien berisi kesediaan pasien untuk menerima atau menolak penggunaan sel punca darah menstruasi untuk terapi pengobatannya. Penerapan Kaidah Justice Penerapan kaidah justice, teknologi ini terbuka untuk semua orang tidak membedabedakan bila pasien benar-benar membutuhkan pengobatan ini. Memerlukan antrian sehingga setiap orang mendapatkan hak yang sama dalam memperoleh pengobatan ini. Penerapan Kaidah Non-maleficence Penerapan kaidah non-maleficence dengan tidak merugikan pendonor maupun pasien. Penggunaan sel puncadari darah menstruasi ini tidak seperti sel punca embrional yang menimbulkan kontroversi dalam pemakaiaannya karena penggunaan sel punca embrional membunuh embrio yang masih memiliki kesempatan hidup sedangkan pada teknologi sel punca dari darah menstruasi menggunakan zat sisa yang tidak merugikan pendonornya. Selain itu, pengobatan ini sebaiknya dijadikan opsi terakhir karena belum diketahui secara pasti efek samping dari penggunaan teknologi sel punca dari darah menstruasi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Tadjudin MK, Aspek bioetika penelitin stem cell. Cermin Dunia Kedokteran 2006; 153: 9-12. 2. ASPEK DASAR SEL PUNCA EMBRIONIK (EMBRYONIC STEM CELLS) DAN POTENSI PENGEMBANGANNYA dr. Ahmad Aulia Jusuf, AHK, PhD 3. Afandi, D dkk. 2008. Analisis Butir Uji, Reliabilitas, dan Validitas Tes Kaidah Dasar Bioetika. Jurnal Maj. Kedokteran Indonesia. Juni 2008. Volume 56. No 6. 4. Hartono, Budiman., Salim Darminto. 2011. Modul Blok 1 Who Am I? Bioetika,
Humaiora dan Profesoinalisme dalam Profesi Dokter. Jakarta: UKRIDA.