Laporan Penentuan kadar Vitamin C metode spektrofotometri I. Tujuan 1. Mengetahui dan memahami prinsip dasar penentuan kadar dengan metoda spektrofotometri 2. Mampu menetapkan kadar senyawa obat berdasarkan metoda spektrofotometri 3. Mengetahui dan memahami bahwa suatu senyawa obat, dapat ditetapkan kadarnya lebih dari satu metoda
II. Dasar Teori Vitamin C atau asam askorbat, merupakan vitamin yang dapat ditemukan dalam berbagai buahbuahan dan sayuran. Vitamin C dapat disintesis dari glukosa atau diekstrak dari sumber-sumber alam tertentu seperti jus jeruk. Vitamin pertama kali diisolasi dari air jeruk nipis oleh Gyorgy Szent tahun 1928. Vitamin C bertindak ampuh mengurangi oksigen, nitrogen, dan sulfur yang bersifat radikal. Vitamin C bekerja sinergis dengan tokoferol yang tidak dapat mengikat radikal lipofilik dalam area lipid membrane dan protein. Pengobatan dengan dengan vitamin C dapat memulihkan kadar zat besi dalam tubuh. Ada beberapa metode yang dikembangkan untuk penentuan kadar vitamin C diantaranya adalah metode spektrofotometri UV-Vis (panjang gelombang 265 nm) dan metode iodimetri. Metode Spektrofotometri dapat digunakan untuk penetapan kadar campuran dengan spektrum yang tumpang tindih tanpa pemisahan terlebih dahulu. Karena perangkat lunaknya mudah digunakan untuk instrumentasi analisis dan mikrokomputer, spektrofotometri spektrofotometri banyak digunakan di bidang analisis kimia sedangkan iodimetri merupakan metode yang sederhana dan mudah diterapkan dalam suatu penelitian.
Sifat Fisika dan Kimia
Gambar 1. Asam Askorbat/Vitamin C BM : 176,13 Sinonim : Acidum Ascorbicum, Asam askorbat, 3-okso-L-gulofu 3-okso-L-gulofuranolakton ranolakton
Definisi
Asam askorbat mengandung tidak kurang dari 99,0% dan tidak lebih dari 100,5% C 6H8O6.
Pemerian
Hablur atau serbuk putih atau agak kuning. Oleh pengaruh cahaya lambat laun menjadi berwarna gelap. Dalam keadaan kering stabil di udara, dalam larutan cepat teroksidasi. Melebur pada suhu lebih kurang 1900 C.
Kelarutan
Mudah larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol, tidak larut dalam kloroform, dalam eter dan dalam benzena.
Baku pembanding
Asam askorbat BPFI. Spektrofotometri adalah sebuah metode analisis untuk mengukur konsentrasi suatu senyawa berdasarkan kemampuan senyawa tersebut mengabsorbsi berkas sinar atau cahaya. Spektrofotometri Spektrofotome tri adalah alat yang terdiri dari spektrofotome spektrofotometer ter dan fotometer. Spektrofotometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu, sementara fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diabsorpsi. Istilah spektrofotometri berhubungan dengan pengukuran energi radiasi yang diserap oleh suatu sistem sebagai fungsi panjang gelombang dari radiasi maupun pengukuran panjang absorpsi terisolasi pada suatu panjang gelombang tertentu (Underwood 1994). Secara umum spektrofotometri dibedakan menjadi empat macam, yaitu : a) Spektrofotometer ultraviolet b) Spektrofotometer sinar tampak c) Spektrofotometer infra merah d) Spektrofotometer serapan atom Spektrum elektromagnetik terdiri dari urutan gelombang dengan sifat-sifat yang berbeda. Kawasan gelombang penting di dalam penelitian biokimia adalah ultra lembayung (UV, 180-350 nm) dan tampak (VIS, 350-800 nm). Cahaya di dalam kawasan ini mempunyai energi yang cukup untuk mengeluarkan elektron valensi di dalam molekul tersebut (Keenan 1992). Penyerapan sinar UV-Vis dibatasi pada sejumlah gugus fungsional atau gugus kromofor yang mengandung elektron valensi dengan tingkat eksutasi rendah. Cara kerja spektrofotometer dimulai dengan dihasilkannya cahaya monokromatik