BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Profesi sebagai tenaga kerja bidang keahlian Teknik Pertambangan menuntut kesiapan fisik dan mental agar dapat menyelesaikan tanggung jawabnya dengan baik, untuk itu diperlukan pengenalan dan latihan sejak seja k dini agar dapat mengukur kemampuan dan kapasitas diri setiap mahasiswa untuk menentukan masa depannya. Kunjungan
industry
termasuk
dalam
kelompok
Mata
Kuliah
Berkehidupan Bermasyarakat (MKBB) yaitu pada Praktek Kerja Lapangan kedua (PKL II) untuk menunjang kemampuan mahasiswa dalam memahami dan mengikuti mata kuliah lainnya yang berkaitan dengan keahlian khususnya di bidang pertambangan. Industry pertambangan khususnya pertambangan bauksit di kabupaten ketapang saat ini mengalamai pemberhentian sementara hingga terciptanya smelter alumina, sehingga dalam beberapa tahun ini kegiatan kunjungan industry belum siap untuk dilaksanakan. Sebagai antisipasi dari tidak bias melakukan kunjung industry maka jurusan Teknik Pertambangan Politekik Negeri Ketapang tetap melakukan PKL II dengan kegiatan seperti yang telah dilakukan perusahaan eksplorasi yaitu perhitungan cadangan bauksite. Desa Mekar Utama Kecamatan Kendawangan Kabupaten Ketapang Propinsi Kalimantan Barat khususnya khususnya merupakan daerah dengan
potensi
bahan galian yang cukup beragam dan ideal untuk memperkenalkan dasardasar
Teknik
Pertambangan
baik
dalam
bidang
Teknik
Eksplorasi,
Penambangan maupun Pengolahan Bahan Galian. 1.2 Tujuan Kegiatan perhitungan cadangan bauksit mengambil lokasi di Desa Mekar Utama Kecamatan Kendawangan Kabupaten Ketapang Propinsi Kalimantan Barat dimaksudkan untuk memperkenalkan kepada mahasiswa hal-hal dasar tentang teknologi pertambangan diantaranya teknik eksplorasi, penambangan dan pengolahan bahan galian, serta bertujuan untuk menunjukkan dan
1
merasakan secara langsung beberapa jeni spekerjaan tersebut yang yang akan digeluti oleh orang-orang yang memilih profesi di Dunia pertambangan sehingga mahasiswa dapat menentukan sikap dalam menekuni dibidang pertambangan.
1.3 Sistematika Penulisan Bagian Awal Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Gambar (jikaada) Daftar Tabel (jikaada) Daftar Lampiran (jikaada) Daftar Pustaka Bagian isi BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang 2. Tujuan 3. Sisitematika Penulisan 4. Lokasi Kunjungan 5. Waktu Penulisan BAB II DASAR TEORI 1. 2. 3. 4.
Eksplorasi Langsung Bauksite Preparasi Sample Perhitungan Sumber Daya
BAB III METODELOGI 1. Alat dan Bahan 2. Prosedur Kerja BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil 2. Pembahasan BAB V PENUTUP 1. Kesimpulan 2. saran
2
1.4 Lokasi kunjungan Desa MekarUtama kecamatan KendawanganKabupaten Ketapang Propinsi Kalimantan Barat. 1.5 WaktuPenulisan Ketapang, 12 Agustus 2016.
3
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Metode Eksplorasi Langsung Metode
eksplorasi
langsung
mempunyai
pengertian
bahwa
pengamatan dapat dilakukan dengan kontak visual dan fisik dengan kondisi permukaan/bawah permukaan, terhadap endapan yang dicari, serta dapat dilakukan deskripsi megaskopis/mikroskopis, pengukuran, dan sampling terhadap objek yang dianalisis. Begitu juga dengan interpretasi yang dilakukan, dapat berhubungan langsung dengan fakta-fakta dari hasil pengamatan lapangan. Metode eksplorasi langsung ini dapat dilakukan (diterapkan) pada sepanjang kegiatan eksplorasi (tahap awal s/d detail). Beberapa metode (aspek) yang akan dibahas sehubungan dengan Metode Eksplorasi Langsung ini adalah : A. Pemetaan Geologi Pemetaan geologi merupakan suatu kegiatan pendataan informasiinformasi geologi permukaan dan menghasilkan suatu bentuk laporan berupa peta geologi yang dapat memberikan gambaran mengenai penyebaran dan susunan batuan (lapisan batuan),serta memuat informasi gejala-gejala
struktur
geologi
yang
mungkin
mempengaruhi
pola
penyebaran batuan pada daerah tersebut.Selain pemetaan informasi geologi,pada
kegiatan
ini
juga
sekaligus
memetakan
tanda-tanda
mineralisasi yang berupa alterasi mineral. Pada tahapan eksplorasi awal, pengumpulan data (informasi singkapan) dapat dilakukan dengan menggunakan palu dan kompas geologi, serta penentuan posisi melalui orientasi lapangan. Namun dalam tahapan eksplorasi lanjut s/d detail, pengamatan singkapan dapat diperluas dengan menggunakan metode-metode lain seperti uji sumur, uji parit, maupun bor tangan atau auger, sedangkan penentuan posisi dilakukan dengan menggunakan alat ukur permukaan seperti pemetaan dengan plane table atau dengan teodolit.
