BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Latar Belakang Belakang
Tumor otak adalah lesi oleh karena ada desakan ruang baik jinak maupun ganas yang tumbuh di otak, meningen dan tengkorak. Craniopharyngioma adalah tumor otak otak yang yang terl terlet etak ak di area area hipot hipotal alam amus us di atas atas sell sellaa turs tursic ica. a. atau atau bagi bagian an infund infundibu ibulum lum.. Cranio Craniopha pharyn ryngio gioma ma adalah adalah,, tumor tumor kistik kistik yang yang berkal berkalsif sifika ikasi, si, ekstra-aksial, epitel-skuamosa, dan tumbuh dengan lambat yang timbul dari sisasisa duktus craniopharyngeal dan / atau celah Rathke dan menempati bagian (supra) Sellar. 1.2 Tuj Tujuan uan Penulisan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas kepaniteraan klinik senior Departemen Ilmu Penyakit Saraf Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan dan meningkatkan pemahaman mahasiswa mengenai penyakit Craniopharyngioma. 1.3 Manfaat Manfaat Penulisan Penulisan
Manfaat penulisan laporan ini adalah sebagai sarana untuk mengevaluasi dan mengont mengontrol rol terapi terapi yang yang telah telah diberi diberikan kan kepada kepada pasien pasien dan juga juga menamb menambah ah pengetahuan, wawasan tentang Craniopharyngioma. Dengan mempelajari tentang Cranio Craniopha pharyn ryngio gioma ma yang yang merupa merupakan kan salah salah satu satu penyaki penyakitt penyeb penyebab ab kemati kematian an tert tertin inggi ggi di duni duniaa maup maupun un di Indo Indone nesi siaa maka maka diha dihara rapka pkan n dapat dapat menc mencega egah h meni mening ngka katn tnya ya angk angkaa kema kemati tian an kare karena na tumo tumorr otak otak pada pada umum umumny nyaa dan dan Craniopharyngioma pada khususnya.
BAB 2
LAPORAN KASUS 2.1. STATUS NEUROLOGI IDENTITAS PRIBADI
NAMA
: Rumini
JENIS KELAMIN
: Perempuan
USIA
: 46 tahun
SUKU BANGSA
: Indonesia
AGAMA
: Islam
ALAMAT
: Sei mati Lk. X
STATUS
: Menikah
PEKERJAAN
: Ibu rumah tangga
TGL. MASUK
: 14 Desember 2010
TGL. KELUAR
: 22 Desember 2010
ANAMNESA
KELUHAN KELUHAN UTAMA : Nyeri kepala. kepala. TELAAH -
:
Hal ini telah dialami os sejak ± 3 bulan yang lalu dan semakin memberat dalam 1 bulan ini. Nyeri kepala bersifat terus-terusan dan berkurang obat penghilang nyeri,namun kambuh lagi. Riwayat muntah (+) disertai mual, riwa riwaya yatt kejan kejang g (-), (-), riway riwayat at trau trauma ma (-), (-), riwa riwaya yatt demam demam (-). (-). Os juga juga mengalami perubahan prilaku dalam 3 bulan ini.
-
OS juga juga mengal mengalami ami lemah pada pada lengan lengan dan tungka tungkaii kiriny kirinyaa sejak sejak ± 3 bulan yang lalu dan memberat dalam 1 bulan ini.
-
Riwayat darah tinggi (+), riwayat sakit gula (-), riwayat stroke (-), riwayat merokok (-).
-
Riwa Riwaya yatt kelu keluar arga ga men menga gala lami mi str strok okee (-). (-).
BAB 2
LAPORAN KASUS 2.1. STATUS NEUROLOGI IDENTITAS PRIBADI
NAMA
: Rumini
JENIS KELAMIN
: Perempuan
USIA
: 46 tahun
SUKU BANGSA
: Indonesia
AGAMA
: Islam
ALAMAT
: Sei mati Lk. X
STATUS
: Menikah
PEKERJAAN
: Ibu rumah tangga
TGL. MASUK
: 14 Desember 2010
TGL. KELUAR
: 22 Desember 2010
ANAMNESA
KELUHAN KELUHAN UTAMA : Nyeri kepala. kepala. TELAAH -
:
Hal ini telah dialami os sejak ± 3 bulan yang lalu dan semakin memberat dalam 1 bulan ini. Nyeri kepala bersifat terus-terusan dan berkurang obat penghilang nyeri,namun kambuh lagi. Riwayat muntah (+) disertai mual, riwa riwaya yatt kejan kejang g (-), (-), riway riwayat at trau trauma ma (-), (-), riwa riwaya yatt demam demam (-). (-). Os juga juga mengalami perubahan prilaku dalam 3 bulan ini.
-
OS juga juga mengal mengalami ami lemah pada pada lengan lengan dan tungka tungkaii kiriny kirinyaa sejak sejak ± 3 bulan yang lalu dan memberat dalam 1 bulan ini.
-
Riwayat darah tinggi (+), riwayat sakit gula (-), riwayat stroke (-), riwayat merokok (-).
-
Riwa Riwaya yatt kelu keluar arga ga men menga gala lami mi str strok okee (-). (-).
RPT
: Da Darah ti tinggi.
RPO
: Paracetamol.
ANAMNESA TRAKTUS
Traktus Sirkulatorius
: Hipertensi.
Traktus Respiratorius
: Tidak dijumpai kelainan
Traktus Digestivus
: Tidak dijumpai kelainan
Traktus Urogenitalis
: Tidak dijumpai kelainan
Penyakit Penyakit Terdahulu Terdahulu dan dan Kecelakaan Kecelakaan : Tidak Tidak dijumpai. dijumpai. Intoksikasi dan obat-obatan
: Tidak dijumpai.
ANAMNESA KELUARGA
Faktor Herediter
: (-)
Faktor Familier
: (-)
Lain-lain
: (-)
ANAMNESA SOSIAL
Kelahi Kelahiran ran dan dan Pert Pertumb umbuhan uhan : Biasa Biasa dan dan Baik. Baik. Imunisasi
: Tidak jelas.
Pendidikan
: Tamat SD.
Pekerjaan
: Ibu Rumah Tangga.
Perkawinan dan Anak
: Menikah dan 5 orang anak.
PEMERIKSAAN JASMANI Pemeriksaan Umum
Tekanan Darah Nadi
: 130/80 mmHg : 82 x/menit
Frekuensi Nafas
: 32 x/menit
Temperatur
: 36,6 ºC
Kul Kulit dan dan Selap elaput ut Lend Lendiir
: Dal Dalam am bat batas norm normal al
Kelenj Kelenjar ar dan Getah Getah Bening Bening
: Dala Dalam m bata batass norm normal al
Persendian
: Dalam batas normal
Kepala dan Leher
Bentuk dan Posisi
: Bulat dan Medial
Pergerakan
: (+) normal
Kelainan Panca Indera
: Dalam batas normal
Rongga Mulut dan Gigi
: Dalam batas normal
Kelenjar Parotis
: Dalam batas normal
Desah
: Tidak dijumpai.
