KEGIATAN 6 PEMERIKSAAN WARNA, KEJERNIHAN, pH, PROTEIN, GLUKOSA DALAM URINE DAN MENGAMATI ANATOMI MAKROSKOPIS GINJAL MAMMALIA
I.
TUJUAN
1. Mengamati warna, kejernihan, derajat keasaman (pH) urine 2. Melakukan pemeriksaan adanya kandungan protein dalam urine 3. Melakukan pemeriksaan adanya kandungan glukosa dalam urine 4. Mengamati struktur anatomi makroskopis ginjal Mammalia (kambing)
II. ALAT DAN BAHAN
Alat yang digunakan : 1.
Tabung reaksi
2.
Urine probandus (naracoba)
3. pH stick 4.
Reagen Robert
5.
Pipet pasteur
6.
Asam sulfosalisilat
7.
Lampu spiritus
8.
Penjepit tabung reaksi
9.
Rak tabung reaksi
10. Reagen fehling 11. Bak parafin 12. Skalpel 13. Pinset 14. Klem 15. Penusuk 16. Gunting
Bahan yang digunakan : 1.
Ginjal kambing
III. CARA KERJA
1. Pemeriksaan warna, kejernihan dan pH dalam urine Memasukkan 10 ml urine naracoba ke dalam tabung reaksi. Mengamati warna urine dengan cara menerawang tabung yang berisi urine tersebut dari arah datangnya sumber cahaya
Menyatakan warna urine dalam : tidak berwarna, kuning muda, kuning tua, kuning kemerahan, merah, coklat kehijauan, putih seperti susu
Menyatakan warna urine dalam : jernih, agak keruh, keruh, sangat keruh
Mencelupkan pH stick ke dalam urine
Mengamati perubahan warna pada pH stick dan mencatat pHnya.
2. Pemeriksaan Protein dalam Urine (Uji Robert) Memasukkan 2 ml urine naracoba ke dalam tabung reaksi
Menambahkan 2 ml reagen Robert ke dalam tabung reaksi Mengamati perubahan yang terjadi pada urine dengan menggunakan latar belakang hitam. Apabila terdapat cincin putih pada batas antara urine dan reagen Robert maka hasilnya positif. Artinya dalam urine tersebut mengandung protein.
3. Pemeriksaan Protein dalam Urine (Uji Asam Sulfosalisilat) Memasukkan 2 ml urine naracoba ke dalam tabung reaksi Menambahkan 5 tetes asam sulfosalisilat 20% ke dalam tabung reaksi
Mengamati perubahan yang terjadi pada urine dengan menggunakan latar belakang hitam. Apabila terdapat kekeruhan artinya dalam urine tersebut terdapat protein.
4. Pemeriksaan Glukosa dalam Urine Memasukkan 2 ml urine naracoba ke dalam tabung reaksi
Menambahkan 2 ml fehling A dan kemudian 2 ml fehling B
Memanaskan tabung reaksi tersebut di atas lampu spiritus sampai mendidih menggunakan penjepit tabung reaksi
Mengamati yang terjadi. Apabila terjadi endapan berwarna merah bata atau warna larutan berubah menjadi kuning kemerahan maka reaksi dikatakan positif. Artinya dalam urine tersebut terdapat glukosa.
5. Mengamati Anatomi Makroskopis Ginjal Mammalia Mengamati struktur anatomi ginjal bagian luar
Membelah ginjal secara melintang menjadi 2 bagian
Mengamati struktur ginjal bagian dalam
Mengamati struktur kapsula renalis, hilus, korteks, medula renalis, pelvis, calyx minor dan calyx mayor
Menggambar struktur anatomi jantung tersebut
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Fisik urine No
Nama
1.
Kusuma Galih A
2.
Puti Alifia A
Uji Protein Robert
Uji Glukosa
-
-
-
+++
-
-
-
5
++
-
-
-
5
+++
-
-
-
Warna
pH
Kejernihan
Kuning tua
5
++
Kuning
6
Kuning tua Kuning muda
Asam Sulfoalisilat
kemerahan 3.
Puji Lestari
4.
