TERIMA KASIH TELAH MENDOWLOAD DARI BLOG KAMI…
1
Jika bermanfaat… dan jika berkenan, sedekahkan pulsa Anda seberapa aja ke nomor kami : 0813 4209 2137 hehehehe.. ajak teman2 anda kunjungi terus http://tugas2kuliah.wordpress.com untuk mendapatkan kebutuhan dokumen anda lainnya secara GRATISS…!!!
atau tolong sebarkan website ini… : see u at the top…!!!
Ingat…!!! Hidup ini adalah memberi… bukan menerima…!!!
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang GBHN 1993 menekankan bahwa tujuan pembangunan nasional adalah untuk meningkatkan Kualiatas Sumber Daya Manusia. Dalam Undang-Undang Kesehatan No. 23 tahun 1992 disebutkan penyelenggaraan kesehatan sekolah dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat bagi peserta didik untuk memungkinkan daya manusia yang lebih berkualitas. Undang-undang kesehatan No. 23 tahun 1992 pasal 10 yang mengatakan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi
masyarakat,
pemeliharaan, penyakit
diselenggarakan
peningkatan
(preventif),
upaya
kesehatan
penyembuhan
kesehatan
(promotif),
(kuratif),
dan
dengan
pencegahan pemulihan
kesehatan (rehabilitative yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. (Depkes, 2000). Berbicara masalah kesehatan gigi, tingkat kebersihan mulut mempunyai peranan yang sangat penting dalam menjaga dan mempertahankan kesehatan gigi dan jaringan periodontal, sehingga
2
peranan kebersihan gigi dan mulut dalam upaya peningkatan derajat kesehatan yang optimal sangat perluh diperhatikan, sebab penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit dengan prevalensi terbesar dari masalah-masalah kesehatan nasional. Saat ini untuk menjaga kebersihan mulut adalah dengan menyikat gigi yang baik dan benar (H.Tan 1993). Pendidikan
kesehatan
gigi
merupakan
metode
untuk
memotivasi pasien agar membersihkan mulut mereka dengan efektif. Pendekatan ini sebaiknya tidak dianggap sebagai instruksi dokter tetapi lebih merupakan dorongan atau ajakan agar pasien sadar akan pentingnya kebersihan mulut (Donna,2009). Andlaw berkata bahwa walaupun lebih dari 50% anak-anak di Inggris menyatakan menggosok giginya sekurang-kurangnya 2 kali sehari, kebanyakan mempunyai debris pada gigi-giginya. Hal ini menunjukkan bahwa menggosok gigi, biasanya dilakukan dengan tdk efesien. Dalam mengajar anak untuk menggosok gigi-gigi mereka, tujuanya haruslah memberi instruksi dan mendorong semangat mereka untuk mengeluarkan semua debris dan plak dari semua permukaan gigi yang dapat dijangkau (Todd dan Dodd, 1985).
3
Kebiasaan menjaga kesehatan gigi dan mulut dengan cara menyikat gigi 2 kali sehari waktu pagi dan sebelum tidur. Dengan berbagai macam cara tekhnik yang bias digunakan (Ardyan, 2010). Dalam hal ini perlu pengawasan sedini mungkin, terutama pada anak yang berusia mudah, mereka belum mengalami kerusakan lebih lanjut dan masih dalam tafir belajar sehingga mereka
lebih
menerima
dan
mengalami
perubahan
untuk
berkembang. Dari uraian diatas kebiasaan menjaga kesehatan mulut sangat penting dalam kehidupan sehari-hari apa lagi dalam kalangan anak-anak sekolah dasar sehingga perlu diterapkan pendidikan kesehatan mulut, maka dari itu penilis berinisiatif untuk meneliti pengaruh frekuensi menyikat ggigi terhadap tingkat kebersihan mulut pada kelas IV-V Di SD 277 Palattae. . B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah maka disusun suatu permasalahan: “ Bagaimana pengaruh frekuensi menyikat gigi terhadap kebersihan
mulut pada kelas 4-5 DI SD 277 Palattae Kabupaten Bone ”.
4
C. Tujuan penulisan 1.
Tujuan Umum Untuk mengetahui pengaruh menyikat gigi terhadap tingkat kebersihan mulut.
2.
Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui frekuensi menyikat gigi murid SD kelas 4-5 277 Palattae Kabupaten Bone. b. Untuk mengetahui tingkat kebersihan mulut murid SD. kelas 4-5 277 Palattae Kabupaten Bone .
