BAB I PENDAHULUAN
2.1. Latar Belakang dan Tujuan Praktikum 1.1.1 Latar Belakang Ilmu ukur tanah atau ilmu ukur wilayah merupakan bagian dari ilmu geodesi yang mempelajari cara-cara pengukuran di permukaan bumi dan di bawah tanah untuk menentukan posisi relatif atau absolut titik-titik pada permukaan tanah, di atasnya atau di bawahnya, dalam memenuhi kebutuhan seperti pemetaan dan penentuan posisi relatif suatu daerah. Peta merupakan gambaran dari permukaan bumi yang diproyeksikan terhadap bidang datar. Peta yang baik memberikan informasi yang akurat mengenai permukaan bumi kepada penggunanya. Peta planimetris merupakan peta yang hanya menampilkan posisi absis dan posisi koordinat dari titik-titik yang menggambarkan suatu bentuk lahan atau gambar yang hanya memberikan pandangan atas dari suatu lahan tanpa memberikan pandangan topografis atau konvigurasinya. Peta ini terbentuk dari titik-titik pengukuran yang dihubungkan satu sama lain. Dengan demikian kita dapat menggambar bentuk suatu lahan atau bangunan (tampak atas) yang besar sekalipun tanpa harus melihatnya dari atas. Bentuk bangunan atau lahan yang akan digambar akan sangat bergantung pada jarak dan sudut yang dihasilkan dari pengukuran. Praktikum ini penting untuk dilakukan agar praktikan mampu membuat peta planimetris dan memahami tentang peta itu sendiri. Suatu peta dapat digunakan sebagai dasar perencanaan pengembangan suatu wilayah. Pada tahap perencanaan suatu pembangunan, luasan wilayah yang akan dibangun menjadi hal yang penting untuk diperhatikan. Sehingga praktikum ini akan sangt berguna apabila kita ingin membuat rancang bangun suatu bangunan ataupun menggambarkan bentuk dari bangunan atau lahan yang ingin diketahui.
1.1.2 Tujuan Praktikum Tujuan dilaksanakannya praktikum kali ini adalah: a. Praktikan
mampu membuat sket/bagian lahan atau objek yang
akan dipetakan dengan kenyataan dilapangan. b. Praktikan mampu menentukan titik-titik pewakil yang dapat memberikan gambaran dari suatu lahan atau objek yang akan dipetakan. c. Praktikan mampu menentukan posisi titik dari titik-titik pewakil tersebut menggunakan alat ukur optic dengan cepat dan benar. d. Praktikan mampu membuat peta planimetris dari hasil pengukuran posisi titik-titik diatas dengan baik dan benar. e. Praktikan mampu mencatan hasil pengukuran ke dalam laporan dengan baik dan benar. f. Praktikan mampu membuat peta planimetris suatu bangunan dengan menggunakan waterpass.
2.2. Peralatan yang Digunakan Pada praktikum kali ini alat yang digunakan adalah: 1. Waterpass sebagai alat ukur jarak dan sudut. 2. Rambu ukur sebagai patokan pengukuran jarak. 3. Nivo pada rambu ukur untuk memastikan rambu ukur dalam keadaan horizontal. 4. Tripod sebagai tempat meletakkan waterpass. 5. Unting-unting untuk memastikan posisi vertical alat terhadap titik pengukuran. 6. Patok sebagai penanda titik di lahan. 7. Alat tulis untuk mencatat hasil pengamatan. 8. Formulir prngukuran jarak dan sudut. 9. Kalkulator sebagai alat bantu hitung.
