68
15
90
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Konsep sehat dan sakit adalah konsep yang kompleks dan berinterpretasi. Banyak faktor yang mempengaruhi kondisi sehat maupun sakit. Sehat diartikan sebagai kondisi yang normal dan alami, yang bersifat dinamis dan sifatnya terus menerus berubah. Menurut WHO sehat adalah keadaan keseimbangan yang sempurna, baik fisik, mental dan sosial, tidak hanya terbebas dari penyakit dan kelemahan. Sakit adalah keadaan tidak normal atau tidak sehat, secara sederhana dapat disebut penyakit yang merupakan suatu bentuk kehidupan atau keadaan diluar batas normal (Asmadi, 2008).
Menurut Muwarni (2011), Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan systole dan diastole mengalami kenaikan yang mengalami batas normal (tekanan systole di atas 140 mmHg, di atas 90 mmHg). Definisi yang lain menurut Brashers (2008) hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah arterial yang berlangsung terus menerus. Tekanan darah tinggi pada orang dewasa sebagai berikut menurut klasifikasi JNS (The Join National Comitten on Preventation, detection evaluation and treatment of Hight Blood Preassure ) klasifikasi sistolik dan diastolik untuk ukuran normal < 120 dan< 80, pada prehipertensi dalam rentang sistolik 120-139 dan diastolik 85-89. Pada hipertensi stage 1 ukuran sistolik 140-159 mmHg dan ukuran diastolik 90-99 mmHg. Serta hipertensi stage 2 ukuran tekanan darah 160 dan 100 mmHg. Penyebab dari hipertensi menurut penyebabnya ada 2 jenis yaitu : hipertensi primer esensial yaitu meliputi faktor keturunan, umur, serta faktor psikis. Hipertensi sekunder yaitu penyakit ginjal, tumor dalam rongga kepala, penyakit syaraf dan toxemia gravidarum (Muwarni, 2011).
Data World Health Organization (WHO) tahun 2007 menunjukkan sekitar 972 juta orang atau 26,4 % penduduk bumi mengidap hipertensi dengan perbandingan 26,6 % pria dan 26,1 % wanita. Dari 972 juta pengidap hipertensi, 333 juta berada di negara maju dan 639 sisanya berada pada negara berkembang termasuk Indonesia. jumlah penderita hipertensi di seluruh dunia terus meningkat, di Amerika Serikat sekitar 50 juta penduduk menderita hipertensi. Pada tahun 2002 di Amerika sekitar 49.707 (99,41%) orang meninggal akibat hipertensi. Di Amerika diperkirakan sekitar 64 juta lebih penduduknya yang berusia antara 18 sampai 75 tahun menderita hipertensi, tahun 2005 prevalensi hipertensi sebesar 21,7 %. Prevalensi hipertensi di Vietnam pada tahun 2004 mencapai 34,5%, Thailand tahun 1989 mencapai 17%, Malaysia tahun 1996 mencapai 29,9%, Philippina tahun 1993 mencapai 22%, dan Singapura tahun 2004 mencapai 24,9% ( Purwanto, 2012 ).
Hasil survey kesehatan rumah tangga (SKRT, 2001) dikalangan penduduk umur 25 tahun keatas menunjukan bahwa 27% laki- laki dan 29% wanita menderita hipertensi, 0,3% mengalami jantung iskemik dan stroke. Terdapat 50% penderita tidak menyadari sebagai penderita, sehingga penyakitnya bertambah berat karena tidak mengubah dan menghindari faktor risiko. Hasil survey tersebut Sebanyak 70% adalah hipertensi ringan, jadi banyak diabaikan/terabaikan sehingga menjadi ganas (hipertensi maligna) dan 90% hipertensi esensial yang tidak diketahui penyebabnya secara pasti sehingga sulit untuk mencari bentuk intervensinya (Aditama, 2007).
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, prevalensi hipertensi di Indonesia mencapai 31,7% dari seluruh populasi pada usia 18 tahun ke atas. Dari jumlah itu, 60% penderita hipertensi berakhir pada stroke. Sedangkan sisanya pada gagal jantung, gagal ginjal, dan terjadi kebutaan. Data Riskesdas 2007 juga menyebutkan penyakit hipertensi sebagai penyebabkematian nomor 3 setelah stroke dan tuberkulosis, jumlahnya mencapai 6,8% dari proporsi penyebab kematian pada semua umur di Indonesia (Depkes RI,2003).
Berdasarkan laporan dari Dinas Kesehatan Propinsi jawa Tengah, kasustertinggi hipertensi adalah kota Semarang yaitu sebesar 67.101 kasus (19,56%) dibanding dengan jumlah keseluruhan hipertensi di Kabupaten atau kota lain di Jawa Tengah. Apabila dilihat berdasarkan jumlah kasus keseluruhan di kota Semarang terdapat proporsi yang lebih besar yaitu 53,69. Sedangkan kasus tertinggi kedua adalah Kabupaten Klaten yaitu sebesar 36.002 kasus (10,49%) dan apabila dibanding dengan jumlah keseluruhan di Kabupaten Banyumas adalah sebesar 57,01%. Kasus ini paling sedikit dijumpai di Kabupaten Tegal yaitu 516 kasus (0,15%). Rata-rata kasus hipertensi di Jawa Tengah adalah 9.800,54 kasus (profil kesehatan provinsi Jawa Tengah, 2004).
Di Kabupaten Kendal, data dari Dinas kesehatan Kabupaten Kendal dari tahun ke tahun menunjukan proporsi kasus hipertensi mengalami peningkatan, dibandingkan kasus penyakit tidak menular secara keseluruhan. Tahun 2008 proporsi kasus hipertensi sebanyak 6,2% meningkat menjadi 6,57% di tahun 2009 (DKK Kab. Kendal, 2013).
Indikasi dari peningkatan kasus hipertensi dimasyarakat salah satunya karena minimnya perhatian keluarga terhadap pencegahan dan perawatan anggota keluarga yang mempunyai penyakit hipertensi. Keberhasilan perawatan penderita hipertensi tidak luput dari peran keluarga, dimana keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat merupakan klien keperawatan dan keluarga sangat berperan dalam menentukan cara asuhan yang diperlukan anggota keluarga yang sakit. Bila dalam keluarga tersebut salah satu anggotanya mengalami masalah kesehatan maka sistem dalam keluarga akan terpengaruh, penderita hipertensi biasanya kurang mendapatkan perhatian keluarga, apabila keluarga kurang dalam pengetahuan tentang perawatan hipertensi, maka berpengaruh pada perawatan yang tidak maksimal (Mubarak, 2010).
Menurut Friedman (1999) perilaku perawatan hipertensi berhubungan dengan keluarga terhadap penderita hipertensi, dimana keluarga dapat menjadi faktor yang sangat berpengaruh dalam menentukan progam perawatan, karena keluarga berfungsi sebagai sistem pendukung bagi anggota yang menderita hipertensi yang menuntut pengorbanan ekonomi, sosial, psikologis yang lebih besar dari keluarga. Untuk menciptakan suatu kondisi yang sehat dan terkontrol, maka keluarga diharapkan mempunyai pengetahuan tentang penyakit hipertensi agar tercipta suatu perilaku perawatan yang tepat pada penderita hipertensi, dalam hal pencegahan, penatalaksanaan yang benar dan tepat pada penderita hipertensi (Notoatmodjo, 2003).
Pengetahuan sebagai hasil dari tahu yang terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan tentang hipertensi yang dimiliki penderita tentang penyakit hipertensi sangatlah diperlukan, dimana sebuah keluarga yang mempunyai anggota yang menderita hipertensi harus memberikan perhatian dan perawatan agar tercapai status kesehatan yang baik. Apabila pengetahuan tentang hipertensi cukup baik dimungkinkan akan berpengaruh pada perilaku yang baik pula pada keluarga untuk melakukan perawatan yang tepat pada anggota keluarga yang menderita hipertensi (Notoatmodjo, 2003)
Perilaku perawatan pada penderita hipertensi merupakan salah satu cara penanganan yang harus dilakukan. Perawatan kesehatan pada penderita hipertensi dibutuhkan suatu kerjasama antara keluarga dan tenaga kesehatan setempat. Kerjasama ini dapat mendukung status kesehatan yang dimiliki oleh penderita hipertensi (Depkes RI, 2003).
Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik untuk mengambil kasus karya tulis ilmiah dengan judul "Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Tn.B Dengan Hipertensi di Dusun Taman Sari, Desa Payung, Kecamatan Weleri, Kabupaten Kendal ".
TUJUAN PENULISAN
Tujuan Umum
Untuk mengetahui dan menerapkan penatalaksanaan "Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Tn.B Dengan Hipertensi di Dukuh Taman Sari, Desa Payung, Kecamatan Weleri, Kabupaten Kendal ".
Tujuan Khusus
Melakukan pengkajian pada keluarga Tn.B dengan salah satu anggota keluarga menderita Hipertensi.
Menentukan diagnosa, masalah serta kebutuhan dari data yang telah dikumpulkan pada keluarga Tn.B dengan salah satu anggota keluarga hipertensi.
Merencanakan tindakan yang akan dilakukan kepada keluarga Tn.B berdasarkan interprestasi data yang ditentukan.
Melaksanakan tindakan yang telah direncanakan secara sistematis kepada keluarga Tn.B dengan salah satu anggota keluarga hipertensi.
Melakukan evaluasi terhadap tindakan yang telah dilakukan kepada keluarga Tn.B dengan salah satu anggota keluarga hipertensi.
METODE PENGUMPULAN DATA
Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis menggunakan metode penulisan secara deskriptif, naratif, dan komprehensif. Metode ini dengan cara pengumpulan data melalui observasi terhadap semua keadaan yang terjadi melalui pendekatan dalam proses keperawatan yang terdiri dari pengkajian, analisa, diagnosa, intervensi, implementasi, dan evaluasi. Adapun cara pengumpulan data yang penulis gunakan untuk memperoleh hasil adalah sebagai berikut :
Anamnesa
Diperoleh dengan menanyakan kepada klien, keluarga klien, perawat, dokter dan petugas kesehatan lainnya mengenai perjalanan penyakitnya.
Observasi partisipasi aktif
Pengadaan pengamatan dan perawatan langsung terhadap pasien serta perkembangan penyakit dengan melakukan asuhan keperawatan.
Studi dokumenter
Pengumpulan data tentang keadaan pasien dari catatan medis, perawatan, hasil laboratorium serta pemeriksaan fisik
Studi Kepustakaan
Penulis mempelajari beberapa buku yang berhubungan dengan hipertensi termasuk bahan – bahan perkuliahan agar mempunyai nilai ilmiah untuk dipertahankan.
SISTEMATIKA PENULISAN
Untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis telah menguraikannya menjadi 5 Bab yang terdiri dari :
BAB I : PENDAHULUAN, berisi tentang latar belakang, tujuan
penulisan, metode pengumpulan data.
BAB II : KONSEP DASAR, berisi tentang pengertian, anatomi fisiologi,
etiologi, patofisiologi, manifestasi klinik, penatalaksanaan,
komplikasi, pengkajian fokus, pathways keperawatan, fokus
intervensi dan rasional.
BAB III : TINJAUAN KASUS, berisi tentang pengkajian, pathways
keperawatan, diangnosa keperawatan, intervensi keperawatan,
implementasi dan evaluasi.
BAB IV : PEMBAHASAN, berisi tentang kesenjangan antara tinjauan
kasus dengan konsep dan teori,
BAB V : PENUTUP, berisi tentang kesimpulan dan saran.
BAB II
KONSEP DASAR
Konsep Penyakit Hipertensi
Pengertian
Hipertensi atau penyakit darah tinggi adalah suatu gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkan. Hipertensi sering kali disebut sebagai pembunuh gelap (Silent Killer), karena termasuk penyakit yang mematikan tanpa disertai dengan gejala-gejalanya lebih dahulu sebagai peringatan bagi korbannya (Lanny dkk, 2004).
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah meningkat melebihi batas normal. Batas tekanan darah normal bervariasi sesuai dengan usia. Berbagai faktor dapat memicu terjadinya hipertensi, walaupun sebagian besar (90%) penyebab hipertensi tidak diketahui (hipertensi essential). Penyebab tekanan darah meningkat adalah peningkatan kecepatan denyut jantung, peningkatan resistensi (tahanan) dari pembuluh darah dari tepi dan peningkatan volume aliran darah (Kurniawan, 2002).
Penyakit hipertensi merupakan penyakit kelainan jantung yang ditandai oleh meningkatnya tekanan darah. Seseorang yang terjangkit penyakit ini biasanya berpotensi mengalami penyakit-penyakit lain seperti stroke, dan penyakit jantung (Rusdi dan Nurlaela, 2009).
Dari definisi-definisi diatas dapat diperoleh kesimpulan bahwa hipertensi adalah suatu keadaan di mana tekanan darah menjadi naik karena gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkannya.
