1
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangan Dalam bidang farmasi, zat-zat yang digunakan sebagai bahan obat
kebanyakan berukuran kecil dan jarang yang berada dalam keadaan optimum. Ukuran partikel bahan obat padat mempunyai peranan penting dalam bidang farmasi sebab merupakan penentu bagi sifat-sifat, baik sifat fisika, kimia dan farmakologik dari bahan obat tersebut Dalam pembuatan sediaan-sediaan seperti kapsul, tablet, granul, sirup kering tentu mempertimbangkan ukuran partikel.Begitupula akan mempengaruhi kecepatan disolusi atau kelarutan dari suatu sediaan obat sehingga efek yang akan ditimbulkan dapat dengan cepat bereaksi. Hal-hal semacam ini terutama sangat berpengaruh pada sediaansediaan obat yang mempunyai bentuk sediaan seperti tablet , kapsul dan lainlainnya yang bersifat padat atau yang lainnya. Mikromeritik adalah suatu cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari khusus tentang ukuran suatu partikel, yang mana ukuran partikel ini cukup kecil. Masalah seperti ukuran ukuran partikel ini dalam bidang farmasi sangat sangat diperhitungkan sekali atau dapat dikatakan sangat penting. Mengingat pentingnya mikromeritik dalam bidang farmasi, maka sudah sewajarnya jika mahasiswa farmasi memahami mengenai mikromeritik ini, termasuk cara-cara dalam melakukan pengukuran ukuran partikel suatu zat. Pada percobaan ini, akan ditentukan diameter partikel dari, talkum dan NaCldengan menggunakan metode ayakan, metode ini merupakan metode yang paling sederhana.
2
II.2 Maksud dan Tujuan Percobaan II.2.1 Maksud Percobaan
Mengukur besaran partikel senyawa dengan metode ayakan dan metode mikroskop. II.2.2 Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dalam praktikum ini adalah untuk mengetahui bagaimana cara mengukur besaran partikel senyawa dengan metode ayakan dan metode mikroskop.
3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Umum
Ilmu pengetahuan dan teknologi tentang partikel-partikel kecil oleh Dalla Valle
dinamakan
”Mikromeritik”.
Dispersi
koloid
mempunyai
sifat
karakteristik yaitu partikel-partikelnya tidak dapat dilihat di bawah mikroskop biasa, sedangkan partikel-partikelnya dari emulsi dan suspensi farmasi serta serbuk halus ukurannya berada dalam jarak penglihatan mikroskop. Partikel-partikel yang ukurannya sebesar serbuk kasar, granulat tablet atau granulat garam, ukurannya berada dalam jarak pengayakan (Martin, 1994). Pengetahuan dan pengendalian ukuran, serta kisaran ukuran partikel sangat penting dalam farmasi. Jadi ukuran, dan karenanya juga luas permukaan, dari suatu partikel dapat dihubungkan secara berarti pada sifat fisika, kimia dan farmakologi dari suatu obat. Secara klinik ukuran partikel suatu obat dapat mempengaruhi penglepasannya dari bentuk-bentuk sediaan yang diberikan secara oral, parenteral, rektal dan topikal. Formulasi yang berhasil dari suspensi, emulsi dan tablet, dari segi kestabilan fisik dan respon farmakologis, juga bergantung pada ukuran partikel yang dicapai dalam produk tersebut. Dalam bidang pembuatan tablet dan kapsul, pengendalian ukuran partikel penting sekali dalam mencapai sifat aliran yang diperlukan dan pencampuran yang benar dari granul dan serbuk. Hal ini membuat seorang
farmasis
kini
harus
mengetahuhi
pengetahuan
mengenai
mikromimetik yang baik (Ansel,1989). Mikromeritik biasanya diartikan sebagai ilmu dan teknologi tentang partikel yang kecil. Ukuran partikel dapat dinyatakan dengan berbagai cara. Ukuran diameter rata-rata, ukuran luas permukaan rata-rata, volume ratarata dan sebagainya. Pengertian ukuran partikel adalah ukuran diameter ratarata.
