MAKALAH KOSMETOLOGI
"FORMULASI SEDIAAN BEDAK KOMPAK
MENGGUNAKAN SARI WORTEL (Daucus carota L.) SEBAGAI PEWARNA"
Disusun Oleh :
Reza Satria (G1F011053)
Oki Lia Saputri (G1F014001)
Diva Fatharani (G1F014021)
Windi Agle Liza Br Sembiring (G1F014025)
Astriana Dian Wahdani (G1F014035)
Katarina (G1F014061)
Kelas A
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2015
PENDAHULUAN
Bedak adalah jenis kosmetik yang bertujuan untuk membuat wajah agar lebih menarik dan menutupi bintik-bintik dan noda. Pada jurnal ini membahas tentang pewarna alami pada bedak kompak dimana bedak tidak hanya berfungsi menghapus kilau minyak karena keringat dan sebum serta menjaga riasan dapat bertahan lebih lama tetapi penambahan warna pada bedak dapat memberi kesan halus pada kulit atau efeknya sama seperti pewarna pipi.
Wortel merupakan sumber beta-karoten yang merupakan bahan utama pembentuk vitamin A dalam tubuh. Pembentukan karoten dipengaruhi oleh suhu yaitu suhu optimum 16-250C dan sifatnya tidak larut dalam air tetapi larut dalam lemak dan pelarut organik lainnya. Talkum digunakan sebagai bahan dasar dalam pembuatan bedak karena talkum mudah menyebar meskipun daya menutupi yang rendah sehingga untuk memunculkan efek menutupi maka digunakan zink oksida. Karoten merupakan suatu pigmen yang memberi warna jingga sampai merah sehingga zat sari wortel dapat dipakai sebagai zat pewarna alami dalam sediaan bedak kompak.
PREFORMULASI
Wortel merupakan sumber beta-karoten yang merupakan bahan utama pembentuk vitamin A dalam tubuh. Karoten merupakan pigmen yang memberi warna jingga sampai merah sehingga zat sari wortel dapat dipakai sebagai pewarna dalam sediaan bedak kompak. Talkum digunakan sebagai bahan dasar dari bedak kompak karena ukuran partikelnya memenuhi standar. Kaolin merupakan bahan dasar dari golongan silikiat yang dapat menutupi sifat kilat talkum. Zink oksida dapat membantu menutupi kecacatan pada kulit dan bersifat terapeutik serta berfungsi sebagai tabir surya. Magnesium karbonat memiliki sifat absorben yang baik dan mendistribusi parfum yang baik. Oleum citri sebagai laksativum dan nipagin sebagai pengawet. Pada pembuatan bedak juga dibutuhkan zat pengikat dan bahan yang digunakan adalah gom arab.
FORMULASI
PERHITUNGAN DAN PENIMBANGAN
Formula 1
Seng oksida = 16,7 gr
Kaolin = 33,5 gr
Magnesium karbonat = 16,5 gr
Sari wortel = 0 gr
Parfum = q.s
Nipagin = 0,1 gr
Pengikat = 12 gr
Talkum = 21,2 gr
Formula 2
Seng oksida = 16,7 gr
Kaolin = 33,5 gr
Magnesium karbonat = 16,5 gr
Sari wortel = 7,5100 x 100 = 7,5 gr
Parfum = q.s
Nipagin = 0,1 gr
Pengikat = 12 gr
Talkum = 13,7 gr
Formula 3
Seng oksida = 16,7 gr
Kaolin = 33,5 gr
Magnesium karbonat = 16,5 gr
Sari wortel = 10100 x 100 = 10 gr
Parfum = q.s
Nipagin = 0,1 gr
Pengikat = 12 gr
Talkum = 11,2 gr
Formula 4
Seng oksida = 16,7 gr
Kaolin = 33,5 gr
Magnesium karbonat = 16,5 gr
Sari wortel = 12,5100 x 100 = 12,5 gr
Parfum = q.s
Nipagin = 0,1 gr
Pengikat = 12 gr
Talkum = 8,7 gr
Formula 5
Seng oksida = 16,7 gr
Kaolin = 33,5 gr
Magnesium karbonat = 16,5 gr
Sari wortel = 15100 x 100 = 15 gr
Parfum = q.s
Nipagin = 0,1 gr
Pengikat = 12 gr
Talkum = 6,2 gr
CARA PEMBUATAN
Langkah pembuatan bedak kompak dengan menggunakan sari wortel dalam jurnal ini secara garis besar yaitu penyiapan sampel, pembuatan sari, pembuatan formulasi sediaan, serta pemeriksaan mutu fisik sediaan. Langkah selengkapnya ialah sebagai berikut :
Pada penyiapan sampel, langkah yang dilakukan meliputi buah wortel yang masih segar yang terdapat di Desa Sempa Jaya, Kecamatan Brastagi Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Kemudian buah wortel dicuci hingga bersih, dikikis kulitnya dan ditimbang berat wortel seluruhnya.
