BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Air Susu Ibu (ASI) merupakan sumber gizi utama bagi bayi dalam masa pertumbuhan. ASI mengandung nutrisi lengkap yang diperlukan bayi untuk tumbuh dan berkembang mulai dari lahir hingga berumur dua tahun. Akan tetapi, tidak semua ibu dapat memberikan asupan ASI secara rutin dan berkelanjutan dikarenakan terbatasnya jumlah ASI yang dihasilkan atau sebab lainnya. Hal itu menyebabkan diperlukannya susu formula bayi sebagai pengganti ASI agar kebutuhan gizi bayi tetap terpenuhi. Formula Bayi adalah formula pengganti Air Susu Ibu (ASI) untuk bayi yang secara khusus diformulasikan untuk menjadi satu-satunya sumber gizi dalam bulan-bulan pertama kehidupannya sampai bayi diperkenalkan dengan makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI) (BPOM RI, 2014). Formula Bayi merupakan produk yang berbahan dasar susu sapi atau susu hewan lain atau campuran kedua susu tersebut dan atau bahan-bahan lain yang telah terbukti sesuai untuk makanan bayi. Keamanan dan kecukupan kandungan zat gizi Formula Bayi harus terbukti secara ilmiah dapat mendukung pertumbuhan dan perkembangan perkembangan bayi (BPOM RI, 2014). PT. Nutricia Indonesia Sejahtera adalah salah satu perusahaan di Indonesia yang memproduksi susu formula bayi sebagai pengganti ASI. Bergerak di kelas premium dan super s uper premium, PT. Nutricia Indonesia Sejahtera menjamin kualitas produknya supaya aman dikonsumsi oleh bayi dan balita. Kriteria keamanan produk susu formula bayi di antaranya adalah memenuhi standar batas minimal kandungan mikroba pencemar yang telah ditentukan, sehingga sebelum dapat dijual bebas, produk susu formula bayi PT. Nutricia Indonesia diperiksa terlebih dahulu melalui serangkaian uji di laboratorium. Susu sebagai media yang kaya akan nutrisi bersifat rentan terhadap kontaminan berupa bakteri dan mikroba pencemar lainnya. Salah satu jenis bakteri yang berpotensi mencemari susu dan dapat menimbulkan penyakit bila mencapai
jumlah
tertentu
adalah
1
Enterobacteriaceae. Enterobacteriaceae.
Keberadaan
Enterobacteriaceae Enterobacteriaceae pada susu formula bayi dapat membahayakan kesehatan bayi, terutama karena sistem imun bayi yang kurang kebal terhadap penyakit dibandingkan dengan orang dewasa. Uji keberadaan Enterobacteriaceae Enterobacteriaceae pada susu formula bayi penting dilakukan untuk memastikan keamanan produk sebelum dikonsumsi oleh bayi dan balita. Selain itu, Enterobacteriaceae Enterobacteriaceae juga menjadi indikator tingkat kebersihan dari proses pembuatan suatu produk. Salah
satu
spesies
bakteri
yang
tergolong
ke
dalam
famili
Enterobacteriaceae adalah Enterobacter sakazakii. sakazakii. Bakteri ini merupakan patogen yang bersifat bersif at infeksius terutama bagi bayi prematur dan bayi yang baru lahir (FDA, 2014). Tingkat kematian akibat infeksi Enterobacter sakazakii mencapai lebih dari 50% bagi bayi prematur dan bayi baru lahir dengan berat badan kurang (low-bith-weight ) (PT. Nutricia Indonesia Sejahtera Company‟s File, 2013) sehingga uji terhadap keberadaan E. sakazakii sakazakii dalam produk susu formula bayi sangat penting. Melalui kerja praktek ini, dipelajari metode terstandardisasi untuk menguji kualitas produk, khususnya melalui analisa Enterobacteriaceae Enterobacteriaceae dan Enterobacter sakazakii sakazakii secara konvensional dan rapid test .
*)Tambah: data infeksi E. sak di Indonesia
1.2
Tujuan
Tujuan dari kerja praktek yang dilakukan penulis terdiri dari tujuan umum dan khusus sebagai berikut: 1. Memperluas wawasan dan menambah pengalaman di dunia kerja melalui observasi lapangan dan analisis secara langsung. 2. Mengaplikasikan ilmu mikrobiologi yang diperoleh selama kuliah dalam dunia kerja, khususnya di bidang industri pangan. 3. Menentukan
kualitas
produk
susu
Enterobacteriaceae Enterobacteriaceae dan Enterobacter konvensional dan rapid test .
2
formula
bayi
melalui
sakazakii sakazakii melalui
uji
metode
Enterobacteriaceae Enterobacteriaceae pada susu formula bayi dapat membahayakan kesehatan bayi, terutama karena sistem imun bayi yang kurang kebal terhadap penyakit dibandingkan dengan orang dewasa. Uji keberadaan Enterobacteriaceae Enterobacteriaceae pada susu formula bayi penting dilakukan untuk memastikan keamanan produk sebelum dikonsumsi oleh bayi dan balita. Selain itu, Enterobacteriaceae Enterobacteriaceae juga menjadi indikator tingkat kebersihan dari proses pembuatan suatu produk. Salah
satu
spesies
bakteri
yang
tergolong
ke
dalam
famili
Enterobacteriaceae adalah Enterobacter sakazakii. sakazakii. Bakteri ini merupakan patogen yang bersifat bersif at infeksius terutama bagi bayi prematur dan bayi yang baru lahir (FDA, 2014). Tingkat kematian akibat infeksi Enterobacter sakazakii mencapai lebih dari 50% bagi bayi prematur dan bayi baru lahir dengan berat badan kurang (low-bith-weight ) (PT. Nutricia Indonesia Sejahtera Company‟s File, 2013) sehingga uji terhadap keberadaan E. sakazakii sakazakii dalam produk susu formula bayi sangat penting. Melalui kerja praktek ini, dipelajari metode terstandardisasi untuk menguji kualitas produk, khususnya melalui analisa Enterobacteriaceae Enterobacteriaceae dan Enterobacter sakazakii sakazakii secara konvensional dan rapid test .
*)Tambah: data infeksi E. sak di Indonesia
1.2
Tujuan
Tujuan dari kerja praktek yang dilakukan penulis terdiri dari tujuan umum dan khusus sebagai berikut: 1. Memperluas wawasan dan menambah pengalaman di dunia kerja melalui observasi lapangan dan analisis secara langsung. 2. Mengaplikasikan ilmu mikrobiologi yang diperoleh selama kuliah dalam dunia kerja, khususnya di bidang industri pangan. 3. Menentukan
kualitas
produk
susu
Enterobacteriaceae Enterobacteriaceae dan Enterobacter konvensional dan rapid test .