4
Pada saat pemetaan dapat dijumpai singkapan, singkapan dapat didefinisikan sebagai bagian dari tubuh batuan/urat/badan bijih yang tersingkap (muncul) di permukaan . Singkapan biasanya dapat dijumpai pada lembah-lembah sungai, dikarenakan terjadi erosi akibat dari aliran air sungai sehingga menyebabkan batuan tersingkap. Namun ada juga pada kondisi dimana batuan menonjol secara alami akibat gaya gaya endogen yang bersala dari dalam bumi atau karena gerakan atau gesekan kerak bumi. Informasi-informasi yang dapat dipelajari atau dihasilkan dari kegiatan pemetaan geologi/alterasi antara lain adalah posisi atau letak singkapan (batuan, urat, atau batubara). Penyebaran, arah, dan bentuk permukaan dari endapan, bijih, atau batubara. Penyebaran dan pola alterasi yang ada.
B. Sumur Uji (Test Pit) Untuk memperoleh bukti mengenai keberadaan suatu endapan bahan galian di bawah tanah dan mengambil contoh batuan (rock samples)-nya
biasanya
digali
sumur
uji
(test
pit)
dengan
mempergunakan peralatan sederhana seperti cangkul, linggis, sekop, pengki, dsb. Bentuk penampang sumur uji bisa empat persegi panjang, bujur sangkar, bulat atau bulat telur (ellip) yang kurang sempurna (lihat Gambar 2). Tetapi bentuk penampang yang paling sering dibuat adalah empat persegi panjang; ukurannya berkisar antara 75 x 100 m sampai 150 x 200 m. Sedangkan kedalamannya tergantung dari kedalaman endapan bahan galiannya atau batuan dasar (bedrock)nya dan kemantapan (kestabilan) dinding sumur uji. Bila tanpa penyangga kedalaman sumur uji itu berkisar antara 4 - 5 m. Agar dapat diperoleh gambaran yang representatif mengenai bentuk dan letak endapan bahan secara garis besar, maka digali beberapa sumur uji dengan pola yang teratur seperti empat persegi panjang atau bujur sangkar (pada sudut-sudut pola tersebut digali sumur
5
uji) dengan jarak-jarak yang teratur pula (100 - 500 m), kecuali bila keadaan lapangan atau topografinya tidak memungkinkan. Dengan ukuran, kedalaman dan jarak sumur uji yang terbatas tersebut, maka volume tanah yang digali juga terbatas dan luas wilayah yang rusak juga sempit.
Gambar 2.1 Macam bentuk penampang sumur uji
Test pit (sumur uji) merupakan salah satu cara dalam pencarian endapan atau pemastian kemenerusan lapisan dalam arah vertikal. Pembuatan sumur uji ini dilakukan jika dibutuhkan kedalaman yang lebih (> 2,5 m). Pada umumnya suatu deretan (series) sumur uji dibuat searah jurus, sehingga pola endapan dapat dikorelasikan dalam arah vertikal dan horisontal. Sumur uji ini umum dilakukan pada eksplorasi endapan-endapan yang berhubungan dengan pelapukan dan endapanendapan berlapis. Pada endapan berlapis, pembuatan sumur uji ditujukan untuk mendapatkan kemenerusan lapisan dalam arah kemiringan, variasi litologi atap dan lantai, ketebalan lapisan, dan karakteristik variasi endapan secara vertikal, serta dapat digunakan sebagai lokasi sampling (lihat Gambar 6.5). Biasanya sumur uji dibuat dengan kedalaman sampai menembus keseluruhan lapisan endapan yang dicari, misalnya batubara dan mineralisasi berupa urat (vein). Pada endapan yang berhubungan dengan pelapukan (lateritik atau residual), pembuatan sumur uji ditujukan untuk mendapatkan batas-batas zona lapisan (zona tanah, zona residual, zona lateritik), ketebalan masing-masing zona, variasi vertikal masing-masing zona,
6
serta pada deretan sumur uji dapat dilakukan pemodelan bentuk endapan. Pada umumnya, sumur uji dibuat dengan besar lubang bukaan 3 – 5 m dengan kedalaman bervariasi sesuai dengan tujuan pembuatan sumur uji. Pada endapan lateritik atau residual, kedalaman sumur ujidapat mencapai 30 m atau sampai menembus batuan dasar. Dalam pembuatan sumur uji tersebut perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut : ketebalan horizon B (zona laterit/residual), ketinggian muka airtanah, kemungkinan munculnya gas-gas berbahaya (CO2, H2S), kekuatan dinding lubang, dan kekerasan batuan dasar.
C.
Parit Uji (Trench) Pada dasarnya maksud dan tujuannya sama dengan penyelidikan yang mempergunakan sumur uji. Demikian pula cara penggaliannya. Yang berbeda adalah bentuknya ; parit uji digali memanjang di permukaan bumi dengan bentuk penampang trapesium (lihat Gambar 3) dan kedalamannya 2-3 m, sedang panjangnya tergantung dari lebar atau tebal singkapan endapan bahan galian yang sedang dicari dan jumlah (volume) contoh batuan (samples) yang ingin diperoleh. Berbeda dengan sumur uji, bila jumlah parit uji yang dibuat banyak dan daerahnya mudah dijangkau oleh peralatan mekanis, maka penggalian parit uji dapat dilakukan dengandragline atau hydraulic excavator (back hoe).