2.3. Pelaksanaan Praktikum Sebelum melakukan praktikum, praktikan harus terlebih dahulu memahami prosedur praktikum di bawah ini: a. Menyiapkan alat-alat yang akan digunakan dalam praktikum. b. Mendirikan tripod setinggi dada pengamat, posisikan permukaan tripod dalam keadaan datar. c. Memasang waterpass pada tripod. d. Waterpass diposisikan dalam keadaan datar dengan menempatkan nivo berada di tengah. Ini dapat dilakukan dengan memutar tiga skrup pendatar. e. Memasang unting-unting untuk memastikan posisi alat berada tepat diatas titik pengukuran. f. Menempatkan rambu ukur di Bench Mark (BM) sebagai acuan titik sudut 0o dalam keadaan tegak dengan bantuan nivo. g. Teropong waterpass diarahkan pada rambu ukur dengan visir, lalu memutar skrup pengatur gerakan halus sampai benang stadia berada ditengah rambu ukur. h. Skrup pemfokus bidikan diputar sampai skala pada rambu ukur terbaca dengan jelas. i. Lingkaran horizontal berskala diputar sampai posisi 0o. j. Mencatat BB, BT, dan BA yang terlihat dari teropong. k. Mengukur tinggi alat menggunakan rambu ukur. l. Rambu ukur ditempatkan pada sudut-sudut bangunan yang terlihat dari titik acuan. m. Teropong waterpass diarahkan pada rambu ukur dengan visir dan skrup pengatur gerakan halus. n. Mencatat BB, BT, dan BA yang terlihat dari teropong. o. Mencatat besar sudut pada skala. p. Menempatkan rambu ukur pada titik yang akan dijadikan posisi alat ke dua (x2) q. Teropong waterpass diarahkan pada rambu ukur dengan visir dan skrup pengatur gerakan halus.
r. Mencatat BB, BT, dan BA yang terlihat dari teropong. s. Mencatat besar sudut pada skala. t. Mengukur tinggi alat. u. Mengulangi prosedur poin l s.d o. v. Menempatkan rambu ukur pada titik yang akan dijadikan posisi alat ke tiga (x3) w. Mengulangi prosedur poin q s.d t. x. Melakukan prosedur yang sama hingga posisi alat ke empat (x4). y. Mencatat hasil pengukuran dan menghitung jarak pada tiap posisi titiktitik yang diukur. z. Membuat sketsa bangunan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Pengukuran Pengukuran jarak horizontal itu sendiri berarti suatu kegiatan pengukuran
permukaan bumi maupun sebagian permukaan bumi yang diproyeksikan ke atas kertas dalam hal ini peta dengan menggunakan skala pengukuran atau pengecilan tertentu. Pengukuran- prngukuran pada areal-areal seperti ini dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung (Ligfensink, 1937). Adapunmetode yang digunakandalampengukuranjarak horizontal adalah: 1.
Metodelangkah Metodelangkahadalahmetode yang digunakandenganmelangkahkan kaki
sejauhjarak yang diatur (biasanya 30 m) secara bolak-balik. 2. Metodestadia Metode stadia adalah metode yang digunakan dari lanjutan pola metode langkah dengan terlebih dahulu mengkonversikan langkah-langkah dengan menentukan jarak sejauh 10 m. 3. Metode odometer Metode odometer ini juga merupakan salah satu metode sederhana dari lima (5) metode yang akan dipelajari. Metode odometer menggunakan putaran roda sebagai pengukur jaraknya. 4. Metode skala atau peta Metode skala atau lebih dikenal dengan sebutan metode pete merupakan metode yang digunakan dengan menggunakan objek peta sebagai objek yang diamati. Dengan memindahkan objek ke atas kertas dengan penggunaan pengecilan skala tertentu. 5. Metode dengan menggunakan pita ukur Metode dengan menggunakan pita ukur ini menerapkan sistem mengukur suatu jarak dengan menggunakan alat pengukur jarak berupa pita ukur. 6. Metode dengan menggunakan alat optis Metode dengan menggunakan alat optis ini merupakan sistem mengukur suatu jarakdengan menggunakan alat pengukur berupa theodolit.
Pengukuran-pengukuran dilakukan dengan maksud untuk mendapatkan banyangan dari keadaan lapangan, dengan menentukan letak titik-titik diatas permukaan bumi terhadap satu sama lainnya. Untuk medapatkan hubungan antara titik-titik itu, baik hubungan yang mendatar maupun hubungan tegak, diperlukan sudt-sudut yang harus diukur. Untuk hubungan mendatar diperlukan sudut yang mendatar dan untuk hubungan tegak diperlukan sudut yang tegak. Sudut mendatar diukur pada skala lingkaran yang terletak mendatar dan sudut tegak diukur dengan skala lingkaran yang terletak tegak lurus.