2
formula
bayi
melalui
sakazakii sakazakii melalui
uji
metode
1.3
Tempat dan Waktu Pelaksanaan
Kerja Praktek dilaksanakan di factory office office PT. Nutricia Indonesia Sejahtera (NIS) yang terletak di Jalan Raya Bogor KM 26,6, Jakarta Timur, dengan waktu dan tempat sebagai berikut: Waktu
: 23 Mei 2014 – 2014 – 22 22 Juli 2014
Tempat
: Laboratorium Mikrobiologi Departemen Quality Assurance (QA)
3
BAB II PROFIL PT. NUTRICIA INDONESIA SEJAHTERA
2.1
Sejarah Perusahaan
Sejarah Nutricia dimulai pada tahun 1896 ketika Martinus dan Jan van der Hagen memproduksi “kindermilk ”, yaitu pelopor susu formula untuk bayi berdasarkan riset yang dilakukan oleh Prof. Backhous di Jerman mengenai nutrisi optimal bagi anak-anak. Nama ‟Nutricia‟ resmi digunakan sebagai merek dari produk ciptaan van der Hagen bersaudara tersebut sejak tahun 1901. Nutricia didirikan untuk menekan angka kematian bayi yang sangat tinggi di Eropa akibat kekurangan gizi. Pada tahun 1946, Nutricia membuka pusat riset pertamanya yang khusus ditujukan untuk pengembangan gizi balita di Zoetermeer, Belanda. Perusahaan Nutricia telah mengembangkan berbagai jenis produk untuk memenuhi kebutuhan nutrisi khusus bagi konsumen melalui brand portofolio seperti Milupa, Cow & Gate, Dumex dan SHS. Produk Nutricia merupakan bagian dari Royal Numico N. V., sebuah perusahaan multinasional yang beroperasi di lebih dari 100 negara di dunia, dan mulai dikenal oleh masyarakat Indonesia melalui impor dari Belanda. Tingginya minat serta tingkat konsumsi produk Nutricia membuat PT. Nutricia Indonesia Sejahtera didirikan di Indonesia pada tahun 1987. Pada tahun 1989, PT. Nutricia Indonesia Sejahtera membuka fasilitas produksi pertama di Ciracas, Jakarta Timur, yakni di Jalan Raya Bogor KM 26,6. Selain pasar dalam negeri, pabrik ini juga memproduksi produk-produk Nutricia untuk pasar ekspor di negaranegara kawasan Asia Tenggara. Saat ini PT. Nutricia Indonesia Sejahtera sudah mulai mengoperasikan fasilitas kedua di Sentul, Bogor, Jawa Barat. Kedua fasilitas produksi tersebut telah meraih sertifikat ISO 17025 untuk sistem manajemen mutu dan sertifikat HACCP ( Hazard Analysis of Critical Control Point ) 9000 untuk keamanan pangan. Sertifikat tersebut merupakan pengakuan terhadap standar internasional dalam proses pembuatan makanan bayi yang berkualitas tinggi, sesuai dengan produk PT. Nutricia Indonesia Sejahtera yang ditargetkan untuk kelas premium dan super premium. Kini PT. Nutricia
4
Indonesia Sejahtera memiliki lebih dari 610 orang karyawan dan tim medis profesional yang khusus ditugaskan untuk mendukung kinerja 8 kantor regional dan 43 kantor cabang di seluruh Indonesia (Nutricia Indonesia Sejahtera, 2012). Pada tahun 2007, PT. Nutricia Indonesia Sejahtera menjadi bagian dari grup Danone Baby Nutrition, perusahaan global yang bergerak di bidang gizi bagi awal kehidupan. Bersama dengan PT. NIS, perusahaan lain yang turut bergabung dengan grup Danone Baby Nutrition adalah PT. Sari Husada dan PT. Sugizindo. Selain memiliki jaringan global yang sangat luas, Nutricia juga memiliki pusat penelitian di Belanda dan Singapura dengan lebih dari 300 ilmuwan dan ahli teknologi yang khusus ditugaskan untuk meningkatkan kualitas ELN ( Early Life Nutrition) bagi sebanyak mungkin keluarga di dunia (Nutricia Indonesia Sejahtera, 2012). Sejak tahun 2012, PT. Nutricia Indonesia Sejahtera dan PT. Sugizindo mulai menerapkan DaMaWay ( Danone Manufacturing Way) sejak tahun 2012. DaMaWay merupakan metode manufacturing Danone melalui pengembangan dan pemberdayaan sumber daya yang bertujuan untuk perbaikan berkelanjutan, penyerdehanaan proses, dan eliminasi pemborosan. Implementasi DaMaWay mencakup visi dan misi sebagai tujuan utama dan pondasi perusahaan, perbaikan terus menerus atau continuous improvement safety (Safety, Quality, AM-PM, Lean Production, Lean SC , dan training ), serta keterlibatan karyawan melalui APT ( Autonomous Performing Team).
2.2 Visi, Misi, dan Fokus Perusahaan 2.2.1
Visi
Menjadi pemimpin pasar produk nutrisi kelas premium dan super premium untuk bayi dan balita. 2.2.2
Misi
Misi Perusahaan
Meningkatkan kualitas generasi masa kini dan masa yang akan datang melalui pemberian gizi awal kehidupan ( Early Life Nutrition atau ELN)
5
terbaik yang dilakukan dengan kepedulian, pemahaman yang mendalam serta keahlian.
Misi Pabrik
Menjadi pabrik yang berkinerja tinggi untuk memberikan manfaat yang terbaik bagi seluruh konsumen dan pemangku kepentingan lainnya. 2.2.3 Fokus
1. Pondasi bisnis 2. Pertumbuhan bisnis 3. Kinerja finansial 4. Kinerja SDM
2.3
Logo dan Moto Perusahaan
Logo PT. Nutricia Indonesia Sejahtera adalah tulisan „Nutricia‟ berwarna biru yang ditunjukkan oleh gambar berikut:
Gambar 2.1 Logo PT Nutricia Indonesia Sejahtera PT. Nutricia Indonesia Sejahtera mempunyai moto “ To
Ensure Mom’s
Trust, We Care Everyday” yang di jalankan melalui prinsip “Disiplin dan Bekerjasama”.
