A. Prosedur dasar CPR 1. Pastikan keamanan penolong dan pasien. 2. Nilai respon klien. Segera setelah aman. Memeriksa korban dengan cara menepuk bahu. Hati-hati kemungkinan trauma leher. Jangan pindahkan atau mobilisasi pasien bila perlu. 3. Segera berteriak minta pertolongan. 4. Memperbaiki posisi pasien. Posisi supine. Bila pasien tidak memberikan respon: tempatkan pada permukaan datar dan keras. Bila curiga cedera spinal, pindahkan pasien dengan cara kepala, bahu dan badan bergerak bersamaan. 5. Memperbaiki posisi penolong. Posisi penolong disamping pasien/di atas kepala pasien. B. Survey primer 1. Airway / jalan nafas a. Pemeriksaan jalan nafas. Jangan lakukan Head Tilt sebelum pastikan tidak ada sumbatan jalan nafas. b. Membuka jalan nafas. Head Tilt – Chin Lift atau Jaw Thrust. 2. Breathing / penafasan Terdiri dari 2 tahap: Memastikan pasien tidak bernafas. Melihat (Look), mendengar (Listen), merasakan (Feel) < 10 detik. Apneu, nafas abnormal, nafas tidak adekuat: Memberikan bantuan nafas Hembusan nafas: 2x hembusan nafas Waktu / hembusan: 1,5 – 2 detik Volume: 700 – 1000 ml (10 ml/kg BB) atau sampai terlihat dada pasien mengembang. Konsentrasi hanya 16 – 17%. Bila volume berlebihan dan laju inspirasi terlalu cepat distensi lambung. Mulut ke mulut Mulut ke mask Evaluasi: Jika mengalami kesulitan untuk memberikan nafas buatan yang efektif, periksa apakah masih ada sumbatan di mulut pasien serta perbaiki posisi tengadah kepala dan angkat dagu yang belum adekuat. Lakukan dampai dapat dilakukan 2 kali nafas buatan yang adekuat.
Bila pasien kembali bernafas spontan dan normal tetapi tetap belum sadar, ubah posisi ke posisi miring mantap, bila pasien muntah tidak terjadi aspirasi. Waspada terhadap kemungkinan pasien mengalami henti nafas kembali, jika terjadi segera terlentangkan pasien dan lakukan nafas buatan kembali.
LANGKAH – LANGKAH CODE BLUE
1. Setiap penolong atau petugas yang menemukan korban harus memastikan situasi dan kondisi aman baik bagi penolong maupun pasien /siapapun yang ditolong. 2. Cek respon pasien /korban dengan memanggil atau menepuk bahu, dengan menggoyan-goyangkan pasien. 3. Apabila korban menunjukan tanda tidak berespon (seperti nadi tidak teraba/lemah, tidak bernafas atau nafas tidak teratur, kejang/kesadaran menurun)aktifkan Code Blue dengan menghubungi extension 111 atau meminta petugas lain mengaktifkan alarm Code Blue . Petugas melaporkan kejadian dengan menyebutkan :” CODE BLUE – KONDISI PASIEN – LOKASI – NAMA PELAPOR”, contoh: CODE BLUE – PASIEN HENTI JANTUNG – TEMPAT PARKIR – SECURITY DINAN. 4. Sambil menunggu tim Code Blue tiba dilokasi, petugas/ penolong yang berkompeten harus memberikan bantuan hidup dasar (resusitasi), dibantu oleh petugas Code Blue. 5. Tim Code Blue segera membawa alat resusitasi, defibrilator dan monitor ECG, obat-obatan emergensi atau alat alin yang diperlukan ke lokasi. 6. Tim Code Blue harus datang ke lokasi dalam waktu maksimal lima menit setelah mendapat panggilan. 7. Setelah tim Code Blue tiba dilokasi, resusitasi dilanjutkan oleh tim Code Blue. 8. Tim Code Blue dalam melakukan resusitasi harus mengacu pada AHA 2015. 9. Apabila dibutuhakn penanganan tingkat lanjut, segera konsultasikan ke dokter spesialis anastesi / dokter spesialis lannya sesuai kasus. 10. Dalam keadaan resusitasi berhasil, lakukan transfer ke instalasi Gawat Daurat. Pastikan identitas pasien . Lakukan pemeriksaan penunjang bila diperlukan. 11. Apabila diperlukan perawatan lanjutan (post recusitation care) korban/pasien dapat dilakukan transfer ke unit intensif atau di rujuk ke rumah sakit lain oleh perawa dan atau dokter. 12. Dalam keadaan resusitasi tidak berhasil, lakukan transfer ke Instalasi Gawat Darurat untuk dilakukan identifikasi pasien dan selanjutnya dipindahkan ke kamar jenasah.
13. Bantuan resusitasi oleh tim Code Blue dihentikan jika terdapat hal-hal sebagai berikut: a. Tanda-tanda kematian jelas b. Pasien dalam keaadaan stabil. 14. Dokter dan perawat mendokumentasikan segala tindakan dan pemberian obat-obat direkam medis pasien.