Gambar 2.2 Bentuk penampang parit uji
7
Untuk menemukan urat bijih yang tersembunyi di bawah material penutup sebaiknya digali dua atau lebih parit uji yang saling tegak lurus arahnya agar kemungkinan untuk menemukan urat bijih itu lebih besar. Bila kebetulan kedua parit uji itu dapat menemukan singkapan urat bijihnya, maka jurusnya (strike) dapat segera ditentukan. Selanjutnya untuk menentukan bentuk dan ukuran urat bijih yang lebih tepat dibuat parit-parit uji yang saling sejajar dan tegak lurus terhadap jurus urat bijihnya (lihat Gambar 4).
Gambar 2.3 Arah penggalian parit uji
Trenching (pembuatan paritan) merupakan salah satu cara dalam observasi singkapan atau dalam pencarian sumber (badan) bijih/endapan. Pada pengamatan (observasi) singkapan, paritan uji dilakukan dengan cara menggali tanah penutup dengan arah relatif tegak lurus bidang perlapisan (terutama pada endapan berlapis). Informasi yang diperoleh antara lain ; jurus bidang perlapisan, kemiringan lapisan, ketebalan lapisan, karakteristik perlapisan (ada split atau sisipan), serta dapat sebagai lokasi sampling. Sedangkan pada pencarian sumber (badan) bijih, parit uji dibuat berupa series dengan arah paritan relatif tegak lurus terhadap jurus zona badan bijih, sehingga batas zona bijih tersebut dapat diketahui (lihat Gambar 6.4). Informasi yang dapat diperoleh antara lain ; adanya zona alterasi, zona mineralisasi, arah relatif (umum) jurus dan kemiringan, serta dapat sebagai lokasi sampling. Dengan mengkorelasikan series
8
paritan uji tersebut diharapkan zona bijih/minerasisasi/badan endapan dapat diketahui. Pembuatan trenching (paritan) ini dilakukan dengan kondisi umum sebagai berikut : 1) Terbatas pada overburden yang tipis, 2) Kedalaman penggalian umumnya 2 – 2,5 m (dapat dengan tenaga manusia atau dengan menggunakan eksavator/back hoe), 3) Pada kondisi lereng (miring) dapat dibuat mulai dari bagian yang rendah, sehingga dapat terjadi mekanisme self drainage (pengeringan langsung).
D. Pemboran Eksplorasi Pada prinsipnya pemboran adalah suatu kegiatan pembuatan lubang berdiameter kecil pada suatu target eksplorasi dengan kedalaman mencakup ratusan meter untuk memperoleh data yang representatif. Dalam melakukan perencanaan pemboran, hal-hal yang perlu diperhatikan dan direncanakan dengan baik adalah kondisi geologi dan topografi, tipe pemboran yang akan digunakan, spasi pemboran, waktu pemboran, dan pelaksana (kontraktor) pemboran. Informasi dari lubang bor dapat diperoleh dari beberapa sumber batuan, inti bor atau sludge, geofisika bawah permukaan; dan informasi dari hasil pemboran. Pada bagian ini akan lebih ditekankan pada pengamatan geologi. Salah satu keputusan penting di dalam kegiatan eksplorasi adalah menentukan kapan kegiatan pemboran dimulai dan diakhiri. Pelaksanaan pemboran sangat penting jika kegiatan yang dilakukan adalah menentukan zona mineralisasi dari permukaan. Kegiatan ini dilakukan untuk memperoleh gambaran mineralisasi dari permukaan sebaik mungkin, namun demikian kegiatan pemboran dapat dihentikan jika telah dapat mengetahui gambaran geologi permukaan dan mineralisasi bawah permukaan secara menyeluruh.
9
2.2 Bauksit Bauksit adalah bijih logam aluminium (Al) dan merupakan suatu koloid oksida Al
dan Si yang mengandung air.Istilah bauksit
dipergunakan untuk bijih yang mengandung oksida aluminium monohidrat atau anhidrat. Biasanya berasosiasi dengan laterit,warnanya tergantung dari oksida besi yang terkandung dalam batuan asal. Makin basa batuan asal biasanya makin tingggi kandungan unsure besinya, sehingga warna dari bijih bauksit akan bertambah merah. Dialam bauksit berupa mineral Gipsit Ahmit atau Diaspor.Bauksit (bahasa Inggris: bauxite) adalah biji utama aluminium terdiri darihydrous aluminium oksida dan aluminium hidroksida yaitu berupa mineral buhmit (Al2O.3H2O), mineral
gibsit