M. Ikhsan Al Ghazi
Keterangan : Kejernihan Urine
Protein Urine
+
: Keruh
+
: Adanya cincin putih
++
: Agak keruh
-
: Warna tidak berubah
+++
: Jernih
Glukosa Urine +
: Endapan merah bata
-
: Tidak ada endapan merah bata
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Senin, 4 Desember 2017 di Laboratorium Zoologi FMIPA UNY. Praktikum ini bertujuan untuk mengamati warna, kejernihan, derajat keasaman (pH) urine, melakukan pemeriksaan adanya kandungan protein dalam urine, melakukan pemeriksaan adanya kandungan glukosa dalam urine dan mengamati struktur anatomi makroskopis ginjal mammalia (kambing). Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini antara lain tabung reaksi, urine probandus (naracoba), pH stick, reagen Robert, pipet pasteur, asam sulfosalisilat, lampu spiritus, penjepit tabung reaksi, rak tabung reaksi, reagen fehling, bak parafin, skalpel, pinset, klem, penusuk, gunting dan ginjal kambing segar. Kemudian cara kerja dalam praktikum pemeriksaan warna urine yaitu memasukkan 10 ml urine naracoba ke dalam tabung reaksi, kemudian mengamati dengan cara menerawang tabung yang berisi urine tersebut dari arah datangnya sumber cahaya, selanjutnya menyatakan warna urine dalam : tidak berwarna, kuning muda, kuning tua, kuning kemerahan, merah, coklat kehijauan, putih seperti susu. Berikutnya yaitu menyatakan warna urine dalam : jernih, agak keruh, keruh, sangat keruh. Kemudian mencelupkan pH stick ke dalam urine, langkah terakhir yaitu mengamati perubahan warna pada pH stick dan mencatat pHnya. Selanjutnya pada pemeriksaan protein dalam urine (Uji Robert), langkah pertama yaitu memasukkan 2 ml urine naracoba ke dalam tabung reaksi kemudian menambahkan 2 ml reagen Robert dengan menggunakan pipet ke dalam tabung. Selanjutnya mengamati perubahan yang terjadi pada urine tersebut dengan menggunakan latar belakang hitam. Apabila terdapat cincin putih pada batas antara urine dan reagen Robert maka hasilnya positif. Artinya dalam urine tersebut mengandung protein. Sedangkan pada pemeriksaan protein dalam urine (Uji Asam Sulfosalisilat), langkah pertama yaitu memasukkan 2 ml urine naracoba ke dalam tabung reaksi kemudian menambahkan 5 tetes asam sulfosalisilat 20% ke dalam tabung reaksi. Selanjutnya mengamati perubahan yang terjadi pada urine tersebut dengan menggunakan latar belakang hitam. Apabila terdapat kekeruhan berarti dalam urine terdapat protein.
Sedangkan pada pemeriksaan glukosa dalam urine, langkah pertama yaitu memasukkan 2 ml urine ke dalam tabung reaksi, kemudian menambahkan 2 ml reagen Fehling A dan Fehling B, selanjutnya memanaskan tabung reaksi tersebut di atas lampu spiritus sampai mendidih menggunakan penjepit tabung dan mengamati perubahan yang terjadi. Apabila terjadi endapan berwarna merah bata atau warna larutan berubah menjadi kuning kemerahan maka reaksi dikatakan positif. Artinya dalam urine tersebut terdapat glukosa. Kemudian
praktikum
terakhir
yaitu
anatomi
makroskopis
ginjal
mammalia. Langkah pertama yaitu mengamati struktur anatomi ginjal bagian luar kemudian membelah ginjal secara melintang menjadi 2 bagian. Selanjutnya mengamati struktur ginjal bagian dalam kemudian engamati struktur kapsula renalis, hilus, korteks, medula renalis, pelvis, calyx minor dan calyx mayor. Langkah terakhir yaitu menggambar struktur anatomi jantung tersebut. Sistem ekskresi merupakan hal yang pokok dalam homeostatis karena sistem tersebut membuang limbah metabolisme dan merespons terhadap tingkat keseimbangan cairan tubuh dengan cara mengekskresikan ion-ion tertentu sesuai kebutuhan dan mengeluarkan sebagian dari sisa metabolisme yang tidak terpakai lagi oleh tubuh dalam bentuk yang bermacam-macam, baik itu berupa lewat urine yang di didalamnya terkandung berbagai macam kandungan mineral, glukosa, dan zat lain yang tidak diperlukan tubuh (Campbell, 2004). Pembentukan urine dipengaruhi oleh berbagai faktor baik dari dalam t ubuh maupun lingkungan, misalnya minum cairan hipotonik dalam jumlah besar, tingkat stress, ketakutan, dan lain-lain. Faktor dari luar tubuh berupa pengaruh suhu lingkungan, topografi dan tempat tinggal seseorang. Sekresi dan ekskresi memiliki nilai yang sangat penting dalam proses metabolisme dan kehidupan hewan dan manusia. Tanpa kedua sistem ini pasti mahluk hidup tidak akan dapat bertahan hidup dan kesintasannya tidak akan terjaga (Yuwono, 2001). Urine adalah suatu cairan esensial dari hasil metabolisme nitrogen dan sulfur,
garam-garam
kekuning-kuningan,
anorganik meskipun
dan secara
pigmen-pigmen. normal
banyak
Biasanya
berwarna
variasinya.