ANATOMI DAN FISIOLOGI
Jantung adalah organ berongga, berotot, yang terletak ditengah toraks, dan menempati rongga antara paru dan diafragma. Beratnya sekitar 300g. Fungsi jantung adalah memompa darah ke jaringan, mensuplai oksigen dan zat nutrisi lain seperti mengangkut karbondioksida dan sampah hasil metabolisme.
Kerja pemompaan jantung dijalankan oleh kontraksi dan relaksasi ritmik dinding otot. Selama kontraksi otot (sistolik), kamar jantung menjadi lebih kecil karena darah disemburkan keluar. Selama relaksasi otot dinding jantung (diastolik), kamar jantung akan terisi darah sebagai persiapan untuk penyemburan berikutnya.
Daerah dipertengahan dada diantara kedua paru disebut sebagai mediastinum. Sebagian besar rongga mediastinum ditempati oleh jantung, yang terbungkus dalam kantong fibrosa tipis yang disebut perikardium.
Kamar jantung, sisi kiri dan kanan jantung, masing – masing tersusun atas dua kamar, atrium dan ventrikel. Dinding yang memisahkan kamar kanan dan kiri disebut septum. Ventrikel adalah kamar yang menyemburkan darah ke arteri. Fungsi atrium adalah menampung darah yang datang dari vena dan bertindak sebagai tempat penimbunan sementara sebelum darah kemudian dikosongkan ke ventrikel. Katup jantung dibagi menjadi 4 bagian yaitu: katup trikuspidalis, katup mitral atau bikuspidalis, katup pulmonalis dan katup aorta (Brunner & Suddarth, 2001).
ETIOLOGI / PREDISPOSISI
Tingginya tekanan yang lama tentu saja akan merusak pembuluh darah diseluruh tubuh, yang paling jelas pada mata, jantung, ginjal, otot. Maka konsekuensi yang biasa pada hipertensi yang lama tidak terkontrol adalah gangguan penglihatan, okulasi kroner, gagal ginjal dan stroke. Selain itu jantung membesar karena dipaksa meningkatkan beban kerja saat memompa melawan tingginya tekanan darah.
Peningkatan tekanan perifer yang dikontrol pada tingkat anteriola adalah dasar penyebab tingginya tekanan darah. Penyebab tingginya tekanan tersebut belum banyak diketahui. Selain itu hipertensi juga dipengaruhi oleh tekanan emosi, obesitas, konsumsi alkohol yang berlebihan, tembakau dan obat-obatan yang merangsang dapat berperan disini, tetapi penyakit ini sangat dipengaruhi faktor keturunan. Penyakit ini lebih banyak menyerang wanita dari pada pria (Smeltzer & Bare, 2001).
PATOFISIOLOGI
Mekanisme yang mengontrol kontriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat vasomotor, pada medula diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jenis saraf simpatis, yang berlanjut kebawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumnamediko spinalis ke ganglia simpatis di thoraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis.
Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya neropinefrin mengakibatkaan kontriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsangan vasokontriktor.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi. Kelenjar adrenaljuga terangsang, mengakibatkan penambahan aktifitas vasokontriksi konteks adrenal mengsekresi korsitol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respon vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokontriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II. Suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubelus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor tersebut cendrung mencetuskan keadaan hipertensi (Smeltzer & Bare, 2001).
MANIFESTASI KLINIK
Peningkatan tekanan darah kadang-kadang merupakan satu-satunya gejala. Bila demikian, gejala baru muncul setelah terjadi komplikasi pada ginjal, mata, otak atau jantung. Gejala lain yang sering ditemukan adalah sakit kepala, epitaksis, marah, telinga berdengung rasa berat di tengkuk, sulit tidur, mata berkunang-kunang dan pusing (Mansjoer, 2000)
PENATALAKSANAAN
Tujuan tiap program penanganan bagi setiap klien adalah mencegah terjadinya morbiditas dan mortalitas penyerta dengan mencapai dan mempertahankan tekanan darah bawah140/90 mmhg. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pendekaatan non farmakologis, termasuk penurunan berat badan, pembatasan alkohol, natrium dan tembakau, latihan dan relaksasi merupakan intervensi wajib yang harus dilakukan pada setiap therapy antihipertensin. Apabila penderita hipertensi ringan berada dalam resiko tinggi (pria, perokok) atau bila tekanan darah diastoliknya menetap, diatas 85 atau 95mmhg dan diastoliknya diatas 130 sampai 139mmHg (Mansjoer, 2000)
KOMPLIKASI
Stroke
Ditimbulkan akibat peredaran darah tinggi di otak, stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila arteri-arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertropi dan menebal sehingga aliran darah ke daerah-daerah yang diperdarahinya berkurang.
Infark miokardium
Apabila arteri koroner yang aterosklerotik tidak dapat mensuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk trombus yang menghambat aliran darah melalui pembuluh tersebut.
Gagal ginjal
Dapat terjadi gagal ginjal karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada kapiler-kapiler ginjal, glomerulus. Rusaknya glomerulus darah akan mengalir ke unit-unit fungsional ginjal, nefron akan terganggu dan menjadi hipoksia dan kematian.
Kerusakan otot.
Tekanan yang sangat tinggi pada kelainan ini menyebabkan peningkatan tekanan perifer dan mendorong cairan kedalam ruang intestinum diseluruh susunan saraf pusat. Neuron-neuron disekitarnya kolaps dan terjadi koma serta kematian (Corvin, 2000)
PATHWAYS KEPERAWAT
FOKUS INTERVENSI DAN RASIONAL
Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload, vasokonstriksi, iskemia miokard, hipertropi ventriker. (Doengoes, 2000)
Tujuan : Afterload tidak meningkat, tidak terjadi
vasokonstriksi, tidak terjadi iskemia miokard.
Kriteria Hasil :Klien berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan tekanan darah / bebankerja jantung , mempertahankan TD dalam rentang individu yang dapatditerima, memperlihatkan norma dan frekwensi jantung stabil dalam rentang normal pasien.
Intervensi :
Pantau TD, ukur pada kedua tangan, gunakan manset dan tehnik yang tepat.
Rasional : Untuk mengetahui keadaan umum.
Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer.
Rasional : Untuk mengetahui denyut karotis, jugularis, radialis dan femoralis mungkin terpalpasi
Auskultasi bunyi jantung dan bunyi napas.
Rasional : Untuk mengetahui bunyi jantung S4 (adanya hypertrofi atrium) dan S3 (Hypertrofi ventrikel dan kerusakan fungsi), adanya krakles.
Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan O2. (Doengoes, 2000)
Tujuan : klien dapat melakukan aktivitas
Kriteria Hasil : Klien dapat berpartisipasi dalam aktivitas yang di inginkan / diperlukan, melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas.
Intervensi :
Kaji respon pasien terhadap aktivitas
Rasional : Mengkaji respon fisiologi terhadap stress aktivitas dan indicator dari kelebihan kerja yang berkaitan dengan tingkat aktivitas.
Instruksikan pasien tentang teknik penghematan energi, misalnya: menggunakan kursi saat mandi, duduk saat menyisir rambut.
Rasional : Menghemat energi, mengurangi penggunaan energi juga membantu keseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
Dorong memajukan aktivitas / toleransi perawatan diri.
Rasional : Kemajuan aktivitas bertahap mencegah peningkatan kerja jantung tiba-tiba.
Gangguan rasa nyaman : nyeri (sakit kepala) berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral. (Doengoes, 2000)
Tujuan :Tekanan vaskuler serebral tidak meningkat.
Kriteria Hasil : Pasien mengungkapkan tidak adanya sakit kepala dan tampak nyaman.
Intervensi :
Pertahankan tirah baring, lingkungan yang tenang, sedikit penerangan
Rasional : Meningkatkan relaksasi
Batasi aktivitas.
Rasional : Aktivitas yang meningkatkan vasokonstriksi menyebabkan sakit kepala karena adanya peningkatan tekanan vaskuler serebral
Beri obat analgesic dan antiansietas (Diazepam) sesuai indikasi
Rasional : Menurunkan nyeri dan menurunkan rangsang system saraf simpatik dan dapat mengurangi ketegangan serta ketidaknyamanan yang diperberat oleh stress.
Gangguan nutrisi berhubungan dengan masukan berlebihan dengan kebutuhan metabolik. (Doengoes, 2000)
Tujuan : Mengidentifikasi hubungan antara hipertensi dengan
Kegemukan
Kriteria Hasil: Menunjukkan perubahan pola makan dan
mempertahankan berat badan yang diinginkan dengan pemeliharaan
kesehatan yang optimal
Intervensi :
Kaji pemahaman pasien tentang hubungan langsung antara hipertensi dan kegemukan
Rasional: kegemukan adalah resiko tambahan pada hipertensi
Kaji ulang masukan kalori harian dan pilihan diet
Rasional :Mengidentifikasi kekuatan/kelemahan dalam program diet terakhir
Instruksikan da bantu memilih makanan yang tepat,hindari makanan dengan kejenuhan lemak tinggi dan kolestrol.
Rasional: Menghindari makanan tinggi lemak jenuh dan kolestrol
Berkolaborasi dengan ahli gizi sesuai indikasi
Rasional :Memberikan konseling dan bantuan dengan memenuhi kebutuhan diet individu.
Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar), mengenai kondisi, rencana pengobatan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan / daya ingat. (Doengoes, 2000)
Tujuan : Menyatakan pemahaman tentang proses penyakit dan
pengobatannya.
Kriteria Hasil : pasien dapat mengidentifikasi efek samping obat.
Intervensi :
Kaji kesiapan dan hambatan dalam belajar,termasuk orang terdekat
Rasional :Untuk mengetahui sejauh mana pasien paham tentang
penyakitnya
Tetapkan dan nyatakan batas TD normal,menjelaskan tentang hipertensi dan efek pada jantung,
Rasional : Memberi dasar untuk pemahaman tentang peningkatan TD
Bantu pasien untuk mengidentifikasi faktor-faktor resiko kardiovaskuler yang dapat diubah
Rasional : Untuk menunjukkan hubungan dalam menunjang hipertensi dan penyakit kardiovaskuler
Atasi masalah pasien untuk mengidentifikasi cara perubahan gaya hidup dan membahas bahayanya merokok
Rasional : Membantu mengarahkan pola hidup yang lebih sehat
Resiko perubahan perfusi jaringan: ginjal, jantung berhubungan dengan gangguan sirkulasi. (Doengoes, 2000)
Tujuan : sirkulasi tubuh tidak terganggu.
Kriteria hasil : pasien mendemonstrasikan perfusi jaringan yang baik seperti ditunjukkan dengan : TD dalam batas yang dapat diterima, tidak ada keluhan sakit kepala, pusing.
Intervensi : kaji tekanan darah saat masuk pada kedua lengan; tidur dan duduk dengan pemantauan tekanan darah arteri jika tersedia
Rasional : membantu untuk mengurangi rasa sakit.
Koping individual tidak aktif berhubungan dengan krisis situasional. (Doengoes, 2000)
Tujuan :mampu menyatakan kesadaran kemampuan koping hasil yang diharapkan
Kriteria hasil : mampu mendemonstrasikan penggunaan keterampilan mengidentifikasi situasi potensial stres dan mengambil langkah untuk menghindari.
Intervensi:
Kaji keekfetifan strategi koping dengan mengobservasi perilaku.
Rasional : keinginan berparsitipasi dalam merencanakan Pengobatan
Bantu pasien untuk mengidentifikasi stesor spesifik dan kemungkinan strategi untuk mengatasinya.
Rasional :pengenalan stresor adalah langkah pertama dalam mengubah respon seseorang terhadap stresor.
Resiko tinggi terhadap ketidakpatuhan berhubungan dengan efek samping negative dari terapi dan kurang percaya terhadap perawatan yang dibutuhkan tanpa adanya gejala (Carpenito, 2000)
Tujuan : pasien patuh terhadap pengaturan diri
Kriteria hasil: pasien percaya bahwa pengobatan penting untuk hipertensi.
Intervensi :
jelaskan kepada pasien bahwa kenaikan tekanan darah secara tipikal tidak menunjukkan gejala.
Tekankan pada pasien kemungkinan ancaman hidup jika tekanan darah tidak terkontrol.
Ikut sertakan keluarga dalam pemberian informasi yang mengarah pada perencanaan keperawatan.
Jelaskan kemungkinan efek samping obat antihipertensi misal : impotensi, vertigo, beritahu pasien untuk konsul dokter untuk obat alternatife.
Konsep Keluarga
Salah satu aspek yang paling penting dalam keperawatan adalah keluarga. Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat merupakan klien keperawatan atau si penerima asuhan keperawatan. Keluarga berperan dalam menentukan cara asuhan yang diperlukan anggota keluarga yang sakit. Keberhasilan keperawatan dirumah sakit dapat menjadi sia-sia jika tidak dilanjutkan oleh keluarga. Secara empiris dapat dikatakan bahwa kesehatan anggota keluarga dan kualitas kehidupan keluarga menjadi sangat berhubungan atau signifikan.
