Politeknik Negeri Sriwijaya
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Energi merupakan salah satu kebutuhan utama dalam kehidupan manusia. Peningkatan
kebutuhan
energi
dapat
merupakan
indikator
peningkatan
kemakmuran, namun bersamaan dengan itu juga menimbulkan menimbulkan masalah dalam usaha penyediaannya. Pemakaian energi surya di Indonesia mempunyai prospek yang sangat baik, baik, mengingat bahwa secara geografis sebagai negara negara tropis, melintang garis khatulistiwa berpotensi energi surya yang cukup baik. Pemanfaatan Tenaga Surya Surya melalui konversi Photovoltaic Photovoltaic telah
banyak
diterapkan antara lain, penerapan sistem individu dan sistem hybrid yaitu sistem penggabungan penggabungan antara sumber energi konvensional konvensional dengan sumber sumber energi terbarukan. Pada kondisi beban rendah sistem bekerja dengan sistem inverter dan baterai. Jika beban terus bertambah hingga mencapai kapasitas yang terdapat pa da inverter atau tegangan baterai semakin rendah, maka sistem kontrol akan segera mengoperasikan genset, maka maka genset akan berfungsi sebagai AC/DC AC/DC konverter untuk pengisian pengisian baterai, dan dapat dapat beroperasi secara paralel untuk memenuhi memenuhi kebutuhan beban tersebut. Guna meneliti energi terbarukan itu lebih lanjut maka kami berinisiatif Membuat Laporan yang berjudul “Pembangkit Listrik Tenaga Surya Bangli di Provinsi Bali” 1.2
Tujuan dan Manfaat
Adapun Tujuan dibuatnya laporan ini adalah sebagai berikut : 1. Agar Bisa Mengetahui Komponen Pembangkit Listrik Tenaga Surya Bangli. 2. Agar Bisa Mengetahui Cara Kerja Pada Sel Surya (Fotovoltaik).
1
Politeknik Negeri Sriwijaya
Adapun manfaat dibuatnya laporan ini adalah sebagai berikut : 1. Bagi mahasiswa teknik listrik dapat membuat atau setidaknya merancang Pembangkit Listrik Tenaga Surya. 2. Dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan PLTS jika digunakan di Indonesia.
1.3
Rumusan Masalah
Dalam Laporan Kuliah Kerja Lapangan ini, permasalahan masalah yang dibahas adalah pada “Komponen
- Komponen yang diperlukan untuk
membangkitkan listrik dengan menggunakan Pembangkit listrik Tenaga Surya dan Bagaimana Komponen tersebut dapat membangkitkan listrik” Pada PLTS Bangli di Provinsi Bali
1.4
Metode Kuliah Kerja Lapangan
Metode yang dilaksanakan selama melaksanakan kuliah kerja lapangan hingga penulisan laporan ini adalah sebagai berikut : 1. Metode Observasi Metode ini pelaksanaanya melalui tinjauan langsung ke lapangan dan tanya jawab dengan orang – orang yang berkompeten dibidangnya. Pencarian data dilakukan dengan melihat secara langsung mengenai peralatan ataupun instrumen yang dipakai dalam pemenuhan kebutuhan listrik di kabupaten bangli beserta semua peralatan penunjang PLTS tersebut. 2. Metode Studi Pustaka Metode ini dilaksanakan dengan adanya pengetahuan yang didapat selama mengikuti perkuliahan dan mencari referensi yang menunjang dengan pokok bahasan laporan ini sesuai se suai dengan di lapangan.
2
Politeknik Negeri Sriwijaya
1.5 Sistematika Penulisan
Dalam penulisan laporan ini penulis membuat suatu sistematika penulisan yang terdiri dari beberapa bab, dimana pada masing – masing bab terdapat uraian sebagai berikut : BAB I
PENDAHULUAN
Pada bab ini berisikan tentang latar belakang, tujuan,rumusan masalah, metode kuliah kerja lapangan, serta sistematika penulisan.
BAB II
TINJAUAN UMUM
Berisikan tentang sejarah singkat mengenai Pembangkit Listrik Tenaga Surya
di
dunia
Kelistrikan
maupun
di
Kabupaten
Bangli
dan
perkembangannya, serta Ruang lingkup PLTS Bangli.