dari sumber sinar. Cahaya tersebut kemudian menuju ke kuvet (tempat sampel/sel). Banyaknya cahaya yang diteruskan maupun yang diserap oleh larutan akan dibaca oleh detektor yang kemudian menyampaikan ke layar pembaca (Hadi 2009) Salah satu contoh instrumentasi analisis yang lebih kompleks adalah spektrofotometer spektrofotometer UV-Vis. Alat ini banyak bermanfaat untuk penentuan konsentrasi senyawa-senyawa yang dapat menyerap radiasi pada daerah ultraviolet (200 – 400 nm) atau daerah sinar tampak (400 – 800 nm) Analisis ini dapat digunakan yakni dengan penentuan absorbansi dari larutan sampel yang diukur. Pengukuran absorbansi untuk tujuan analisis kuantitatif dengan metode spektrofotometri spektrofotometri UV-Visibel harus memenuhi hukum Lambert-Beer. Hukum Lambert Beer berlaku dengan baik bila larutannya tidak terlalu encer ataupun pekat. Selain absorbansi (A), dapat juga dibaca transmitan (%T). %T ini menunjukkan jumlah sinar REM yang diteruskan (ditransmisikan) oleh senyawa yang diukur. Nilai dari %T merupakan kebalikan dari absorbansi atau sinar yang diserap (A = -log %T). Kadar dapat dihitung berdasarkan persamaan : A 1 x C1 = A2 x C2 (dengan A adalah nilai absorbansi dari sampel atau standar, dan C adalah konsentrasi dari sampel atau standar). Kadar yang diperoleh dari perhitungan ini baru menunjukkan kadar yang terukur, belum menunjukkan kadar sampel yang sebenarnya. Untuk memperoleh kadar sampel sebenarnya, hasil perhitungan tersebut kemudian
dikalikan dengan besarnya pengenceran yang dilakukan saat pembuatan larutan yang akan diukur serapannya. Faktor-faktor yang sering menyebabkan kesalahan dalam menggunakan spektrofotometer dalam mengukur konsentrasi suatu analit: 1.Adanya serapan oleh pelarut. Hal ini dapat diatasi dengan penggunaan blangko, yaitu larutan yang berisi selain komponen yang akan dianalisis termasuk zat pembentuk warna. 2.Serapan oleh kuvet. Kuvet yang ada biasanya dari bahan gelas atau kuarsa, namun kuvet dari kuarsa memiliki kualitas yang lebih baik. 3.Kesalahan fotometrik normal pada pengukuran dengan absorbansi sangat rendah atau sangat tinggi, hal in i dapat diatur dengan pengaturan konsentrasi, sesuai dengan kisaran sensitivitas dari alat yang digunakan (melalui pengenceran atau pemekatan).
III. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan : 1. Mortit dan stamper 2. Spatula 3. Gelas kimia 100 mL, 500 mL 4. Labu takar 250 mL, 100 mL 5. Gelas ukur 100 mL 6. Pipet tetes 7. Pipet volum 10 mL 8. Pipet ukut 5 mL, 10 mL 9. Corong gelas 10. Batang pengaduk 11. Botol semprot 12. Kuvet Shimadzu 13. Spektrofotometer UV-Vis Shimadzu 14. Neraca analitik IV. 1.
Prosedur Kerja Pembuatan Kurva Standar
Bahan yang digunakan :
1. Tablet vitamin C (Vitacimin) 2. Aquades 3. Asam askorbat
2. Penentuan Kadar Vitamin C
3. Data dan Perhitungan
Pengujian Statistik dengan SPSS (aras keberartian 5%) Model Summary
Std. Error R
Model
R
Adjusted R
of the
Square
Square
Estimate
.983
1
.978
.03583
.992
a
Koefisien korelasi R = 0,992 > dari 0,95 Dengan demikian grafik linear tesebut sangat bagus karena mendekati 1,00 ANOVAa
Sum of
Mean
Squares
df
Square
F
Sig.
Model
.230
1
.230
178.742
Regression
.001 b
.004
3
.233
4
.001
Residual
1
Total
Nilai F hitung = 178,742 dan nilai F tabel sebesar 6,60 Dengan melihat nilai F hitung > daripada F table berarti H0 ditolak sehingga grafik linear tersebut dapat diterima Selain itu nilai signifikannya kurang dari 0,05 yakni sebesar 0,001 sehingga grafik dapat diterima Coefficientsa
95.0% Unstandardized
Standardized
Confidence
Coefficients
Coefficients
Interval for B
Std. B
Error
Beta
Lower
Upper
t
Sig.