Dan lain-lain
: (-)
Rongga Dada dan Abdomen
Rongga Dada
Rongga Abdomen
Inspeksi
:
Simetris fusiformis
Simetris
Perkusi
:
Sonor pada kedua lap. Paru
Timpani
Palpasi
:
SF ka=ki, kesan: normal
Soepel
Auskultasi
:
Vesikuler, ronki (-)
Peristaltik (+) normal
Genitalia
Rectal Toucher
: Tidak dilakukan pemeriksaan.
STATUS NEUROLOGI
Sensorium
:
Compos Mentis
Bentuk
:
Bulat
Fontanella
:
Tertutup
Palpasi
:
Teraba a.temporalis dan a.carotis
Perkusi
:
Cracked Pot sign (-)
Auskultasi
:
Bruit (-)
Kranium
Transiluminasi
:
Perangsangan Meningeal
Kaku Kuduk
:
(-)
Tidak dilakukan pemeriksaan
Tanda Kernig
:
(-)
Tanda Brudzinski I
:
(-)
Tanda Brudzinski II
:
(-)
Muntah
:
(-)
Sakit Kepala
:
(+)
Kejang
:
(-)
Peningkatan Tekanan Intrakranial
SARAF OTAK/ NERVUS KRANIALIS Nervus I
Meatus Nasi DekstraMeatus Nasi Sinistra
Normosmia
:
(+)
(+)
Anosmia
:
(-)
(-)
Parosmia
:
(-)
(-)
Hiposmia
:
(-)
(-)
Nervus II
Okuli Dekstra
Visus
:
6/6
6/6
Normal
:
(+)
(+)
Menyempit
:
(-)
(-)
Hernianopsia
:
(-)
(-)
Scotoma
:
(-)
(-)
:
(+)
(+)
Warna
:
Tidak dilakukan pemeriksaan
Batas
:
Tidak dilakukan pemeriksaan
Ekskavasio
:
Tidak dilakukan pemeriksaan
Arteri
:
Tidak dilakukan pemeriksaan
Okuli Sinistra
Lapanagan Pandang
Refleks ancaman Fundus Okuli
Vena
:
Tidak dilakukan pemeriksaan
Nervus III, IV, VI
Okuli Dekstra
Okuli Sinistra
Gerakan Bola Mata
:
(+) Normal
(+) Normal
Nistagmus
:
(-)
(-)
Lebar
:
ø3mm
ø3mm
Bentuk
:
Bulat
Bulat
Refleks Cahaya Langsung
:
(+)
(+)
Refleks Cahaya Tidak Langsung
:
(+)
(+)
Rima Palpebra
:
±7mm
±7mm
Deviasi Conjugate
:
(-)
(-)
Fenomena Doll’s Eyes
:
Tidak dilakukan pemeriksaan
Strabismus
:
(-)
Pupil
Nervus V
(-)
Kanan
Kiri
(+) Normal
(+) Normal
Palpasi otot masseter dan temporalis :
(+)
(+)
Kekuatan gigitan
:
(+) Normal
(+) Normal
Kulit
:
Dalam batas normal
Selaput Lendir
:
Dalam batas normal
Langsung
:
Tidak dilakukan pemeriksaan
Tidak Langsung
:
(+)
(+)
Reflex masseter
:
(+)
(+)
Reflex bersin
:
(+)
(+)
Motorik Membuka dan menutup mulut
:
Sensorik
Refleks Kornea
Nervus VII
Kanan
Kiri
Motorik Mimik
:
Sudut mulut tertarik ke kanan
Kerut Kening
:
(+)
(+)
Menutup mata
:
(+)
(+)
Meniup Sekuatnya
:
(+)
(-)
Memperlihatkan Gigi
:
Dalam batas normal
Tertawa
:
Dalam batas normal
Pengecapan 2/3 depan lidah :
Dalam batas normal
Produksi kelenjar ludah
:
Dalam batas normal
Hiperakusis
:
(-)
Refleks stapedial
:
(-)
Sensorik
Nervus VIII
Kanan
Kiri
(+)
Auditorius Pendengaran
:
(+)
Test Rinne
:
Tidak dilakukan pemeriksaan
Test Weber
:
Tidak dilakukan pemeriksaan
Test Schwabach
:
Tidak dilakukan pemeriksaan
Nistagmus
:
(-)
Reaksi kalori
:
Tidak dilakukan pemeriksaan
Vertigo
:
(-)
(-)
Tinnitus
:
(-)
(-)
Pallatum Mole
:
Dalam batas normal
Uvula
:
Medial
Ventibularis
Nervus IX, X
(-)
Disfonia
:
(-)
Refleks muntah
:
Tidak dilakukan pemeriksaan
Pengecapan 1/3 belakang lidah
:
Dalam batas normal
Nervus XI
Kanan
Mengangkat bahu
Kiri
:
(+) Normal
(+) Normal
Fungsi otot sternokleidomastoideus :
(+) Normal
(+) Normal
Nervus XII
Lidah Tremor
:
(-)
Atrofi
:
(-)
Fasikulasi
:
(-)
Ujung lidah waktu istirahat
:
Medial
Ujung lidah sewaktu dijulurkan
:
Medial
Trofi
:
(-)
Tonus otot
:
Normotonus
Kekuatan Motorik
:
ESD: 55555
Sistem Motorik
ESS:
55555 EID:
55555
44444 EIS:
55555 Sikap (duduk-berdiri-berbaring)
:
mampu-tidak mampu-mampu
Gerakan spontan abnormal Tremor
:
Khorea
:
(-)
Ballismus
:
(-)
Mioklonus
:
(-)
(-)
44444
44444 44444
Atetosis
:
(-)
Distonia
:
(-)
Spasme
:
(-)
Tic
:
(-)
Dan lain-lain
:
(-)
Eksteroseptif
:
Dalam batas normal
Propioseptif
:
Dalam batas normal
Stereognosis
:
(+) Normal
Pengenalan Dua Titik
:
(+) Normal
Grafestesia
:
(+) Normal
Tes Sensibilitas
Fungsi kortikal untuk sensibilitas
Refleks
Refleks Fisiologis
Kanan