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Berisikan tentang teori-teori yang memuat komponen yang meliputi pembahasan masing-masing komponen yang digunakan untuk menunjang laporan ini.
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini membahas Mengenai komponen yang digunakan pada PLTS bangli dan cara kerja dari Sel Surya.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Berisikan tentang kesimpulan dan saran berdasarkan analisa pe nulis.
3
Politeknik Negeri Sriwijaya
BAB II TINJAUAN UMUM
2.1
Sejarah PLTS dan PLTS Bangli
Sejarah PLTS tidak terlepas dari penemuan teknologi sel surya berbasis silikon pada tahun 1941. Ketika itu Russell Ohl dari Bell Laboratory mengamati silikon polikristalin akan membentuk buit in junction, karena adanya efek segregasi pengotor yang terdapat pada leburan silikon. Jika berkas foton mengenai salah satu sisi junction, maka akan terbentuk beda potensial di antara junction, dimana elektron dapat mengalir bebas. Sejak itu penelitian untuk meningkatkan efisiensi konversi energi foton menjadi energi listrik semakin intensif dilakukan. Berbagai tipe sel surya dengan beraneka bahan dan konfigurasi geometri pun berhasil dibuat. PLTS bangli dibangun pada tahun 2014, karena itulah sejarah dari pembangkit ini belum terlalu banyak.
2.2
Ruang Lingkup PLTS Bangli
Kabupaten Bangli, mendapat proyek Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). Kapasitas PLTS tesebut 1 MW yang terkoneksi dengan jaringan PLN. Proyek berdiri di atas lahan seluas 1,5 hektare dengan 100 panel solar cell. Adapun nilai investasinya mencapai Rp 26 miliar. Proyek ini diresmikan pada tahun 2014.
Gambar 2.1 Denah PLTS Bangli 4
Politeknik Negeri Sriwijaya
BAB III TINJAUAN PUSTAKA
3.1
Sel Surya
Pada saat ini penggunaan tenaga matahari (solar cell) masih dirasakan mahal karena tidak adanya subsidi. Listrik yang kita gunakan saat ini sebenarnya adalah listrik bersubsidi. Bayangkan perusahaan/ pertambangan minyak tanah, batubara (yang merusak lingkungan), pembuatan pembangkit tenaga listrik uap, distribusi tenaga listrik, yang semuanya dibangun dengan biaya besar, bandingkan dengan menggunakan sel surya ini. Kelebihan penggunaan listrik tenaga surya:
Energi yang terbarukan / tidak pernah habis
Bersih, ramah lingkungan
Umur panel surya / solar cell panjang/ investasi jangka panjang
Praktis, tidak memerlukan perawatan
Sangat cocok untuk daerah tropis seperti Indonesia
Panel surya / solar cell sebagai komponen penting pembangkit listrik tenaga surya, mendapatkan tenaga listrik pada pagi sampai sore hari sepanjang ada sinar matahari. Umumnya kita menghitung maksimum sinar matahari yang diubah menjadi tenaga listrik sepanjang hari adalah 5 jam. Tenaga listrik pada pagi - sore disimpan dalam baterai, sehingga listrik dapat digunakan pada malam hari, dimana tanpa adanya sinar matahari.
5
Politeknik Negeri Sriwijaya
Karena pembangkit listrik tenaga surya sangat tergantung kepada sinar matahari, maka perencanaan yang baik sangat diperlukan.
Perencanaan terdiri dari:
Jumlah daya yang dibutuhkan dalam pemakaian sehari-hari (Watt).
Berapa besar arus yang dihasilkan panel surya / solar cell (dalam Ampere hour), dalam hal ini memperhitungkan berapa jumlah panel surya / solar cell yang harus dipasang.
Berapa unit baterai yang diperlukan untuk kapasitas yang diinginkan dan pertimbangan penggunaan tanpa sinar matahari. (Ampere hour).
3.2
Tipe - Tipe Sel Surya
Ditinjau dari konsep struktur kristal bahannya, terdapat tiga tipe utama sel surya, yaitu sel surya berbahan dasar monokristalin, poli (multi) kristalin, dan amorf. Ketiga tipe ini telah dikembangkan dengan berbagai macam variasi bahan, misalnya silikon, CIGS, dan CdTe.