Keluarga menempati posisi diantara individu dan masyarakat, sehingga dengan memberikan pelayanan kesehatan kepada keluarga, perawat mendapat dua keuntungan sekaligus. Keuntungan pertama adalah memenuhi kebutuhan individu, dan keuntungan yang kedua adalah memenuhi kebutuhan masyarakat. Pemberian pelayanan kesehatan harus memperhatikan nilai-nilai dan budaya keluarga sehingga dapat menerimanya.
Banyak ahli menguraikan pengertian keluarga sesuai dengan perkembangan sosial masyarakat. Berikut sesuai dengan dikemukakan beberapa pengertian keluarga Jhonson & Leny (2010), sebagai berikut:
Raisner
Keluarga adalah sebuah kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih yang masing-masing mempunyai hubungan kekerabatan yang terdiri dari bapak, ibu, adik, kakak, dan nenek.
Logan's
Keluarga adalah sebuah sistem sosial dan kumpulan dari beberapa komponen yang saling berinteraksi satu dengan lainnya.
Gillis
Keluarga adalah sebagaiman sebuah kesatuan yang kompleks dengan atribut yang dimiliki tetapi terdiri dari beberapa komponen yang masing-masing mempunyai sebagaimana individu.
Bailon dan Maglaya
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi. Mereka saling berinteraksi satu yang lain, mempunyai peran masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya.
Johnson's
keluarga dalah kumpulan dua orang atau lebih yang mempunyai hubungan darah yang sama atau tidak, yang terlibat dalam satu kehidupan yang terus menerus, yang tinggal dalam satu atap, mempunyai ikatan emosional dan mempunyai kewajiban antara satu orang dengan lainnya.
Spradley dan allender
Satu atau lebih individu yang tinggal bersama sehingga mempunyai ikatan emosional dan mengembangkan dalam iterelasi sosial, peran dan tugas.
Departemen kesehatan RI
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan. Dapat disimpulkan bahwa karakteristik keluarga adalah :
Terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah, perkawinan atau adopsi.
Anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jika terpisah mereka tetap memperhatikan satu sama lain.
Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing-masing mempunyai peran sosial: suami, istri, anak, kakak, dan adik.
Mempunyai tujuan: menciptakan dan memperhatikan budaya, meningkatkan perkembangan fisik, psikologi, dan sosial anggota.
Tipe / bentuk keluarga
Ada beberapa tipe keluarga yakni :
Keluarga inti, yang terdiri dari suami, istri, dan anak atau anak-anak.
Keluarga konjugal, yang terdiri dari pasangan dewasa (ibu dan ayah) dan anak-anak mereka, dimana terdapat interaksi dengan kerabat dari salah satu atau dua pihak orang tua.
Selain itu terdapat juga keluarga luas yang ditarik atas dasar garis keturunan di atas keluarga aslinya. Keluarga luas ini meliputi hubungan antara paman, bibi, keluarga kakek, dan keluarga nenek.
Tahap perkembangan keluarga
Menurut Friedman dalam buku Jhonson & Leny (2010) meskipun setiap keluarga melalui tahapan perkembangan secara unik, namun secara umum seluruh keluarga mengikuti pola yang sama :
Pasangan baru (keluarga baru), Keluarga baru dimulai saat masing-masing individu laki-laki dan perempuan membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah dan meninggalkan (psikologis)keluarga masing-masing :
Membina hubungan intim yang memuaskan,
Membina hubungan dengan keluarga lain, teman, kelompok sosial.
Mendiskusikan rencana memiliki anak.
Keluarga child-bearing (kelahiran anak pertama), keluarga yang menantikan kelahiran, dimulai dari kehamilan sampai kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai anak pertama berusia 30 bulan :
Persiapan menjadi orang tua,
Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga,Peran, interaksi, hubungan sexual dan kegiatan keluarga,
Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan.
Keluarga dengan anak pra-sekolah. Tahap ini dimulai saat kelahiran anak pertama (2,5 bulan) dan berakhir saat anak berusia 5 bulan :
Memenuhi kebutuhan anggota keluarga, seperti kebutuhan tempat tinggal, privasi dan rasa aman,
Membantu anak untuk bersosialisasi.
Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan anak yang lain harus terpenuhi,
Mempertahankan hubungan yang sehat, baik di dalam maupun di luar keluarga (keluarga lain dan lingkungan sekitar).
Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak (tahap yang paling repot),
Pembagian tanggung jawab anggota keluarga,
Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh dan kembang anak.
Keluarga dengan aanak sekolah
Tahap ini dimulai saat anak masuk sekolah pada usia enam tahun dan berakhir pada usia 12 tahun. Umumnya keluarga sudah mencapai jumlah anggota keluarga maksimal, sehingga keluarga sangat sibuk :
Membantu sosialisasi anak : tetangga, sekolah dan lingkingan,
Mempertahankan keintiman pasangan,
Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin meningkat, termasuk kebutuhan untuk meningkatkan kesehatan anggota keluarga.
Keluarga dengan anak remaja
Dimulai pada saat anak pertama berusia 13 tahun dan biasanya berakhir sampai 6-7 tahun kemudian, yaitu pada saat anak meninggalkan rumah orangtuanya. Tujuan keluarga ini adalah melepas anak remaja dan memberi tanggung jawab serta kebebasan yang lebih besar untuk mempersiapkan diri menjadi lebih dewasa :
Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab, mengingat remaja sudah bertambah dewasa dan meningkat otonominya,
Mempertahankan hubungan intim dalam keluarga,
Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orangtua. Hindari perdebatan, kecurigaan dan permusuhan,
Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang keluarga.
Keluarga dengan anak dewasa (pelepasan)
Tahap ini dimulai pada saat anak pertama meninggalkan rumah dan berakhir pada saat anak terakhir meninggalkan rumah dan berakhir pada saat anak terakhir meninggalkan rumah. Lamanya tahap ini tergantung dari jumlah anak dalam keluarga, atau jika ada anak yang belum berkeluarga dan tetap tinggal bersama orang tua :
Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.
Mempertahankan keintiman pasangan,
Membantu orang tua suami / istri yang sedang sakit dan memasuki masa tua,
Membantu anak untuk mandiri dimasyarakat,
Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga.
Keluarga usia pertengahan
Tahap ini dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan rumah dan berakhir saat pensiun atau salah satu pasangan meninggal :
Mempertahankan kesehatan,
Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan sebaya dan anak-anak,
Meningkatkan keakraban pasangan.
Keluarga usia lanjut
Tahap terakhir perkembangan keluarga ini dimulai saat salah satu pasangan meninggal sampai keluarganya meninggal :
Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan,
Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan fisik dan pendapatan,
Mempertahankan keakraban suami istri dan saling merawat,
Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat,
Melakukan life review (merenungkan hidupnya).
Tugas keluarga
Pada dasarnya tugas keluarga ada delapan tugas pokok sebagai berikut:
Pemeiharaan fisik keluarga dan para anggotanya.
Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga.
Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan kedudukannya masing-masing.
Sosialisasi antar keluarga.
Pengaturan jumlah keluarga.
Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga.
Membangkitkan dorongan dan semangat para anggotanya
Peran keluarga
peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku antar pribadi, sifat, kegiatan yang berhubungan denganpribadi dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan pribadi dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat. Berbagai peranan yang terdapat didalam keluarga adalah sebagai berikut :
Ayah sebagai suami dari istri dan ayah bagi anak-anak, berperan sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.
Ibu sebagai istri dan ibu sebagai anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya.
Anak-anak melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial, dan spiritual.
Fungsi keluarga
Dalam kehidupan sehari-hari fungsi keluarga dapat kita lihat dan sekaligus sudah dapat diterapkan oleh masyarakat atau kelompok keluarga. Adapun fungsi yang dijalankan keluarga adalah sebagai berikut :
Fungsi Pendidikan dilihat dari bagaimana keluarga mendidik dan menyekolahkan anak untuk mempersiapkan kedewasaan dan masa depan anak.
Fungsi Sosialisasi anak dilihat dari bagaimana keluarga mempersiapkan anak menjadi anggota masyarakat yang baik.
Fungsi perlindungan dilihat dari bagaimana keluarga melindungi anak sehingga anggota keluarga merasa terlindungi dan merasa aman.
Fungsi perasaan dilihat dari bagaimana keluarga secara instuitif merasa perasaan dan suasana anak anggota yang lain dalam berkomunikasi dan berinteraksi antar sesama anggota keluarga. Sehingga saling pengertian satu sama lain dalam menumbuhkan keharmonisan dalam keluarga.
Fungsi agama dilihat dari bagaimana keluarga memperkenalkan dan mengajak anak dan anggota keluarga lain melalui kepala keluarga menanamkan keyakinan yang mengatur kehidupan kini dan kehidupan lain setelah meninggal dunia.
Fungsi ekonomi dilihat bagaimana kepala keluarga mencari penghasilan, mengatur penghasilan sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi kebutuhan keluarga.
Fungsi rekreasi dilihat dari bagaimana menciptakan suasana yang menyenangkan dalam keluarga, seperti acara nonton TV bersama, bercerita tentang pengalaman masing-masing dan lainnya.
Fungsi biologis dilihat dari bagaimana keluarga meneruskan keturunan sebagai generasi selanjutnya. Memberikan kasih sayang, perhatian, dan rasa aman diantara keluarga, serta membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga
Keperawatan kesehatan keluarga
Perawatan kesehatan keluarga adalah tingkat perawatan kesehatan masyarakat yang ditujukan atau dipusatkan pada keluarga sebagai unit atau kesatuan yang dirawat, dengan sehat sebagai tujuan melalui perawatan sebagai saran / penyalur.
Alasan keluarga sebagai Unit Pelayanan :
Keluarga sebagai unit utama masyarakat dan merupakan lembaga yang menyangkut kehidupan masyarakat.
Keluarga sebagai suatu kelompok dapat menimbulkan, mencegah, mengabaikan atau memperbaiki masalah-masalah kesehatan dalam kelompoknya.
Masalah-masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan, dan apabila salah satu anggota keluarga mempunyai masalah kesehatan akan berpengaruh terhadap anggota keluarga lainnya.
Memelihara kesehatan anggota keluarga sebagai individu (pasien), keluarga tetap berperan sebagai pengambilan keputusan dalam memelihara kesehatan para anggotanya.
Keluarga merupakan perantara yang efektif dan mudah untuk berbagai upaya kesehatan masyarakat.
Tujuan Perawatan Kesehatan Keluarga, yaitu :
Tujuan umum :
Meningkatkan kemampuan keluarga dalam memelihara kesehatan keluarga mereka, sehingga dapat meningkatkan status kesehatan keluarganya.
Tujuan khusus :
Meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengidentifikasi masalah kesehatan yang dihadapi oleh keluarga.
Meningkatkan kemampuan keluarga dalam menanggulangi masalah-masalah kesehatan dasar dalam keluarga.
Meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan yang tepat dalam mengatasi masalah kesehatan para anggotanya.
Meningkatkan kemampuan keluarga dalam memberi asuhan keperawatan terhadap anggota keluarga yang sakit dan dalam mengatasi masalah kesehatan anggota keluarganya.
Meningkatkan produktivitas keluarga dalam meningkatkan mutu hidupnya.
BAB III
TINJAUAN KASUS
PENGKAJIAN
DATA UMUM
Nama Kepala Keluarga : Tn. B
Umur : 56 tahun
Alamat dan Telephone : Dukuh Taman Sari RT 02 RW 01
Pekerjaan Kepala : Pedagang
Pendidikan : SD
Komposisi Keluarga dan Genogram
Komposisi keluarga:
Nama
Ttl /umur
L/P
Agama
Hub dg KK
Pendidikan
pekerjaan
1
Ibu S
50 th
P
Islam
Istri
SD
Penjual
2
Anak A
33 th
L
Islam
Anak
PT
Karyawan
3
Anak MS
31 th
L
Islam
Anak
PT
Karyawan
4
Anak H
26 th
P
Islam
Anak
SMA
Penjual
5
Anak RM
20 th
P
Islam
Anak
PT
Mahasiswa
6
Anak AI
13 th
L
Islam
Anak
SMP
Pelajar
Genogram :
Ny. S50 thTn.B56 th
Ny. S
50 th
Tn.B
56 th
Anak RM20 thAnak AI 13 th
Anak RM
20 th
Anak AI
13 th
Keterangan :
: Laki – Laki
: Perempuan
: Meninggal
: Garis Perkawinan
: Garis Keturunan
- - - - - : Tinggal Serumah
: Klien
Tipe Keluarga
Tipe keluarga Tn. B adalah keluarga ini (nuclear family) yang terdiri dari ayah, ibu dan anak.
Latar Belakang Budaya Keluarga
Keluarga Tn.B merupakan keluarga suku jawa, bahasa yang digunakan sehari-hari Bahasa Jawa, tidak ada kebiasaan keluarga yang dipengaruhi oleh suku yang dapat mempengaruhi kesehatannya.
Identifikasi Religius
Keluarga Tn.B beragama islam dan seluruh anggota keluarganya melaksanakan shalat lima waktu. Tn.B seorang ta'mir masjid muhamadiyah di desanya, beliau aktif dalam urusan di masjid. Keluarga juga sering ikut kegiatan-kegiatan keagamaan seperti pengajian.
