Nama Asisten: Vania Dianti Lestari Tanggal Praktikum : 20 April 2017 Tanggal Pengumpulan: 27 April 2017
PRAKTIKUM ANALISIS PANGAN Analisis Kadar Protein Agra Maharddhika (240210150062) Departemen Teknologi Industri Pangan, Fakultas Tenologi Industri Pertanian Universitas Padjadjaran ABSTRAK Protein terdiri dari unsur-unsur seperti C, H, O, dan N yang tidak dimiliki oleh lemak atau karbohidrat. Molekul protein mengandung pula fosfor, belerang, dan ada jenis protein yang mengandung unsur logam seperti besi dan tembaga. Protein berdasarkan sumbernya dapat dibedakan menjadi dua yaitu protein nabati dan protein hewani. Protein digunakan sebagai bahan bakar apabila keperluan enegi dalam tubuh tidak terpenuhi oleh karbohidrat dan lemak. Protein ikut pula mengatur berbagai proses tubuh, baik langsung maupun tidak langsung dengan membentuk zat-zat pengatur proses dalam tubuh. Berdasarkan praktikum penentuan kadar protein dilakukan dengan menggunakan dua metode yaitu metode mikro Kjeldahl dan metode biuret. Sampel yang akan digunakan dalam metode Biuret adalah susu full cream dan Legumilk. Sedangkan sampel yang digunakan pada analisis metode Kjeldahl adalah roti dan kacang hijau. Kata kunci : Protein, metode mikro-kjeldahl, metode biuret ABSTRACT Protein consist of elements such as C, H, O, and N which is not possessed by fat or carbohydrates. Protein molecules also contain phosporus, sulphur, and there is some kind of protein containing a metallic element such as iron and copper. Based on its source, protein can be divided into two kind of protein, it is vegetable protein and animal protein. Protein used as a fuel when energy needed in the body wasn’t completed by carbohydrate and fat. Protein also took part in various processes that regulate the body, either directly or indirectly by establishing the processes of substances in the bodt. Method used at this study was done by using two method which is a method of micro-kjeldahl and biuret methods. Sample that will be used in Biuret method are full cream milk and Legumilk. Sample that will be used in Kjeldhal method are bread and green beans. Keywords: Protein, micro-kjeldahl methods, biuret methods PENDAHULUAN Protein merupakan polimer heterogen molekul-molekul asam amino. Dalam protein globuler, rantai-rantai samping hidrofil dan polar berada di bagian luar dan rantai samping hidrofob dan nonpolar berada di bagian dalam (Purwoko dkk, 2007). Fungsi utama protein dalam tubuh adalah sebagai zat pembentuk jaringan baru dan mempertahankan jaringan yang sudah ada agar tidak mudah
rusak. Protein merupakan salah satu unsur makro yang terdapat pada bahan pangan selain lemak dan karbohidrat. Protein terdiri dari unsur-unsur seperti C, H, O, dan N yang tidak dimiliki oleh lemak atau karbohidrat. Molekul protein mengandung pula fosfor, belerang, dan ada jenis protein yang mengandung unsur logam seperti besi dan tembaga. Protein berdasarkan sumbernya dapat dibedakan menjadi dua yaitu protein nabati dan protein hewani. Protein digunakan sebagai bahan bakar apabila keperluan enegi dalam tubuh tidak terpenuhi oleh karbohidrat dan lemak. Protein ikut pula mengatur berbagai proses tubuh, baik langsung maupun tidak langsung dengan membentuk zat-zat pengatur proses dalam tubuh. Protein juga berperan dalam pengaturan proses dalam tubuh ( secara langsung maupun tidak langsung ). Dengan cara mengatur zat-zat pengatur proses dalam tubuh, protein dapat mengatur keseimbangan cairan dalam jarngan dan pembuluh darah, yaitu dengan cara menimbulkan tekanan osmotik koloid. Tekanan osmotik tersebut dapat menarik cairan jaringan kedalam