18
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 pasal 3 menyatakan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Sejalan dengan tujuan pendidikan nasional maka dirumuskan tujuan pendidikan dasar yakni memberi bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga negara dan anggota umat manusia serta mempersiapkan siswa untuk mengikuti pendidikan menengah (pasal 3 PP nomor 28 tahun 1990 tentang Pendidikan Dasar).
Guru merupakan salah satu komponen penting dalam rangka mencapai amanat Undang-Undang tersebut dimana guru mempunyai fungsi strategis mengembangkan potensi peserta didik dalam hal ketakwaan, pengetahuan, sikap, dan keterampilan siswa secara keseluruhan. Peran guru juga sangat diharapkan mampu secara optimal mengembangkan peserta didik dengan tidak hanya sebagai pembelajar, melainkan juga sebagai pembimbing peserta didik dalam mengenal dirinya dan lingkungannya. Hal ini dilakukan agar peserta didik tidak tersesat dalam proses menuju generasi yang sesuai amanat Undang-Undang. Salah cara atau wadah untuk mempermudah mewujudkan hal tersebut adalah layanan bimbingan dan konseling bagi peserta didik di sekolah.
Bimbingan dan konseling merupakan bantuan kepada individu peserta didik dalam menghadapi persoalan-persoalan yang dapat timbul dalam hidupnya atau dalam proses belajarnya. Bantuan semacam itu sangat tepat jika diberikan di sekolah, agar setiap peserta didik dapat lebih berkembang ke arah yang seoptimal mungkin. Dengan demikian bimbingan dan konseling menjadi bidang layanan khusus dalam keseluruhan kegiatan pendidikan sekolah yang ditangani oleh tenaga-tenaga ahli dalam bidang tersebut, termasuk seorang guru.
Dalam konteks pemberian layanan bimbingan konseling, Prayitno (1997:35-36) mengatakan bahwa pemberian layanan bimbingan konseling meliputi layanan orientasi, informasi, penempatan dan penyaluran, pembelajaran, konseling perorangan, bimbingan kelompok, dan konseling kelompok.
Guru mata pelajaran harus melaksanakan ketujuh layanan bimbingan konseling tersebut agar setiap permasalahan yang dihadapi siswa dapat diantisipasi sedini mungkin sehingga tidak menggangu jalannya proses pembelajaran. Dengan demikian siswa dapat mencapai prestasi belajar secara optimal tanpa mengalami hambatan dan permasalahan pembelajaran yang cukup berarti.
Realitas di lapangan yaitu yang terjadi di sekolah menunjukkan bahwa peran guru mata pelajaran dalam pelaksanaan bimbingan konseling belum dapat dilakukan secara optimal mengingat tugas dan tanggung jawab guru mata pelajaran yang sarat akan beban selain melaksanakan tugas pokoknya menyampaikan semua materi, guru mata pelajaran juga dibebani seperangkat administrasi yang harus dikerjakan, sehingga tugas memberikan layanan bimbingan konseling belum dapat dilakukan secara maksimal.
Berdasar latar belakang tersebut di atas, penulis tergerak untuk melakukan telaah mengenai peran guru mata pelajaran dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling.
Rumusan Masalah
Apakah hakikat Bimbingan dan Konseling di Sekolah Menengah Atas ?
Apa saja tugas dan tanggung jawab guru mata pelajaran di Sekolah Menengah Atas ?
Bagaimanakah peran guru mata pelajaran dalam pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di SMA N 1 Kedungwuni ?
Tujuan
Mengetahui hakikat Bimbingan dan Konseling di Sekolah Menengah Atas
Mengetahui tugas dan tanggung jawab guru mata pelajaran di Sekolah Menengah Atas
Mengidentifikasi peran guru mata pelajaran dalam pelaksanaan Bimbingan dan Konseling.
Manfaat Penelitian
Manfaat Observasi yang kami lakukan selama ini adalah sebagai berikut:
Sebagai masukan dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan di masa yang akan dating
Sebagai motivasi untuk menjadi guru bahasa arab yang kreatif dan inovatif dan mampu menjadi pembimbing di setiap pembelajara.
