LAPORAN PENDAHULUAN ISTIRAHAT TIDUR
TINJAUAN TEORI A. Konsep Teoritis Istirahat Tidur 1. Definisi Tidur merupakan kebutuhan dasar manusia yang merupakan mekanisme untuk memulihkan tubuh dan fungsinya, memelihara energi dan kesehatan, memelihara manfaat untuk memperbaharui & memulihkan tubuh baik secara fisik maupun emosional serta diperlukan untuk bertahan hidup (Foreman & Wykle, 1995), dan merupakan keadaan rileks tanpa adanya tekanan emosional,bukan hanya dalam keadaan tidak beraktivitas saja akan tetapi membutuhkan ketenangan (Musrifatul Uliyah 2012).Tidur adalah suatu keadaan relatif tanpa sadar yang penuh ketenangan tanpa kegiatan yang merupakan urutan siklus yang berulang-ulang dan masing-masing menyatakan fase kegiatan otak dan badaniah yang berbeda (Tarwoto (Ta rwoto & Wartonah, 2006).Tidur suatu keadaan yang berulangulang, perubahan status kesadaran yang terjadi selama periode tertentu.Jika orang memperoleh tidur yang cukup, mereka merasa tenaganya telah pulih.Beberapa ahli tidur yakin bahwa perasaan tenaga yang pulih ini menunjukkan tidur memberikan waktu untuk perbaikan dan penyembuhan sistem tubuh untuk periode keterjagaan yang berikutnya (Potter & Perry, 2005). 2. Anatomi Fisiologi Istirahat Tidur Fisiologi tidur merupakan pengaturan kegiatan tidur oleh adanya hubungan mekanisme serebral yang secara bergantian untuk mengaktifkan dan menekan pusat otak agar dapat tidur dan bangun.Salah satu aktvitas tidur ini diatur oleh sistem pengaktivasi retikularis yang merupakan sistem yang mengatur seluruh tingkatan kegiatan susunan saraf pusat termasuk pengaturan kewaspadaan dan tidur. Pusat pengaturan kewaspadaan dan tidur terletak dalam mesensefalon dan bagian atas pons (Potter & Perry, 2005). Selain itu, reticular activating system (RAS) dapat memberi rangsangan visual, pendengaran, nyeri dan perabaan juga dapat menerima stimulasi dari korteks serebri
termasuk rangsangan emosi dan proses pikir. Dalam keadaansadar, neuron dalam RAS akan melepaskan katekolamin seperti norepineprin. Demikian juga pada saat tidur, disebabkan adanya pelepasan serum serotonin dari sel khusus yang berada di pons dan batang otak tengah, yaitu bulbar synchronizing regional (BSR), sedangkan bangun tergantung dari keseimbangan impuls yang diterima di pusat otak dan system Universitas Sumatera Utara limbik.Dengan demikian, system pada batang otak yang mengatur siklus atau perubahan dalam tidur adalah RAS dan BSR (Potter & Perry, 2005). 3. Faktor Predisposisi dan Presipitasi Istirahat Tidur Menurut Tarwoto dan Wartonah (2010) faktor-faktor yang mempen garuhi tidur yaitu : 1. Penyakit Seseorang yang mengalami sakit memerlukan waktu tidur lebih banyak dari normal.Namun demikian, keadaan sakit menjadikan pasien kurang tiduratau tidak dapat tidur.Misalnya pada pasien dengan gangguan pernapasan seperti asma, bronkitis, penyakit kardiovaskuler, dan penyakit persyarafan. 2. Lingkungan Pasien yang biasa tidur pada lingkungan yang tenang dan nyaman, kemudian terjadi perubahan suasana seperti gaduh maka akan menghambat tidurnya. 3. Motivasi Motivasi dapat mempengaruhi tidur dan dapat menimbulkan keinginan untuk tetap bangun dan waspada menahan kantuk. 4. Kelelahan Kelelahan dapat memperpendek periode pertama dari tahap REM. 5. Kecemasan Pada keadaan cemas seseorang mungkin meningkatkan saraf simpatis sehingga mengganggu tidurnya. 6. Alkohol Alkohol menekan REM secara normal, seseorang yang tahan minum alkohol dapat mengakibatkan insomnia dan lekas marah. 7. Obat-obatan Beberapa jenis obat yang dapat menimbulkan gangguan tidur antara lain : a. Diuretik : menyebabkan insomnia b. Antidepresan : menyupresi REM