Status Ekonomi
Penghasilan Tn.B diperoleh dari Tn.B yang bekerja sebagai pedagang sepeda dan Ny.S sebagai penjual toko sembakau dikediamannya. Penghasilan Tn.B tidak pasti tergantung pangsa pasar, penghasilan Ny.S rata-rata sebulan 1,5 juta penghasilan dari Tn.B dan Ny.S dipergunakan untuk keperluan makan sehari-hari, sekolah dan kuliah anak AI dan RM, dan uang saku, biaya listrik serta kebutuhan lainnya, keluarga mempunyai tabungan khusus untuk biaya berangkat haji. Sumber penghasilan lain dari keluarga Tn.B yakni dari penghasilan panen padi dan palawija setiap 4 bulan sekali.
Aktivitas Rekreasi atau Waktu Luang
Kebiasaan kumpul bersama keluarga Tn.B biasanya dilakukan di malam hari disela-sela kesibukan di toko, karena Tn.B juga ikut mengelola toko. Keluarga jarang pergi ke tempat rekreasi secara bersama, karena Tn.B dan Ny.S sangat sibuk. Namun sesekali Tn.B meluangkan waktu untuk menghirup udara pagi dengan ber jalan santai di sekitar desa.
RIWAYAT DAN TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA
Tahap perkembangan keluarga saat ini
Tahap perkembangan keluarga Tn.B saat ini termasuk keluarga anak dewasa. Dimana tugas perkembangan pada tahap ini :
Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar
Mempertahankan keintiman pasangan
Membantu orang tua suami/istri yang sedang sakit dan memasuki masa tua
Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga
Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Tidak ada tahap perkembangan keluarga sampai saat ini yang belum terpenuhi. Namun tugas keluarga yang belum tercapai yakni menjadikan kedua anaknya yang masih menuntut ilmu menjadi seorang yang sukses yang dapat memebanggakan kedua orang tuanya serta membimbing anak-anaknya yang sudah berumah tangga dalam menata rumah tangga menjadi lebih baik.
Riwayat keluarga inti
Tn.B dan Ny.S menikah sudah 35 tahun yang lalu, perkawinannya direstui oleh kedua orang tua masing-masing. Ny.S merupakan pilihan sendiri tidak dijodohkan. Saat menikah Tn.B berusia 22 tahun dan Ny.S berusia 16 tahun, setahun setelah menikah Ny.S melahirkan anak tertuannya yakni anak A yang kini sudah berumah tangga. Dikeluarga Tn.B terdapat riwayat penyakit keturunan yakni hipertensi.
Keluarga Tn. B mengatakan jika Tn. B mempunyai tekanan darah yang tinggi, Tn. B di periksakan ke dokter dan dinyatakan terkena Hipertensi, Tn. B mengungkapkan biasanya saat tekanan darah naik klien merasa kaki serta tangan sebelah kiri sering jimpe-jimpe, lemes, dengkul kaki terasa pegel dan cekot-cekot, kaki yang sebelah kiri terkadang sulit untuk bergerak. Serta Tn. B mengatakan merasa nyeri dan kaku di daerah tengkuk dan kepala berdenyut-denyut dengan skala nyeri 5 (0-10)
Riwayat keluarga sebelumnya
Orang tua Tn. B meninggal karena penyakit hipertensi dan paru-paru. Sedangkan orang tua Ny. S meninggal karena penyakit paru-paru.
DATA LINGKUNGAN
Karakteristik Rumah
Rumah yang dihuni oleh keluaraga Tn.B merupakan rumah yang dibangun diatas tanah milik sendiri yang dibeli dari tetangga sekampung, berukuran 300 m terdiri ruang tamu, 4 kamar tidur, dapur, 2 kamar mandi dan WC kondisi bersih, 1 toko sembakau. Lantai terbuat dari keramik, sirkulasi udara diperoleh dari pintu depan, pintu belakang dan jendela depan. Karena keluarga Tn.B tinggal dipedesaan jadi terdapat halaman dan kebun yang luas di samping rumah, sampah diletakan di tempat sampah samping rumah yang kemudian dibakar. Kebersihan rumah cukup, air minum sehari-hari diperoleh dari sumur bor dengan kondisi air bersih yang biasanya digunakan keluarga untuk mandi dan mencuci semua perabot keluarga. Kondisi got/saluran pembuangan lancar tidak berbau dan terbuka.
Denah Rumah
Tempat ShalatRuang Tamu
Tempat Shalat
Ruang Tamu
Toko
Toko
WCKamar
WC
Kamar
Ruang TVKamarKamar
Ruang TV
Kamar
Kamar
WCDapurKamar
WC
Dapur
Kamar
Karakteristik Lingkungan dan Komunitas Tempat Tinggal yang Lebih Luas
Keluarga Tn.B tinggal di lingkungan pedesaan yang mayoritas penduduknya bersuku jawa yang tetap menjaga adat istiadat. Saudara kandung dan orang tua Ny.S serta anak tertua Tn.B tinggal di dekat rumah keluarga Tn.B. Lingkungan tetangga cukup akrab dan saling menolong bila ada kesusahan. Tempat tinggal Tn.B berada dipinggir jalan dekat dengan balai desa dan fasilitas kesehatan seperti klinik umum. Lingkungan tempat tinggal Tn.B juga sudah memiliki fasilitas pendidikan mulai dari TK, SD/MI dan TPQ. Belum ada transportasi umum di tempat tinggal Tn,B jadi untuk akses transportasi banyak yang masih menggunakan sepeda dan motor. Keadaan lingkungan cukup bersih banyak tertanam pohon-pohon jadi polusi udaranya sedikit.
Mobilitas Geografis Keluarga
Keluarga Tn.B sudah lama tinggal di desa ini sekitar 30 tahun yang lalu dan belum pernah pindah ke daerah lain. Rumah Tn.B berada kurang lebih 200 meter dari jalan raya, jenis kendaraan yang dipakai biasanya motor.
Hubungan Keluarga dengan Fasilitas-fasilitas dan Komunitas
Keluarga Tn.B sering menggunakan fasilitas kesehatan yang ada disekitar tempat tinggalnya terutama saat anggota keluarganya ada yang sakit. Tn.B juga sering periksa sekedar mengecek darahnya di puskesmas terbuka di balai desa setiap 2 minggu sekali.
Sistem Pendukung Keluarga
Keluarga Tn.B masih tinggal di lingkungan keluarga besar Ny.S sehingga saat keluarga membutuhkan bantuan, keluarga besar Ny.S terutama orang tuanya selalu siap untuk menolong. Anak tertua Ny.S yang tinggal di dekat tempat tinggalnya selalu membantu Tn.B dalam hal apapun. Keluarganya belum memiliki jaminan pemeliharaan kesehatan.
STRUKTUR KELUARGA
Pola-pola Komunikasi
Keluarga mengatakan, komunikasi selalu dilakukan untuk minta pertimbangan dan menyelesaikan masalah yang dihadapi. Antar anggota keluaraga terbina hubungan yang harmonis dalam menghadapi suatu permasalahan, biasanya dilakukan musyawarah keluarga sebelum memutuskan suatu permasalahan. Anak-anaknya biasa memberikan alternatif pemikiran kepada Tn.B bagaimana untuk memutuskan pemecahan masalah.
Struktur Kekuasaan
Keputusan dalam keluarga
Semua keputusan yang menyangkut masalah keluaraga di putuskan oleh Tn.B sebagai kepala keluarga. Keputusan dalam pengaturan keuangan keluarga biasanya dilakukan oleh Ny.S namun Tn.B juga ikut memutuskan keuangan keluarga, sementara untuk menyelesaikan masalah keluarga di lakukan dengan musyawarah, untuk pengambilan keputusan kegiatan untuk anak seperti sekolah dilakukan secara bersama-sama dimana anak memiliki hak untuk memilih kegiatan yang diinginkan.
Bagaimana cara keluarga dalam mengambil keputusan
Keluarga Tn.B saling mendukung satu dengan lainnya, respon keluarga bila ada anggota keluarga yang bermasalah selalu mencari jalan keluarnya bersama-sama dengan cara musyawarah. Bila ada anggota keluarga yang sakit, diusahakan untuk berobat dan mendapatkan perawatan semampu keluarga sampai membaik.
Model kekuasaan yang digunakan keluarga membuat Keputusan
Model kekuasaan yang diambil dalam keluarga Tn.B adalah pengambilan keputusan berdasarkan kekuasaan aktif dimana setiap anggota keluarga berhak berpendapat dalam pengmabilan keputusan terutama menyangkut kepentingan dari masing-masing anggota keluarga, misalnya anak Tn.B berhak memilih sekolah sesuai dengan minat dan bakat yang dimiliki dan keluarga mendukung keinginan tersebut.
Struktur Peran
Tn.B sebagai kepala keluarga, pencari nafkah yang menjadi pedagang sepeda di pasar Cepiring menjadi pekerjaan pokok sehari-hari namun beliau juga ikut andil dalam mengelola toko sembako bersama istrinya. Ny.S sebagai penjual toko sembako dan juga sebagai pengatur rumah tangga. Anak pertama, kedua dan ketiga sudah berkeluarga dan tidak tinggal dalam satu rumah dengan Tn.B, anak RM sebagai anak remaja yang menginjak dewasa selalu terbuka dengan Tn.B dalam masalah apapun, berperan membantu kegiatan sehari-hari keluarga seperti menyetrika pakaian, menyapu dan mencuci pakaian serta perabot rumah tangga. Anak AI sebagai anak sekolah yang menginjak dewasa, berperan membantu kegiatan sehari-hari.
Struktur Nilai-nilai Keluarga
Keluarga menerapkan nilai-nilai agama pada setiap anggota keluarga seperti mengaji, shalat, berpuasa pada bulan ramadhan. Bila akan pulang terlambat harus memberitahu terlebih dahulu kepada oarang tua, saat maghrib harus sudah ada di rumah dan pada malam hari hanya boleh berada di luar rumah sampai pukul 22.00 malam. Bila pulang terlambat tidak memberitahu keluarga, Ny.S selalu memarahi anaknya untuk tidak melakukan hal serupa.
FUNGSI KELUARGA
Fungsi Afektif
respon keluarga sangat bangga bila anggota keluarga yang berhasil dan keluarga sangat sedih bila ada anggota keluarga yang meninggal, sakit atau kehilangan. Tn.B menyatakan dirinya masih sanggup untuk mendidik anak-anaknya dimana dia selalu memberika nasehat-nasehat kapada anaknya, beliau juga tidak pernah berkata kasar dan selalu memberikan contoh yang baik kepada anak-anaknya untuk tetap menjaga tali silaturahmi walaupun suda tidak tinggal dalam satu rumah lagi, saling menyayangi dan menghormati satu sama lain.
Fungsi Sosialisasi
Keluarga Tn.B selalu membiasakan anak-anaknya bermain dengan teman-teman tetangganya, Tn.B maupun Ny.S tidak pernah melarang anak-anaknya bergaul dengan lawan jenis atau siapapun tetapi tetap dalam pengawasan mereka, karena Tn.B dan Ny.S terlalu sibuk namun tetap memperhatikan anak-anaknya. Keluarga mengajarkan agar berprilaku yang baik dengan tetangga dan lingkungan sekitar, hidup berdampingan dan tentram.
Fungsi Perawatan Kesehatan
Jika ada keluarga yang sakit, keluarga datang ke pelayanan kesehatan terdekat. Keluarga selalu memperhatikan dan berupaya untuk mencari bantuan tenaga kesehatan apabila anggota keluarga ada yang sakit. Keluarga Tn.B juga sedang berusaha menerapkan hidup sehat dengan berolahraga walaupun sekedar lari-lari kecil mengelilingi kampung dan selalu menjaga keadaan rumah agar tetap bersih, memakan makanan yang bergizi, dan menciptakan lingkungan yang nyaman dan tenang.
Fungsi Reproduksi
Keluarga Tn.B tidak ingin punya anak lagi karena sudah cukup punya anak 5 dan karena factor usia, sudah tidak ikut KB, namun hubungan suami istri masih.
Fungsi Ekonomi
Sejauh ini kebutuhan keluarga cukup terpenuhi seperti kebutuhan pangan, sandang dan papa. Dengan penghasilan dari Tn.B dan Ny.S serta dari hasil panen sawah dan kebun. Keluarga Tn.B termasuk keluarga tipe II yaitu keluarga Tn.B sudah mampu memenuhi kebutuhan dasar seperti kebutuhan sandang, pangan, dan papan. Selain itu keluarga Tn.B juga sudah bisa menabung untuk keperluan di masa yang akan datang.
STRES DAN KOPING KELUARGA
Stressor jangka pendek (<6 bulan) yang dirasakan keluarga
Sterssor jangka pendek yang dirasakan Tn.B dan Ny.S bersumber pada masalah pribadi keluarga dan keuangan seperti biaya sekolah anak AI dan kuliah anak RM, tetapi kondisi ini tidak sampai mengganggu aktivitas sehari-hari keluarga.