Kiri
Biseps
:
(+)
(+)
Triseps
:
(+)
(+)
Radioperiost
:
(+)
(+)
APR
:
(+)
(+)
KPR
:
(+)
(+)
Strumple
:
(+)
(+)
Kanan
Kiri
Refleks Patologis Babinski
:
(-)
(-)
Oppenheim
:
(-)
(-)
Chaddock
:
(-)
(-)
Gordon
:
(-)
(-)
Schaefer
:
(-)
(-)
Hoffman-Tromer
:
(-)
(-)
Klonus Lutut
:
(-)
(-)
Klonus Kaki
:
(-)
(-)
:
(-)
(-)
Lenggang
:
Sulit dinilai
Bicara
:
Dalam batas normal
Menulis
:
Dalam batas normal
Percobaan Apraksia
:
Dalam batas normal
Test telunjuk-telunjuk
:
Dalam batas normal
Test telunjuk-hidung
:
Dalam batas normal
Diadokokinesia
:
Dalam batas normal
Test tumit-lutut
:
Dalam batas normal
Test Romberg
:
Sulit dinilai
Vasomotorik
:
(+)
Sudomotorik
:
(+)
Pilo-erector
:
Tidak dilakukan pemeriksaan
Miksi
:
(+)
Defekasi
:
(+)
Normal
:
(+)
Scoliosis
:
(-)
Hiperlordosis
:
(-)
Refleks Primitif
Koordinasi
Vegetatif
Vertebra
Bentuk
Pergerakan Leher
:
Baik, dalam batas normal
Pinggang
:
Baik, dalam batas normal
Laseque
:
(-)
Cross Laseque
:
(-)
Test Lhermite
:
(-)
Test Naffziger
:
(-)
Ataksia
:
(-)
Disartria
:
(-)
Tanda Perangsangan Radikuler
Gejala-Gejala Serebelar
Tremor
:
Nistagmus
:
(-)
Fenomena rebound
:
(-)
Vertigo
:
(-)
Dan lain-lain
:
(-)
(-)
Gejala-Gejala Ekstrapiramidal
Tremor
:
(-)
Rigiditas
:
(-)
Bradikinesia
:
(-)
Dan lain-lain
:
(-)
Ingatan Baru
:
Baik
Ingatan Lama
:
Baik
Diri
:
Baik
Tempat
:
Baik
Fungsi Luhur Kesadaran Kualitatif
Orientasi
Waktu
:
Baik
Situasi
:
Baik
Intelegensia
:
Baik
Daya Pertimbangan
:
Baik
Reaksi Emosi
:
Baik
Ekspresif
:
(-)
Represif
:
(-)
Agnosia
:
(-)
Agnosia Visual
:
(-)
Agnosia jari-jari
:
(-)
Akalkulia
:
(-)
Disorientasi kanan-kiri:
(-)
Afasia
Apraksia
2.2 KESIMPULAN PEMERIKSAAN
Telah dirawat seorang wanita berusia 46 tahun dengan keluhan utama nyeri kepala. Hal ini telah dialami os sejak ± 3 bulan yang lalu dan semakin memberat dalam 1 bulan ini. Nyeri kepala bersifat terus-terusan dan berkurang obat penghilang nyeri,namun kambuh lagi. Riwayat muntah (+) disertai mual, riwayat kejang (-), riwayat trauma (-), riwayat demam (-). Os juga mengalami perubahan prilaku dalam 3 bulan ini. OS juga mengalami lemah pada lengan dan tungkai kirinya sejak ± 3 bulan yang lalu dan memberat dalam 1 bulan ini. Riwayat darah tinggi (+), riwayat sakit gula (-), riwayat stroke (-), riwayat merokok (-). Riwayat keluarga mengalami stroke (-).
RPT
: Darah tinggi.
RPO
: Paracetamol.
Status Presens Sensorium
Status Neurologis : CM
Sens: CM
Tekanan Darah : 130/80 mmHg
Nadi
: 82 x/i
Tanda Peningkatan TIK
Pernafasan
: 32 x/i
-
Nyeri kepala (+)
Temp
: 36,8oC
-
Muntah
(-)
-
Kejang
(-)
Tanda Perangsangan meningeal -
Kaku kuduk
(-)
-
Tanda Kernig
(-)
-
Tanda Brudzinski I/II : (-)
Nervus Kranialis NI:
Normosmia
N II,III :
RC +/+, pupil isokor, ø ± 3 mm
N III, IV, VI : Pergerakan bola mata (+) N
Refleks Fisiologis
Ka
Ki
B/T
+/+
+/+
APR/KPR
+/+
+/+
N V : Buka mulut tutup (+) NVII :
Sudut mulut tertarik ke kanan
Refleks Patologis
Ka
Ki
N VIII :
Pendengaran (+) N
H/T
-/-
-/-
Babinski
-
-
N IX, X : Uvula medial N XI :
Angkat bahu (+/+) N
N XII :
Lidah saat dijulurkan medial
Kekuatan Motorik ESD: 55555
ESS:
55555 EID:
55555
44444 44444
EIS:
55555 DIAGNOSA BANDING:
44444 44444
1. SOL intracranial (craniopharygioma).
2. Stroke haemorrhagik 3. Stroke iskemik
DIAGNOSA DIAGNOSA FUNGSIONAL : Secondary headache + Hemiparese sinistra + Parese N VII tipe UMN. DIAGNOSA ETIOLOGIK
: SOL
DIAGNOSA ANATOMIK
: Intracranial
DIAGNOSA KERJA
: Secondary headache + Hemiparese sinistra + Parese N VII tipe UMN ec SOL intracranial
PENATALAKSANAAN
̶
IVFD R Sol 20gtt/i
̶
Inj. Dexametasone 2 amp bolus (Dosis selanjutnya 1 amp/6 jam tappering off per 3 hari).
̶
Inj. Ranitidine 1 amp/6 jam.
̶
Inj. Tramadol 1 amp/6 jam.