Untuk menambah wawasan saya sebagai calon guru
Manfaat yang dapat diambil dari penelitian antara lain :
Bagi Peneliti
Untuk menambah wawasan tentang peran guru mata pelajaran sebagai calon guru
Untuk memotivasi agar menjadi calon guru yang kreatif dan inovatif dan mampu menjadi pembimbing di setiap mata pelajaran
Untuk menambah pengalaman dalam kegiatan observasi
Bagi Guru
Untuk menjadikan masukan atau koreksi dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan di masa yang akan datang
Untuk memotivasi agar menjadi guru yang kreatif dan inovatif dan mampu menjadi pembimbing di setiap mata pelajaran
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bimbingan dan Konseling merupakan terjemahan dari istilah "Guidance and Counseling" dalam bahasa Inggris. Bimbingan diartikan sebagai proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh seorang yang ahli kepada seseorang atau beberapa orang individu , baik anak-anak , remaja maupun dewasa , agar orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri , dengan memanfaatkan kekuatan individu yang ada dan dapat dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku . Sedangkan pengertian konseling adalah suatu proses memberi bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli (konselor) kepada individu yang sedang mengalami suatu masalah (klien) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi oleh klien.
Bimbingan dan konseling merupakan salah satu bidang pelayanan yang perlu dilaksanakan di dalam program pendidikan , suatu program pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah tidak mungkin akan berjalan dengan baik tanpa adanya dukungan dari para personil sekolah seperti kepala sekolah . wakil kepala sekolah , koordinator guru pembimbing , guru pembimbing wali kelas , TU , dan guru mata pelajaran .
Dalam kedudukannya sebagai personil pelaksana proses pembelajaran di sekolah, guru mata pelajaran memiliki posisi yang stretegis, dibandingkan dengan guru pembimbing atau konselor, misalnya, guru mata pelajaran lebih sering berinteraksi dengan siswa secara langsung, sehingga dapat mengamati secara rutin perkembangan kepribadian siswa, kemajuan belajarnya, dan bukan tidak mungkin guru mata pelajaran akan langsung berhadapan dengan permasalahan siswa.
Tugas dan tanggung jawab utama guru mata pelajaran di sekolah adalah melaksanakan kegiatan pembelajaran siswa. Kendati demikian, bukan berarti guru tersebut sama sekali lepas dengan kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling. Peran dan konstribusi guru mata pelajaran tetap sangat diharapkan guna kepentingan efektivitas dan efisien pelayanan Bimbingan dan Konseling di sekolah. Oleh karena itu guru mata pelajaran ditempatkan sebagai mitra utama konselor dalam memberikan pelayanan Bimbingan dan Konseling, begitu juga dengan guru wali kelas.
Prayitno (2003) memerinci peran, tugas dan tanggung jawab guru-guru mata pelajaran dalam bimbingan dan konseling adalah:
1. Membantu memasyarakatkan pelayanan bimbingan dan konseling kepada siswa.
2. Membantu guru pembimbing/konselor mengidentifikasi siswa-siswa yang memerlukan layanan bimbingan dan konseling, serta pengumpulan data tentang siswa-siswa tersebut.
3. Mengalihtangankan siswa yang memerlukan pelayanan bimbingan dan konseling kepada guru pembimbing/konselor
4. Menerima siswa alih tangan dari guru pembimbing/konselor, yaitu siswa yang menuntut guru pembimbing/konselor memerlukan pelayanan pengajar/latihan khusus (seperti pengajaran/ latihan perbaikan, program pengayaan).
5. Membantu mengembangkan suasana kelas, hubungan guru-siswa dan hubungan siswa-siswa yang menunjang pelaksanaan pelayanan pembimbingan dan konseling.
6. Memberikan kesempatan dan kemudahan kepada siswa yang memerlukan layanan/kegiatan bimbingan dan konseling untuk mengikuti /menjalani layanan/kegiatan yang dimaksudkan itu.
7. Berpartisipasi alam kegiatan khusus penanganan masalah siswa, seperti konferensi kasus.
8. Membantu pengumpulan informasi yang diperlukan dalam rangka penilaian pelayanan bimbingan dan konseling serta upaya tindak lanjutnya.
