LAPORAN PENDAHULUAN KEHAMILAN EKTOPIK 1.1 Definisi
Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan implantasi terjadi diluar rongga uterus, tuba falopii merupakan tempat tersering untuk terjadinya implantasi kehamilan ektopik,sebagian besar kehamilan ektopik berlokasi di tuba,jarang terjadi implantasi pada ovarium,rongga perut,kanalis servikalis uteri,tanduk uterus yang rudimenter dan divertikel pada uterus (Sarwono Prawiroharjho,2005) Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan implantasi terjadi diluar rongga uterus, tuba falopii merupakan tempat tersering untuk terjadinya implantasi kehamilan ektopik,sebagian besar kehamilan ektopik berlokasi di tuba,jarang terjadi implantasi pada ovarium,rongga perut,kanalis servikalis uteri,tanduk uterus yang rudimenter dan divertikel pada uterus.(Sarwono P rawiroharjho, 2005)
1.2 Etiologi dan Faktor Resiko
Etiologi kehamilan ektopik telah banyak diselidiki, tetapi sebagian besar penyebabnya tidak diketahui. Tiap kehamilan dimulai dengan pembuahan telur di bagian ampulla tuba, dan dalam perjalanan ke uterus telur mengalami hambatan sehingga pada saat nidasi masih di tuba, atau nidasinya di tuba dipermudah. Faktor-faktor yang memegang peranan dalam hal ini ialah sebagai berikut: 1. Faktor dalam lumen tuba a. Endosalpingitis dapat menyebabkan perlekatan endosalping, sehingga lumen tuba menyempit atau membentuk kantong buntu. b. Hipoplasia uteri, lumen tuba sempit dan berkeluk-keluk dan hal ini sering disertai gangguan fungsi silia endosalping. c. Operasi plastik dan sterilisasi yang tidak sempurna dapat menjadi sebab lumen tuba menyempit. 2. Faktor pada dinding tuba a. Endometriosis tuba (tuba tertekuk) dapat memudahkan implantasi telur yang dibuahi dalam tuba. b. Divertikel tuba kongenital atau ostium asesorius tubae dapat menahan telur yang dibuahi di tempat itu. 3. Faktor diluar dinding tuba a. Perlekatan peritubal dengan distorsi atau lekukan tuba dapat menghambat perjalanan telur.
b. Tumor yang menekan dinding tuba dapat menyempitkan lumen tuba. 4. Faktor lain a. Migrasi luar ovum yaitu perjalanan dari ovarium kanan ke tuba kiri atau sebaliknya dapat memperpanjang perjalanan telur yang dibuahi ke uterus. Pertumbuhan yang terlalu cepat dapat menyebabkan implantasi prematur. b. Fertilisasi in vitro ( pembuahan sel telur dalam kondisi laboratorium, sel telur yang sudah di buahi itu kemudian ditempatkan di dalam rahim wanita). 1.3 Klasifikasi
Sarwono Prawirohardjo dan Cuningham masing-masing dalam bukunya mengklasifikasikan kehamilan ektopik berdasarkan lokasinya antara lain : 1.
Tuba falopi, pars-intertisialis, isthmus, ampula, infundibulum, fimbrae
2.
Uterus, kanalis servikalis, divertikulum, kornu, tanduk rudimenter,
3.
Ovarium
4.
Intraligamenter
5.
Abdominal, primer dan sekunder
6.
Kombinasi kehamilan dalam dan luar uterus
1.4 Manifestasi Klinis
Gambaran klinik kehamilan ektopik sangat bervariasi tergantung dari ada tidaknya ruptur. Triad klasik dari kehamilan ektopik adalah nyeri, amenorrhea, dan perdarahan per vaginam. Pada setiap pasien wanita dalam usia reproduktif, yang datang dengan keluhan amenorrhea dan nyeri abdomen bagian bawah, harus selalu dipikirkan kemungkinan terjadinya kehamilan ektopik. Selain gejala-gejala tersebut, pasien juga dapat mengalami gangguan vasomotor berupa vertigo atau sinkop; nausea, payudara terasa penuh, fatigue, nyeri abdomen bagian bawah,dan dispareuni. Dapat juga ditemukan tanda iritasi diafragma bila perdarahan intraperitoneal cukup banyak, berupa kram yang berat dan nyeri pada bahu atau leher, terutama saat inspirasi. Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan nyeri tekan pelvis, pembesaran uterus, atau massa pada adnexa. Namun tanda dan gejala dari kehamilan ektopik harus dibedakan dengan appendisitis, salpingitis, ruptur kista korpus luteum atau folikel ovarium. Pada pemeriksaan vaginal, timbul nyeri jika serviks digerakkan, kavum Douglas menonjol dan nyeri pada perabaan. Pada umumnya pasien menunjukkan gejala kehamilan muda, seperti nyeri di perut bagian bawah, vagina uterus membesar dan lembek, yang mungkin tidak sesuai dengan usia kehamilan. Tuba yang mengandung hasil konsepsi menjadi sukar diraba karena lembek.