(Al2O3 .3H2O), dan diaspore α-AlO (OH), bersama-sama dengan oksida besi goethite dan bijih besi, mineral tanah liat kaolinit dan sejumlah kecil anatase TiO2.Secara umum bauksit mengandung Al2O3sebanyak 4565%, SiO21-12%, Fe2O32-25%, TiO2 >3%, dan H2O 14-36%. Bauksit pertama kali ditemukan pada tahun 1821 oleh geolog bernama Pierre Berthier pemberian nama sama dengan nama desa Les Baux di selatan Perancis. Di Indonesia Bauksit pertama kali ditemukan pada tahun 1924 di Kijang, pulau Bintan, diProvinsi Kepulauan Riau.Bauksit (bahasa Inggris: bauxite) adalah biji utama aluminium terdiri dari hydrous aluminium oksida dan aluminium hidroksida yaitu berupa mineral buhmit(Al2O.3H2O), mineral gibsit (Al2O3 .3H2O), dan diaspore α-AlO (OH), bersama-samadengan oksida besi goethite dan bijih besi, mineral tanah liat kaolinit dan sejumlah kecilanatase TiO2. Secara umum bauksit mengandung Al2O3 sebanyak 45-65%, SiO21-12%, Fe2O32-25%, TiO2 >3%, dan H2O 14-36%. Bauksit pertama kali ditemukan pada tahun 1821 oleh geolog bernama Pierre Berthier pemberian nama sama dengan nama desa Les Baux di selatan Perancis. Di Indonesia Bauksit pertama kali ditemukan pada tahun 1924
di
Kijang,
pulau
Bintan,
diProvinsi
Kepulauan Riau.Bauksit dapat ditemukan dalam lapisan mendatar tetapi kedudukannya dikedalaman tertentu. Potensi dan cadangan endapan
10
bauksit terdapat di Pulau Bintan,Kepulauan Riau, Pulau Bangka, dan Pulau Kalimantan. 2.3 Preparasi Sampel Kegiatan preparasi contoh meliiputi kegiatan pencucian, peniirisan, dan penimbangan. Pencucian dilakukan dengan metode penyemprotan air dibantu pembersihan dengan sikat kawat hingga kandungan clay yang ada dapat dipisahkan.penirisan dilakukan dengan bantuan sinar matahari hingga kondisi bauksit kering. - Pengolahan sampel dan analisis data Tahapan kegiatan ini terdiri dari pengolahan sampel, karakterisasi sampel serta produk, dan koordinasi kegiatan untuk memperoleh metode pendukung selama proses pengolahan sampel berlangsung. Pengolahan sampel dilakukan melalui beberapa kegiatan, yaitu : - Preparasi bijih bauksit dan karakterisasi Bijih bauksit yang akan digunakan berasal dari sampel yang telah ada diLaboratorium Puslitbang tekMIRA yang sebelumnya digunakan untuk tim yang terkait penelitian bauksit. Selain itu juga akan menggunakan bauksit yang akan diambil oleh tim peningkatan kadar bauksit untuk metallurgical grade. Sampel bauksit tersbut terlebih dahulu dipreparasi melalui proses kominusi (pengecilan ukuran) hingga diperoleh ukuran butir -60 mesh, untuk proses pembuatan larutan sodium aluminat, dan -200 mesh untuk keperluan karakterisasi bijih bauksit. Bijih bauksit yang dipakai adalah bijih bauksit tanpa melewati proses pencucian terlebih dahulu dan bauksit tercuci. Bijih bauksit yang sudah dipreparasi dilakukan karakterisasi dengan analisis fisik seperti mineralogi, XRD dan SEM. Selain itu juga dilakukan analisis kimia untuk mengetahui kandungan kimia yang terdapat dalam bauksit. Sehingga dapat ditentukan jumlah reaktan dalam proses Bayer untuk memperoleh larutan sodium aluminat.
11
- Pembuatan larutan sodium aluminat dan karakterisasi Sodium aluminat diperoleh melalui proses Bayer menggunakan bauksit sebagai umpan dan NaOH sebagai reaktan. Bauksit yang digunakan terdiri dari dua jenis,yaitu bauksit hasil ayak basah dan bauksit yang sudah melalui proses peningkatan kadar (upgrading). Hasil proses Bayer terdiri dari red mud dan larutan sodium aluminat. Larutan sodium aluminat yang dihasilkan dipisahkan dari red mud dengan penyaringan. Larutan sodium aluminat hasil penyaringan dilakukan karakterisasi untukmengetahui kandungan pengotor terutama Fe2O3 dan SiO2 melalui analisis kimia. - Pemurnian Proses pemurnian sejumlah pengotor dalam larutan sodium aluminat dilakukan dengan mengendapkan Fe2O3 dan silika dengan mencampur larutan sodium aluminat dengan kalsium klorida ; kalsium hidroksida; karbon aktif; kalsium oksida pada 70°C dengan variasi waktu. - Pembuatan alumina dan karakterisasi Larutan sodium aluminat yang telah dimurnikan dilakukan presipitasi atau pengendapan sehingga diperoleh endapan alumina berwarna putih. Padatan tersebut lalu dicuci dengan aquadest dan dikeringkan dalam oven. Endapan hasilpengeringan dikalsinasi agar struktur yang terbentuk menjadi stabil dan berubah dari hidroksida menjadi oksida. Kalsinasi dilakukan dalam furnace dengan variasi temperature pada 1000;1100;1200°C selama 2 jam. Alumina hasil kalsinasi dikarakterisasi melalui analisis fisik berupa XRD, Spesific gravity, juga analisis kimia untuk mengetahui komposisi alumina.