Gambar 3.1 Fabrikasi Fotovoltaik
6
Politeknik Negeri Sriwijaya
3.2.1
Monokristal (Mono-crystalline)
Merupakan sel surya yang paling efisien, menghasilkan daya listrik persatuan luas yang paling tinggi. Memiliki efisiensi sampai dengan 15%. Kelemahan dari panel jenis ini adalah tidak akan berfungsi baik ditempat yang cahaya mataharinya kurang (teduh), efisiensinya akan turun drastis dalam cuaca berawan.
Gambar 3.2 Sel Surya Monokristal
3.2.2
Polikristal (Poly-crystalline)
Merupakan sel surya yang memiliki susunan kristal acak. Type Polikristal memerlukan luas permukaan yang lebih besar dibandingkan dengan jenis monokristal untuk menghasilkan daya listrik yang sama, akan tetapi dapat menghasilkan listrik pada saat mendung.
Gambar 3.3 Sel Surya Polikristal
7
Politeknik Negeri Sriwijaya
3.2.3
Amorphous Silikon amosphous (a-Si)
Merupakan Sel surya yang digunakan sebagai bahan baku panel sel surya untuk kalkulator pada waktu tertentu. Meskipun kinerjanya rendah dari pada sel surya c-Si (crystaline) tradisional, hal ini tidak terlalu penting dalam kalkulator, yang menggunakan tenaga yang sangat minim. Saat ini, perkembangan pada teknik a-Si membuat mereka menjadi lebih efektif untuk area yang luas yang digunakan solar cells panel. Efisiensi tinggi dapat dicapai dengan penyusunan beberapa layar sel a-Si yang tipis di bagian atas satu sama lain, setiap rangkaian diatur untuk bekerja dengan pada frekuensi cahaya tertentu. Pendekatan ini tidak berlaku untuk sel c-Si, dimana sangat tebal sebagai hasil dari teknik pembangunan dan buram, menghalangi cahaya pada lapisan di tiap susunan. Keuntungan dasar dari a-Si dalam skala produksi yang besar bukan pada efisiensi, tetapi pada biaya. Sel a-Si menggunakan sekitar 1% silikon daripada sell c-Si, dan biaya untuk silikon adalah faktor terbesar dalam biaya sel.
Gambar 3.4 Sel Surya Amorphous
Berdasarkan kronologis perkembangannya, sel surya dibedakan menjadi sel surya generasi pertama, kedua, dan ketiga. Generasi pertama dicirikan dengan pemanfaatan wafer silikon sebagai struktur dasar sel surya; generasi kedua memanfaatkan teknologi deposisi bahan untuk menghasilkan lapisan tipis (thin film) yang dapat berperilaku sebagai sel surya; dan generasi ketiga dicirikan oleh pemanfaatan teknologi bandgap engineering untuk menghasilkan sel surya berefisiensi tinggi dengan konsep tandem atau multiple stackes.
8
Politeknik Negeri Sriwijaya
Kebanyakan sel surya yang diproduksi adalah sel surya generasi pertama, yakni sekitar 90% (2008). Di masa depan, generasi kedua akan makin populer, dan kelak akan mendapatkan pangsa pasar yang makin besar. European Photovoltaic Industry Association (EPIA) memperkirakan pangsa pasar thin film akan mencapai 20% pada tahun 2010. Sel surya generasi ketiga hingga saat ini masih dalam tahap riset dan pengembangan, belum mampu bersaing dalam skala komersial.
3.3 Komponen Pembangkit Listrik Tenaga Surya
Gambar 3.5 Komponen PLTS
9
Politeknik Negeri Sriwijaya
3.3.1
Panel Surya
Berfungsi merubah cahaya matahari menjadi listrik. Bentuk moduler dari panel surya memberikan kemudahan pemenuhan kebutuhan pemenuhan listrik untuk berbagai skala kebutuhan.