Bound
Bound
-1.124
.343
-.120
.057
Model
.028
1
(Constant)
-
.031
.038
.003
.992
Konst_vitC_ppm Persamaan regresi yang diperoleh adalah y = 0,038x-0,031
Pengujian Pencilan (outlier)
13.369
.001
.029
.047
Perhitungan kadar vitamin C dalam sampel
Absorbansi sampel : 0,596 y = 0,0379x – 0,0312 0,506 = 0,0379x – 0,0312 0,5372 = 0,0379x x = kadar vit. C = 14,17 ppm Konsentrasi vitamin C dalam sampel sebenarnya : = pengenceran x konsentrasi = 200 x 14,17 ppm = 2834 ppm Konsentrasi sampel = 8000 ppm Kadar vitamin C dalam sampel : =(konsentrasi vitamin C dalam sampel/konsentrasi sampel) x 100% = (2834/8000) x 100% = 35,43 %
4. Pembahasan Vitamin c atau asam askorbat merupakan bahan farmasi yang banyak dikonsumsi sebagai antioksidan. Asam askorbat dalam sediaan farmasi dapat ditentukan dengan metode titrasi iodometri atau spektrofotometri untraviolet pada panjang gelombang 265nm. Pada praktikum ini
akan dilakukan penentuan kadar vitamin c sediaan farmasi dengan metode spektrofotometri pada panjang gelombang maksimum (ditentukan terlebih dahulu). Digunakan larutan asam askorbat standar untuk membuat kurva kalibrasi. Sampel berupa bahan farmasi vitamin C dengan merek
dagang “vitacimin”, merupakan tablet vitamin c yang berwarna kuning. Sampel obat di larutkan dalam air sebagai larutan induk, asam askorbat dan bahan pengisi pada tablet vitacimin akan larut sempurna dalam 250mL air, vitamin c atau asam askorbat tersebut kemudian dapat ditentukan kadarnya dengan spektrofotometer UV. Spektrofotometer UV merupakan instrument yang menggunakan sumber cahaya, sumber cahaya dapat berupa cahaya tampak ataupun ultraviolet, cahaya akan ditembakkan pada sampel (kuvet) dan banyaknya cahaya yang diserap sampel dapat terukut pada detektor. Pada praktikum digunakan cahaya ultraviolet. Banyaknya cahaya yang diserap sampel pada panjang gelombang tertentu linear dengan kadarnya, isi sesuai dengan hukum lambert beer. Menurut International Journal of Basic & Applied Sciences IJBAS-IJENS Vol: 11 No: 02 hal.110 bahwa penentuan kadar vitamin c menggunakan metode spektrofotometri sangat sensitive dengan deviasi relatif sebesar 0,81%. Asam askorbat/vitamin C bersifat tidak stabil terhadap suhu, oksigen, pH dan juga keberadaan ion logam seperti Fe 2+, Cu2+ atau Ca 2+ sehingga perlakuan sampel seharusnya sangat memperhatikan stabilitas asam askorbat tersebut agar tidak
terjadi degradasi asam askorbat menjadi senyawa asam dehidroskorbat (Selimović, Amra dkk : 2011) Untuk menjaga stabilitas asam askorbat, seharusnya perlu penambahan larutan buffer pH 5,4 pada sampel. Karena pada pH tersebut, stabilitias vitamin C pada suhu kamar selama 30 menit. pH asam juga akan mencegah terjadinya reaksi oksidasi yang juga dapat mengurangi kadar vitamin c yang terukur. Selain itu suhu pengukuran asam askorbat dijaga pada suhu kamar, seharusnya tempat sampel ditempatkan di atas es (dijaketi es) untuk mengurangi suhu yang dapat menyebabkan degradasi asam askorbat. Pada pengukuran sampel vitacimin ini, tidak diperhatikan faktor stabilitas asam askorbatnya, sehingga kadar yang terukur menjadi lebih kecil dari kadar sesungguhnya. Standar asam askorbat diukur pada panjang gelombang maksimum yang telah ditentukan sebelumnya, panjang gelombang maksimum asam askorbat standar pada 271nm. Pada panjang gelombang tersebut dilakukan pengukuran absorbansi terhadap larutan sampel vi tacimin. Dari pengukuran standar diperoleh kurva kalibrasi dengan persamaan y = 0,0379x – 0,0312 dan absorbansi sampel vitacimin sebesar 0,596 sehingga kadar asam askorbat sampel vitacimin sebesar 14,17 ppm. Kadar terukur tersebut dikalikan dengan faktor pengenceran (200x) sehingga kadar sesungguhnya adalah 2834 ppm yang diperoleh dari larutan vitacimin 8000ppm. Jadi, kadar asam askorbat vitacimin dalam persen sebesar 35,43%.