4
Mikromeritik adalah ilmu pengetahuan dan teknologi tentang partikelpartikel kecil. Dalam bidang kefarmasian, informasi yang perlu diperoleh dari (obat0 ada 2 macam yaitu informasi tentang ukuran partikel dan informasi tentang bentuk pertikel. Data tentang ukuran pertikel diungkapan dalam diameter (ukuran) partikel. Sementara itu, informasi bentuk spesifik partikel yang bersangkutan dan konduktornya (keadaan kasar atau halus peermukaan partikel). Semua data tersebut ada kaitannya dengan efek obat (Sudjaswadi,2002). Ilmu dan teknologi partikel kecil diberi nama mikromiretik oleh Dalla Valle. Dispersi koloid dicirikan oleh partikel yang terlalu kecil untuk dilihat dengan mikroskop biasa, sedang partikel emulsi dan suspensi farmasi serta serbuk halus berada dalam jangkauan mikroskop optik. Partikel yang mempunyai ukuran serbuk lebih kasar, granul tablet, dan garam granular berada dalam kisaran ayakan. Setiap kumpulan partikel biasanya disebut polidispersi. Karenanya perlu untuk mengetahui tidak hanya ukuran dari suatu partikel tertentu, tapi juga berapa banyak partikel-partikel dengan ukuran yang sama ada dalam sampel. Jadi kita perlu sutau perkiraan kisaran ukuran tertentu yang ada dan banyaknya atau berat fraksi dari tiap-tiap ukuran partikel, dari sini kita bisa menghitung ukuran partikel rata-rata untuk sampel tersebut. Ukuran partikel dapat dinyakan dengan berbagai cara. Ukurandiameter rata-rata dan beberapa cara pengukuranpartikelyaitu : 1. MetodeMiroskopik Bila partikelnya lebih kecil yaitu partikel dengan ukuran Angstrom. Dari 10 – 1000 Angstrom (1 Angstrom = 0,001 mikrometer), mikroskop ini mempunyai jelajah ukur dari 12 mikrometer sampai kurang lebih 100 mikrometer (Effendy, 2003) Disebabkan kemudahannya, cara mikroskopik mempunyai suatu pengalaman perluasan lebih lanjut, disamping ukuran dari setiap partikel juga bentuknya dan bila perlu dipertimbngkan pembuatan anglomerat, dengan bantuan sebuah mikrometer okuler yang tertera berlangsung
5
setiap analisa ukuran partikel dari 500 – 1000 partikel. Perbesaran maksimal yang tercapai artinya perbesaran yang sesuai dengan daya resolusi mata manusia (kira-kira 0,1 mm), adalah 550 kali (Voight, 1994) 2. Metode Pengayakan Cara iniuntukmengukurukuranpartikel secara kasar. Bahan yang akandiukurpartikelnyaditaruh di atas ayakandengannomormeshrendah. Kemudiandibawahnyaditaruh/ditempatkanayakandenganayakan dengannomormesh
yang
lebihtinggi.
diingatbahwaayakandengannomormeshrendah
mempunyai
Perla usuran
lubangrelatif besar dibandingkandenganayakandengannomormeshtinggi. Ataudengan
kata
lainpartikelmelaluiayakannomormesh
ukuranpartikellebihkecildibandingdenganpartikel
100 yang
melaluiayakannomormesh 30 (Effendy, 2003). Metode ini ádalah metode yang paling sederhana dilakukan. Ayakan dibuat dari kawat dengan lubang diketahui ukurannya. Istilah ”mesh” adalah nomor yang menyatakan jumlah luabang tiap inci. Ayakan standar adalah ayakan yang telaha dikalibrasi dan yang paling umum adalah ayakan menurut standar Amerika (Parrot,1971). 3. Metode Sedimentasi Ukuran partikel dari ukuran saringan seperti salah satunya seringkali disangkutkan dalam bidang farmasi. Metode sedimentasi di dasarklan pada hukum Stoke, serbuk yang akan diukur disuspensikan dalam cairan, dimana serbuk tidak dapat larut. Suspensi ini ditempatkan pada sebuah pipet yang bervariasi. Sampel ini diuapkan untuk dikeringkan dan residunya ditimbang. Setiap sampel ditarik
yang
mempunyai ukuran partikel; yang lebih kecil dari yang dihubungkan dengan kecepatan. Pengendapan karena semua partikel dengan ukuran yang lebih panjang akan jatuh ke level bawah dari ujung pipet (Parrot,1971).
6
II.2
Uraian Bahan
1. Aqua destillata (Dirjen POM,1979) Nama resmi
: Aqua destilata
Nama lain
: Air suling
Berat moleku
: 18,02
Rumus molekul : H2O Pemerian
: Cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau; tidak mempunyai Rasa.
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup baik.
