BAB I
A.
Judul Praktikum
Praktikum Fisiologi Blok 4.5 Healthy Lifestyle and Health Promotion “Aktivitas Fisik”
B.
Hari, Tanggal dan Waktu Praktikum
Hari
: Senin
Tanggal
: 20 Juli 2016
Waktu
: 13.00-14.50
Tempat
: Laboratorium Fisiologi Fakultas Kedokteran UNSOED
C.
Tujuan Praktikum
Mampu menjelaskan definisi aktivitas fisik Mampu menjelaskan klasifikasi aktivitas fisik Mampu mengukur tingkat aktivitas fisik Mampu Mengklasifikan aktivitas fisik sesuai hasil perhitungan Mampu Menganalisis dan menilai aktivitas fisik dengan kuesioner RISKESDAS Mampu Menganalisis dan menilai aktivitas dengan metode pencatatan Bouchard
D.
Dasar Teori 1. Aktivitas Fisik Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi. Aktivitas fisik yang tidak ada (kurangnya aktivitas fisik) merupakan faktor risiko independen untuk penyakit kronis, dan secara keseluruhan diperkirakan menyebabkan kematian secara global (Gibney et al., 2009). Ada 3 tipe/macam/sifat aktivitas fisik yang dapat kita lakukan untuk mempertahankan kesehatan tubuh, yaitu:(Corder K., et al. 2008) a. Ketahanan (endurance)
1
Aktivitas fisik yang bersifat untuk ketahanan, dapat membantu jantung, paru-paru, otot, dan sistem sirkulasi darah tetap sehat dan membuat kita lebih bertenaga. Untuk mendapatkan mendapatkan ketahanan maka aktivitas fisik yang dilakukan selama 30 menit (4-7 hari per minggu). minggu).
Contoh beberapa
kegiatan yang dapat dipilih seperti:
Berjalan kaki, misalnya turunlah dari bus lebih awal menuju tempat kerja kira-kira menghabiskan 20 menit berjalan kaki dan saat pulang berhenti ndi halte yang menghabiskan 10 menit berjalan kaki menuju rumah
Lari ringan
Berenang, senam
Bermain tenis
Berkebun dan kerja di taman.
b. Kelenturan (flexibility) Aktivitas fisik yang bersifat untuk kelenturan dapat membantu pergerakan lebih mudah, mempertahankan otot tubuh tetap lemas (lentur) dan sendi berfungsi dengan baik. Untuk mendapatkan kelenturan maka aktivitas fisik yang dilakukan selama 30 menit (4-7 hari per minggu). Contoh beberapa kegiatan yang dapat dipilih seperti:
Peregangan, mulai dengan perlahan-lahan tanpa kekuatan atau sentakan, lakukan secara teratur untuk 10-30 detik, bisa mulai dari tangan dan kaki
Senam taichi, yoga
Mencuci pakaian, mobil
Mengepel lantai.
c. Kekuatan (strength) Aktifitas fisik yang bersifat untuk kekuatan dapat membantu kerja otot tubuh dalam menahan sesuatu beban yang diterima, tulang tetap kuat, dan mempertahankan bentuk tubuh serta membantu meningkatkan pencegahan terhadap penyakit seperti osteoporosis. Untuk mendapatkan kelenturan
2
Aktivitas fisik yang bersifat untuk ketahanan, dapat membantu jantung, paru-paru, otot, dan sistem sirkulasi darah tetap sehat dan membuat kita lebih bertenaga. Untuk mendapatkan mendapatkan ketahanan maka aktivitas fisik yang dilakukan selama 30 menit (4-7 hari per minggu). minggu).
Contoh beberapa
kegiatan yang dapat dipilih seperti:
Berjalan kaki, misalnya turunlah dari bus lebih awal menuju tempat kerja kira-kira menghabiskan 20 menit berjalan kaki dan saat pulang berhenti ndi halte yang menghabiskan 10 menit berjalan kaki menuju rumah
Lari ringan
Berenang, senam
Bermain tenis
Berkebun dan kerja di taman.
b. Kelenturan (flexibility) Aktivitas fisik yang bersifat untuk kelenturan dapat membantu pergerakan lebih mudah, mempertahankan otot tubuh tetap lemas (lentur) dan sendi berfungsi dengan baik. Untuk mendapatkan kelenturan maka aktivitas fisik yang dilakukan selama 30 menit (4-7 hari per minggu). Contoh beberapa kegiatan yang dapat dipilih seperti:
Peregangan, mulai dengan perlahan-lahan tanpa kekuatan atau sentakan, lakukan secara teratur untuk 10-30 detik, bisa mulai dari tangan dan kaki
Senam taichi, yoga
Mencuci pakaian, mobil
Mengepel lantai.
c. Kekuatan (strength) Aktifitas fisik yang bersifat untuk kekuatan dapat membantu kerja otot tubuh dalam menahan sesuatu beban yang diterima, tulang tetap kuat, dan mempertahankan bentuk tubuh serta membantu meningkatkan pencegahan terhadap penyakit seperti osteoporosis. Untuk mendapatkan kelenturan
2
maka aktivitas fisik yang dilakukan selama 30 menit (2-4 hari per minggu). Contoh beberapa kegiatan yang dapat dipilih seperti:
Push-up, pelajari teknik yang benar untuk mencegah otot dan sendi dari Kecelakaan
Naik turun tangga
Angkat berat/beban
Membawa belanjaan
Mengikuti kelas senam terstruktur dan terukur (fitness) Aktivitas fisik tersebut akan meningkatkan pengeluaran tenaga dan energi (pembakaran kalori), misalnya:
Berjalan kaki (5,6-7 kkal/menit)
Berkebun (5,6 kkal/menit)
Menyetrika (4,2 kkal/menit)
Membersihkan jendela (3,7 kkal/menit)
Mencuci baju (3,56 kkal/menit)
Mengemudi mobil (2,8 kkal/menit)
Aktivitas yang dapat dilakukan antara lain:
Menyapu
Mengepel
Mencuci baju
Menimba air
Berkebun/bercocok tanam
Membersihkan kamar mandi
Mengangkat kayu atau memikul beban
Mencangkul
Dan kegiatan lain dalam kehidupan sehari-hari.