12
2.4 Perhitungan Sumber Daya Perhitungan sumberdaya bermanfaat untuk hal-hal berikut ini : Memberikan besaran kuantitas (tonase) dan kualitas terhadap suatu endapan bahan galian.Memberikan perkiraan bentuk 3-dimensi dari endapan bahan galian serta distribusi ruang (spatial) dari nilainya. Hal ini penting untuk menentukan urutan/tahapan penambangan, yang pada gilirannya akan mempengaruhi pemilihan peralatan dan NPV (net present value). Jumlah sumberdaya menentukan umur tambang. Hal ini penting dalam perancangan
pabrik
pengolahan
dan
kebutuhan
infrastruktur
lainnya.Batas-batas kegiatan penambangan (pit limit) dibuat berdasarkan besaran sumberdaya. Faktor ini harus diperhatikan dalam menentukan lokasi pembuangan tanah penutup, pabrik pengolahan, bengkel, dan fasilitas lainnya. Karena semua keputusan teknis di atas sangat tergantung pada besaran sumberdaya, perhitungan sumberdaya merupakan salah satu tugas terpenting dan berat tanggung jawabnya dalam mengevaluasi suatu kegiatan pertambangan. Perlu diingat bahwa perhitungan sumberdaya menghasilkan suatu taksiran. Model sumberdaya yang disusun adalah pendekatan dari realitas, berdasarkan data/informasi yang dimiliki, dan masih mengandung ketidakpastian A.
Metode Poligon Motode ini biasanya digunakan pada endapan-endapan yang relatif homogen dan geometri sederhana. Kadar pada suatu luasan tertentu ditaksir dengan nillai data yang berada ditengah-tengah poligon. Belum memperhitungkan tata letak (ruang) nilai data dan tidak
ada
batasan
yang
pasti
mempengaruhi distribusi ruang.
13
sejauh
mana
nilai
contoh
Gambar 2.4 Contoh Kontruksi Poligon Volume = Luas Area X Ketebalan Bauksit Raw Ore = Volume X Berat Jenis CF = (Berat Bersih : Berat Kotor) X 100% Sumber Daya Bauksit Teercuci = Raw Ore X CF (%) B.
Metode Geostatistik 3. Ordinary Kriging (OK) Ordinary
kriging
merupakan
metode
estimasi
dengan tidak memperhatikan nilai rata-rata (rata-rata tidak diketahui). Pada prinsipnya, misalkan terdapat n sampel pada posisi Z (x i) untuk menaksir kadar Z pada grid, dengan menggunakan ordinary kriging.Untuk mendapatkan harga esttimasi yang tak bias, maka jumlah faktor bobot dibuat sama dengan 1. Persyaratan bahwa jumlah λ i yang tidak diketahui adalah 1, dapat didekati dengan pertolangan suatu lagrange multiplier v, dengan cara ini diharapkan perbedaan Z dan Z* adalah 0. 4. Simple Kriging (SK) Simple kriging merupakan metode estimasi dengan memperhatikan nilai rata-rata (rata-rata tidak diketahui). Cocok untuk mengestimasi data dengan sebaran data normal. Pada prinsipnya, misalkan terdapat n sample pada posisi Z ( xi) untuk menaksir kadar Z pada grid R dengan menggunakan simple kriging.
14
BAB III
METODELOGI
3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat 1. Kompas Geologi
Gambar 3.1 Kompas Geologi Digunakan untuk mengukur strike,Dip,dan menetukan lokasi kita berada. 2. GPS
Gambar 3.2 GPS Digunakan untuk mengambil titik koordinat test pit. 3. Palu Geologi
Gambar 3.3 Palu Geologi Digunakan untuk mengikis permukaan / didnding test pit.
15
4. Alat Tulis dan Gambar Digunakan untuk mencatat hasil pengamatan. 5. Cangkul Digunakan untuk menggali atau mengikis permukaan / dinding test pit. 6. Buku Panduan Lapangan Digunakan untuk sebagai panduan dilapangan. 7. Meteran
Gambat 3.4 Meteran Digunakan untuk mengukur jarak, ketebalan dan kedalaman, lubang test pit. 8. Plastik Sampel Digunakan sebagai wadah / tempat sample. 9. Timbangan
Gambar 3.5 Timbangan Digunakan untuk menimbang sampel. 10. Ember Digunakan sebagai wadah untuk membersihkan sampel.
16
11. Ayakan 200 Mesh
Gambar 3.6 Ayakan 200 Mesh
.
Digunakan untuk menyaring sampel. 3.1.2 Bahan 1. Bauksit
Gambar 3.7 Bauksit 2. Air 3.2 Langkah kerja 3.2.1 Pengambilan Sampel 1. Siapkan alat yang diperlukan 2. Ukur tinggi kedalaman lubang tes pit yang sudah disediakan dilapangan 3. Kikislah dibagian tepi lubang tes pit yang akan diambil sampelnya 4. Ukurlah kedalaman soil, OB, dan orenya 5. Keruklah bagian orenya kemudian masukkan kedalam kantong sampel secukupnya dan diberi label kantong sampel tersebut.
17
6. Kemudian ambil titik koordinat lubang tes pit tersebut. 7. Lakukan deskripsi mineral 8.Ukurlah jarak antar lubang tes pit sepangjang 20 meter untuk lubang tes pit selanjutnya 9. Lakukan kembali langkah 1 sampai 8 sebanyak 10 lubang tes pit 3.2.2 Preparasi Sempel 1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan 2. Ambilah sampel 1 dan letakan pada tempat yg sudah disiapkan 3. Bagilah sampel menjadi empat bagian, ambil bagian satu dan tiga dan timbang sebanyak 2 kg. 4. Cucilah sampel sampai pengotornya terpisah dari biiji dan keringkan 5. Ambilah sampel yang sudah dikeringkan dan timbang fragmen dan matriknya. 6. Lakukan langkah 1 sampai 5 sebanyak 10 kali.