5. Kesimpulan Kadar asam askorbat tablet “vitacimin” sebesar 35,43% yang di ukur pada panja ng gelombang
maksimum asam askorbat 271nm.
Daftar Pustaka http://eldesimedis.blogspot.com/2013/06/penugasan-potensiometri-modul-1.html
(diakses 5
November 2013: 18:31) http://riezakirah.wordpress.com/2011/01/15/analisis-kuantitatif-vitamina-dan-c/ (diakses 5 November 2013: 18:43)
Selimović, Amra, dkk. 2011. Direct Spectrophotometric Determination of L-Ascorbic acid in Pharmaceutical Preparations using Sodium Oxalate as a Stabilizer . Department of Analytical
Chemistry. Faculty of Technology, University of Tuzla, International Journal of Basic & Applied Sciences IJBAS-IJENS Vol: 11 No: 02 :Bosnia and Herzegovina. Moeslinger, Thomas, dkk. 1995. Spectrophotometric Determination of Ascorbic Acid and Dehydroascorbic Acid. CLIN. CHEM. http://www.socr.ucla.edu/applets.dir/f_table.html (diakses 8 November 2013: 18:42)
PEMBUATAN KURVA KALIBRASI
PEMBUATAN KURVA KALIBRASI
I.
TUJUAN PERCOBAAN
-
Dapat memahami tahap-tahap dalam pembuatan kurva kalibrasi
-
Dapat menggunakan kurva kalibrasi dalam analisa obat.
II.
LANDASAN TEORI
Dalam bidang kimia, khususnya dalam farmasi, pengukuran analitik memiliki peranan yang sangat penting. Tujuan dari pengukuran analitik ini adalah untuk menentukan nilai sebenarnya dari suatu parameter kuantitas kimia, contohnya seperti: konsentrasi, pH, temperatur, titik didih, kecepatan reaksi dan lain-lain. Pengukuran analitik ini dapat menggunakan metode konvensional maupun modern, baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Dalam percobaan secara umum, hasil yang diperoleh pasti tidak dapat terlepas dari faktor kesalahan. Nilai parameter sebenarnya yang akan ditentukan dari suatu perhitungan analitik tersebut adalah ukuran ideal. Nilai tersebut hanya dapat diperoleh jika semua penyebab kesalahan pengukuran dihilangkan dan jumlah populasi tidak terbatas. Faktor penyebab kesalahan ini dapat disebabkan oleh berbagai hal, antara lain adalah faktor bahan kimia, peralatan, analis, kondisi pengukuran, dan lain-lain. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengurangi kesalahan dalam pengukuran analitik ini adalah dengan proses kalibrasi. Kalibrasi yaitu kurva antara absorbansi dengan panjang gelombang. Kurva ini dapat menentukan panjang gelombang maksimum, terlihat dari bentuk kurvanya pada bagian atas. Akan tetapi, pengukuran kurva kalibrasi ini didasarkan pada konsentrasi yang dihasilkan
dari metode iodimetri dan panjang gelombang maksimumnya, sehingga diperoleh kurva kalibrasi yang linier.Tujuan kalibrasi adalah untuk mencapai ketertelusuran pengukuran.
Hasil pengukuran dapat dikaitkan atau ditelusur sampai ke standar yang lebih teliti atau tinggi (standar primer nasional atau internasional) melalui rangkaian perbandingan yang tidak terputus, dalam artian standar ukur itu akan lebih baik apabila berupa standar yang rantainya mendekati SI sehingga tingkat ketidakpastian (error) makin kecil.
SPEKTROFOTOMETER
Spektrofotometri merupakan suatu metoda analisa yang didasarkan pada pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada panjang gelombamg spesifik dengan menggunakan monokromator prisma atau kisi difraksi dengan detektor fototube. Benda bercahaya seperti matahari atau bohlam listrik memancarkan spektrum yang lebar terdiri atas panjanggelombang. Panjang gelombang yang dikaitkan dengan cahaya tampak itu mampu mempengaruhi selaput pelangi mata manusia dan karenanya menimbulkan kesan subyektif akan ketampakan ( vision). Dalam analisis secara spektrofotometri terdapat tiga daerah panjang gelombang elektromagnetik yang digunakan, yaitu daerah UV (200 – 380 nm), daerah visible (380 – 700 nm), daerah inframerah (700 – 3000 nm) (Khopkar 1990). Menurut Cairns (2009), spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitan atau absorban suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang. Tiap media akan menyerap cahaya pada panjang gelombang tertentu tergantung pada senyawaan atau warna terbentuk. Secara garis besar spektrofotometer terdiri dari 4 bagian penting yaitu : a.