Urine
mempunyai bau yang khas. Jumlah urine yang diekskresikan setiap harinya
bervariasi, tergantung pada makanan dan air yang dikonsumsi, temperatur lingkungan, musim dan faktor-faktor lainnya. Urine sering dianggap sebagai hasil buangan yang sudah tidak terpakai. Padahal urine sangat membantu dalam pemeriksaan medis. Urine merupakan salah satu cairan fisiologis yang sering dijadikan untuk pemeriksaan sebagai salah satu parameter kesehatan dari pasien yang diperiksa (Ganong, 2002). Berdasarkan praktikum, didapatkan hasil untuk warna urine Kusuma Galih berwarna kuning tua, agak keruh dengan pH 5, urine Puti Alifia berwarna kuning kemerahan, jernih dengan pH 6, urine Puji Lestari berwarna kuning tua, agak keruh dengan pH 5, sedangkan urine M. Ikhsan berwarna kuning muda, jernih dengan pH 5. Kemudian urine semua naracoba tidak mengandung protein (negatif terhadap uji asam sulsosalisilat dan robert) dan tidak mengandung glukosa (negatif terhadap uji gluksosa). Urine naracoba dikategorikan normal karena tidak mengandung protein dan glukosa. Urine yang normal mempunyai warna kuning muda seperti yang dijelaskan pula oleh Syaifuddin (1997). Bahwa dalam keadaan normal, urine berwarna kuning muda. Warna urine terutama disebabkan oleh pigmen urokrom yang berwarna kuning dan sebagian kecil oleh urobilin dan hematoporfirin. Dalam praktikum didapatkan hasil bahwa urine semua naracoba termasuk ke dalam warna urine yang normal. Walaupun pada Kusuma Galih dan Puji Lestari warna urine yang dihasilkan lebih tua daripada urine normal. Hal itu dapat disebabkan oleh jenis makanan yang dikonsumsi naracoba dan adanya perbedaan persepsi pengamat dalam hal menentukan warna urine. Kemudian untuk warna urine Puti Alifia berwarna kuning kemerahan disebabkan karena naracoba memakan buah naga sebelum dilakukannya praktikum, sehingga menyebabkan urine yang dihasilkan berwarna kuning kemerahan. Urine normal biasanya jernih seperti yang dijelaskan oleh Syaifuddin (1997). Bahwa urine normal biasanya jernih pada waktu dikeluarkan, tetapi bila dibiarkan dalam waktu lama akan timbul kekeruhan yang disebabkan oleh nucleoprotein, mukoid, atau sel-sel epitel. Berdasarkan praktikum didapatkan hasil bahwa urine Puti Alifia dan M.Ikhsan jernih dan tergolong urine normal,
sedangkan pada Kusuma Galih dan Puji Lestari agak keruh. Hal ini dapat disebabkan karena urine yang dikeluarkan naracoba tidak langsung diamati kejernihannya sehingga muncul kekeruhan yang disebabkan oleh nucleoprotein, mukoid atau sel-sel epitel serta dapat juga disebabkan karena adanya perbedaan persepsi pengamat dalam hal menentukan kejernihan urine. Menurut Guyton, C (1992), interpretasi warna urine dapat menggambarkan kondisi kesehatan organ dalam seseorang: a. Keruh Kekeruhan pada urine disebabkan karena adanya partikel padat pada urine seperti bakteri, sel epitel, lemak atau kristal-kristal mineral. Warna urine seperti ini biasanya disebabkan oleh efek samping