2.4
Lokasi dan Tata Letak Perusahaan
Lokasi PT. Nutricia Indonesia Sejahtera terbagi menjadi head office, factory office, dan warehouse. Head office PT. NIS berlokasi di Cyber 2 Tower Lantai 16, Jalan Rasuna Said Kav. X-5 No. 13, Jakarta. Factory office PT. NIS terletak di Jalan Raya Bogor Km 26.6, Kelurahan Gandaria, Kecamatan Pasar Rebo, Jakarta Timur. Lokasi factory office cukup strategis karena berada di jalan raya utama sehingga memudahkan transportasi dan distribusi bahan baku maupun produk jadi. Bangunan PT. Nutricia
6
Indonesia Sejahtera terdiri dari tiga lantai. Di lantai pertama terdapat ruang lobi dan resepsionis, ruang direktur pabrik dan manajer, meeting room, area produksi, gudang bahan baku, gudang produk akhir, generator, tempat pengolahan limbah, kantin, mushala, klinik, pos keamanan, loker, dan ruang baju kerja. Di lantai dua terdapat ruang QMS (Quality Management System), laboratorium kimia dan fisika, serta laboratorium mikrobiologi. Lantai tiga digunakan untuk ruang karyawan departemen HR ( Human Resources), Finance, RnD ( Research and Development ), dan IT. Area produksi terletak di bagian belakang gedung dan dibagi menjadi tiga area, yakni High Care Area (formulasi dan pencampuran), Medium Care Area (pengisian dan pengemasan primer), dan Low Care Area (pengemasan sekunder). Adapun gudang penyimpanan (warehouse) produk PT. Nutricia Indonesia Sejahtera terdapat di Jalan Raya Bogor Km 29,5, Cimanggis, Depok. Gudang penyimpanan ini berfungsi untuk menyimpan produk-produk dari factory office sebelum didistribusikan ke seluruh Indonesia.
2.5
Kebijakan Kerja
PT. Nutricia Indonesia Sejahtera menerapkan waktu jam kerja bagi karyawannya sebanyak 8 jam per hari, dimulai dari pukul 08.00 sampai 16.30 WIB dengan waktu istirahat selama 30 menit. Karyawan departemen Produksi dibagi waktu kerjanya menjadi shift pagi, siang, atau malam dengan durasi setiap shift adalah 8 jam per hari. PT. Nutricia Indonesia Sejahtera memiliki Safety Cardinal Rules yang perlu dipatuhi oleh seluruh karyawan dan bila dilanggar akan diberi surat peringatan. Safety Cardinal Rules terdiri dari: 1. Alat Pelindung Diri Gunakan Alat Pelindung Diri yang disyaratkan di area kerja. 2. Bekerja di Ketinggian Gunakan Full Body Harnes ketika bekerja pada ketinggian 1,8 meter atau lebih.
7
3. Log Out Tag Out (LOTO) Pastikan mengisolasi bahaya energi dengan memasang LOTO pada mesin atau peralatan lainnya sebelum melakukan perbaikan, perawatan, atau cleaning . 4. Pengaman Mesin Dilarang menonaktifkan perlengkapan pengaman mesin ( safety cover ). 5. Ruang Terbatas (Confined Space) Kenali titik confined space dan ikuti prosedur masuk ke dalam area confined space. Integritas sistem kerja dipelihara dengan cara komunikasi efektif melalui SIM (Short Interval Management ) yang dilakukan setiap dua kali dalam seminggu. SIM merupakan bentuk komunikasi atau laporan berkala dalam setiap tingkat organisasi/departemen yang diadakan untuk membahas kinerja dan permasalahan operasional. PT. Nutricia Indonesia Sejahtera juga merapkan prinsip Focus on Quality (FoQual), yaitu berarti bahwa kualitas dan keamanan pangan menjadi tanggungjawab bersama. Suatu produk dikatakan memenuhi keamanan pangan apabila bebas dari potential hazard yang meliputi: 1.
Microbiological hazard : merupakan jenis bahaya yang berasal dari kontaminasi mikroba seperti bakteri, khamir dan kapang.
2.
Allergen hazard : merupakan jenis bahaya yang berasal dari kontaminasi zat allergen yang terdapat pada bahan seperti lactose, casein, soy dan egg protein.
3.
Physical hazard : merupakan jenis bahaya yang berasal dari material padat yang masuk ke dalam bahan baku atau produk seperti logam, kertas, plastik dan serangga.
4.
Chemical hazard : merupakan jenis bahaya yang berasal dari zat kimia berbahaya yang bersifat toxic (beracun) seperti pestisida dan zat beracun lainnya.
8
5.
Nutritional hazard : merupakan jenis bahaya yang berasal dari bahan baku yang mengalami kesalahan komposisi yang tidak sesuai dengan produk yang akan dibuat.
2.6
Produk Perusahaan
Produk Nutricia diformulasikan dari berbagai zat gizi yang terbukti mampu meningkatkan fungsi metabolisme dan sistem pencernaan dalam membentuk sistem daya tahan tubuh yang sehat pada tahap penting perkembangan anak. Berikut ini merupakan gambar produk-produk susu formula bayi yang diproduksi oleh PT. Nutricia Indonesia Sejahtera:
Nutrilon
Nutrilon Royal
Nutrilon Soya
9
Bebelac
Produk utama PT. Nutricia Indonesia Sejahtera adalah Nutrilon dan Bebelac. Produk Nutrilon di antaranya adalah Nutribaby 1&2, Nutrilon 3&4, Nutribaby Royal 1&2, Nutrilon Royal 3&4, dan Nutrilon Soya. Produk Bebelac terbagi menjadi Bebelove 1&2 dan Bebelac 3&4. Varian rasa produk tersedia dalam rasa vanila dan madu. Selain produk-produk di atas, Nutricia juga menghasilkan produk susu untuk ibu hamil, Bebemama, dan produk ekspor seperti Cow & Gate, Hi-Q Soy, dan Karicare. Komposisi produk susu formula bayi PT. Nutricia Indonesia Sejahtera terdiri dari major ingridients dan minor ingredients yang mengandung nutrisi dan zat gizi yang diperlukan oleh bayi dan balita dalam masa pertumbuhan mereka.
Kandungan
(mengandung
zat
pengemulsi
gizi
tersebut
lesitin
adalah
kedelai),
laktosa,
whey
minyak
nabati
protein yang
sudah
didemineralisasi, susu bubuk skim, sirup glukosa padat, konsentrat whey protein, Galakto Oligo Sakarida (GOS), dekstrosa, fruktosa, mineral, Frukto
10
Oligo Sakarida (FOS), perisa vanila/honey/krim, minyak ikan (DHA), vitamin, kolin klorida, taurin, minyak sel tunggal (AA), L-kornitin, dan mio-inositol.
2.7
Struktur Organisasi Perusahaan
Struktur organisasi pabrik PT. Nutricia Indonesia Sejahtera tertera pada gambar berikut:
Manufactoring Director
Manufacturing Personal Asssitant
Production Manager NIS
Quality & Food Safety Manager
Production FLM
Quality Plant Manager NIS
Quality System & Compliance
2.8
Performance Manager
Engineering Manager
SHE Manager
HR Manager
Laboratory Head
Up and Downstream Quality
Departemen Quality Assurance (QA)
PT. Nutricia Indonesia Sejahtera dengan laboratorium yang berada dalam naungan departemen Quality Assurance didirikan berdasarkan Akta No. 77 yang disahkan Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan surat keputusan tanggal 2 Februari 1988. Sistem manajemen laboratorium PT. NIS dioperasikan sesuai dengan persyaratan ISO 17025: 2008. Laboratorium PT. NIS mempunyai visi menjadi laboratorium penguji produk pangan terdepan dengan tingkat ketelitian yang tidak diragukan. Kebijakan mutu laboratorium PT. NIS adalah menyediakan jasa analisa dengan personal yang ahli di bidangnya untuk mendukung aktivitas bisnis organisasi dengan kualitas jasa, tingkat ketelitian dan tingkat kebenaran yang tinggi (Nutricia Indonesia Sejahtera‟s Company Files, 2013).