Sumber Cahaya Sebagai sumber cahaya pada spektrofotometer, haruslah memiliki pancaran radiasi yang stabil dan intensitasnya tinggi. Sumber energi cahaya yang biasa untuk daerah tampak, ultraviolet dekat, dan inframerah dekat adalah sebuah lampu pijar dengan kawat rambut terbuat dari wolfram (tungsten). Lampu ini mirip dengan bola lampu pijar biasa, daerah panjang gelombang (l ) adalah 350 – 2200 nanometer (nm).
b.
Monokromator Monokromator adalah alat yang berfungsi untuk menguraikan cahaya polikromatis menjadi beberapa komponen panjang gelombang tertent (monokromatis) yang bebeda (terdispersi).
c.
Cuvet
Cuvet spektrofotometer adalah suatu alat yang digunakan sebagai tempat contoh atau cuplikan yang akan dianalisis. Cuvet biasanya terbuat dari kwars, plexigalass, kaca, plastic dengan bentuk tabung empat persegi panjang 1 x 1 cm dan tinggi 5 cm. Pada pengukuran di daerah UV dipakai cuvet kwarsa atau plexiglass, sedangkan cuvet dari kaca tidak dapat dipakai sebab kaca mengabsorbsi sinar UV. Semua macam cuvet dapat dipakai untuk pengukuran di daerah sinar t ampak (visible). d.
Detektor
Peranan detektor penerima adalah memberikan respon terhadap cahaya pada berbagai panjang gelombang. Detektor akan mengubah cahaya menjadi sinyal listrik yang selanjutnya akan ditampilkan oleh penampil data dalam bentuk jarum penunjuk atau angka digital. Dengan
mengukur
transmitans
larutan
sampel,
dimungkinkan
untuk
menentukan
konsentrasinya dengan menggunakan hukum Lambert-Beer. Spektrofotometer akan mengukur intensitas cahaya melewati sampel (I), dan membandingkan ke intensitas cahaya sebelum melewati sampel (Io). Rasio disebut transmittance, dan biasanya dinyatakan dalam persentase (% T) sehingga bisa dihitung besar absorban (A) dengan rumus A = -log %T (Underwood 2002). Prinsip kerja spektrofotometri berdasarkan hukum Lambert Beer.
Pada bagian kiri persamaan diketahui sebagai absorbansi larutan dan dihitung dengan spektrometer. Persamaannya kadang ditulis dalam term absorbansi. Simbol epsilon adalah absorptivitas molar larutan. bila cahaya monokromatik (Io) melalui suatu media (larutan), maka sebagian cahaya tersebut diserap (Ia), sebagian dipantulkan (Ir), dan sebagian lagi dipancarkan (It). Transmitans adalah perbandingan intensitas cahaya yang ditransmisikan ketika melewati sampel (It) dengan intensitas cahaya mula-mula sebelum melewati sampel (Io). Persyaratan hukum Lambert Beer, antara lain: radiasi yang digunakan harus monokromatik, energi radiasi yang diabsorpsi oleh sampel tidak menimbulkan reaksi kimia, sampel (larutan) yang mengabsorpsi harus homogen, tidak terjadi fluoresensi atau phosporesensi, dan indeks refraksi tidak berpengaruh terhadap konsentrasi, jadi larutan tidak pekat (harus encer). Spektrofotometer UV-Vis membandingkan cuplikan standar yaitu substrat gelas preparat. Hasil pengukuran dari spektrofotometer UV-Vis menunjukkan kurva hubungan transmitan dan panjang gelombang ( ) (Basset 1994). Spektrofotometer terdiri dari beberapa jenis berdasar sumber cahaya yang digunakan, yaitu: spektrofotometer Vis (Visible), spektrofotometer UV (Ultra Violet), spektrofotometer UV-Vis, dan Spektrofotometri IR (Infa Red). Pada spektrofotometri Vis, yang digunakan sebagai sumber sinar/energi adalah cahaya tampak (visible). Cahaya visible termasuk spektrum elektromagnetik yang dapat ditangkap oleh mata manusia. Panjang gelombang sinar tampak adalah 380 – 750 nm. Berbeda dengan