RENCANA PEMERIKSAAN -
Darah rutin
-
Elektrolit
-
KGD Puasa
-
LFT
-
RFT
PROGNOSIS
a. Ad vitam
: dubia ad malam
b. Ad functionam
: dubia ad malam
c. Ad sanactionam
: dubia ad malam
HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Tanggal 15 Desember 2010 PEMERIKSAAN - KIMIA KLINIK
SATUAN
HASIL
RUJUKAN
Bilirubin Total
mg/dL
0.77
<1
Bilirubin Direk
mg/dL
0.25
0-0.2
Fosfatase Alkali
U/L
63
35-104
SGOT
U/L
17
<32
SGPT
U/L
21
<31
mg/dL
120
70-120
Ureum
mg/dL
20.50
<50
Kreatinin
mg/dL
0.52
0.50-0.90
Natrium
mEq/L
135
135-155
Kalium
mEq/L
4.4
3.6-5.5
Klorida
mEq/L
104
96-106
Hemogblobin (Hb)
g%
12.80
11.7-15.5
Eritrosit (RBC)
106/mm3
4.43
4.20-4.87
Leukosit (WBC)
103/mm3
12.23
4.5-11.0
Hematokrit
%
38.20
38-44
Trombosit (PLT)
103/mm3
260
150-450
MCV
fL
86.20
85-95
MCH
pg
28.90
28-32
HATI
METABOLISME KARBOHIDRAT Glukosa Darah Puasa GINJAL
ELEKTROLIT
HEMATOLOGI
Darah Lengkap (CBC):
MCHC
g%
33.50
33-35
RDW
%
12.40
11.6-14.8
MPV
fL
9.60
7.0-10.2
PCT
%
0.25
PDW
fL
10.9
LED Hitung Jenis:
mm/jam
30
<20
Neutrofil
%
92.30
37-80
Limfosit
%
6.30
20-40
Monosit
%
1.30
2-8
Eosinofil
%
0.00
1-6
Basofil
%
0.100
0-1
Neutrofil Absolut
103/µL
11.29
2.7-6.5
Limfosit Absolut
103/µL
0.77
1.5-3.7
Monosit Absolut
103/µL
0.16
0.2-0.4
Eosinofil Absolut
103/µL
0.00
0-0.10
Basofil Absolut
103/µL
0.01
0-0.1
FOLLOW UP 15 DESEMBER 2010
KU
: Hoyong
KT
:-
Status Presens Sensorium
Status Neurologis : CM
Sens: CM
Tekanan Darah : 140/ 90 mmHg
Nadi
: 102 x/i
Tanda Peningkatan TIK -
Nyeri kepala (+)
Pernafasan
: 26 x/i
-
Muntah (-)
Temp
: 37,0 oC
-
Kejang (-)
Tanda Perangsangan meningeal Nervus Kranialis
-
Kaku kuduk (-)
N I : Normosmia
-
Tanda Kernig (-)
N II,III : RC +/+, pupil isokor, Ø 3 mm
-
Tanda Brudzinski I/II : (-)
N III, IV, VI : Pergerakan bola mata (+) N N V : Buka tutup mulut (+) N VII : Sudut mulut tertarik ke kanan N VIII : Pendengaran baik N IX, X : Uvula medial N XI : Angkat bahu (+) N XII : Lidah istirahat medial
Refleks Fisiologis
Ka
Ki
B/T
+/+
+/+
APR/KPR
+/+
+/+
Refleks Patologis
Ka
Ki
H/T
-/-
Babinski
-
-/-
Kekuatan Motorik ESD: 55555
ESS:
55555 EID:
55555 55555
Diagnosa :
44444 44444
EIS:
44444 44444
Secondary headache + Hemiparese sinistra + Parese N VII sinistra tipe UMN ec Susp. SOL Intracranial.
Terapi
: IVFD R Sol 20 gtt/i
Inj. Dexamethasome 1 amp/6 jam Inj. Ranitidine 1 amp/12 jam Inj. Tramadol 1 amp/12 jam
Rencana: Head CT-Scan Contrast
FOLLOW UP 16 DESEMBER 2010
KU
: Hoyong, nyeri kepala
KT
: Mual, muntah
Status Presens Sensorium
Status Neurologis : CM
Tekanan Darah : 140/ 90 mmHg
Nadi
: 96 x/i
Sens: CM Tanda Peningkatan TIK -
Nyeri kepala (+)
Pernafasan
: 24 x/i
-
Muntah (-)
Temp
: 37,0 oC
-
Kejang (-)
Tanda Perangsangan meningeal Nervus Kranialis
-
Kaku kuduk (-)
N I : Normosmia
-
Tanda Kernig (-)
N II,III : RC +/+, pupil isokor, Ø 3 mm
-
Tanda Brudzinski I/II : (-)
N III, IV, VI : Pergerakan bola mata (+) N N V : Buka tutup mulut (+) N VII : Sudut mulut tertarik ke kanan N VIII : Pendengaran baik N IX, X : Uvula medial N XI : Angkat bahu (+) N XII : Lidah istirahat medial Kekuatan Motorik
Refleks Fisiologis
Ka
Ki
B/T
+/+
+/+
APR/KPR
+/+
+/+
Refleks Patologis
Ka
Ki
H/T
-/-
Babinski
-
-/-
ESD: 55555
ESS:
55555 EID:
44444 44444
55555
EIS:
55555
44444 44444
Diagnosa : Secondary headache + Hemiparese sinistra + Parese N VII sinistra tipe UMN ec Susp. SOL Intracranial.
Terapi
: IVFD R Sol 20 gtt/i Inj. Dexamethasome 1amp/6 jam Inj. Ranitidine 1 amp/12 jam Inj. Tramadol 1 amp/12 jam Inj. Ceftriaxone 1gr/12jam IV Inj. Metoclopromide 1amp/IV (K/P)
FOLLOW UP 17-18 DESEMBER 2010
KU
: Nyeri kepala
KT
: Mual
Status Presens Sensorium
Status Neurologis : CM
Tekanan Darah : 120/ 90 mmHg
Nadi
: 71 x/i
Sens: CM Tanda Peningkatan TIK -
Nyeri kepala (+)
Pernafasan
: 20 x/i
-
Muntah (-)
Temp
: 36,7 oC
-
Kejang (-)
Tanda Perangsangan meningeal Nervus Kranialis
-
Kaku kuduk (-)
N I : Normosmia
-
Tanda Kernig (-)
N II,III : RC +/+, pupil isokor, Ø 3 mm
-
Tanda Brudzinski I/II : (-)
N III, IV, VI : Pergerakan bola mata (+) N N V : Buka tutup mulut (+) N VII : Sudut mulut tertarik ke kanan N VIII : Pendengaran baik N IX, X : Uvula medial
Refleks Fisiologis
Ka
Ki
B/T
+/+
+/+
APR/KPR
+/+
+/+
Refleks Patologis
Ka
Ki
H/T
-/-
Babinski
-
N XI : Angkat bahu (+) N XII : Lidah istirahat medial
-/-
Kekuatan Motorik ESD: 55555
ESS:
55555 EID:
44444
55555
EIS:
55555
Diagnosa :
44444
44444 44444
Secondary headache + Hemiparese sinistra + Parese N VII sinistra tipe UMN ec Susp. SOL Intracranial.