18
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Praktikum 4.1.1 Pengambilan Sampel Pada Test Pit Tabel.1 Ketebalan / Kedalam Lubang Test Pit No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Lubang Test Pit 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tebal Soil (Cm) 30 30 40 40 40 40 30 35 45 37
Tebal OB(Cm) 80 100 100 120 30 70 60 70 105 53
Tebal Ore(Cm) 110 100 110 80 110 85 70 70 80 130
Tebal Total(Cm) 220 230 250 240 180 195 160 175 230 220
Koordinat x 0406629 0406615 0406605 0406592 0406580 0406598 0406610 0406623 0406633 0406647
y 9736175 9736161 9736143 9736128 9736112 9736104 9736120 9736135 9736152 9736166
Tinggi lubang / Ketebalan test pit dapat dihitung dengan : Tebal test pit = Tebal soil + Tebal OB +Tebal Ore
Table.2 Deskripsi Mineral Pada Setiap Test Pit (soil,wall ore,handspecimen)
Test pit Color Hardness Adhesiveness
Test pit Color Sortation Frogment (%) Matrix (%) Soil (%)
1 2 RTM 27.5 45 27.5
1 1 Sorf MS
2 2 Sorf MS
2 3 RTM 35 50 15
3 2 Sorf MS
3 2 RTM 30 47.5 22.5
SOIL 4 5 1 1 Sorf Sorf MS MS
Wall Ore 4 5 2 2 RTM RTM 35 22.5 40 50 25 27.5
19
6 4 Sorf MS
6 2 RTM 35 40 25
7 2 Sorf MS
8 1 Sorf MS
7 3 RTM 22.5 53.5 24
9 1 Sorf MS
8 4 RTM 39 43.5 17.5
10 2 Sorf MS
9 2 RTM 30 52.5 17.5
10 2 RTM 50 40 10
Test pit Color Rock size Structure Texture Roundness Hardness Lightness Dryness
1 2 1-3 MS GV SA H W WT
2 3 1-3 MS GV SA H W WT
3 2 1-4 MS GV AG H W WT
HANDSPECIMEN 4 5 6 2 2 2 1-3 1-3 1-3 MS MS MS GV GV GV SA SA AG H H H W W W WT WT WT
7 3 1-4 MS GV AG H W WT
8 4 1-3 MS GV AG H W WT
9 2 1-3 MS GV AG H W WT
4.1.2 Preparasi Sampel Table.3 Preparasi Sampel No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Sampel 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Frakmen(Kg) 0,55 0,7 0,6 0,7 0,45 0,7 0,45 0,78 0,6 0,1
Matriks(Kg) 0,9 1 0,95 0,8 1 0,8 1,07 0,87 1,05 0,8
Berat Kotor(Kg) 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
Berat Bersih(Kg) 1,45 1,7 1,55 1,5 1,45 1,5 1,52 1,65 1,65 1,8
Tabel.4 Perhitungan CF Metode Poligon No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Test Pit 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
CF(%)
Luas blok (m2)
72,5 85 77,5 75 72,5 75 76 82,5 82,5 65
Volume(m3) 220 230 250 240 180 170 210 210 230 240
TOTAL
20
Raw Ore(ton) 352 368 400 384 288 272 336 336 368 384
SD Bauksit Tercuci(ton) 25520 31280 31000 28800 20880 20400 25536 27720 30360 24960 266456
10 2 1-3 MS GV SA H W WT
5. % CF dapat dihitung dengan Rumus : Berat Bersih : Berat Kotor x 100 %
6. Volume Dapat dihitung Dengan Rumus : V = Luas Alas x Tinggi / Ketebalan Total
7. Raw Ore Dapat Dihitung Dengan Rumus : Raw Ore = Volume x Density 8. Sumber Daya Bauksit Tercuci Dapat dihitung Dengan Rumus : Sumber Daya Bauksit Tercuci = Raw Ore x CF %
4.1.3 Autocad
Gambar 4.1 Luas Daerah Test Pit
21
Gambar 4.2 Penampang CD
Gambar 4.3 Penampang AB
22
4.1.4 Estimasi dan Varians Pada CF dan Ketebalan
Gambar 4.4 Estimasi CF
Gambar 4.5 Estimasi Ketebalan
23
Gambar 4.6 Varians CF
Gambar 4.7 Varians Ketebalan Tabel 5 Hasil Perhitungan Estimasi CF 75,2252 76,5077 78,3478 78,3478 77,419 78,9706 77,9239 78,3478 77,1722 77,1722 77,1722
KETEBALAN 2,09552 2,07447 2,10481 2,10481 2,10481 2,04003 2,07447 2,11098 2,11007 2,11007 2,11007
VARIANS CF 37,4399 36,419 34,7471 34,7471 35,3365 37,8956 35,3915 34,7471 34,0823 34,0823 34,0823
24
VARIANS KETEBALAN 0,0843167 0,0819519 0,0790068 0,0790068 0,0790068 0,0841048 0,0819519 0,0776378 0,0759139 0,0759139 0,0759139
77,7648 78,3478 77,1722 77,1722 77,1722 77,1722 77,7648 77,1722 77,1722 77,1722 77,1722 77,1722 77,7648 77,1722 77,1722 77,1722 77,1722 77,1722 78,187 77,5689 77,3441 77,3441 78,187 78,187 79,657
2,16536 2,09232 2,11007 2,11007 2,11007 2,11007 2,15873 2,11007 2,11007 2,11007 2,11007 2,11007 2,15873 2,11007 2,11007 2,11007 2,11007 2,15873 2,26238 2,19771 2,16517 2,16517 2,26238 2,26238 2,2768
