Hari, tanggal pratikum: Rabu, 20 April 2016 Judul pratikum
: IRS (Indoor Residual Spraying)
Tujuan pratikum
: Untuk mengetahui cara penyemprotan dari alat spraycan IRS
Alat
:
Alat IRS/ Spraycan
Bahan
:
Air
Larutan Insekisida
Dasar Teori
:
Malaria merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang dapat menyebabkan kematian terutama pada kelompok risiko tinggi yaitu bayi, anak balita, ibu hamil, selain itu malaria secara langsung menyebabkan anemia dan dapat menurunkan produktivitas kerja. Penyakit ini juga masih endemis di sebagian besar wilayah Indonesia (Kemenkes RI, 2011). Malaria adalah penyakit infeksi parasit yang disebabkan oleh Plasmodium yang menyerang eritrosit dan ditandai dengan ditemukannya bentuk aseksual di dalam darah. Infeksi malaria memberikan gejala berupa demam, menggigil, anemia, dan splenomegali. Dapat berlangsung akut ataupun kronik. Vektor dari penyakit ini adalah nyamuk Anopheles sp (Harijanto, 2000). 2000). Vektor malaria adalah nyamuk Anopheles, Anopheles, dengan ciri khas menungging saat hinggap atau menghisap darah. Nyamuk Nyamuk Anopheles mempunyai siklus hidup sempurna terdiri dari telur Anopheles mempunyai (1-2 hari), jentik (6-8 hari), kepompong (1-2 hari) dan nyamuk (2-3 bulan). Di dalam program pemberantasan malaria yang utama dilakukan adalah pemberantasan vektor. Dalam hal ini supaya mendapatkan hasil yang maksimal, perlu didukung oleh data penunjang yang menerangkan
tentang
seluk-beluk
vector
yang
berperan.
Untuk
menentukan
metode
pemberantasan yang tepat guna, perlu diketahui dengan pasti musim penularan serta perilaku vektor yg bersangkutan. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No.374 tahun 2010, Pengendalian vektor dilakukan dengan memakai metode pengendalian vektor terpadu yang merupakan suatu
pendekatan yang menggunakan kombinasi beberapa metode pengendalian vektor yang dilakukan berdasarkan azas keamanan, rasionalitas dan efektifitas pelaksanaannya serta dengan mempertimbangkan kelestarian keberhasilannya. Mengingat keberadaan vektor dipengaruhi oleh lingkungan fisik, biologis dan sosial budaya, maka pengendaliannya tidak hanya menjadi tanggung jawab sektor kesehatan saja tetapi memerlukan kerjasama lintas sektor dan program. Keunggulan Pengendalian Vektor Terpadu (PVT) : 1. Dapat meningkatkan keefektifan dan efisiensi sebagai metode atau cara pengendalian. 2.
Dapat meningkatkan program pengendalian terhadap lebih dari satu penyakit tular vector.
3. Melalui kerjasama lintas sektor hasil yang dicapai lebih optimal dan saling menguntungkan. Pengendalian Vektor Terpadu merupakan pendekatan pengendalian vektor menggunakan prinsip-prinsip dasar managemen dan pertimbangan terhadap penularan dan pengendalian peyakit. Pengendalian Vektor Terpadu dirumuskan melalui proses pengambilan keputusan yang rasional agar sumberdaya yang ada digunakan secara optimal dan kelestarian lingkungan terjaga. Prinsip-prinsip PVT meliputi: 1. Pengendalian vektor harus berdasarkan data tentang bioekologi vektor setempat, dinamika penularan penyakit, ekosistem dan prilaku masyarakat yang bersifat spesifik local (evidence based ). 2. Pengendalian vektor dilakukan dengan partisipasi aktif berbagai sektor dan program terkait, LSM, Organisasi profesi, dunia usaha /swasta serta masyarakat. 3. Pengendalian vektor dilakukan dengan meningkatkan penggunaan metoda non kimia dan menggunakan pestisida secara rasional serta bijaksana 4. Pertimbangan vektor harus mempertimbangkan kaidah ekologi dan prinsip ekonomi yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan. Pengendalian vektor terpadu dilaksanakan secara bersama dari beberapa metode, meliputi pengendalian fisik, biologi, kimia dan pemberdayaan masyarakat (Kementerian Kesehatan). Program pengendalian malaria secara terpadu yang lebih rinci meliputi pengendalian secara
biologi, fisika, kimia, dengan pengaturan pola tanam, dengan perundang-undangan/kebijakan, dan pemberdayaan masyarakat (Marbaniati, 2010). Spray Can adalah alat semprot larutan insektisida pengendali vektor nyamuk Anophles penyebab penyakit Malaria. Alat semprot ini banyak digunakan dilingkungan Dinas Kesehatan sebagai alat penyemprot pestisida untuk program penanggulangan penyakit Malaria yang disebabkan oleh serangga nyamuk Anopheles. Alat ini sangat cocok diaplikasikan pada lingkungan pemukiman masyarakat, Rumah sakit/Klinik, Hotel, Restoran/Cafe, Apartemen, Ruang perkantoran, Kandang peternakan, dll. Spraycan adalah alat semprot larutan insektisida pengendali vektor hama pengganggu lingkungan masyarakat seperti nyamuk, kecoa, lalat, semut, rayap, kutu, dll, khususnya pengendalian nyamuk Malaria (Anopheles).
