LAPORAN FISIOLOGI HEWAN KEGIATAN 4 MENGHITUNG DENYUT NADI DAN CARDIAC OUTPUT (CO)
Disusun Oleh : Prodi Pendidikan Biologi I 2016 1. Monita Rahayu
16304241011
JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2017
KEGIATAN 6 MENGHITUNG SEL DARAH PUTIH (LEUKOCYTE)
I.
Pelaksanaan Praktikum Hari, tanggal
: Selasa, 4 Desember 2017
Tempat pratikum
: Laboratorium Zoologi, FMIPA, Universitas Negeri Yogyakarta
II.
Tujuan Tujuan praktikum 1.
Mengamati
: struktur
anatomi
makroskopi
jantung
(Kambing)
III.
2.
Mengukur denyut nadi pada arteri radialis Manusia
3.
Mengukur Cardiac Output (CO)
Alat dan Bahan Alat : 1. Skalpel 2. Pinset 3. Klem 4. Penusuk 5. Gunting 6. Bak parafin 7. Stopwatch 8. Stetoskop 9. Spygmamometer (tensimeter)
Bahan : 1. Jantung kambing
Mammalia
IV.
Cara Kerja 1. Mengamati struktur anatomis jantung Mempersiapkan jantung kambiing yang akan diamati pada bak parafin
Mengamati bagian-bagian jantung secara seksama dari bagian luar terlebih dahulu kemudian lanjut ke bagian dalam
Melakukan pengirisan bagian median jantung, kemudian mengamati bagian bagian di dalamnya
Mengamati perbedaan struktur otot atrium dan ven trikel , otot ventrikel kiri dan ventrikel kanan, dinding arteri dan vena, valvula bikuspidalisdan trikuspidalis
Menggambar struktur anatomi jantung tersebut 2. Denyut Nadi a) Langkah pertama Menempelkan ketiga jari pada pergelangan tangan diatas arteri radialis dengan sedikit menekan kemudian sedikit mengurangi tekanan tersebut sampai terasa denyut nadinya
Menghitung banyaknya denyutan dalam setiap menit, untuk memepermudah biasanya cukup dihitung banyaknya denyutan dalam dalam 15 detik
Mengalikan empat hasilnya untuk mendapatkan banyaknya denyutan per menit yang merupakan manifestasi frekuensi denyut jantung p er menit (HR=Heart Rate) b) Langkah kedua Melakukan kegiatan olahraga kurang lebih selama 10 menit
Melakukan pengukuran denyut nadi seperti langkah yang pertama
Membandingkan data hasil pengukuran pertama dengan data hasil pengukuran kedua dengan menggunkan uji t (student t test) lebih baik memakai program SPSS c) Menghitung Cardiac Output Menghitung Cardiac Output degan menggunkan rumus : Cardiac Output = HR x SV
Mencatat hasil yang diperoleh 3. Mengukur Tekanan Darah Melilitkan sabuk tekan yang sudah dilengkapi dengan pompa dan tensimeter pada bagian lengan atas terutama pada sendi siku
Meletakkan kepala stetoskop pada bawah sabuk tekan tepat diatas arteri radialis dan mendengarkan suara denyut jantung
Memompa sampai sabuk tekan menekan lengan dan suara jantung tidak terdengar lagi, setelah itu mengendorkan sekrup pengturpada pompa jantung sedemikian rupa sehingga udara keluar dan memantau suara denyut jantung dengan seksama.
Apabila suara denyut jantung terdengar (keroskof), maka hal itu menunjukan besarnya tekaan sistole yang dapat di lihat di alat tensimeter dan tepat saat denyut jantung hilang maka itu merupakan esarnya tekanan diastole yang dapat dilihat di tensimeter.
Melakukan pengulangan pengukuran tekanan darah pada kondisi sebelum beraktivitas dan setelah beraktivitas
V.
Hasil dan Pembahasan
1. Tabel Hasil Praktikum
No 1 2 3
No 1 2 3 No 1. 2. 3.