2.2
Pangukuran Planimetri Dalam pemetaan, bentuk ukuran dan luas merupakan hal yang sangat
penting untuk dapat menggambarkan bentuk suatu benda yang berada di tanah keatas selembar kertas yang kemudian disebut peta. Luas atau volume dapat diketahui dengan berbagai macam metode. Setiap metode mempunyai kelebihan dan kekurangan masing - masing yang dapat menjadi ciri khas dari masing – masing metode tersebut. Dalam penentuan luas setiap centi meter tanah merupakan hal yang paling penting. Hal ini dikarenakan setiap centi meter tanah menyangkut hak miik orang lain yang harus dipertanggung jawabkan. Untuk itu dalam penentuan luas haruslah dilakukan dengan hati – hati dan sebisa mungkin meminimalisir kesalahan walaupun kesalahan pasti ada di setiap pengukuran. Pengukuran luasan dengan menggunakan alat Planimeter merupakan metode yang sudah cukup familliar di kalangan surveyor yang bergelut dibidang pemetaan dan perencanaan. Metode ini merupakan metode perhitungan luasan dengan menggunakan alat planimeter yang dijalan kan di sepanjang garis yang membatasi daerah yang akan dihitung luasan nya. Metode ini cukup efektif untuk menentukan luasan yang tidak terlalu besar dan bentuknya tidak teraturan.
2.3
Waterpass Pengukuran jarak dan sudut horizontal ini dapat dilakukan dengan
menggunakan alat ukur waterpass. Pengukuran waterpass adalah pengukuran untuk menentukan beda tinggi antara dua titik atau lebih. Pengukuran waterpass
ini sangat penting gunanya untuk mendapatkan data sebagai keperluan pemetaan, perencanaan ataupun untuk pekerjaan konstruksi. Hasil-hasil dari pengukuran waterpass di antaranya digunakan untuk perencanaan jalan, jalan kereta api, saluran, penentuan letak bangunan gedung yang didasarkan atas elevasi tanah yang ada, perhitungan urugan dan galian tanah, penelitian terhadap saluran-saluran yang sudah ada, dan lain-lain. Alat ukur waterpas dapat di golongkan ke dalam beberapa jenis, yakni : a. Type semua tetap (dumpy level), dimana teropong dengan nivo menjadi satu, penyetelan kedudukan teropong di lakukan dengan tiga sekrup pengatur. b. Type nivo refreksi (wye level), dimana teropong dapat di putar pada sumbu memanjangnya. c. Type semua tetap dengan sekrup pengungkit (dumpy tilting level), pada jenis ini sumbu teropong dapat di setel dengan menggunakan sekrup pengungkit (tilting screw). d. Type otomatis (automatic level), Pada jenis ini kedudukan sumbu teropong akan horizontal secara otomatis karena di dalamnya di lengkapi dengan prisma-prisma yang di gantungkan pada plat baja. e. Hand level, dimana alat ini hanya terdiri dari teropong yang di lengkapi dengan nivo, sedangkan cara menggunakannya cukup di pegang dengan tangan. Waterpas atau sipat datar bertujuan untuk menentukan beda tinggi antara titik-titik di permukaan atas permukaan bumi secara teliti. Tinggi suatu obyek di atas permukaan bumi ditentukan dari suatu bidang referensi, yaitu bidang yang ketinggiannya dianggap nol. Dalam geodesi, bidang ini dianggap sebagai bidang geoid, yaitu bidang equipotensial yang berimpit dengan permukaan air laut ratarata (mean sea level). Bidang equipotensial disebut juga bidang nivo. Bidang ini selalu tegak lurus dengan arah gaya berat di mana saja di permukaan bumi. Agar dapat digunakan di lapangan, alat ukur waterpas harus memenuhi beberapa syarat tertentu, baik syarat utama yang tidak dapat ditawar-tawar lagi maupun syarat tambahan yang dimaksudkan untuk memperlancar pelaksanaan
pengukuran di lapangan. Adapun syarat-syarat pemakaian alat waterpass pada umumnya adalah: a.