Terapi
: IVFD R Sol 20 gtt/i Inj. Dexamethasome 1 amp/6 jam Inj. Ranitidine 1 amp/12 jam Inj. Ceftriaxone 1 gr/12jam IV Inj. Metoclopromide 1amp/IV (K/P) Asam Mefenamat 3x1
FOLLOW UP 19-21 DESEMBER 2010
KU
: Nyeri kepala, hoyong
KT
: -
Status Presens
Status Neurologis
Sensorium
: CM
Sens: CM
Tekanan Darah : 130/ 90 mmHg
Nadi
Tanda Peningkatan TIK
: 80 x/i
-
Nyeri kepala (+)
Pernafasan
: 24 x/i
-
Muntah (-)
Temp
: 36,1 oC
-
Kejang (-)
Tanda Perangsangan meningeal Nervus Kranialis
-
Kaku kuduk (-)
N I : Normosmia
-
Tanda Kernig (-)
N II,III : RC +/+, pupil isokor, Ø 3 mm
-
Tanda Brudzinski I/II : (-)
N III, IV, VI : Pergerakan bola mata (+) N N V : Buka tutup mulut (+) N VII : Sudut mulut tertarik ke kanan N VIII : Pendengaran baik
Refleks Fisiologis
Ka
Ki
B/T
+/+
+/+
APR/KPR
+/+
+/+
Refleks Patologis
Ka
Ki
H/T
-/-
Babinski
-
N IX, X : Uvula medial N XI : Angkat bahu (+) N XII : Lidah istirahat medial
-/-
Kekuatan Motorik ESD: 55555
ESS:
55555 EID:
55555 55555
Diagnosa :
44444 44444
EIS:
44444 44444
Secondary headache + Hemiparese sinistra + Parese N VII sinistra tipe UMN ec Susp. SOL Intracranial.
Terapi
: IVFD R Sol 20 gtt/i Inj. Dexamethasome 1amp/8jam Inj. Ranitidine 1 amp/12jam Inj. Ceftriaxone 1gr/12jam IV Inj. Metoclopromide 1amp/IV (K/P)
Asam Mefenamat 3x1
HASIL CT-SCAN KEPALA DENGAN KONTRAS INTRAVENA
Telah dilakukan CT-Scan Kepala teknik brain window, dengan pemberian kontras intravena, potongan aksial, tebal irisan 5 dan 10 mm dengan hasil sebagai berikut: -
Tampak lesi berbentuk relative bulat berbatas tegas hiperdens pasca kontras dengan kalsifikasi di daerah midline suprasellar.
-
Kortikal sulci, fissure Sylvii dan gyri masih baik.
-
Sistem ventrikel dan sisterna melebar terutama ventrikel lateralis bilateral.
-
Tak tampak pergeseran garis tengah.
-
Infratentorial: pons, cerebellum dan CPA baik.
-
Sella dan parasella baik.
-
Sinus paranasalis yang tervisualisasi dan pneumatisasi mastoid baik.
-
Orbita dan bulbus okuli baik.
Kesimpulan: -
Lesi bulat hiperdens pasca kontras dengan kalsifikasi di daerah midline suprasellar, kemungkinan suatu kraniofaringioma.
-
Ventrikulomegali kemungkinan disebabkan hidrosefalus.
Tanggal 22 Desember 2010: Pasien pindah ruangan Bedah Saraf.
BAB 3 TINJAUAN PUSTAKA
3.1. Definisi
Tumor otak adalah lesi oleh karena ada desakan ruang baik jinak maupun ganas yang tumbuh di otak, meningen dan tengkorak.1 Craniopharyngioma adalah tumor otak yang terletak di area hipotalamus di atas sella tursica. atau bagian infundibulum.2,3 Craniopharyngioma adalah, tumor kistik yang berkalsifikasi, ekstra-aksial, epitelskuamosa, dan tumbuh dengan lambat yang timbul dari sisa-sisa duktus craniopharyngeal dan / atau celah Rathke dan menempati bagian (supra) Sellar.3
3.2. Epidemiologi
Tumor malignan pada sistem saraf pusat terjadi pada 16.500 individu dan menyebabkan 13.000 kematian di Amerika Serikat setiap tahunnya, angka mortalitas adalah 6 orang per 100.000. Jumlah penderita tumor benigna pada sistem saraf pusat adalah sama dengan malignan namun kadar mortalitas yang lebih rendah. Tumor glial merupakan 50% sehingga 60% tumor otak primer, meningioma 25%, schwannomas 10% dan selebihnya adalah tumor sistem saraf pusat lainnya.4
Secara keseluruhan kejadian Craniopharyngioma adalah 0,13 per 100.000 per tahun. Tidak
ada
perbedaan
berdasarkan
jenis
kelamin
atau
ras
ditemukan.
Craniopharyngioma terdiri 4,2% dari semua tumor anak (usia 0-14 tahun).
2,3
Di
Amerika Serikat, data yang dikumpulkan selama periode 1985-1988 dan 1990-1992, bertepatan dengan pengenalan CT scan, untuk National Cancer Data Base (NCDB), menunjukkan bahwa tingkat ketahanan hidup adalah 86% pada 2 tahun dan 80% pada 5 tahun setelah diagnosis.3
3.3. Etiologi
Craniopharyngioma dipercayai berasal dari sel epithelial squamosa yang biasanya dapat ditemui pada bagian suprasellar yang melingkupi pars tuberalis dari pituitary.2 Dua hipotesis utama yang menjelaskan asal craniopharyngioma adalah embriogenetik
dan
metaplastik,
keduanya
saling
melengkapi
dan
menjelaskan
spektrum
craniopharyngioma.3 Teori Embriogenetik
Teori ini berkaitan dengan pengembangan adenohipofisis dan transformasi sisa sel ectoblastic duktus craniopharyngeal dan kantong Rathke. Kantong Rathke dan infundibulum berkembang pada minggu keempat kehamilan dan kedua-duanya membentuk hipofisis. Kedua-duanya memanjang dan bergabung pada bulan kedua. Infundibulum adalah invaginasi ke bawah dari diencephalon manakala kantong Rathke adalah invaginasi ke atas dari rongga mulut primitif (yaitu, stomodeum). Duktus craniopharyngeal adalah leher kantong yang berhubung dengan stomodeum, dimana akan menyempit, menutup, dan memisahkan kantong dari rongga mulut primitif pada akhir bulan kedua. Dengan demikian, kantong menjadi vesikel, yang rata dan mengelilingi permukaan anterior dan lateral infundibulum. Dinding dari vesikel membentuk struktur yang berbeda dari hipofisis. Akhirnya, vesikel ini akan menghilang sepenuhnya. Rathke dan sisa-sisa duktus craniopharyngeal menjadi tempat asal craniopharyngiomas.3
Teori Metaplastic
Teori ini berkaitan dengan residual epitel skuamosa (berasal dari bagian stomodeum dan biasanya bagian dari adenohypophysis), yang mengalami metaplasia.3 3.4. Patogenesis
Craniopharyngioma dianggap didapat secara ko ngenital dan timbul dari sisa-sisa kantong Rathke's di persimpangan batang infundibular dan pituitari. Craniopharyngioma adalah tumor epitel yang jinak. Sel-sel skuamosa yang ditemukan menunjukkan gambaran metaplastik dan dapat menetap untuk suatu jangka masa yang signifikan sebelum transformasi terjadi. Terdapat juga pendapat yang mengatakan bahwa tumor ini berasal dari malformasi dari sel embrio yang terlalu lama menetap di daerah tersebut dan tidak diserap sewaktu janin sehingga
menyebabkan pertumbuhan yang abnormal. Pada saat tumor telah mencapai diameter 3 sampai 4 cm, hampir selalu ianya menjadi kistik dan sebagian terkalsifikasi. Biasanya ianya terletak di atas turcica sella dan menekan Chiasma optik hingga ke ventrikel ketiga. Tumor yang besar dapat menghambat aliran CSF.1,2
Gambaran MRI dari suatu craniopharingioma menunjukkan adanya suatu massa kista yang diperkaya dengan kontras pada bagian suprasella menuju ke bagian atas yang menekan hypothalamus.