Sebelum kegiatan Nama Umur Denyut nadi Elisa 20 80 Monita 19 84 Vinasti 20 92
Sebelum kegiatan Nama Umur Elisa Monita Vinasti Nama Elisa Monita Vinasti
20 19 20
No 1 2 3
Setelah Kegiatan Nama Umur Denyut Nadi Elisa Monita Vinasti
Tekanan No sistol/diastol 100/80 1 100/70 2 110/70 3
Sebelum kegiatan HR SV CO 80 70 5600 84 70 5880 92 70 6440
132 160 144
Setelah Kegiatan Nama Umur Elisa Monita Vinasti
Nama Elisa Monita Vinasti
20 19 20
HR 132 160 144
Tekanan sistol/diastol
20 19 20
120/70 110/80
Sesudah kegiatan SV CO 70 9240 70 11200 70 10080
2. Pembahasan Dalam memompa darah, pada tubuh kita terasa adanya denyutan di sekujur tubuh namun hanya dapat dirasakan oleh tempat tertentu, denyut ini disebut dengan denyut jantung . Menurut Guyton and Hall (2005), denyut jantung berasal dari
sistem penghantar jantung yang khusus dan menyebar melalui sistem ini ke semua bagian miokardium. Struktur yang membentuk sistem penghantar adalah simpul sinoatrial (simpul SA), lintasan antar simpul diatrium, simpul atrioventrikular (simpul AV), berkas HIS dan cabang-cabangnya, dan sistem purkinje. Simpul SA merupakan pacu jantung normal, kecepatannya menentukan frekuensi den yut jantung. Pada percobaan, untuk menentukan frekuensi denyut nadi maka harus menentukan terlebih dahulu berapa denyutan per menitnya. Untuk dapat merasakan denyutan jantung saat memompa darah yaitu dengan menempatkan jari telunjuk dan jari tengah pada pergelangan tangan atau tiga jari pada sisi leher. Menurut Heru Nurcahyo dan Tri Harjana (2013), frekuensi denyut jantung (heart rate/HR) yaitu banyaknya denyut per menitnya. Menurut Ganong (2002), darah yang didorong ke aorta selama sistole tidak hanya bergerak maju dalam pembuluh darah tetapi juga menimbulkan gelombang bertekanan yang berjalan sepanjang arteri. Gelombang bertekanan meregang dinding arteri sepanjang perjalanannya, dan regangan dapat diraba sebagai denyut. Denyut yang diraba pada arteri radialis pada pergelangan tangan kira-kira 0,1 detik setelah puncak e jeksisistolik ke aorta. Inilah yang disebut nadi. Dengan bertambahnya usia, arteri menjadi lebih kaku dan gelombang denyut bergerak lebih cepat. Pada praktikum kali ini denyut nadi dihitung sebanyak dua kali yaitu sebelum kegiatan dan setelah kegiatan. Kegiatan dilakukan oleh praktikan dengan cara berlari selama 5 menit. Hasil praktikum yang diperoleh yaitu naracoba Elisa memiliki denyut nadi sebesar 20 detakan selama 15 detik atau 80 detakan per menit, Monita memiliki denyut nadi sebesar 22 denyut per 15 detik atau 84 denyut per menit, dan Vinasti memiliki denyut nadi sebesar 23 denyut per 15 detik atau 92 denyut permenit. Setelah melakukan kegiatan selama 15 menit dan diukur denyut nadinya ternyata setiap naracoba memiliki perbedaan denyut nadi dengan denyut nadi sebelum kegiatan yaitu cenderung mengalami peningkatan denyut nadi. Elisa memiliki denyut nadi sebesar 132 denyut per menit, Monita memiliki denyut nadi sebesar 160 denyut per menit, dan Vinasti memiliki denyut nadi sebanyak 144 denyut per menit.