Menurut Heru Mugiarso dalam Bimibingan dan Konseling (2009) terdapat beberapa rincian peranan guru dalam penyelenggaraan peleyanan Bimbingan dan Konseling, yaitu:
a. Guru sebagai informator
Seorang guru dapat berperan sebagai informatory, terutama berkaitan dengan tugasnya membantu guru pembimbing atau konselor dalam memasyarakatkan layanan Bimimbingan dan Konseling kepada siswa pada umumnya.
b. Guru sebagai fasilitator
Guru dapat berperan sebagai fasilitator terutama ketika dilangsungkan layanan pembelajaran baik yang bersifat preventif ataupun kuratif.
c. Guru sebagai Mediator
Dalam kedudukannya yang stretegis dengan siswa, guru dapat menjadi mediator antara siswa dengan guru pembimbing.
d. Guru sebagai motivator
Dalam peranan ini, guru dapat berperan sebagi pemberi motivasi siswa dalam memenfaatkan layayan Bimbingan dan Konseling di sekolah, sekaligus memberikan kesempatan siswa untuk memperoleh layanan konseling.
e. Guru sebagai kolaborator
Sebagai mitra seprofesi, yakni sama-sama sebagai tenaga pendidik si sekolah, guru dapat berperan sebagai kolaborator konselor di sekolah, misalnya dalam penyelenggaraan berbagai jenis layanan orientasi informasi, layanan pembelajaran atau dalam pelaksanaan kegiatan pendukung dalam Bimbingan dan Konseling.
BAB III
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan pada observasi ini adalah penelitian survey. Penelitian survey adalah penelitian yang mengambil sample dari satu populasi dan menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpul data yang pokok (Singarimbun, 1998). Survei merupakan studi yang bersifat kuantitatif yang digunakan untuk meneliti gejala suatu kelompok atau perilaku individu. Dengan teknik penggalian data wawancara. Dengan cara mewawancari subyek dengan tanya jawab secara langsung.
Subyek Penelitian
Pada observasi ini , peneliti mewawancari 3 orang dengan berbeda-beda bidang mata pelajaran yang diampu. Di bawah ini merupakan biodata dari masing-masing guru :
Nama : Noerhidayah Suprihartini , S.Pd
Tempat, Tanggal Lahir : Pemalang, 13 Juli 1971
Guru Mata Pelajaran : Sosiologi
Pengalaman Mengajar :
MAN Pemalang
SMA Muhammadiyah 2 Pemalang
SMA N 3 Tegal
SMA N 1 Kedungwuni
Nama : Dra. Menik Puji Asri Wahyuni
Tempat, Tanggal Lahir : Jember, 2 November 1969
Guru Mata Pelajaran : Bahasa Inggris
Pengalaman Mengajar :
SMP N 2 Pekalongan
SMP N 6 Pekalongan
SMA N 1 Pekalongan
Nama : Nur Effendi, S.Pd
Tempat, Tanggal Lahir : Tegal, 14 Desember 1962
Guru Mata Pelajaran : Pendidikan Jasmani dan Kerohanian
Pengalaman Mengajar :
SMP N 13 Semarang
SMA N 1 Kedungwuni
Alat Pengumpul Data
Alat pengumpul data yang digunakan pada observasi ini adalah berupa lembar pertanyaan wawancara, handphone untuk merekam suara , dan camera digital untuk memotret peneliti dan subyek penelitian pada saat wawancara.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Hasil Penelitian
Observasi ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui seberapa jauh peran guru mata pelajaran terkait pelaksanaan program bimbingan dan konseling di Sekolah Menengah Atas. Peran yang dimaksudkan adalah peran guru sebagai fasilitator, informator, motivator, mediator, dan kolaborator.