Nyeri merupakan keluhan utama. Pada ruptur, nyeri terjadi secara tiba-tiba dengan intensitas tinggi disertai perdarahan, sehingga pasien dapat jatuh dalam keadaan syok.Perdarahan per vaginal menunjukkan terjadi kematian janin. Amenorrhea juga merupakan tanda penting dari kehamilan ektopik. Namun sebagian pasien tidak mengalami amenorrhea karena kematian janin terjadi sebelum haid berikutnya. 1.5 Patofisiologi
Proses implantasi ovum di tuba pada dasarnya sama dengan yang terjadi di kavum uteri. Telur di tuba bernidasi secara kolumnar atau interkolumnar. Pada nidasi secara kolumnar telur bernidasi pada ujung atau sisi jonjot endosalping. Perkembangan telur selanjutnya dibatasi oleh kurangnya vaskularisasi dan biasanya telur mati secara dini dan direabsorbsi. Pada nidasi interkolumnar, telur bernidasi antara dua jonjot endosalping. Setelah tempat nidasi tertutup maka ovum dipisahkan dari lumen oleh lapisan jaringan yang menyerupai desidua dan dinamakan pseudokapsularis. Karena pembentukan desidua di tuba malahan kadang-kadang sulit dilihat vili khorealis menembus endosalping dan masuk kedalam otot-otot tuba dengan merusak jaringan dan pembuluh darah. Perkembangan janin selanjutnya tergantung dari beberapa faktor, yaitu; tempat implantasi, tebalnya dinding tuba dan banyaknya perdarahan yang terjadi oleh invasi trofoblas. Di bawah pengaruh hormon esterogen dan progesteron dari korpus luteum graviditi dan tropoblas, uterus menjadi besar dan lembek, endometrium dapat berubah menjadi desidua. Beberapa perubahan pada endometrium yaitu; sel epitel membesar, nucleus hipertrofi, hiperkromasi, lobuler, dan bentuknya ireguler. Polaritas menghilang dan nukleus yang abnormal mempunyai tendensi menempati sel luminal. Sitoplasma mengalami vakuolisasi seperti buih dan dapat juga terkadang ditemui mitosis. Perubahan endometrium secara keseluruhan disebut sebagai reaksi Arias-Stella. Setelah janin mati, desidua dalam uterus mengalami degenerasi kemudian dikeluarkan secara utuh atau berkeping-keping. Perdarahan yang dijumpai pada kehamilan ektopik terganggu berasal dari uterus disebabkan pelepasan desidua yang degeneratif. Sebagian besar kehamilan tuba terganggu pada umur kehamilan antara 6 sampai 10 minggu. Karena tuba bukan tempat pertumbuhan hasil konsepsi, tidak mungkin janin tumbuh secara utuh seperti dalam uterus. Beberapa kemungkinan yang mungkin terjadi adalah :
1. Hasil konsepsi mati dini dan diresorbsi Pada implantasi secara kolumna, ovum yang dibuahi cepat mati karena vaskularisasi yang kurang dan dengan mudah diresobsi total. 2. Abortus ke dalam lumen tuba Perdarahan yang terjadi karena terbukanya dinding pembuluh darah oleh vili korialis pada dinding tuba di tempat implantasi dapat melepaskan mudigah
dari
dinding
tersebut
bersama-sama
dengan
robeknya
pseudokapsularis. Segera setelah perdarahan, hubungan antara plasenta serta membran terhadap dinding tuba terpisah bila pemisahan sempurna, seluruh hasil konsepsi dikeluarkan melalui ujung fimbrae tuba ke dalam kavum peritonium. Dalam keadaan tersebut perdarahan berhenti dan gejala-gejala menghilang. 3. Ruptur dinding tuba Penyebab utama dari ruptur tuba adalah penembusan dinding vili korialis ke dalam lapisan muskularis tuba terus ke peritoneum. Ruptur tuba sering terjadi bila ovum yang dibuahi berimplantasi pada isthmus dan biasanya terjadi pada kehamilan muda. Sebaliknya ruptur yang terjadi pada pars-intersisialis pada kehamilan lebih lanjut. Ruptur dapat terjadi secara spontan, atau yang disebabkan trauma ringan seperti pada koitus dan pemeriksaan vagina
1.6 Pathway: Proses pembuahan
Faktor kehamilan: 1. Faktor Uterus 2. Faktor Tuba 3.Faktor Ovum 4.Faktor Hormonal
Menempel pada Tubafallopi
Vaskularisasi berkurang
Ovum mati dan direabsorbsi
Hasil konsepsi mati dini
Dinding pembuluh darah pada vili korialis terbuka
Psedokapsularis robek/ terluka Abortus ke dalam Berduka
Resiko syok hipovolemik
Perdarahan
Lapisan tuba
Peritoneum
Perubahan perfusi jaringan
Post op
Operasi
Ansietas
Kurang pengetahuan
Plasenta dan membrane dinding tuba terpisah
Ovum berimplantasi pada isthmus
Pelepasan mudqoh
Ruptur dinding tuba
Resiko infeksi
Sempurna
Intoleransi aktivitas
Kekurangan volume cairan
Tidak sempurna
Nyeri Akut
1.7 Komplikasi