Menurut Guyton and Hall (2005), kecepatan denyut nadi yang normal
yaitu 72 kali permenit. Pada umumnya, makin tinggi frekuensi denyut nadi permenit, makin banyak darah yang dipompakan, denyut nadi orang dewasa normal berkisar antara 60 – 100 kali/menit. Berdasarkan teori dari Guyton dan Hall ini ketiga naracoba ternyata masih memiliki denyut nadi yang normal karena masih berada pada range yang di tentukan artinya ketiga naracoba memiliki jantung yang sehat dan normal. Denyut nadi juga meningkat seiring dengan banyaknya aktivitas yang dilakukan karena setiap aktivitas yang kita lakukan membutuhkan energi yang cukup sehingga tubuh memerlukan oksigen yang cukup pula agar Praktikum selanjutnya adalah menghitung Cardiac Output (CO). Untuk menghitung Cardiac Output (CO), menggunakan rumus CO = HR x SV. Cardiac output (CO) adalah banyak darah yang dipompa selama satu menit. Cardiac output (CO) merupakan hasil kali Stroke volume dengan frekuensi denyut jantung. HR yaitu banyak denyut jantung permenit. Stroke volume (SV) yaitu volume satu kali pompa yang merupakan volume akhir diastole dikurangi volume akhir sistole. Volume akhir diastole tergantung dengan regangan (komplians), tekanan mendorong (filling preasure) vena cava, yang memiliki rata – rata 70 ml untuk orang dewasa (Heru Nurcahyo dan Tri Harjana, 2013). Hasil yang diperoleh saat praktikum yaitu sebelum kegiatan Elisa memiliki CO sebesar 5600 ml/menit, Monita memiliki CO sebesar 5880 ml/menit, dan Vinasti memiliki CO sebesar 6440 ml/menit. Menurut teori dari Darmanto Djojodibroto tahun 2003 halaman 50, Denyut jantung normal adalah antara 70-88 kali per menit sehigga CO normal berada pada range 4900-6160 ml/menit. Sehingga dapat disimpulkan bahwa naracoba Elisa dan Monita memiliki CO yang normal karena masih berada dalam rentan tersebut. Akan tetapi naracoba Vinasti memiliki jumah CO yang lebih tinggi, hal tersebut mungkin terjadi karena kesalahan dalam perhitungan denyut jantungnya karena belum ada alat khusus yang dapat membantu, sehingga kemungkinan terjadi kesalahan menjadi lebih besar. Sedangkan setelah beraktivitas naracoba Elisa memiliki CO sebesar 9240 ml/menit, naracoba Monita memiliki CO sebesar 11.200 ml/menit, dan Vinasti memiliki CO sebesar 10080 ml/menit. Sesuai dengan hasil perhitungan CO diketahui bahwa terjadi peningkatan
jumlah CO sebelum beraktivitas dan setelah beraktivitas yang menandakan bahwa jantung dalam keadaan normal. Sesuai dengan teori dari Muhardi tahun 2011 yang menyatakan bahwa ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi frekuensi denyut jantung dan jumlah darah yang dipompa jantung permenitnya antara lain aktivitas fisik atau tingkat kebugaran seseorang, jenis kelamin, suhu udara sekitar, posisi tubuh (berbaring atau berdiri), tingkat emosi, berat badan, serta usia. Sehingga adanya aktivitas fisik yang dilakukan praktikan memang mempengaruhi frekuensi denyut jantung dan jumlah darah yang dipompa jantung permenitnya, apabila semakin berat aktivitas fisik seseorang maka jantung akan semakin cepat berkontraksi untuk menggalirkan darah ke seluruh tubuh untuk mencukupi kebutuhan nutrisi tubuh akibat banyak energi yang dikeluarkan setelah beraktivitas. Praktikum selanjutnya adalah menghitung tekanan sistol/diastol naracoba. Tekanan darah dihitung dua kali yaitu tekanan darah sebelum kegiatan dan tekanan darah setelah kegiatan. Tekanan