Gambar 3.6 Panel Surya
3.3.2
Controller regulator
Berfungsi mengatur lalu lintas listrik dari Panel Surya ke beban
Gambar 3.7 Controller Regulator
10
Politeknik Negeri Sriwijaya
3.3.3
Battery ACCU
Berfungsi menyimpan arus listrik yang dihasilkan oleh Panel Surya (Solar Panel) sebelum dimanfaatkan untuk menggerakkan beban. Beban dapat berupa lampu penerangan atau peralatan elektronik dan peralatan lainnya yang membutuhkan listrik
Gambar 3.8 Battery ACCU 3.3.4
Inverter AC
Berfungsi merubah arus DC dari battery ACCU 12 volt menjadi arus AC bertegangan 220 v,arus yang di hasilkan oleh INVERTER sangatlah stabil, sehingga sudah tidak memerlukan alat setabilizer lagi,serta aman dan berprotexion tinggi. Sangat flexible dalam penempatan Design Pembangkit Listrik Tenaga Matahari Yang Praktis dan Flexible
Gambar 3.9 Inverter AC
11
Politeknik Negeri Sriwijaya
3.3.5
Transformator
Berguna untuk mengubah taraf suatu tegangan AC ke taraf yang lain. Di bangli menggunakan trafo step up, untuk menaikkan tegangan.
Gambar 3.10 Transformator
3.3.6
Monitoring System
Untuk memvisualisasikan operasional pembangkit, status pembangkit, dan dilengkapi data logger.
Gambar 3.11 Ruang Monitoring
12
Politeknik Negeri Sriwijaya
BAB IV PEMBAHASAN
4.1
Komponen – Komponen PLTS Bangli
Komponen yang digunakan pada PLTS bangli Antara lain : 1. Panel Surya
Type : Len 200 wp-24v Output power : 200 watt Max Power Voltage : 37,44 V Max Power Current : 5,30 A Open Circuit Voltage : 5,50 V Weight : 16,5 Kg Efficiency : 15%
Gambar 4.1 Spesifikasi Panel Surya
2. Controller regulator 3. Battery ACCU 4. Inverter AC 5. Transformator 6. Monitoring System
Data yang tersedia pada monitoring system pembangkit meliputi : a. DC Current, DC Voltage b. AC Current, AC Voltage dan frequency tiap phasa c. PV Power , dan AC Power d. Total energi dan akumulasi energi(kWh) e. Reduksi CO2 , SO2 , dan Nox harian dan total f.
Solar Radiasi (W/m2)
g. Ambient temperature h. PV module temperature
13
Politeknik Negeri Sriwijaya
4.2
Prinsip Kerja PLTS
Sel surya konvensional bekerja menggunakan prinsip p-n junction, yaitu junction antara semikonduktor tipe-p dan tipe-n. Semikonduktor ini terdiri dari ikatan-ikatan atom yang dimana terdapat elektron sebagai penyusun dasar. Semikonduktor tipe-n mempunyai kelebihan elektron (muatan negatif) sedangkan semikonduktor tipe-p mempunyai kelebihan hole (muatan positif) dalam struktur atomnya. Kondisi kelebihan elektron dan hole tersebut bisa terjadi dengan mendoping material dengan atom dopant. Sebagai contoh untuk mendapatkan material silikon tipe-p, silikon didoping oleh atom boron, sedangkan untuk mendapatkan material silikon tipe-n, silikon didoping oleh atom fosfor. Ilustrasi dibawah menggambarkan junction semikonduktor tipe-p dan tipe-n.
Gambar 4.2 Junction antara semikonduktor tipe-p (kelebihan hole) dan tipe-n (kelebihan elektron)
Peran dari p-n junction ini adalah untuk membentuk medan listrik sehingga elektron (dan hole) bisa diekstrak oleh material kontak untuk menghasilkan listrik. Ketika semikonduktor tipe-p dan tipe-n terkontak, maka kelebihan elektron akan bergerak dari semikonduktor tipe-n ke tipe-p sehingga membentuk kutub positif pada semikonduktor tipe-n, dan sebaliknya kutub negatif pada
14
Politeknik Negeri Sriwijaya
semikonduktor tipe-p. Akibat dari aliran elektron dan hole ini maka terbentuk medan listrik yang mana ketika cahaya matahari mengenai susuna p-n junction ini maka akan mendorong elektron bergerak dari semikonduktor menuju kontak negatif, yang selanjutnya dimanfaatkan sebagai listrik, dan sebaliknya hole bergerak menuju kontak positif menunggu elektron datang, seperti diilustrasikan pada gambar dibawah.