Stressor jangka panjang (> bulan) yang saat ini terjadi pada keluarga
Sterssor jangka panjang yang dialami Tn.B dan Ny.S cemas akan anak-anaknya yang sudah berkeluarga sendiri, dan salah satu anaknya yang sedang bermasalah dengan pekerjaan dan rumah tangganya. Selain itu Tn.B yang sekarang menderita hipertensi juga ikut membebani keluarganya.
Respon terhadap sterssor
Upaya keluarga dalam mengatasi stress biasanya dengan cara menghibur diri dengan sering bercanda dengan anak-anaknya, menonton siraman rohani lewat TV, mendengarkan musik yang disukai, kemudian pasrah dan memperbanyak dzikir dan berdoa. Hasil yang diperoleh Tn.B dan Ny.S merasa sedikit terobati setelah berdzikir, berdoa dan sembahyang. Sementara untuk menghadapi sakit hipertensi yang saat ini diderita Tn.B, keluarga jarang memeriksakan kesehatannya.
Strategi koping yang digunakan
Keluarga menerima keadaan ini dan berusahan tetap tabah dan ikhlas. Berusaha mencari jalan keluar yang kini sedang dihadapinya dan juga berusaha untuk bisa mengontrol penyakit Tn.B agar tidak sering kambuh. Selain itu juga selalu berdoa kepada tuhan.
Strategi adaptasi yang disfungsional
Pola hidup Tn.B sudah baik, tidak lagi mengkonsusmsi makanan yang mengandung banyak kolestrol dan Tn.B bukan perokok tetapi Namun yang membuat hipertensi Tn.B kambuh karena stress dengan masalah anak-anaknya dan pekerjaannya serta kadang Ny.S cerewet dan suka marah-marah .
PEMERIKSAAN FISIK PADA KELUARGA Tn. B
Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 4 Desember 2013
Aspek
Tn.B
Ny. S
An. RM
An. AI
Tensi (mmHg)
160/100 mmHg
130/80 mmHg
110/80 mmHg
120/70 mmHg
Suhu (0C)
37,00C
36,70C
36,50C
36,50C
Nadi
90x/menit
82x/menit
80x/menit
80x/menit
Kepala
Normal, bersih dan lurus ada uban sedikit
Normal, tidak kotor dan sedikit beruban
Normal dan tidak kotor
Normal dan tidak kotor
Thorak
Simetris, bunyi jantung normal tidak ada kelainan, suara nafas vasicular
Simetris, bunyi jantung normal tidak ada kelainan, suara nafas vasicular
Simetris, bunyi jantung normal tidak ada kelainan, suara nafas vasicular
Simetris, bunyi jantung normal tidak ada kelainan, suara nafas vasicular
Abdomen
Tidak ada pembekakan hepar, ginjal, limpa, tidak teraba benjolan, bising usus positif, tidak ada nyeri tekan
Tidak ada pembekakan hepar, ginjal, limpa, tidak teraba benjolan, bising usus positif, tidak ada nyeri tekan
Tidak ada pembekakan hepar, ginjal, limpa, tidak teraba benjolan, bising usus positif, tidak ada nyeri tekan
Tidak ada pembekakan hepar, ginjal, limpa, tidak teraba benjolan, bising usus positif, tidak ada nyeri tekan
Ekstrimitas
adanya kelainan pergerakan, kekakuan sendi, ROM aktif
Tidak ada kelainan pergerakan, kekakuan sendi, ROM aktif
Tidak ada kelainan pergerakan, kekakuan sendi, ROM aktif
Tidak ada kelainan pergerakan, kekakuan sendi, ROM aktif
HARAPAN KELUARGA TERHADAP PETUGAS KESEHATAN
Keluarga berharap petugas dapat membantu mengurangi masalah kesehatan yang terjadi pada Tn.B dan berharap tidak terjadi hal-hal yang merugikan kesehatan pada Tn.B .
Analisa Data
No
Data Fokus
Problema
Etiologi
1.
Data subyektif
Tn.B menderita hipertensi sudah lama sejak 3 tahun yang lalu
Tn.B mengatakan apabila merasa kecapekan dan banyak pikiran tengkuknya terasa berat dan juga terasa sakit
Tn.B mengatakan sering kambuh-kambuh dan pusing jika sedang ada masalah atau makan yang salah
Data obyektif
TD 160/100 mmHg
NADI 90x/menit
Suhu 37,00C
resiko penyakit kambuh berulang
Kurangnya pengetahuan mengenai pencegahan dan penatalaksanaan penyakit hipertensi dan tingkat stressor yang tinggi
2.
Data subyektif
Tn.B mengatakan merasa nyeri dan kaku di daerah tengkuk dan kepala berdenyut-denyut dengan skala nyeri 5 (0-10)
Data obyektif
Tn.B terlihat meringis kesakitan
Tn.B memegang bagian tengkuknya
Aktual nyeri
ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan.
3.
Data Subyektif
Tn. B mengatakan tangan dan kaki sebelah kiri sering jimpe-jimpe, lemes, dengkul kaki terasa pegel dan cekot-cekot, kaki yang sebelah kiri terkadang sulit untuk bergerak apabila setelah mengkonsumsi kopi, daging dan emping
Ny. S mengatakan bahwa suaminya memiliki tekanan darah tinggi, tapi Ny. S tidak/kurang begitu mengerti tentang hipertensi. Ny.S tahu tekanan darah tinggi. Darahnya lebih dari 130 dan tidak boleh makan yang berkolestrol dan bila Tn.B mengeluhkan kaku pada kaki dan tangannya Ny.S akan membawanya berobat ke puskesmas
Data Obyektif
Ny.S sering menanyakan masalah suaminya
mengenai kaki dan tangan kiri Tn.B yang sering merasa kaku
Resiko tinggi komplikasi
Ketidak mampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit
KRITERIA BOBOT DAN NILAI PEMBENARAN
Diagnosa 1 : Resiko penyakit kambuh berulang berhubungan dengan kurangnya pengetahuan mengenai pencegahan dan penatalaksanaan penyakit hipertensi dan tingkat stressor yang tinggi.
No
Kriteria
Perhitungan Bobot Nilai
Pembenaran
1.
Sifat masalah : Aktual
3/3 x 1 = 1
Ketidak tahuan keluarga tentang masalah penyakit hipertensi merupakan bahaya terhadap kondisi klien
2.
Kemungkinan masalah untuk dirubah : Sebagian
1/2x2 = 1
Berdasarkan prognosa masalah hipertensi hanya sebagian kecil bisa sembuh, dan hanya bisa dilakukan tindakan pencegahan
3.
Potensial masalah untuk dicegah : cukup
2/3 x 1 = 2/3
Penyakit hipertensi memungkinkan untuk dicegah dengan menghindari faktor resiko
4.
Menonjolnya masalah : Ada, harus segera ditangani
2/2 x 1 = 1
Bila tidak segera ditangani maka akan terjadi komplikasi lebih lanjut, sepertistroke, kelumpuhan
TOTAL
4 2/3
Diagnosa 2 : Aktual nyeri berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan.
No
Kriteria
Perhitungan Bobot Nilai
Pembenaran
1.
Sifat Masalah : Actual
3/3 x 1 = 1
Keluhan yang sering diutarakan pada keluarga
2.
Kemungkinan masalah untuk dirubah : sebagian
½ x 2 = 1
Tergantung kebersihan terapi penurunan darah
3.
Potensial masalah untuk dicegah : cukup
2/3 x 1 = 2/3
Perawat bisa mengajarkan tehnik-tehnik tertentu pada keluarga
4.
Menonjolnya masalah : masalah berat harus segera di tangani
2/2x1=1
Mengganggu kenyamanan pasien
TOTAL
2/3
Diagnosa 3 : Risiko tinggi komplikasi berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit.
No
Kriteria
Perhitungan Bobot Nilai
Pembenaran
1.
Sifat masalah : Aktual
3/3 x 1 = 1
Tn.B sering mengeluhkan tangan dan kaki sebelah kiri terkadang serasa sulit di gerakan
2.
Kemungkinan masalah untuk dirubah : sebagian
½ x 2 = 1
Ada usaha untuk mengurangi penyebaran penyakit dengan cara mengkonsumsi obat tradisional
3.
Potensial masalah untuk dicegah : cukup
2/3 x 1 = 2/3
Tn.B berusaha menghindari makanan yang dapat membuatnya pegal dan kaku serta keluarga Tn.B membawa ke puskesmas jika merasa badannya tidak enak
4.
Menonjolnya masalah : berat, harus segera ditangani
2/2 x 1 = 1
Tn.B mengatakan bahwa kaku-kaku dan pegal yang di derita Tn.B harus ditangani karena mengganggu aktifitas untuk bekerja
TOTAL
2/3
PRIORITAS MASALAH
Resiko penyakit kambuh berulang b/d kurangnya pengetahuan mengenai pencegahan dan penatalaksanaan penyakit hipertensi dan tingkat stressor yang tinggi.
Aktual nyeri b/d ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan.
Resiko tinggi komplikasi b/d ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit.
INTERVENSI
No
Diagnosa
Tujuan
Evaluasi
Intervensi
Jangka Panjang
Jangka Pendek
Kriteria
Standar
1.
Resiko penyakit kambuh berulang b/d kurangnya pengetahuan mengenai pencegahan dan penatalaksanaan penyakit hipertensi dan tingkat stressor yang tinggi.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x kunjungan keluarga, di harapkan tidak terjadi serangan hipertensi yang lebih berat
Setelah dilakukan kunjungan selama 1 x 30 menit diharapkan :
Keluarga dapat menyebutkan tanda-tanda dan gejala penyakit hipertensi
b.Keluarga dapat mengidentifikasi gejala dini terjadinya serangan.
c. Keluarga dapat memutuskan tindakan yang harus dilakukan bila terjadi serangan
Respon verbal
1.Keluarga dapat menjelaskan tentang tanda dan gejala hipertensi adalah sakit kepala, kaku pada tengkuk, pandangan kabur dan ingin jatuh
2. Keluarga mampu mengetahui cara mencegah timbulnya hipertensi yaitu dengan memeriksa tekanan darah secara teratur, mengurangi makanan yang mengandung garam dan kolestrol, kurangsi stress, olahraga, istirahat yang cukup, minum obat yang teratur, ciptakan suasana yang nyaman
3. Keluarga Tn.B bersedia mengambil keputusan unuk mencegah terjadinya serangan dengan merawat atau membawa ke pelayanan kesehatan
Kaji pengetahuan keluarga Tn.B tentang pengertian penyebab, tanda dan gejala penyakit hipertensi
Beri pendidikan kesehatan pada keluarga Tn.B tentang pengertian penyebab, tanda dan gejala hipertensi
Diskusikan dengan keluarga cara mengidentifikasi serangan
Kaji kemampuan dan tindakan keluarga yang pernah dilakukan bila serangan muncul pada Tn.B
Anjurkan keluarga Tn.B untuk membawa keluarga yang sakit ke pelayanan kesehatan
Beri pilihan dalam mengambil keputusan
Beri reinforcement positif atas usaha keluarga
2.
Actual nyeri b/d ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x kunjungan keluarga, diharapkan masalah kurang pengetahuan keluarga tentang penyakit teratasi serta keluarga mampu mengatasi dan melakukan perawatan rasa nyeri
Setelah dilakukan kunjungan selama 1 x 30 menit, diharapkan :
Keluhan sakit di belakang kepala hilang
Keluhan kepla berdenyut-denyut hilang
Respon verbal
Pasien segera melakukan tirah baring saat nyeri kambuh.
Keluarga melakukan tehnik-tehnik kompres dingin, pijat punggung dan leher saat nyeri muncul
Keluarga selalu mengingatkan Tn.B tidak membungkuk
Keluarga membawa Tn.B 1x/ minggu untuk cek TD
Keluarga selalu memantau kepatuhan Tn.B dalam menjalankan terapi farmakologi
Anjurkan pasien untuk melakukan tiarah baring saat fase akut
Ajarkan keluarga untuk melakukan tindakan nonfarmakologi untuk menghilangkan sakit kepala seperti kompres dingin pada dahi, pijat punggung dan leher, tehnik relaksasi.
Anjurkan pasien dan keluarga untuk mengontrol aktivitas-aktivitas yang dapat meningkatkan sakit kepala misal batuk panjang, membungkuk.
Anjurkan keluarga untuk selalu melakukan cek tekanan darah setiap 3 minggu sekali
Anjurkan keluarga untuk memantau kebutuhan pasien dalam menjalankan terapi farmakologi
Risiko tinggi komplikasi b/d ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota yang sakit.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x kunjungan keluarga, diharapkan Tn.B dan keluarga mampu mengatasi dan mencegah ganggua rasa kaku serta pegal yang terasa cekot-cekot.
Setelah dilakukan kunjungan selama 1 x 30 menit, diharapkan keluarga dapat mengenali :
Pengertian Hipertensi.
Menyebutkan penyebab Hipertensi.
Menjelaskan tanda dan gejala.
cara mengatasi Hipertensi (terasa).
Cara mencegah resiko komplikasi.