Buah wortel segar yang telah dicuci bersih, kemudian di juice dengan juicer, didapat sari wortel yang ke dalamnya ditambahkan 0,1% Natrium metabisulfit di freeze drying selama 24 jam pada suhu -40ÂșC dengan tekanan 2 atm.
Dalam penelitian ini, formula standar dari Formularium Kosmetika Indonesia setelah dimodifikasi sebagai berikut:
R/ Seng oksida 16,7 g
Kaolin 33,5 g
Magnesium karbonat 16,5 g
Sari wortel x %
Parfum q.s
Nipagin 0,1 g
Pengikat q.s
Talkum (g) ad 100
Keterangan x = 7,5%, 10%, 12,5%, 15%
Pengikat gom arab: Gom arab 5%
Gliserol 5%
Air 90%
Konsentrasi sari wortel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: 7,5%, 10%, 12,5%, 15% dan blanko (tanpa zat warna).
Untuk pengikat Gom arab dimasukkan ke dalam lumpang, lalu ditambahkan air sebanyak 1,5 kali dari berat gom arab. Di diamkan beberapa saat, kemudian digerus kencang sampai terbentuk mucilago. Setelah itu, ditambahkan gliserol sambil terus digerus. Ditambahkan sisa air lalu, digerus homogen.
Prosedur pembuatan bedak kompak
Seng oksida digerus terlebih dahulu, kemudian diayak dengan pengayak mesh 60. Dimasukkan magnesium karbonat ke dalam lumpang. Ditambahkan kaolin dan seng oksida, lalu digerus homogen. Kemudian ditambahkan nipagin yang telah dihaluskan, digerus homogen (Massa I). Didalam lumpang yang lain, digerus zat warna sari wortel bersama talkum (Massa II). Dimasukkan massa II ke dalam massa I, dihomogenkan. Ditambahkan parfum lalu, digerus perlahan sampai homogen. Kemudian disemprotkan dengan sejumlah larutan pengikat secara perlahan-lahan dan digerus hingga homogen. Ayak dengan pengayak mesh 60. Masukkan ke dalam mesin pengering (dikeringkan kira-kira selama 10-20 menit). Kemudian diayak kembali dengan pengayak mesh 100. Dikempa lalu dimasukkan ke dalam wadah.
EVALUASI SEDIAAN KOSMETIK
Pemeriksaan mutu fisik sediaan dilakukan terhadap masing-masing sediaan bedak kompak. Pemeriksaan mutu fisik meliputi: pemeriksaan homogenitas, uji poles, daya sebar, uji kekerasan, uji keretakan dan stabilitas sediaan yang mencakup pengamatan terhadap perubahan bentuk, warna dan bau dari sediaan.
Pemeriksaan Homogenitas
Pewarna pada bedak wajah harus dapat terdispersi secara homogen dalam dasar bedak. Tidak boleh ditemukan adanya warna yang tidak merata pada bedak. Pemeriksaan homogenitas dapat dilakukan dengan menyebarkan bedak pada kertas putih dan dilihat homogenitasnya pada kaca pembesar. Jika warna pada dasar bedak menyebar secara merata, maka bedak dikatakan homogen.