Observasi yang kami lakukan dilaksanakan pada hari Sabtu, 12 April 2014 di SMA N 1 Kedungwuni di kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah. Adapun yang menjadi narasumber kami adalah Ibu Noerhidayah S (Ibu Yayah), Ibu Menik PAW (Ibu Menik), dan Bapak Nur Effendi (Pak Pepen). Berdasarkan hasil wawancara kami, dapat diparafrasekan sebagai berikut,
Sebagai seorang guru mata pelajaran, Bu Yayah juga memiliki kepedulian terhadap layanan bimbingan dan konseling di SMA N 1 Kedungwuni. Beliau berpendapat bahwa program BK sangat perlu diadakan di sekolah, karena BK berisi tentang materi pengembangan diri, adanya BK memberikan penanaman sikap bagi seluruh siswa, dengan adanya BK anak mempunyai sikap peduli, siswa menjadi lebih berkarakter. BK menjadi salah satu mata pelajaran walaupun hanya mendapatkan waktu satu jam pelajaran dalam seminggu. Karena menurut kurikulum 2013 terdapat tujuan pembelajaran selain materi juga penanaman sikap kepribadian dari para siswa atau biasa disebut dengan pendidikan karakter. Pada hal ini tentu saja terdapat beberapa masalah mengenai bimbingan terhadap siswa. Dalam hal ini, Bu Yayah sebagai guru mapel yang dan juga wali kelas kelas X tentu mengalami kesulitan mengingat siswa kelas satu masih beradaptasi atau masa peralihan dari masa SMP ke masa SMA.
Dari masalah yang muncul tersebut, SMA N 1 Kedungwuni melakukan serangkaian kegiatan kaitannya dengan layanan BK, di antaranya menangani masalah yang muncul di lingkunag sekolah terkait kenakalan siswa yang tidak mau berangkat sekolah, melakukan home visit jika siswa yang membutuhkan komunikasi langsung dengan wali murid, mengadakan perhitungan indeks pelanggaran, membuka konsultasi masuk jenjang pendidikan yang lebih tinggi atau disebut Program Bina Karier terutama untuk kelas XII, dan program penanganan kesulitan belajar. Untuk pelayanan BK di SMA N 1 Kedungwuni ini sudah baik namun menurut Bu Yayah, fasilitas ruang untuk BK kurang baik,
Di SMA N 1 Kedungwuni , program layanan BK tidak hanya dilakukan oleh guru BK, akan tetapi ada peran dari guru lain yang turut membantu dalam mengatasi dinamika permasalahan siswa, terutama wali kelas. Masalah yang muncul dari siswa sebisa mungkin diatasi oleh wali kelas. Jika masalah tersebut gagal ditangani oleh wali kelas baru diserahkan pada guru BK. Selain itu, guru mata pelajaran juga mengambil peran penting, kaitannya dengan permasalahan yang berhubungan dengan materi pelajaran. Dengan adanya BK di sekolah, BK sangat menunjang tugas guru, guru BK memberikan motivasi belajar. Dampaknya berbeda sekali, apabila anaka tidak diberi materi tentang bimbingan dan konseling. Sebagai guru mata pelajaran, Bu Yayah menyampaikan kepada para siswa untuk memanfaatkan fasilitas bimbingan dan konseling oleh BK. Dan memberikan penjelasan bahwa siswa yang masuk ke ruang BK bukan hanya siswa yang bermasalah dalam artian negatif saja. Untuk contoh masalah tentang daya tangkap siswa tinggi dan ada yang rendah, strategi yang disiapkan guru mata pelajaran dalam menyelesaikan jika terjadi masalah ini, agar yang mengalami kesulitan mampu mengimbangi yang sudah paham. Bu Yayah menyadari bahwa metode pembelajaran belum tentu dapat dipahami oleh semua siswa. Namun biasanya pada akhir pelajaran Bu Yayah memberikan evaluasi diri, kuis, dan memberikan kesempatan anak memberi masukan dan kritik terhadap Bu Yayah. Sementara itu, kaitannya dengan peran guru sebagai informator kurang maksimal karena guru mata pelajaran hanya menyampaikan informasi ke-BK-an secara parsial dan kurang detil. Sementara peran guru sebagai fasilitator sudah berjalan dengan cukup baik, yaitu guru mampu mengantisipasi adanya ketimpangan kemampuan siswa dalam menangkap materi pelajaran. Siswa yang memiliki daya tangkap "rendah" akan dicarikan suatu metode agar siswa itu mampu mengimbangi temannya yang sudah paham tentang suatu materi yang telah disampaikan. Untuk masalah kerjasama dari guru mata pelajaran dan guru BK mengenai pengidentifikasian siswa yang membutuhkan layanan BK, Bu Yayah biasanya dilakukan pendekatan terhadap anak, dan ditangani bersama dengan guru BK ataupun orang tua siswa jika perlu. Bu Yayah selalu memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswanya yang membutuhkan layanan BK, karena agar masalah yang dihadapi siswa tersebut dapat terselesaikan. Sebagai guru mata pelajaran Sosiologi, Bu Yayah merasa bahwa setiap guru mapel akan dilibatkan dalam masalah yang terjadi terhadap siswanya.