Syarat dinamis: sumbu I vertikal
b. Syarat statis, antara lain : Garis bidik teropong sejajar dengan garis arah nivo Garis arah nivo tegak lurus sumbu I Garis mendatar diafragma tegak lurus sumbu I Apabila jarak antara dua buah titik yang akan diukur beda tingginya relatif jauh, maka dilakukan pengukuran berantai. Pada metode ini, pengukuran tak dapat dilakukan dengan satu kali berdiri alat. Oleh karena itu antara dua buah titik kontrol yang berurutan dibuat beberapa slag dengan titik-titik bantu dan pengukurannya dibuat secara berantai (differential lavelling). Seperti halnya pengukuran jarak dan sudut, pengukuran beda tinggi juga tidak cukup dilakukan dengan sekali jalan, tetapi dibuat pengukuran pergi pulang, yang pelaksanaannya dapat dilakukan dalam satu hari (dinamakan seksi), serta dimulai dan diakhiri pada titik tetao. Gabungan beberapa seksi dinamakan trayek.
Gambar.1 penentuan beda tinggi dengan sipat datar Keterangan A dan B
: titik di atas permukaan bumi yang akan diukur beda tingginya
a dan b
: bacaan atau tinggi garis mendatar di titik A dan B
Ha dan Hb
: ketinggian titik A dan B di atas bidang referensi
ΔhAB
: beda tinggi antara titik A dan B Pada waterpas terdapat bagian-bagian alat yaitu:
a. Lup Lensa yang bisa disetel menjadi alat pengamat melakukan pembidikan. Lup tersebut diputar agar salib sumbu bidik berada dalam fokus. b) Teropong Tabung yang menjaga agar semua lensa dan gigi fokus berada pada posisinya yang benar. c) Penahan sinar Sebuah tudung metal atau plastik yang dipasang di atas lensa obyektif untuk melindungi lensa tersebut dari kerusakan dan untuk mengurangi silau pada waktu level digunakan. d) Tombol fokus Sebuah tombol pengatur yang memfokuskan level sacara internal terhadap target yang dikehendaki. e) Piringan horizontal
f) Sekrup-sekrup level Sekrup-sekrup pengatur yang dipaki untuk mendatangkan level. g) Alas Alas tipis berukuran 3 ½ x 8 “ yang mengikat alat pada tripod. h) Unting-unting, kait dan rantai Kait dan rantai ditempatkan tepat di tengah-tengah di bawah level, tempat unting-unting digantung bila sudut pandang akan diputar. i) Sumbu yang dapat digeser-geser Sebuah
alat
yang
dimaksudkan
untuk
memungkinkan
ditempatkannya sumbu alat tepat di atas suatu titik tertentu. j) Nama dan nomor seri plat. k) Sekrup tengensial horizontal. Sebuah sekrup pengatur untuk memperkirakan kelurusan antara salib sumbu bidik dan sasaran bidang horizontal. l) Tabung nivo.
Sebuah tabung gelas bergraduasi yang berisi cairan yang sejajar dengan garis bidik teropong. m) Kaki tiga Kaki tiga digunakan untuk menyangga alas waterpass dan menjaganya tetap stabil selama pengamatan. Kaki tiga ini mempunyai dua baut yaitu baut pertama digunakan untuk menentukan sambungan kaki dengan kepala sedangkan baut kedua digunakan untuk penyetelan kekerasan penggerak engsel antara kaki tiga dengan kepalanya. n) Mistar ukur / rambu ukur Mistar ukur adalah sebuah pita ukur yang ditopang vertikal dan digunakan untuk mengukur jarak vertikal antara garis bidik dan sebuah titik tertentu yang berada di atas atau di bawah garis bidik tadi. Rambu ini terbuat dari bahan kayu atau aluminium. Panjangnya 3 meter (ada yang 4 dan 5 meter). Yang penting dari rambu ukur ini adalah pembagian skalanya harus betul-betul teliti untuk dapat menghasilkan pengukuran yang baik. Di samping itu cara memegangnya harus benarbenar tegak (vertikal).