c. Kafein : meningkatkan saraf simpatik d. Narkotika : menyupresi REM 4. Gangguan Istirahat Tidur 1) Etiologi atau penyebab gangguan istirahat tidur : a. Penyakit Seorang yang mengalami sakit, memerlukan waktu tidur lebih banyak dari normal. Namun demikian, keadaan sakit menjadikan pasien kurang tidur. b. Lingkungan Pasien yang biasa tidur pada keadaan terang dan nyaman, kemudian terjadi perubahan-perubahan suasana makan dan menghambat tidurnya. c. Motivasi Motivasi berpengaruh untuk menimbulkan keinginan untuk tetap bangun dan waspada menahan ngantuk. d. Kelelahan Apabila kelelahan dapat memperpendek periode pertama dari tahap REM ( Rapid Eye Movement ) e. Kecemasan (Stres/emosional) Keadaan cemas meningkatkan saraf simpatis, sehingga mengganggu tidur. f. Alkohol Alkohol menekan REM secara normal, seseorang yang tahan minum alcohol dapat mengakibatkan insomnia dan lekas marah. g. Obat – obatan Beberapa jenis obat yang dapat menimbulkan gangguan tidur antara lain -
Diuretik
: menyebabkan insomnia
-
Anti depresan
: supresi REM
-
Kafein
: meningkatkan saraf simpatis
-
Beta Bloker
: menimbulkan insomnia
-
Narkotika
: mensupresi REM
:
2) Proses Terjadi Tidur merupakan aktivitas yang melibatkan susunan saraf pusat, saraf perifer, endokrin kardiovaskuler, respirasi dan muskuloskeletal (Robinson 1993, dalam Potter).Tiap kejadian tersebut dapat diidentifikasi atau direkam dengan electroencephalogram (EEG) untuk aktivitas listrik otak, pengukuran tonus otot dengan menggunakan ecelctromiogram (EMG) dan electroculogram (EOG) untuk mengukur pergerakan mata (Tarwoto & Wartonah, 2006). Pengaturan dan kontrol tidur tergantung dari hubungan antara dua mekanisme selebral yang secara bergantian
mengaktifkan
dan
menekan
pusat
otak
untuk
tidur
dan
bangun.Reticular activating system (RAS) di bagian batang otak atas diyakini mempunyai
sel-sel
khusus
dalam
mempertahankan
kewaspadaan
dan
kesadaran.RAS memberikan stimulus visual, audiotori, nyeri, dan sensori raba.Juga menerima stimulus dari konrteks serebri (emosi, proses pikir) (Tarwoto & Wartonah, 2006). Pada keadaan sadar mengakibatkan neuron-neuron dalam RAS melepaskan katekolamin, misalnya norepineprine.Saat tidur mungkin disebabkan oleh pelepasan serum serotonin dari sel-sel spesifik di pons dan batang otak tengah yaitu bulbur synchronizing regional (BSR).Bangun dan tidurnya seseorang tergantung dari keseimbangan impuls yang diterima dari pusat otak, reseptor sensori perifer misalnya bunyi, stimulus cahaya, dan sistem limbiks seperti emosi (Tarwoto & Wartonah, 2006). Seseorang yang mencoba untuk tidur, mereka menutup matanya dan berusaha dalam posisi rileks.Jika ruangan gelap dan tenang aktivitas RAS menurun, pada saat itu BSR mengeluarkan serum serotonin (Tarwoto & Wartonah, 2006). Tahapan Tidur EEG, EMG, dan EOG dapat mengidentifikasi perbedaan signal pada level otak, otot, dan aktivitas mata. Normalnya tidur dibagi menjadi dua yaitu nonrapid eye movement (NREM) dan rapid eye movement (REM). Selama masa NREM seseorang terbagi menjadi empat tahapan dan memerlukan kira-kira 90 menit selama siklus tidur. Sedangkan tahapan REM adalah tahapan terakhir kira-kira 90 menit sebelum tidur berakhir (Tarwoto & Wartonah, 2010).