pembuluh darah. Selain itu, sifat amfoter protein yang dapat bereaksi dengan asam dan basa, dapat mengatur keseimbangan asam basa dalam tubuh. Protein dapat diklasifikasikan berdasarkan fungsi biologinya, yaitu sebagai enzim, protein transport, protein nutrient dan penyimpan, protein kontraktil atau motil, protein struktural, protein pertahanan, dan protein pengatur. Berdasarkan komposisi kimianya, protein dibagi atas (Panil, 2004) : 1. Simple Protein, merupakan protein yang hanya mengandung 1-alfaasam amino atau derivatnya. Beberapa contoh Simple Protein antara lain: albumin, globulin, glutein, protamin, albuminoid, dan histon. 2. Conjugated Protein, merupakan protein yang bergabung dengan zat yang bukan protein. Zat yang bukan protein ini disebut gugus prostetik. Beberapa contoh Conjugated Protein antara lain: nukleoprotein, glikoprotein, fosfoprotein, lipoprotein, dan metalloprotein. Metode untuk menentukan kandungan protein dalam bahan pangan, yang sangat umum digunakan yaitu metode Kjedahl. Metode ini terdapat 3 tahapan dalam penentuan protein, yaitu destruksi, destilasi dan titrasi. Kadar N total yang diperoleh dikalikan dengan faktor perkalian suatu bahan merupakan kadar protein yang ada dalam bahan pangan. Protein adalah senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang merupakan polimer dari monomer-monomer asam amino yang dihubungkan satu sama lain dengan ikatan peptida. Tahap destruksi diawali dengan penambahan asam kuat dan pemberian perlakuan panas agar nitrogen pada bahan pangan terlepas sehingga bisa dihitung. Reaksi yang terjadi pada tahap destruksi adalah sebagai berikut : N (contoh) + H2SO4 → (NH4)2SO4 Tahap selanjutnya adalah tahap netralisasi dan distilasi dengan penambahan alkali pekat yang bertujuan untuk menetralkan asam sulfat sehingga terbentuk gas amoniak. Dengan proses distilasi, gas amoniak ini kemudian akan
menguap dan ditangkap oleh asam borat (H3BO3) membentuk NH4H2BO3. Berikut adalah reaksi yang terjadi : (NH4)2SO4 + 2 NaOH →Na2SO4 + 2 H2O + 2 NH3 2 NH3 + 2 H3BO3 →2 NH4H2BO3 Tahap terakhir dalam metode kjeldahl adalah tahap titrasi. Dalam tahap ini, senyawa NH4H2BO3 yang terbentuk dititrasi dengan asam klorida encer sehingga asam borat terlepas kembali dan membentuk amonium klordia. Jumlah asam klorida yang digunakan dalam titrasi setara degnan jumlah NH3 yang dibebaskan dari proses distilasi. Berikut adalah reaksi pada tahap titrasi : 2 NH4H2BO3 + 2 HCl → 2 NH4Cl + 2 H3BO3 Protein berperan penting dalam struktur dan fungsi semua sel makhluk hidup dan virus. Kebanyakan protein merupakan enzim atau sub unit enzim Berdasarkan praktikum penentuan kadar protein dilakukan dengan menggunakan dua metode yaitu metode mikro Kjeldahl dan metode biuret. Untuk metode mikro Kjeldahl yaitu dengan menentukan jumlah nitrogen (N) yang terkandung dalam suatu bahan. Sedangkan untuk metode biuret yaitu mengetahui ada atau tidaknya ikatan peptida dalam suatu senyawa. (Triyono, 2007). Analisis protein penting untuk keperluan pelabelan gizi, mengetahui sifat fungsional dan penentuan sifat biologis protein. Analisis protein juga perlu dilakukan untuk mengetahui kandungan total protein dari suatu bahan pangan, jumlah protein tertentu dalam suatu campuran, kandungan protein hasil dari suatu isolasi dan purifikasi protein, kandungan non-protein nitrogen, komposisi asam amino dan nilai gizi protein (Andarwulan, 2011). BAHAN DAN METODE Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam analisis protein adalah labu kjeldahl, kondensor, neraca analitik, pipet volume, labu ukur 100 mL, Erlenmeyer 250 mL, alat destilasi, buret 