3.5. Gambaran histopatologis
Tumor ini terdapat dalam berbagai ukuran dari nodul bulat yang sangat kecil sehingga kista yang besar. Dua jenis histologis utama ditemukan. Ada dua jenis histologi utama, yang tampak pada anak-anak dan yang tampak pada orang dewasa, di mana terdapat dua kemungkinan tempat asal yang berbeda. Pada sebagian besar anak-anak, bentuk adamantinomatous yang kelihatan menyerupai gigi dan terdiri dari jaringan fibrous dan nekrotik yang bercampur serta kista yang banyak. Kolesterol dan cairan kista berminyak juga bisa ada, dan cairan dari karung bisa masuk ke dalam ruang subarachnoid, menyebabkan meningitis. Jenis craniopharyngioma ini lebih
sering ditemukan bersama deposit kalsium yang dapat dilihat pada radiograf polos tengkorak. Pada orang dewasa, bentuk papiler skuamosa ditemui di mana sebuah kista dengan epitel skuamosa berlapis gepeng dapat ditemukan secara histologis. Deposisi keratin juga dapat terjadi. Dalam banyak kasus, mungkin sulit untuk membedakan kedua bentuk ini sehingga ada pendapat yang mengusulkan adanya bentuk campuran ketiga.1
Tumor ini bisa lonjong, bulat, atau berlobular dan memiliki permukaan halus. Dinding kista dan bagian-bagian solid tumor terdiri sel epitel (sering dengan jembatan antar sel dan keratohyalin) yang dipisahkan oleh jaringan longgar sel-sel stellate. Jika terdapat jembatan antara sel-sel tumor, yang memiliki epitel, tumor tersebut digolongkan sebagai sebuah adamantinoma. Kista ini berisi cairan albumin yang berwarna gelap, kristal kolesterol, dan deposit kalsium dimana kalsiumnya dapat dilihat dalam foto polos atau CT scan dari bagian suprasellar pada 70 sampai 80 persen dari kasus. Sella di bawah tumor cenderung meleper dan membesar.2
3.6. Manifestasi klinis
Karena tumor ini terletak dekat dengan kelenjar pituitari, sindrom yang dihasilkan mirip dengan karakteristik pituitary adenoma. Gejala-gejala dapat timbul perlahanlahan selama berbulan-bulan. Keluhan yang paling umum adalah kompresi chiasma, menyebabkan gangguan visual atau terhalangnya jalur CSF, menyebabkan papil edema, sakit kepala, mual, atau muntah. Keterlibatan hipotalamus atau pituitari dapat menyebabkan gangguan endokrin. Dengan pembesaran, tekanan pada ventrikel III pada anak dapat menyebabkan gangguan perkembangan, manakala pada orang dewasa, dapat terjadinya proses demensia. Dalam 90 persen kasus, terdapat kelainan endokrin, biasanya melibatkan hipofisis anterior. Hampir separuh anak-anak yang terkena craniopharingioma berperawakan pendek, dan seperempat mengalami obesitas. 1
Sebagian besar pasien merupakan anak-anak, tetapi tumor ini tidak jarang pada orang dewasa. Sindrom yang terlihat mungkin salah satu dari gejala peningkatan tekanan intrakranial, tetapi lebih sering terjadinya gangguan penglihatan. Gejala sering tidak ketara dan terjadi apabila berdiri lama. Pada anak-anak, kehilangan visual dan diabetes insipidus merupakan temuan yang paling sering didapat, diikuti oleh adipositas, gangguan pertumbuhan dan perkembangan, sakit kepala, dan muntah. Pada orang dewasa, berkurang libido, amenore, kelemahan dengan sedikit spastic pada salah satu atau kedua kaki, sakit kepala tanpa papil edema, gangguan penglihatani, dan ketumpulan berfikir dan kebingungan adalah manifestasi biasa.2 3.7. Prosedur diagnostik
Diagnosis pasien dengan craniopharyngioma adalah berdasarkan temuan klinis (gejala neurologis dan endokrin) dan radiologi (massa solid yang calcified / kistik), dan kemudian dikonfirmasi dengan temuan histologis yang khas. Evaluasi pasien dengan craniopharyngioma terdiri dari: a. Imejing Tampilan klasik dari craniopharyngioma adalah separuh bagian Sellar/para Sellar yang padat, dan separuhnya bagian cyctic calcified mass lesion. Tumor ini terjadi pada daerah supra Sellar (75%), supra dan infra Sellar (20%) dan infra Sellar (5%). Tumor supra Sellar ini dapat dibagikan lagi kepada subkelompok tergantung pada hubungan mereka ke ventrikel III dan optik kiasma. Kalsifikasi ini paling baik terlihat pada computerized tomography (CT) scan. Bagaimanapun, Magnetic resonance imaging (MRI) dengan atau tanpa kontras dapat lebih tepat menggambarkan tingkat keparahan tumor dan khususnya, menggambarkan keterlibatannya dengan hipotalamus. Ini adalah cara investigasi bagi merencanakan pendekatan bedah. Magnetic resonance angiography (MRA) berguna tidak hanya untuk menggambarkan perjalanan aliran darah yang bisa melewati tumor, tetapi juga untuk membantu membedakan tumor dari kemungkinan adanya malformasi vaskuler.
b. Evaluasi Endokrin Hormon-hormon
hipotalamus-pituitari,
yaitu
terdiri
dari
hormon
pertumbuhan, hormon tiroid, serta luteinising hormon dan follicle-stimulating hormon harus diukur bersama-sama dengan tingkat kortisol dan penilaian terhadap serum dan osmolalitas urin. Selain itu, perkiraan usia tulang dan, untuk wanita muda, USG ovarium sangat berguna. Idealnya, setiap kelainan harus diperbaiki pra-bedah, paling tidakpun, tingkat kortisol yang rendah dan diabetes insipidus harus ditangani sebelum prosedur bedah.