Tahapan tidur menurut Potter & Perry (2005), yaitu : 1. Tahapan tidur NREM 1) NREM tahap I a) Tingkat transisi b) Merespons cahaya c) Berlangsung beberapa menit d) Mudah terbangun dengan rangsangan e) Aktivitas fisik, tanda vital, dan metabolisme menurun f) Bila terbangun terasa sedang bermimpi 2) NREM tahap II a) Periode suara tidur b) Mulai relaksasi otot c) Berlangsung 10-20 menit d) Fungsi tubuh berlangsung lambat e) Dapat dibangunkan dengan mudah 3) NREM tahap III a) Awal tahap dari keadaan tidur nyenyak b) Sulit dibangunkan c) Relaksasi otot menyeluruh d) Tekanan darah menurun e) Berlangsung 15-30 menit
4) NREM tahap IV a) Tidur nyenyak b) Sulit untuk dibangunkan, butuh stimulus intensif c) Untuk restorasi dan istirahat, tonus otot menurun d) Sekresi lambung menurun e) Gerak bola mata cepat 2. Tahapan tidur REM a) Lebih sulit dibangunkan dibandingkan dengan tidur NREM b) Pada orang dewasa normal REM yaitu 20-25 % dari tidur malamnya c) Jika individu terbangun pada tidur REM, maka biasanya terjadi mimpi d) Tidur REM penting untuk keseimbangan mental, emosi juga berperan dalam belajar, memori, dan adaptasi 3) Tanda gejala a. Mata
: cepat tertutup dan terbuka
b. Otot-otot
: kejang otot kecil, otot besar imobilisasi
c.
: tidak teratur, kadang dengan apnea
Pernapasan
d. Nadi
: cepat dan reguler
e. Tekanan darah
: meningkat atau fluktuasi
f. Sekresi gaster
: meningkat
g. Metabolisme
: meningkat, temperature tubuh naik
h. Gelombang otak
: EEG aktif
i.
: sulit dibangunkan
Siklus tidur
Secara normal, pada orang dewasa, pola tidur rutin dimulai dengan periode sebelum tidur, selama seseorang terjaga hanya pada rasa kantuk yang bertahap berkembang secara teratur. Periode ini secara normal berakhir 10 hingga 30 menit, tetapi untuk seseorang
yang memiliki kesulitan untuk tertidur, akan berlangsung satu jam atau lebih (Potter & Perry, 2005). Ketika seseorang tertidur, biasanya melewati 4 sampai 6 siklus tidur penuh, tiap siklus tidur terdiri 4 tahap dari tidur NREM dan satu periode dari tidur REM. Pola siklus biasanya berkembang dari tahap 1 menuju ke tahap 4 NREM,diikuti kebalikan tahap 4 ke 3, lalu ke 2, diakhiri dengan periode dari tidur REM. Seseorang biasanya mencapai tidur REM sekitar 90 menit ke siklus tidur (Potter & Perry, 2005). Dengan tiaptiap siklus yang berhasil, tahap 3 dan 4 memendek, dan memperpanjang periode REM. Tidur REM dapat berakhir sampai 60 menit selama akhir siklus tidur. Tidak semua orang mengalami kemajuan yang konsisten menuju ke tahap tidur yang biasa. Sebagai cotoh, orang yang tidur dapat berfluktuasi untuk interval pendek antara NREM tingkat 2,3, dan 4 sebelum masuk tahap REM. Jumlah waktu yang digunakan tiap tahap bervariasi. Perubahan tahap ke tahap cendrung menemani pergerakan tubuh dan perpindahan untuk tidur yang dangkal cenderung terjadi tiba-tiba, dengan perpindahan untuk tidur nyenyak cendrung bertahap (Closs, 1988 dalam Potter & Perry, 2005).