darah yang dimiliki Elisa sebelum kegiatan yaitu 100/80 mmHg , Monita memiliki tekanan darah sebesar 100/70 mmHg, dan Vinasti memiliki tekanan darah sebesar 110/70 mmHg. Tekanan darah yang baik adalah tekanan sistole 120 mmHg dan tekanan diastole 80 mmHg (120/80 mmHg) atau tekanan sistole 110 mmHg dan tekanan diastole 70 mmHg (110/70 mmHg).Tekanan darah sistol diatas 140 mmHg dan diastole lebih dari 100 mmHg digolongkan sebagai hipertensi atau tekanan darah tinggi. Sedangkan tekanan darah sistole yang kurang dari 90 mmHg digolongkan sebagai hipotensi atau tekanan darah rendah. Beda yang paling baik antara sistole dan diastole adalah 40 mmHg (Darmanto Djojodibroto, 2003 halaman 50). Berdasarkan teori tersebut dapat disimpulkan bahwa ketiga naracoba memiliki tekanan darah yang normal. Setelah beraktivitas selama 5 menit tekanan darah diukur kembali dan hasilnya Elisa memiliki tekanan darah
sebesar 120/70 mmHg, Monita memiliki
tekanan darah sebesar 120/70 mmHg, dan Vinasti memiliki tekanan darah sebesar 110/80 mmHg. Berdasarkan data tersebut naracoba akan mengalami peningkatan tekanan darah setelah melakukan suatu aktivitas tertentu. Hasil praktikum sesuai teori dari Sesuai dengan teori dari Muhardi tahun 2011 yang menyatakan bahwa apabila
semakin berat aktivitas fisik seseorang maka jantung akan semakin cepat berkontraksi untuk menggalirkan darah ke seluruh tubuh untuk mencukupi kebutuhan nutrisi tubuh akibat banyak energi yang dikeluarkan setelah beraktivitas sehingga akan mengakibatkan frekuensi jantung dalam memompa darah menjadi lebih cepat yang mana hal tersebut menyebabkan tekanan darah menjadi naik. Praktikum selanjutnya adalah mengamati struktur anatomi jantung kambing. Berdasarkan hasil pengamatan, pada jantung terdiri dari 2 atrium dan 2 ventrikel yaitu atrium kanan dan atrium kiri, ventrikel kanan dan ventrikel kiri. Bagian jantung paling pangkal disebut apek, bagian paling luar jantung dilindungi oleh lemak dan pembeluh darah koroner, pada bagian ujung jantung terdapat arteri pulmonalis kanan, vena superior, aorta, arteri, dan vena cava inferior. Diantara atrium kanan dan ventrikel kanan terdapat katup trikuspidalis dan diantara atrium kiri dan ventrikel kiri terdapat katup yang disebut bikuspidalis. Hasil pengamatan ternyata juga sesuai dengan teori dari Heru dan Tri tahun 2013 yang menyatakan bahwa struktur jantung terdiri 4 ruang yaitu 2 atrium dan 2 ventrikel, yang mana pada atrium memiliki dinding yang tipis sedangkan pada ventrikel dindingnya tebal. Dinding atrium lebih tipis karenan atrium berfungsi menerima darah secara pasif sedangkan ventrikel berfungsi memompa darah secara aktif. Dinding sebelah kiri juga lebih tebal dari pada kanan. Ketebalan ini berkaitan dengan fungsi jantung sebelah kiri khususnya bilik kiri, yang mempunyai kerja lebih berat dibandingkan kerja jantung sebelah kanan. Kerja yang lebih berat tersebut merupakan memompa darah ke seluruh tubuh. Namun demikian ventrikel kanan lebih besar ruangnya dibanding ventrikel kiri. Dinding jantung terdiri dari 3 lapisan yaitu endocardium, myocardium, dan e picardium (dari dalam ke luar). Endocardium: lapisan jantung paling dalam merupakan lapisan endothel yang berlanjut ke pembuluh darah arteri dan vena. Myocardium: bagian jantung yang berotot tersusun atas otot jantung. Epicardium: lapisan yang terdiri dari jaringan ikat serosa. VI.
