LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI TEKNIK DASAR MIKROBIOLOGI DAN TEKNIK DASAR ASEPTIS : PEMINDAHBIAKAN
OLEH :
NAMA : M. Khairun Nafis NIM : J1E111005 KELOMPOK : 1 SHIFT 2 ASISTEN : Muhibudin
KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NASIONAL UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM STUDI S-1 FARMASI BANJARBARU 2013 BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Tinjauan Pustaka
Mikroba adalah organisme berukuran mikroskopis yang antara lain terdiri dari bakteri, fungi dan virus. Dalam interaksinya dengan manusia, mikroba tersebut ada yang bersifat merugikan. Secara alami, mikroba di alam ditemukan dalam populasi campuran. Untuk memperoleh biakan murni dapat dilakukan isolasi yang diawali dengan pengenceran bertingkat. Proses isolasi mikroba adalah memisahkan mikroba satu dengan mikroba lain yang berasal dari campuran berbagai mikroba untuk dapat mempelajari sifat biakan, morfologi dan sifat mikroba lainnya (Waluyo, 2009). Escherichia coli telah tersebar diseluruh dunia dan ditularkan bersama air atau makanan yang terkontaminasi oleh tinja. Bakteri ini juga merupakan indikator analisis air, kehadirannya merupakan bukti bahwa air tersebut terpolusi oleh bahan tinja atau hewan (Merchat & Parker. 1996). Penelitian terhadap aktivitas suatu senyawa baik sebagai antibakteri maupun antijamur merupakan suatu langkah awal untuk mengetahui kegunaan senyawa tersebut. Adanya senyawa aktif antibakteri dan antifungi dibidang kesehatan merupakan informasi penting untuk penanggulangan suatu penyakit yang disebabkan oleh bakteri atau jamur. Selain itu, pencarian jamur endofit yang banyak terdapat pada tumbuhan dilakukan untuk menambah atau memperkaya koleksi mikroba. Selanjutnya mikroba tersebut perlu diidentifikasi untuk mengetahui sifat pertumbuhan dan jenisnya, sehingga lebih lanjut dapat
dimanfaatkan di bidang kesehatan. Mengingat kebutuhan bahan baku obat yang semakin meningkat baik jumlah maupun macamnya maka potensi sumber daya alam Indonesia khususnya jamur
endofit perlu digali dan dikembangkan.
(Noverita et al. 2009). Mikroba dapat mencemari pangan melalui air, debu, udara, tanah, alatalat pengolah (selama proses produksi atau penyiapan) juga sekresi dari usus manusia atau hewan. Penyakit akibat pangan (food borne diseases) yang terjadi segera setelah mengkonsumsi pangan, umumnya disebut dengan keracunan. Pangan dapat menjadi beracun karena telah terkontaminasi oleh bakteri patogen yang kemudian dapat tumbuh dan berkembang biak selama penyimpanan, sehingga mampu memproduksi toksin yang dapat membahayakan manusia. Selain itu, ada juga makanan yang secara alami sudah bersifat racun seperti beberapa jamur/tumbuhan dan hewan. Umumnya bakteri yang terkait dengan keracunan makanan diantaranya adalah Salmonella, Shigella, Campylobacter, Listeria monocytogenes, Yersinia enterocolityca, Staphylococcus aureus, Clostridium perfringens, Clostridium botulinum, Bacillus cereus, Vibrio cholerae. Vibrio parahaemolyticus, E.coli enteropatogenik dan Enterobacter sakazaki.(BPOM.2008) Golongan bakteri coliform, Coliform fekal, Escherichia coli dan Enterobacter sakazakii merupakan bakteri bentuk batang, bersifat aerob dan anaerob fakultatif. Golongan coliform mempunyai spesies dengan habitat dalam saluran pencernaan dan non- saluran pencernaan seperti tanah dan air. Yang termasuk
golongan coliform
adalah Escherichia coli, dan spesies dari