c. Evaluasi Oftalmologi Ketajaman visual dan penilaian lapangan pandang diperlukan untuk menyingkirkan defisit lainnya (contohnya ; field defects, central scotoma). Selain itu, visualisasi dari cakram optik, untuk menyingkirkan papilloedema, dan visual evoked potential harus dilakukan.
d. Histologi Spektrum histologis craniopharyngioma mencakup 3 jenis yang utama, yaitu; adamantinomas, papiler, dan campuran. Adamantinomas terdiri dari massa epitel retikuler. Hal ini terlihat terutama pada anak-anak. Salah satu ciri khas adalah lapisan basal yang terdiri dari sel-sel kecil yang membungkus zona retikuler stellata, serta bidang-bidang sel skuamosa yang padat. Ianya berisi nodul dari keratin ("wet " keratin), yang merupakan ciri khas dari subtipe tumor ini.
Jenis dari skuamosa papiler terdiri dari pulau-pulau skuamosa yang metaplasia, tertanam dalam stroma jaringan ikat, dan jarang mempunyai degenerasi kistik dan kalsifikasi. Subtipe ini jarang terlihat pada anak-anak dan tidak mempunyai nodul keratin.
3.8. Diagnosa banding
1. Anomali kongenital Arachnoid cyst and Rathke's cleft cyst. 2. Tumor lainnya Tumor Pituitari, metastasis, meningioma, tumor epidermoid dan dermoid, hypothalamic-optic pathway glioma, hypothalamic hamartoma, dan teratoma. 3. Infeksi / Proses inflamasi Eosinofilik granuloma, hypophysitis limfositik, sarkoidosis, sifilis dan TBC. 4. Malformasi vaskuler Aneurisma pada karotid internal atau anterior communicating arteri, kelainan arterio-vena.
3.9. Manajemen dan pengobatan
Ada dua jalur manajemen utama berkaitan dengan pengobatan tumor. Yang pertama melibatkan reseksi total dari tumor, dan pendekatan yang kedua adalah untuk operasi yang lebih terbatas, debulking tumor untuk mengurangi efek massa pada jalur optik dan / atau untuk membangun kembali jalur cairan cerebrospinal (CSF), dan diikuti oleh radioterapi. Jalur kedua dikembangkan karena tingginya morbiditas pada jalur reseksi
total
dipertimbangkan
tumor dalam
yang hal
menyerang disfungsi
hipotalamus. hipotalamus
Morbiditas
dan
perubahan
tersebut profil
neuropsikologi.
Residual tumor , yang dikonfirmasi dirawat
dengan
external-beam
dengan MRI pasca operasi, umumnya akan
radioterapi,
walaubagaimanapun, stereotactic
radiosurgery (pisau gamma) telah digunakan. Penggunaan proton-beam radioterapi untuk residual tumor pada saat ini masih dalam penelitian.
Tidak ada tempat untuk kemoterapi sistemik, namun, baru-baru ini penggunaan terapi imunologis telah dipertimbangkan. Interferon alpha memperlihatkan dampak minimal apabila diberikan secara sistemik tetapi cuma ada beberapa kali keberhasilan bila digunakan secara intracystically.
Biasanya, akan ada peningkatan dari defisit penglihatan paska operasi. Namun, tetap dianjurkan pasien untuk berjumpa dokter mata bagi pemeriksaan berkelanjutan seumur hidup. Sebaliknya, gangguan endokrin cenderung bersifat permanen, dan seringkali bisa diperburuk oleh operasi. Obesitas hadir dalam 50% pasien, sementara sekitar 80% dari pasien memerlukan dua atau lebih terapi pengganti hormon pituitari anterior dan diabetes insipidus permanen terjadi pada 75% orang dewasa dan 90% anak. Ini jelas menunjukkan kebutuhan manajemen seumur hidup dari pakar endokrin.
3.10. Prognosis
Kelangsungan hidup lima tahun secara keseluruhan adalah 80% tetapi adalah lebih baik pada anak-anak (85% untuk kelangsungan hidup 5-tahun) dibandingkan pada orang dewasa yang lebih tua (40% untuk kelangsungan hidup 5-tahun). Ketahanan hidup, bagaimanapun, dapat berhubungan dengan keadaan adanya cacat.
Pengangkatan total tumor yang menyerang hipotalamus sangat menuntut secara teknis tetapi bisa tercapai. Ada, bagaimanapun, kematian pasti (hingga 10%) dengan prosedur ini dan walaupun dilakukan reseksi total tetap ada kekambuhan (hingga 15%). Namun hasil klinis bisa kurang dari ideal dengan adanya disfungsi hipotalamus (hyperphagia, obesitas, gangguan perilaku dan memori, hilangnya homeostasis neurovegetative) dan perubahan neuropsikologi (gangguan konsentrasi, kesulitan dalam organisasi perseptual, kekurangan memori verbal), yang bahkan dengan pengobatan terapi pengganti hormon, memiliki dampak signifikan pada kegiatan sehari-hari di kedua pasien dewasa dan anak-anak.
BAB 4 DISKUSI KASUS
TEORI Secara
keseluruhan
KASUS kejadian Pasien adalah
seorang
perempuan
Craniopharyngioma
adalah
0,13
per Indonesia, berusia 46 tahun
yang
100.000 per tahun. Tidak ada perbedaan didiagnosis berdasarkan
jenis
kelamin
atau
ras
ditemukan. Gejala-gejala dapat timbul perlahan-lahan Pasien dirawat di rumah sakit dengan selama berbulan-bulan. Keluhan
yang
kompresi
keluhan utama nyeri kepala dan hal ini
paling
umum
chiasma,
adalah telah terjadi sejak 3 bulan yang lalu.
menyebabkan Pada pasien dijumpai pasien sering lupa
gangguan visual atau terhalangnya jalur sejak 3 bulan yang lalu. CSF, menyebabkan papil edema, sakit Pada pasien didapatkan kelemahan atau kepala, mual, atau muntah. Dengan
pembesaran,
ventrikel
III
parese pada kaki kiri.
tekanan
pada
anak
dapat
pada
menyebabkan gangguan perkembangan, manakala pada orang
dewasa,
dapat
terjadinya proses demensia. kelemahan dengan sedikit spastic pada salah satu atau kedua kaki Diagnosis pasien
dengan Pada pasien didapatkan keluhan utama
craniopharyngioma adalah berdasarkan adalah nyeri kepala disamping sering anamneses,
temuan
klinis
(gejala lupa. Pada pemeriksaan fisik ditemukan
neurologis) dan radiologi (massa solid gangguan penglihatan dan kelemahan yang calcified / kistik), dan kemudian pada kaki kiri. dikonfirmasi dengan temuan histologis Pada pemeriksaan radiologis CT Scan, yang khas.