4)
Komplikasi Menurut Potter & Perry (2005) yaitu : 1. Insomnia Insomnia adalah suatu keadaan ketidakmampuan mendapatkan tidur yang adekuat, baik kualitas maupun kuantitas, dengan tidur yang hanya sebentar atau susah tidur. Insomnia ini terbagi menjadi tiga jenis yaitu : pertama initial insomnia yang merupakan ketidakmmampuan untuk jatuh tidur atau mengawali tidur, karena selalu terbangun pada malam hari dan ketiga terminal insomnia merupakan ketidakmampuan untuk tidur kembali setelah bangun tidur pada malam hari ( Alimul,2012). 2. Apnea Tidur Apnea tidur adalah gangguan yang dicirikan dengan kurangnya aliran udara melalui hidung dan mulut selama periode 10 detik atau lebih pada saat tidur (Potter & Perry, 2005). Ada tiga jenis apnea tidur : apnea sentral, obstruktif, dan campuran yang mempunyai komponen apnea sentral dan obstruktif, dan campuran yang mempunyai komponen apnea sentral dan obstruktif. Bentuk yang paling banyak terjadi, apnea tidur obstruktif (obstruktive sleep apnea, OSA), terjadi pada saat otot atau struktur rongga
mulut atau tenggorokan rileks pada saat tidur.Jalan napas atas menjadi tersumbat sebagian atau seluruhnya, dan aliran udara pada hidung berkurang (hipopnea) atau berhenti (apnea) selama 30 detik (Guilleminault, 1994).The National Commission on Sleep Disorders Research (1993), memperkirakan bahwa 18 juta orang di Amerika Serikat memenuhi kriteria diagnostik untuk OSA. Klien yang mengalami apnea tidur seringkali tidak memiliki tidur dalam yang signifikan. Selain itu banyak juga terjadi keluhan mengantuk yang berlebihan di siang hari , serangan tidur, keletihan, sakit kepala di pagi hari, dan menurunnya gairah seksual. 3. Narkolepsi Keadaan yang tidak dapat dikendalikan uintuk tidur seperti seseorang dapat tidur dalam keadaan berdiri, mengemudikan kendaraan,dll ( Alimul,2012). 4. Deprivasi Tidur Deprivasi tidur adalah masalah yang dihadapi banyak klien sebagai akibat insomnia. Penyebabnya dapat mencakup penyakit (misalnya demam, sulit bernapas, atau nyeri), stress emosional, obat-obatan, gangguan lingkungan (misalnya asuhan keperawatan yang sering dilakukan) dan keanekaragaman waktu tidur yang terkait dengan waktu kerja. Deprivasi tidur melibatkan penurunan kuantitas dan kualitas tidur serta ketidakkonsistenan waktu tidur.Apabila tidur mengalami gangguan atau terputus-putus, dapat terjadi perubahan urutan siklus tidur normal.Terjadi deprivasi tidur kumulatif. 5. Parasomnia Parasomnia adalahkumpulan dari penyakit yang dapat mengganggu pola tidur seperti somnambulisme (berjalan-jalan dalam tidur) yang banyak terjadi pada anak-anak dalam tahap III dan IV dari tidur REM ( Alimul,2012).
5)
Pemeriksaan diagnostic Menurut Remelda (2008) untuk mendiagnosis seseorang mengalami gan gguan atau tidak dapat dilakukan pemeriksaan melalui penilaian terhadap : a. Pola tidur penderita b. Pemakaian obat-obatan, alkohol atau obat terlarang c. Tingkatan stres psikis d. Riwayat medis e. Aktivitas fisik.
6)
Penatalaksanaan 1. Farmakologi Meresepkan obat-obatan untuk penderita dengan insomnia harus berdasarkan tingkat keparahan gejala di siang hari, dan sering diberikan pada penderita dengan
insomnia
jangka
pendek
agar
tidak
berlanjut
ke
insomnia
kronis.Terdapat beberapa pertimbangan dalam memberikan pengobatan insomnia : 1. Memiliki efek samping yang minimal 2. Mempunyai onset yang cepat dalam mempersingkat proses melalui tidur 3. Lama kerja obat tidak mengganggu aktivitas di sianghari. Obat tidur hanya digunakan dalam waktu yang singkat, yaitu sekitar 2-4 minggu.Secara
dasarnya,
diklasifikasikan menjadi : 1. Benzodiazepine 2. Non benzodiazepine a. Zolpidem b. Zaleplon c. Eszopiclone d. Ramelteon
penanganan
dengan
obat-obatan
bisa
3. Miscellaneous sleep promoting agent a. Melatonin b. Antihistamin c. Alcohol d. Antidepresan e. Kava-kava f.
Valerian
g. aromaterapi
2. Suportif 1) Faktor lingkungan yang mendukung, seperti :
Ciptakan lingkungan yang nyaman, dapat dilakukan dengan : a. Pintu kamar klien ditutup. b. Kurangi stimulus (misalnya percakapan). c. Tempatkan klien dengan teman yang cocok, dan lain-lain.