dari obat-obatan dan makanan tertentu seperti gula. Warna ini juga dapat digunakan sebagai tanda adanya perdarahan di sistem urinaria, seperti kanker ginjal,infeksi ginjal atau pembengkakan kelenjar prostat. b. Kuning gelap Warna ini dapat disebabkan karena banyak mengkonsumsi vitamin B kompleks yang banyak terdapat dalam minuman berenergi Kemudian untuk pH urine, menurut Syaifuddin (1997) bahwa urine memiliki pH asam, netral ataupun basa dengan kisaran pH 4,8-8. Untuk pH urine semua naracoba tergolong ke dalam pH yang normal. Karena kisaran pH pada urine naracoba yaitu 5-6. Urine normal tidak mengandung protein karena protein memiliki berat molekul tinggi sehingga tidak dapat melewati membran endotel kapiler dan kapsula bowman. Lain halnya dengan glukosa, karena glukosa dapat melewati membran filtrasi akan tetapi seluruh glukosa tersebut diserap kembali (reabsorpsi) lewat tubulus (Nurcahyo, Heru dan Tri Harjana. 2013 : 51) Menurut Wiwi Isnaeni (2006), unsur-unsur normal dalam urine : a. Urea (ureum) Menyusun sekitar setengah dari zat padat urine. Urea merupakan hasil akhir metabolisme protein. Berasal dari asam amino yang telah dipindah amonianya di dalam hati, mencapai ginjal dan diekskresikan rata-rata 30 gram sehari.
Kadar ureum normal dalam darah 30 mg setiap 100 ccm darah, tetapi bergantung dari jumlah normal protein yang dimakan dan fungsi hati dalam pembentukan urine. b. Amonia Pada urine normal, urine mengandung sedikit amonia. Ketosis dan asidosis akibat diabet akut dimana fungsi ginjal tidak terganggu akan menyebabkan pengeluaran amonia yang tinggi dalam urine. c. Kreatinin dan kreatin Kreatinin adalah produk pemecahan kreatin, diekskresi dalam jumlah konstan tidak bergantung pada asupan makanan. Sedangkan kreatin merupakan hasil buangan kreatinin dalam otot. Produk metabolisme lain mencakup benda benda purine, oxalat, fofat, sulfat dan urat. d. Asam urat Merupakan hasil akhir terpenting okidasi purin dalam tubuh. Asam urat berasal tidak hanya dari nukleoprotein makanan tetapi juga dari pemecahan nukleoprotein sel dalam tubuh. Kadar normal unsur ini di dalam darah adalah 2-3 mg setiap 100 cm, sedangkan 1,5-2 mg setiap hari diekskresikan ke dalam urine. e. Asam-asam amino Asam-asam amino yang terdapat di dalam urine diantaranya alanin, asam butirat, arginin, asam aspartat, sistrulin, sistein, etanolamin, asam glutamat, glisin, histidin, hidroksiprolin, lisin, leusin, isoleusin, prolin, serin dan masih banyak lainnya. Pada orang dewasa normal, hanya sekitar 150-200 mg nitrogen asam amino diekskresi dalam urine dalam 24 jam. f. Cloride Pada umumnya, cloride diekskresi sebagai natrium cloride. Karena sebagian besar cloride berasal dari makanan dan pengeluarannya sangat tergantung dari jumlah asupan garam dalam makanan yang dikonsumsi. g. Sulfat Sulfur urine berasal terutama dari protein karena terdapatnya asam-asam amino yang mengandung sulfur, metronin, sistin dalam molekul protein.