didapatkan hasil Lesi bulat hiperdens pasca kontras dengan kalsifikasi di daerah midline suprasellar, kemungkinan
suatu kraniofaringioma. Ada dua jalur manajemen utama berkaitan Terapi pada pasien ini adalah:
dengan pengobatan tumor. Yang pertama - IVFD R Sol 20 gtt/i melibatkan reseksi total dari tumor, dan - Inj. Dexamethasome 1amp/8jam pendekatan yang kedua adalah untuk - Inj. Ranitidine 1 amp/12jam operasi yang lebih terbatas, debulking - Asam Mefenamat 3x1 tumor untuk mengurangi efek massa pada - Inj. Ceftriaxone 1gr/12jam IV jalur optik dan / atau untuk membangun - Inj. Metoclopromide 1amp/IV (K/P) kembali jalur cairan cerebrospinal (CSF), dan diikuti oleh radioterapi.
BAB 5 PERMASALAHAN
1. Apakah diagnosis pada kasus ini sudah benar? Menurut penulis diagnosis pasien ini sudah benar, karena berdasarkan hasil anamnesis, keluhan utama adalah nyeri kepala dan hal ini telah terjadi sejak 3 bulan yang lalu. Pada pasien dijumpai pasien sering lupa sejak 3 bulan yang
lalu. Pada pemeriksaan jasmani pasien didapatkan juga kelemahan atau parese pada kaki kiri. Berdasarkan CT Scan, didapatkan hasil Lesi bulat hiperdens pasca kontras dengan
kalsifikasi
di
daerah
midline
suprasellar,
kemungkinan
suatu
kraniofaringioma. 2.
Apakah penatalaksanaan pada kasus ini sudah benar? Dari penatalaksanaan yang dilakukan pada pasien ini, belum menepati sepenuhnya penatalaksanaan seharusnya pada pasien kraniofaringioma. Pengobatan yang diberikan hanya untuk mengurangi simptom-simptom yang dialami oleh pasien. Tetapi peatalaksanaan yang tepat yaitu operasi masih belum dilakukan.
3. Bagaimana prognosis pada kasus ini? Prognosis pada kasus ini : d. Ad vitam
: dubia ad malam
e. Ad functionam
: dubia ad malam
f.
: dubia ad malam
Ad sanactionam
BAB 6 PENUTUP
6.1.
Kesimpulan
Tumor sistik yang merupakan tiga persen dari tumor primer intrakranial. Terutama pada anak-anak dan dewasa muda namun gejala bisa terjadi pada semua usia.
Walau jinak, ia terletak sekitar struktur penting hingga menimbulkan masalah yang rumit pada penanganannya. Tergantung letak dan ukuran tumor. Tumbuhnya lambat dan kebanyakan tanda dan gejala terjadi perlahan. Massa intrakranial dan/atau obstruksi CSS pada foramen Monro meninggikan TIK dengan gejalanya (nyeri kepala, muntah, edema papil, gangguan penglihatan). Perluasan kefrontal dan ventrikel ketiga menyebabkan demensia ringan hingga berat. Pada pemeriksaan CT scan memperlihatkan lesi dengan densitas campuran berisi komponen
solid dan sistik,
terletak
didaerah supraseller. Kapsula sista sering
diperkuat oleh kontras. Lebih agresif tindakan, lebih besar risiko, namun lebih rendah tingkat rekurensi. Semua pasien memerlukan perlindungan steroid sebelum tindakan anestesi atau operasi. Pengangkatan operatif biasanya kraniotomi subfrontal atau subtemporal, walau jalur transfenoidal memungkinkan untuk tumor yang benar-benar intraseller.
6.2.
Saran
Pasien dengan kraniofaringioma harus dilakukan diagnosti yang sedini mungkin untuk mengelakkan disabilitas dan gagal tumbuh. Kraniofaringioma adalah penyakit yang membutuhkan penanganan yang berisiko tinggi yaitu pembedahan. Keluarga dan penderita harus mengerti bahwa kraniofaringioma dapat menyebabkan disabilitas. Tetapi dengan penatalaksanaan yang teratur, dapat meningkatkan kualitas hidup pasien
DAFTAR PUSTAKA
1. Saanin, S., Tumor Intrakranial . Ka. SMF Bedah Saraf RSUP. Dr. M.
Djamil/FK-UNAND Padang. 2007. Diunduh dari: http://www.angelfire.com/nc/neurosurgery/Pendahuluan.html [Diakses tanggal 24 Desember 2010]
2. Wachtel, T.J., Craniopharyngioma. In Ferri, F.F., Ferri’s Clinical Advisor,
Instant Diagnosis and Treatment. 6th edition. 2004. USA: Mosby Inc, 243.
3. Bobustuc, G.C.,
Craniopharyngioma. MD Anderson Cancer Center
Orlando. 2010. Diunduh dari: http://emedicine.medscape.com/article/1157758-overview
[Diakses
tanggal 15 Oktober 2010]
4. Sagar, S.M., And Israel, M.A. Primary And Metastatic Tumors Of The
Nervous System. In Kasper, D.L., et al, Harrison’s Principles of Internal Medicine 16th edition. 2005. USA: The McGraw-Hill Companies, 2457.
DAFTAR PUSTAKA
5. 1. Informasi tentang Tumor Otak dalam http://www.medicastore.com dikutip tanggal 13 November 2004 6. 2. Adams and Victors, Intracranial Neoplasms and Paraneoplastic Disorders in Manual of Neurology edisi 7, McGraw Hill, New York, 2002 : 258 – 263 7. 3. Adams and Victors, Intracranial Neoplasms and Paraneoplastic Disorders in Principles of Neurology edisi 7, McGraw Hill, New York, 2001 : 676 – 721 8. 4. Syaiful Saanin, dr, Tumor Intrakranial dalam http://www.angelfire.com/nc/neurosurgery/Pendahuluan.html , dikutip
tanggal 13 November 2004 9. 5. Harsono, Tumor Otak dalam Buku Ajar Neurologi Klinis edisi I, Gajah Mada University Press, Yogyakarta, 1999 : 201 – 207 10. 6. What you need to Know about Brain Tumor at http://www.cancer.gov 11. 7. Mahar, M., Proses Neoplasmatik di Susunan Saraf dalam Neurologi Klinis Dasar edisi 5, Dian Rakyat, Jakarta, 2000 : 390 – 402