Citrobacter, Enterobacter, Klebsiella dan Serratia. Bakteri selain dari E.coli dapat hidup dalam tanah atau air lebih lama daripada E.coli, karena itu adanya bakteri coliform dalam makanan tidak selalu menunjukkan telah terjadi kontaminasi yang berasal dari feses. Keberadaannya lebih merupakan indikasi dari kondisi prosessing atau sanitasi yang tidak memadai dan keberadannya dalam jumlah tinggi dalam makanan olahan menunjukkan adanya kemungkinan pertumbuhan dari Salmonella, Shigella dan Staphylococcus. Escherichia coli dan Coliform fekal, biasanya E.coli, merupakan indikator dari kontaminan dengan sumber/ bahan fekal. Habitat alami dari E.coli adalah saluran pencernaan bawah hewan dan manusia Sebagian besar terdiri dari E.coli tipe I dan tipe II yang merupakan petunjuk penting dari kontaminan asal dari bahan fekal (BPOM. 2008). Bakteri coliform merupakan bakteri yang sering berhubungan dengan penyakit pada manusia. Coliform dibagi dalam dua kelompok yaitu coli fecal (Escherichia coli) yang berasal dari tinja manusia dan hewan berdarah panas, dan coli non-fecal yang bukan berasal dari tinja manusia dan hewan berdarah panas. Escherichia coli (E.coli) merupakan bakteri yang patogen, karena kemampuannya menyebabkan penyakit saluran cerna pada manusia seperti diare. (Hendrayana. 2012) Dewasa ini bakteri E.Coli menjadi perhatian setelah ditemukan sejumlah kasus menyangkut E.Coli pathogen yang semakin banayk dijumpai di lapangan. Kelompok penyakit pada ungags akibat E.Coli atau yang bias disebut kolibasilosis memberikan akibat yang sangat merugikan bagi dunia perunggasan
di Indonesia. Adanya infeksi pada jaringan atau organ-organ tertentu, seperti radang kantong udara (air sacculistis), enteritis, arthritis, radang mata (panoptalmitis), infeksi pada alat reproduksi, dan radang bursa sternalis (bursitis sternalis) merupakan beberapa contoh infeksi yang disebabkan bakteri E. Coli pathogen.
Telur
tetas
seringkali
menjadi
sasaran
infeksi
E.Coli
dan
menyebabkan kematian awal pada anak ayam (Krisnaningsih. 2005). Untuk pengendalian ruangan biasanya dengan menggunakan radiasi sinar ultra violet, penyaringan udara atau penyemprotan dengan menggunakan batran kimia tertentu. Radiasi sinar ultra violet dapat membunuh mikroorganisme dengan panjang gelombang antara 2ZO - 290 nm dan radiasi yang paling efektif adalah 253,7 nm. Faktor penghambat dari sinar ultra violet adalah daya penetrasinya yang lemah. Untuk memperoleh hasil yang baik bahan bahan yang akan disterilkan harus dilewatkan atau ditempatkan dibawatr sinar ultra violet. Lamanya penyinaran tergantung dari luas, jarak, intensitas dan jenis bakteri itu sendiri. ( Hollander A, 1995).
1.2
Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktum kali ini adalah dapat melakukan teknik dasar mikrobiologi, yaitu cara penggunaan ose dan teknik plating, serta dapat memindah biakan dari satu media ke media yang lain dan mampu melakukan kerja aseptis.
BAB II
METODE PRAKTIKUM
2.1
Waktu dan Tempat
Kegiatan praktikum dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 8 Maret 2013 bertempat di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lambung Mangkurat, Banjarbaru. 2.2
Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan adalah timbangan, penangas air, beaker glass, autoclave, pipet tetes volumetrik, pro pipet, cawan petri, tabung reaksi, pipet tetes, pH meter, neraca analitik, dan labu erlenmayer. Bahan-bahan yang digunakan adalah aquadest, Nutrient Agar (NA), kapas, aluminium foil. 2.3
Prosedur Kerja
Prosedur kerja pembuatan medium nutrient agar , yaitu : 1.