11
Plant Cost Contorller
Laboratorium kimia dan mikrobiologi PT Nutricia Indonesia Sejahtera secara berkala mengikuti uji profisiensi minimal satu kali dalam setahun yang diadakan oleh Central Laboratories Friedrichsdorf (CLF), yaitu laboratorium pusat Danone Group yang berlokasi di Jerman. Struktur organisasi di laboratorium PT. Nutricia Indonesia Sejahtera terdapat pada gambar berik ut:
Quality Food and Safety (QFS) Manager
Laboratory Head (QA Manager)
Microbiology Lab.
Chemical Lab.
Coordinator
Coordinator
(Technical Manager)
(TTeechnical Manager)
Microbiology Analyst
2.8.1
Chemical Analyst
Laboratorium Kimia dan Organoleptik
Laboratorium kimia dan organoleptik merupakan sarana fasilitas untuk melakukan uji terhadap sampel susu formula bayi secara fisika dan kimiawi. Parameter yang diuji berjumlah 36 parameter seperti yang tertera dalam tabel: Laboratorium
Parameter
Physical
Appearance Taste Color Odor
12
Foreign matter Recons Prop. Stab. Of Recon Amount of sediment Tumbler Lumps Upper layer Bottom layer Foaming Scorched particle Scoop weight Bulk density Chemical
Ph Peroxide value Protein Moisture Fat Vitamin C Mineral (Fe, Zn, Ca, Mg, Cu, Mn, Na, K) Free fat Ash Vitamin A Vitamin E Vitamin B1 Vitamin B2 Phosphor (P) Chloride (Cl) Soy Protein Casein Lactose
13
Melamine Egg Protein
2.8.2
Laboratorium Mikrobiologi
Laboratorium mikrobiologi melakukan pengujian mikrobiologis terhadap sampel yang berasal dari PT. Nutricia Indonesia Sejahtera, PT. Sugizindo, dan PT. Sari Husada. Parameter-parameter pengujiannya meliputi 13 jenis mikroorganisme, yaitu Total Aerobic Count (TAC) 30oC, Total Aerobic Count (TAC) 55oC, Yeast and Mould , Enterobacteriaceae (EB), Bacillus cereus (BC), Staphylococcus aureus (SA), Sulphate Reducing Clostridia (SRC) , Salmonella, Cronobacter spp. ( Enterobacter sakazakii), Enterococci (LDS), Clostridium perfingens, Escherichia coli, dan Listeria monocytogenes. Laboratorium mikrobiologi PT. Nutricia Indonesia Sejahtera terbagi menjadi beberapa ruangan, yaitu: 1. Routine Lab Ruang laboratorium rutin digunakan untuk menguji sampel harian dengan parameter uji TAC (Total Aerobic Count ) suhu 30 C dan 55 C, Yeast and Moulds, Enterobacteriaceae, Bacillus cereus, Staphylococcus aureus serta LDS ( Enterococci). 2. Pathogen Lab Ruang laboratorium patogen berfungsi untuk melakukan uji yang melibatkan mikroorganisme patogen, yaitu mikroorganisme penyebab infeksi dan penyakit seperti Clostridium perfringens, Salmonella, Escherichia coli, Enterobacter sakazakii, Listeria monocytogenes, dan Sulphite Reducing Clostridium. 3. Airlock Room Ruangan ini merupakan tempat untuk mengenakan alat pelindung diri yang diperlukan untuk memasuki laboratorium. Alat Pelindung Diri (APD) yang harus digunakan adalah hair net, jas laboratorium, masker, sarung tangan, dan sepatu khusus laboratorium. Untuk memasuki laboratorium patogen,
14
terdapat airlock terpisah sebagai tempat untuk mengenakan jas laboratorium dan sepatu khusus yang berbeda dengan laboratorium rutin. 4. Media Preparation Room Ruang preparasi media digunakan untuk membuat media tumbuh bagi mikroorganisme. Di dalam ruangan ini juga terdapat autoklaf untuk sterilisasi alat dan bahan serta destruksi limbah hasil analisa. 5. Sample Room Ruangan sampel berfungsi untuk menyimpan sampel, baik sampel yang akan dianalisa maupun sampel yang sudah dianalisa dan disimpan sebagai retain sample. Sampel diregistrasi dan dibersihkan di dalam ruangan ini supaya terhindar dari kontaminasi silang. 6. Storage Room Ruangan ini digunakan untuk menyimpan arsip, dokumen, dan persediaan barang-barang keperluan analisa seperti cawan petri, oose, tips mikropipet, sarung tangan, masker, plastik sampel, dan lain-lain.
15
BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK
3.1
Deskripsi Kerja Praktek
Kerja praktek dilakukan selama dua bulan di laboratorium kimia dan mikrobiologi. Selama kerja praktek, penulis melakukan analisa rutin di laboratorium sesuai dengan parameter-parameter yang biasa diujikan sehari-hari, melakukan uji Enterobacteriaceae dan Enterobacter sakazakii terhadap sampel, serta turut menyusun Instruksi Kerja (IK) untuk parameter uji Pseudomonas aeruginosa dan Pewarnaan Gram.
3.2
Parameter Analisa di Laboratorium Mikrobiologi
Laboratorium mikrobiologi PT. Nutricia Indonesia Sejahtera merupakan laboratorium penguji yang menganalisis sampel produk berdasarkan 13 parameter uji. Parameter-parameter berikut berdasarkan pada jenis mikroorganisme yang dapat tumbuh pada susu sebagai media yang rentan terhadap kontaminasi. Berikut ini adalah tabel yang menampilkan 13 parameter uji tersebut disertai dengan unit dan kontrol pembanding masing-masing uji:
Tabel 3.1. Parameter, Unit, dan Kontrol Positif Mikroorganisme di Laboratorium Mikrobiologi PT. Nutricia Indonesia Sejahtera
No.