Kesimpulan 1. Struktur anatomi jantung Mammalia (Kambing) terdiri dari:
a. Atrium kanan/ Serambi kanan adalah ruang pada jantung yang fungsinya untuk menerima darah dari seluruh tubuh ke jantung dan meneruskannya ke ventrikel kanan. b. Ventrikel
kanan/ Bilik kanan ruang pada jantung yang fungsinya
untuk menerima darah dari atrium kanan dan memompa darah ke paru-paru. c. Atrium kiri/ Serambi kiri ruang pada jantung yang fungsinya untuk menerima darah dari paru-paru dan meneruskan ke ventrikel kiri . d. Ventrikel kiri/ Bilik kiri ruang pada jantung yang fungsinya untuk menerima darah dari atrium kiri dan memompanya ke seluruh tubuh. e. Aorta (pembuluh arteri terbesar) Pembuluh darah ini memiliki diameter yang besar, aorta ini membawa darah keluar dari ventrikel kiri dan ada pula vena pulmonalis yang salurannya bermuara di atrium kiri (membawa darah dari paru – paru ke atrium kiri). f.
Klep tricuspid Katup trikuspidalis berada diantara atrium kanan dan ventrikel kanan. Bila katup ini terbuka, maka darah akan mengalir dari atrium kanan menuju ventrikel kanan. Katup trikuspid berfungsi mencegah kembalinya aliran darah menuju atrium kanan dengan cara menutup pada saat kontraksi ventrikel. Sesuai dengan namanya, katup trikuspid terdiri dari 3 daun katup.
2. Denyut nadi pada arteri radialis manusia dapat diukur dengan cara menempatkan jari telunjuk dan jari tengah pada pergelangan tangan. Denyut yang diraba pada arteri radialis pada pergelangan tangan kira-kira 0,1 detik setelah puncak e jeksisistolik ke aorta. Beberapa hal yang dapat mempengaruhi frekuensi denyut jantung dan jumlah darah yang dipompa jantung permenitnya antara lain aktivitas fisik atau tingkat kebugaran seseorang, jenis kelamin, suhu udara sekitar, posisi tubuh (berbaring atau
berdiri), tingkat emosi, berat badan, serta usia. Sehingga adanya aktivitas fisik yang dilakukan praktikan memang mempengaruhi frekuensi denyut jantung dan jumlah darah yang dipompa jantung permenitnya, apabila semakin berat aktivitas fisik seseorang maka jantung akan semakin cepat berkontraksi untuk mengalirkan darah ke seluruh tubuh untuk mencukupi kebutuhan nutrisi tubuh akibat banyak energi yang dikeluarkan setelah beraktivitas.
3. HR (Frekuensi denyut) dapat diukur dengan cara menghitung banyaknya denyutan selama 1 menit (denyut/menit) dan SV/ stroke volume adalah volume satu kali pompa yang merupakan volume akhir diatole dikurangi volume akhir sistole, rata-rata untuk orang dewasa yaitu 70 ml. Sehingga nilai CO (banyaknya darah yang dipompa selama 1 menit) dapat dihitung dengan cara mengalikan HR dan SV. Rata-rata 6056,8 ml/menit sebelum aktivitas dan 8256,6 ml/menit setelah melakukan aktivitas pada perempuan. Untuk laki-laki rata-rata sebelum aktivitas adalah 5690,0 ml/menit dan 8600,0 ml/menit setelah aktivitas. Aktivitas tubuh akan sangat mempengaruhi frekuensi denyut nadi seseorang, dibuktikan dengan meningkatnya nilai CO dan HR yang meningkat setelah melakukan aktivitas.
DAFTAR PUSTAKA
Guyton AC, Hall JE.2005. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, PP: 137,147. Heru Nurcahyo dan Tri Harjana. 2013. Petunjuk Praktikum Fisiologi Hewan. Yogyakarta: FMIPA UNY. Muhardi. 2011. Fisiologi Kardiovaskular . Jakarta: Bagian Anestesiology dan Terapi Intensif FK UI, P:25. Darmanto Djojodibroto. 2003. Seluk Beluk Pemeriksaan Kesehatan: General Medical Check Up. Obor : Jakarta.