Komplikasi kehamilan ektopik dapat terjadi sekunder akibat kesalahan diagnosis atau diagnosis yang terlambat. Kegagalan penegakan diagnosis secara cepat dan tepat dapat mengakibatkan terjadinya ruptur tuba atau uterus, tergantung lokasi kehamilan, dan hal ini dapat menyebabkan perdarahan masif, syok, DIC, dan kematian. Komplikasi yang timbul akibat pembedahan antara lain adalah perdarahan, infeksi, kerusakan organ sekitar (usus, kandung kemih, ureter, dan pembuluh darah besar). Selain itu ada juga komplikasi terkait tindakan anestesi. 1.8 Pemeriksaan Penunjang
Kesukaran membuat diagnosis yang pasti pada kehamilan ektopik belum terganggu demikian besarnya, sehingga sebagian besar penderita mengalami abortus tuba atau rupture tuba sebelum keadaan menjadi jelas. Bila diduga ada kehamilan ektopik yang belum terganggu, maka penderita segera dirawat di rumah sakit. Alat bantu diagnostic yang dapat digunakan ialah ultrasonografi, laparoskopi atau kuldoskopi. Diagnosis kehamilan ektopik terganggu pada jenis mendadak tidak banyak mengalami kesukaran, tetapi pada jenis menahun atau atipik bisa sulit sekali. Untuk mempertajam diagnosis, maka pada tiap wanita dalam masa reproduksi dengan keluhan nyeri pada perut bagian bawah atau kelainan haid, kemungkinan kehamilan ektopik harus dipikirkan. Pada umumnya dengan anamnesis yang teliti dan pemeriksaan yang cermat diagnosis dapat ditegakkan, walaupun biasanya alat bantu diagnostic seperti kuldosentesis, ultrasonografi dan laparoskopi masih diperlukan anamnesis. Haid biasanya terlambat untuk beberapa waktu dan kadang-kadang terdapat gejala subyektif kehamilan muda. Nyeri perut bagian bawah, nyeri bahu, tenesmus, dapat dinyatakan. Perdarahan per vagina terjadi setelah nyeri perut bagian bawah. Beberapa pemeriksaan penunjang yang bisa dilakukan adalah : 1. Pemeriksaan umum : penderita tampak kesakitan dan pucat, pada perdarahan dalam rongga perut tanda-tanda syok dapat ditemukan. Pada jenis tidak mendadak perut bagian bawah hanya sedikit mengembung dan nyeri tekan. 2. Pemeriksaan ginekologi : tanda-tanda kehamilan muda mungkin ditemukan. Pergerakan serviks menyebabkan rasa nyeri. Bila uterus dapat diraba, maka akan teraba sedikit membesar dan kadang-kadang teraba tumor di samping uterus dengan batas yang sukar ditemukan. Kavum Douglas yang menonjol dan nyeri-raba menunjukkan adanya hematokel retrouterina. Suhu kadangkadang naik, sehingga menyukarkan perbedaan dengan infeksi servik.
3. Pemeriksaan laboratorium : pemeriksaan hemoglobin dan jumlah sel darah merah berguna dalam menegakkan diagnosis kehamilan ektopik terganggu, terutama bila ada tanda-tanda perdarahan dalam rongga perut. Pada kasus jenis tidak mendadak biasanya ditemukan anemia, tetapi harus diingat bahwa penurunan hemoglobin baru terlihat setelah 24 jam. 4. Penghitungan leukosit secara berturut menunjukkan adanya perdarahan bila leukositosis meningkat. Untuk membedakan kehamilan ektopik dari infeksi pelvik, dapat diperhatikan jumlah leukosit. Jumlah leukosit yang melebihi 20.000 biasanya menunjuk pada keadaan yang terakhir. Tes kehamilan berguna apabila positif. Akan tetapi tes negative tidak menyingkirkan kemungkinan kehamilan ektopik terganggu karena kematian hasil konsepsi dan
degenerasi
trofoblas
menyebabkan
produksi
human
chorionic
gonadotropin menurun dan menyebabkan tes negative. 5. Kuldosentris : suatu cara pemeriksaan untuk mengetahui apakah kavum Douglas ada darah. Cara ini amat berguna dalam membantu membuat diagnosis kehamilan ektopik terganggu. Tekniknya : a. Penderita dibaringkan dalam posisi litotomi, b. Vulva dan vagina dibersihkan dengan antiseptik, c. Speculum dipasang dan bibir belakang porsio dijepit dengan cunam servik dengan traksi ke depan sehingga forniks posterior tampak, d. Jarum spinal no 18 ditusukkan ke dalam kavum Douglas dan dengan semprit 10 ml dilakukan penghisapan, e. Bila pada penghisapan ditemukan darah, maka isinya disemprotkan pada kain kasa dan perhatikan apakah darah yang dikeluarkan merupakan : 1) Darah segar berwarna merah yang dalam beberapa menit akan membeku, darah ini berasal dari arteri atau vena yang tertusuk, 2) Darah tua berwarna coklat sampai hitam yang tidak membeku, atau yang berupa bekuan kecil-kecil; darah ini menunjukkan adanya hematokel retrouterina. 6. Ultrasonografi : berguna dalma diagnostic kehamilan ektopik. Diagnosis pasti ialah apabila ditemukan kantong gestasi di luar uterus yang di dalamnya tampak denyut jantung janin. Hal ini hanya terdapat pada ± 5 % kasus kehamilan ektopik. Walaupun demikian, hasil ini masih harus diyakini lagi bahwa ini bukan berasal dari kehamilan intrauterine pada kasus uternus bikornis.