Parameter
Unit
Kontrol Positif
Kontrol Negatif
1
TAC 30 C
/gr
Enterococcus
Sampel
faecalis 29212
Infant
ATCC Formula (IF) yang diradiasi
sinar
gamma 2
TAC 55 C
/gr
Enterococcus faecalis 29212
Sampel
ATCC Formula (IF) yang diradiasi gamma
16
Infant
sinar
3
4
Enterobacteriaceae
LDS ( Enterococci)
/gr dan Escherichia
coli Staphylococcus
/10 gr
ATCC 8739
aureus ATCC 6538
/gr
Enterococcus
Lactococcus
faecalis
ATCC
29212
lactis
ATCC 19435 Escherichia
coli
ATCC 8739 5
6
7
Bacillus cereus
/gr
Staphylococcus aureus
Sulphite
Reducing
Bacillus
/gr
/gr
Clostridium (SRC)
cereus Escherichia
ATCC 11778
ATCC 8739
Staphylococcus
Escherichia
aureus ATCC 6538
ATCC 8739
Clostridium
-
sporogenes
coli
coli
ATCC
3584 Clostridium difficile ATCC 9689 8
Yeast & Mould
/gr
Candida
albicans Enterococcus
ATCC 10231
faecalis
Aspergillus
29212
ATCC
brazilliensis ATCC 16404 9
Salmonella
/1500
Salmonella enteridis Enterobacter
gr
ATCC 13076
cloacae
ATCC
13047 10
Escherichia coli
/10 gr
Escherichia
coli Enterobacter
ATCC 8739
cloacae
ATCC
13047 11
Clostridium perfringens
/ gr
Clostridium perfringens
Bacillus ATCC
cereus
ATCC 11778
13124 12
Cronobacter/Enterobacter
/300 gr Enterobacter
sakazakii
dan
sakazakii
17
Enterobacter ATCC
cloacae
ATCC
13
Listeria monocytogenes
/100 gr
51329
13047
/25 gr
Listeria
Enterococci feacium
monocytogenes
reference capsule of
reference capsule of CFM CFM
Gambar 3.1. Kultur kontrol positif Staphylococcus aureus ATCC 6538 (kiri) dan Escherichia coli ATCC 8739 (kanan)
Gambar 3.2. Kultur kontrol positif Enterococcus faecalis ATCC 29212 (kiri) dan Bacillus cereus ATCC 11778 (kanan)
Selain ketiga belas macam parameter di atas, terdapat parameter pengujian mikroorganisme lainnya yaitu coliform dan Pseudomonas aeruginosa. Uji deteksi coliform hanya dilakukan terhadap sampel lingkungan area produksi, sedangkan uji deteksi Pseudomonas aeruginosa khusus dilakukan terhadap sampel susu formula bayi untuk bayi baru lahir dengan bobot tubuh rendah ( lowbirth-weight ).
18
Proses analisa menggunakan media tumbuh mikroorganisme yang berbeda-beda per paramater uji berdasarkan karakteristik dan kebutuhan substrat bagi
masing-masing
mikroorganisme.
Media
yang
digunakan
dalam
laboratorium mikrobiologi PT. NIS sesuai parameternya adalah sebagai berikut:
Tabel 3.2 Media Tumbuh Mikroorganisme
Parameter
Media
TAC 30 dan TAC 55
Plate Count Agar (PCA)
Enterobacteriaceae
Violet Red Bile Glucose (VRBG), Enterobacteriaceae Enrichment Broth (EEB)
Coliform
Violet Red Bile Agar (VRBA)
Yeast and Mould
YGC
LDS
Kanamycin Aesculin Azide (KAA)
SRC
ISA
B. cereus
Mannitol Egg Yolk Ploymixin (MEYP)
S. aureus
Baird Parker Agar (BPA)
C. perfringens
Rapid Perfringens medium (RPM), Crossley
Salmonella spp
RV, Media Muller-Kauffmann Tetrathionate Novobiocine (MKTTn), XLD, Hektoen Enteric Agar (HEA), Tryptone Soya Agar (TSA)
3.3
Enterobacter sakazakii
MLST, Chromogenic Agar
Listeria monocytogenes
Fraser Broth, Palcam Agar Plate, Full Fraser
Pseudomonas aeruginosa
Nutrient Broth (NB), Pseudomonas Agar, TSA
Jenis Sampel Uji
Laboratorium mikrobiologi PT. Nutricia Indonesia Sejahtera tidak hanya memeriksa sampel produk akhir, tetapi juga menguji sampel bahan baku, kemasan, lingkungan area produksi, dan berbagai sampel lainnya yang berkaitan dalam proses pembuatan susu formula bayi. Sampel-sampel yang diuji dalam laboratorium mikrobiologi PT. NIS adalah: 1. Base Powder
19
Base powder merupakan bubuk susu sebagai bahan baku penyusun susu formula bayi yang digolongkan menjadi tiga kategori:
Infant Formula (IF), untuk usia 0 - 6 bulan
Follow On (FO), untuk usia 6 bulan – 1 tahun
Growing Up Milk (GUM), untuk usia 1 tahun ke atas
Base powder yang digunakan dalam produk Nutricia diproduksi oleh PT. Sugizindo. Base powder berasal dari susu sapi segar yang diolah menjadi susu bubuk, kemudian dilarutkan kembali dengan bahan pelengkap lainnya sehingga menjadi susu formula bayi yang memiliki komposisi nutrisi tertentu. Selain berbahan dasar susu sapi, base powder juga terdiri dari soya base, yaitu formula berbahan dasar ekstrak kedelai yang bebas dari laktosa. Soya base ditujukan untuk bayi dan balita yang memiliki kelainan metabolisme karbohidrat sehingga tidak dapat mencerna laktosa dari susu sapi. 2. Finished Goods Finished goods merupakan produk kemasan jadi yang sudah siap disebarkan ke distributor dan konsumen. Sebelum dapat rilis di pasaran, finished goods terlebih dahulu harus melalui serangkaian uji di laboratorium hingga dapat dipastikan keamanan dan kualitasnya. Finished goods dikelompokkan menjadi 4 kategori:
Stage 1, untuk usia 0 – 6 bulan
Stage 2, untuk usia 6 – 12 bulan
Stage 3, untuk usia 1 -3 tahun
Stage 4, untuk usia 3 tahun ke atas
3. Raw Material Raw material terdiri dari berbagai macam bahan yang diformulasikan dengan base powder , seperti karbohidrat, flavour (honey powder, vanilla powder, cocoa powder), alamin (milk mineral ), icing sugar , dan lain sebagainya.