h. Fosfat Fosfat urine adalah gabungan dari natrium dan kalium fosfat serta kalsium dan magnesium fosfat (fosfat tanah). Makanan, khususnya jumlah protein yang dikonsumsi mempengaruhi ekskresi fosfat. Sebagian fosfat juga berasal dari pemecahan sel. i. Mineral Meliputi natrium, kalium, kalsium dan magnesium j. Vitamin, hormon dan enzim terdapat dalam jumlah yang kecil dalam urine. Pada urine yang tidak normal (abnormal) terdapat unsur-unsur yang seharusnya tidak terdapat dalam urine. Adanya unsur-unsur abnormal atau tidak umum terdapat dalam urine dapat mengindikasikan adanya suatu penyakit. Dengan kata lain, urine dapat digunakan untuk mendiagnosa suatu penyakit atau kelainan. Menurut Wiwi Isnaeni (2006), unsur-unsur tersebut meliputi : a. Protein (albumin) Albumin dan globulin yang terdapat dalam urine dalam konsentrasi abnormal mengindikasikan adanya gejala albuminaria. Normalnya, tidak lebih dari 30-200 mg protein diekskresi setiap hari dalam urine. Albumin dapat ditemukan dengan pemanasan urine. b. Glukosa Dalam urine normal, tidak lebih dari 1 gram gula diekskresi setiap hari. Glukosaria terjadi bila lebih dari jumlah itu ditemukan dalam urine. Selain itu, glukosa menjadi indikator adanya penyakit diabetes mellitus (DM). Produksi insulin oleh penderita DM sangat kurang, sehingga makanan gagal dijadikan sebagai bahan bakar. Akibatnya, kadar gula darah terus naik hingga sampai pada ginjal dan keluar lewat urine. Kadar glukosa darah meningkat seiring dengan pencernaan dan penyerapan glukosa dari makanan, kadarnya tidak lebih dari 140 mg/dl pada individu normal. c. Senyawa keton Keton yang diekskresikan setiap hari normalnya hanya 3-15 mg. Jumlahnya meningkat pada kelaparan, gangguan metabolisme karbohidrat, kehamilan, anestesia eter dan beberapa jenis alkalosis.
d. Bilirubin dan darah Adanya darah dalam urine (hematuria) dapat disebabkan karena kerusakan ginjal atau saluran urine. e. Porfirin Ekskresi koproporfirin dalam urine orang dewasa normal adalah 60-250 ug/hari. Adanya uroporfirin serta kenaikan jumlah koproporfirin dalam urine adalah sifat kimia yang nyata dalam urine pasien penderita “porfir io” Berdasarkan hasil praktikum didapatkan hasil bahwa semua urine dari praktikan termasuk normal dan negatif terhadap uji keberadaan glukosa dan protein. Ketika urine tersebut diuji dengan menggunakan
uji Fehling, urine
tersebut tidak ditemukan adanya endapan yang berwarna merah bata yang mengindikasikan
keberadaan
glukosa.
Sedangkan
ketika
diuji
dengan
menggunakan uji Robert dan uji Asam Sulfosalisilat, urine praktikan jernih dan tidak terbentuk cincin putih. Urine yang normal adalah urine yang tidak mengandung glukosa dan protein. Adanya glukosa dalam urine merupakan indikasi dari diabetes mellitus dan albumin (protein) merupakan indikasi nephritis. Karena tidak adanya zat-zat abnormal seperti halnya glukosa dan urine tersebut, dapat juga ditelusur bahwa kinerja ginjal dari semua praktikan tersebut adalah baik dan tidak terjadi adanya gangguan kerja ginjal. Kemudian praktikum yang terakhir yaitu mengamati anatomi makroskopis ginjal mammalia. Bagian paling luar dari ginjal disebut korteks yang berisi nefron (terdiri dari glomerulus dan kapsul bowman), bagian dalam lagi disebut medulla yang berisi tubulus ginjal. Bagian paling dalam disebut pelvis. Pada bagian medula ginjal manusia dapat pula dilihat adanya piramida yang merupakan bukaan saluran pengumpul. Ginjal dibungkus oleh lapisan jaringan ikat longgar yang disebut kapsula (Wulangi, 1993). Ginjal berbentuk seperti kacang pada beberapa spesies hewan mamalia. Bagian luar diselubungi oleh jaringan ikat tipis yang disebut kapsula renalis. Ginjal dapat dibedakan menjadi bagian korteks yakni lapisan sebelah luar yang berwarna coklat agak terang dan medulla yaitu lapisan sebelah dalam dan