2. Glukosa (Dirjen POM,1979) Nama resmi
: Glucosum
Nama lain
: Glukosa
Berat molekul
: 198,17
Rumus molekul : C6H12O6 . H2O Pemerian
: Hablur tidak berwarna, serbuk hablur atau butiran putih; tidak Berbau: rasa manis
Kelarutan
: mudah larut dallam air; sangat mudah larut dalam airMendidih; agak suka larut dalam etanol (95%)P mendidih; sukar larut dalam etanol (95%)P.
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup baik
Khasiat
: kalorigenikum
3. Minyak kelapa (Dirjen POM,1979) Nama resmi
: Oleum cocos
Nama lain
: Minyak kelapa
Pemerian
: Cairan jernih; tidak berwarna atau kuning pucat; bau khas; Tidak tengik.
Kelarutan
: Larut dalam 2 bagian etanol (95%)P pada suhu 0
60 ; sangat Mudah larut dalam suhu lebur 23 sampai 26
0
0
7
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya, di tempat Sejuk.
Khasiat
: Zat tambahan.
4. Natrii Chloridum(Dirjen POM,1979) Nama resmi
: Natrium chloridum
Nama lain
: Natrium klorida
Berat molekul
: 58,44
Rumus molekul : NaCL Pemerian
: Hablur bentuk kubus, tidak berwarna atau serbuk hablur putih; Rasa asin.
Kelarutan
: Mudah larut dalam air; sedikit lebih larut dalam air mendidih; Larut dalam gliserin; sukar larut dalam etanol.
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup baik.
5. Talk (Dirjen POM,1979) Nama resmi
: Talcum
Nama lain
: Talk
Pemerian
: Serbuk hablur, sangat halus licin, mudah melekat pada kulit, Bebas dari butiran; warna putih atau putih kelabu.
Kelarutan
: Tidak larut dalam hampir semua pelarut.
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup baik.
Khasiat
: zat tambahan.
8
BAB 3 METODE KERJA 3.1
Alat dan Bahan
3.1.1
Alat
1. Batang pengaduk 2. Cawan porselin 3. Kacaarloji 4. Kertas perkamen 5. Mikromiretik ayakan 6. Mistar 30 cm 7. Neraca analitik 8. No ayakan 8 set 9. Sendok tanduk 3.1.2 Bahan
3.2
1.
Aquadest
2.
Garam (Nacl)
3.
Gula pasir
4.
Minyak kelapa
5.
Talkum
6.
Tisu
Cara kerja
1. Metode pengukuran partikel dengan mikroskop : a. Disiapkan alat dan bahan. b. Dibersihkan mikroskop dengan tisu. c. Dinyalakan mikroskop. d. Ditimbang talkum dan gula masing-masing sebanyak 0,01 gram dengan neraca analitik. e. Diukur pelarut aquadest dan minyak sebanyak 1 ml dalam gelas ukur.
9
f. Dibuat suspensi talcum dengan cara melarutkannya kedalam pelarut air dan dibuat suspensi guladengan cara melarutkannya kedalam pelarut minyak. g. Dioleskan suspensi tipis-tipis pada objek gelas. h. Diletakkan objek gelas pada lensa okuler rmikroskop. i. Diamati dan gambar hasil pengamatan. j. Dihitung diameternya. 2. Metode pengukuran partikel dengan ayakan : a. Disiapkan alat dan bahan. b. Dibersihkan mesin pengayak dan nomor ayakan yang dipakai untuk mengayak gula dengan kuas kering dan tisu. c. Disusun nomor ayakan dari nomor mesh rendah ke nomor mesh tinggi. d. Ditimbang sampel sebanyak 50 gram di neraca analitik. e. Dimasukkan sampel kedalam pengayak di nomor ayakan yang paling atas. f. Ditutup dan goyang mesin pengayak dengan kecepatan yang seimbang (tidak terlalu cepat dan tidak terlalu lambat). g. Dibuka ayakan dan timbang sampel yang tertinggal dimasing-masing nomor ayakan di neraca analitik. h. Dihitung diameternya
