BAGIAN ILMU BEDAH
Case presentation
FAKULTAS KEDOKTERAN
November 2014
UNIVERSITAS HASANUDDIN
TUMOR PALATUM
Oleh: Rezki Amalia Najib C 111 09 388 PEMBIMBING dr. Irwandi SUPERVISOR Dr. dr. Fonny Josh Sp. B, Sp. BP- RE
DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU BEDAH FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2014
1
HALAMAN PENGESAHAN
Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa :
Nama
:
Rezki Amalia Najib
NIM
:
C 111 09 388
Judul Journal Reading:
Tumor Palatum
Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada Bagian Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.
Makassar, November 2014
Mengetahui,
Supervisor
Pembimbing
DR. dr. Fonny Josh Sp.B, Sp.BP-RE
dr. Irwandi
2
BAB I PENDAHULUAN
Neoplasma atau tumor adalah pembentukan jaringan baru yang abnormal dan tidak dapat terkontrol oleh tubuh. Tumor bisa mengenai seluruh organ tubuh termasuk pada tumor palatum. Tumor palatum adalah suatu pertumbuhan jaringan abnormal yang terjadi pada daerah palatum. Jaringan tersebut dapat tumbuh pada daerah palatum durum, dan palatum molle. Pertumbuhannya dapat digolongkan sebagai ganas ( maligna) atau
jinak
(benigna).
Kanker palatum
mole
menyumbang
sekitar 2%
dari keganasan kepala dan mukosa leher. Setengah dari semua kanker palatum durum adalah karsinoma sel skuamosa (SCCs). Tindakan eksterpasi tumor dibutuhkan untuk mengangkat tumor, agar tidak tumbuh lebih besar maupun bermetastase ke tempat lain yang dapat mengganggu kesehatan, fungsi organ dan estetika. Berikut dilaporkan laporan kasus tentang tumor palatum.
3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi
Palatum memisahkan rongga mulut dari rongga hidung dan sinus maksila. Mukosa palatum
mulut tersusun
dari epitel
skuamos
pseudostratified.
neurovaskularisasi palatum berasal dari foramen palatina, yang terletak di sebelah medial gigi molar untuk menyebar.
ketiga. Arteri
Foramen ini menyediakan
jalur bagi tumor
descending palatine dari arteri maksilaris internal
memberikan pasokan darah. Saraf sensorik dan secretomotor dari cabang (V II) rahang atas dari saraf trigeminal. Secara
anatomis,
palatum
dari orofaring. . hubungan antara 2 palatum
mole
adalah
jaringan
mole
merupakan
bagian
permukaan mukosa palatum durum dan ikat, serat
otot, aponeurosis, pembuluh
darah,pembuluh limfatik, dan kelenjar ludah minor. Anatomi palatum dibagi menjadi dua, yaitu palatum durum
(bagian
dari rongga mulut) dan palatum mole (bagian dari orofaring). Kanker palatum mole menyumbang sekitar 2% dari keganasan kepala dan mukosa leher. Setengah dari semua kanker palatum durum adalah karsinoma sel skuamosa (SCCs) seperti terlihat pada gambar di bawah. Nonsquamous sel kanker,termasuk kanker kelenjar ludah, sarkoma, dan melanoma
4
Gambar 1. Anatomi Palatum
Secara
fungsional, palatum
mole
orofaring dari nasofaring selama menelan
berfungsi
dan berbicara.
untuk Untuk
memisahkan mencegah
regurgitasi nasofaring dan mencegah udara keluar ke dalam hidung saat berbicara.
2.2 Definisi Tumor Tumor ialah benjolan atau pembengkakan yang disebabkan oleh neoplasma dan tumor juga merupakan istilah umum yang dipakai untuk semua bentuk pembengkakan atau benjolan pada tubuh. Tumor secara khusus dipakai pula untuk pengganti nama kanker jinak, sebagaimana istilah kanker dimaksudkan sebagai suatu tumor ganas. Neoplasma adalah penyakit pertumbuhan sel karena di dalam tubuh timbul sel-sel baru yang berbeda dari sel normal asalnya, untuk penyederhanaanya dikenal sel neoplasma jinak dan sel neoplasma ganas atau carcinoma.