34,6329 34,7471 34,0823 34,0823 34,0823 34,0823 34,6329 34,0823 34,0823 34,0823 34,0823 34,0823 34,6329 34,0823 34,0823 34,0823 34,0823 34,0823 35,4328 34,9138 34,5406 34,5406 35,4328 35,4328 37,4154
0,0792897 0,0791838 0,0759139 0,0759139 0,0759139 0,0759139 0,0772529 0,0759139 0,0759139 0,0759139 0,0759139 0,0759139 0,0772529 0,0759139 0,0759139 0,0759139 0,0759139 0,0772529 0,0793559 0,0799313 0,076935 0,076935 0,0793559 0,0793559 0,084242
LUAS
DENSITY
SUMBER DAYA CF
VARIANS SUMBER DAYA CF
400
1,6
1008,869831
20,20357642
400
1,6
1015,762742
19,10147998
400
1,6
1055,406291
17,56964595
400
1,6
1055,406291
17,56964595
400
1,6
1042,894626
17,86767224
400
1,6
1031,055316
20,3980919
400
1,6
1034,565074
18,56256428
400
1,6
1058,500089
17,26520576
400
1,6
1042,167962
16,55885001
400
1,6
1042,167962
16,55885001
25
400
1,6
1042,167962
16,55885001
400
1,6
1077,688239
17,57460641
400
1,6
1049,143481
17,60900747
400
1,6
1042,167962
16,55885001
400
1,6
1042,167962
16,55885001
400
1,6
1042,167962
16,55885001
400
1,6
1042,167962
16,55885001
400
1,6
1074,388523
17,12314855
400
1,6
1042,167962
16,55885001
400
1,6
1042,167962
16,55885001
400
1,6
1042,167962
16,55885001
400
1,6
1042,167962
16,55885001
400
1,6
1042,167962
16,55885001
400
1,6
1074,388523
17,12314855
400
1,6
1042,167962
16,55885001
400
1,6
1042,167962
16,55885001
400
1,6
1042,167962
16,55885001
400
1,6
1042,167962
16,55885001
400
1,6
1066,201237
16,85092169
400
1,6
1132,087712
17,99553109
400
1,6
1091,033262
17,8605147
400
1,6
1071,764
17,00723879
400
1,6
1071,764
17,00723879
400
1,6
1132,087712
17,99553109
400
1,6
1132,087712
17,99553109
400
1,6
1160,723569 38110,51
20,17246801
Total
4.2
625,7943689
Pembahasan
4.2.1. Pengambilan titik koordinat Pada Praktikum Kerja Lapangan Ke Dua Ini kami melakukan praktikum di Desa Pagar Mentimun,Kecamatan Kendawangan,Kabupaten Ketapang.Kegiatan Pertama kami menentukan dimana posisi kita berada dengan mengambil titik koordinat x dan y dengan menggunakan GPS,dimana
26
didapat hasil x = 406541 dan y = 9736645, setelah pengambilan titik koordinat dengan GPS, langkah selanjut adalah menentukan elevasi dengan mengeplot titik koordinat tersebut kedalam peta kontur dan didapat elevasinya adalah 19m dpl. Setelah itu kita mengubah titik koordinat tersebut kedalam DMS (Degrees Minutes Seconds) yaitu south 02 0 22’ 56.6” dan East 1100 09’ 33.9”. hasil dari koordinat tersebut di plot kedalam peta geologi maka akan didapat letak dan jenis batuan dari daerah tersebut adalah bauksit. Tujuan kita mengambil titik koordinat dan penentuan lokasi pada peta geologi adalah untuk mengetahui arah mana tempat terdapat mineral yang akan kita cari. 4.2.2. Pengambilan sampel Pada kegiatan selanjutnya adalah mengambil sampel pada lubang test pit yang sudah disiapkan,pada kegiatan ini kami mengambil sampel sebanyak 10 sampel pada 10 lubang test pit sekaligus mendeskripsikan mineral. Pertama ukurlah ketebalan soil,OB,Ore dengan ,menggunakan meteran dan ambil koordinat lubang test pit dengan menggunakan GPS.Pada lubang test pit pertama didapat tebal soil 30 cm, OB 80 cm, Ore 110 cm, ketebalan Total 220cm, Koordinat x 0406629 dan y 9736175. Pada Test Pit kedua didapat Tebal Soil 30 cm, OB 100cm, Ore 100, Tebal Total 230, Koordinat x 0406615 dan y 9736161. Pada lubang Test pit ketiga didapat tebal soil 40 cm, OB 100 cm , Ore 110 cm, Tebal total 250 cm, Koordinat x 0406605 dan y 9736143. Pada Lubang test pit keempat didapat tebal soi 40 cm, OB 120 cm, Ore 80 cm, ketebalan total 240 cm, koordinat x 0406592 dan y 9736128. Pada test pit kelima didapat tabal soil 40 cm, OB 30 cm Ore 110 cm, Ketebalan total 180 cm, koordinat x 0406580 dan y 9736112. Pada test pit keenam didapat tebal soil 40 cm, OB 70 cm, Ore 85 cm, ketebalan total 195 cm, koordinat x 04066598 dan y 9736104. Pada test it ketujuh didapat tebal soil 30 cm, OB 60 cm, Ore 70 cm, ketebalan total 160 cm, koordinat x 0406610 dan y 9736120. Pada test pit kedelapan didapat tebal soil 35 cm, OB 70 cm, Ore 70 cm, ketebalan total 175 cm, koordinat x 0406623 dan y 9736135. Pada test pit kesembilan didapat tebal soil 45 cm, OB 105 cm, Ore 80, Ketebalan