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Hasil Tabel.1 data pengukuran lapangan Tempa t Alat
X1
Tingg i Alat
133
Titik Bidika n BM4
140
132,5
22,2 5
Bacaan Muka BA BT BB
0˚
30 193 11,0 3 27,5
200 11,6 4 36
196˚ 245˚
D E
92,5 123
88,7 119
325˚ 300˚
X3
86
76,5
85 116, 3 67
144
140, 2 11,3 5 90 24,5 17
136, 5 11
22,4
21,4
299˚ 291˚ 289˚ 0˚ 286˚
13
26,5
0˚
131, 9
18,1
130, 5
17,5
129, 2
16,9
G
X4
140
H A X4 A B
X1
133
BM4
11,8 8 93 34,5 28 148
147
87 14,5 21
146 22,9 5 32
Tabel.2 tabel perhitungan Titik Bidikan BM4 A B C X2 C D
Sudu t
207 11,2 5 44,5
E F X3
32
C B A C
X2
Bacaan Belakang BA BT BB
Perhitungan J: c (BA-BB) 100 (32-22,5) 100 (44,5-27,5) 100 (11,25-11,03) 100 (207-193) 100 (21,5-19,9) 100 (131,9-129,2) 100 (92,5-85)
Hasil/ Jarak 9,5 17 0,22 14 1,6 2,7 7,5
274˚ 0˚
295,5 ˚ 0˚ 350˚ 333˚
E X3 E F G H A X4 A B
100 (123-116,3) 100 (86-67) 100 (18,1-16,9) 100 (144-236,5) 100 (11,88-11) 100 (93-87) 100 (34,5-13,4) 100 (28-4) 100 (184-136) 100 (22,95-21,4)
6,7 19 11,2 7,5 0,88 6 20 24 38 1,55
Nama: Rizal Arafat NPM: 240110120041
3.2. Pembahasan Praktikum kali ini berjudul pemetaan planimetris menggunakan alat ukur optik (waterpass). Pada praktikum kali ini praktikan mengukur jarak delapan titik yang sudah ditentukan.Terdapat beberapa kesalahan pada praktikum kali ini seperti ketika sedang melakukan jarak ke suatu tempat sudut yang ada pada waterpass terkena tangan bidikan sehingga sudut pada waterpass tersebut memutar dan praktikan harus mengulang kembali pengukuran ke sudut 0º yang diarahkanpada bench mark. Selain sudut yang terputar kesalahan juga terjadi karena kurangnya ketelitian praktikan pada saat membidik sehingga terjadi kekeliruan dalam membaca rambu ukur selain itu ada beberapa kesalahan lain yang dilakukakan praktikan pada praktikum kali ini seperti lupa membaca dan memberi tahu sudut di titik tertentu kepada rekan praktikan yang mencatat dan akhirnya nilai sudut pada titik tersebut dikira-kira yang menyebabkan data yang diperoleh tidak akurat.
Nama: Joshua Sitio NPM: 240110120039
Pada praktikum kali ini dilakukan pemetaan planimetri menggunakan alat ukur waterpass. Dan pada akhirnya praktikan diharapkan dapat mampu membuat sket/ bagian dari suatu lahan atau objek yang akan dipetakan dengan kenyataan dilapangan namun dengan besaran skala yang diperkecil. Selain itu praktikan juga diharapkan mampu menentukan titik-titik perwakil yang dapat memberikan gambaran dari suatu lahan atau objek yang dipetakan. Namun setelah melakukan praktikum, ada beberapa kesalahan yang terjadi sehingga mengakibatkan ketidak sesuaian pengukuran antara lahan/ objek yang asli dengan sket/ gambar yang telah dipetakan. Kesalahan-kesalahan tersebut dapat terjadi oleh karena beberapa hal, yaitu dapat terjadi oleh karena kesalahan atau karena ketidaktelitian praktikan dalam melakukan pengukuran. Contohnya adalah praktikan dapat salah dalam memulai pengukuran, yaitu tidak menjadikan titik BM4 sebagai patokan atau acuan utama pengukuran. Seharusnya titik tersebut merupakan acuan pengukuran yang akan dilakukan, sehingga pada titik BM4 tersebut, sudut waterpass harus berada pada 0˚. Pada titik ini juga harus diukur BA, BB, dan BT. Setelah itu, barulah arah bidikan waterpass digeser ke titik berikutnya. Praktikan juga harus memperhatikan hal penting dalam menggeser arah bidikan, yaitu praktikan harus memutarnya searah jarum jam dan juga nilai sudut jangan sampai berubah. Oleh karena itu, dalam memutar waterpass, ada baiknya memegang bagian atas waterpass tersebut sehingga sudutnya tidak akan tergerser juga. Setelah semua titik yang terlihat selesai diukur, waterpass di geser ke titik pengukuran berikutnya, namun sebelumnya praktikum harus menghitung tinggi alat terlebih dahulu. Setelah itu titik bidikan diarahkan ke bacaan belakang, dan pada titik tersebut sudut kembali dijadikan 0˚. Lalu pengukuran dapat dilanjutkan ketitik-tiik berikutnya. Selain kesalahan dari penggunaan waterpass, kesalahan juga dapat timbul dari ketidak akuratannya nilai rambu ukur, oleh karena rambu ukur ditegakkan tanpa nivo, sehingga rambu ukur tidak benar-benar berdiri dengan tegak, dan akan mengakibatkan kurang akuratnya nilai.