berwarna agak gelap. Ginjal mempunyai bagian cekungan yang disebut dengan hilum. Pada hilum terdapat bundel saraf, arteri renalis, vena renalis, dan ureter. Ginjal memperoleh suplai darah dari aorta abdominalis yang bercabang menjadi arteri renalis, arteri interlobaris, arteri arcuata, arteri interlobularis, arteriole aferen, glomerulus, arteriole eferen, kapiler peritubuler (juxta glomerulare), vena interlobularis, vena arcuata, vena interlobularis, vena renalis. Ginjal selain berfungsi sebagai alat ekskresi juga berperan menghasilkan hormon seperti reninangiotensin, erythropoetin dan mengubah provitamin D menjadi bentuk aktif (vitamin D) (Nurcahyo, Heru dan Tri Harjana. 2013 : 45). Ginjal merupakan alat untuk menyaring darah sehingga zat-zat sisa yang bersifat racun dan tak berguna dikeluarkan dari dalam tubuh melalui air kencing (urine). Selain itu, ginjal juga berperan menjaga keseimbangan air dalam tubuh atau menjaga tekanan osmotik cairan tubuh sehingga perannya sangat penting dalam menjaga kondisi tubuh agar tetap seimbang dan dinamis (homeostasis) atau terciptanya kondisi sehat. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap ginjal kambing, didapatkan bahwa struktur ginjal yang teridentifikasi adalah sebagai beri kut : a. Hilus. Merupakan tingkat cekungan pada tepi ginjal. b. Kapsula renalis. Berfungsi untuk membungkus dan melindungi ginjal. Terdiri dari membran fibrosa (jaringan ikat). Strukturnya halus, tipis, dan transparan. c. Korteks. Merupakan lapisan ginjal paling luar. Pada korteks ini terdapat alat penyaring darah yang disebut nefron. Fungsi korteks adalah sebagai tempat terjadinya filtrasi dan ultrafiltrasi. d. Medula renalis. Berfungsi untuk menyalurkan sisa hasil filtrasi dari tubulus kolektivus ke kaliks. e. Pelvis. Merupakan tempat penampungan urine dan selanjutnya akan mengalirkan urine menuju ke kandung kemih atau vesica urinaria melalui saluran ureter. f. Calyx minor. Berfungsi untuk menerima urine dari renal papila g. Calyx mayor. Merupakan gabungan dari calyx minor
V. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa 1. Urine Kusuma Galih berwarna kuning tua, agak keruh dengan pH 5; urine Puti Alifia berwarna kuning kemerahan, jernih dengan pH 6; urine Puji Lestari berwarna kuning tua, agak keruh dengan pH 5 dan urine M. Ikhsan Al Ghazi berwarna kuning muda, jernih dengan pH 5. Urine naracoba tergolong ke dalam urine dengan warna, kejernihan dan pH yang normal. 2. Urine naracoba tidak mengandung protein (negatif terhadap uji asam sulsosalisilat dan robert). 3. Urine naracoba tidak mengandung glukosa 4. Struktur anatomi makroskopis ginjal mammalia (kambing) terdiri dari kapsula renalis, hilus, koteks, medula renalis, pelvis, calyx mayor dan calyx minor.
VI. DAFTAR PUSTAKA
Campbell, N.A, Jane B.C, dan Lawrence G.M. 2004. Biologi. Jilid III 2nd edition. Jakarta : Erlangga. Ganong WF. 2002. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : Buku Kedokteran EGC. Guyton dan Hall. 1997. Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC. Isnaeni, Wiwi. 2006. Fisiologi Hewan. Yogyakarta : Kanisius. Nurcahyo, Heru dan Tri Harjana. 2013. Diktat Petunjuk Praktikum Fisiologi Hewan. Yogyakarta : FMIPA UNY. Syaifuddin. 1997. Anatomi Fisiologi. Jakarta : Erlangga. Wulangi, K. 1993. Prinsip-Prinsip Fisiologi Hewan. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. Yuwono, Edy. 2001. Fisiologi Hewan I . Depertemen Pendidikan Nasional. Purwokerto : Universitas Jenderal Soedirman, Fakultas Biologi.
VII. LAMPIRAN