D. Manfaat Penulisan 1.
Untuk menambah pengetahuan dan pengalaman dalam bidang kesehatan gigi dan mulut dalam mengaplikasikan ilmu yang diperoleh selama menyusun karya tulis ilmiah ini.
2.
Sebagai bahan informasi bagi murid SD supaya tetap menjaga kebersihan
mulutnya
dengan
memperhatikan
frekuensi
menyikat gigi. 3.
Untuk memperluas pengetahuan dan wawasan tentang betapa pentingnya menjaga kebersihan mulut dalam kehidupan seharihari.
4.
Untuk
menambah
diperpustakaan
referensi
Politeknik
serta
koleksi
Kesehatan
buku
Makassar
bacaan Jurusan
5
Kesehatan
Gigi”
dan
sebagai
bahan
acuan
penelitian
selanjutnya. 5.
Untuk masyarakat agar dapat dijadikan sebagai pengetahuan tambahan.
6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Frekuensi Menyikat Gigi 1. Definisi Standar Standar adalah sesuatu yang dipakai contoh atau dasar yang sah bagi ukuran, takaran, timbangan. Secara luas standar didefinisikan sebagai suatu pernyataan atau harapan mengenai input, proses, prilaku, dan outcome pada sistem kesehatan. Secara sederhana standar menyatakan apa yang kita harapkan terjadi dalam perjalanan kita untuk mencapai layanan kesehatan yang
bermutu
tinggi.
Standar
penting
karena
mereka
merupakan alat organisasi untuk menerjemahkan mutu ke dalam istilah operasional dan menjaga setiap orang dalam sistem ( pasien , penyedia layanan, tenaga pendukung, pimpinan ) agar dapat mempertanggung jawabkan perannya masing-masing. Standar juga membuuat organisasi dapat mengukur tingkat mutunya. Standar, indicator, batas merupakan elemen yang membuat suatu system jaminan mutu bekerja dalam suatu cara yang terukur, objektif, dan kualitatif. Dikalangan professional layanan kesehatan, terdapat banyak definisi dan penggunaan kata
“standar” .
Istilah standar
7
terkadang digunakan untuk menggambarkan protocol, standard operating procedurs ( SOP ), spesifikasi, criteria praktik, dan pedoman praktik klinis. Pedoman adalah pernyataan para ahli yang menggambarkan prosedur yang direkomendasikan atau dianjurkan ( Eddy dan Couch, 1991 ). Pedoman berfungsi sebagai
referensi
tekhnis
yang
dapat
disesuaikan
dari
menggambarkan apa yang harus dan tidak boleh dilakukan oleh penyedia layanan kesehatan pada kondisi tertentu. Sebuah protocol berisi persyaratan yang lebih ketat dibandingkan pedoman, misalnya protocol WHO untuk menajemen kasus diare. SOP merupakan sebuah pernyatan mengenai sebuah cara yang seharusnya dilakukan oleh staf suatu organisasi dalam melaksanakan aktifitas tertentu. Kesimpulannya semua itu ( pedoman, protocol, SOP ) merupakan standar. Ada berbagai macam cara agar suatu organisasi dapat secara jelas mendefinisikan apa yang diharapkannya pada : (1.) Input ( Sumber daya ), seprti material, obat-obatan, perlengkapan, tenaga ; (2.) Proses pemberian layanan, aktifitas, tugas dan prosedur ; (3.) Outcome yang diinginkan ( hasil ) dari proses itu. ( Donabedian, 1980 ). Walupun terdapat banyak sumber mengenai berbagai standar yang saat ini digunakan untuk disesuaikan menurut
8
kebutuhan tertentu dan adanya peningkatan minat dalam membuat standar pada organisasi layanan kesehatan, masih terdapat beberapa tantangan terhadap proses ini : a. Kebergantungan pada criteria eksplisit. Dokter, perawat, dan professional lainnya dapat menolak standar dengan alasan bahwa standar bertentangan dengan penilaian subjektif mereka yang telah terbentuk selama mereka
melakukan
praktik.