Semua bahan ditimbang dengan tepat pada masing-masing tempat terpisah
2.
Aquades yang telah ditentukan dibagi menjadi dua tempat
3.
Untuk NA : Beef extract dan pepton dilarutkan bersama bersama aquadest. Agar dilarutkan dalam sebagian air lainnya. Selanjutnya kedua larutan dicampur dan diaduk sampai keduanya homogen.
4.
Larutan medium dipanaskan dalam hot plate sterrer sampai pada suhu yang ditentukan dan homogen.
5.
Medium disterilkan dalam otoklaf pada temperatur 121oC dengan tekanan 1-2 atm selama 15 menit.
6.
Medium yang sudah steril dapat dibuat dalam berbagai bentuk
7.
Medium itu disimpan, dipergunakan sehingga dapat diketahui apakah medium benar-benar steril.
3.2
Pembahasan
Judul dari praktikum kali ini adalah teknik dasar mikrobiologi dan pemindahbiakan. Teknik dasar mikrobiologi adalah teknik plating dan teknik penggunaan ose. Teknik plating adalah teknik pemindahan mikroorganisme pada suatu medium yang ada di cawan petri dengan menggunakan jarum ose. Sedangkan teknik penggunaan ose adalah teknik penggunaan jarum ose beserta pengertian dan penggunaanya. Hasil plating yang kami dapatkan masih kurang maksimal. Hal ini dikarenakan masih banyak yang perlu diperhatikan seperti langkah-langkah prosedur yang masih belum dipahami, kurangnya kepercayaan diri saat melakukan teknik ini. Teknik plating ini dilakukan sebanyak dua kali dengan menggunakan medium yang sama dan bakteri yang sama. Medium yang digunakan adalah media nutrien agar. Saat melakukan penggoresan, media yang ada di cawan petri masih lembek sehingga perlu hati-hati saat penggoresan. Penggoresan ose di media agar dilakukan didalam lemari LAF ( Laminar Air Flow). Tujuan melakukannya didalam lemari LAF, untuk meminimalisir kontaminan yang ada diluar media masuk kedalam media saat sebelum maupun setelah penggoresan. Selain itu saat membuka ose untuk digoreskan, pinggir celah tutupdengan badan ose disterilkan dahulu dengan car a didisentuhkan dengan nyala api spiritus selama beberapa detik sampai seluruh sisi celah telah terkena nyala api spiritus. Sedangkan bakteri yang digunakan adalah Escherichia coli. Bakteri ini sering bersifat pathogen pada usus dan ginjal manusia. Sehingga hal ini perlu diperhatikan saat melakukan teknik plating ini, karena jika tidak berhati-hati maka tangan akan terkontaminasi dengannya. Saat mengambil bakteri ini dari wadah
biakan murni perlu disterilkan mulut tabung baik sebelum dibuka dan sebelum ditutup. Hal ini untuk mencegah terjadinya kontaminasi dari luar kedalam biakan murni bakteri. Saat penggoresan pun ose harus disterilkan terlebih dahulu sebelum digunakan untuk menggores diatas cawan petri. Hal ini pun bertujuan untuk menjaga keadaan sterilnya alat yang digunakan agar tidak terjadi kontaminasi saat menggunakannya. Jika tidak dilakukan sterilisasi pada ose sebelum digunakan dapat diperkirakan media penggoresan akan tercemar dan bakteri didalam wadah pertumbuhannya akan terganggu pula. Cara sterilisasi pada ose ini adalah dengan dipijarkan beberapa saat sampai berwarna merah pada ujung kawat ose menggunakan nyala api spiritus. Jika telah dipijarkan biarkan beberapa saat sebelum digunakan hingga warna merah bekas pijaran hilang. Jika saat dalam kondisi berpijar dan ose digunakan untuk menggores pada media agar, akan membuat bakteri yang ada didalam media akan mati dan media agarpun rusak. Penggoresan dengan ose pun harus diperhatikan. Ini bertujuan untuk menjaga kondisi agar pada media. Jika terlalu ditekan saat penggoresan pada media agar akan membuat agar rusak. Secara keseluruhan teknik flaming yang digunakan sebagai teknik untuk sterilisasi menggunakan bunsen. Posisi Bunsen saat melakukan sterilisasi perlu diperhatikan, karena Bunsen dapat menimbulkan cidera pada praktikan maupun kerusakan pada alat yang ada disekitarnya. Selain itu perlu pula dilihat kondisi dari komponen-komponen yang ada didalam bunsen, jika terjadi kerusakan yang berat maka sebaiknya tidak digunakan.