Selain Ibu Yayah, guru yang diwawancari kedua adalah Bu Menik yang mengajar bidang mata pelajaran Bahasa Inggris. Sebagai seorang guru mata pelajaran, Bu Yayah juga memiliki kepedulian terhadap layanan bimbingan dan konseling di SMA N 1 Kedungwuni. Beliau berpendapat bahwa program BK sangat perlu diadakan di sekolah, karena BK dalam hal ini bisa membantu siswa yang memiliki masalah baik itu masalah sekolah ataupun masalah pribadi dan juga BK dapat memberikan solusi penyelesainnya. Pada hal ini tentu saja terdapat beberapa masalah mengenai bimbingan terhadap siswa. Dalam hal ini, masalah yang dihadapi anak tentu sangat heterogen meliputi masalah anak itu sendiri, dengan teman-temannya ataupun dengan keluarganya.
Dari masalah yang muncul tersebut, SMA N 1 Kedungwuni melakukan serangkaian kegiatan kaitannya dengan layanan BK, di antaranya menangani masalah yang muncul di lingkungan sekolah terkait kenakalan siswa yang tidak mau berangkat sekolah, melakukan home visit jika siswa yang membutuhkan komunikasi langsung dengan wali murid, program penjurusan, tes IQ, dan dan program penyaluran bakat dan minat selain itu juga mengurusi hal-hal tentang beasiswa ataupun mendata anak-anak yang kurang mampu. Untuk pelayanan BK di SMA N 1 Kedungwuni ini sudah baik karena menurut Bu Menik sudah bisa menangani masalah kedisiplinan, kesulitan belajar, dan program beasiswa pada siswa.
Di SMA N 1 Kedungwuni , program layanan BK tidak hanya dilakukan oleh guru BK, akan tetapi ada peran dari guru lain yang turut membantu dalam mengatasi dinamika permasalahan siswa, terutama wali kelas. Misalnya anak yang mengalami kesulitan belajar, lalu guru mapel tersebut mengetahui dan mengidentifikasinya. Lalu guru mapel juga bisa melaporkan anak yang tidak disiplin, apabila sudah diperingatkan oleh guru mapel. Begitu Bu Menik menjelaskan perannya sebagai guru mapel. Selanjutnya juga memberikan informasi kepada BK atau pun kepada siswa tentang program beasiswa bagi anak yang berprestasi tetapi kurang mampu. Menurut Bu Menik, dengan adanya BK di sekolah, BK sangatmembantu mengetahui minat dan bakat (penjurusan) terhadap siswa, guru BK juga membantu dalam mengatasi siswa-siswa yang bermasalah. Sebagai guru mata pelajaran, Bu Menik menyampaikan kepada para siswa tentang tujuan BK dan manfaat BK. Dan memberikan penjelasan bahwa BK bukan polisi sekolah. Untuk contoh masalah tentang daya tangkap siswa tinggi dan ada yang rendah, strategi yang disiapkan Bu Menik dalam menyelesaikan jika terjadi masalah ini, agar yang mengalami kesulitan mampu mengimbangi yang sudah paham adalah dengan sistem tutor sebaya atau siswa yang lebih pandai bisa menjelaskan kepada siswa yang lain yang belum memahami materi tersebut. juga memberikan tambahan latihan-latihan , dan juga diadakan belajar kelompok. Bu Menik menjelaskan bahwa ada kerjasama dari guru mata pelajaran dan guru BK mengenai pengidentifikasian siswa yang membutuhkan layanan BK yaitu apabila ada informasi terbaru akan segera disampaiakn oleh guru BK ataupun sebaliknya. Bu Menik selalu memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswanya yang membutuhkan layanan BK, karena agar masalah yang dihadapi siswa tersebut dapat terselesaikan. Sebagai guru mata pelajaran Sosiologi, Bu Yayah merasa bahwa setiap guru mapel akan dilibatkan dalam masalah yang terjadi terhadap siswanya dan juga memberikan nilai kepribadian yang akan menjadi tolok ukur juga dalam penilaian mata pelajaran tersebut.