5
Tumor palatum adalah suatu pertumbuhan jaringan abnormal yang terjadi pada daerah palatum. Jaringan tersebut dapat tumbuh pada daerah palatum durum, dan palatum molle. Pertumbuhannya dapat digolongkan sebagai ganas ( maligna) atau
jinak
(benigna).
Kanker palatum
mole
menyumbang
sekitar 2%
dari keganasan kepala dan mukosa leher. Setengah dari semua kanker palatum durum adalah karsinoma sel skuamosa (SCCs).
Gambar 2. Karsinoma sel skuamosa palatum durum 2.3 Etiologi Tumor Palatum
Hubungan yang
kuat terdapat antara konsumsi tembakau dan alkohol
dengan SCC dari rongga mulut dan palatum mole , namun hubungannya dengan kanker palatum durum
tidak jelas. Faktor-faktor lain, seperti gigi palsu yang
tidak sesuai, kebersihan mulut yang buruk, iritasi mekanis, dan obat kumur, yang terlibat dalam SCC rongga mulut merupakan salah satu etiologi, namun, tidak ditemukan bukti yang meyakinkan. 2.4 Patofisiologis
Tumor ganas sebagai serangkaian penyakit dimana sel berhasil meloloskan diri dari mekanisme kontrol yang pada keadaan normal akan menghalangi
6
pertumbuhannya. Tumor ganas terbentuk akibat terjadinya mutasi beberapa gen seperti pada gen tumor supresor, gen onkogen sehingga pertumbuhan sel tidak terkontrol. Sel normal yang terkena bahan Karsinogenik dapat mengalami mutasi gen dan akan membentuk sel baru. Setelah terbentuk sel baru dengan adanya hal tersebut maka jaringan akan rusak menembus basal-basal membran dan menjadi sel kanker. Selain bahan karsinogenik yang memicu adanya sel kanker ialah hormon, virus, penyinaran atau Radiasi dan bahan kimia lain. Pertumbuhan dan Penyebaran Tumor Ganas palatum atau tumor ganas rongga mulut lainnya sering bermetastasis secara local ke kelenjar limfe regional, terutama di bagian leher, selanjutnya membentuk anak sebar di paru, hati, atau tulang. Selain bermetastasis, tumor stadium lanjut juga menginvasi struktur jaringan yang letaknya lebih dalam, karena mempunyai potensi membentuk tumor primer sekunder. Sel-sel ganas mempunyai kemampuan untuk mengadakan invasi baik secara local maupun ke tempat yang jauh (metastasis). Ada dua sifat berbahaya dari tumor ganas yang membedakannya dengan tumor jinak yaitu kemampuannya untuk menginvasi jaringan normal dan kemampuannya untuk bermetastasis. Metastasis merupakan kemempuan sel kanker dari tumor primer untuk menginfiltrasi jaringan normal dan menyebar ke seluruh tubuh. Metastasis merupakan salah satu penyebab terbesar kematian penderita tumor ganas. Hal ini disebabkan karena metastasis sudah terjadi sebelum tumor primer itu sendiri terdeteksi. Proses metastasis ini terutama melalui aliran limfe dan pembuluh darah, namun demikian dapat juga melalui rongga dalam tubuh misalnya rongga abdomen dan melalui cairan tubuh misalnya liquor cerebrospinalis. Kemampuan metastasis ini disebabkan karena kemampuan sel kanker untuk melakukan invasi ke dalam jaringan sekitarnya dan seterusnya ke pembuluh darah atau pembuluh lymphe. Proses terjadinya metastasis terutama disebabkan oleh perubahan sifat sel ganas. Sifat sel ganas itu antara lain perubahan biokimia permukaan sel, pertambahan motilitas, kemampuan mengeluarkan zat litik, dapat membentuk pembuluh darah baru (angiogenesis), berkurangnya adhesi sel tumor satu dengan
7
lainnya dan hilangnya daya pertumbuhan bersama antara sesama sel tumor dan sel normal diantaranya. Konsep dasar dari langkah-langkah terjadinya metastasis yang dianut sekarang ini, pertama adalah proses terlepasnya sel-sel tumor dari kelompoknya (detachment) dan kemudian sel-sel ini akan melengket pada membrana basalis pembuluh darah, kemudian sel ini akan mengeluarkan enzim yang menyebabkan lisisnya membrana basalis pembuluh darah. Sel kanker tersebut kemudian masuk ke dalam pembuluh darah melalui defek yang terjadi tadi. Walaupun sel tersebut telah masuk pembuluh darah, dan beredar dalam aliran darah, hal ini belum menjamin terjadinya metastasis yang berhasil, karena tidak jarang banyak sel kanker dalam sirkulasi, namun tidak terjadi metastasis.