10
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
HasilPengamatan a. Data hasilpengamatan Table 1. Data hasilpengukuranpartikeldenganmikroskopikoptik
Massa Sampel sampel (g)
Pelarut
V.Pelarut Pembesaran (ml)
Talkum
0,01
Aquades
1
Garam
0,01
Minyak
1
10/0,25 40/0,65 10/0,25 40/0,65
Diameter (cm) 1 0,4 0,4 0,5 0,4
2 0,8 0,5 0,6 0,7
3 1 0,6 0,8 1,1
4 1,1 0,7 1,1 1,7
5 1,9 1,1 1,4 2,1
Tabel 2. Data hasilpengukurantalkummenggunakanpengayak
Diameter % Bobottertinggal Sampel NomorAyakan (mm) Bobottertinggal d x a (a) d (b) 20 40 60 80 100 300
Talkum
Jumlah
0,850 0,425 0,250 0,180 0,150 1,855
0,08 1,12 6,33 9,72 31,6 48,85
0,026 0,37 2,11 3,24 10,53 16,27
b. Perhitungan 1. Perhitungantalkum
Jumlah diameter Σd
= 1,855 mm
Jumlahbobottertinggal Nomorayakan 20
= =
x 100%
= 0,026%
x 100%
dxb
0,068 0,0221 0,476 0,157 1,582 0,527 1,749 0,583 4,74 1,579 8,615 2,8681
11
Nomor ayakan 40
= =
x 100%
x 100%
= 0,37% Nomor ayakan 60
= =
x 100%
x 100%
= 2,11% Nomor ayakan 80
= =
x 100%
x 100%
= 3,24% Nomor ayakan 100 = =
x 100%
= 10,53%
Jumlah % bobot tertinggal Σb = 16,27%
Nilai d x a 1. Nomor ayakan 20 dxa
= 0,850 x 0,08 = 0,068
2. Nomor ayakan 40 dxa
= 0,425 x 1,12 = 0,476
3. Nomor ayakan 60 dxa
= 0,250 x 6,33 = 1,582
4. Nomor ayakan 80 dxa
= 0,180 x 9,72 = 1,749
x 100%
12
5. Nomor ayakan 100 dxa
= 0,150 x 31,6 = 4,74
Nilai d x b 1. Nomor ayakan 20 dxb
= 0,850 x 0,026 = 0,0221
2. Nomor ayakan 40 dxb
= 0,425 x 0,37 = 0,157
3. Nomor ayakan 60 dxb
= 0,250 x 2,11 = 0,527
4. Nomor ayakan 80 dxb
= 0,180 x 3,24 = 0,583
5. Nomor ayakan 100 dxb
= 0,150 x 10,53 = 1,579
Nilai d talkum d = =
atau atau
= 0,1763 atau 0,1762
13
Tabel 3. Data hasil pengukuran garam menggunakan pengayak
Nomor Sampel Ayakan
Garam
Jumlah
20 40 60 80 100 300
Diameter (mm) d
Bobot tertinggal (a)
% Bobot tertinggal (b)
dxa
dxb
0,850 0,425 0,250 0,180 0,150 1,855
1,03 7,32 14,8 23,01 3,6 47,76
0,034 2,44 4,93 7,67 1,2 16,27
0,875 3,111 3,7 4,141 0,37 12,197
0,0289 1,037 1,232 1,380 0,18 3,8579
2. Perhitungan garam
Jumlah diameter Σd = 1,855 mm
Jumlah bobot tertinggal Nomor ayakan 20
=
=
x 100%
x 100%
= 0,034% Nomor ayakan 40
= =
x 100%
x 100%
= 2,44% Nomor ayakan 60
= =
x 100%
x 100%
= 4,93% Nomor ayakan 80
= =
x 100%
= 7,67%
x 100%
14
Nomor ayakan 100 = =
x 100%
= 1,2%
Jumlah % bobot tertinggal Σb = 16,27%
Nilai d x a 1. Nomor ayakan 20 dxa
= 0,850 x 1,03 = 0,875
2. Nomor ayakan 40 dxa
= 0,425 x 7,32 = 3,111
3. Nomor ayakan 60 dxa
= 0,250 x 14,8 = 3,7
4. Nomor ayakan 80 dxa
= 0,180 x 23,01 = 4,141
5. Nomor ayakan 100 dxa
= 0,104 x 3,6 = 0,37
Nilai d x b 1. Nomor ayakan 20 dxb
= 0,850 x 0,034 = 0,0289
2. Nomor ayakan 40 dxb
= 0,425 x 2,44 = 1,037
x 100%
15
3. Nomor ayakan 60 dxb
= 0,250 x 4,93 = 1,232
4. Nomor ayakan 80 dxa
= 0,180 x 7,67 = 1,380
5. Nomor ayakan 100 dxa
= 0,150 x 1,2 = 0,18
Nilai d garam 1. Nomor ayakan 20 d =
=
atau d = atau
= 0,2553 atau 0,2371
4.2
Pembahasan .