50 mL, spatula, gelas ukur 10 mL, bunsen, dan hot plate. Sampel yang akan dianalisis kadar proteinnya pada praktikum kali ini adalah roti tawar, kacang hijau, susu full cream, dan legumilk. Reagen yang digunakan adalah akuades, etil eter, indikator N/ nitrogen, larutan asam borat (H3BO3), larutan asam klorida (HCl) 0,202 N, larutan asam sulfat (H2SO4) pekat, larutan natrium hidroksida (NaOH), larutan natrium tiosulfat (Na2S2O3), larutan asam trikloroasetat/ trichloroacetic acid (TCA) 10%, padatan merkuri/ raksa oksida (HgO), kalium sulfat (K2SO4), dan reagen Biuret. Metode Analisis Kadar Protein dengan Metode Mikro-Kjeldahl Metode Kjeldahl dimulai dengan penimbangan sampel sebanyak 0,1 gram (100 mg) menggunakan neraca analitik. Sampel yang telah ditimbang kemudian dimasukkan ke dalam labu destruksi dan ditambah larutan H2SO4 pekat sebanyak
2 ml, padatan HgO 0,04 gram, dan padatan K2SO4 0,9 gram. Langkah selanjutnya adalah adalah proses pemanasan sampai mendidih. Cairan hasil destruksi kemudian dimasukkan kedalam labu destilasi sebanyak 10 mL untuk dilakukan proses destilasi. Kedalam labu destilasi ditambahkan larutan NaOH dan Na2S2O3. Jika cairan hasil destruksi yang ditambahkan dengan larutan tersebut tidak berubah warna menjadi hitam maka proses destruksi gagal dan perlu dilakukan destruksi ulang. Labu erlenmeyer digunakan untuk menampung destilat dan pada labu tersebut diberi larutan H3BO3 dan indikator N. Destilasi dilakukan hingga warna larutan pada labu erlenmeyer berubah menjadi hijau dan diperoleh volume cairan 100 mL. Setelah diperoleh volume cairan destilat 100 mL, cairan tersebut diberi indikator metil orange beberapa tetes kemudian di titrasi dengan larutan HCl 0,202 N hingga warna cairan berubah menjadi merah muda dari awalnya berwarna hijau. Jumlah asam klorida yang digunakan dalam titrasi setara degnan jumlah NH3 yang dibebaskan dari proses distilasi Analisis Kadar Protein dengan Metode Biuret Metode analisis ini diawali dengan penimbangan sampel sebanyak 2 gram lalu dimasukkan kedalam labu ukur 10 mL dan ditepatkan volumenya sampai tanda batas dengan penambahan akuades. Cairan hasil pelarutan sampel dalam labu ukur dipipet sebanyak 2 mL dan dimasukkan kedalam labu sentrifugasi kemudian ditambah larutan TCA 1ml dan akuades 1 mL. Kemudian cairan disentrifugasi selama 5 menit dengan kecepatan 5000 rpm. Cairan dan endapan dipisahkan dengan cara dekantasi. Cairan yang telah dipisahkan kemudian ditambah etil eter sebanyak 2 mL dan diaduk hingga homogen. Dilakukan sentrifugasi dengan durasi dan kecepatan yang sama. Hasil sentrifugasi kemudian diuapkan selama satu malam sehingga diperoleh endapan kering. Endapan kering ditambah 4 mL akuades dan 6 mL reagen Biuret yang kemudian didiamkan selama 10 menit jika suhu yang diberikan 370C dan 30 menit jika suhu yang diberikan adalah suhu ruang (25- 270C) hingga terbentuk endapan ungu. Kadar protein dianalisis dengan cara mengukur absorbansi cairan berwarna ungu menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 520 nm. Hasil pengukuran absorbansi kemudian dihubungkan dengan kurva standart untuk memperoleh kadar protein. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kadar Protein dengan Metode Mikro-Kjeldahl Prinsip metode Kjeldahl adalah mengukur kadar nitrogen (N) sampel kemudian dikalikan dengan suatu faktor konversi yang besarnya bergantung dari jenis bahan. Kadar N sampel ditentukan berdasarkan jumlah N yang tereduksi seperti NH2 dan NH yang ada dalam bahan sampel. Penentuan kadar protein dengan metode Kjeldahl terdiri atas tiga tahap, yaitu destruksi, destilasi dan titrasi.