2.5 Klasifikasi Tumor Palatum A. Tipe Histologi
Sebagian besar (± 90%) kanker rongga mulut berasal dari mukosa yang berupa karsinoma epidermoid atau karsinoma sel skwamosa dengan diferensiasi baik, tetapi dapat pula berdiferensiasinya sedang, jelek atau anaplastik. Bila gambaran
patologis
menunjukkan
suatu
rabdomiosarkoma,
fibrosarkoma,
malignant fibrohistiocytoma atau tumor ganas jaringan lunak lainnya, perlu
8
diperiksa dengan teliti apakah tumor itu benar suatu tumor ganas rongga mulut (C00-C06) ataukah suatu tumor ganas jaringan lunak pipi, kulit atau tulang yang mengadakan invasi ke rongga mulut. B. Derajat Diferensiasi
C. Laporan Patologi Standard
Yang perlu dilaporkan pada hasil pemeriksaan patologis dari specimen operasi meliputi : 1. tipe histologis tumor 2. derajat diferensiasi (grade) 3. pemeriksaan TNM untuk menentukan stadium patologis (pTNM) T = Tumor primer - Ukuran tumor - Adanya invasi kedalam pembuluh darah/limfe - Radikalitas operasi N = Nodus regional - Ukuran KGB - Jumlah KGB yang ditemukan
9
- Level KGB yang positif M = Metastase jauh
KLASIFIKASI STADIUM KLINIS
Menentukan stadium kanker rongga mulut dianjurkan memakai sistem TNM dari UICC, 2002. Tatalaksana terapi sangat tergantung dari stadium. Sebagai ganti stadium untuk melukiskan beratnya penyakit kanker dapat pula dipakai luas ekstensi penyakit. - Jumlah KGB yang positif - Invasi tumor keluar kapsel KGB - Adanya metastase ekstra nodal Stadium karsinoma rongga mulut :
10
Luas ekstensi kanker
2.6 Penatalaksanaan
Pilihan pengobatan untuk kanker tergantung pada tumor palatum, khususnya ukuran, lokasi, dan penyebaran tumor. Tumor palatum durum dengan
11
mudah dapat melibatkan tulang rahang atas, kecuali terdeteksi dini. Tumor palatum mole dapat dengan mudah menyebar ke jaringan yang berdekatan dan sampai ke dasar tengkorak (daerah yang memiliki banyak saraf dan pembuluh darah, dan dengan demikian bisa sangat sulit untuk mengobati). Sebagian besar tumor memerlukan dua mode terapi dan dalam tumor yang sangat ganas bahkan tiga mode terapi. Tiga terapi yang tersedia (mode terapi) adalah operasi, terapi radiasi, dan kemoterapi.
BAB III LAPORAN KASUS
12
A. IDENTITAS PASIEN
B.