7. Laparoskopi : hanya digunakan sebagai alat bantu diagnostic terakhir untuk kehamilan ektopik, apabila hasil penilaian prosedur diagnostic yang lain meragukan. Melalui prosedur laparoskopik, alat kandungan bagian dalam dapat dinilai. Secara sistematis dinilai keadaan uterus, ovarium, tuba, kavum Douglas dan ligamentum latum. Adanya darah dalam rongga pelvis mungkin mempersulit visualisasi alat kandungan, tetapi hal ini menjadi indikasi untuk melakukan laparotomi. 1.9 Penatalaksanaan
Pada kehamilan ektopik terganggu, walaupun tidak selalu ada bahaya terhadap jiwa penderita, dapat dilakukan terapi konservatif, tetapi sebaiknya tetap dilakukan tindakan operasi. Kekurangan dari terapi konservatif (non-operatif) yaitu walaupun darah berkumpul di rongga abdomen lambat laun dapat diresorbsi atau untuk sebagian dapat dikeluarkan dengan kolpotomi (pengeluaran melalui vagina dari darah di kavum Douglas), sisa darah dapat menyebabkan perlekatan perlekatan dengan bahaya ileus. Operasi terdiri dari salpingektomi ataupun salpingo-ooforektomi. Jika penderita sudah memiliki anak cukup dan terdapat kelainan pada tuba tersebut dapat dipertimbangkan untuk mengangkat tuba. Namun jika penderita belum mempunyai anak, maka kelainan tuba dapat dipertimbangkan untuk dikoreksi supaya tuba berfungsi. Tindakan laparatomi dapat dilakukan pada ruptur tuba, kehamilan dalam divertikulum uterus, kehamilan abdominal dan kehamilan tanduk rudimenter. Perdarahan sedini mungkin dihentikan dengan menjepit bagian dari adneksia yang menjadi sumber perdarahan. Keadaan umum penderita terus diperbaiki dan darah dari rongga abdomen sebanyak mungkin dikeluarkan. Serta memberikan transfusi darah. Untuk kehamilan ektopik terganggu dini yang berlokasi di ovarium bila dimungkinkan dirawat, namun apabila tidak menunjukkan perbaikan maka dapat dilakukan tindakan sistektomi ataupun oovorektomi. Sedangkan kehamilan ektopik terganggu berlokasi di servik uteri yang sering mengakibatkan perdarahan dapat
dilakukan
histerektomi,
tetapi
pada
nulipara
yang
ingin
mempertahankan fertilitasnya diusahakan melakukan terapi konservatif
sekali
1.10
Asuhan keperawanan
a. Pengkajian 1) Biodata a) Nama, sebagai identitas bagi pelayanan kesehatan/ Rumah Sakit/ Klinik atau catat apakah klien pernah dirawat disini atau tidak. b) Umur, sebagai pertimbangan dalam memberikan terapi dan tindakan, juga sebagai acuan pada umur berapa penyakit/ kelainan tersebut terjadi. Pada keterangan sering terjadi pada usia produktif 25 - 45 tahun c) Alamat, sebagai gambaran tentang lingkungan tempat tinggal klien apakah dekat atau jauh dari pelayanan kesehatan khususnya dalam pemeriksaan kehamilan. d) Pendidikan, untuk mengetahui tingkat pengetahuan klien sehingga akan memudahkan dalam pemberian penjelasan dan pengetahuan tentang gejala / keluhan selama di rumah atau Rumah Sakit. e) Status pernikahan, untuk mengetahui berapa kali klien mengalami kehamilan ektopik terganggu (KET) atau hanya sakit karena penyakit lain yang tidak ada hubungannya dengan kehamilan. f) Pekerjaan, untuk mengetahui keadaan aktivitas sehari-hari dari klien, sehingga memungkinkan menjadi faktor resiko terjadinya kehamilan ektopik terganggu (KET). 2) Keluhan Utama Nyeri hebat pada perut bagian bawah dan disertai dengan perdarahan, selain itu klien ammeorrhoe. 3) Riwayat penyakit sekarang Awalnya
wanita
mengalami
ammenorrhoe
beberapa
minggu
kemudian disusul dengan adanya nyeri hebat seperti disayat-sayat. Pada mulanya nyeri hanya satu sisi ke sisi berikutnya disertai adanya perdarahan pervagina : a) Kadang disertai muntah b) Keadaan umum klien lemah dan adanya syok c) Terkumpulnya darah di rongga perut : (1) Menegakkan dinding perut nyeri
(2) Dapat juga menyebabkan nyeri hebat hingga klien pingsan d) Perdarahan terus menerus kemungkinan terjadi syok hipovolemik 4) Riwayat penyakit masa lalu Mencari