Atasi gangguan fisik dan psikologi, seperti : a. Hindari latihan fisik yang berlebihan sebelum tidur. b. Hindari kegiatan yang membangkitkan minat sebelum tidur. c. Hindari rangsangan mental yang tidak menyenangkan sebelum tidur. d. Maksudnya usahakan psikologi klien tenang, tidak cemas, ataupun stress sebelum tidur.
Berikan rasa nyaman dan rileks, misalnya dengan : a. Mengatur posisi yang nyaman untuk tidur. b. Anjurkan klien berkemih sebelum tidur. c. Tempat tidur yang bersih dan tidak boleh basah. d. Pada klien nyeri, berikan obat analgesik 30 menit sebelum tidur. e. Membantu
kebiasaan
klien
sebelum
tidur,
misalnya
dengan
mendengarkan musik, membaca, dan lain-lain. Pada klien anak-anak dapat dilakukan dengan membacakan dongeng, memegang boneka, atau benda yang disukainya.
Atur diet klien, misalnya dengan :
a. Anjurkan klien untuk makan-makanan yang mengandung protein tinggi seperti keju dan susu. b. Hindari banyak minum sebelum tidur.
Berikan klien berdoa sesuai dengan agamanya.
ASUHAN KEPERAWATAN ISTIRAHAT TIDUR
A.
PENGKAJIAN
Pengkajian tentang pola tidur , tidur klien meliputi riwayat tidur , catatan tidur , pemeriksaan fisik, dan tinjauan pemeriksaan diagnostik.
Riwayat Tidur
Pengakjian, riwayat tidur secara umum dilakukan segera setelah klien memasuki fasilitas keperawatan.Ini memungkinkan perawat menggambungkan kebutuhan klien dan hal-hal yang dia sukai ke dalam rencana keperawatan. Riwayat tidur ini meliputi :
Pola tidur yang biasa
Ritual sebelum tidur
Penggunaan obat tidur atau obat-obatan lainnya
Lingkungan tidur
Perubahan terkini pola tidur Selain itu, riwayat ini juga harus mencakup berbagai masalah yang di temui pada pola
tidur, penyebabnya, kapan pertama kali masalah tersebut itu muncul, frekuensinya, pengaruhnya terhadap keseharian klien, dan bagaimana klien dengan masalah tersebut.
Catatan Tidur
Catatan tidur sangatlah bermanfaat, khususnya untuk klien yang memiliki masalah tidur.Sebab catatan tidur ini berisi berbagai informasi penting terkait pola tidur klien.Catatan tidur dapat mencakup keseluruhan atau sebagaian dari informasi berikut.
Jumlah jam tidur total perhari
Aktifitas yang dilakukan 2- 3 jam sebelum tidur (jenis,durasi,dan waktu)
Ritual sebelum tidur (mis,minum air, obat tidur,)
Waktu (a) pergi tidur, (b) mencoba tidur, (c) tertidur, (d) terjaga dimalam hari dan durasinya, (e)bangun tidur di pagi hari.
Adanya masalah klien yakini dapat mempengaruhi tidurnya.
Factor yang klien yakini memberi pengaruh positif atau negative pada tidurnya Kemudian, perawat dapat mengembangkan data tersebut menjadi bagan atau grafik
yang berguna untuk mengindentifikasi masalah tidur yang klien alami.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik meliputi observasi penampilan, perilaku, dan tingkat energy klien. Penampilan yang menandakan klien mengalami masalah tidur antara lain adanya lingkaran hitam di sekitar mata, konjungtiva kemerahan, kelopak bengkak, tidak perhatian, bicara lambat, menguap, dan lain-lain. Disamping itu, klien yang mengalami masalah tidur juga dapat terlihat lemah, atau lelah akibat kekurangan energy.
Pemeriksaan Diagnostik
Tidur dapat di ukur secara objektif dengan menggunakan alat yang disebut POLISOMNOGRAFI .
Alat
ini
dapat
merekam
Elektroensefalogram
(EEG),
Elektromiogram (EMG), Elektro-okulogram (EOG).Dengan alat ini, kita dapat mengkaji aktifitas klien selama tidur.Aktifitas yang klien lakukan tanpa sadar tersebut bisa jadi merupakan penyebab seringnya mendengkur terjaga di malam hari.