spektrofotometri visible, pada spektrofotometri UV berdasarkan interaksi sample dengan sinar UV. Sinar UV memiliki panjang gelombang 190-380 nm. Senyawa yang dapat menyerap sinar UV terkadang merupakan senyawa yang tidak memiliki warna (bening dan transparan). Spektrofotometri UV-Vis menggunakan dua buah sumber cahaya berbeda, sumber cahaya UV dan sumber cahaya visible yaitu photodiode yang dilengkapi dengan monokromator dan dapat digunakan baik untuk sample berwarna juga untuk sample tak berwarna. Sedangkan, spektrofotmetri IR berdasar pada penyerapan panjang gelombang infra merah yang mempunyai panjang gelombang 2.51000 μm. Pada spektrofotometri IR digunakan untuk analisa kualitatif, misalnya untuk mengidentifikasi
gugus fungsi pada suatu senyawa. Panjang gelombang cahaya UV atau cahaya tampak bergantung pada mudahnya promosi elektron. Molekul-molekul yang memerlukan lebih banyak energi untuk promosi elektron, akan menyerap pada panjang gelombang yang lebih pendek. Molekul yang memerlukan energi yang lebih sedikit akan menyerap cahaya dalam daerah tampak (yakni senyawa berwarna) mempunyai elektron yang lebih mudah dipromosikan daripada senyawa yang menyerap pada panjang gelombang UV yang lebih pendek. Suatu spektrofotometer standar terdiri atas spektrofotometer untuk menghasilkan cahaya dengan panjang gelombang terseleksi yaitu bersifat monokromatik serta suatu fotometer yaitu suatu piranti untuk mengukur intensitas berkas monokromatik, digabungkan bersama dinamakan sebagai spektrofotometer. Spektrofotometer dapat berupa sinar tunggal atau sinar ganda. Dalam berkas satu instrumen (seperti Spectronic 20), semua cahaya melewati sel sampel. I o harus diukur dengan membuang sampel. Ini adalah desain awal, tetapi masih umum digunakan baik dalam pengajaran dan laboratorium industri.
Dalam berkas ganda instrumen, cahaya dibagi menjadi dua berkas sebelum mencapai sampel. Satu berkas digunakan sebagai acuan, yang lain melewati sinar sampel. Beberapa instrumen double-beam memiliki dua detektor (photodiodes), dan sampel dan berkas referensi diukur pada waktu yang sama. Dalam instrumen lain, kedua balok melewati sebuah balok helikopter, yang menghambat satu berkas pada suatu waktu. Detektor-ubah antara mengukur sampel balok dan balok referensi. Pada umumnya sampel yang digunakan dalam bentuk larutan yang sudah diencerkan dengan jumlah konsentrasi tertentu. Larutan dengan konsentrasi yang rendah akan lebih mudah diketahui transmitannya karena kerapatan pada molekulnya kecil sehingga kemampuan menyerap radiasi elektromagnetnya kecil dan banyak radiasi yang terbaca oleh detektor pada alat spektrofotometer.
Setiap senyawa punya serapan maksimal pada panjang gelombang tertentu. Panjang gelombang ini dinamakan panjang gelombang maksimum. Pada panjang gelombang maksimum, hubungan antara absorbansi dan konsentrasi senyawa bisa disetarakan. III.
ALAT DAN BAHAN
ALAT :
BAHAN :
Beker glass
Parasetamol 100 mg
Spektrofotometer
NaOH 0,1 N
Labu ukur
Aquadest
Pipet ukur Batang pengaduk Corong IV.
CARA KERJA
A. MEMBUAT LARUTAN NaOH 0,1 N 1. Menimbang NaOH sebanyak 4 gram 2. Mengukur aquadest sebanyak 1000 ml 3. Melarutkan NaOH sedikit demi sedikit dengan aquadest, lalu di add hingga 1000 ml dalam labu ukur. Larutan ini yang akan digunakan untuk melarutkan parasetamol. Penghitungan : Normalitas = x 0,1 = x g = 4 gram
B. MEMBUAT LARUTAN PARASETAMOL berbagai ppm
1000 ppm
1. Menimbang parasetamol sebanyak 100 mg
2. Melarutkan parasetamol dalam 100 ml aquadest sedikit demi sedikit dalam gelas beker, lalu dimasukkan dalam labu ukur 100 ml dan di add hingga 100 ml. Penghitungan : 1 ppm
=
1000 ppm =
100 ppm
1. Dari larutan parasetamol 1000 ppm, dipipet sebanyak 10 ml. 2. Lalu dilarutkan dalam 100 ml aquadest dalam labu ukur 100 ml. 3. Mengocok labu ukur hingga larutannya tercampur sempurna. Penghitungan : x 1000 ppm = 100 ppm Berarti, banyaknya larutan yang diambil dari larutan 1000ppm untuk membuat larutan 100 ppm adalah 10 ml.