Nama
: Tn. M
Jenis Kelamin
: Laki-Laki
Umur
: 49 tahun
Alamat
: Walasihonawo, Kolaka Utara
MRS
: 23 September 2014
RM
: 680416
ANAMNESIS
Keluhan utama : ada lubang di langit-angit Riwayat Penyakit Sekarang :
Dialami sejak ± 5 bulan yang lalu awalnya pasien menjalani operasi THT karena infeksi di langit-langit mulut. Setelah operasi, muncul lobang pada langit-langit. Kemudian pasien berobat ke dokter spesialis bedah dan menjalani operasi untuk menutup lubang di langit-langit tapi beberapa minggu setelah operasi, lubang di langit-langit muncul kembali. Pasien kemudian dirujuk ke RSWS. Pasien susah makan, bila makan makanannya keluar dari hidung. Demam tidak ada, nyeri tidak ada. Riwayat keluarga yang menderita penyakit yang sama tidak ada. C. PEMERIKSAAN FISIK Keadaan umum : tampak sakit ringan. Tanda vital :
Kepala/leher
TD
= 120/60 mmHg
N
= 80 x/menit
RR
= 18 x/menit
T
= 36,7 OC
: konjunctiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), tortikolis (-) Peningkatan JVP (-/-), pembesaran KGB (-/-)
13
Rongga Mulut : Inspeksi
: masa (+) pada palatum,
berwarna merah muda mengkilap dan permukaan halus, darah (-) Palpasi Thorax
: Inspeksi
: mobile, nyeri tekan (-), permukaan rata : simetris
Palpasi
: Fremitus fokal simetris
Perkusi
: sonor/sonor
Auskultasi : suara nafas vesikuler, Rhonki (-/-), Wheezing (-/-) Abdomen
Ekstremitas
: Inspeksi
: tampak datar, distensi (-)
Auskultasi
: Bising usus (+) normal
Palpasi
: Hepar/Lien/Massa tidak teraba
Perkusi
: timpani
: akral hangat, edem tidak ada, parese tidak ada
D. DIAGNOSIS
Tumor Palatum suspek Malignancy
Tumor colli dextra suspek metastasis
E. TERAPI
IVFD Ringer Laktat 24 tpm
Ceftriaxone 1gr/12jam/IV
Ranitidin 50mg/8jam/IV
Ketorolac 30mg/8jam/IV
Betadine kumur 4x1
14
BAB IV DISKUSI
Tumor palatum adalah suatu pertumbuhan jaringan abnormal yang terjadi pada daerah palatum. Jaringan tersebut dapat tumbuh pada daerah palatum durum, dan palatum molle. Pertumbuhannya dapat digolongkan sebagai ganas ( maligna) atau
jinak
(benigna).
Kanker palatum
mole
menyumbang
sekitar 2%
dari keganasan kepala dan mukosa leher. Setengah dari semua kanker palatum durum adalah karsinoma sel skuamosa (SCCs). Sebagian besar (± 90%) kanker rongga mulut berasal dari mukosa yang berupa karsinoma epidermoid atau karsinoma sel skwamosa dengan diferensiasi baik, tetapi dapat pula berdiferensiasinya sedang, jelek atau anaplastik. Bila gambaran
patologis
menunjukkan
suatu
rabdomiosarkoma,
fibrosarkoma,
malignant fibrohistiocytoma atau tumor ganas jaringan lunak lainnya, perlu diperiksa dengan teliti apakah tumor itu benar suatu tumor ganas rongga mulut (C00-C06) ataukah suatu tumor ganas jaringan lunak pipi, kulit atau tulang yang mengadakan invasi ke rongga mulut. Pilihan pengobatan untuk kanker tergantung pada tumor palatum, khususnya ukuran, lokasi, dan penyebaran tumor. Tumor palatum durum dengan mudah dapat melibatkan tulang rahang atas, kecuali terdeteksi dini. Tumor palatum mole dapat dengan mudah menyebar ke jaringan yang berdekatan dan sampai ke dasar tengkorak (daerah yang memiliki banyak saraf dan pembuluh darah, dan dengan demikian bisa sangat sulit untuk mengobati). Sebagian besar
15
tumor memerlukan dua mode terapi dan dalam tumor yang sangat ganas bahkan tiga mode terapi. Tiga terapi yang tersedia (mode terapi) adalah operasi, terapi radiasi, dan kemoterapi, pasien ini menjalani metode terapi berupa eksisi luas pada tumor palatumnya.
16
BAB V PENUTUP
Telah dilaporkan sebuah laporan kasus tumor palatum pada laki-laki berusia 36 tahun, dengan keluhan utama benjolan di langit-langit. Pada anamnesis dan pemeriksaan fisik diketahui konsistensi benjolan keras dan permukaannya halus dan sering berdarah . Penderita diterapi dengan metode eksisi luas terhadap tumor palatumnya.
17