Pada praktikum kali ini yaitu tentang percobaan mikromeritik yang bertujuan untuk mengukur partikel senyawa dengan menggunakan metode ayakan dan metode mikroskop. Mikromeritik itu sendiri merupakan ilmu dan teknologi tentang partikel kecil, diperkenalkan oleh Dalla Valle. Dispersi koloid dicirikan oleh partikel yang terlalu kecil untuk dilihat dengan mikroskop biasa, sedangkan partikel emulsi dan suspensi farmasi serta serbuk halus berada dalam jangkauan miroskop optik. Partikel yang mempunyai ukuran serbuk lebih kasar, granul tablet, dan garam granular berada dalam kisaran ayakan. Kisaran ukuran kira-kira dari partikel dalam dispersi farmasi terdapat dalam tabel 5-1a. Ukuran dari bahan-bahan lain, termasuk mikroorganisme terdapat dalam table 5-1b dan 5-1c (Martin, A., dkk, 1990). Metode pertama yang dilakukan dalam percobaan mikromeritik yaitu metode pengukuran partikel dengan mikroskop. Adapun langkah - langkah
16
kerjanya, yang pertama menyiapkan alat seperti batang pengaduk, cawan porselin, kaca arloji, kertas perkamen, mikroskop, mistar 30 cm, neraca analitik, sendok tanduk, serta bahan seperti aquades 1 mL, gula pasir 0,01 gram, minyak kelapa 1 mL, dan talkum 0,01 gram. Setelah itu membersihkan mikroskop dengan tisu agar kotoran-kotoran yang tertinggal di mikroskop tersebut saat pengamatan sebelumnya hilang dari mikroskop. Kemudian menyalakan mikroskop. Sebelum melanjutkan pengamatan, hal selanjutnya yang dilakukan adalah menimbang sampel seperti talkum dan gula masing-masing sebanyak 0,01 gram dengan menggunakan nerca analitik. Lalu, mengukur pelarut aquades dan minyak sebanyak 1 mL didalam gelas ukur. Selanjutnya membuat suspensi talkum dengan cara melarutkannya kedalam pelarut aquades, hal ini dikarenakan menurut Farmakope edisi III talkum tidak larut dalam hampir semua pelarut. Kemudian membuat suspensi gula dengan cara melarutkannya kedalam pelarut minyak, sesusai dengan yang tercantum dalam Farmakope edisi III glukosa dapat larut dalam air, sangat mudah larut dalam air mendidih, agak sukar larut dalam etanol (95%) mendidih dan agak sukar larut dalam etanol (95%). Sedangkan jika gula tersebut larut dalam air maka ukuran partikel tersebut tidak akan bisa dilihat pada saat pengamatan. Setelah itu, mengoleskan suspensi tipis-tipis pada objek gelas, kemudian meletakkan objek gelas pada lensa okuler mikroskop, lalu mengamati dan menghitung diameter partikel dari sampel tersebut. Setelah itu dilakukan pengukuran partikel menggunakan metode ayakan. Langkah-langkahnya adalah yang pertama menyiapkan alat dan bahan, kemudian membersihkan mesin pengayak dan nomor ayakan yamg dipakai untuk mengayak gula dengan kuas kering dan tisu. Harus kering agar sampel tidak menempel pada ayakan sehingga memudahkan dalam proses pengayakan. Kemudian menyusun nomor ayakan dari nomor mesh rendah kenomor mesh tinggi agar persen bobot yang tertinggal pada masing-masing nomor pengayakan dapat diketahui. Setelah itu, menimbang sampel sebanyak 50 gram di neraca analitik. Lalu, dimasukkan sampel
17