B.
PENETAPAN DIAGNOSIS 1.
Insomnia
Kemungkinan berhubungan dengan:
Sering membolos ( mis, kerja, sekolah)
Afek tampak berubah
Tampak kurang bergairah
Menyatakan perubahan alam perasaan.
Menyatakan penurunan status kesehatan.
Menyatakan penurunan kualitas hidup
Menyatakan sulit kosentrasi
Menyatakan sulit tidur
Menyatakan sulit tidur nyenyak
Menyatakan kurang puas tidur. (saat ini)
Menyatakan peningkatan terjadi kecelakaan
Menyatakan kurang bergairah.
Menyatakan sulit tidur kembali setelah terbangun
Menyatakan gangguan tidur yang berdampak pada keesokan hari
Menyatakan bangun terlalu pagi.
Faktor yang berhubungan dengan :
Pola aktivitas (mis, wakt, kualitas)
Ansietas.
Depresi
Faktor lingkungan ( mis, kebisingan lingkungan sekitar, pajanan terhadap cahaya/gelap, suhu/kelembapan, lingkungan sekitar, tatanan yang tidak familier.)
Ketakutan Tidur siang terlalu lama.
Perubahan hormone terkain jenis kelamin
Berduka
Gangguan pola tidur normal (mis, berpergian, kerja shif)
Hygiene tidur tidak adekuat (saat ini)
Kosumsi alcohol
Kosumsi stimulant
Tidak terputus tanggung jawab orang tua
Obat
Ketidaknyamanan fisik(mis, nyeri, nafas pendek, batuk, refluk gastroestrofagus, mual, inkontinensia/urgensi)
Stress (mis, pola/ kebiasaan merenung sebelum tidur)
2. Devripasi tidur
Kemungkinan berhubungan dengan :
Konfusi akut
Agitasi
Asietas
Apatis
Sering memberontak
Mengantuk disiang hari
Penurunan kemampuan berfungsi
Keletihan
Fleeting nystakmus
Halusinasi
Tremor tangan
Peningkatan sentivitas terhadap nyeri.
Ketidakmampuan iritabilitas.
Letargi
Lesu
Malaise
Gangguan presepsi (mis, gangguan sensasi tubuh, waham, merasa “melayang”)
Gelisah
Reaksi lambat
Paranoia sementara
Faktor yang berhubungan dengan :
Pergeseran tahan tidur terkait penuaan
Dimensia
Paralis tidur familial
Hipersomnolen system saraf pusat idiopatik
Aktivitas dising hari tidak adekuat
Narkolepsi
Mimpi buruk
Peran sebagai orang tua yang mengakibatkan tidak dapat tidur
Pergerakan ekstermitas periodic (mis, sindrom peresak kaki, mioklonus nocturnal)
Ketidaknyamanan lama (mis, fisik psikologi)
Hygiene tidur selalu tidak adekuat
Penggunaan obat atau suplemen penahan kantuk
Apnea tidur
Enuresis terkait tidur
Ereksi nyeri terkait tidur.
Terror tidur
3.
Hygiene tidur tidak adekuat yang terus menerus
Ketidaknyamanan kontinu pada lingkungan tidur
PERENCANAAN
1. Insomnia
Tujuan
: pasien memperlihatkan pola tidur yang sesuai dengan kriteria hasil sebagai berikut.
Kriteria Hasil
: -
Jumlah jam tidur (sedikitnya 5 jam per 24 jam untuk orang dewasa)
-
Pola, kualitas dan rutinitas tidur.
-
Perasaan segar setelah tidur.
-
Terbangun diwaktu yang sesuai.