Nama: Prisilia Ratna NPM: 240110120059
Praktikum ilmu ukur wilayah kali ini praktikan belajar untuk pemetaan planimetris menggunakan alat ukur waterpass Pertama-tama praktikum dilaksanakan dengan menempatkan alat pada titik tertentu yang dapat paling banyak mengamati titik pada bangunan. Lalu, sebelum melakukan pengukuran pada bangunan, praktikan mengukur jarak dan posisi waterpass terhadap BM(Bench Mark) yang telah tersedia. Pada posisi kelompok kami, maka BM yang digunaka adalah BM 4. Setelah mengetahui posisi awal waterpass/posisi pengukuran pertama, maka setiap titik bangunan yang dapat diamati dari titik pertama X1 diukur. Yaitu titik A, B, C, dan X2. Untuk pengukuran pada titik X2 akan dilakukan pada titik C(bacaan belakang), D, E, X3. Pada titik X3 dilakukan pengukuran pada E(bacaan belakang), F, G, H, A, dan X4. Pada X4 dilakukan pengamatan pada titik A(bacaan belakang) dan B. Dari setiap titik akan diperoleh sudut posisi(berdasarkan BM) dan jarak. Dari data tersebut, digambar sketsa bangunan yang diamati. Namun pada proses penggambaran/pemetaannya, ternyata bentuk yang didapat tidak sesuai dengan bangunan asli yang dipetakan. Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya: 1.
Penempatan alat yang tidak tepat/tidak benar yang menghasilkan hasil pembacaan yang salah
2.
Kesalahan pembacaan rambu ukur
3.
Nivo tidak tepat berada di tengah
4.
Posisi unting-unting/plumbomb tidak tepat ada di titik 0 m.
5.
Kesalahan karena panasnya sinar matahari dan getaran udara, jika selalu kena sinar matahari maka akan menimbulkan perubahan pada gelembung nivo sehingga akan mengakibatkan kesalahan pada hasil pengukuran.
6.
Refraksi cahaya, sehingga sinar yang datang bukan lurus, melainkan melengkung
7.
Tergesernya skala ukur sudut pada waterpass secara tidak sengaja.