Makan yang dianjurkan dan di larang makan
Respon verbal
Keluarga Tn. B mampu mengerti tentang:
Pengertian Hipertensi.
penyebab Hipertensi.
tanda dan gejala.
cara mengatasi Hipertensi (terasa).
Cara mencegah resiko komplikasi.
Makan yang dianjurkan dan di larangMakanan yang dianjurkan
Kaji pengetahuan keluarga tentang:
Pengertian Hipertensi.
Penyebab Hipertensi.
Tanda dan gejala.
Cara mengatasi Hipertensi (terasa).
Cara mencegah resiko komplikasi .
Makan yang dianjurkan dan di larangmakanan yang dianjurkan
Beri penyuluhan tentang:
Pengertian Hipertensi.
Penyebab Hipertensi.
Tanda dan gejala.
Cara mengatasi Hipertensi (terasa).
Cara mencegah resiko komplikasi.
Makan yang dianjurkan dan di larang.
Beri reinforcement atas usaha keluarga dalam menyebutkan kembali tentang :
Pengertian Hipertensi.
Penyebab Hipertensi.
Tanda dan gejala Hipertensi.
Cara mengatasai Hipertensi.
Motivasi keluarga untuk sering mengontrolkan kesehatan anggota keluarga yang sakit ke pelayanan kesehatan beri reinforcement positif
IMPLEMENTASI
Tanggal/jam
No Dx
Implementasi
Respon pasien
Paraf
Ahad,
8-12-2013
Mengingatkan keluarga akan kontrak yang telah di sepakati.
S: keluarga masih ingat akan kesepakatan yang telah di buat.
O: keluarga tampak mengerti
Ahad ,
8-12-2013
1, 2
Mengkaji pengetahuan keluarga tentang penyakit Hiprtensi yang diderita anggota keluarganya
S: Tn. Bmengtakan kurang mengetahui tentang apa itu penyakit Hipertensi
O: Tn. B nampak bingung saat di tanya apa itu hipertensi
Ahad ,
8-12-2013
1,2,3
Memberikan penyuluhan tentang :
Penyebab hipertensi
Tanda dan gejala hipertensi
Faktor resiko hipertensi
Akibat hipertensi
Upaya pencegahan hipertensi
S:kluarga khususnya Tn.B mengatakan mengerti maksut dan tujuan kunjungan hari ini
O: Keluarga mendengarkan dan memahami lebih jelas tentang Hipertensi
Ahad ,
8-12-2013
2
Menanyakan pada keluarga hal-hal yang belum dimengerti dan
Meminta keluarga menjelaskan kembali tentang pengertian, penyebab, tanda gejala, factor resiko, akibat dan upaya pencegahan hipertensi.
S: Tn.B dan keluarga dapat menyebutkan pengertian hipertensi,menyebutkan tanda dan gejala hipertensi, menyebutkan faktor resiko yang meneyebabkan hipertensi, menyebutkan akibat hipertensi bila tidak dirawat, menyebutkan cara mencegah timbulnya hipertensi.
O: keluarga Tn.B dapat bekerjasama dengan mahasiswa, keluarga dapat terlihat aktif dalam diskusi , keluarga menunjukan minat terhadap kegiatan atau tindakan yang dapat dilakukan , keluarga dapat memberikan responverbal dan non verbal yang baik serta keluarga kooperatif selama kegiatan berlangsung
Ahad ,
8-12-2013
1,2,3
Membuat kontrak kunjungan kembali untuk mendiskusikan tentang hipertensi
S: Tn.B mengatakan "iya besok"
O:disepakati tanggal 9-12-2013 jam 19.00 WIB.
Senin,
9-12-2013
2,3
Mendemonstrasikan kepada keluarga Tn.B cara mengurangi nyeri dengan tindakan nonfarmakologi seperti kompres dingin pada dahi, pijat punggung dan leher, tehnik relaksasi
S: Keluarga mengatakan akan berusaha mencoba merawat nyeri pada Tn.B seperti yang dijelasakn
O: Tn.B dan keluarga Mendengarkan dan keluarga nampak antusias
Senin ,
9-12-2013
2,3
Meminta keluarga untuk rekomendasi cara mengurangi nyeri dengan kompres dingin dan pijat punggung dan lehe
S:keluarga mencoba mendemonstrasikan cara mengurangi nyeri sesuai dengan yang dianjurkan
O: keluarga tampak antusias menjelaskan
Selasa ,
10-12-2013
3
Menggali pengetahuan keluarga tentang diit makanan yang dianjurkan dan yang dihindari serta Jelaskan tentang makanan yang dianjurkan dan dilarang : Dianjurkan , buah-buahan seperti pisang, dan kacang-kacangan.
Makanan yang dilarang , kopi, daging kambing , alkohol,emping
rokok
S: Keluarga Tn.B mengatakan paham dan mengatakan makanan yang dilarang adalah daging dan kopi.
O: keluarga nampak semangat dan memperhatikan.
Selasa ,
10-12-2013
1,2,3
Beri motivasi keluarga untuk mengulang yang sudah dijelaskan
S: Keluarga mengatakan makanan yang dianjurkan: pace, blimbing dan sledri. Dan makanan yang dilarang: kopi, alkohol dan daging kambing
O: keluarga nampak semangat dan memperhatikan.
Selasa ,
10-12-2013
1,2,3
Menutup pertemuan dengan mengucapkan terima kasih dan semoga bermanfaat dan menutup pertemuan dengan mengucapkan salam.
S: mengucapkan terima kasih
O: menjawab salam.
EVALUASI
Tgl/Jam
No. Dx
Evaluasi
TTD
Selasa, 10-12-13
10.00 WIB
1
2.
3
S : Keluarga mengatakan sudah memahami apa yang telah dijelaskan tentang pengertian hipertensi, penyebab hipertensi, serta tanda dan gejala tanda gejala, faktor resiko, akibat dan upaya pencegahan hipertensi.
O : Keluarga dan Tn.B sudah mengetahui cara mencegah timbulnya hipertensi yaitu dengan memeriksa tekanan darah secara teratur, mengurangi makanan yang mengandung garam dan kolestrol, kurangsi stress, olahraga teratur, istirahat yang cukup, minum obat yang teratur, ciptakan suasana yang nyaman serta
A : Masalah kurangnya pengetahuan mengenai pencegahan dan penatalaksanaan penyakit hipertensi dan tingkat stressor yang tinggi dalam keluarga Tn. B teratasi
P : pertahankan intervensi, Memotivasi kelurga untuk rutin periksa tekanan darah
S : keluarga mengatakan sudah mengetahui cara mengatasi rasa nyeri apabila nyeri tersebut muncul
O : Keluarga Tn. B terlihat bisa menjelaskan kembali dan bisa mempraktekan sendiri apa yang telah dijelaskan tentang cara penanganan mengurangi nyeri dengan tindakan nonfarmakologi seperti kompres dingin pada dahi, pijat punggung dan leher, tehnik relaksasi.
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi serta memotivasi keluarga untuk terus mengajarkan tehnik relaksasi.
S : -Keluarga dan Tn.B mengatakan tekanan darah tinggi adalah tekanan darah > 140/90 mmHg
- Keluarga dan Tn.B mengatakan penyebab hipertensi: merokok, alkohol
-Keluarga dan Tn.B mengatakan tanda dan gejala hipertensi:Pusing, penglihatan kabur,pegel-pegel, telingga berdenggeng
- Keluarga dan Tn.B mengatakan makanan pantangan, yaitu: keripik, telur asin, selai kacang dan kopi
- Keluarga dan Tn.B mengatakan makanan yang dianjurkan: buah-buahan seperti pisang, dan kacang-kacangan.
O: - Keluarga dapat menyebutkan penyebab serta resiko terjadinya komplikasi
- Keluarga dapat menyebutkan pantangan dan makanan yang dianjurkan
A A: Masalah teratasi
p : Pertahankan intervensi dan memotivasi keluarga untuk perencanaan makan (diit), memberikan informasi kepada keluarga tentang makanan yang dilarang oleh klien
BAB IV
PEMBAHASAN
Penulis akan mencoba memabahas mengenai hal-hal yang berkaitan dengan pendokumentasian, kesenjangan, dan masalah-masalah yang perlu dibahas dihubungkan dengan teori yang ada melalui pendekatan proses keperawatan.
Hasil asuhan keperawatan yang telah penulis laksanakan dengan menggunakan proses keperawatan secara komprehensif pada keluarga Tn. B dengan Hipertensi, yang telah dilakukan selama 3 hari dari tanggal 8 – 10 Desember 2013, di Dukuh Tamansari, Desa Payung, Kecamatan Weleri, Kabupaten Kendal.
Pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga ini penulis memerlukan waktu untuk pendekatan dengan keluarga, yaitu mulai tanggal 6 – 7 Desember 2013. Hal ini penting karena untuk membina hubungan saling percaya, yaitu dengan melakukan perkenalan dan penjelasan maksud serta tujuan kunjungan.
76Melalui perawatan kesehatan keluarga yang berfokus pada peningkatan, perawatan diri (self – care), pendidikan kesehatan dan konseling keluarga, serta upaya-upaya yang berarti dapat mengurangi resiko yang diciptakan oleh pola hidup dan bahaya dari lingkungan. Tujuannya adalah untuk mengangkat derajat kesehatan keluarga secara menyeluruh, yang mana secara tidak langsung mengangkat deraja kesehatan setiap anggota keluarga (Friedman, 1998).
76
Pengkajian dilakukan dengan wawancara, observasi serta pemeriksaan fisik anggota keluarga. Dari data yang terkumpul kemudian di buat suatu analisa, identifikasi masalah, memprioritaskan masalah, membuat diagnosa keperawatan, membuat skoring serta langkah selanjutnya adalah merencanakan tindakan, melaksanakan tindakan serta mengevaluasinya
Pengkajian
Setelah penulis melakukan pengkajian selama 3 hari dengan masalah utama Hipertensi, dengan menggunakan Model Konseptual Friedman yang memfokuskan masalah utama Asuhan keperawatan keluarga Tn.B dengan Hipertensi untuk menegakkan diagnosa keperawatan keluarga yang muncul. (Wright & Leahey, 2009 dalam NANDA 2012)
Setelah penulis memberikan asuhan keperawatan keluarga menemukan beberapa faktor yang menjadi pendukung & penghambatnya Adapun faktor yang mendukung yaitu adanya kerjasama keluarga dengan baik, terbinanya trust (hubungan saling percaya) antara perawat & keluarga telah mampu menggunakan fasilitas kesehatan yang ada yaitu Puskesmas atau pelayanan kesehatan terdekat, misal, Dokter Umum. Kesediaan keluarga untuk meluangkan waktu dalam pemberian asuhan keperawatan & adanya motivasi yang besar dari keluarga untuk menerima & mengikuti semua tambahan pengetahuan yang perawat berikan. Faktor penghambat yang menjadi kendala penulis yaitu keterbatasan waktu dalam melakukan asuhan keperawatan serta pada saat pengkajian tidak semua anggota keluarga dapat berkumpul sehingga data pengkajian hanya berasal dari anggota keluarga yang ada, berikut beberapa kesenjangan kasus dan teori yang penulis temukan pada pengkajian :
Riwayat tahap perkembangan keluarga, Tahap perkembangan keluarga Tn. B adalah tahap perkembangan dengan anak dewasa Tn. B memiliki 5 orang anak ,tugas pada tahap perkembangan dewasa ini sudah terpenuhi.
Riwayat keluarga inti, Tn.B menderita penyakit hipertensi, pada pengkajian mengeluh Tn. B mengatakan merasa nyeri dan kaku di daerah tengkuk dan kepala berdenyut-denyut serta tangan dan kaki kiri biasanya sulit digerakan Pada riwayat keluarga inti penulis kurang teliti dalam mengkaji penyakit hipertensi yang di derita Tn. B , penulis tidak mengkaji bagaimana pola konsumsi terhadap makanan yang tidak boleh dikonsumsi Tn.B
Data lingkungan Pada Tn. B karakteristik rumah, dalam pengkajian penulis hanya mengkaji luas rumah secara keseluruhan, Dan penulis tidak berhasil mengkaji luas masing-masing ruangan karena pemilik rumah sendiri pun sudah lupa. Karena kurang ketelitian, penulis tidak melengkapi denah rumah dengan skala
Pada pengkajian fungsi keluarga tertulis fungsi keluarga meliputi, fungsi afektif, sosial, perawatan keluarga, produksi dan ekonomi. Pola fungsi perawatan kesehatan meliputi 5 disini keluarga tidak begitu tahu tentang penyakit yang di derita Tn. B keluarga hanya tahu Tn. B menderita darah tinggi. Dan untuk pengobatan selain dari dokter Tn.B S harus menghindari makan yang mengandung kolestrol, menerapkan pola hidup sehat serta melakukan aktivitas olah raga, keluarga tidak mengetahui pengertian, penyebab, tanda dan gejala Hipertensi, serta perawatan hipertensi dirumah.