Guru mata pelajaran yang ke 3 yang penulis wawancarai adalah Pak Pepen yang mengampu mata pelajaran Penjasorkes. Sebagai seorang guru mata pelajaran, Pak Pepen juga memiliki kepedulian terhadap layanan bimbingan dan konseling di SMA N 1 Kedungwuni. Beliau berpendapat bahwa program BK sangat perlu diadakan di sekolah, sampai-sampai di satu jam pelajaran untuk BK di kelas. Dalam hal ini, Pak Pepen sebagai guru mapel yang dan juga wali kelas kelas merasa bahwa BK pasif dan hanya menunggu siswa datang ke BK untuk konsultasi.
Dari masalah yang muncul tersebut, SMA N 1 Kedungwuni melakukan serangkaian kegiatan kaitannya dengan layanan BK, di antaranya program penanganan kesulitan belajar, beasiswa dari pemerintah ataupun dan lain sebagainya.
Di SMA N 1 Kedungwuni , program layanan BK tidak hanya dilakukan oleh guru BK, akan tetapi ada peran dari guru lain yang turut membantu dalam mengatasi dinamika permasalahan siswa, terutama wali kelas. Sebagai guru mata pelajaran olahraga Pak Pepen mengajarkan kepada siswa tentang kedisiplinan karena walaupun di lapangan harus menggunakan aturan-aturan. Dan juga memberikan bantuan berupa tukar pikir dengan siswa apabila ada yang curhat pada Pak Pepen mengenai hal-hal yang berkaitan dengan perguruan tinggi. Masalah yang muncul dari siswa sebisa mungkin diatasi oleh wali kelas. Dengan adanya BK di sekolah, BK sangat menunjang tugas guru, guru BK memberikan penjelasan tentang kepekaan sosial, dan juga menanamkan sikap kedisiplinan. Untuk contoh masalah tentang daya tangkap siswa tinggi dan ada yang rendah, strategi yang disiapkan guru mata pelajaran dalam menyelesaikan jika terjadi masalah ini, agar yang mengalami kesulitan mampu mengimbangi yang sudah paham. Pak Pepen menjelaskan bahwa ketrampilan hanya faktor latihan, kesulitan belajar bisa disebabkan karena banyak faktor di antaranya adalah faktor lingkungan, faktor keluarga dalam hal pengawasan yang tidak ketat. Selain itu juga orang tua siswa banyak yang menyerahkan sepenuhnya kepada pihak sekolah.
Pak Pepen selalu memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswanya yang membutuhkan layanan BK, karena agar masalah yang dihadapi siswa tersebut dapat terselesaikan. Namun biasanya BK tidak mengambil pada saat jam-jam pelajaran tetapi pada jam istirahat. Untuk masalah kerjasama dari guru mata pelajaran dan guru BK, secara tidak langsung semua guru ikut bekerja sama dalam menyelesaikan masalah. Hal ini disebabkan karena secara tanggung jawab semua guru tidak menginginkan siswa melakukan hal yang negatif.
Analisis Data
Observasi ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui seberapa jauh peran guru mata pelajaran terkait pelaksanaan program bimbingan dan konseling di Sekolah Menengah Atas. Peran yang dimaksudkan adalah peran guru sebagai fasilitator, informator, motivator, mediator, dan kolaborator.