20
4. Packaging Material Packaging material adalah bahan-bahan kemasan produk jadi susu formula bayi, seperti alumunium foil, kaleng, sendok plastik ( scoop) dan tutup kemasan kaleng (lid ). Bahan kemasan harus dipastikan bebas dari kontaminan supaya kebersihan dan keamanan produk tetap terjaga. 5. Environment Sample Jenis sampel ini terdiri dari sampel-sampel yang diperoleh dari lingkungan kerja di area produksi PT. Nutricia Sejahtera Indonesia dan PT. Sugizindo. Sampel yang dianalisis di antaranya adalah swab lantai, mesin, pakaian, sepatu, personal hygiene, exposure/air sampling , vacuum powder , dan lainlain. 6. Research and Development Sample Sampel ini berasal dari departemen Research and Development yang melakukan riset untuk inovasi susu formula bayi sesuai dengan permintaan dan target pasar. Sampel dari RnD, sebelum dijadikan produk komersil, terlebih dahulu harus diuji di laboratorium untuk ditentukan kualitasnya. 7. Liquid Sample Liquid sample adalah sampel base powder yang telah dicairkan dan dicampur dengan bahan-bahan pelengkap lainnya, seperti vitamin, mineral, flavour , dan lain sebagainya. Tidak semua uji analisis mikroba diberlakukan terhadap semua jenis sampel. Pembagian uji berdasarkan jenis sampelnya adalah sebagai berikut:
Stage 1 : TAC 30, EB, Enterobacter sakazakii, Listeria monocytogenes (per sampel), TAC 55, LDS, B. cereus, S. aureus, SRC, Yeast & Mould, E.coli dan C.pefringens (komposit), dan Salmonella sp. (auto sampler)
Stage 2,3 dan 4 : TAC 30, EB (per sampel), TAC 55, LDS, B. cereus, S. aureus, SRC, Yeast & Mould, E.coli dan C.pefringens (komposit), dan Salmonella sp. (auto sampler)
Base powder : EB, Enterobacter sakazakii (untuk stage 1), TAC 30, TAC 55, LDS, B. cereus, S. aureus, SRC, Yeast & Mould, E.coli dan C.pefringens (komposit) 21
Raw material : TAC 30, EB, Enterobacter sakazakii, TAC 55, LDS, B. cereus, S. aureus, SRC, Yeast & Mould, E.coli dan C.pefringens (komposit)
3.4
Liquid sample : TAC 30, EB, TAC 55, LDS
Environment sample: TAC 30, TAC 55, EB, Coliform
Prosedur Preparasi Sampel
Sebelum dilakukan analisa per parameter, sampel terlebih dahulu harus diregistrasi dan diverifikasi ke dalam lembar kerja (worksheet ). Prosedur preparasi sampel berbeda-beda bergantung dari jenis sampel yang dianalisa.
Finished Goods Sampel dipisah per PO ( Production Order ) dan diurutkan sesuai urutan bin dan pallet di dalam ruang sampel kemudian dibersihkan menggunakan tisu yang sudah direndam dalam larutan alkohol 70%. Sampel dikomposit per PO untuk analisa seluruh parameter kecuali Salmonella, E. sakazakii (autosampler ) dan Enterobacteriaceae (tidak dikomposit). Setelah sanitasi selesai dilakukan, sampel ditimbang per pallet/bin seberat 10 gram menggunakan sendok steril lalu dimasukkan ke dalam 90 mL media TSB dalam botol Schott (perbandingan sampel:media = 1:10). Sampel didiamkan dalam suhu ruang selama 1,5 jam (resusitasi) sebelum selanjutnya dilakukan prosedur kerja untuk masing-masing parameter analisa.
Environment Sample Pengambilan sampel lingkungan dikerjakan dengan cara menyeka ( swab) permukaan mesin, lantai, dan peralatan lainnya di area produksi. Ada dua cara untuk mengambil sampel lingkungan, yakni swab menggunakan stick dan swab menggunakan sponge/majun.
Swab Stick Permukaan basah diseka secara langsung dengan menggunakan swab stick. Untuk permukaan kering, basahi swab stick dengan media fisiologis/BPW
22
terlebih dahulu. Swab dilakukan dengan gerakan dari kiri ke kanan dan atas ke bawah sambil memutar swab stick di atas permukaan seluas (10x10) cm. Swab stick dimasukkan ke dalam tabung steril berisi BPW 10 mL, kemudian tangkai swab stick di dipatahkan di bagian bawah yang tersentuh oleh tangan untuk mencegah kontaminasi. Tabung berisi BPW dan swab stick ditutup rapat dan dimasukkan ke dalam cool box, lalu dibawa ke laboratorium mikro untuk dianalisa dalam kurun waktu kurang dari 1 jam. Apabila sampel tidak dapat segera dianalisa, maka sampel disimpan pada suhu 2-8 OC dan harus dianalisa dalam kurun waktu 24 jam. Setelah didinginkan, sampel harus didiamkan pada suhu ruangan selama 30 menit sebelum dianalisa. Sebelum analisa dilakukan, sampel divortex 30 detik pada kecepatan maksimum.
Swab sponges/majun Sponges/majun steril yang telah dibasahi BPW dibungkus bungkus dalam plastik bersih. Swab dilakukan dengan gerakan dari kiri ke kanan dan atas ke bawah di permukaan seluas (1x1) meter. Sponges/majun disimpan ke dalam plastik bersih, dimasukkan ke dalam coolbox, lalu dibawa ke laboratorium mikro untuk dianalisa dalam kurun waktu kurang dari 1 jam. Apabila sampel tidak dapat segera dianalisa, maka sampel disimpan pada suhu 2-8 OC dan harus dianalisa dalam kurun waktu 24 jam. Setelah didinginkan, sampel harus didiamkan pada suhu ruangan selama 30 menit sebelum dianalisa. Di laboratorium, sponges/majun dimasukkan ke dalam BPW 900 mL secara aseptik. Setelah itu, sampel diresusitasi sampel 1,5 jam sebelum dilakukan prosedur analisa sesuai masing-masing parameter uji.
Packaging material Sampel sendok plastik (scoop) sebanyak 10 buah dimasukkan ke dalam 90 mL media TSB dalam labu Erlenmeyer. Untuk sampel lid, seka dua buah sampel lid menggunakan swab stick, kemudian dimasukkan ke dalam 90 mL media TSB dalam botol Schott. Sampel lalu diresusitasi selama 1,5 jam sebelum dilakukan analisa.
23
3.5 Prinsip Pengujian Enterobacteriaceae dan Enterobacter sakazakii
Enterobacter sakazakii adalah bakteri Gram-negatif yang dapat hidup pada suhu tinggi dan tidak membentuk spora. Secara klinis, cemaran Enterobacter sakazakii menimbulkan diare yang bila tidak diobati dapat menimbulkan dehidrasi yang dapat berakibat fatal (BPOM RI, 2014).
3.6 Metode Analisa Enterobacteriaceae dan Enterobacter sakazakii 3.6.1 Deteksi Enterobacteriaceae
Metode
deteksi
Enterobacteriaceae
digunakan
dalam
sampel.