Pada pengkajian fungsi ekonomi tertulis "keluarga" Tn. B merupakan keluarga yang cukup akan penghasilan. Kebutuhan sandang, pangan, dan papan dalam keluarga Tn. B selalu terpenuhi". Dalam hal ini penulis tidak mencantumkan tentang keluarga dalam memanfaatkan sumber yang ada di masyarakat dalam upaya peningkatan status kesehatan keluarga pada dokumentasi asuhan keperawatan karena kurangnya ketelitian penulis pada saat melakukan pengkajian sehingga hal tersebut tidak terkaji.
Pada pemeriksaan stres dan koping keluarga, dalam kehidupan sehari-hari keluarga Tn. B tidak menghadapi strssor yang berat walaupun biasanya hipertensi Tn. B kambuh karena stress dengan masalah anak-anaknya dan pekerjaannya serta kadang Ny. S cerewet dan suka marah-marah tetapi dalam hal ini penulis tidak mencantumkan intensitas seberapa sering Tn .B mengalami stressor dalam masalah pripadi atau masalah pada keluarga.
Pada pengkajian pemeriksaan fisik TTV dan data pendukungnya, penulis hanya mencantumkan TD, Nadi, Suhu, seharusnya dicantumkan juga untuk pemeriksaan RR/pernafasan dan berat badan.,hal ini karena peniliti kurang teliti dalam melakukan kajian pada pemeriksaan fisik.
DIAGNOSA YANG MUNCUL PADA KASUS
Diagnosis keperawatan adalah penilaian klinis mengenai pengalaman/respons individu, keluarga, atau komunitas terhadap masalah kesehatan yang aktual atau potensial/proses hidup. Diagnosis keperawatan memberi dasar pemilihan intervensi keperawatan untuk mencapai hasil akhir sehingga perawat menjadi akuntabel (Nanda, 2012)
Aktual nyeri berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan.
Perumusan diagnosa keperawatan penulis mengalami kesalahan diagnosa yang seharunya dituliskan penulis adalah gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan intra cranial.
Prioritas diagnosa pada asuhan keperawatan aktual nyeri di prioritas kan sebagai diagnosa kedua seharusnya penulis menjadikan diagnosa aktual nyeri sebagai diagnosa utama dikarenakan penulis melihat nyeri merupakan diagnosa yang aktual. Kesalahan dalam perumusan prioritas masalah ini dikarenakan kurangnya pengetahuan penulis dalam menyusun prioritas masalah.
Berdasarkan teori yang ada pada kasus hipertensi muncul gangguan rasa nyaman nyeri, didasarkan atas adanya resistensi pembuluh otak yang meningkat menimbulkan nyeri kepala hal ini mengakibatkan gangguan rasa nyaman. Diagnosa keperawatan gangguan rasa nyaman nyeri adalah berhubungan dengan tekanan vaskular cerebral akut atau sakit kepala (Doengoes, 2001). Penulis mencantumkan kata aktual, seharusnya tidak dicantumkan, karena aktual adalah klasifikasi jenis diagnosa keperawatan.
Nyeri yang dimaksudkan disini adalah nyeri kronik karena nyeri timbul lebih dari enam bulan. Nyeri kronik adalah keadaan dimana seorang individu mengalami nyeri yang menetap atau intermiten dan berlangsung lebih dari enam bulan (Carpenito, 2001).
Batasan karakteristik mayornya yaitu komunikasi (verbal atau penggunaan kode) tentang nyeri yang dideskripsikan, sedangkan karakteristik minornya yaitu mengatupkan rahang atau pergelangan tangan, perubahan kemampuan kemampuan untuk melanjutkan aktivitas sebelumnya. Agitasi, ansietas, peka rangsang, mengosok bagian yang nyeri, mengorok, postur yang tidak biasanya (lutut ke abdomen), ketidak mampuan fisik atau imobilitas, masalah dengan konsentrasi, perubahan pada pola tidur, rasa takut mengalami cidera tulang, menarik bila disentuh, mata terbuka lebar atau sangat tajam, gambaran kurus, mual muntah (carpenito, 2001)
Penulis mengangkat diagnosa tersebut, karena saat dilakukan pengkajian Tn. B mengatakan merasa nyeri dan kaku di daerah tengkuk dan kepala berdenyut-denyut dengan skala nyeri 5, Tn.B terlihat meringis kesakitan dan memegang bagian tengkuknya. Penyebab yang ditampilkan yaitu ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan. Sebab dari hasil pengkajian didapatkan Tn. B mengatakan sakitnya sudah biasa dan akan hilang sendiri kalau istirahat, Tn. B tetap bekerja dan beraktifitas seperti biasa tanpa memperdulikan rasa sakitnya.
Dengan diangkatnya diagnosa tersebut diharapkan keluarga Tn. B mampu mengenal masalah kesehatan penyakit hipertensi. Alasan diagnosa ini dijadikan prioritas kedua adalah berdasarkan hasil perhitungan nilai dengan menggunakan skala prioritas dalam menyusun masalah kesehatan keluarga, dimana diagnosa ini mempunyai skor 3 2/3. Apabila masalah ini tidak ditangani akan berakibat gangguan pola tidur dan terganggunya aktivitas sehari-hari (Doengoes, 2000)
Intervensi yang disusun penulis untuk mengatasi masalah adalah: Anjurkan pasien untuk melakukan tirah baring saat fase akut dengan rasional pada saat tirah baring sirkulasi darah akan lancar dan mengurangi tekanan intra cranial: Ajarkan keluarga untuk melakukan tindakan nonfarmakologi untuk menghilangkan sakit kepala seperti kompres dingin pada dahi, pijat punggung dan leher, tehnik relaksasi dengan rasional tindakan-tindakan tersebut dapat mengurangi nyeri, anjurkan pasien dan keluarga untuk mengontrol aktivitas-aktivitas yang dapat meningkatkan sakit kepala misal batuk panjang, membungkuk dengan rasional menghindari faktor pencetus peningkatan TIK dapat mencegah nyeri kepala dan tengkuk muncul, Anjurkan keluarga untuk selalu melakukan cek tekanan darah setiap 3 minggu sekali dengan rasional tindakan preventif untuk memantau tekanan darah, Anjurkan keluarga untuk memantau kebutuhan pasien dalam menjalankan terapi farmakologi dengan rasional ketepatan dalam pemberian terapi farmakologi dapat mempercepat penyembuhan.
Implementasi yang penulis laksanakan untuk memberikan asuhan keperawatan keluarga Tn.B adalah Mengkaji pengetahuan keluarga tentang penyakit Hipertensi yang diderita anggota keluarganya, Meminta keluarga untuk rekomendasi cara mengurangi nyeri dengan kompres dingin dan pijat punggung dan leher, serta Beri motivasi keluarga untuk mengulang yang sudah dijelaskan.
Evaluasi yang didapat penulis setelah tiga hari adalah secara subjektif keluarga mengatakan sudah mengetahui cara mengatasi rasa nyeri apabila nyeri tersebut muncul, secara objektif keluarga Tn.B terlihat bisa menjelaskan kembali dan bisa mempraktekan sendiri apa yang telah dijelaskan tentang cara penanganan mengurangi nyeri dengan tindakan nonfarmakologi seperti kompres dingin pada dahi, pijat punggung dan leher, tehnik relaksasi.
Pada asuhan keperawatan di evaluasi seharusnya penulis membuat evaluasi tidak pada hari terakhir tetapi setiap hari dibuat evaluasi, hal ini dikarenakan kurang pengetahuan dan kurang ketelitian penulis dalam membuat evaluasi.
Resiko penyakit kambuh berulang berhubungan dengan kurangnya pengetahuan mengenai pencegahan dan penatalaksanaan penyakit hipertensi dan tingkat stressor yang tinggi.
Berdasarkan teori diterangkan bahwa resiko adalah diagnosa yang menggambarkan penilaian klinis di mana individu atau kelompok lebih rentan untuk merngalami masalah ketimbang orang lain dalam situasi yang sama atau serupa (Carpenito, 2001).
Penulis mengangkat diagnosa tersebut karena saat dilakukan pengkajian Tn. B mengatakan apabila merasa kecapekan dan banyak pikiran tengkuknya terasa berat dan juga terasa sakit. Tn. B mengatakan sering kambuh-kambuh dan pusing jika sedang ada masalah atau makan yang salah.
Etiologi dalam diagnosa ini adalah Kurangnya pengetahuan mengenai pencegahan dan penatalaksanaan penyakit hipertensi dan tingkat stressor yang tinggi. Kurangnya pengetahuan mengenai pencegahan dan penatalaksanaan penyakit hipertensi dan tingkat stressor yang tinggi. Alasan hal ini dijadikan etiologi dalam diagnosa karena sesuai dengan data yang diperoleh penulis yaitu pengetahuan keluarga yang kurang adekuat sehingga masalah utama hipertensi bisa kambuh berulang, karena dari data pengkajian klien menderita hipertensi selama kurang lebih 3 tahun. Serta ketidakmampuan keluarga untuk melakukan pencegahan dan perawatan dari penyakit hipertensi ini. Alasannya: Karena keluarga Tn.B menganggap bahwa Tn.B sudah melakukan Pola hidup baik, tidak lagi mengkonsusmsi makanan yang mengandung banyak kolestrol dan Tn.B bukan perokok. Namun yang membuat hipertensi Tn.B kambuh karena stress dengan masalah anak-anaknya dan pekerjaannya serta kadang ibu S cerewet dan suka marah-marah.
Diangkatnya diagnosa tersebut diharapkan keluarga Tn. B mampu merawat anggota keluarga yang sakit hipertensi. Diagnosa ini menempati prioritas utama karena didasarkan pada Ketidak tahuan keluarga tentang masalah penyakit hipertensi merupakan bahaya terhadap kondisi klien dan bila tidak segera ditangani maka akan terjadi komplikasi lebih lanjut, seperti stroke, kelumpuhan. Dari perhitungan kriteria tersebut total nilai yang didapat 4 2/3, sehingga diagnosa ini dijadikan masalah prioritas karena kriteria perhitungan bobot nilainya paling tinggi. Apabila masalah ini tidak ditangani akan berakibat penyakit yang diderita akan terulang dan akan mengakibatkan komplikasi seperti stroke, gagal ginjal dan gagal jantung.
Intervensi yang di susun penulis untuk mengatasi masalah adalah: Kaji pengetahuan keluarga Tn.B tentang pengertian penyebab, tanda dan gejala penyakit hipertensi dengan rasional menentukan intervensi selanjutnya yang tepat, beri pendidikan kesehatan pada keluarga Tn.B tentang pengertian penyebab, tanda dan gejala hipertensi dengan rasional pendidikan kesehatan dapat memberikan pengetahuan tentang hipertensi dan pencegahannya, diskusikan dengan keluarga cara mengidentifikasi serangan dengan rasional mengetahui tanda dan gejala hipertensi akan mucul dapat dicegah, kaji kemampuan dan tindakan keluarga yang pernah dilakukan bila serangan muncul pada Tn.B dengan rasional melihat ketepatan keluarga dalam tindakan yang dilakukan serta klarifikasinya, anjurkan keluarga Tn.B untuk membawa keluarga yang sakit ke pelayanan kesehatan dengan rasional pelayanan kesehatan memberikan perawatan kesehatan yang lebih baik untuk mengatasi hipertensi , beri pilihan dalam mengambil keputusan dengan rasional tindakan yang akan dilaksanakan harus disetujui oleh klien dan keluarga, beri reinforcement positif atas usaha keluarga dengan rasional reinforcement positif merupakan salah satu komunikasi terapeutik. (Carpenito, 2006).
Adapun implementasi yang telah dilakukan pada keluarga Tn.B adalah sudah sesuai dengan intervensi yaitu: Kaji pengetahuan keluarga Tn.B tentang pengertian penyebab, tanda dan gejala penyakit hipertensi, beri pendidikan kesehatan pada keluarga Tn.B tentang pengertian penyebab, tanda dan gejala hipertensi, diskusikan dengan keluarga cara mengidentifikasi serangan, kaji kemampuan dan tindakan keluarga yang pernah dilakukan bila serangan muncul pada Tn.B dan anjurkan keluarga Tn.B untuk membawa keluarga yang sakit ke pelayanan kesehatan.
Evaluasi yang didapat penulis setelah tiga hari adalah secara subjektif keluarga mengatakan sudah memahami apa yang telah dijelaskan tentang pengertian hipertensi, penyebab hipertensi, serta tanda dan gejala hipertensi, secara objektif keluarga Tn.B mengetahui cara mencegah timbulnya hipertensi yaitu dengan memeriksa tekanan darah secara teratur, mengurangi makanan yang mengandung garam dan kolestrol, kurangsi stress, olahraga teratur, istirahat yang cukup, minum obat yang teratur Dari hasil data-data evaluasi tersebut dapat diambil analisa bahwa masalah kurang pengetahuan keluarga tentang penyakit teratasi. Kemudian penulis memberi motivasi kelurga untuk rutin periksa tekanan darah
Pada asuhan keperawatan di evaluasi seharusnya penulis membuat evaluasi tidak pada hari terakhir tetapi setiap hari dibuat evaluasi, hal ini dikarenakan kurang pengetahuan dan kurang ketelitian penulis dalam membuat evaluasi.