Destruksi adalah proses penguraian unsur-unsur yang ada di dalam bahan. Pada tahap ini sampel dicampurkan dengan H2SO4 pekat. Penambahan katalisator dimaksudkan untuk menaikkan titik didih sehingga proses destruksi dapat berjalan dengan cepat. Tetapi apabila bahan yang mengandung protein kaya asam amino seperti susu, memerlukan katalisator dalam jumlah yang cukup banyak. Kelebihan dari metode Kjeldahl ini dapat digunakan untuk analisis protein semua jenis bahan pangan. Salah satu kelemahan dari metode Kjeldahl adalah metode ini mengukur bukan hanya nitrogen pada protein, tetapi juga nitrogen dalam protein menjadi sangat penting untuk digunakan sebagai faktor konversi dalam perhitungan (Mahmud, 2008). Penambahan NaOH pada tahap destilasi dilakukan untuk memberikan suasana basa karena reaksi tidak dapat berlangsung dalam keadaan asam. Indikator metil merah biru merupakan indikator yang bersifat amfoter, yaitu bisa bereaksi dengan asam maupun basa. Indikator ini digunakan untuk mengetahui asam dalam keadaan berlebih. Asam borat berfungsi sebagai penangkap NH3 sebagai destilat berupa gas yang bersifat basa. Agar ammonia dapat ditangkap secara maksimal, ujung alat destilasi harus tercelup ke dalam larutan asam borat sehingga dapat ditentukan jumlah protein sesuai dengan kadar protein bahan. Titrasi dilakukan untuk menentukan seberapa banyak volume HCl yang diperlukan dengan indikator perubahan warna destilat menjadi warna merah muda berbayang. Nilai kadar protein didapatkan dengan menghitung kadar N dalam bahan pangan, cara perhitungan kadar protein dapat dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut: %N = ml HCl (sampel-blanko) x N HCl x FP x 14.007 x 100 W sampel (mg) % Protein = %N x Faktor konversi Hasil pengamatan menunjukkan kadar protein dari setiap sampel berbedabeda. Nilai kadar protein paling tinggi terdapat pada sampel kacang hijau yaitu 28,71% dan 27,82%. Menurut Balitkabi (Balai Penelitian Tanaman Kacangkacangan dan Umbi – umbian), kadar protein pada kacang hijau berkisar antara 18,3% - 28,02%. Nilai kadar protein paling rendah terdapat pada sampel roti tawar yaitu 11,29% dan 10,66%. Menurut SNI 01-3840-1995, kadar protein roti per 100 gram bernilai 9,7%. Perbedaan nilai antara literatur dengan hasil praktikum terjadi karena dalam metode Kjeldahl, ion N yang diikat tidak hanya bersumber dari senyawa protein saja, namun senyawa - senyawa organik lain juga akan melepaskan ion N sehingga terjadi peningkatan pada nilai N yang menjadi destilat. Hal ini yang mengakibatkan peningkatan nilai kadar protein pada kacang hijau dan roti.
Analisis Kadar Protein dengan Metode Biuret Metode ini menggunakan spektrofotometri. Spektrofotometri merupakan teknik analisis yang bertujuan untuk mengetahui jumlah (konsentrasi) zat dalam suatu bahan dengan mengetahui nilai absorbansinya. Spektrofotometer yang digunakan dalam praktikum ini yaitu UV-Visible. Prinsip pengujian kadar protein dengan uji ini adalah pengukuran serapan cahaya kompleks berwarna ungu dari protein yang bereaksi dengan pereaksi biuret. Kompleks warna yang terbentuk adalah hasil reaksi protein dengan ion Cu2+ yang terdapat dalam pereaksi biuret dalam suasana basa. Semakin tinggi konsentrasi cahaya yang diserap oleh larutan, maka semakin tinggi konsentrasi protein yang ada dalam sampel tersebut (Harr 2002). Biuret adalah senyawa dengan dua ikatan peptide yang terbentuk pada pemanasan dua molekul urea. Uji biuret ini ditujukan untuk menunjukkan adanya senyawa-senyawa yang mengandung gugus amida asam (-CONH2) yang berada bersama gugus amida asam yang lain. Larutan protein standar yang digunakan adalah BSA (Bovine Serum Albumin). Fungsi penambahan TCA pada pembuatan kurva standar adalah untuk mengendapkan