Observasi yang kami lakukan dilaksanakan pada hari Sabtu, 12 April 2014 di SMA N 1 Kedungwuni Kabupaten Pekalongan , Jawa Tengah. Sementara itu, metode yang kami gunakan dalam memperoleh data adalah dengan metode wawancara. Adapun yang menjadi narasumber kami adalah Ibu Yayah, Ibu Menik, dan Pak Pepen. Berdasarkan hasil wawancara kami, dapat diparafrasekan sebagai berikut,
Sebagai seorang guru mata pelajaran, Ibu Yayah, Ibu Menik, dan Pak Pepen juga memiliki kepedulian terhadap layanan bimbingan dan konseling di SMA N 1 Kedungwuni. Beliau berpendapat bahwa program BK sangat perlu diadakan di sekolah, karena kegiatan belajar mengajar tidak akan berjalan maksimal tanpa adanya program BK. Dalam hal ini BK banyak memberikan bantuan motivas-motivasi kepada para siswa apabila terdapat masalah dalam kurang pahamnya mata pelajaran yang disebabkan tidak hanya faktor dari dalam juga faktor dari luar.
Dari fenomena yang muncul tersebut, SMA N 1 Kedungwuni melakukan serangkaian kegiatan kaitannya dengan layanan BK, di antaranya menangani masalah yang muncul di lingkunag sekolah terkait kenakalan siswa yang datang terlambat, melakukan home visit jika siswa yang membutuhkan komunikasi langsung dengan wali murid, membuka konsultasi masuk jenjang pendidikan yang lebih tinggi, dan razia ketika upacara.
Di SMAN 1 Kedungwuni, program layanan BK tidak hanya dilakukan oleh guru BK, akan tetapi ada peran dari guru lain yang turut membantu dalam mengatasi dinamika permasalahan siswa, terutama wali kelas. Masalah yang muncul dari siswa sebisa mungkin diatasi oleh wali kelas. Jika masalah tersebut gagal ditangani oleh wali kelas baru diserahkan pada guru BK. Selain itu, guru mata pelajaran juga mengambil peran penting, kaitannya dengan permasalahan yang berhubungan dengan materi pelajaran. Sementara itu, kaitannya dengan peran guru sebagai informator sudah maksimal karena guru mata pelajaran menyampaikan informasi ke-BK-an secara baik dan sangat baik. Sementara peran guru sebagai fasilitator sudah berjalan dengan cukup baik, yaitu guru mampu mengantisipasi adanya ketimpangan kemampuan siswa dalam menangkap materi pelajaran. Siswa yang memiliki daya tangkap "rendah" akan dicarikan suatu metode agar siswa itu mampu mengimbangi temannya yang sudah paham tentang suatu materi yang telah disampaikan.
Peran guru sebagai mediator di kedua sekolah ini berjalan dengan baik, hal ini dibuktikan dengan adaanya suatu kerjasama antara guru mata pelajaran dan guru BK. Guru mata pelajaran yang secara langsung mengetahui permasalahan pada siswa menyampaikan kasus itu kepada guru BK. Kemudian guru BK melakukan pendekatan terhadap siswa tersebut, hingga akhirnya diketahui karakter siswa dan sumber masalah yang terjadi, kemudian hasil ini disampaikan kepada guru mata pelajaran lagi untuk dilakukan suatu pengentasan masalah. Sementara peran guru sebagai motivator siswa dalam pemanfaatan layanan BK juga berjalan dengan baik. Guru mata pelajaran memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswanya yang membutuhkan layanan BK, misalkan ketika pelajaran ada siswa yang membutuhkan pelayanan BK dengan beberapa alasan yang logis dan harus meninggalkan kelas, maka guru mata pelajaran mempersilakannya dengan catatan alasan yang disampaikan benar.
Sementara itu, peran guru sebagai kolaborator ditunjukkan dengan adanya kerjasama antara guru mata pelajaran dan guru BK, selama masalah dapat diatasi oleh guru mata pelajaran, maka sebisa mungkin masalah tersebut dapat diselesaikan. Apabila sudah tidak dapat diselesaikan maka guru BK lah yang turun tangan dalam pengentasan masalah yang muncul itu.
Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa guru mata pelajaran di SMP dan SMA N 1 Kedungwuni sudah menyadari perannya dalam program pelayanan BK, baik sebagai informator, fasilitator, mediator, motivator, dan kolaborator. Terima kasih kami sampaikan kepada Ibu Yayah, Ibu Menik, dan Bapak Pepen yang bersedia menjadi narasumber kami serta SMA N 1 Kedungwuni, Kabupaten Pekalongan yang menjadi tujuan observasi kami.