Risiko tinggi komplikasi berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluar yang sakit.
Resiko adalah keadaan dimana seorang individu beresiko untuk mendapat bhaya karena deficit preseptual atau fiologis, kurang nya kesadaran tentang bahaya, atau usia lanjut (Carpenito 2000)
Diagnosa ini diangkat karena di dapatkan data kurangnya pengetahuan keluarga klien tentang penyakit, kurangnya pengetahuan tentang cara penanganan penyakit saat terjadi kekambuhan dan ketidakmampuan keluarga dalam penanganan keluarga yang sakit dalam carpenito tidak di jelaskan adanya data mayor dan data minor tetapi ada faktor –faktor resiko.
Hal ini seusai dengan teori Carpenito (2000) untuk merumuskan diagnosa tersebut harus ada faktor-faktor resiko. Sedangkan menurut Nanda, 2011 ada dua faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal meliputi: biologis(tingkat imunisasi komunitas, mikroorganisme), zat kimia (racun, polutan , alkohol, nikotin, pengawet, kosmetik, pewarna), manusia (agens nosokomial, pola ketenangan, atau faktor kognitif, afektif, dan psikomotor). cara pemindahan, nutrisi (vitamin, jenis makanan) fisik (desain, struktur, dan pengaturan komunitas, bangubab dan atau peralatan). Faktor internal meliputi: profil darah yang abnormal (leukositosis / leucopenia, gangguan faktor koagulasi, trombositopenia, sel sabit,talasemia, penurunan hemoglobin). Disfungsi biokimia, usia perkembangan (fisiologis, psikologis), disfungsi efektor, disfungsi imun-autoimun, disfungsi integratif, malnutrisi, fisik( integritas kulit tidak utuh, gangguan mobilitas). Psikologis (orientasi efektif), disfungsi sensori dan hipoksia jaringan.
Penulis mengangkat diagnosa tersebut karena saat dilakukan pengkajian Tn. B mengatakan tangan dan kaki sebelah kiri sering jimpe-jimpe, lemes, dengkul kaki terasa pegel dan cekot-cekot, kaki yang sebelah kiri terkadang sulit untuk bergerak apabila setelah mengkonsumsi kopi,daging dan emping serta Ny. S mengatakan bahwa suaminya memiliki tekanan darah tinggi, tapi Ny. S tidak/kurang begitu mengerti tentang hipertensi. yang Ny.S tahu tekanan darah tinggi yang tekanan darahnya lebih dari 130 dan tidak boleh makan yang berkolestrol dan bila Tn.B mengeluhkan kaku pada kaki dan tangannya Ny.S akan membawanya berobat ke puskesmas.
Diagnosa ini berada diprioritas ketiga karena berdasarkan prioritas masalahmemiliki skor 3 2/3. Sifat masalah actual, skor 1 perlu segera ditangani karena akan menimbulkan komplikasi lebih lanjut. Kemungkinan masalah untuk di ubah sebagian , Ada usaha untuk mengurangi penyebaran penyakit dengan cara mengkonsumsi obat tradisional. Potensial masalah untuk dicegah cukup skor 2/3 karena masalah dapat di cegah atau dikurangi Tn.B berusaha menghindari makanan yang dapat membuatnya pegal dan kaku serta keluarga Tn.B membawa ke puskesmas jika merasa badannya tidak enak , Menonjolnya masalah , masalah berat harus segera ditangani karena mengganggu aktifitas untuk bekerja.
Intervensi di susun oleh penulis untuk mengatasi masalah kurangnya pengetahuan keluarga tentang penyakit yang diderita anggota keluarga yang menderita hipertensi adalah dengan cara menjelaskan tentang pengertian hipertensi, penyebab hipertensi, tanda dan gejala hipertensi, cara mengatasi hipertensi, dengan makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan serta rasional memberikan pengetahuan kepada keluarga tentang penyakit yang diderita anggota keluarga agar tidak salah dalam melaksanakan tindakan yang harus dilaksanakan. Cara mencegah resiko komplikasi terjadinya penyakit lain
Implementasi yang dilakukan adalah mengkaji pengetahuan keluarga tentang penyakit hipertensi yang diderita anggota keluarganya , menjelaskan tentang pengertian ,penyebab, tanda dan gejala, terapi dan makanan yang dianjurkan dan tidak di anjurkan
Evaluasi yang didapat penulis setelah tiga hari adalah secara subjektif keluarga dan Tn.B sudah mengetahui dan dapat menjelaskan tekanan darah tinggi adalah tekanan darah > 140/90 mmH , keluarga dan Tn.B mengatakan penyebab hipertensi: merokok, alkohol keluarga dan Tn.B mengatakan tanda dan gejala hipertensi: Pusing, penglihatan kabur,pegel-pegel, telingga berdenggeng, keluarga dan Tn.B mengatakan makanan pantangan, yaitu: durian, emping dan kopi serta mengatakan makanan yang dianjurkan: pace, timun, seledri . Secara objektif keluarga Tn.B terlihat bisa menjelaskan penyebab serta resiko terjadinya komplikasi dan dapat menyebutkan pantangan dan makanan yang dianjurkan.
Pada asuhan keperawatan di evaluasi seharusnya penulis membuat evaluasi tidak pada hari terakhir tetapi setiap hari dibuat evaluasi, hal ini dikarenakan kurang pengetahuan dan kurang ketelitian penulis dalam membuat evaluasi.
DIAGNOSA YANG ADA DI TEORI TAPI TIDAK DIANGKAT
Diagnosa yang ada pada teori namun tidak muncul pada kasus yaitu :
Penatalaksanaaan program terapeutik tidak efektif pada Tn. B berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit
Maksud dari ketidakefektifan penatalaksanaan program terapeutik : suatu pola dimana individu mengalami atau beresiko tinggi untuk mengalami kesukaran berintegrasi ke dalam suatu program kehidupan sehari-hari untuk pengobatan penyakit dan penurunan situasi beresiko (Carpenito, 2001).
Penulis tidak mengangkat diagnosa Penatalaksanaaan program terapeutik tidak efektif dalam kasus karena penulis tidak menemukan data-data seperti pada faktor resiko di atas.
EVALUASI
Pada tahap evaluasi, penulis menggunakan tehnik evaluasi formatif yaitu evaluasi yang dilakukan pada saat kegiatan untuk mengetahui perkembangan setiap harinya dengan diberikannya asuhan Keperawatan pada tabel implementasi. Penulis juga menuliskan evaluasi sumatif yang dilakukan pada akhir kegiatan sehingga dapat dilihat perubahan kondisi klien dan keluarga setelah memperoleh asuhan keperawatan keluarga selama 3 hari.
BAB V
PENUTUP
KESIMPULAN
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah meningkat melebihi batas normal. Batas tekanan darah normal bervariasi sesuai dengan usia. Berbagai faktor dapat memicu terjadinya hipertensi, walaupun sebagian besar (90%) penyebab hipertensi tidak diketahui (hipertensi essential). Penyebab tekanan darah meningkat adalah peningkatan kecepatan denyut jantung, peningkatan resistensi (tahanan) dari pembuluh darah dari tepi dan peningkatan volume aliran darah.
Setelah dilakukan asuhan keperawatan pada Tn. B serta hasil pembahasan pada IV, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
Masalah kesehatan dan keperawatan yang muncul pada Tn.B antara lain Aktual nyeri berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan, Resiko penyakit kambuh berulang berhubungan dengan kurangnya pengetahuan mengenai pencegahan dan penatalaksanaan penyakit hipertensi dan tingkat stressor yang tinggi dan Risiko tinggi komplikasi berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluar yang sakit
Diagnosa yang teratasi yaitu Resiko penyakit kambuh berulang dan risiko tinggi komplikasi. Sedangkan gangguan rasa nyaman nyeri masalah teratasi sebagian.
Pelaksanakan asuhan keluarga sesuai dengan intervensi yang telah dibuat.
Evaluasi dari kasus Tn. B, penulis sudah melakukan intervensi serta memotivasi keluarga untuk rutin priksa tekanan darah, memotivasi keluarga untuk terus mengerjakan tehnik relaksasi serta perencanaan makan (diit) yaitu memberikan pengertian kepada keluarga tentang makanan apa yang boleh serta tidak boleh dikonsumsi oleh klien.
Faktor yang mendukung dalam pemberian asuhan keperawatan adalah keluarga yang kooperatif sedangkan faktor yang menghambat adalah lingkungan keluarga dalam memberikan asuhan keperawatan.
SARAN
Keluarga
Kesehatan keluarga sangatlah penting untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga dalam bidang kesehatan, oleh karena itu tingkatkan kesehatan anggota keluarga dengan penyakit hipertensi. Hendaknya keluarga memahami tentang penyakit Hipertensi dan mampu merawat anggota yang menderita penyakit Hipertensi serta memanfaatkan fasilitas-fasilitas kesehatan ada dengan berobat secara teratur.
Masyarakat
Hendaknya masyarakat lebih memperhatikan kesehatan lingkungan sekitar serta dapat menerapkan perilaku hidup sehat dan bersih, agar tercipta lingkungan yang sehat serta terhindar dari resiko penyakit.
Anggota profesi
Perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga hendaknya memperhatikan aspek sosial, ekonomi, pendidikan dan pengetahuan tentang tujuan yang direncanakan akan tercapai sesuatu dengan tingkat aspek yang dimiliki keluarga melalui metode penyuluhan, penjelasan maupun diskusi bersama.
Provider (mahasiswa keperawatan)
Diharapkan setelah membaca karya tulis ilmiah ini provider dapat mengembangkan dan memperbaruhi hal-hal yang kurang dalam asuhan keperawatan yang dilakukan penulis.
Puskesmas
Hendaknya puskesmas dapat memberikan pelayanan kesehatan yang baik serta mampu menyediakan fasilitas atau sarana dan prasarana yang memadai yang dapat membantu kesembuhan pasien, sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan yang optimal pada umumnya anggota keluarga dan pada pasien dengan hipertensi khususnya
DAFTAR PUSTAKA
Aditama, Tjandrayoga.2007. Beberapa masalah hipertensi di Indonesia. Dari
(http://www.jurnalmedika.com/edisi-tahun-2010/edisi-no-01-vol-xxxvi2010/143-profil/114-prof-dr-tjandra-yoga-aditama-sppk-mars-dtmah-dtce)
diakses tanggal 21 April 2014
Asmadi, 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC
Brasher, Valentina L.2008. Aplikasi Klinispatofisiologis Pemeriksaan dan Management . Jakarta: EGC
Brunner & Suddarth. 2000. Buku Ajar Keperawatan Medikal -Bedah. Edisi 8.
Volume 2. Jakarta: EGC
Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 8. Jakarta: EGC
Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 10. Jakarta: EGC
Depkes RI. (2003). Pedoman Pengendalian Penyakit Tidak Menular. Jakarta (diperoleh 19 April 2014).
Dinas Kesehatan Kabupaten Kendal, 2013. Profil Kesehatan Kabupaten Kendal 2013. Kabupaten kendal: Dinas Kesehatan Kabupaten Kendal
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2004. Potret BKBM Wilayah Semarang. Semarang: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah.
Doengoes, Marylin. Alih bahasa I Made Karyasa 2001. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 4. Jakarta: EGC
Effendy, Ferry.2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan Praktek dalam Keperawatan. jakarta: Salemba Medika
Friedman, Alih bahasa R.L. Ina Debora. 1998. Keperawatan Keluarga: teori dan praktik, edisi ketiga. Jakarta: EGC.
Herlambang, 2013. Hipertensi dan Diabetes. Jakarta: Tugu Publisher
Jhonson, Lenny R. 2010. Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Nuha Medika.
Kementerian Kesehatan RI. (2008). Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar, RISKESDAS Indonesia Tahun 2007. Depkes, Jakarta.
Lanny dkk. 2004. Hipertensi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Mansjoer, Arif, dkk., 2000 . Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Medica
Aesculpalus, FKUI, Jakarta
Mubarok, Wahid Iqbal, dkk.2010. ilmu Keperawatan Komunitas Konsep dan Aplikasi. Jakarta: Salemba Medika
Murwarni, Arita. 2011. Perawatan Pasien Penyakit Dalam. Yogyakarta: Gosyen Puplishin.
Nanda. 2012. Diagnosis Keperawatan: Definisi dan klasifikasi 2012 – 2014. Jakarta: EGC
Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
2013. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta.
Purwanto, Bambang. 2012. Hipertensi (Patogenesis, Kerusakan Target Organ dan Penatalaksanaan) Surakarta: UNS Press.
Rusdi & Nurlaela Isnawati. (2009). Awas! Anda bisa mati cepat akibat hipertensi
& diabetes. Yogyakarta : Power Books (IHDINA)
Smaltzer, C dan Bare, G., B., 2001, Buku Ajar Medikal Keperawatan Bedah, Edisi 8, Penerjemah Agung Waluyo, Jakarta: EGC.