Rencana keperawatan :
NO
INTERVENSI
CARA PELAKSANAAN
RASIONAL
1
Peningkatan
Jelaskan bahwa alkohol Membantu
koping
dapat membantu pasien beradaptasi dengan persepsi jatuh tidur, tetapi juga stressor menyebabkan tidur sering
pasien
perubahan,
untuk
atau
kualitas ancaman yang mengganggu
menurun
akibat pemenuhan
terbangun
tuntutan
dan
dan peran hidup.
mimpi buruk : anjurkan untuk
menghindari
alcohol dalam 4 sampai 6 jam sebelum waktu tidur. 2
Kenyamanan
Hindari suara keras dan Memamipulasi penggunaan lampu tidur sekitar
pasien
dan ciptakan lingkungan meningkatkan yang tenang, damai dan yang optimal. minimalkan gangguan. Cari teman sekamar yang
lingkungan untuk
kenyamanan
cocok bagi pasien jika memungkinkan. 3
Peningkatan
Bantu
pasien
untuk Memfasilitasi siklus tidur-
tidur
membatasi
tidur
dengan
memberikan
siang terjaga yang teratur.
aktivitas yang membuat pasien tetap terjaga, jika perlu. Pasilitasi
untuk
mempertahankan rutinitas waktu
tidur
pasien,
persiapan/ritual
sebelum
tidur,
dan
benda-benda
yang familier (misalnya, untuk anak-anak, mainan atau selimut yang disukai, ayunan,
dot,
sebelum orang
dongeng
tidur,
untuk
dewasa
buku
bacaan ). Kelompokan perawatan meminimalkan yang
aktifitas untuk tindakan dapat
membangunkan : berikan siklus tidur minimal 90 menit
2. Devripasi tidur
Tujuan
: pasien memperlihatkan pola tidur yang sesuai dengan kriteria hasil sebagai berikut.
Kriteria Hasil
: -
Perasaan segar setelah tidur
-
Pola dan kualitas tidur
-
Rutinitas tidur
-
Jumlah waktu tidur yang terobservasi
-
Terjaga pada waktu yang tepat
Rencana keperawatan :
NO
INTERVENSI
CARA PELAKSANAAN
1
Menajeman
Ajarkan
Energi
tidur pada keamanan dan energy
dampak
RASIONAL
apnea Mengatur
kondisi psikologis
atau
penggunaan untuk
mengatasi
mencegah
keletihan
dan mengoptimalkan fungsi 2
Manajemen
Diskusikan dengan dokter Memfasilitasi
Medikasi
pentingnya
penggunaan
merevisi obat resep dan obat bebas
program obat jika obat yang aman dan efektif. tersebut
menimbulkan
gangguan pola tidur 3
Manajemen
Ajarkan
pasien
Alam Perasaan
keluarga
tentang
yang
dan Menciptakan
faktor kestabilan, pemulihan, dan
mengganggu
(misalnya, hidup
sters,
kacau,
keamanan,
kerja
tidur pemeliharaan pasien yang gaya mengalami disfungsi alam sif, perasaan
baik
depresi
suhu tubuh terlalu dingin maupun peningkatan alam atau terlalu panas) 4
perasaan.
Peningkatan
Menyediakan tempat tidur Memfasilitasi siklus tidur-
Tidur
yang nyaman, jauh dari bangun yang teratur. kebisingan dan gangguan lainnya.
4.
PELAKSANAAN
Merupakan langkah keempat dalam proses keperawatan dengan melaksanakan berbagai strategi keperawatan (tindakan keperawatan) yang telah direncanakan dalam rencana tindakan keperawatan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. 5.
EVALUASI
Dengan dilakukannya asuhan keperawatan pada pasien dengan diagnosa Gangguan Pola Tidur maka perlu di evaluasi dan di harapkan hasilnya yakni, jumlah jam tidur (sedikitnya 5 jam per 24 jam untuk orang dewasa), pola, kualitas dan rutinitas tidur, perasaan segar setelah tidur, terbangun diwaktu yang sesuai, perasaan segar setelah bangun tidur, pola dan kualitas tidur baik, rutinitas tidur, jumlah waktu tidur yang terobservasi, terjaga pada waktu yang tepat, aktivitas sehari-hari dapat dikerjakan dengan baik, tidak kembali mengalami gangguan saat tidur.
WOC
Stres/emosional
link.Tdk. Nyaman
Khawatir,tegang, frustasi
seringterbangun
motivasitidur
kenyamanan
keinginan
Tidur (-)
menahantdr
Obat2n
Mengubahpolatdr
ggnpolaistirahattdr
ggn proses tdr kelelahan
Penyakit
Lemahletih
sulittdr
butuhlebihbykistirahat
Tdkdpttdr dg kuliatasbaik
insomnia
perbaikanpolatdrtdr
Kesiapan + tdr
alcohol
perodepnjng (-)
depriasi tdr