untuk Dalam
menentukan
keberadaan
pengerjaannya,
terdapat
komposisi yang berbeda bagi setiap stage pada sampel finished goods. Untuk sampel stage 1 dan 2, sebanyak 100 mL larutan sampel yang sudah diresusitasi dituang ke dalam botol Schott berisi 100 mL medium EEB double councentrated (DC). 10 mL larutan sampel dipipet ke dalam masingmasing 4 tabung berisi 10 mL EEB DC untuk sampel stage 3. Pada sampel stage 4, sebanyak 10 mL larutan sampel dipipet ke dalam 1 tabung berisi 10 mL medium EEB DC. Setelah tahap di atas dilakukan, sampel diinkubasi di dalam inkubator pada suhu 30 C selama 24 jam. Galat suhu inkubator harus 1 C, sedangkan galat waktu inkubasi adalah 3 jam. Kemudian sampel hasil inkubasi diinokulasi ke dalam medium VRBG dalam cawan petri secara 4-ways streak untuk sampel stage 1, 2 dan 4. Untuk sampel stage 3, sampel diinokulasi dengan cara digores masing-masing 1 kali dari setiap 4 tabung pada satu cawan petri berisi medium VRBG. Tahap berikutnya adalah sampel diinkubasi pada suhu 30 C selama 24 jam dengan posisi cawan petri dibalik di dalam inkubator. Setelah diinkubasi, dilakukan pengamatan terhadap koloni yang tumbuh. Koloni Enterobacteriaceae memberi warna deep red atau purple dan terdapat zona presipitasi berwarna kemerahan. Koloni yang memberi ciri-ciri tersebut dikultivasi secara streak pada medium TSA dalam cawan petri, lalu diinkubasi pada suhu 30 C selama 1824 jam. Koloni yang tumbuh diidentifikasi melalui pewarnaan Gram, uji
24
oksidase, dan uji katalase, Bila hasil uji oksidase negatif, identifikasi dilanjutkan
dengan
mengambil
koloni
dari
TSA
plate
dan
diuji
menggunakan identification test kit API 32E. Hasil API32E dapat terlihat setelah inkubasi 30 C selama 18-24 jam, dilakukan dengan membandingkan hasil
yang
didapat
dengan
gambar
pembanding
kontrol
positif
Enterobacteriaceae. Hasil positif atau negatif untuk stage 1 dan 2 dinyatakan per 10 gram, untuk stage 3 dinyatakan dalam jumlah goresan per gram, untuk stage 4 dinyatakan per gram. 3.6.2 Enumerasi Enterobacteriaceae
Metode enumerasi digunakan untuk menentukan jumlah koloni Enterobacteriaceae yang terdapat dalam sampel. Metode ini terutama ditujukan untuk environment sample. Sebanyak 1 mL larutan sampel hasil diresusitasi dipipet ke dalam cawan petri steril. Sebanyak 15 mL medium VRBG dituang ke dalam sampel dalam cawan petri tersebut secara pour plate. Medium dan sampel dicampur hingga merata dan dibiarkan membeku. Lapisi lagi dengan medium VRBG untuk menghindari pertumbuhan yang spreading. Setelah itu, cawan petri diinkubasi selama 24 jam pada suhu 30 C. Koloni yang tumbuh dihitung menggunakan colony counter. Jumlah koloni yang tumbuh harus berada dalam kisaran 30 sampai 300. Jumlah ini didapat setelah jumlah koloni yang tumbuh dalam cawan petri dikalikan dengan faktor pengenceran, yaitu 10 -1. 3.6.3 Identifikasi Kontrol Positif melalui Pewarnaan Gram
Kontrol kualitas dilakukan dengan cara membandingkan hasil analisa sampel dengan kontrol positif. Kontrol positif untuk uji Enterobacteriaceae adalah Escherichia coli ATCC 8739. Penanganan kultur pembanding sebagai kontrol positif dimulai dari aktivasi kultur dari kwik stik. Pertama-tama, kultur Escherichia coli ATCC 8739 dari kwik stik diinokulasi ke media TSA secara 4-way streak dan diinkubasi pada suhu 37 oC selama 48-72 jam. Untuk bakteri anaerob, streak dilakukan pada TSC agar/TSA, lalu diinkubasi anaerob selama 48-72 jam. Untuk fungi dan ragi, digunakan media YGC atau PDA dan diinkubasi 25 oC 3-5 hari.
25
Setelah
diinkubasi,
satu
loop
penuh
dari
TSA
plate
diambil
menggunakan Oose, lalu dimasukkan ke dalam bead vial. Bead vial disimpan pada suhu -20 (kurang lebih) 3oC setelah diberi label nama kultur dan tanggal preservasi. Untuk pembuatan kultur kerja, satu loop oose diambil dan dimasukkan ke dalam tabung berisi 10 mL medium TSB. Pada pewarnaan Gram, kultur Escherichia coli ATCC 8739 dalam medium TSB diinokulasi secara 4-way streak pada medium TSA dalam cawan petri. Setelah diinkubasi 24 jam, satu koloni tunggal dicuplik dari TSA plate dan dicampur dengan tetesan aquades pada kaca objek yang sebelumnya telah dibersihkan dengan alkohol. Fiksasi panas dilakukan dengan melewatkan kaca objek pada bunsen. Setelah preparat kering, reagen kristal violet diteteskan pada preparat serta didiamkan selama 1 menit. Preparat kemudian dibilas dengan aquades, setelah itu preparat ditetesi dengan iodin dan didiamkan selama 1 menit. Preparat dibilas dengan decolourising agent (etanol 96%) lalu dibilas kembali dengan aquades. Reagen safranin diteteskan pada preparat, ditunggu selama 1 menit sebelum dibilas dengan aquades. Preparat dibiarkan mengering, kemudian diamati warna dan bentuk sel bakteri pada preparat menggunakan mikroskop hingga perbesaran 1000x.
3.6.4 Deteksi
En ter obacter sakazaki i
Metode Konvensional
Sampel diinkubasi pada suhu 37 oC selama 16 – 18 jam. Kemudian 0,1 ml sampel uji ditransfer pada medium MLST 10 ml tabung dan diinkubasikan pada suhu 42 oC selama 22 – 24 jam. Sampel diinokulasikan pada dua medium agar TSA dan Chromogenic agar dengan metode 4-way streak dan diinkubasi pada 37 oC selama 18 – 24 jam. Selanjutnya, dilakukan pengamatan terhadap koloni bakteri yang tumbuh. Koloni Enterobacter sakazakii berwarna kuning pada medium TSA dan berwarna biru kehijauan pada medium Chromogenic agar . Identifikasi koloni yang dicurigai
26
( suspect) dilakukan dengan mengambil koloni bakteri tersebut dari medium TSA lalu dilakukan uji biokimia dengan kit identifikasi API 32E serta aktivitas α-glukosidase dan Tween-80 esterase. Jika koloni suspect yang diuji merupakan Enterobacter sakazakii, pada uji aktivitas α-glukosidase warna larutan akan berubah menjadi kuning, sedangkan pada uji Tween-80 esterase akan muncul zona presipitasi.
Metode Rapid Test (Bac Trac)
Metode rapid test digunakan untuk analisa sampel finished goods yang memerlukan data hasil pengujian dalam waktu cepat. Metode ini berlaku untuk deteksi Enterobacter sakazakii dan Salmonella spp. Untuk deteksi Enterobacter sakazakii, sampel dilarutkan dalam media BPW dengan perbandingan 1:10 lalu diinkubasi pada suhu 37 oC selama 18 – 24 jam. Kemudian 0,1 ml sampel uji ditranfer pada 9 ml medium BiMedia 145A yang
telah
ditambahkan
tiga
kertas
cakram
vancomycin.