protein pada sampel cair karena terjadi denaturasi pada protein sehingga protein pada sampel cair mengendap. Fungsi penambahan dietil eter adalah untuk melarutkan lemak sampel. Endapan pada sampel cair dicuci dengan dietil eter untuk menghilangkan TCA yang digunakan untuk mengendapkan protein. Larutan protein dibuat alkalis dengan NaOH kemudian ditambahkan larutan CuSO4 encer. Ion Cu2+ dari biuret dalam suasana basa akan bereaksi dengan polipeptida atau ikatan-ikatan peptida yang menyusun protein membentuk senyawa komplek berwarna ungu atau violet. (Sudarmadji, 2011). Berdasarkan hasil pengamatan, kadar protein yang diperoleh dari susu full cream adalah 7,76% dan 7,72%. Kadar protein pada susu full cream yaitu 25% (Helferich & Westhoff, 1980). Berdasarkan hasil pengamatan, kadar protein produk minuman Legumilk adalah 1,45% dan 0,59%. Kadar protein pada sari kacang merah sebesar 1,79% (Kharisma, 2014). Sedangkan kadar protein susu kedelai menurut SNI 01-3830-1995 adalah 3,5%. Perbedaan nilai antara 2 sampel yang terlalu jauh terjadi karena pada saat praktikum, terjadi perlakuan yang tidak disengaja yaitu berupa getaran pada endapan sampel yang telah didiamkan selama satu malam sehingga sampel yang sudah mengendap menjadi berantakan dan tidak mengendap dengan baik. Hal ini menyebabkan massa endapan berkurang sehingga sampel yang akan dimasukkan kedalam alat spektrofotomer berkurang dan menyebabkan penurunan kadar protein. Selain itu, terjadi pencampuran bahan yang tidak sebanding menyebabkan kadar protein produk jadi (legumilk) berbanding jauh dengan kadar protein literatur. Kurva standar dibuat dari hubungan antara konsentrasi larutan dengan absorbansinya. Kurva standar dibuat dari larutan standar. Larutan standar adalah larutan yang sudah diketahui nilai konsentrasinya. Larutan ini diperlukan untuk
menghitung nilai konsentrasi sampel protein yang diukur menggunakan persamaan garis dari larutan standar yang diperoleh. Larutan standar yang digunakan adalah larutan Bovine Serum Albumin (BSA). Bovine serum albumin (BSA) adalah protein albumin yang berasal dari sapi. Bovine serum albumin merupakan salah satu protein sederhana yang berbentuk globular. Pengukuran nilai absorbansi larutan standar dan larutan sampel menggunakan spektrofotometer. Spektrofotometer merupakan alat yang digunakan untuk mengukur absorbansi dengan cara melewatkan cahaya dengan panjang gelombang tertentu pada suatu obyek kaca atau kuarsa yang disebut kuvet. Sebagian dari cahaya tersebut akan diserap dan sisanya akan dilewatkan. Nilai absorbansi dari cahaya yang diserap sebanding dengan konsentrasin larutan di dalam kuvet (Sasongko et al 2010). Hasil pengukuran pada larutan BSA menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi maka semakin tinggi pula nilai absorbansi yang terbaca pada spektrofotometer. Nilai konsentrasi ini didapat dari perhitungan matematis. Data yang diperoleh dari nilai absorbansi dan konsentrasi BSA diperoleh gambar pada lampiran. Persamaan yang didapatkan adalah y = 0.0003x + 0.0077 dengan nilai R2 adalah 0.9982. Nilai ini termasuk dalam kategori yang baik karena nilai R2 yang baik adalah nilai yang mendekati angka 1. Pengukuran kadar protein dengan menggunakan metode Biuret ini memiliki kelemahan dan kelebihan. Kelemahan menggunakan metode ini adalah hasil yang ditunjukkan belum tentu murni merupakan protein, melainkan dapat berupa kadar senyawa yang mengandung benzena, gugus fenol, atau gugus sulfhidrin juga ikut terbaca kadarnya. Selain itu, waktu yang digunakan untuk pengukuran absorbansinya tergolong lama karena harus melakukan proses pemanasan sapel dengan penangas terlebih dulu. Kelebihan yang bisa diperoleh dengan menggunakan metode Biuret ini adalah reagen