Cara Kerja
:
1. Siapkan alat spraycan 2. Isi tabung spraycan sampai atas maksimak (8liter) dengan larutan insektisida 3. Pompa, untuk mendapatkan tekanan dalam tangki sebesar 3,8 kg/cm2n(55 PSI), perlu dipompa sebanyak 55 kali. Setelah disemprotkan selama 3 menit secara terus menerus, tekanan dalam tangki akan menurun menjadi 2,1 kg/cm2 (30 PSI) dan telah di keluarkan larutan sebanyak (3 x 757 cc = 2,271 liter) 4. Untuk mempertahankan tekanan dalam tangki agar berada dalam kisaran 1,8-3,8 kg/cm2 (25-55 PSI), setelah disemprotkan selama 3 menit harus dipompa sebanyak 25 kali 5. Untuk mendapatkan dosis yang elah ditentukan di perlukan jarak antara nozzle dengan permukaan dinding yang disemprot yaitu 46 6. Untuk mendapatkan hasil yang sesuai peru di lakukan latihan secara berulang-ulang sampai penyemprot secara otomatis menempatkan nozzle pada jarak 46 cm tersebut 7. Pada jarak 46 cm tersebut, tekanan dalam tangki= 2,8 kg/cm2 (40 PSI) akan diperolah lebar pancaran 75 cm. Dalam prakteknya lebar pancaran yang efektif yaitu 70 cm, karena penyemprotan swacth yang berikutya harus ditumakan 5 cm pada swatch sebelumnya. 8. Pda dinding dibuat swacth (kolom) sebanyak 9 kolom dan harus disemprot dalam waktu 1 menit, begitu seterusnya untuk dinding selanjutnya.
Hasil Pratikum
:
Swacth (Kolom) 1 : : : ………… 75 cm : : : : : : …………. 75 cm : : :
2 : : : : : : : : : : : : : : : :
3 : : : : : : : : : : : : : : : :
4 : : : : : : : : : : : : : : : :
5 : : : : : : : : : : : : : : : :
6 : : : : : : : : : : : : : : : :
7 : : : : : : : : : : : : : : : :
8 : : : : : : : : : : : : : : : :
9 : : : : : : : : : : : : : : : :
Selama Penyemprotan, semprot permukaan dinding secara naik turun bermotif seperti ular. Dinding yang harus disemprot adalah setinggi 3 meter, bila tinggi melebihi 3 meter, cukup hanya menyemprot 3 meter saja dari bawah. Tapi, bila tinggi dinding kurang dari 3 meter, maka penyemprotan dilakukan secara menyeluruh, dengan jarak nozzle ke dinding yaitu 46 cm.
Pembahasan : Irs (Indoor Residual Spraying) telah lama dilakukan dalam program pengendalian penyakit malaria diIndonesia dan sampai sekaranga masih digunakan. Untuk memperoleh hasil yang maksimal dari kegiatan IRS ini, maka perlu pengetahuan yang harus dipenuhi dalam penyemprotan yaitu menempelkan insektisida tertentu secara merata pada permukaan dinding yang disemprot, serta menghitung dosis dalam berat bahan akti insektisida yang disemprotkan pada setap m2 permukaan dinding. Adapun syarat-syarat dalam penyemprotan yaitu, 1. Coverage (Cakupan bangunan yang disemprot): semua rumah atau bangunan disemprot 2. Rumah/bangunan yg digunakan untuk tidur pada malam hari 3. Kandang ternak 4. TTU yg digunakan pada malam hari (mesjid, pos ronda, dll) 5. Cakupan permukaan dinding yg disemprot (Completeness):
harus
a. Jika dinding < 3 m seluruh dinding hrs disemprot b. Jika dinding > 3 m, maka hanya disemprot setinggi 3 m. c. Langit-langit ≤ 3 m d. Pintu dan jendela yg membuka ke dalam seluruh permukaan disemprot, jika membuka keluar hanya permukaan bagian dalam saja yg disemprot e. Perabot rumah tangga (Meja, kirsi, lemari, dll) harus disemprot bagian bawahnya 6. Pemenuhan dosis a. DDT= 2 gram atau 1 gr/m2 b. Fenitrothion= 1 gr/m2 c. Malation= 2 gr atau 1 gr/m2 d. Bendiocarb (Frcam)= 0,4 gr/m2 e. Lambdalyhalothrin= 30 mg/m2 Sedangkan tahap pelaksanaan penyemprotan : 1. 2. 3. 4.
Sebelum penyemprotan Pada hari penyemprotan Selama penyemprotan Sesudah penyemprotan
Kesimpulan
:
Mahasiswa/i mengetahui cara kerja dari penyemprotan spraycan IRS yaitu jarak nozzle 46 cm pada dinding dengan kolom sebanyak Sembilan kolom, yang harus disemprot pada waktu 1 menit.
Daftar Pustaka
:
Arsin. Andi Arsunan. 2012. Malaria di Indonesia Tinjauan Aspek Epidemiologi. Masagena Press. Makassar. Harijanto, P.N. 2000. Malaria. EGC. Jakarta. Kementerian Kesehatan. 2011. Epidemiologi Malaria di Indonesia. Buletin Jendela Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 374/Mekes/PER/III/2010 tentang Pengendalian Vektor.