Gambar 4.3 Ilustrasi cara kerja sel surya dengan prinsip p-n junction
4.3
Perbandingan PLTS dengan Energi Lain
Perbandingan Penggunaan Sel Surya Dengan Energi Lain Energi baru dan terbarukan mulai mendapat perhatian sejak terjadinya krisis energi dunia yaitu pada tahun 70-an dan salah satu energi itu adalah energi surya. Energi itu dapat berubah menjadi arus listrik yang searah yaitu dengan menggunakan silikon yang tipis. Sebuah kristal silindris Si diperoleh dengan cara memanaskan Si itu dengan tekanan yang diatur sehingga Si itu berubah menjadi penghantar. Bila kristal silindris itu dipotong setebal 0,3 mm, akan terbentuklah sel-sel silikon yang tipis atau yang disebut juga dengan sel surya fotovoltaik. Sel-sel silikon itu dipasang dengan posisi sejajar/seri dalam sebuah panel yang terbuat dari alumunium atau baja anti karat dan dilindungi oleh kaca atau plastik. Kemudian pada tiap-tiap sambungan sel itu diberi sambungan listrik. Bila sel-sel itu terkena sinar matahari maka pada sambungan itu akan mengalir arus listrik. Besarnya arus/tenaga listrik
15
Politeknik Negeri Sriwijaya
itu tergantung pada jumlah energi cahaya yang mencapai silikon itu dan luas permukaan sel itu. Pada asasnya sel surya fotovoltaik merupakan suatu dioda semikonduktor yang berkerja dalam proses tak seimbang dan berdasarkan efek fotovoltaik. Dalam proses itu sel surya menghasilkan tegangan 0,5-1 volt tergantung intensitas cahaya dan zat semikonduktor yang dipakai. Sementara itu intensitas energi yang terkandung dalam sinar matahari yang sampai ke permukaan bumi besarnya sekitar 1000 Watt. Tapi karena daya guna konversi energi radiasi menjadi energi listrik berdasarkan efek fotovoltaik baru mencapai 25% maka produksi listrik maksimal yang dihasilkan sel surya baru mencapai 250 Watt per m2 . Dari sini terlihat bahwa PLTS itu membutuhkan lahan yang luas. Hal itu merupakan salah satu penyebab harga PLTS menjadi mahal. Ditambah lagi harga sel surya fotovoltaik berbentuk kristal mahal, hal ini karena proses pembuatannya yang rumit. Namun, kondisi geografis Indonesia yang banyak memiliki daerah terpencil sulit dibubungkan dengan jaringan listrik PLN. Kemudian sebagai negara tropis Indonesia mempunyai potensi energi surya yang tinggi. Hal ini terlihat dari radiasi harian yaitu sebesar 4,5 kWh/m 2/hari. Berarti prospek penggunaan fotovoltaik di masa mendatang cukup cerah. Untuk itulah perlu diusahakan menekan harga fotovoltaik misalnya dengan cara sebagai berikut. Pertama menggunakan bahan semikonduktor lain seperti Kadmium Sulfat dan Galium Arsenik yang lebih kompetitif. Kedua meningkatkan efisiensi sel surya dari 10% menjadi 15%. Energi listrik yang berasal dari energi surya pertama kali digunakan untuk penerangan rumah tangga dengan sistem desentralisasi yang dikenal dengan Solar Home System (SHS), kemudian untuk TV umum, komunikasi dan pompa air. Sementara itu evaluasi program SHS di Indonesia
pada proyek Desa Sukatani, Bampres, dan listrik masuk desa
menunjukkan tanda-tanda yang menggembirakan dengan keberhasilan penerapan secara komersial. Berdasarkan penelitian yang dilakukan sampai tahun 1994 jumlah pemakaian sistem fotovoltaik di Indonesia sudah mencapai berkisar 2,5 -3 MWp. Yang pemakaiannya meliputi kesehatan 16%, hibrida 7%, pompa air 5%, penerangan pedesaan 13%, Radio dan TV komunikasi 46,6% dan lainnya 12,4%.
16
Politeknik Negeri Sriwijaya
Kemudian dari kajian awal BPPT diperoleh proyeksi kebutuhan sistem PLTS diperkirakan akan mencapai 50 MWp. Sementara itu menurut perkiraan yang lain pemakaian fotovoltaik di Indonesia 5-10 tahun mendatang akan mencapai 100 MW terutama untuk penerangan di pedesaan. Sedangkan permintaan fotovotaik diperkirakan sudah mencapai 52 MWp. Komponen utama sistem surya fotovoltaik adalah modul yang merupakan unit rakitan beberapa sel surya fotovoltaik. Untuk membuat modul fotovoltaik secara pabrikasi bisa menggunakan teknologi kristal dan thin film. Modul fotovoltaik kristal dapat dibuat dengan teknologi yang relatif sederhana, sedangkan untuk membuat sel fotovoltaik diperlukan teknologi tinggi. Modul fotovoltaik tersusun dari beberapa sel fotovoltaik yang dihubungkan secara seri dan paralel. Biaya yang dikeluarkan untuk membuat modul sel surya yaitu sebesar 60% dari biaya total. Jadi, jika modul sel surya itu bisa diproduksi di dalam negeri berarti akan bisa menghemat biaya pembangunan PLTS. Untuk itulah, modul pembuatan sel surya di Indonesia tahap pertama adalah membuat bingkai (frame), kemudian membuat laminasi dengan sel-sel yang masih diimpor. Jika permintaan pasar banyak maka pembuatan sel dilakukan di dalam negeri. Hal ini karena teknologi pembuatan sel surya dengan bahan silikon single dan poly cristal secara teoritis sudah dikuasai. Dalam bidang fotovoltaik yang digunakan pada
PLTS, Indonesia ternyata
telah
melewati
tahapan
penelitian
dan
pengembangan dan sekarang menuju tahapan pelaksanaan dan instalasi untuk elektrifikasi untuk pedesaan. Teknologi ini cukup canggih dan keuntungannya adalah harganya murah, bersih, mudah dipasang dan dioperasikan dan mudah dirawat. Sedangkan kendala utama yang dihadapi dalam pengembangan energi surya fotovoltaik adalah investasi awal yang besar dan harga per kWh listrik yang dibangkitkan relatif tinggi, karena memerlukan subsistem yang terdiri atas baterai, unit pengatur dan inverter sesuai dengan kebutuhannya. Dalam penerapannya fotovoltaik dapat digabungkan dengan pembangkit lain seperti pembangkit tenaga diesel (PLTD) dan
pembangkit listrik tenaga mikro hidro
(PLTM). Penggabungan ini dinamakan sistem hibrida yang tujuannya untuk mendapatkan daya guna yang optimal. Pada sistem ini PLTS merupakan
17
Politeknik Negeri Sriwijaya
komponen
utama,
sedang
pembangkit
listrik
lainnya
digunakan
untuk
mengkompensasi kelemahan sistem PLTS dan mengantisipasi ketidakpastian cuaca dan sinar matahari. Pada sistem PLTS-PLTD, PLTD-nya akan digunakan sebagai "bank up" untuk mengatasi beban maksimal. Pengkajian dan penerapan sistem ini sudah dilakukan di Bima (NTB) dengan kapasitas PLTS 13,5 kWp dan PLTD 40 kWp. Penggabungan antara PLTS dengan PLTM mempunyai prospek yang cerah. Hal ini karena sumber air yang dibutuhkan PLTM relatif sedikit dan itu banyak terdapa di desa-desa. Untuk itulah pemerintah Indonesia dengan pemerintah Jepang telah merealisasi penerapan sistem model hidro ini di desa Taratak (Lombok Tengah) dengan kapasitas PLTS 48 kWp dan PLTM sebesar 6,3 kW. Pada sistem hibrida antara fotovoltaik dengan Fuel Cell (sel bahan bakar), selisih antara kebutuhan listrik pada beban dan listrik yang dihasilkan oleh fotovoltaik akan dipenuhi oleh fuel cell. Controller berfungsi untuk mengatur fuel cell agar listrik yang keluar sesuai dengan keperluan. Arus DC yang dihasilkan fuel cell dan arus fotovoltaik digabungkan pada tegangan DC yang sama kemudian diteruskan ke power conditioning subsystem (PCS) yang berfungsi untuk mengubah arus DC menjadi arus AC. Keuntungan sistem ini adalah efisiensinya tinggi sehingga dapat menghemat bahan bakar, dan kehilangan daya listrik dapat diperkecil dengan menempatkan fuel cell dekat pusat beban.
4.4
Sistem PLTS
PLTS dengan sistem sentralisasi artinya pembangkit tenaga listrik dilakukan secara terpusat dan suplai daya ke konsumen dilakukan melalui jaringan distribusi. Sistem ini cocok dan ekonomis pada daerah dengan kerapatan penduduk yang tinggi. Contohnya PLTS di Desa Kentang Gunung Kidul mempunyai kapasitas daya 19 kWp, kapasitas baterai 200 volt dan beban berupa penerangan yang terpasang pada 85 rumah. Sementara itu PLTS dengan sistem individu daya terpasangnya relatif kecil yaitu sekitar 48-55 Wp. Jumlah daya sebesar 50 Wp per rumah tangga diharapkan dapat memenuhi kebutuhan penerangan, informasi (TV dan Radio) dan komunikasi (Radio komunikasi). Dan
18
Politeknik Negeri Sriwijaya
sampai tahun 1995 sistem ini sudah terpasang sekitar 10.000 unit yang tersebar di seluruh perdesaan Indonesia dan pengelolaannya yang meliputi pemeliharaan dan pembayaran dilaksanakan oleh KUD. Melihat trend harga sel surya yang semakin menurun dan dalam rangka memperkenalkan sistem pembangkit yang ramah lingkungan, pemanfaatan PLTS dengan sistem individu semakin ditingkatkan. Pada tahap pertama direncanakan akan dipasang 36.000 unit SHS selama tiga tahun dengan prioritas 10 propinsi di kawasan timur Indonesia. Paling tidak ada 5 keuntungan pembangkit dengan surya fotovoltaik. Pertama energi yang digunakan adalah energi yang tersedia secara cuma-cuma. Kedua perawatannya mudah dan sederhana. Ketiga tidak terdapat peralatan yang bergerak, sehingga tidak perlu penggantian suku cadang dan penyetelan pada pelumasan. Keempat peralatan bekerja tanpa suara dan tidak berdampak negatif terhadap lingkungan. Kelima dapat bekerja secara otomatis.
19
Politeknik Negeri Sriwijaya
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
1. Berdasarkan Hasil Pembahasan laporan dan kunjungan kerja lapangan di
PLTS
Bangli
Provinsi
Bali,
kami
telah
mengetahui
komponen-komponen yang digunakan dalam sistem PLTS tersebut, diantaranya adalah : a. Panel Surya b. Controller Regulator c. Battery ACCU d. Inverter AC e. Transformator f. Monitoring System 2. Berdasarkan hasil analisa yang kami lakukan terhadap prinsip kerja panel surya yang menggunakan sistem p-n junction, bahwa proses pengubahan cahaya matahari menjadi energi listrik dibantu dengan mendoping material menggunakan atom dopant, diantaranya adalah atom boran dan atom fosfor. 5.2
Saran
Penggunaan energi surya sangat efektif untuk menghemat energi baik didunia industri maupun rumah tangga, diIndonesia sangat potensial sekali untuk menerapkan sistem PLTS untuk sumber energi karena hanya memiliki 2 musim tidak seperti didaerah Jepang, Amerika dan Negara-Negara lainnya, tapi sebelum praktek/pengaplikasiannya terjun ke masyarakat secara luas tentunya haruslah diberi pengarahan dulu kepada masyarakat baik itu lewat media cetak ,social dll. Dengan adanya pengarahan diharapkan hal-hal yang tidak kita inginkan tidak
20
Politeknik Negeri Sriwijaya
terjadi, dan mengurungkan niat mereka untuk mengenal teknologi dalam perkembangan dizaman modern ini. Dengan demikian secara perlahan dengan sudah taunya keuntungan dan penghematan yang dirasakan secara perlahan mereka akan pindah ke-energi terbarukan PLTS.
21
Politeknik Negeri Sriwijaya
DAFTAR PUSTAKA
Hamdy, http://solare-energia.blogspot.com/p/sejarah-plts.html , 13 Januari 2015
J. Hendra Riko, http://www.academia.edu/9106342/Pembangkit_Listrik_Tenaga_Surya_PLTS _Energi_Terbarukan , 14 Januari 2015
Data-data Kunjungan Ke PLTS Bangli
22