Beberapa
professional
berpendapat bahwa pengobatan adalah bagian dari seni, dan
bagian
dari
ilmu
pengetahuan,
mengharuskan mereka mendiagnosis pengobatan
tanpa
membiarkan
serta
standar
dan memberikan
mereka
menggunakan
penilaian profesionalnya. Professional lainnya merasa takut jika standar akan digunakan sebagai suatu hukuman, untuk mengidentifikasi dan menghukum profesional yang dalam pekerjaannya
tidak
memenuhi
batasan
tegas
yang
ditetapkan dalam standar. Selain itu, yang lainnya merasa keberadaan standar membuat praktik pengobatan seperti “ buku
petunjuk
menghalangi
langkah- langkah kemampuan
pengobatan”
berkreativitas
dan
dalam
mendiagnosis dan mengobati pasien. Tentu saja masalah
9
lainnya adalah standar yang memiliki atau dianggap memiliki dampak nyata yang berpengaruh pada praktik pengobatan. Hal-hal seperti itu merupakan masalah yang wajar terjadi dan mengharuskan organisasi untuk mengatasinya dengan cara yang positif sebelum menyusun atau menerapkan standar.
b. Mengidentifikasi sumber daya manusia. Fisik, dan keuangan yang
tepat,
penyusunan
atau
penyesuaian
standar
membutuhkan waktu dan tenaga. Terkadang hal tersebut mengharuskan organisasi mencari para ahli bidang tertentu diluar sumber daya manusia yang dimiliki organisasi tersebut. Dengan mempertimbangkan semua itu organisasi akan membutuhkan biaya tertentu yang harus dievalluasi sebelum menentukan apakah upaya-upaya yang dilakukan sesuai denagn biaya yang dianggarkan. Proses penyusunan standar merupakan bagian penting dalam siklus perbaikan mutu. Proses itu biasanya diikuti dengan pengomunikasian standar, kemudian pemantauan kepatuhan terhadap standar melalui berbagai indicator. Melalui proses pemantauan, dapat diidentifikasi kesenjangan antara yang diharapkan terjadi dalam layanan kesehatan sesuai ketetapan standar
10
dan
apa
yang
terjadi
dalam
kenyataan.
Standar
membutuhkan modifikasi, peningkatan atau pembaruan sehingga harapan organisasi terhadap mutu dapat dipenuhi. Standar harus secara periodic dinilai voliditas, reabilitas, kejelasan, kemudahan dalam penerapannya. Penyusunan standar
adalah
pendefinisian standar,
dan
sebuah
sebuah
komponen
perbaikan organisasi
mutu
penting
dalam
pelayanan.
Melalui
mendefinisikan
apa
yang
diharapkannya pada input, proses dan outcome layanan yang disediakan.
Melalui indikator mereka, standar menjadi suatu bagian alat pemantauan mutu layanan, alat identifikasi masalah dan alat ukur perbaikan jasa layanan kesehatan yang diberikan. Penyusunan standar dapat dilakukan dengan pendekatan metodologi tujuh langkah : mengidentifikasi sebuah system atau fungsi yang membutuhkan standar; mengidentifikasi sebuah tim untuk menyusun standar ; mengidentifikasi input, proses dan outcome fungsi atau system; mendefinisikan karakter mutu ; menyusun atau menyesuaikan standar; menyusun indikator; dan menilai kesesuaian standar.
11
Tujuan menyusun standar adalah untuk menjamin mutu pemberian perawatan pasien. Supaya ketetapan standar berhasil diterapkan, standar tersebut harus dikomunikasikan kepada
mereka
menerapkannya.
yang
bertanggung
Keberhasilan
dalam
jawab
untuk
mengomunikasikan
standar berarti bahwa para sasaran komunikasi benar-benar memahami pesan yang disampaikan, menerimanya, dan melaksanakan tanggung jawabnya dengan tepat. ( A.F. Al Assaf, 2003 )
2. Definisi Pelayanan Kesehatan Pelayanan adalah suatu kegiatan atau urutan kegiatan yang terjadi dalam interaksi langsung antara seseorang dengan orang lain atau mesin secara fisik, menyediakan kepuasan langganan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan pelayanan sebagai usaha melayani kebutuhan orang lain. Pengertian pelayanan kesehatan banyak macamnya. Menurut Levey dan Loomba ( 1973 ), yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan ialah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan
ataupun masyarakat.
perseorangan,
keluarga,
kelompok
12
Untuk dapat disebut sebagai suatu layanan kesehatan yang baik, maka harus memiliki berbagai persyaratan pokok. Syarat pokok yang dimaksud adalah : a. Tersedia dan berkesinambungan Syarat pertama pelayanan kesehatan yang baik adalah pelayanan kesehatan tersebut harus tersedia dimasyarakat serta bersifat kesinambungan. Artinya semua jenis pelayanan kesehatan yang dibutuhkan masyarakat tidak sulit ditemukan, serta keberadaan nya dalam masyarakat adalah pada setiap saat yang dibutuhkan. b. Dapat diterima dan Wajar Syarat pokok pelayanan kesehatan yang baik adalah dapat diterima
oleh
masyarakat
serta
bersifat
wajar.