Uji Poles
Uji poles dapat dilakukan dengan mempoleskan sediaan bedak kompak dengan menggunakan aplikator yang benar. Pengompakan yang tidak benar akan mempengaruhi hasil dari parameter ini. Jika tekanan terlalu besar bedak kompak yang dihasilkan tidak dapat dipoles dengan mudah dan akan ada gaya adhesi yang cukup terhadap puff. Jika tekanannya terlalu rendah bedak kompak akan menjadi kurang kompak dan mempunyai kecendrungan menjadi remuk dan pecah.
Daya Sebar
Sediaan dihaluskan terlebih dahulu lalu ditimbang sebanyak 0,5 gram dan diletakkan ditengah-tengah kaca ditutup dengan kaca lain yang telah ditimbang beratnya dan dibiarkan selama 1 menit. Kemudian diukur diameter sebarnya, setelah itu ditambah beban 50 gram dan dibiarkan selama 1 menit, lalu diukur diameter sebarnya. Dilakukan terus-menerus hingga diperoleh diameter yang cukup untuk melihat pengaruh beban terhadap perubahan diameter sebar sediaan.
Uji Kekerasan
Sediaan yang telah di buat di uji kekerasannya dengan menggunakan alat uji kekerasan (copley). Dihidupkan alat uji kekerasan dengan menekan tombol on yang terdapat dibelakang alat. Diletakkan 1 sediaan uji coba terlebih dahulu lalu ditekan tombol new size, tujuannya agar alat selanjutnya dapat menyesuaikan ukuran sediaan yang akan diuji kekerasannya. Setelah itu, dibersihkan guard dengan kuas lalu, diletakkan sediaan yang akan diuji kekerasannya. Kemudian tekan tombol test, maka alat akan menampilkan nilai kekerasan dari sediaan.
Uji Keretakan
Uji keretakan bedak kompak dilakukan dengan menjatuhkan bedak kompak pada permukaan kayu beberapa kali (2-3 kali) pada ketinggian 8-10 inci. Jika bedak kompak tidak rusak, menunjukkan bahwa kekompakannya lulus uji dan dapat disimpan tanpa memberikan hal-hal yang tidak memuaskan.
Uji Stabilitas
Uji ini meliputi parameter organoleptik yaitu dilakukan pengamatan terhadap adanya perubahan bentuk, warna dan bau dari sediaan bedak kompak dilakukan terhadap masing-masing sediaan selama penyimpanan pada suhu kamar pada hari ke 1, hari ke 7, hari ke 15 dan selanjutnya setiap 5 hari sekali hingga hari ke 90.
Uji Iritasi
Uji iritasi dilakukan terhadap sediaan bedak kompak dengan maksud untuk mengetahui bahwa bedak yang dibuat dapat menimbulkan iritasi pada kulit atau tidak. Iritasi dapat dibagi menjadi 2 kategori, yaitu iritasi primer yang akan segera timbul sesaat setelah terjadi perlekatan atau penyentuhan pada kulit dan iritasi sekunder yang reaksinya baru timbul beberapa jam setelah penyentuhan atau perlekatan pada kulit.
Teknik yang digunakan pada uji iritasi ini adalah uji tempel terbuka (open Test) pada lengan bagian bawah dalam terhadap 10 orang panelis. Uji tempel terbuka dilakukan dengan mengoleskan sediaan yang dibuat pada lokasi lekatan dengan luas tertentu (2,5 x 2,5 cm), dibiarkan terbuka dan diamati apa yang terjadi. Uji ini dilakukan sebanyak 2-3 kali sehari selama dua hari berturut-turut.
Reaksi iritasi positif ditandai oleh adanya kemerahan, gatal-gatal atau bengkak pada kulit lengan bawah bagian dalam yang diberi perlakuan. Adanya eritema diberi tanda (+), eritema dan papula (++), eritema, papula disertai pembentukan vesikula(+++), edema dan vesikula (++++) dan yang tidak menunjukkan reaksi apa-apa diberi tanda (-).
Uji Kesukaan (Hedonic test)
Uji kesukaan ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kesukaan panelis terhadap sediaan yang dibuat. Jumlah panel uji kesukaaan makin besar semakin baik. Sebaiknya jumlah itu melebihi 20 orang panelis. Pengujian dilakukan dengan cara: setiap panelis mengoleskan masing-masing sediaan bedak kompak yang dibuat pada kulit punggung tangannya lalu, memberikan penilaian terhadap masing-masing bedak kompak berdasarkan tekstur dan warna.
