LAPORAN PENDAHULUAN
DISPEPSIA
Disusun Oleh :
Isti Nurhalimah F.
P17420213100
IIIC
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
PRODI DIII KEPERAWATAN PURWOKERTO
2016
LAPORAN PENDAHULUAN
DISPEPSIA
Konsep dasar penyakit
Pendahuluan
Dispepsia (uninvestigated dyspepsia) didefinisikan sebagai "one or more of the following bothersome postprandial fullness or early satiation, or epigastric pain and/or epigastric burning" (salah satu atau lebih dari rasa penuh yang menyusahkan setelah makan, atau cepat merasa kenyang, atau nyeri epigastrium dan atau rasa terbakar di epigastrium) (Brunner & Suddart., 2010).
Definisi
Dispepsia berasal dari bahasa Yunani, Dys berarti sulit dan Pepse berarti pencernaan (N.Talley, et al., 2010). Dispepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis yang terdiri dari rasa tidak enak/sakit di perut bagian atas yang menetap atau mengalami kekambuhan.
Dispepsia adalah suatu penyakit saluran cerna yang disertai dengan nyeri ulu hati (epigastrium), mual, muntah, kembung, rasa penuh atau rasa cepat kenyang dan sendawa. Dispepsia sering ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, keluhan ini sangat bervariasi, baik dalam jenis gejala yang ada maupun intensitas gejala tersebut dari waktu-kewaktu (Kapita Selekta Kedokteran,2010).
Klasifikasi Dispepsia
Dispepsia terbagi atas dua yaitu:
Dispepsia organik, bila telah diketahui adanya kelainan organik sebagai penyebabnya. kelainan yang nyata terhadap organ tubuh misalnya tukak (ulkus peptikum), gastritis, stomach cancer, Gastro-Esophageal reflux disease, hiperacidity.
Dispepsia non organik, atau dispepsia fungsional, atau dispepsia non ulkus (DNU), bila tidak jelas penyebabnya. tanpa disertai kelainan atau gangguan struktur organ berdasarkan pemeriksaan klinis, laboratorium, radiologi, dan endoskopi (teropong saluran pencernaan) (Mansjoer, 2010).
Etiologi
Faktor-faktor yang menyebabkan dispepsia adalah :
Gangguan pergerakan (motilitas) piloroduodenal dari saluran pencernaan bagian atas (esofagus, lambung dan usus halus bagian atas).
Menelan terlalu banyak udara atau mempunyai kebiasaan makan salah (mengunyah dengan mulut terbuka atau berbicara).
Menelan makanan tanpa dikunyah terlebih dahulu dapat membuat lambung terasa penuh atau bersendawa terus.
Mengkonsumsi makanan/minuman yang bisa memicu timbulnya dispepsia, seperti minuman beralkohol, bersoda (soft drink), kopi. Minuman jenis ini dapat mengiritasi dan mengikis permukaan lambung.
Obat penghilang nyeri seperti Nonsteroid Anti Inflamatory Drugs (NSAID) misalnya aspirin, Ibuprofen dan Naproven (Rani, 2007).
Pola makan Di pagi hari kebutuhan kalori seseorang cukup banyak sehingga bila tidak sarapan, lambung akan lebih banyak memproduksi asam. Tuntutan pekerjaan yang tinggi, padatnya lalu lintas, jarak tempuh rumah dan kantor yang jauh dan persaingan yang tinggi sering menjadi alasan para profesional untuk menunda makan
Faktor stres erat kaitannya dengan reaksi tubuh yang merugikan kesehatan. Pada waktu stres akan menyebabkan otak mengaktifkan sistem hormon untuk memicu sekresinya. Proses ini memicu terjadinya penyakit psychosomatik dengan gejala dispepsia seperti mual, muntah, diare, pusing, nyeri otot dan .
Tanda dan gejala
Klasifikasi klinis praktis, didasarkan atas keluhan atau gejala yang dominan, membagi dispepsia menjadi 3 tipe :
Dispepsia dan keluhan seperti ulkus (ulcus-like dyspepsia), dengan gejala :
Nyeri epigastrium terlokalisasi.
Nyeri hilang setelah makan atau pemberian antasid.
Nyeri saat lapar.
Nyeri episodik.
Dispepsia dengan GFI seperti dismotilitas (dysmotility-like dyspepsia), dengan gejala :
Mudah kenyang
Perut cepat terasa penuh saat makan
Mual
Muntah
Upper abdominal bloating
Rasa tak nyaman bertambah saat makan.
Dispepsia nonspesifik (tidak ada gejala seperti kedua tipe diatas)
Patofisiologi
Perubahan pola makan yang tidak teratur, obat-obatan yang tidak jelas, zat-zat seperti nikotin dan alkohol serta adanya kondisi kejiwaan stres, pemasukan makanan menjadi kurang sehingga lambung akan kosong, kekosongan lambung dapat mengakibatkan erosi pada lambung akibat gesekan antara dinding-dinding lambung, kondisi demikian dapat mengakibatkan peningkatan produksi HCL yang akan merangsang terjadinya kondisi asam pada lambung, sehingga rangsangan di medulla oblongata membawa impuls muntah sehingga intake tidak adekuat baik makanan maupun cairan
Pathway
Komplikasi
Penderita sindroma dispepsia selama bertahun-tahun dapat memicu adanya komplikasi yang tidak ringan. Adapun komplikasi dari dispepsia antara lain:
Perdarahan
Kangker lambung
Muntah darah
Ulkus peptikum
Pemeriksaan penunjang
Berbagai macam penyakit dapat menimbulkan keluhan yang sama, seperti halnya pada sindrom dispepsia, oleh karena dispepsia hanya merupakan kumpulan gejala dan penyakit disaluran pencernaan, maka perlu dipastikan penyakitnya. Untuk memastikan penyakitnya, maka perlu dilakukan beberapa pemeriksaan, selain pengamatan jasmani, juga perlu diperiksa : laboratorium, radiologis, endoskopi, USG, dan lain-lain.
a. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium perlu dilakukan lebih banyak ditekankan untuk menyingkirkan penyebab organik lainnya seperti: pankreatitis kronik, diabets mellitus, dan lainnya.
b. Radiologis
Pemeriksaan radiologis banyak menunjang dignosis suatu penyakit di saluran makan. Setidak-tidaknya perlu dilakukan pemeriksaan radiologis terhadap saluran makan bagian atas, dan sebaiknya menggunakan kontras ganda
c. Endoskopi (Esofago-Gastro-Duodenoskopi
Sesuai dengan definisi bahwa pada dispepsia fungsional, gambaran endoskopinya normal atau sangat tidak spesifik.
Konsep keperawatan
Pengkajian
Kaji A,B,C,D,E pada pasien
Kaji tanda dan gejala dispepsia
Apakah klien mengalami nyeri ulu hati, tidak dapat makan, mual atau muntah.
Kapan gejala tersebut terjadi, apakah terjadi sebelum/ sesudah makan, setelah mencerna makanan pedas/ pengiritasi/ setelah mencerna obat tertentu/ alkohol.
Apakah gejala berhubungan dengan ansietas, stres, alergi, makan/ minum terlalu banyak.
Kaji terhadap riwayat penyakit lambung sebelumnya/ pembedahan lambung.
Kaji nutrisi klien.
Kaji tanda yang diketahui pada saat pemeriksaan fisik meliputi nyeri tekan abdomen dehidrasi (perubahan turgor kulit, membran mukosa).
Kaji terhadap tindakan klien untuk mengatasi gejala dan efek-efeknya.
Diagnosa keperawatan
Defisit volume cairan berhubungan dengan masukan cairan tidak cukup dan kehilangan cairan berlebihan karena muntah.
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan masukan nutrisi yang tidak adekuat.
Nyeri akut berhubungan dengan mukosa lambung teriritasi.
Intervensi
No
Diagnosa Keperawatan
Tujuan (NOC)
Intervensi (NIC)
1.
Defisit volume cairan berhubungan dengan masukan cairan tidak cukup dan kehilangan cairan berlebihan karena muntah.
NOC:
Fluid balance
Hydration
Nutritional Status : Food and Fluid Intake
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama….. defisit volume cairan teratasi dengan kriteria hasil:
Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, BJ urine normal,
Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal
Tidak ada tanda tanda dehidrasi, Elastisitas turgor kulit baik, membran mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan
NIC:Fluid management
Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
Monitor status hidrasi ( kelembaban membran mukosa, nadi adekuat, tekanan darah ortostatik ), jika diperlukan
Monitor hasil lab yang sesuai dengan retensi cairan (BUN , Hmt , osmolalitas urin, albumin, total protein )
Monitor vital sign Kolaborasi pemberian cairan IV
Monitor status nutrisi
Berikan cairan oral
Dorong keluarga untuk membantu pasien makan
Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih muncul meburuk
Atur kemungkinan tranfusi
Persiapan untuk tranfusi
Pasang kateter jika perlu
2.
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan masukan nutrisi yang tidak adekuat.
NOC :
Nutritional Status : food and Fluid Intake
Kriteria Hasil :
Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
Tidak ada tanda tanda malnutrisi
NIC :
Nutrition Management
Kaji adanya alergi makanan
Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe
Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C
Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
3.
Nyeri akut berhubungan dengan mukosa lambung teriritasi.
NOC :
Pain Level,
pain control,
comfort level
Setelah dilakukan tinfakan keperawatan selama …. Pasien tidak mengalami nyeri, dengan kriteria hasil:
Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)
Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri
Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
Tanda vital dalam rentang normal
NIC : pain management
Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan
Kurangi faktor presipitasi nyeri
Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
Ajarkan tentang teknik non farmakologi: napas dalam, relaksasi, distraksi, kompres hangat/ dingin
Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
Tingkatkan istirahat
Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali.
Evaluasi
Defisit volume cairan berhubungan dengan masukan cairan tidak cukup dan kehilangan cairan berlebihan karena muntah.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama… x… diharapkan volume cairan teratasi.
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan masukan nutrisi yang tidak adekuat.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama… x… diharapkan kebutuhan nutrisi teratasi.
Nyeri akut berhubungan dengan mukosa lambung teriritasi.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama… x… diharapkan nyeri berkurang.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner dan Suddarth. 2010. Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta:EGC
Carpenito.2009. Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan.(Edisi 2).Jakarta:EGC
Gibson,John.2010.Anatomi dan Fisiologi Modern untuk Perawat. Jakarta:EGC
Manjoer, A, et al, 2010. Kapita Selekta Kedokteran. edisi 3, Jakarta: Medika aeusculapeus
Price, S. A dan Wilson, L. M.2005.Patofisiologi.Jakarta:EGC