Artinya
pelayanan kesehatan tersebut tidak bertentangan dengan keyakinan dan dengan kepercayaan masyarakat. Pelayanan kesehatan
yang
bertentangan
dengan
adat
istiadat,
kebudayaan, keyakinan dan kepercayaan masyarakat, bersifat tidak wajar, bukanlah suatu pelayanan kesehatan yang baik. c. Mudah dicapai Syarat pokok ketiga pelayanan kesehatan yang baik adalah yang mudah dicapai oleh masyarakat. Pengertian letercapaian yang dimaksudkan disini terutama dari sudut lokasi. Dengan
13
demikian untuk dapat mewujudkan pelayanan kesehatan yang baik, maka pengaturan distribusi sarana kesehatan menjadi sangat penting. d. Mudah dijangkau Syarat pokok keempat pelayanan kesehatan yang baik adalah mudah dijangkau oleh masyarakat. Pengertian keterjangkaun yang dimaksudkan disini dari sudut biaya. Untuk mewujudkan keadaan yang seperti ini harus dapat diupayakan biaya pelayanan kesehatan tersebut sesuai dengan kemampuan ekonomi masyarakat. e. Syarat pokok kelima pelayanan kesehatan yang baik adalah yang bermutu. Pengertian mutu yang dimaksud disini adalah yang menunjukkan pada tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan, yang disuatu pihak dapat memuaskan para pemakai jasa pelayanan.
Keberhasilan suatu kegiatan
banyak tergantung kepada
sumber daya manusianya. Didalam bidang kesehatan gigi, sumber daya manusia memegang peranan penting. Sumber daya manusia didalam kegiatan kesehatan gigi adalah dokter gigi, perawat gigi, tekhniker gigi dan tenaga lainnya yang terkait. Bagi perawat gigi adalah salah satu sumber daya manusia dibidang kesehatan gigi.
14
Didalam melakukan kegiatannya baik secara langsung maupun tidak langsung perawat gigi akan bersentuhan dengan segala persoalan yang berkaitan dengan sumber daya manusia dan juga didalam
pengembangan
tugasnya,ia
memungkinkan
dapat
berkesempatan berperan sebagai salah satu unsur dalam bidang sumber daya manusia.( Syahlan, 1999 )
Standar
pelayanan
kesehatan
adalah
ukuran
yang
ditetapkan dan disepakati bersama, merupakan tingkat kinerja pelayanan
kesehatan
yang
diharapkan.
Standar
pelayanan
kesehatan adalah patok duga pencapaian yang didasarkan pada tingkat keprimaan yang diinginkan. Standar dapat dijadikan model pelayanan kesehatan untuk dicontoh dan digunakan sebagai dasar studi banding (WHO). Standar pelayanan kesehatan yang tidak didasarkan oleh bukti atau disusun dengan interpretasi yang salah terhadap bukti dapat merugikan pasien/klien. Diterapkannya standar kadang-kadang mengabaikan kompleksitas pelayanan maupun variabilitas yang dimiliki oleh pasien/klien. Selanjutnya, penilaian yang tidak adil terhadap mutu pelayanan kesehatan dapat terjadi akibat digunakannya standar yang tidak tepat. Selain itu, dapat terjadi juga ketidakcocokan standar yang dikeluarkan oleh berbagai lembaga.
15
Terdapat tiga jenis standar pelayanan kesehatan yang kita kenal baik, yakni : 1. Standar struktur, yaitu bersumber daya manusia, uang, material, peralatan dan mesin. 2. Standar proses pelayanan kesehatan, yakni tahapan kegiatan yang dilakukan dalam pelayanan kesehatan. 3. Standar hasil pelayanan kesehatan, yakni hasil-hasil (outcome) yang diharapkan. Sementara itu, beberapa ahli membedakan standar menjadi dua, yaitu standar eksternal yang disusun oleh pihak diluar organisasi pelayanan kesehatan
dan
standar internal
yang disusun
sendiri oleh
organisasi pelayanan kesehatan. Selain itu, dikenal juga adanya standar minimal (minimal standar), yakni standar yang tidak dapat ditawar. Pencapaian pelayanan kesehatan tidak boleh berada di bawah standar tersebut. Sebaliknya, standar optimal ( optimal standar ) merupakan tingkat terbaik yang dapat dicapai ( achievable standar ), yakni tingkat kinerja yang dapat dicapai oleh top quartile dari pelayanan kesehatan. ( Nurhasyimadunair, 2008 ; waspada, 2010.)
B. Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut Menurut Hafizurrahman ( 2004 ), kepuasan pasien dari pengguna jasa pelayanan kesehatan dapat dilihat dari lima dimensi, yaitu meliputi :
16
1. Sarana Fisik Pasien akan menggunakan indra penglihatan untuk menilai pelayanan, seperti menilai gedung, peralatan, kebersihan. kerapian. 2. Kehandalan Dimensi yang mengukur kehandalan pelayanan yang diberikan kepada pasien. Pertama, kemampuan dalam memberikan pelayanan seperti yang dijanjikan. Kedua, seberapa jauh dan mampu memberikan pelayanan yang akurat. 3. Ketanggapan Dimensi ketanggapan merupakan dimensi yang paling dinamik. Harapan pasien akan kecepatan pelayanan hampir dapat dipastikan akan berubah dengan kecenderungan naik dari waktu ke waktu. 4. Jaminan / keyakinan Dimensi jaminan atau keyakinan merupakan dimensi yang berhubungan dengan kemampuan pelayanan dan prilaku dalam menanamkan rasa percaya dan keyakinan pada pasiennya. Keramahan atu kenikmatan berkaitan dengan pelayanan kesehatan yang tidak berhubungan langsung dengan efektifitas klinik, tetapi dapat mempengaruhi kepuasan pasien dan
17
kebersediannya untuk kembali kefasilitas kesehatan untuk memperoleh pelayanan berikutnya. 5. Kepedulian Perlakuan yang bersifat pribadi pada pengguna jasa layanan, seperti
kemampuan
untuk
memahami
keinginan
dan
kebutuhan pasien atau pengguna jasa layanan.
Faktor utama yang mempengaruhi prilaku pengguna jasa pelayanan kesehatan adalah faktor budaya yang terdiri atas budaya khusus, kelas social, kelompok social, serta keluarga. Faktor kedua adalah faktor psikologis yang terdiri atas motivasi, persepsi, proses belajar, kepercayaan dan sikap. ( Hafizurrahman, 2004 ).
Dalam memberikan pelayanan diperlukan tenaga kesehatan. Adapun tenaga kesehatan gigi dan mulut yang terdapat disuatu tim kesehatan yaitu dokter gigi dan perawat gigi, dimana masing-masing mempunyai peran dan fungsi yang berbeda. Didalam tim kesehatan gigi dan mulut, dokter gigi bertindak sebagai pemimpin. Dokter gigi adalah tenaga kesehatan akademik professional sesuai dengan pendidikannya. Perawat gigi sesuai dengan pengetahuannya dan kemampuan
profesionalnya
berfungsi
memberikan
pelayanan
18
asuhan kesehatan 9 perawatan ) gigi dan mulut kepada individu, keluarga dan masyarakat.
Tindakan yang dilakukan oleh tenaga perawat gigi adalah dalam bentuk upaya promotif dan preventif serta membantu upaya kuratif dan rehabilitative. Didalam tim kesehatan gigi, tenaga ini bertindak sebagai mitra dokter gigi. Sedangkan didalam tim keperawatan gigi, tenaga ini dapat berperan sebagai pemimpin tim. ( Syahlan, 1999 ).