Nama: Jhonson Andryanto NPM: 240110120053
Pada pertemuan kali ini kami melakukan kegiatan praktikum tentang pemetaan planimetris menggunakan alat ukur optik, dimana pada kegiatan praktikum ini menggunakan alat ukur optik waterpass dilakukan untuk memetakan suatu gedung atau bangunan atau sejenisnya. Dalam pemetaan ini dilakukan bidikan sebanyak delapan kali buah titik utama. Sebelum praktikan melakukan pembidikan dengan menggunakan waterpass terlebih dahulu praktikan akan menempatkan alat
pada tempat dimana dapat membidik banyak titik,
kemudian alat ukur waterpass dibidikan ke arah Bands Math (BM) terlebih dahulu dan sudut horizontal pada waterpass harus ada dalam keadaan nol. Kemudian waterpass akan diarahkan ke titik yang akan diukur kemudian praktikan akan mencatat perubahan sudut yang terjadi. Dalam kegiatan pemeetaan ini dilakukan pemindahan alat sebanyak tiga kali. Pertama alat didirikan dimana alat bisa melihat sebanyak enam titik. Pada pemindahan alat terakhir haruslah bertemu dengan titik yang pertama kali tadi dibidik atau yang telah diukur dengan waterpass. Dalam kegiatan pemetaan ini dalam membidik harus dibutuhkan konsenterasi yang sangat bagus supaya dalam membidik bisa akurat dan tepat yang paling terutama kearah Bands Math (BM), sehingga pada waktu pengukuran ke titik-titik lain yang akan dibidik bisa akurat dan tepat. Untuk mengetahui pengukuran dalam membidik bisa dilihat dari sketsa yang dibentuk dari pengukuran titik-titik dari tempat meletakkan alat ukur waterpass yang kemudian disatukan, dimana akan berbentuk sama dengan bentuk aslinya atau gedung yang dilakukan dalam pemetaan. Tetapi hasil pemetaan yang kami dapatkan adalah salah, itu dapat bisa dilihat dari hasil penyatuaan titik-titik bidikan sangat berbeda dengan bentuk bangunan aslinya. Hal ini terjadi dikarenakan ketidaktepatan kami dalam mengukur, kelalaian praktikan dalam membaca rambu ukur, dan ketidakseriusan praktikan dalam mengikuti praktikum ini.
Nama: Bunga Pratiwi NPM: 240110120035
Praktikum kali ini membahas mengenai pemetaan planimetris menggunakan alat ukur optik waterpass. Pada praktikum ini praktikan mengukur jarak dan sudut yang terbentuk sesuai dengan prosedur praktikum yang telah ditentukan. Pemetaan ini berfungsi untuk membuat gambaran bangunan berdasarkan posisi titik-titik pengukuran yang telah dilakukan. Dalam praktikum ini dikenal istilah bacaan muka dan bacaan belakan. bacaan muka dan bacaan belakan suatu titik seharusnya memiliki nilai yang sama, akan tetapi beberapa bacaan belakan tidak sama dengan bacaan belakannya. Hal ini dikarenakan adanya faktor kesalahan dalam melaksanakan praktikum. Tujuan utama dalam praktikum adalah dihasilkannya peta planimetris yang sesuai dengan bentuk bangunan, yang dibentuk dari penyatuan titik-titik pada sketsa pengukuran yang telah dilakukan. Dalam hal ini seharusnya sketsa yang dihasilkan akan sama dengan bentuk asli bangunan. Namun pada praktikum ini kelompok kami tidak berhasil mendapatkan hasil yang sesuai. Hasil yang kami dapatkan sangat berbeda dari bentuk asli bangunan itu sendiri. Adanya kesalahan tersebut sangat dimungkinkan terjadi karena beberapa faktor dibawah ini: 1.
Adanya kesalahan pembacaan skala pada waterpass
2.
Ketidak telitian dalam pengukuran dan penentuan titik bidik
3.
Penempatan alat ukur yang tidak tepat, dalam hal ini unting-unting tidak berada tepat di tengah-tengah patok
4.
Panasnya sinar matahari yang dapat membuat perubahan pada gelembung nivo
5.
Ketidak hati-hatian saat mengukur, yang dapat menyebabkan tergesernya lingkaran sudut horizontal selama pengukuran berlangsung.