C. MENENTUKAN PANJANG GELOMBANG MAKSIMUM 1. Memasukkan larutan 100 ppm yang telah dibuat tadi ke dalam kuvet (bagian yang kasar dari kuvet yang dipegang). 2. Membaca intensitas serapan yang terjadi pada spektrofotometer pada panjang gelombang 200-400 nm. 3. Setelah diprint hasilnya, maka menetapkan berapa panjang gelombang maksimumnya.
D. MEMBUAT KURVA KALIBRASI 1. Membuat larutan parasetamol 4 ppm, 6 ppm, 8 ppm, 10 ppm dan 12 ppm.
4 ppm
-
Dari larutan parasetamol 100 ppm, diambil 4 ml.
-
Lalu dilarutkan dalam labu ukur dengan dan ditambah air hingga 100 ml.
-
Mengocok labu ukur hingga larutan tercampur sempurna. Penghitungan : x 100 ppm = 4 ppm Berarti, banyaknya larutan yang diambil dari larutan 100ppm untuk membuat larutan 4 ppm adalah 4 ml.
6 ppm
-
Dari larutan parasetamol 100 ppm, diambil 6 ml.
-
Lalu dilarutkan dalam labu ukur dengan dan ditambah air hingga 100 ml.
-
Mengocok labu ukur hingga larutan tercampur sempurna. Penghitungan : x 100 ppm = 6 ppm Berarti, banyaknya larutan yang diambil dari larutan 100ppm untuk membuat larutan 6 ppm adalah 6 ml.
8 ppm
-
Dari larutan parasetamol 100 ppm, diambil 8 ml.
-
Lalu dilarutkan dalam labu ukur dengan dan ditambah air hingga 100 ml.
-
Mengocok labu ukur hingga larutan tercampur sempurna. Penghitungan : x 100 ppm = 8 ppm Berarti, banyaknya larutan yang diambil dari larutan 100ppm untuk membuat larutan 8 ppm adalah 8 ml.
10 ppm
-
Dari larutan parasetamol 100 ppm, diambil 10 ml.
-
Lalu dilarutkan dalam labu ukur dengan dan ditambah air hingga 100 ml.
-
Mengocok labu ukur hingga larutan tercampur sempurna.
Penghitungan : x 100 ppm = 10 ppm Berarti, banyaknya larutan yang diambil dari larutan 100ppm untuk membuat larutan 10 ppm adalah 10 ml.
12 ppm
-
Dari larutan parasetamol 100 ppm, diambil 12 ml.
-
Lalu dilarutkan dalam labu ukur dengan dan ditambah air hingga 100 ml.
-
Mengocok labu ukur hingga larutan tercampur sempurna. Penghitungan : x 100 ppm = 12 ppm Berarti, banyaknya larutan yang diambil dari larutan 100ppm untuk membuat larutan 12 ppm adalah 12 ml.
2. Membaca intensitas serapannya hingga dalam layar monitor terlihat kurva yang menunjukkan perbanndingan antara ppm dengan nilai absorban. V.
HASIL PENGAMATAN
Dari praktikum pertama yang kita lakukan, hasilnya adalah : 1. Panjang gelombang yang digunakan untuk membaca intensitas serapan adalah 256,5 dan nilai absorbansinya adalah 1,517. Tapi hal ini tidak kita gunakan sebagai data, karena data yang kita salah. Kemudian kita melakukan percobaan yang kedua, dan diperoleh absorban sebesar 0,698 pada konsentrasi 10 ppm. Lalu dimasukkan ke dalam rumus A = a x b x c, yaitu sebagai berikut : Nilai absorban yang baik adalah antara 0,2-0,8. Sehingga kita mencari konsentrasi berapakah kita akan membuat larutan sehingga dapat diperoleh kurva kalibrasi yang baik. Untuk nilai absorban 0,2 : Untuk nilai absorban 0,8 : Dari perhitungan tersebut, kita membuat larutan dengan konsentrasi 4 ppm, 6 ppm, 8 ppm, 10 ppm, dan 12 ppm untuk membuat kurva kalibrasi.