Seperti yang dijelaskan dalam Peraturan perundangundangan No. 32 Tahun 1996 tenaga kesehatan terdiri dari tenaga medis, tenaga keperawatan, tenaga kefarmasian, tenaga kesehatan masyarakat, tenaga gizi, tenaga keterapian fisik, dan tenaga keteknisian medis. Jika diperhatikan, peraturan ini kurang rinci menyebutkan tenaga kesehatan yang ada. Seperti tenaga perawat gigi tidak jelas letaknya apakah pada kelompok tenaga keperawatan atau kelompok tenaga keterapian fisik. Disamping itu, peraturan ini tidak cukup prediktif untuk menampung tenaga kesehatan baru yang akan berkembang dimasa depan seperti ahli asuransi kesehatan, ahli perencanaan kesehatan, serta ahli kesehatan dan keselamatan kerja.( Wiku Sasmito, 2007 )
19
C. PUSKESMAS 1. Pengertian Puskesmas Menurut Azwar ( 1996 ), puskesmas ialah suatu unit pelaksana
fungsional
yang
berfungsi
sebagai
pusat
pembangunan kesehatan, pusat pembinaan peran serta masyarakat dalm bidang kesehatan serta pusat pelayanan kesehatan
tingkat
kegiatannya
pertama
secara
yang
menyeluruh,
menyelenggarakan terpadu
serta
berkesinambungan pada suatu masyarakat yang bertempat tinggal dalam suatu wilayah tertentu. Puskesmas adalah suatu kesatuan organisasi fungsional yang langsung
memberikan
pelayanan
kesehatan
secara
meyeluruh kepada masyarakat dalam satu wilayah kerja tertentu dalam bentuk usaha-usaha kesehatan pokok. ( Entjang, 2000 ). 2. Fungsi Puskesmas Sebagai pusat pengembangan kesehatan, pembinaan peran serta masyarakat serta pelayanan kesehatan masyarakat. Puskesmas berfungsi melakukan kegiatan sebagai berikut :
Mendorong kesehatan.
masyarakat
untuk
mengenal
masalah
20
Member petunjuk kepada masyarakat tentanng cara memanfaatkan sumber daya setempat yang ada secara berdaya guna dan berhasil guna.
Member bantuan yang bersifat tekhnis, bahan-bahan serta rujukan kepada masyarakat.
Mengadakan kerja sama dengan sektor lain yang terkait.
Memberikan pelayanan langsung kepada masyarakat dalam bentuk kegiatan pokok. ( Herijulianti, 2002 ).
3. Tujuan Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Puskesmas a. Terhindarnya dan berkurangnya gangguan fungsi kunyah akibat kerusakan fungsi gigi. b. Meningkatkan kesadaran sikap dan prilaku masyarakat dalam kemampuan pelihara diri dibidang kesehatan gigi dan mulut. c. Menurunkan prevalensi penyakit gigi dan mulut yang banyak
diderita
masyarakat
(
karies
dan
penyakit
periodontal ) dengan upaya perlindungan khusus tanpa mengabaikan
upaya
penyembuhan
dan
pemulihan
terutama pada kelompok yang renan terhadap karies. ( Herijulianti, 2002 ).
21
Kegiatan pelayanan kesehatan gigi di puskesmas pada dasarnya dibagi tiga kegiatan, yaitu :
1. Kegiatan Promotif Kegiatan
promotif
adalah
salah
satu
kegiatan
untuk
meningkatkan kemampuan pelihara diri masyarakat dibidang kesehatn gigi dalam rangka tercapainya perilaku hidup sehat, misalnya dengan jalan memberikan penyuluhan kesehatan gigi. 2. Kegiatan Preventif Kegiatan
preventif
yaitu
suatu
usaha
kegiatan
untuk
memberikan perlindungan khusus untuk memperkuat gigi dan jaringan penyangga. Misalnya : -
Menyikat Gigi
-
Pembersihan karang gigi
-
Pemberian fluor
3. Kegiatan Kuratif Kegiatan kuratif adalah suatu usaha yang dilakukan untuk dapat menyembuhkan orang sakit. Misalnya : -
Penambalan Pencabutan
22
Penyelenggaraan
pelayanan
kesehatan
gigi
dipuskesmas merupakan upaya kesehatan yang diselenggarakan secara
meneluruh,
terpadu,
merata
dan
meliputi
upaya
peningkatan, pencegahan, penyembuhan dan pemulihan, yang ditujukan pada semua golongan umur maupun jenis kelamin dengan menitikberatkan pada pelayanan untuk masyarakat luas, guna
mencapai
derajat
kesehatan
yang
optimal
tanpa
mengabaikan mutu pelayanan kepada perorangan. ( Herijulianti, 2002 ).
23
BAB Ill METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Adapun jenis penelitian adalah metode observasi dengan desain cross sectional atau seksional silang dengan mengadakan pengamatan secara langsung.
B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini bertempat di Puskesmas Pattallassang Kab. Takalar 2. Waktu Penelitian Penelitian ini berlangsung pada tanggal 10-15 Agustus 2010
C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Penelitian Populasi dalam penelitian adalah pasien pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang datang berkunjung ke Puskesmas Pattallassang Kab. Takalar. 2.
Sampel Penelitian Sampelnya diambil dari pasien dua kali kunjungan atau pasien lama sebanyak 20 orang.
3.