Aktivitas fisik berupa olahraga yang dapat dilakukan antara lain:
Jalan sehat dan jogging
Bermain tenis
3
Bermain bulu tangkis
Sepakbola
Senam aerobik
Senam pernapasan
Berenang
Bermain bola basket
Bermain voli
Bersepeda
Latihan beban: dumble dan modifikasi lain
Mendaki gunung.
2.
Latihan Fisik Latihan fisik adalah pergerakan tubuh yang dilakukan otot dengan
terencana dan berulang yang menyebabkan peningkatan pemakaian energi dengan tujuan memperbaiki kebugaran fisik (Pedriatics, 1994). Defenisi lain, latihan fisik atau exercise adalah subkelompok aktifitas fisik berupa gerakan tubuh yang terencana, terstruktur dan repetitive (berulang) untuk memperbaiki atau memulihkan satu atau lebih komponen kebugaran fisik (Halliwell and Whiteman, 2004).Latihan fisik berdasarkan sumber tenaganya atau pembentukan ATP melalui tiga sistem, Yaitu 1) Sistem aerobik. 2) Sistem glikolisis anaerobik (Lactic acid system dan 3) Sistem ATP Creatinin Phospat (phosphagen system) (Craig., et al. 2012).
Penilaian Tingkat Aktifitas Fisik Metode Subyektif Aktivitas fisik adalah gerak tubuh yang ditimbulkan oleh otot-otot skeletal dan mengakibatkan pengeluaran energi. Aktivitas fisik sangat bermanfaat bagi kesehatan, hal ini dibuktikan oleh beberapa bukti epidemiologi yang kuat yaitu tingkat aktivitas fisik harian yang lebih tinggi atau latihan fisik yang teratur berkaitan dengan angka mortalitas keseluruhan yang lebih kecil dan resiko serta kematian karena penyakit kardiovaskuler yang lebih rendah, selain itu juga dapat
4
mencegah atau memperlambat onset tekanan darah tinggi dan menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi, proteksi terhadap beberapa penyakit kanker, mengurangi risiko timbulnya diabetes tipe 2, dan mempertahankan keseimbangan energi dan dengan demikian dapat mencegah obesitas (Gibney et al., 2009). Data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2013 memperlihatkan bahwa 48,2% penduduk Indonesia usia lebih dari 10 tahun kurang melakukan aktivitas fisik. Aktivitas fisik dikategorikan “cukup” apabila kegiatan dilakukan terus menerus minimal 10 menit dalam satu kegiatan tanpa henti dan secara kumulatif 150 menit dalam satu minggu (RISKESDAS, 2013). Macam - macam metode subyektif antara lain kuesioner, wawancara, aktivitas harian (log), dan observasi langsung. Metode ini berguna untuk penilaian aktivitas fisik dalam situasi terkendali atau yang sudah ditentukan, namun pada kriteria validasi peneliti mempunyai beban besar dan pada invasi privasi peserta studi membuatnya tidak cocok untuk digunakan selama hidup bebas (Corder K., et al. 2008) Salah satu metode subyektif adalah kuesioner. Kuesioner tujuannya untuk mengkaji pola aktivitas fisik pada populasi yang besar. Kuesioner adalah metode proxy atau pelaporan sendiri yang sudah sering digunakan untuk meneliti tingkat aktivitas fisik. Kuesioner yang paling sering digunakan adalah International Physical Activity Questionnairre (IPAQ). IPAQ telah divalidasi pada umur 18-55 tahun di 12 negara dan IPAQ merupakan instrumen yang tepat untuk studi prevalensi aktivitas fisik tingkat nasional dan memiliki tingkat reliabilitas dan validitas yang baik. Pada penelitian yang terdahulu sudah terdapat IPAQ yang dialih bahasa menjadi bahasa Indonesia yang sudah diuji reliabilitas. Di Indonesia sendiri, survei tingkat aktivitas fisik dilakukan dengan menggunakan kuesioner RISKESDAS (Boon et al., 2010). IPAQ terdiri atas IPAQ short forms dan IPAQ long forms. IPAQ short forms adalah instrumen yang terutama didesain untuk mengukur aktivitas pada orang dewasa untuk usia diatas 15 tahun (Craig., et al. 2012).
5
Seperti yang sudah dijelaskan diatas kuesioner, termasuk wawancara dan buku harian, adalah alat yang paling umum untuk penilaian aktivitas fisik. metodologi murah dan memungkinkan aplikasi dalam populasi yang besar. Meskipun skala besar aplikasi, keandalan dan validitas pengukuran aktivitas fisik kebiasaan oleh kuesioner rendah (Westerterp KR, 2009). Selain Kuesioner, ada juga metode observasi langsung aktivitas fisik. Hal ini telah berkembang dengan cara memasukan langsung data dari dalam komputer. Metode ini melebihi metode aktivitas fisik lain dalam memberikan informasi kontekstual juga. Namun kerugiannya adalah bahwa metode ini memakan waktu, kehadiran pengamat mungkin mengganggu perilaku aktivitas subjek dan klasifikasi kegiatan yang diamati, terutama intensitas aktivitas, adalah subjektif (McKenzie TL, 2006)
Pengkajian pola aktivitas fisik dilakukan dengan cara mengukur aktivitas fisik pada populasi. Pengukuran aktivitas fisik terdiri dari dua metode yaitu metode objektif dan subjektif (Gibney et al ., 2009). 1. Metode Subjektif Metode subjektif, antara lain recall dan kuesioner (Boon et al ., 2010). Banyak peneliti yang menggunakan kuesioner untuk mengkaji pola aktivitas fisik pada populasi yang besar. Kuesioner adalah metode proxy atau pelaporan sendiri yang sudah sering digunakan untuk meneliti tingkat aktivitas
fisik.
Kuesioner
yang
paling
sering
digunakan
adalah
International Physical Activity Questionnairre (IPAQ) (Hastuti, 2013; Hagstromer et al ., 2006 dalam Boon et al., 2010). IPAQ telah divalidasi pada umur 18-55 tahun di 12 negara dan IPAQ merupakan instrumen yang tepat untuk studi prevalensi aktivitas fisik tingkat nasional dan memiliki tingkat reliabilitas dan validitas yang baik (Craig et al., 2003 dalam Hastuti, 2013). Namun belum ada metode untuk mengukur aktivitas fisik
6
pada remaja dan anak-anak yang sudah diterima secara internasional (Arvidsson et al ., 2005). Berikut ini yang termasuk ke dalam metode subjektif : a. Observasi Langsung Ada juga metode observasi langsung aktivitas fisik. Hal ini telah berkembang dengan cara memasukan langsung data dari dalam komputer. Metode ini melebihi metode aktivitas fisik lain dalam memberikan informasi kontekstual juga. Namun kerugiannya adalah bahwa metode ini memakan waktu, kehadiran pengamat mungkin mengganggu perilaku aktivitas subjek dan klasifikasi kegiatan yang diamati, terutama intensitas aktivitas, adalah subjektif (McKenzie TL, 2006) 2. Metode Objektif Metode objektif terdiri dari penggunaan doubly labeled water (DLW), kalorimetri indirek, alat frekuensi jantung dan monitor sensoring (akselerometer dan pedometer) (Boon et al ., 2010). Metode objektif dapat mengukur aktivitas fisik dengan tingkat validitas yang baik. Namun untuk penelitian dengan populasi yang besar, metode objektif jarang digunakan karena membutuhkan biaya yang besar (Hagstromer et al ., 2006 dalam Boon et al., 2010). Berikut ini yang termasuk ke dalam metode objektif : a. Jumlah Energi atau Jumlah Kebutuhan Oksigen Mengukur energy expenditure atau oksigen yang dikeluarkan termasuk kedalam metode objektif langsung. Pengukuran tersebut dapat dilakukan dengan mengukur asupan energy selama bekerja. Semakin berat kerja semakin banyak energi yang dikeluarkan. Meskipun metode dengan menggunakan asupan oksigen lebih akurat, namun hanya mengukur secara singkat dan peralatan yang diperlukan sangat mahal (Corder K., 2008). b. Denyut Jantung Corder K (2008) menjelaskan bahwa salah satu pendekatan untuk mengetahui berat ringannya beban kerja adalah dengan menghitung nadi kerja, konsumsi energi, kapasitas ventilasi paru dan suhu inti tubuh. Pada
7
batas tertentu ventilasi paru, denyut jantung, dan suhu tubuh mempunyai hubungan yang linear dengan konsumsi oksigen atau pekerjaan yang dilakukan. Kemudian Konz juga pernah mengemukakan bahwa denyut jantung adalah suatu alat estimasi laju metabolisme yang baik, kecuali dalam keadaan emosi dan konsodilatasi. Kategori berat ringannya beban kerja didasarkan pada metabolisme respirasi, suhu tubuh, dan denyut jantung menurut Christensen dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Kategor i
Oksigen
Recta l
(liter/menit )
0
Enegri Kkal/meni
C
Denyut
Lung
Jantun
Ventilatio
g
n
t
Liter/meni t Sangat
0.25 – 0.3
37.5
< 2.5
< 60
0.5 - 1
37.5
2.5 – 5.0
60
6-7
ringan Ringan
– 11 -20
100 Moderat
1.0 – 1.5
37.5-
5.0 – 7.5
38 Berat
Sangat
1.5 – 2.0
2.0 – 2.5
Berat Berat
> 2.5
100 – 20 - 31 125
38 – 7.5
– 125-
38.5
10.00
38.5 -
10.00
39
12.5
175
> 39
> 12.5
> 175
31 - 43
150 – 150 – 43 - 56
60 - 100
Ekstrim Tabel 2.1. Kategori Berat Ringannya Beban Kerja Didasarkan Pada Metabolisme Respirasi, Suhu Tubuh, dan Denyut Jantung
8
Berat ringannya beban kerja yang diterima oleh seorang tenaga kerja dapat digunakan untuk menentukan berapa lama seorang tenaga kerja dapat melakukan aktivitas kerjanya sesuai dengan kemampuan atau kapasitas kerja yang bersangkutan. Semakin berat beban kerja, maka akan semakin pendek waktu seseorang untuk bekerja tanpa kelelahan dan gangguan fisiologis yang berarti atau sebaliknya (Boon et al ., 2010).
c. Percepatan Tubuh Perangkat monitor aktivitas fisik sangat berguna dalam bidang kesehatan. Berbagai metode dan perangkat telah dikembangkan untuk dapat mendeteksi aktivitas fisik secara akurat. Salah satu bentuk alat yang dapat mengukur aktivitas fisik tubuh melalui percepatan tubuh manusia adalah akseleeometer. Akselerometer dapatmengukur percepatan statis gravitasi bumi sehingga dapat dibunakan untuk menentukan orientasi posisi dlaam ruang dua atau tiga dimensi serta mendeteksi perubahan tilt. Hal ini sangat berguna antara lain dalam memonitor aktivitas gerak pasien pada saat berjalan, berlaru maupun aktivitas gerak lainnya.Alat ini adalah sensor yang mengkonversi besaran percepatan baik yang disebabkan gerak maupun pengaruh gravitasi menjadi besaran listrik. Alat ini memiliki daerah pengukuran dari 1 g hingga 50 g. percepatan umumnya diukur dlaam satuan konstanta gravitasi (g), dengan 1g setara dengan 9.8 m/s 2 (Godfrey, et al. 2008).
Orde 1g
Contoh Percepatan gravitasi bumi pada sebuah benda
0 – 2 g
Percepatan gerak manusia
5 – 30 g
Percepatan yang dialami pengemudi dlaam kecelakaan
9
100 – 2000 g
Percepatan benda yang dijatuhkan dari ketinggian 3 kaki ke permukaan beton
10000 g
Percepatan benda yang ditembakkan dari sebuah meriam
Tabel 3.1 berikut memperlihatkan contoh kejadian dalam satuan (g).
E.
Metode Pemeriksaan Kita dapat mengetahui tingkat aktivitas fisik dengan melakukan
pengukuran tingkat aktivitas fisik. Terdapat sejumlah besar metode penilaian aktivitas fisik yang dapat digunakan. Secara umum berbagai metode ini dapat dikelompokkan menjadi metode subyektif dan metode obyektif (Corder K et al, 2008). a. Metode Subyektif Metode penilaian aktivitas fisik secara subyektif dilakukan dengan penggunaan kuesioner, diari aktivitas fisik, ataupun dengan observasi langsung. Secara keseluruhan akurasi dari metode subyektif sangat tergantung pada kemampuan subyek untuk mengingat setiap aktivitas secara detail, serta pada pendapat dan persepsi subyek maupun peneliti. (Corder K et al, 2008) 1. Kuesioner Metode
ini
merupakan
metode
yang
relatif
tidak
membutuhkan biaya yang mahal dan dapat diterapkan pada populasi berukuran besar. Oleh karena itu metode ini paling sering digunakan dalam penilaian aktivitas fisik. Namun demikian metode
10
kuesioner memiliki keandalan (reliability) dan kesahihan (validity) yang rendah (Westerterp KR, 2009). Berbagai kuesioner telah tersedia untuk dipakai sesuai dengan populasi target yang dituju, antara lain International Physical Activity Questionnaire (IPAQ), Physical Activity Recall (PAR), Habitual Activity Questionnaire (HAQ), Physical Activity Questionnaire for Older Children (PAQ-C), Physical Activity Questionnaire for Adolescent (PAQA), Physical Activity Scale for Elderly (PASE), The Rapid Assessment of Physical Activity (RAPA) dan lain-lain (Corder K et al, 2008). Selain itu terdapat juga kuesioner yang menilai aktivitas fisik secara restrospektif dan kuantitatif (retrospective quantitative history), seperti misalnya Minnesota Leisure-time Physical Activity Questionnaire dan the Tecumseh Questionnaire. Kuesioner retrospektif kuantitatif ini biasanya mencakup jangka waktu yang cukup lama yaitu dapat mencapai 1 tahun, namun tentunya hal ini berarti responden memiliki beban yang lebih besar untuk mengingat aktivitas yang dilakukan di masa lampau (Haskell WL &Kiernan M, 2000). Di Indonesia sendiri, survei tingkat aktivitas fisik dilakukan dengan menggunakan kuesioner RISKESDAS seperti pada lampiran 1 (Depkes RI, 2008). 2. Diari Aktivitas Fisik Diari aktivitas fisik memungkinkan pengumpulan informasi yang detail mengenai seluruh aktivitas fisik yang dilakukan. Subyek diminta untuk mencatat aktivitas yang dilakukannya setiap periode interval waktu tertentu, yang umumnya adalah sebesar 15 menit, dan biasanya pencatatan dilakukan selama periode satu hingga tiga hari.
11
Kemudian akan dihitung skor (dalam satuan kJ) untuk setiap aktivitas fisik yang dilakukan dengan cara mengalikan durasi aktivitas fisik dengan perkiraan jumlah energi yang dikeluarkan saat melakukan aktivitas tersebut (Corder K et al, 2008). Salah satu bentuk diari aktifitas fisik yang sering digunakan adalah cara pencatatan aktifitas fisik tiga hari dari Bouchard. Metode pencatatan Bouchard ini dilakukan sendiri oleh subyek (setelah mendapat pengarahan yang cukup dari peneliti) selama tiga hari yang mencakup dua hari kerja dan satu hari akhir pekan. Subyek diminta untuk menuliskan jenis aktivitas fisik yang telah dikelompokkan menjadi 9 macam aktivitas fisik pada formulir yang telah disediakan. Untuk setiap jenis aktifitas fisik, Bouchard et al telah menghitung median jumlah pengeluaran energi yang dinyatakan dalam satuan kcal/kgBB/15 menit (Bouchard C et al, 1983). 3. Observasi Langsung Observasi langsung merupakan salah satu metode penilaian aktivitas fisik yang lebih unggul dibandingkan dengan metode lainnya sehingga metode ini sering digunakan sebagai kriteria validasi
(Westerterp
KR,
2009).
Observasi
langsung
memungkinkan peneliti untuk mengidentifikasi berbagai faktor yang mempengaruhi kebiasaan aktivitas fisik. Penerapan metode observasi telah menggunakan sarana komputer (program video digital) yang dapat mempersingkat waktu yang dibutuhkan untuk observasi. Dalam observasi langsung beban penilaian banyak terletak pada penilai / pengamat karena pengelompokan aktivitas yang diamati bersifat subyektif sesuai persepsi penilai (Corder K et al, 2008). Oleh karena itu metode ini kurang dapat digunakan untuk evaluasi dalam kondisi kehidupan sehari-hari ( free living
12
condition) dan lebih banyak digunakan untuk penilaian aktivitas fisik dalam situasi yang terkendali (controlled situations). b. Metode Obyektif Secara umum metode obyektif dapat dibagi lagi menjadi dua jenis, yaitu penilaian langsung menggunakan metode laboratorium, dan berbagai metode lapangan, misalnya dengan menggunakan pedometer, pemantauan denyut jantung, serta akselerometer. Berdasarkan dasar penilaian yang digunakan, berbagai metode obyektif juga dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu (Schutz Y at al, 2001): 1) Penilaian berdasarkan jumlah energi yang dikeluarkan atau penggunaan oksigen, seperti misalnya dengan mengukur activity energy expenditure, activity related time equivalent , physical activity level , physical activity ratio, metabolic equivalent . 2) Penilaian
berdasarkan
pemantauan
denyut
jantung,
seperti
misalnya dengan menghitung net heart rate, physical activity ratio heart rate, physical activity level heart rate, activity-related time equivalent, dan daytime physical activity level heart rate. 3) Pemeriksaan percepatan tubuh
F.
Alat, Bahan dan Cara Kerja 1. Metode Riskesdas
Alat dan Bahan 1. Kusioner Riskesdas 2. Pulpen Cara Kerja 1. Siapkan kuosioner riskesdas
13
2. Menanyakan pada sampel (Orang) aktivitas yang dilakukandan durasinya (minimal 10 menit) 3. Isilah aktivitas yang dilakukan oleh sampel pada kuosioner riskesdas 4. Kemudian hitunglah jumlah durasi dari aktivitas fisik yang dilakukan berdasarkan rumus yang ada 5. Intepretasikan hasilnya a. Ringan (< 150 menit dalam 1 minggu) b. Sedang (150-300 menit dalam 1 minggu) c. Berat(< 150 menit dalam 1 minggu) 2.Metode Bouchard Alat dan bahan 1. Kuosioner Bouchard 2. Pulpen Cara kerja 1. Kuesioner dibuat untuk mengetahui gambaran tingkat aktivitas fisik . 2. Pencatatan kuesioner dilakukan selama 3 (tiga) hari, dengan perincian 2 (dua) hari kerja dan 1 (satu) hari libur, dengan menuliskan nomor kategori aktivitas fisik yang dilakukan setiap hari pada kolom yang tersedia. Apabila aktivitas fisik dilakukan secara terus menerus (misalnya tidur), maka pada kolom tersebut harap ditandai dengan garis lurus sampai terjadi perubahan pada aktivitas fisik berikutnya. 3. Pada kuesioner, 1 kolom mendatar mewakili 15 (lima belas) menit, sedangkan kolom menurun mewakili jumlah 24 (dua puluh empat) jam dalam sehari. 4. Pengisian kuesioner dimulai pada hari pertama jam 00.00 WIB dan berakhir pada hari ketiga jam 24.00. 5. Mengingat adanya keterbatasan waktu maka apabila masih terdapat kesulitan
pada
pengisian
kuesioner
diharapkan
untuk
segera
menghubungi pembagi kuesioner.
14
6. Hitunglah nilainya dengan rumus yang ada 7. Intepretasikan hasilnya
15
BAB II A. Hasil dan Pembahasan Kuesioner aktivitas fisik riskesdas Berikut adalah pertanyaan aktivitas fisik yang berkaitan dengan pekerjaan, aktivitas di rumah, aktivitas di waktu senggang dan transportasi. 1. Apakah anda biasa melakukan aktivitas fisik berat, yang dilakukan terus menerus paling sedikit selama 10 menit setiap kali melakukannya? Jawab : a. Ya 2. Biasanya berapa hari dalam seminggu, anda melakukan aktivitas fisik berat tersebut? Jawab : 2 hari 3. Biasanya pada hari ketika anda melakukan aktivitas fisik berat, berapa total waktu yang digunakan untuk melakukan seluruh kegiatan tersebut ? Jawab : 30 menit 4. Apakah anda biasa melakukan aktivitas fisik sedang, yang dilakukan terus menerus paling sedikit selama 10 menit setiap kali melakukannya? Jawab : a. Ya 5. Biasanya berapa hari dalam seminggu, anda melakukan aktivitas fisik sedang tersebut? Jawab : 4 hari 6. Biasanya pada hari ketika anda melakukan aktivitas fisik sedang, berapa total waktu yang digunakan untuk melakukan seluruh kegiatan tersebut ? Jawab : 60 menit 7. Apakah anda biasa melakukan aktivitas fisik ringan, yang dilakukan terus menerus paling sedikit selama 10 menit setiap kalinya? Jawab : a. Ya 8. Biasanya berapa hari dalam seminggu, anda melakukan aktivitas fisik ringan tersebut? Jawab : 7 hari 9. Biasanya pada hari ketika anda melakukan aktivitas fisik ringan, berapa total waktu yang digunakan untuk melakukan seluruh kegiatan tersebut ? Jawab :60 menit
16
Hasil: JENIS
Hari
Durasi
AKTIVITAS
dalam
(Menit)
Pembobotan Hasil (Hari x Durasi x
seminggu
Bobot)
Berat : Skipping
1
20
4
80
Sedang : aerobik
3
45
2
270
Rendah :
7
60
1
420
Duduk bermain video game/membaca/me nulis Total
770
Berdasarkan hasil perhitungan dapat diklasifikasikan bahwa seseorang tersebut termasuk klasifikasi tingkat aktivitas Tinggi dengan jumlah aktivitas fisik sebanyak 770 menit dalam 1 minggu. PEMBAHASAN: Aktivitas fisik didefinisikan sebagai gerakan tubuh oleh otot rangka yang mengakibatkan pengeluaran energi. Intensitas sedang aktivitas fisik seperti berjalan kaki, bersepeda, atau berpartisipasi dalam olahraga - memiliki manfaat yang signifikan untuk kesehatan (WHO, 2010) Aktivitas fisik secara teratur bermanfaat untuk mengatur berat badan serta menguatkan sistem jantung dan pembuluh darah. Dikumpulkan data frekuensi beraktivitas fisik dalam seminggu terakhir untuk penduduk umur >10 tahun. Aktivitas fisik berat adalah kegiatan yag secara terus menerus melakukan kegiatan fisik minimal 10 menit sampai meningkatnya denyut nadi dan napas lebih cepat
17
dari biasanya. Aktivitas fisik sedang apabila melakukan aktivitas fisik sedang (menyapu, mengepel, dll). Selain dari dua kondisi tersebut termasuk dalam aktivitas fisik ringan (WHO GPAQ, 2012). Dalam Riskesdas 2013 ini kriteria aktivitas fisik "aktif" adalah individu yang melakukan aktivitas fisik berat atau sedang atau keduanya, sedangkan kriteria 'kurang aktif' adalah individu yang tidak melakukan aktivitas fisik sedang ataupun berat (RISKESDAS 2013) MET (Metabolic Equivalents) biasanya digunakan untuk menyatakan intensitas kegiatan fisik, dan juga digunakan untuk analisis data pada GPAQ. MET adalah rasio tingkat metabolisme kerja relatif seseorang dengan basal metabolic. Satu MET didefinisikan sebagai biaya energi saat duduk santai dan setara dengan konsumsi kalori 1 kkal / kg / jam. Data GPAQ, 4 MET bisa digunakan dalam waktu yang dihabiskan untuk kegiatan moderat dan 8 MET untuk waktu yang dihabiskan dalam kegiatan kuat (WHO GPAQ, 2012). Klasifikasi intensitas aktivitas fisik untuk RISKESDAS dikelompokkan menjadi rendah (<3,0 METs), Sedang (3,0-6,0 METs), dan Tinggi (>6,0 METs). Pada praktikum kali ini, pembobotan dalam kuesioner RISKESDAS yaitu diberi bobot 4 untuk aktivitas fisik berat, bobot 2 untuk aktivitas fisik sedang, dan 1 untuk aktivitas fisik ringan. Perhitungan dilakukan dengan menilai aktivitas fisik yang dilakukan dalam seminggu. Masing-masing aktivitas fisik dinilai dan dikalkulasi berapa hari dalam seminggu aktivitas tersebut dilakukan dikali dengan lamanya durasi tiap melakukan aktivitas fisik tersebut dan dikali lagi dengan bobot yang sesuai dengan kategori jenis aktivitas fisik (Modul Praktikum Fisiologi, 2016) Berdasarkan hasil pengisian dan perhitungan dari kuesioner RISKESDAS pada praktikum fisiologi kali ini didapatkan hasil jumlah aktivitas fisik sebanyak 770 menit dalam 1 minggu dengan aktivitas berat berupa Skipping yang dilakukan sekali dalam seminggu selama 20 menit dengan bobot 4, aktivitas sedang berupa gerakan-gerakan aerobic yang dilakukan 3 hari dalam seminggu selama 45 menit dengan
bobot
2
dan
aktivitas
rendah
berupa
duduk
bermain
video
18
game/membaca/menulis yang dilakukan selama 7 hari dalam seminggu selama 60 menit dengan bobot 1. Klasifikasi dari hasil pengukuran Aktivitas Fisik diatas termasuk tingkat aktivitas tinggi karena jumlah aktivitas fisik yang meningkatkan kesehatan >300 menit dalam satu minggu. Akan tetapi untuk kevalid-an dari data tersebut sangat mungkin terjadinya suatu kesalahan karena metode yang digunakan bersifat subjektif dan kemungkinan kesalahan recall dan pengukuran waktu. Diari Aktivitas Fisik Metode BOUCHARD IDENTITAS Nama Umur Jenis Kelamin
☐
Tinggi Badan / Berat Badan Hari pencatatan
Pria cm /
☐
Wanita
kg
☐
Jumat – Sabtu – Senin
☐
Jumat – Minggu – Senin
Alamat
Telepon
Rumah : Ponsel :
Pekerjaan ( di luar sebagai mahasiswa ) KATEGORI AKTIVITAS FISIK
19
1
Rebahan : tidur, istirahat di tempat tidur
2
Duduk : mendengarkan di dalam kelas, makan, menulis (dengan tangan/mengetik), membaca, mendengarkan radio/TV, mandi
3
Berdiri, aktivitas ringan : menyabuni tubuh, bercukur, menyisir rambut, membersihkan debu, memasak
4
Memakai baju, mandi dengan shower , menyupir, jalan-jalan ( strolling )
5
Mengerjakan pekerjaan manual ringan (pekerjaan rumah (membersihkan jendela, menyapu, dan lain-lain), membuat baju, membuat roti, mencetak, montir, reparasi elektronik, pekerja lab, pekerja industri), berjalan agak cepat (berangkat ke sekolah, berbelanja di toko/pasar)
6
Olahraga ringan/aktivitas santai : voli, tenis meja, baseball (selain pitcher), golf, dayung, panahan, sepeda santai
7
Mengerjakan pekerjaan manual sedang : menjalankan pekerjaan dengan mesin, membetulkan pagar, membawa tas/kotak, berkebun, mengerjakan pekerjaan di hutan, dan lain-lain)
8
Aktivitas santai/olahraga dengan intensitas lebih tinggi, tapi non kompetisi :bersepeda<10 mph, bernari, badminton, ice skating, senam, renang kecepatan sedang, jalan cepat, tennis, lari-lari kecil, berkuda
9
Mengerjakan pekerjaan manual terus-menerus (membawa beban berat, menebang pohon, menggergaji, bercocok tanam, memotong ranting pohon), aktivitas olahraga intensitas tinggi/kompetisi olahraga (berlari, tinju, panjat tebing, squash, ice hockey, bola basket, sepak bola)
20
BOUCHARD 3 DAY PHYSICAL ACTIVITY RECORD Hari 1 Tgl
Menit :
0 – 15
16 - 30
31 - 45
46 - 60
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2
1
1
1
1
3
1
2
2
2
4
2
2
1
1
5
1
1
1
1
6
3
6
6
3
7
4
4
5
5
8
2
2
2
2
9
2
2
2
2
10
2
4
4
2
11
1
1
1
1
12
3
3
4
4
13
2
2
2
2
14
2
2
2
2
15
2
2
2
2
Jam
21
16
1
3
3
3
17
3
5
5
3
18
2
2
2
2
19
3
3
3
3
20
3
3
3
3
21
2
2
2
2
22
2
2
1
1
23
1
1
1
1
Catatan tambahan :
-
1. 30 X 0,26 = 7,8
- 4. 6 X 0,57 = 3,42
- 7. -
-
2. 37 X 0,26 = 9,62
- 5. 4 X 0,83 = 3,32
- 8. -
-
3. 17 X 0,38 = 6,46
- 6. 2 X 1,00 = 2
- 9. –
-
Jumlah kalori hari 1 adalah 32,62 kkal/kgBB/jam.
BOUCHARD 3 DAY PHYSICAL ACTIVITY RECORD Hari 2 Tgl
Menit :
0 – 15
16 - 30
31 - 45
46 - 60
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2
1
1
1
1
3
1
2
2
2
Jam
22
4
2
2
1
1
5
1
1
1
1
6
3
6
6
3
7
4
4
5
2
8
2
2
2
2
9
8
8
8
8
10
8
8
8
8
11
8
8
2
2
12
1
2
2
3
13
1
1
1
1
14
1
1
1
1
15
3
2
2
2
16
2
2
2
2
17
4
4
3
3
18
2
2
2
2
19
3
3
3
3
20
3
3
3
3
21
1
1
1
1
22
1
1
1
1
23
23
1
1
1
1
Catatan tambahan :
-
1. 40 X 0,26 = 10,4
- 4. 4 X 0,57 = 2,28
- 7. -
-
2. 25 X 0,26 = 6,50
- 5. 1 X 0,83 = 0,83
- 8. 10 x 1,4 = 14
-
3. 14 X 0,38 = 5,32
- 6. 2 X 1,00 = 2,00
- 9. –
-
Jumlah kalori hari 1 adalah 41,33 kkal/kgBB/jam
BOUCHARD 3 DAY PHYSICAL ACTIVITY RECORD Hari 3 Tgl
Menit :
0 – 15
16 - 30
31 - 45
46 - 60
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2
1
1
1
1
3
1
2
2
2
4
2
2
1
1
5
1
1
1
1
6
3
6
6
3
7
4
4
5
5
8
2
2
2
2
9
2
2
2
2
10
2
4
4
2
Jam
24
11
1
1
1
1
12
3
3
4
4
13
1
1
1
1
14
2
2
2
2
15
2
2
2
2
16
1
3
3
3
17
3
5
5
3
18
2
3
3
2
19
3
3
3
3
20
3
3
3
3
21
2
2
2
2
22
2
2
1
1
23
1
1
1
1
Catatan tambahan :
-
1. 34 X 0,26 = 8,84
- 4. 6 X 0,57 = 3,42
- 7. -
-
2. 31 X 0,26 = 11,6
- 5. 4 X 0,83 = 3,32
- 8. -
-
3. 19 X 0,38 = 7,22
- 6. 2 X 1,00 = 2
- 9. –
-
Jumlah kalori hari 1 adalah 34,40 kkal/kgBB/jam
Rata-rata energi yang dipakai perhari oleh peserta selama satu minggu adalah
Jumlah 3 hari pencatatan/ 3 :
25
108,35 : 3 = 36, 12 Jadi energi rata-rata yang dikeluarkan peserta dalam satu minggu adalah 36,12 kkal/kgBB/hari. B. Aplikasi Klinis 1. Komplikasi Tirah Baring dan Imobilisasi Tirah baring dan mobilisasi adalah perawatan yang memakan waktu untuk penanganan penyakit akut dan kronis. Meskipun tirah baring dan imobilisasi bermanfaat, ketika durasinya diperpanjang, sering membahayakan seluruh anggota tubuh. Klinisi mulai menyadari efek buruk dari tirah baring dan inaktivasi dalam empat dekade terakhir. Masalah yang muncul dari mobilisasi dapat meninbulkan komplikasi primer atau trauma dan dapat menjadi masalah yang lebih besar dibandingkan masalah utamanya. Komplikasi dari mobilisasi lebih mudah dicegah
dibandingkan
diobati.
Berbagai
tipe
mobilisasi
dapat
menyebabkan komplikasi berupa (Rullman et al., 2016):
Paralisis
Masalah mental (katonia, paralisis histerikal)
Hilangnya sensasi: kurangnya respons untuk merubah posisi saat tidak nyaman
Kekakuan sendi dan nyeri Penderita penyakit kronis dan geriatri berisiko akan hal tersebut.
Fungsi fisiologis mereka sudah berkurang, dan dengan adanya imobilisasi meningkatkan penurunan fungsi tersebut(Rullman et al., 2016). a.
Komplikasi Muskuloskeletal Efek yang paling jelas pada perpanjangan imobilisasi adalah hilangnya kekuatan otot dan ketahanannya. Sebuah otot pada keadaan istirahat penuh kehilangan 10-15% dari kekuatannya tiap Minggu. Hingga setengah dari kekuatan normalnya hilang dalam 3-5 minggu dari imobilisasi . Pasien yang diimobilisasi
26
pada tempat tidurdan astronot pada gravitasi minimal memiliki otot ekstremitas dan trunkus yang menjadi lemah dan atrofi. Otototot tersebut biasanya menahan tubuh untuk melawan gravitasi. Otot-otot antigravitasi mengalami kehilangan kekuatan lebih besar dibandingkan otot-otot skelet lainnya(Salanova et al., 2015). Kelemahan otot yang menyeluruh terjadi pada orang yang biasanya beraktivitas normal, bekerja di kantor, menaiki tangga, dan bahkan berjalan. Kelemahan ototlokal disebabkan imobilisasi lokal saat fraktur tulang atau sendi yang cidera. Sayangnya, laju penyembuhan pada saat imobilisasi lebih lambat dibandingan laju kehilangan kekuatan. Kelemahan akibat tidak digunakan akan kembali dengan laju 6% perminggu dengan menggunakan latihan submaximal (65-75% latihan maksimal). Kekuatan otot dana dijaga tanpa kehilangan dengan kontraksi otot 20% atau lebih dari regangan maksimal selama beberapa detik setiap hari. Stimulasi elektris dan biofeedback Training dapat meningkatkan atau menjaga kekuatan otot pada otot dengan kekuatan antigravitasi yang lebih lemah(Perkin et al., 2015). Istirahat total juga dapat menyebabkan berkurangngan ketahanan
otot
melalui
berkurangnya
metabolik,
dan
sirkulasi
otot.
menyebabkan menyebabkan
rasa
lemah
kurangnya
dan
kekuatan,
Penurunan lelah
motivasi
aktivitas
ketahanan
pada
pasien
untuk
otot yang
bergerak
aktif(Koukourikos et al., 2014). Atrofi otot adalah keadaan otot yang kehilangan massa. Hal ini juga dapat menyebabkan berkurangnya kekuatan dan ketahanan otot. Otot yang normal dapat istirahat dan kehilangan massanya setelah 2 bulan. Selama paralisis flaksid (cedera saraf perifer) otot dapat kehilangan 95% massanya. Dengan denervasi yang ireversibel, seratotot mengalami regenerasi permanen dan digantikan dengan lemak dan jaringan ikat. Pada spastik paralisis
27
atau pada pasien dengan anggota gerak yang imobilisasi dengan cara splinting , derajat atrofi tidak begitu buruk, yaitu sekitar 3040%(Wiggs, 2015). b. Kontraktur dan Perubahan Jaringan Ikat Kontraktur merupakan deformitas tetap pada sendi sebagai konsekuensi imobilisasi, terjadi karena sifat dinamis alamiah yang dimiliki oleh jaringan ikat dan otot di tubuh. Jaringan ikat secara konstan dapat dipindahkan, digantikan, dan diorganisasi ulang saat fase penyembuhan. Pada area yang sering bergerak, jaringan ikat longgar
areolar
terbentuk.
Sementara
pada
area
yang
pergerakannya minimal, kolagen terbentuk menjadi lapisanlapisan yang kaku(Arai et al., 2016). Kompleks ligamen secara biokimiawi, biomekanis, dan morfologi terpengaruh oleh imobilisas, dan perubahan ini terjadi pada ligamen tulang bagian insersi dan bahkan pada tulang tersebut(Malafa et al., 2016). Imobilisasi dapat menyebabkan infiltrasi jaringan serat lemak pada sandi yang dapat menjadi matang dari melekat pada sendi. Hal tersebut dapat menyebabkan rusaknya kartilago. Pada jaringan periartikular akan terdeposit kolase tipe I menyebabkan kontraktor. Pemendekan serat kolagen dapat membatasi gerak secara
signifikan
bahkan
hingga
1
minggu.
Jika
sendi
diistirahatkan posisi muskulusgastroknemius yang diluruskan dapat mengurangi kemungkinan terjadinya atrofi(Malafa et al., 2016). Banyak faktor yang berkontribusi pada kontraktor. Otot yang terdenervasi atau mengalami spastisitas dapat menyebabkan ketidakseimbangan dinamis. Posisi tempat tidur yang tidak tepat dapat menyebabkan akanmitas, pada sendi ekstremitas bawah. Adaptasi pemendekan jaringan lunak dapat terjadi ketika anggota gerak diposisikan dalam posisi tertekuk atau lebih pendek.
28
Terkadang kontraktor muncul dari penyakit utamanya sendi, seperti perubahan intrinsik otot selama penyakit inflamasi dan degeratif, seperti skleroderma dan luka bakar. Kontraktur sering terjadi pada individu yang rentan, secarakognitif tidak mampu, atau angan pasif. Otot yang melintasi dua sendi, seperti hamstring atau otot punggung, tenor fasia lata, rectusfemoris. Gastroknemius dan otot bisep berisiko memendek selama imobilissasi. Kontraktur membatasi posisi, menyebabkan nyeri dan kesulitan bergerak(Sun et al., 2016). c. Osteoporosis Seperti jaringan ikat, tulang adalah jaringan yang dinamis. Keseimbangan diperoleh dengan menjaga antar formasi dan resorpsi tulang. Morfologi tulang dan densitas bergantung pada gaya tulang tanggung. Astronot pada area yang minim gravitasi, mengalami
kehilangan
masa
tulang.
Imobilisasi
dapat
menyebabkan kehilangan masa tulang yang berkaitan dengan hiperkalsiurian dan negativecalciumballance. Kehilangan masa menjadi semakin besar ketika ekstremitas bawah menjadi flaksid(Giannotti et al., 2013). d. Komplikasi kardiovaskular Komplikasinya adalah berupa peningkatan laju denyut jantung, penurunan cardiac reserve, hipotensiortostatik, dan thromboemboli(Meyers and Townsend, 2015).
29
BAB III A. Kesimpulan 1. Aktivitas fisik adalah pergerakan tubuh karena kontraksi otot yang berakibat pada pengeluaran energi. 2. Pengukuran tingkat aktivitas fisik dapat menggunakan metode subjektif yang berupa kuesioner, diari aktivitas fisik, dan observasi langsung serta metode objektif yang berupa metode laboratorium dan metode lapangan. 3. Pada praktikum kali ini pengukuran aktivitas fisik menggunakan metode subjektif yaitu kuesioner dari RISKESDAS dan diari aktivitas fisik yang menggunakan metode Bouchard. 4. Pada metode subjektif kuesioner RISKESDAS didapatkan hasil berupa tingkat aktivitas fisik yang tinggi yang didapat dari mahasiswa. 5. Pada metode subjektif menggunakan diari aktivitas fisik metode Bouchard didapat rata – rata energi yang dikeluarkan oleh mahasiswa dalam satu minggu adalah 36,12 kkal / kg BB / hari. 6. Aplikasi klinis dari praktikum kali ini adalah komplikasi tirah baring dan imobilisasi yang terdiri dari komplikasi muskuloskeletal, kontraktur dan perubahan jaringan ikat, osteoporosis, dan komplikasi kardiovaskular.
30