faktor
endometriosis, adhesitis
pencetus menyebabkan
misalnya
adanya
perlekatan
riwayat
endosalping, tuba
menyempit / membuntu. 5) Status obstetri ginekologi a) Usia perkawinan, sering terjadi pada usia produktif 25 – 45 tahun, berdampak bagi psikososial, terutama keluarga yang masih mengharapkan anak. b) Riwayat persalinan yang lalu, Apakah klien melakukan proses persalinan di petugas kesehatan atau di dukun c) Grande Multi d) Riwayat penggunaan alat kontrasepsi, seperti penggunaan IUD. e) Adanya keluhan haid, keluarnya darah haid dan bau yangmenyengat. Kemungkinan adanya infeksi. 6) Riwayat kesehatan keluarga Hal yang perlu dikaji kesehatan suami. Apakah suami mengalami infeksi system urogenetalia? karena dapat menular pada istri dan dapat mengakibatkan infeksi pada celvix. 7) Riwayat Psikososial Tindakan
salpingektomi
menyebabkan
infertile.
Mengalami
gangguan konsep diri, selain itu menyebabkan kekhawatiran atau ketakutan. 8) Pola aktivitas sehari – hari a) Pola nutrisi Pada rupture tube keluhan yang paling menonjol selain nyeri adalah Nausea dan vomiting karena banyaknya darah yang terkumpul dirongga abdomen. b) Eliminasi Pada BAB klien ini dapat menimbulkan resiko terhadap konstipasiitu
diakibatkan
karena
penurunan
peristaltik
usus,
imobilisasi, obatnyeri, adanya intake makanan dan cairan yang kurang.
Sehinggatidak ada rangsangan dalam pengeluaran faeces. Pada BAK klien mengalami output urine yang menurun < 1500ml/hr, karena intake makanan dan cairan yang kurang. c) Personal hygiene Luka operasi dapat mengakibatkan pembatasan gerak, takut untuk melakukan
aktivitas karena
adanya
kemungkinan
timbul
nyeri,sehingga dalam personal hygiene tergantung pada orang lain. d) Pola aktivitas (istirahat tidur) Terjadi gangguan istirahat, nyeri pada saat infeksi/defekasi akibathematikei retropertonial menumpuk pada cavum Douglasi. 9) Pemeriksaan Fisik a) Keadaan umum Tergantung banyaknya darah yang keluar dan tuba, keadaan umumialah kurang lebih normal sampai gawat dengan shock berat dananemi b) Pemeriksaan kepala dan leher Muka dan mata pucat, conjungtiva anemis c) Pemeriksaan leher dan torak Tanda-tanda
kehamilan
ektopik
terganggu
tidak
dapat
diidentifikasikan melalui leher dan thorax, Payudara pada KET, biasanya mengalami perubahan. d) Pemeriksaan abdomen Pada abortus tuba terdapat nyeri tekan di perut bagian bawah disisiuterus, dan pada pemeriksaan luar atau pemeriksaan bimanual ditemukan
tumor
yang
tidak
begitu
padat,
nyeri
tekan
dan
dengan batas-batas yang tidak rata disamping uterus. Hematokel retrouterina dapat ditemukan. Pada repture tuba perut menegang dan nyeri tekan, dan dapat ditemukan cairan bebas dalam rongga peritoneum. Kavum Douglas menonjol karena darah yang berkumpul ditempat tersebut baik pada abortus tuba maupun pada rupture tuba gerakan pada serviks nyeri sekali e) Pemeriksaan Genetalia
(1) Sebelum dilakukan tindakan operasi pada pemeriksaan genetalia eksterna
dapat
ditemukan
adanya
perdarahan pervagina.
Perdarahan dari uterus biasanya sedikit- sedikit, berwarna merah kehitaman. (2) Setelah dilakukan tindakan operasi pada pemeriksaan generali dapat ditemukan adanya darah yang keluar sedikit. b) Pemeriksaan ekstremitas Pada ekstrimitas atas dan bawah biasanya ditemukan adanya sakral dingin akibat syok serta tanda-tanda cyanosis perifer pada tangan dan kaki. b. Diagnosa Kemungkinan diagnosis keperawatan yang muncul adalah sebagai berikut: 1) Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan perdarahan yang lebih banyak pada uterus. 2) Defisit volume cairan yang berhubungan dengan rupture pada lokasi implantasi , perdarahan sebagai efek dari tindakan pembedahan 3) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan dan banyaknya darah yang keluar saat perdarahan.