BAB V
PENUTUP
Simpulan
Pelayanan Bimbingan dan Konseling di lembaga pendidikan formal (Sekolah Menengah Atas) diselenggarakan dalam rangka suatu program bimbingan yaitu suatu rangkaian kegiatan bimbingan yang terencana, terorganisir, dan terkoordinasi selama periode waktu tertentu. Bimbingan dan Konseling ini merupakan suatu bentuk bantuan yang diberikan kepada individu agar dapat mengembangkan kemampuannya secara optimal mungkin, dan membantu siswa agar memahami dirinya (self understandng), menerima dirinya (self acceptance), mengarahkan dirinya (self direction), dan merealisasikan dirinya (self realization).
Tugas dan tanggung jawab guru mata pelajaran dalam bimbingan dan konseling adalah:
Membantu memasyarakatkan pelayanan bimbingan dan konseling kepada siswa.
Membantu guru pembimbing/konselor mengidentifikasi siswa-siswa yang memerlukan layanan bimbingan dan konseling, serta pengumpulan data tentang siswa-siswa tersebut.
Mengalihtangankan siswa yang memerlukan pelayanan bimbingan dan konseling kepada guru pembimbing/konselor.
Menerima siswa alih tangan dari guru pembimbing/konselor, yaitu siswa yang menuntut guru pembimbing/konselor memerlukan pelayanan pengajar/latihan khusus (seperti pengajaran/ latihan perbaikan, program pengayaan).
Membantu mengembangkan suasana kelas, hubungan guru-siswa dan hubungan siswa-siswa yang menunjang pelaksanaan pelayanan pembimbingan dan konseling.
Memberikan kesempatan dan kemudahan kepada siswa yang memerlukan layanan/kegiatan bimbingan dan konseling untuk mengikuti /menjalani layanan/kegiatan yang dimaksudkan itu.
Berpartisipasi alam kegiatan khusus penanganan masalah siswa, seperti konferensi kasus.
Membantu pengumpulan informasi yang diperlukan dalam rangka penilaian pelayanan bimbingan dan konseling serta upaya tindak lanjutnya.
Peran guru dalam penyelenggaraan pelayanan Bimbingan dan Konseling di SMA N 1 Kedungwuni sudah sesuai dengan teori, yaitu:
Guru sebagai informator
Seorang guru dapat berperan sebagai informatory, terutama berkaitan dengan tugasnya membantu guru pembimbing atau konselor dalam memasyarakatkan layanan Bimimbingan dan Konseling kepada siswa pada umumnya.
Guru sebagai fasilitator
Guru dapat berperan sebagai fasilitator terutama ketika dilangsungkan layanan pembelajaran baik yang bersifat preventif ataupun kuratif.
Guru sebagai Mediator
Dalam kedudukannya yang stretegis dengan siswa, guru dapat menjadi mediator antara siswa dengan guru pembimbing.
Guru sebagai motivator
Dalam peranan ini, guru dapat berperan sebagi pemberi motivasi siswa dalam memenfaatkan layayan Bimbingan dan Konseling di sekolah, sekaligus memberikan kesempatan siswa untuk memperoleh layanan konseling.
Guru sebagai kolaborator
Sebagai mitra seprofesi, yakni sama-sama sebagai tenaga pendidik si sekolah, guru dapat berperan sebagai kolaborator konselor di sekolah, misalnya dalam penyelenggaraan berbagai jenis layanan orientasi informasi, layanan pembelajaran atau dalam pelaksanaan kegiatan pendukung dalam Bimbingan dan Konseling.
Saran
Sebaiknya peran guru dalam pelaksanaan layanan Bimbingan dan Konseling lebih ditingkatkan lagi.
Seharusnya guru diberikan waktu lebih untuk mengoptimalkan perannya dalam pelaksanaan layanan Bimbingan dan Konseling.
DAFTAR PUSTAKA
http://izafaqih.blogspot.com/2012/01/peran-guru-mata-pelajaran-dalam.html diakses pada tanggal 10 April 2014
Mugiarso, Heru. dkk. 2012. Bimbingan Konseling. Semarang: UPT UNNES Press.