Metode Pengambilan Sampel Metode penelitian dilakukan dengan cara total sampling.
24
D. Teknik Pengumpulan Data 1. Data Primer Data yang diambil langsung pada sampel penelitian berupa kepuasan pasien. 2. Data Sekunder Data yang diambil dari pihak Puskesmas berupa nama, umur, jenis kelamin, alamat dan sebagainya.
E. Identifikasi Variabel 1. Variabel Bebas
: Standar Pelayanan Kesehatan
2. Variabel Terikat
: Pelayanan Kesehatan Gigi
3. Variabel Pengganggu
: Sarana fisik dan Sumber daya manusia
Kerangka Konsep Standar Pelayanan Kesehatan
Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut
-
Sarana Fisik Sumber Daya
25
Keterangan : Jika standar pelayanan kesehatan terpenuhi maka akan meningkatkan pelayanan kesehatan gigi dan mulut. Hubungan oleh kedua variable tersebut sangat dipengaruhi oleh sarana fisik dan sumber daya manusia dari penyelenggara pelayanan kesehatan gigi dan mulut dalam hal ini adalah Puskesmas.
F. Definisi Operasional 1. Standar Pelayanan Kesehatan Adalah sesuatu yang dipakai sebagai takaran, tolak ukur, timbangan dalam memberikan pelayanan kesehatan. Terdapat tiga jenis standar pelayanan kesehatan
yang kita kenal baik, yakni : 1. Standar
struktur, yaitu bersumber daya manusia, uang, material, peralatan dan mesin. 2. Standar proses pelayanan kesehatan, yakni tahapan kegiatan yang dilakukan dalam pelayanan kesehatan. 3. Standar hasil
pelayanan
kesehatan,
yakni
hasil-hasil
(outcome)
yang
diharapkan 2. Pelayanan Kesehatan Gigi dan mulut Pelayanan kesehatan gigi dan mulut dinilai baik apabila memenuhi persyaratan pokok yaitu : tersedia dan berkesinambungan, dapat
26
diterima dengan wajar, mudah dicapai, mudah dijangkau,dan bermutu. 3. Sarana Fisik Pasien akan menggunakan indra penglihatan untuk menilai pelayanan, seperti menilai gedung, peralatan, kebersihan. kerapian. 4. Sumber Daya Manusia Tenaga
yang
memberikan
pelayanan
kesehatan
harus
mempunyai pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan di bidang mereka masing-masing.
G. Pengolahan dan Penyajian Data Untuk mengetahui bagaimana standar pelayanan kesehatan gigi, maka data yang diperoleh selanjutnya diolah secara manual dan disajikan dalam bentuk table disertai penjelasan-penjelasan. Data dihitung dengan rumus : P = Keterangan : P = Persentasi yang dicari F = Jumlah pengamatan (Observasi) N = Jumlah sampel (Populasi)
27
H. Cara Kerja 1. Mengambil data dari pasien dua kali kunjungan atau pasien lama 2. Memberikan kuesioner kepada pasien dua kali kujungan atau pasien lama 3. Mengolah data dan menyajikan dalam bentuk table distribusi
28
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian Penelitian mengenai standar pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas Pattalassang Kec. Pattallassang Kab. Takalar yang dilakukan tanggal 10-15 Agustus 2010 dengan pemberian kuosioner pada pasien lama dan pasien dua kali kunjungan poli gigi dengan jumlah sampel sebanyak 20 orang, maka diperoleh data kemudian data tersebut di distribusikan dan disajikan sebagai berikut :
Tabel 1. Distribusi faktor yang mendukung tercapainya standar pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas Pattallassang Kab. Takalar
No.
Sarana dan Prasarana
1.
Alat Diagnostik
2.
Ada
Tidak
Keterangan
-
Lengkap
Alat Konservasi
-
Lengkap
3.
Alat Exodontia
-
Lengkap
4.
Alat Scaling
-
Lengkap
5.
Alat Sterilisasi
-
Lengkap
6.
Dental Unit
-
Lengkap
7.
Dokter Gigi
-
2 orang
29
8.
Perawat Gigi
-
3 orang
9.
Ruang Pemeriksaan
-
Luas 25 m
10.
Ruang Tunggu
-
-
Sumber Data Poli Gigi Puskesmas Pattallassang.