Pemindahbiakan adalah proses pemindahan dari media yang berisikan bakteri murni ke dalam media baru menggunakan ose. Proses pemindahan harus aseptis, karena dapat mencemari bakteri murni dan media baru. Media yang digunakan adalah media agar miring didalam tabung reaksi. Tujuan dilakukannya pemindahbiakan adalah untuk menjaga kelestarian bakteri dan meremajakan bakteri. Hal ini karena dengan dipindahkannya di media yang baru maka bakteri dapat berkembang biak dengan lebih nyaman dari pada di tempat awal. Dengan demikian proses-proses kehidupan bakteri dapat di perpanjang. Selain itu akan tersedianya nutrient yang lebih baik dari pada tempat sebelumnya. Selain itu dengan teknik aseptis pula, dapat dikurangi kontaminasi mikroorganisme yang tidak diinginkan melalui media tertentu atau dengan ketidaksengajaan oleh pekerja.
BAB V PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil setelah melakukan praktikum ini adalah: 1.
Penggunaan ose dan teknik plating merupakan teknik dasar dalam praktikum Mikrobiologi.
2.
Proses
sterilisasi
harus
selalu
dilakukan
sebelum
dan
sesudah
menggunakan alat dan media. 3.
Hasil dari penggoresan pada praktikum ini, yaitu untuk koloni bakteri E. coli berwarna putih dengan mengikuti arah goresan.
4.
Untuk teknik aseptis, alur pertumbuhan biakan ada yang sealur ada juga yang di luar alur.
4.2
Saran
Sebaiknya asisten untuk melatih praktikan dengan pelan dan sabar, dan juga jangan terburu-buru, agar praktikan tidak salah-salah dalam melakukan teknik aseptis.
DAFTAR PUSTAKA
BPOM. 2008. Pengujian Mikrobiologi Pangan. Jakarta. Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia. Vol. 9, No. 2, Edisi Maret 2008. Gandjar, I., Sjamsuridzal, W. dan Oetari, A. 2006. Mikologi Dasar dan Terapan. Yayasan Obor Indonesia, Jakarta Hendrayana, M.A., Komang J.P.P., Amy Y. 2012. JURNAL ILMIAH KEDOKTERAN. Deteksi Bakteri Escherichia Coli Serotipe O157 Pada Daging Babi Dari Pedagang Daging Babi. FKU Udayana . Denpasar. Vol. 43 No. 1 Hollaender, A. 1995 , Radiation Biology. Vol IL Effects Of Radiation On Bacteria. Cornell University, Itacha N.Y Krisnaningsih.M.M.F, W. Asmara, M.H.Wibowo. 2005. Jurnal Sains. Uji sensitivitas isolate E.Coli pathogen pada ayam terhadap beberapa jenis antibiotik. UGM. Yogyakarta. Vol 1. Merchant, I.A. dan Parker, R.A.,1996. Veterinary Bacteriology and Virology. ed. Iowa State University Press, Ames Iowa. Noverita, Dinah Fitria, Ernawati Sinaga. 2009. Jurnal Farmasi Indonesia. Isolasi dan Uji Aktivitas Antibakteri Jamur Endofit Dari Daun dan Rimpang Zingiber Otte Nsii Val. Jakarta. Vol. 4 No. 4 Juli 2009: 171 -176. Waluyo, L. 2008. Teknik dan Metode Dasar dalam Mikrobiologi . UMM Press. Malang