4)
Berduka berhubungan dengan kematian janin
5) Ansietas berhubungan dengan proses akan dilakukannya pembedahan 6) Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurang pemahaman atau tidak mengenal sumber-sumber informasi Post op 7) Nyeri akut berhubungan dengan diskontinuitas jaringan kulit sekunder akibat laparotomi 8) Risiko infeksi berhubungan dengan luka operasi dan pemasangan alat-alat perawatan c. Intervensi No 1
Diagnosa
Tujuan dan kriteria hasil
Perubahan Setelah diberikan perfusi jaringan asuhan keperawatan berhubungan selama…..x jam dengan diharapkan pasien perdarahan mampu yang lebih mendemonstrasikan banyak pada perfusi yang adekuat secara individual
Intervensi
Rasional
1. Awasi tanda 1. Memberikan vital, kaji pengisisn informasi tentang kapiler, warna kulit derajat/keadekuat atau membran an perfusi mukosa dan dasar jaringan dan kuku. membantu menentukan 2. Kaji respon kebutuhan
uterus
dengan KH: -Kulit kering
hangat
- Ada kuat
nadi
dan perifer
- Tanda vital dalam batas normal - Pasien sadar/berorientasi - Keseimbangan pemasukan/pengeluar an - Tak ada edema
verbal melambat, mudah terangsang, agitasi, gangguan memori, bingung. 3. Catan keluhan rasa dingin. Pertahankan suhu lingkungan dan tubuh hangat sesuai indikasi Kolaborasi : 4. Berikan SDM yang lengkap/packed, produk darah sesuai indikasi. Awasi ketat untuk komplikasi tranfusi. 5. Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi
intervensi. 2. Dapat mengindikasikan gangguan funsi serebral karena hipoksia atau defisiensi vitamin B12 3. Fase konstriksi (organ vital) menurunkan sirkulasi perifer. Kenyamanan pasien atau kebutuhan rasa hangat harus seimbang dengan kebutuhan untuk menghindari panas berlebihan pencetus fasodilatasi (penurunan perfusi organ). 4. Meningkatkan jumlah sel pembawa oksigen ; memperbaiki defisiensi untuk menurunkan risiko perdarahan. 5. Memaksimalk an transfer oksigen ke jaringan.
2
Defisit volume cairan berhubungan dengan rupture pada lokasi implantasi sebagai efek dari tindakan pembedahan
Setelah diberikan 1. Awasi tekanan askep selama …x jam darah dan frekuensi diharapkan pasien jantung menunjukkan volume cairan yang adekuat 2. Evaluasi turgor pengisian dengan criteria hasil : kulit, kapiler dan kondisi 1. Tanda vital stabil umum membran mukosa 2. Nadi teraba 3. Catat respon 3. Haluaran urine, fisiologis berat jenis dan pH individual pasien dalam batas normal terhadap perdarahan misalnya : perubahan mental, kelemahan, gelisah, ansietas, pucat, berkeringat, tacipnea, peningkatan suhu.
1. Perubahan dapat menunjukkan efek hipovolemik (perdarahan/dehid rasi 2. Indicator langsung status cairan/hidrasi
3. Simtomatolo gi dapat berguna dalam mengukur berat/ lamanya episode perdarahan. Memburuknya gejala dapat menujukkan berlanjutnya perdarahan atau tidak adekuatnya 4. Pertahankan penggantian pencatatan akurat cairan. sub total cairan / darah selama terapi 4. Potensial
penggantian
kelebihan tranfusi cairan khususnya Kolaborasi : bila volume tambahan 5. Berikan cairan diberikan sebelum Iv sesuai indikasi tranfusi darah.
6. Memberikan SDM, trombosit, dan factor pembekuan
5. Mempertahan kan keseimbangan cairan/elektrolit pada tak adanya pemasukan melalui oral; menurunkan risiko komplikasi ginjal. 6. Memperbaiki / menormalkan jumlah SDM dan kapasitas pembawa oksigen untuk memperbaiki anemi, berguna untuk mencegah/ mengobati perdarahan
3
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan dan banyaknya darah yang keluar saat perdarahan
Setelah diberikan askep selama ….x jam diharapkan pasien mampu melaporkan peningkatan toleransi aktivitas dan menunjukkan penurunan tanda fisisologis intoleransi dengan KH:
1. Kaji 1.Mempengaruhi kemampuan pasien pemilihan untuk melakukan intervensi/ tugas, catat laporan bantuan kelelahan, keletihan, dan 2.Manifestasi kesulitan dalam kardio pulmonal dari upaya menyelesaikan jantung dan paru tugas untuk membawa 2. Awasi tekanan jumlah oksigen darah, pernapasan adekuat ke - Tanda vital masih dan nadi selama jaringan. dalam rentang normal dan sesudah aktivitas. Catat 3.Meningkatkan untuk respon terhadap istirahat aktivitas (misal menurunkan peningkatan denyut kebutuhan jantung atau oksigen tubuh dan tekanan darah, menurunkan disritmia, pusing, regangan jantunga dipsnea, takipnea, dan paru. dan sebagainya) 4.Hipotensi postural atau 3. Berikan lingkungan tenang, hipoksia serebral pertahankan tirah dapat baring bila menyebabkan pusing, diindikasikan. dan Pantau dan batasi berdenyut, peningkatan pengunjung, telepon, dan risiko cedera gangguan berulang 5. Meningkatkan tindakan yang tak secara bertahap direncanankan. tingkat aktivitas normal 4. Ubah posisi sampai
pasien perlahan pantau pusing
dengan dan terhadap
5. Rencanakan kemajuan aktivitas dengan pasien termasuk aktivitas yang pasien pandang perlu. Tingkatkan tingkat aktivitas sesuai toleransi
dan memperbaiki tonus otot / stamina tanpa kelemahanMendo rong pasien untuk melakukan banyak dengan membatasi penyimpangan energy dan mencegah kelemahan
6. Gunakan teknik penghematan energy misal mandi dengan duduk, duduk untuk melakukan tugastugas. 4
Berduka berhubungan dengan kematian janin
Seteleh diberikan 1. Berikan 1.Kemampuan askep selama …x jam lingkungan yang komunikasi diharapkan pasien terbuka dimana terapiutik seperti menunjukkan rasa pasien merasa aktif pergerakan kea rah bebas untuk dapat mendengarkan, resolusi dari rasa mendiskusikan diam, selalu duka dan harapan perasaan dan bersedia, dan untuk masa depan masalah secara pemahaman dapat realistis memberikan pasien 2. Identifikasi kesempatan untuk rasa duka (seperti berbicara secara penyangkalan, bebas dan marah, tawar berhadapan menawar, depresi, dengan perasaan/ dan penerimaan) kerugian actual 3. Identifikasi dan 2.Kecermatan solusi pemecahan akan memberikan masalah untuk pilihan intervensi keberadaan respon- yang sesuai pada respon fisik waktu individu misalnya : makan, menghadapi rasa tidur, tingkat duka dslam aktifitas, dan hasrat berbagai cara seksual yang berbeda 4. Dengarkan dengan aktif pandangan pasien dan selalu sedia untuk membantu jika diperlukan Kolaborasi : 5. Rujuk pada sumber-sember lainnya misalnya konseling psikoterapi sesuai petunjuk.
3. Mungkin dibutuhkan tambahan bantuan untuk berhadapan dengan aspekaspek fisik dari rasa berduka 4. Proses berduka tidak berjalan dalam cara yang teratur, tetapi fluktuasinya dengan berbagai aspek dari berbagai tingkat
yang muncul pada suatu kesempatan atau pada kesempatan yang lain. Jika prosesnya bersifat disfungsional atau perpanjangan intervensi yang lebih agresif mungkin dibutuhkan untuk mepermudah proses 5. Mungkin dibutuhkan bantuan tambahan untuk mengatasi rasa duka membuat rencana dan menghadapi masa depan. 5
Ansietas Seteleh diberikan 1. Pertahankan 1.Menjamin berhubungan askep selama …..x hubungan yang bahwa pasien dengan proses jam diharapkan sering denngan tidak akan sendiri akan cemas pasien pasien. Berbicara atau dilakukannya berkurang dengan dan berhubungan ditelantarkan: pembedahan KH: dengan pasien menunjukkan rasa menghargai, dan Pasien tampak tenang 2. Berikan menerima orang informasi akurat tersebut, Pasien tidak gelisah dan konsisten membantu mengenai meningkatkan Menunjukkan prognosis.hindari rasa percaya. kemampuan untuk argumentasi menghadapi masalah mengenai persepsi 2.Dapat pasien terhadap mengurangi situasi tersebut ansietas dan ketidakmampuan 3. Waspada pasien untuk terhadap tanda- membuat tanda keputusan/pilhan penolakan/depresi, berdasarkan mis:menarik diri, realita marah, ucapucapan yang tidak 3. Pasien tepat. Tentukan mungkin akan timbulnya ide menggunakan bunuh diri dan kaji mekanisme potensialnya pada bertahan dengan skala 1-10 penolakan dan terus berharap 4. Berikan bahwa lingkungan terbuka diagnosanya tidak dimana pasien akan akurat.rasa merasa aman untuk bersalah dan mendiskusikan tekanan spiritual perasaan atau mungkin akan menahan diri untuk menyebabkanpasi berbicara en menarik diri dan percaya 5. Izinkan pasien bahwa bunuh diri untuk adalah suatu merefleksikan rasa alternatif marah,takut, putus
asa tanpa 4. Membantu konfrontasi. pasien untuk Berikan informasi merasa diterima bahwa perasaannya pada kondisi adalah normal dan sekarang tanpa perlu persaan dihakimi diekspresikan. dan meningkatkan persaan harg diri dan kontrol. 5. Penerimaan perasaan akan membuat pasien dapat menerima situasi 6
Kurangnya
Seteleh diberikan askep selama …..x pengetahuan jam pasien berhubungan berpartisipasi dalam proses belajar, dengan kurang mengungkapkan pemahaman dalam istilah sederhana mengenai atau tidak patofisiologi dan mengenal implikasi klinis. sumber-sumber informasi Post op
1. Menjelaskan 1.Memberikan tindakan dan informasi, rasional yang menjelaskan ditentukan untuk kejelasan konsep kondisi hemoragi pemikiran ibu mengenai 2. Berikan prosedur yang kesempatan bagi akan dilakukan ibu untuk dan menurunkan mengajukan stress yang pertanyaan dan berhubungan mengungkapkan dengan prosedur kesalahan konsep. yang diberikan 3. Diskusikan kemungkinan komplikasi jangka pendek pada ibu/janin dari keadaan perdarahan 4. Tinjau ulang komplikasi jangka panjang terhadap situasi yang memerlukan evaluasi dan tindakan tambahan
2.Memberikan klarifikasi dari konsep yang salah, identifikasi masalah-masalah dan kesempatan untuk memulai mengembangkan ketrampilan penyesuaian atau koping. 3.Memberikan informasi tentang kemungkinan komplikasi dan meningkatkan harapan realitas dan kerjasama dengan aturan tindakan. 4. Ibu dengan kehamilan ektopik dapat memahami kesulitan mempertahankan setelah pengankatan tuba atau ovarium yang sakit.
7
Nyeri akut Setelah dibserika 1. Tentukan 1. Menentukan berhubungan askep selama….x jam karakteristik dan tindak lanjut dengan pasien dapat lokasi nyeri, intervensi diskontinuitasj mendemonstrasikan perhatikan isyarat dapat aringan kulit teknik relaksasi, verbal dan 2.Nyeri menyebabkan sekunder akibat tanda-tanda vital nonverba. gelisah serta laparotomi dalam batas normal, 2. Panatu tekanan darah tidak meringis tekanan darah, nadi meningkat, nadi, dan pernafasan pernafasan meningkat 3. Kaji stres psikologis ibu dan 3. Ansietas respon emosional sebagai respon terhadap kejadian terhadap situasi dapat 4. Terapkan memperberat teknik distraksi ketidaknyamanan karena sindrom 5. Ajarkan ketegangan dan teknik nyeri relaksasi(napas dalam) dan 4.Mengalihkan sarankan ntuk perhatian dari rasa mengulangi bila nyeri merasa nyeri 5. Relaksasi 6. Beri dan mengurangi biarkan pasien ketegangan otot posisi yang paling otot sehingga nyaman mengurangi penekanan dan Kolaborasi: nyeri 7. pemberian analgetik.
6.Mengurangi ketegangan area nyeri 7.Analgetik akan mencapai pusat rasa nyeri dan menimbulkan penghilangan nyeri
8
Risiko infeksi Setelah dibserikan berhubungan askep selama….x dengan luka jam, diharapkan operasi dan infeksi tidak terjai pemasangan dengan KH: alat-alat - Dolor (-) perawatan - Rubor (-) - Tumor (-) - Kalor (-) - Fungsiolaesa (-)
1. Kaji adanya tanda-tanda infeksi 2. Ukur tanda vital
tanda-
3. Observasi tanda-tanda infeksi
1. Menentukan tindak lanjut intervensi 2. Untuk mendeteksi secara dini gejala awal terjadinya infeksi
4. Lakukan 3. Deteksi dini perawatan luka terhadap infeksi dengan akan menggunakan mempermudah teknik septik dan dalam aseptik penanganan 5. Observasi luka insisi Kolaborasi: 6. Berikan antibiotik sesuai
4.Menurunkan terjadinya resiko infeksi dan penyebaran bakteri. 5. Memberikan
indikasi
deteksi dini terhadap infeksi dan perkembangan luka 6. Mencegah terjadinya infeksi
DAFTAR PUSTAKA Bagian obstetri dan Ginekologi FK UNPAD. 1984. Obstetri Patologi. Bandung : FK UNPAD Bobak dkk. 2005. Buku Ajar Keperawtan Maternitas Edisi 4. Jakarta : EGC Doenges, M.E ( 2010). Rencana Perawatan Maternal/ Bayi Pedoman Untuk Perencanaan & Dokumentasi Perawatan Klien. Edisi 2. Jakarta : EGC http://www.google.com/Gambaran Kasus Kehamilan Ektopik Terganggu di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Provinsi Riau Periode 1 Januari 2003-31 Desember 2005 http://www.medicastore.com/kehamilanektopik,kehamilanluarkandungan/page:14 Mansjoer Arif, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III , Jilid I. Media Aesculapius FKUI Prawirohardjo Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Saifudin,A.B.2002. Buku Acuan Pelyanan Kesehatan Maternal dan Neonatal . Jakarta:YBP-SP. Sulistyowati, A. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Jakarta: Salemba Medika. Sumarah, Yani Widyastuti, Nining Wiyati.(2009). Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin Cetakan ketiga. Yogyakarta: Fitramaya. Winkyosastro, H. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta:YBP-SP