27
total 230, koordinat x 0406633 dan y 9736152 . Pada test pit kesepuluh didapat ketebalan soil 37 cm, OB 53 cm, Ore 130 cm, ketebalan total 220, koordinat x 0406647 dan y 9736166. 4.2.3. Preparasi sampel Setelah sampel diambil, langkah selanjutnya adalah mempreparasi sampel dan menghitung % CF, Volume, Raw Ore, dan Sumber daya bauksit tercuci. Langkah untuk mempreparasi sampel adalah pertama adalah preparasi sampel denga membagi sempel menjadi empat bagian, kemudian ambil bagian 1 dan 4. cuci sampel tersebut dengan air dan ayak denga ayakan 200 mesh, kemudian keringkan sampel. Setelah sampel kering langkah selanjutnya adalah pisahkan frakmen dan matriks sampel tersebut,
dan
timbang. Pada sampel satu didapat fragmen 0.55Kg, matriks 0.9Kg, berat bersih 1.45Kg. Pada sampel dua didapat fragmen 0.7Kg, matriks 1Kg, berat bersih 1.7Kg. Pada sampel tiga didapat fragment 0.6Kg, matriks 0.95Kg, berat bersih 1.55Kg. Pada sampel empat didapat fragmen 0.7Kg, matrik 0.8Kg, berat bersih 1.5Kg. Pada sampel lima didapat fragmen 0.45Kg, matrik 1Kg, berat bersih 1.45Kg. Pada sampel enam didapat fragment 0.7Kg, matrik 0.8kg, berat bersih 1.5Kg. Pada sampel tujuh didapat ragmen 0.45Kg, matrik 1.07Kg, berat bersih 1.52Kg, pada sampel delapan didapat fragmen 0.78Kg, matrik 8.7 ons, berat bersih 18.5 ons. Pada sampel sembilan didapat fragment 0.6Kg, matrik 1.05Kg, berat bersih 1.65Kg. Pada sampel sepuluh didapat fragmen 1Kg, matrik 0.8Kg, berat bersih 1.8Kg. Setelah sampel di preparasi, langkah selanjutnya adalah menghitung volume, raw ore, % CF, dan sumber daya bauksit tercuci. Pada test pit pertama didapat volumenya 220 m 3, raw ore 352 ton, % CF 72.5, dan sumber daya bauksit tercuci 255.2 ton. Pada test pit kedua didapat volume 230 m3, raw ore 368 ton, % CF 8.5, sumber daya tercuci 31.28 ton. Pada test pit ketiga didapat volume 250 m 3, raw ore 400 ton, % CF 77.5, sumber daya bauksit tercuci 310 ton. Pada test pit keempat didapat volume 240 m 3, raw ore 384 ton, % CF 7.5, sumber daya bauksit tercuci 28.8 ton. Pada test pit kelima didapat volume 180 m 3, raw ore 288 ton, % CF 7.25, sumber daya bauksit tercuci 20.88 ton. Pada test pit keenam didapat volume 170 m 3, raw ore 272 ton, % CF 7.5, sumber daya bauksit tercuci 20.4 ton. Pada test pit ketujuh didapat volume 210 m 3, raw ore 336 ton, % CF 7.6, sumber
28
daya bauksit tercuci 25.536. Pada test pit kedelapan didapat volume 210 m 3, raw ore 336 ton, % CF 8.25, sumber daya bauksit tercuci 27.72 ton. Pada test pit kesembilan didapat volume 230 m 3, raw ore 368 ton, % CF 8.25, sumber daya bauksit tercuci 30.36 ton. Pada test pit kesepuluh didapat volume 240 m 3, raw ore 384 ton, % CF 6.5, sumber daya bauksit tercuci 24.96 ton. Sehingga total sumber daya bauksit tercuci yang didapat dari hasil perhitungan adalah 266456 ton.
29
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan 1. Metode eksplorasi langsung adalah metode yang dilakukan dengan kontak langsung atau turun langsung kelapangan dapat dilakukan pemetaan geologi,sumur uji,parit uji,dan pemboran. 2. Pada metode poligon didapat total sumber daya bauksit tercuci yaitu 266456 ton 3. Hasil perhitungan dari metode geostatistik didapat total sumber daya CF adalah 38110,51 ton dan varians sumber daya CF adalah 625,7943689 ton
5.2 Saran 1. Dalam melakukan praktikum ini di wajibkan kepada mahasiswa untuk mendengarkan arahan dari instruktur dan dosen agar kegiatan praktikum dapat berjalan lancar. 2. Dalam melakukan praktikum ini diharapkan untuk melengkapi peralatan yang diperlukan dalam praktikum,agar kegiatan praktikum berjalan baik.
30