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
4.1
Kesimpulan Jhonson Andryanto (240110120053) Dari praktikum yang sudah dilakukan didapatkan kesimpulan yaitu: 1. Penentuan arah Bands Mat (BM) sangat mempengaruhi sudut horizontal dan dalam pengukuran ke titik bidikan selanjutnya. 2. Dalam mengukur jarak mendatar pada alat ukur waterpass dapat menggunakan perhitungan konstanta yang sebesar 100 yang kemudian dikalikan dengan bacaan atas dan bacaan bawah yang sudah dikurangkan terlebih dahulu. Bunga Pratiwi (240110120035) Dari praktikum yang telah dilaksanakan, dapat ditarik bebrapa kesimpulan yaitu:
1. Dalam mendirikan tripod permukaan tripod untuk meletakkan waterpass harus diusahakan datar agar mempermudah dalam mendatarkan waterpas. 2. Dalam mengukur jarak menggunakan pita ukur harus dilakukan dengan sangat teliti dengan memperhatikan pita ukur dalam keadaan horizontal dan tidak terlipat atau terbelit. 3. Posisi nivo pada rambu ukur harus diperhatikan agar hasil pengukuran yang di peroleh tidah salah. 4. Dalam membaca skala pada waterpass harus benar-benar teliti agar nilai yang dihasilkan tidak salah. 5. Pengukuran jarak menggunakan waterpass dengan menggunakan pita ukur seharusnya memiliki nilai yang sama, tetapi karena beberapa faktor kesalahan maka hasil yang diperoleh memiliki perbedaan. Rizal Arafat (240110120041) Berdasarkan hasil dan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa: 1. Kurangnya ketelitian praktikan menyebabkan data yang diperoleh tidak akurat
2. Kecerobohan praktikan menyababkan harus diadakannya pengukuran ulang 3. Butuh kerja sama yang baik dengan sesama anggota kelompok Joshua Sitio (240110120039) Adapun kesimpulan dari praktikum kali ini adalah sebagai berikut: 1. Pemetaan luas lahan dapat dilakukan dengan menggunakan waterpass 2. Nivo pada rambu ukur sangat diperlukan untuk ketelitian angka pada pembacaan 3. Pemetaan planimetri sangat dipengaruhi oleh sudut dan ketepatan pembacaan 4. Bacaan belakang sangatlah penting dalam pengukuran yang berfungsi sebagai patokan atau acuan untuk titik berikutnya. Prisilia Ratna (240110120059) 1. Pemetaan planimetri dilakukan dengan menggunakan waterpass untuk mengamati titik-titiknya 2. Alat pengukur yang digunakan bersama dengan waterpass diantaranya adalah rambu ukur yang disertai nivo, tripod, unting-unting. 3. Pengukuran dilakukam dari 4 titik yang berbeda 4. Titik acuan sudut pengukuran ada pada BM(Bench Mark). Yaitu titik yang sudah diketahui posisinya sebelumnya 5. Ketidak tepatan hasil pemetaan dengan bangunan/wilayah nyata yang diamati diantaranya dikarenakan kesalahan pembacaan rambu ukur, ketidak tepatan posisi nivo dan unting-unting, teriknya sinar matahari, penempatan alat ukur yang tidak benar, dan tergesernya alat ukur sudut pada waterpass secara tidak disengaja.
4.2
Saran Jhonson Andryanto (240110120053) 1. Menentukan arah Bands Math (BM) yang tepat dan sebaik mungkin pada saat pengukuran horizontal 2. Keadaan nivo harus sangat diperhatikan keberadaannya harus berada ditengah.
Bunga Pratiwi (240110120035) 1. Sebelum melakukan praktikum praktikan hendaknya memahami alat yang akan digunakan 2. Sebelum melakukan praktikum, praktikan harus membaca prosedur dan memahaminya terlebih dahulu 3. Dalam melakukan praktikum, praktikan hendaknya melakukan dengan teliti dan rapih. Rizal Arafat (240110120041) Agar didapatkan hasil yang akurat, disarankan hal-hal sebagai berikut: 1. Praktikan harus memahami alat yang akan digunakan 2. Pastikan teman sesama kelompok memahami praktikum yang akan dilaksanakan 3. Pastikan telah memasang alat dengan benar 4. Ketelitian benar-benar harus diperhatikan praktikan agar hasil pengukuran yang menggunakan waterpass dan meteran memiliki hasil yang sama Joshua Sitio (240110120039) Adapun saran dari praktikum kali ini adalah sebagai berikut: 1. Praktikan harus lebih teliti dalam melakukan praktikum agar hasil yang diperoleh akurat dan tepat 2. Sebelum memulai praktikum, periksalah dahulu alat-alat yang akan digunakan, apakah masih layak dipakai atau tidak Prisilia Ratna (240110120059) 1.
Alat dalam kondisi yang baik
2.
Praktikan paham dan berhati-hati dalam penggunaan alat saat pengukuran
3.
Praktikan dalam kondisi yang prima, sehingga teliti dan tidak tergesagesa dalam melakukan pengukuran
4.
Untuk mengurangi kesalahan pembacaan yang diakibatkan cuaca pada water pass, maka menggunakan payung untuk melindungi alat.