kedalam pengayak dengan nomor ayakan yang paling atas. kemudian Menutup dan menggoyang mesin pengayak dengan kecepatan yang seimbang (terlalu cepat dan tidak terlalu lambat). Kemudian membuka ayakan dan menimbang sampel yang tertinggal dimasing-masing nomor ayakan di neraca analitik selanjutnya menghitung diameter. Dari hasil percobaan diperoleh ukuran partikel dari gula dan talkum dengan menggunakan metode mikroskop dengan pembesaran 10x diperoleh diameter partikel talcum berturut-turut adalah 0.4, 0.8, 1, 1.1, 1.9. sedangkan untuk pembesaran 40x diperoleh diameter partikel talcum berturut-turut adalah 0.4, 0.5, 0.6, 0.7, 1.1. Untuk partikel gula dengan menggunakan pembesaran 10x diperoleh diameter partikel berturut-turut adalah 0.5, 0.6, 0.8, 1.1, 1.4, sedangkan untuk pembesaran 40x diperoleh diameter berturut-turut adalah 0.4, 0.7, 1.1, 1.7, 2.1. Untuk pengukuran partikel dalam hal ini talkum dengan menggunakan metode ayakan dengan menggunakan nomor ayakan 20 diperoleh diameter partikel 0,003 atau 0,002. Sedangkan untuk nomor ayakan 40 adalah 0,0425 atau 0,0421, untuk nomor ayakan 60 adalah 0,2403 atau 0,2405, untuk nomor ayakan 80 adalah 0,3691 atau 0,444 dan untuk nomor ayakan 100 diperoleh diameter talcum 1,1999atau1,2005. Sedangkan untuk pengukuran partikel dalam hal ini garam dengan menggunakan metode ayakan dengan menggunakan nomor ayakan 20 diperoleh diameter partikel 0,0400 atau 0,0038 sedangkan untuk nomor ayakan 40 adalah 0,2843 atau 0,2781, untuk nomor ayakan
60 adalah
0,5748 atau 0,5620 , untuk nomor ayakan 80 adalah 0,8937 atau0,8744 dan untuk nomor ayakan 100 diperoleh diameter garam 0,1398atau 0,1368.
18
BAB 5 PENUTUP 5.1
Kesimpulan
Dari percobaan yang telah kami lakukan dapat disimpulkan bahwa: 1.
Untuk pengukuran partikel dengan menggunakan metode mikroskopik optik didapatkan ukuran diameter partikel dari talkum dengan menggunakan pembesaran 10x berturut-turut adalah 0.4, 0.8, 1, 1.1, 1.9. sedangkan untuk pembesaran 40x diperoleh diameter partikel talkum berturut-turut adalah 0.4, 0.5, 0.6, 0.7, 1.1. Untuk partikel garam dengan menggunakan pembesaran 10x diperoleh diameter partikel berturut-turut adalah 0.5, 0.6, 0.8, 1.1, 1.4, sedangkan untuk pembesaran 40x diperoleh diameter berturut-turut adalah 0.4, 0.7, 1.1, 1.7, 2.1.
2.
Untuk
pengukuran
partikeltalkum
dengan
menggunakanmetodeayakandidapatkanhasil :
Nomorayakan 20 diperoleh diameter partikel0,003 atau 0,002.
Nomorayakan
40diperoleh
diameter
partikeladalah0,0425atau
0,0421.
Nomorayakan 60 adalah0,2403atau 0,2405.
Nomorayakan 80 adalah0,3691 atau 0,444dan
Nomorayakan 100 diperoleh diameter talkum1,1999atau 1,2005. Sedangkanuntukpengukuranpartikelgaramdenganmenggunakanmet
odeayakandidapatkan pula hasilsebagaiberikut :
Nomorayakan 20 diperoleh diameter partikel0,0400atau 0,0038.
Nomorayakan 40 adalah 0,2843atau 0,2781.
Nomorayakan 60 adalah0,5748atau 0,5620.
Nomorayakan 80 adalah0,8937 atau 0,8744dan
Nomorayakan 100 diperoleh diameter garam 0,1398atau 0,1368.
19
5.2
Saran
1. Untuk laboratorium agar dapat menyediakan atau menambah alat-alat laboratorium. 2. Untuk asisten agar tetap bersemangat dalam mendampingi praktikan dan terus memberikan ilmu yang bermanfaat. 3. Untuk praktikan agar berhati-hati dalam menggunakan alat-alat yang berada didalam laboratorium.
20
DAFTAR PUSTAKA
Ansel,
H.C.,
1989.
Pengantar
Bentuk
Sediaan
Farmasi.
Jakarta:
Universitas IndonesiaPress. Direktorat Jenderal POM Departemen Kesehatan RI . 1979.
Farmakope
Indonesia Edisi III . Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
M. Idris Effendi. (2003). Materi Kuliah Farmasi Fisika . Jurusan farmasi UniversitasHasanuddin. Makassar. Martin, A. 1994. Farmasi Fisika jilid II . Jakarta: UniversitasIndonesia Press, Mineneapolis, 335. Parrot, L.E., (1970), Pharmaceutical technology. Burgess Publishing Company. Voigt, R., (1994). Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Edisi V . UGM-Press, Yogyakarta, 65