Berdasarkan standar minimal yang harus dimiliki Puskesmas, maka tabel diatas menunjukkan bahwa sarana dan prasarana yang ada diPoli Gigi Puskesmas Pattallassang sudah lengkap, dilihat juga dari daftar distribusi jawaban responden dibawah ini :
Tabel 2. Distribusi Tanggapan Responden Tentang Standar Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Puskesmas Pattallassang Kab. Gowa Pertanyaan No.
1.
Jumlah
Tanggapan Responden Puas
Keadaan ruangan dan
Sedang
Tidak Puas
Responden
F
%
F
%
F
%
F
%
10
50
10
50
0
0
20
100
16
80
3
15
1
5
20
100
Lingkungan Puskesmas 2.
Kebersihan
dan
kelengkapan alat dan bahan
pelayanan
30
kesgilut diPuskesmas 3.
Ketanggapan
dan
ketepatan
dan
18
90
2
10
0
0
20
100
18
90
1
5
1
5
20
100
pelayanan
17
85
3
15
0
0
20
100
Kepuasan pasien gigi
18
90
2
10
0
0
20
100
14
70
4
20
2
10
20
100
yang 18 90
2
10
0
0
20
100
dokter
perawat
dalam
melayani pasien 4.
Kenyamanan diruang
berada
Pemeriksaan
gigi 5.
Jadwal pasien
6.
atas
pelayanan
Puskesmas 7.
Jumlah petugas pada Poli Gigi Puskesmas
8.
Informasi diberikan
oleh
dokter
atau perawat gigi
Tabel
diatas
menggambarkan
bahwa
dari
20
jumlah
responden, tanggapan mereka tentang ruangan dan Lingkungan
31
Puskesmas adalah Ya (50%), Sedang (50%), Tidak (0%), Alat dan bahan pelayanan kesgilut diPuskesmas lengkap dan bersih yaitu Ya (80%), Sedang (15%), Tidak (5), Dokter dan perawat tepat, cepat tanggap melayani pasien sebanyak Ya (90%), Sedang (10%), Tidak (0%), Kenyamanan berada diruang Pemeriksaan gigi adalah Ya (90%), Sedang (5%), Tidak (5%), Jadwal pelayanan pasien yaitu Ya (85%), Sedang (15%), Tidak (0%), Kepuasan pasien gigi atas pelayanan Puskesmas sebanyak Ya (90%), Sedang (10%), Tidak (0%), Jumlah petugas pada Poli Gigi Puskesmas yaitu Ya (70%), Sedang (20%), Tidak (10%), Informasi yang diberikan oleh dokter atau perawat gigi sebanyak Ya (90%), Sedang (10%), Tidak (0%). Dari semua hasil persentasi maka dapat dilihat bahwa persentasi yang menjawab Ya lebih banyak.
B. Pembahasan Dari 20 orang yang mengisi kuisioner tentang standar pelayanan kesehatan gigi dan mulut, kita bisa melihat bahwa pelayanan kesehatan gigi dan mulut diPuskesmas Pattallassang Kec. Pattallassang Kab. Takalar bisa dikatakan sudah 95 % memenuhi standar. Hal tersebut dipengaruhi juga oleh sarana dan prasarana yang mendukung terlaksananya pelayanan kesehatan gigi dan mulut.
32
Dari standar minimal yang harus dimiliki oleh Puskesmas dapat dilihat dari table sarana dan prasarana yang sudah lengkap. Pada table pelayanan kesehatan gigi dan mulut dapat pula dilihat bahwa persentasi jawaban Ya lebih banyak. Hal tersebut selain dipengaruhi oleh sarana dan prasarana maka dipengaruhi juga oleh sumber
daya
menusia
yang
dimiliki
oleh
Puskesmas.
Pada
Puskesmas Pattallassang ditinjau dari standar minimal yang harus dimiliki
maka
tenaga
kesehatan
gigi
yang
ada
diPuskesmas
Pattallassang bisa dikatakan memadai dengan jumlah dokter gigi 2 orang dan 3 orang perawat gigi. Oleh karena itu Puskesmas Pattallassang dilihat dari profil nya bisa dikatakan memenuhi kriteria untuk menjadi Rumah Sakit tipe D. Dari penelitian yang dilakukan jelaslah bahwa untuk mencapai standar dapat dipenuhi dengan melengkapi sarana dan prasarana Puskesmas serta memperhatikan pelayanan kesehatan dalam hal ini pelayanan kesehatan gigi dan mulut. Walaupun biaya dan keadaan tempat Puskesmas berada sering menjadi hambatan tapi itu tergantung pada manajemen Puskesmas.