2. Tetapi, dari hasil praktikum yang pertama (panjang gelombang 256,5 nm dan nilai absorban 1,517) kita harus mengulang karena sampel yang kita buat kotor (tercemar) sehingga kita membuat larutan parasetamol lagi. Dan dari hasil pembuatan larutan parasetamol yang kedua, kita memperoleh data berikut:
No.
Abs (256,5)
Conc (ppm)
1
0,212
4
2
0,365
6
3
0,549
8
4
0,698
10
5
0,799
12
Tabel 2 VI.
PEMBAHASAN
Dalam praktikum ini kita melakukan pembuatan kurva kalibrasi parasetamol dengan menggunakan pelarut NaOH 0,1 N. Alat yang kita gunakan adalah spektrofotometer UV-Vis. Panjang gelombang dari parasetamol sendiri adalah sekitar 257, itulah mengapa kita menghitung nilai absorban dari panjang gelombang yang dihasilkan oleh panjang gelombang 256,5 karena panjang gelombang ini yang mendekati panjang gelombang dari parasetamol. Nilai absorban yang kita peroleh pada percobaan pertama adalah 1,517. Tetapi nilai ini salah sehingga kita harus mengulangi percobaan kedua dan hasilnya diperoleh nilai absorban sebesar 0,698 pada konsentrasi 10 ppm. Dari nilai absorban tersebut, untuk membuat kurva kalibrasi maka kita memasukkan nilai absorban tersebut ke dalam rumus dari Hukum Lambert Beer’s :
Pada bagian kiri persamaan diketahui sebagai absorbansi larutan dan dihitung dengan spektrometer. Persamaannya kadang ditulis dalam term absorbansi. Simbol epsilon merupakan absorptivitas molar larutan.
Nilai absorban yang kita peroleh dimasukkan ke rumus di atas, dan dicari rentang dari nilai absorban 0,2 sampai 0,8 (seperti pada perhitungan di hasil praktikum). Dari perhitungan rumus tersebut, kita akan membuat larutan dengan konsentrasi 4 ppm, 6 ppm, 8 ppm, 10 ppm dan 12 ppm. Kemudian kelima larutan tersebut kita ukur lagi nilai absorbansinya sehingga diperoleh data seperti pada table 2 dan gambar kurva 2. Dari table tersebut dapat kita ketahui bahwa dari hasil percobaan yang kedua cukup bagus karena rentang nilai absorban yang dihasilkan dari konsentrasi 4 ppm sampai 12 ppm berada dalam rentang yang dianjurkan yaitu antara 0,2 – 0,8. Dari kurva 2 tersebut kita ketahui bahwa kurva kalibrasi merupakan perbandingan antara konsentrasi (ppm) dengan nilai absorban. Semakin besar konsentrasinya maka nilai ansorbannya akan semakin besar pula. Dan dari kurva 2 tersebur kita dapatkan nilai r sebesar 0,9955. Tetapi dalam melakukan percobaan nantinya, nilai r yang harus dipenuhi adalah 0,997.
VII.
KESIMPULAN
1. Panjang gelombang larutan parasetamol adalah 256,5 2. Nilai absorban yang kita peroleh dari konsentrasi 4 ppm, 6 ppm, 8 ppm, 10 ppm dan 12 ppm adalah 0,212, 0,365, 0,549, 0,698, dan 0,799. Hal ini berarti masih dalam rentang nilai absorban yang baik yaitu antara 0,2 – 0,8. 3. Kurva kalibrasi yang kita peroleh mempunyai nilai r sebesar 0,9955.
DAFTAR PUSTAKA
Basset J et al . 1994. Buku Ajar Vogel Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik . Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC Day R dan Underwood A. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Keenam . Penerjemah : Sopyan Iis. Jakarta : Erlangga. Terjemahan dari : Quantitative Analysis Sixth Edition . Khopkar S. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik . Jakarta : Universitas Indonesia (UI-Press) Arti Penting Kalibrasi pada Proses Pengukuran Analitik: Aplikasi Pada Penggunaan pH meter dan Spektrofotometer Uv-Vis oleh Iqmal Tahir Laboratorium Kimia Dasar, Jurusan Kimia, FMIPA, Universitas Gadjah Mada Sekip Utara, Yogyakarta. Diposting oleh she princess alone di 06.48 Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi