Laporan Praktikum Fisiologi Herbisida
PENGENALAN FORMULASI – FORMULASI HERBISIDA
Oleh
:
NOVA SARI 14050101050004
LABORATORIUM PENGELOLAAN GULMA PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA DARUSSLAM BANDA ACEH 2017
BAB I. PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Pengedalian gulma secara kimiawi merupakan pengendalian gulma dengan menggunakan herbisida. Herbisida yang dimaksud adalah senyawa kimia yang dapat digunakan untuk mematikan atau menekan pertumbuhan gulma baik secara selektif maupun non slektif. Herbisida yang dipilih yaitu kontak dan sistemik. Keuntungan pengendalian gulma secara kimiawi adalah cepat dan efektif, terutama untuk luas lahan yang luas. Kerugian dari pengendalian gulma secara kimiawi adalah bahaya keracunan tanaman, mempunyai efek residu terhadap alam sekitar dan sebagainya. Mekanisme kerja herbisida adalah mengganggu proses anabolisme senyawa penting seperti pati, asam lemak atau asam amino melalui kompetisi dengan senyawa yang normal dalam proses tersebut. Herbisida menjadi kompetitor karena memiliki struktur yang mirip dan menjadi kosubstrat yang dikenali oleh enzim yang menjadi sasarannya. Mekanisme kerja lain dari herbisida adalah mengganggu keseimbangan produksi bahan-bahan kimia yang diperlukan tumbuhan contohnya yaitu: (1) glifosat (dari monsanto) mengganggu sintesis asam amino aromatik karena berkompetisi dengan fosfoenol piruvat, (2) fosfinositrin mengganggu asimilasi nitrat dan amonium karena menjadi substrat dari enzim glutamin sintase (Anonim 2010). Saat ini kehadiran herbisida bukanlah menjadi barang baru bagi petani. Banyaknya jenis gulma menuntut petani untuk menggunakan herbisida yang tepat untuk gulma sasaran. Dalam menentukan herbisida yang akan digunakan tersebut maka salah satu hal terpenting yang harus diperhatikan adalah bahan aktif yang terkandung di dalamnya. Berkaitan dengan itu, banyaknya jenis gulma ternyata berimplikasi pada berbagai jenis bahan aktif dari herbisida. Praktek penggunaan herbisida di lokasi pertanian terjadi karena kemampuan herbisida pada umumnya untuk mematikan beberapa jenis tumbuhan (gulma) tanpa menggangu jenis lain atau tanaman lain (tanaman pokok). Jika dibandingkan dengan pengendalian secara manual, biaya pengendalian akan semakin tinggi.
Apalagi ketika kemampuan selektivitas herbisida dapat ditingkatkan, maka akan mempermudah pengendalian gulma dilapangan (Muliyadi, 2005). Pemilihan jenis herbisida dan waktu aplikasi sangat menentukan keberhasilan pengendalian gulma. Sifat herbisida yang mematikan gulma adalah gabungan dari tosisitas dan persistensinya. Kedua sifat herbisida ini apabila dikelola akan dapat membantu upaya pengendalian gulma dalam jangka waktu yang panjang (Adam, 2008).
1.2. Tujuan Praktikum Adapun yang menjadi tujuan dari praktikum ini adalah: Agar mahasiswa mampu mengenali jenis-jenis herbisida, nama umum (dagang), nama kimia, rumus molekul, kandungan bahan aktif, formulasi, cara kerja, dosis yang digunakan dengan jenis-jenis gulma sasaran.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Herbisida adalah suatu bahan kimia (pestisida) yang digunakan untuk membunuh atau mencegah pertumbuhan gulma. Cara yang paling efektif untuk menanggulangi gulma ialah menggunakan herbisida dalam kombinasi dengan cara pengendalian lainnya. Keuntungan penggunaan herbisida yaitu: a) Menggunakan herbisida menghemat tenaga. b) Herbisida dapat dapat digunakan dalam lingkungan apapun. Sedangkan kerugian penggunaan herbisida adalah: menggunakan herbisida yang sama terus-menerus mengakibatkan berkembangnya gulma, khususnya jenis tahunan yang sulit dikendalikan dengan herbisida (Sebayang, 2005). Terdapat dua tipe herbisida menurut aplikasinya: herbisida pratumbuh (preemergence herbicide) dan herbisida pascatumbuh (postemergence herbicide). Yang pertama disebarkan pada lahan setelah diolah namun sebelum benih ditebar (atau segera setelah benih ditebar). Biasanya herbisida jenis ini bersifat nonselektif, yang berarti membunuh semua tumbuhan yang ada. Yang kedua diberikan setelah benih memunculkan daun pertamanya. Herbisida jenis ini harus selektif, dalam arti tidak mengganggu tumbuhan pokoknya. Berdasarkan cara kerja, herbisida dikategorikan sebagai herbisida kontak dan sistemik. Herbisida kontak dikenal karena mengakibatkan efek bakar yang langsung dapat dilihat terutama pada kadar tinggi, seperti asam sulfat 70%, besi sulfat 30%, dan tembaga sulfat 40%. Herbisida kontak merusak bagian tumbuhan yang terkena langsung dan tidak ditranslokasikan ke bagian lain. Sedangkan herbisida sistemik dapat ditranslokasikan ke seluruh tubuh tumbuhan sehingga pengaruhnya luas, jenis herbisida yang termasuk golongan ini diantaranya amitrol, arsen, golongan triazin, substitusi urea, urasil, amida, karbamat, 2,4-D, dicamba, dan picloram. Pada umumnya herbisida bekerja dengan mengganggu proses anabolisme senyawa penting seperti pati, asam lemak atau asam amino melalui kompetisi dengan senyawa yang "normal" dalam proses tersebut. Herbisida menjadi kompetitor karena memiliki struktur yang mirip dan menjadi kosubstrat yang dikenali oleh enzim yang menjadi sasarannya. Cara kerja lain adalah dengan mengganggu keseimbangan produksi bahan-bahan kimia yang diperlukan tumbuhan.
Pengendalian gulma dewasa ini di Indonesia cukup berkembang disbanding pemanfaatan sumber daya dan eradikasi gulma itu sendiri. Cara pengendalian dapat dilakukan secara fisik (manual, mekanis, pemanfaatan dan kultur teknis), biologi dan kimia (herbisida). Pengendalian gulma dengan menggunakan herbisida sudah banyak diterapkan di lapangan baik pada budidaya komoditas tanaman perkebunandan industri maupun tanaman pangan, hortikultura dan perairan. Hal ini disebabkan oleh kelangkaan tenaga kerja di tingkat usaha tani, serta banyaknya pilihan herbisida yang efektif dan selektif sebagai haerbisida pra tumbuh dan purna tumbuh sesuai dengan komoditas tanaman yang dibudidayakan (Tjitrosemito, 2004). Keberhasilan pengendalian gulma merupakan salah satu faktor penentu tercapainya tingkat hasil tanaman budidaya yang tinggi. Gulma dapat dikendalikan melalui berbagai aturan dan karantina; secara biologi dengan menggunakan organisme hidup; secara fisik dengan membakar dan menggenangi, melalui budi daya dengan pergiliran tanaman, peningkatan daya saing dan penggunaan mulsa; secara mekanis dengan mencabut, membabat, menginjak, menyiang dengan tangan, dan mengolah tanah dengan alat mekanis bermesin dan nonmesin, secara kimiawi menggunakan herbisida. Pengendalian gulma secara kimiawi berpotensi merusak lingkungan sehingga perlu dibatasi melalui pemaduan dengan cara pengendalian lainnya. Pengendalian gulma secara kimia merupakan langkah terakhir yang dilakukan dalam mengendalikan gulma.
III.
1
Nama Dagang Bahan Aktif Jenis Fomulasi Translokasi Selektivitas Waktu Aplikasi Tanaman Sasaran Gulma Sasaran
Volume Semprot
2
3
4
Nama Dagang Bahan Aktif Jenis Fomulasi Translokasi Selektivitas Waktu Aplikasi Tanaman Sasaran Gulma Sasaran Volume Semprot Nama Dagang Bahan Aktif Jenis Fomulasi Translokasi Selectivitas Waktu Aplikasi Tanaman Sasaran Gulma Sasaran Volume Semprot Nama Dagang Bahan Aktif Jenis Fomulasi Translokasi Selektivitas Waktu Aplikasi Tanaman Sasaran Gulma Sasaran Volume Semprot
HASIL DAN PEMBAHASAN
= = = = = = =
Rambo 480 SL Blifosat 480g/l Soluble Liquid Sistemik Selektif Pra tumbuh Jagung, Kelapa sawit, teh, lahan tanpa tanaman (alangalang) = - Daun Lebar (3-6 L/ha) - Daun Sempit (2-4 L/ha) - Teki (4 L/ha) = - Daun lebar (400 L air/ha) - Daun sempit (200-800 L air/ha) - Teki (400 L air/ha) = Solusi 865 AS = 2,4 Dimetil Amina 865 g/l = Larutan = Sistemik = Selektif = Purna tumbuh = Karet dan padi sawah = Daun lebar (3 l/ha) = 450-500 l/ha = Sarlon 655 EC = Triklopir butoksi etil ester 665 g/l = Pekatan = Sistemik = Non selektif = Purna tumbuh = Kelapa sawit = Daun lebar (0,5-1 l/ha) = 450 l/ha = med ALLY 20 wg = Metsulfuron metil 20% = Granular = Sistemik = Non selektiv = Purna tumbuh = Padi = Daun lebar (20-30l/ha) = 500 l/ha
5
Nama Dagang Bahan Aktif Jenis Fomulasi Translokasi Selektivitas Waktu Aplikasi Tanaman Sasaran Gulma Sasaran
Volume Semprot
= = = = = = = =
Bimaron 500 F Diuran 500 F Larutan Sistemik Selektif Pra tumbuh Tebu - Daun lebar (0.75-1.5 l/ha) - Daun sempit (0.75-1.5 l/ha) - Teki (1.5-3.0 l/ha.) = 450-500 l/ha
IV.
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan 1. Herbisida adalah suatu bahan kimia (pestisida) yang digunakan untuk membunuh atau mencegah pertumbuhan gulma. 2. Terdapat dua tipe herbisida menurut aplikasinya: herbisida pratumbuh (preemergence herbicide) dan herbisida pascatumbuh (postemergence herbicide). 3. Berdasarkan cara kerja, herbisida dikategorikan sebagai herbisida kontak dan sistemik. 4. Pengendalian gulma secara kimiawi berpotensi merusak lingkungan sehingga perlu dibatasi melalui pemaduan dengan cara pengendalian lainnya. 4.2.Saran Adapu saran yang dapat saya berikan yaitu, sebaiknya sarana (modul) dalam praktikum disediakan terlebih dahulu sebelum praktikum di laksanakan.
DAFTAR PUSTAKA