Parameter pengamatan pada uji kesukaan adalah kemudahan penyapuan sediaan bedak kompak, homogenitas dan intensitas warna. Menurut Badan Standarisasi Nasional (2006) data yang diperoleh dari lembar penilaian ditabulasi dan ditentukan nilai kesukaan setiap sediaan dengan mencari hasil rerata pada setiap panelis pada tingkat kepercayaan 95%, menggunakan rumus:
Keterangan: P : tingkat kepercayaan
X : Nilai rata-rata
1,96 : Koefisien standar deviasi pada taraf 95%
S : Simpangan baku
n : Banyaknya panelis
Kriteria panelis (Soekarto, 1981):
Panelis yang digunakan adalah panelis tidak terlatih yang diambil secara acak sebanyak 30 orang panelis. Jumlah anggota panelis semakin besar semakin baik.
Berbadan sehat.
Tidak dalam tekanan.
Mempunyai pengetahuan dan pengalaman tentang cara-cara penilaian organoleptik.
KEMASAN
Kemasan yang digunakan untuk sediaan ini harus tertutup rapat dan mampu melindungi sediaan dari paparan cahaya sehingga warnanya akan stabil. Sebaiknya kemasan dibuat semenarik mungkin untuk menarik perhatian pembeli.
Dalam wadah tertutup rapat terbuat dari kaca susu atau bahan lain yang cocok (Anonim, 1979).
KESIMPULAN
Zat warna sari wortel dapat digunakan sebagai pewarna dalam formulasi sediaan bedak kompak. Semakin bertambah konsentrasi sari wortel yang digunakan dalam formula, maka semakin bertambah pekat warna sediaan bedak kompak yang dihasilkan. Bedak dengan konsentrasi 7,5% berwarna krem, bedak dengan konsentrasi 10% berwarna oranye lemah, bedak dengan konsentrasi 12,5% berwarna oranye muda dan bedak dengan konsentrasi 15% berwarna oranye tua.
Berdasarkan uji kesukaan sediaan yang disukai adalah bedak dengan konsentrasi zat warna sari wortel 10,% lalu disusul dengan konsentrasi 12,5 dan terakhir konsentrasi15%. Jadi, bedak dengan warna oranye muda adalah warna yang banyak disukai karena warna pas di wajah.
Berdasarkan hasil penentuan mutu fisik sediaan menunjukkan bahwa seluruh sediaan yang dibuat stabil, dan selama 60 hari sediaan tidak menunjukkan adanya perubahan bentuk, warna dan bau dalam penyimpanan. Namun, pada hari ke 65 sampai hari ke 90 warna bedak pada sediaan 2, 3, 4, dan 5 memudar. Perubahan warna yang terjadi pada bedak kompak pada hari ke 65 hingga hari ke 90 ini disebabkan kandungan beta karoten yang terdapat dalam wortel. Beta karoten sangat mudah teroksidasi dengan adanya cahaya, sehingga warna menjadi tidak stabil. Untuk mengurangi kemungkinan terjadinya perubahan warna yang disebabkan adanya cahaya, penyimpanan dilakukan dalam wadah gelap. Sedangkan bau yang dihasilkan dari seluruh sediaan bedak kompak adalah bau khas dari parfum yang digunakan yaitu oleum citri. Bau sediaan tetap stabil dalam penyimpanan 90 hari pengamatan pada suhu kamar.
Hasil uji iritasi yang dilakukan pada 10 orang panelis yang dilakukan dengan cara mengoleskan sediaan bedak kompak pada kulit lengan bawah bagian dalam selama 2 hari berturut-turut, menunjukkan bahwa semua panelis tidak menunjukkan reaksi terhadap parameter reaksi iritasi yang diamati yaitu adanya eritema, edema, papula dan vesikula. Itu artinya sediaan bedak kompak yang dibuat tidak menyebabkan iritasi.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta: Depkes RI.
Justitia, Maya. 2014. Formulasi Sediaan Bedak Kompak Menggunakan Sari Wortel (Daucus carota L.) Sebagai Pewarna. Sumatera Utara: Universitas Sumatera Utara Repository.
8