Program
BacMonitor dinyalakan pada komputer, dipilih set “ Enterobacter sakazakii” pada drop down tab “ Analysis” lalu sampel diberi identitas pada kolom yang tersedia. Selanjutnya, sampel diinkubasi pada BacTrac analyzer pada suhu 42oC. Analisis sampel mulai berlangsung setelah adanya warm-up time selama satu jam. Analisis berlangsung selama delapan jam. Hasil analisis ditandai dengan terdeteksinya bakteri pada medium tersebut yang dilihat berdasarkan waktu deteksi bakteri Enterobacter sakazakii yang tercatat. Setelah delapan jam, terdapat tiga macam hasil pembacaan, yaitu :
waktu deteksi < 8 jam (warna tampilan pada Bac Monitor merah): sampel diduga positif Enterobacter sakazakii dan perlu dilakukan konfirmasi lebih lanjut
waktu deteksi > 8 jam (warna tampilan pada Bac Monitor kuning; ambang batas deteksi tidak tercapai namun terdapat peningkatan yang jelas pada kurva pertumbuhan): sampel diduga positif dan perlu dilakukan konfirmasi lebih lanjut
27
waktu deteksi > 8 jam (warna tampilan pada Bac Monitor hijau dan tidak memiliki kurva pertumbuhan sigmoid): sampel negatif Enterobacter sakazakii.
Konfirmasi dilakukan dengan melakukan metode gores (4-way streak ) pada agar selektif Chromogenic agar . Identifikasi dilakukan dengan menggunakan lateral flow assay Riboflow atau kit identifikasi API 32E. Pada kasus waktu deteksi kurang dari delapan jam, bila didapat hasil negatif pada Riboflow namun hasil positif pada Deteksi Enterobacteriaceae, analisis harus diulangi dengan metode konvensional untuk deteksi Enterobacter sakazakii karena keberadaan spesies Enterobacteriaceae yang lain dapat menyebabkan hasil false negative.
3.7 Hasil Pengamatan dan Pembahasan Gambar: kultur positif Escherichia coli ATCC 8739 umur 24 jam pada TSA plate
Gambar: hasil pewarnaan Gram Escherichia coli ATCC 8739
28
API ID 32E merupakan kit identifikasi untuk Enterobacteriaceae dan bakteri Gram negatif lainnya berdasarkan hasil reaksi uji biokimia. Di dalam satu strip API 32E memuat miniatur 32 reaksi uji biokimia. Hasil API 32E tersebut kemudian dicocokkan dengan data yang ada pada APIweb, yaitu database untuk interpretasi hasil API 32E (Biomerieux, 2009).
Poin pembahasan: o
Sampel negatif kenapa? Kualitas produk bagus.
o
Sampel positif berapa bagaimana penanggulangannya? Konfirmasi dan identifikasi. Kalau positif kenapa?
o
Batas Enterobactericeas yang dibolehkan pada berbagai jenis sampel.
o
E. sak harus absent, diuji pada preterm dan stage 1. Mengapa hanya pada stage 1?
Kontaminasi dapat disebabkan oleh berbagai faktor, yaitu: a.
Kemasan bahan baku mengalami kebocoran atau kerusakan
b.
Kontak dengan udara yang terlalu lama
c.
Penanganan (good handling) yang kurang memadai
d.
Kontaminasi yang berasal dari supplier bahan baku
Bila ditemukan hasil analisa yang melampaui standar maksimum jumlah mikroba, atau sampel positif mengandung patogen, terdapat beberapa tahapan yang harus dilakukan: i.
Lakukan retest pada sampel tersebut. Retest ini dilakukan oleh laboratorium mikrobiologi dengan metode atau cara yang sama seperti pada tes awal. Sampel dapat berasal dari bahan baku maupun produk akhir ( finished goods). Pengujian ulang (retest ) dilakukan unutk memastikan tidak ada kesalahan selama pengujian pertama. Tujuan utama dilakukan retest pada sampel adalah memastikan bahwa sampel yang berasal dari produk aman bagi kesehatan konsumen. Setelah hasil retest dinyatakan memenuhi standar, maka sampel dapat masuk ke
29
dalam proses selanjutnya, sedangkan jika hasilnya masih tidak memenuhi standar, maka sampel akan mengalami reject atau rework . ii.
Reject dilakukan pada sampel yang tidak lolos retest atau sampel masih dinyatakan tidak memenuhi standar setelah dilakukan retest . Sampel yang tidak lolos uji dibuang atau dijadikan pakan ternak (tidak semua jenis bahan) sehingga tidak menyebabkan penumpukan limbah dan memberikan manfaat bagi orang lain. Jika terdapat barang yang ditolak, harus dinyatakan dengan surat “reject notice” yang berisikan kode barang dan tanggal reject. Hal ini bertujuan untuk memastikan sampel reject tidak dipakai untuk produksi ataupun dirilis ke pasaran.
iii.
Rework dilakukan pada sampel yang tidak lolos retest atau sampel masih dinyatakan tidak memenuhi standar setelah dilakukan retest . Bahan baku sampel akan ditarik atau dikembalikan ke PT. Sugizindo untuk diproses ulang secara wet process. Bahan tersebut dicairkan, dipasteurisasi dan dikeringkan kembali menggunakan spray drier. Setelah produk selesai dibuat ulang, dilakukan kembali uji parameter analisa mikroorganisme untuk mengetahui apakah hasilnya memenuhi standar atau tidak. Jika hasil memenuhi standar, produk tersebut dapat disalurkan kembali ke Nutricia sebagai bahan baku dalam pembuatan susu formula.
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan 4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
30
Daftar Masa Simpan Medium Siap Pakai di Laboratorium Mikrobiologi PT. Nutricia Indonesia Sejahtera Media
Masa Simpan
Suhu Penyimpanan
3 bulan
4-10 oC
MEYP+ Supplement
1 minggu
4-10 oC
BPA + Egg Yolk Tellurite
1 minggu
4-10 oC
YGC
1 bulan
4-10 oC
EEB
1 bulan
4-10 oC
2 hari
4-10 oC
TSA
3 bulan
4-10 oC
BPW
1 minggu
18-22 oC
Tryptone Water
1 bulan
4-10 oC
Brilla
1 bulan
4-10 oC
RPM Base
1 bulan
4-10 oC
Crossley
1 bulan
4-10 oC
Polymixin 0,1%
1 bulan
4-10 oC
Neomycin 1 %
1 bulan
4-10 oC
TSC
1 bulan
4-10 oC
ISA
1 bulan
4-10 oC
KAA Agar
1 bulan
4-10 oC
TSB
1 bulan
4-10 oC
TSB
1 minggu
18-22 oC
MKTTn
1 bulan
4-10 oC
RV
1 bulan
4-10 oC
HEA
1 minggu
4-10 oC
XLD
10 hari
4-10 oC
LIA
1 bulan
4-10 oC
TSIA
1 bulan
4-10 oC
Fraser Broth
1 bulan
4-10 oC
Palcam Agar
1 bulan
4-10 oC
MLST
1 bulan
4-10 oC
PCA
VRBG
31