yang digunakan hanya satu macam, berbeda dengan metode Lowry yang menggunakan empat macam reagen. KESIMPULAN Berdasarkan metode Kjeldahl, kadar protein tertinggi terdapat pada sampel kacang hijau 1 dengan nilai 28,71% sedangkan kadar protein terkecil terdapat pada sampel roti 2 dengan nilai 10,66%%. Perbedaan nilai antara literatur dengan hasil praktikum terjadi karena dalam metode Kjeldahl, ion N yang diikat tidak hanya bersumber dari senyawa protein saja, namun senyawa - senyawa organik lain juga akan melepaskan ion N sehingga terjadi peningkatan pada nilai N yang menjadi destilat. Hal ini yang mengakibatkan peningkatan nilai kadar protein pada kacang hijau dan roti. Berdasarkan metode Biuret, kadar protein tertinggi terdapat pada susu full cream 1 dengan nilai 7,76% sedangkan kadar protein terkecil terdapat pada sampel Legumilk 2 dengan nilai 0,59%. Perbedaan dengan literature disebabkan oleh terjadinya perlakuan yang tidak disengaja yaitu berupa getaran pada endapan
sampel yang telah didiamkan selama satu malam sehingga sampel yang sudah mengendap menjadi berantakan dan tidak mengendap dengan baik. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis menyampaikan terimakasih kepada segenap asisten laboratoriun dalam praktikum analisis pangan : Abdurrohman, Sarah Chaldea, Ika Winda Wati, dan Vania Dianti Lestari, serta kepada Bapak Rudy Adi S.TP., M.Si. selaku laboran analisis pangan yang telah membantu dan membimbing penulis dalam praktikum analisis kadar protein. DAFTAR PUSTAKA Andarwulan, Nuri. 2011. Analisis Pangan. Jakarta : Dian Rakyat. Badan Standardisasi Nasional. 1995. SNI 01-3830-1995 Tentang Susu Kedelai. BSN, Jakarta. Badan Standardisasi Nasional. 1995. SNI 01-3840-1995 Tentang Roti. BSN, Jakarta. Balitkabi [Balai Penelitian Tanaman Kacang-Kacangan dan Umbi - Umbian]. 2012. Deskripsi Varietas Unggul Kacang-kacangan dan Umbi-umbian (Cetakan ke-7). Puslitbangtan, Bogor. Harr R. 2002. Resensi Ilmu Laboratorium Klinis. Erlan, Mandera, penerjemah. Jakarta (ID): Buku Kedokteran EGC. Terjemahan dari: Clinical Laboratory Science Review. Kharisma, V.W. 2014. Pengaruh Penepungan, Perebusan, Perendaman Asam dan Fermentasi terhadap Komposisi Kimia Kacang Merah (Phaseolus vulgaris L.), Skripsi S-1, Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor, Bogor. Mahmud, Mien dkk. 2008. Tabel Komposisi Pangan Indonesia (TKPI). Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Panil, Zulbadar. 2004. Memahami Teori dan Praktek Biokimia Dasar Medis. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Purwoko, T., Handajani, N., S. 2007. Kandungan Protein Kecap Manis Tanpa Fermentasi Moromi Hasil Fermentasi Rhizopus oryzae dan R. oligosporus. BIODIVERSITAS. Vol 8. Nomor 2, Hal. 223-227. Sasongko et al. 2010. Optimalisasi Peningkatan Tannin Daun Nangka dengan Protein Bovine Serum Albumin (BSA). Jurnal Buletin Peternakan. 34 (3): 154-158.
Sudarmadji, Slamet dkk 2011. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian.Yogyakarta; Liberty. Yogyakarta. Triyono, 2007, Pengaruh Tingkat Protein Ransum Pada Akhir Masa Kebuntingan Pertama Terhadap Performan dan Berat Lahir Pedet Sapi Perah Peranakan Friesian Holstein (Pfh), Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
LAMPIRAN Tabel 1. Hasil pengamatan analisis kadar protein metode Mikro-Kjeldahl Berat Volume Faktor Sampel %N %Protein Sampel (mg) titrasi (mL) Konversi Roti 1 100 7,3 1,98 5,7 11,29 Roti 2 100 6,9 1,87 5,7 10,66 Kacang 100 16,2 4,5 6,25 28,71 Hijau 1 Kacang 100 15,7 4,36 6,25 27,82 Hijau 2 (Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2017) Tabel 2.Hasil pengamatan analisis kadar protein dengan metode Biuret Berat Sampel Kadar Sampel Absorbansi Ppm (mg) Protein Susu Full Cream 1 2032,2 0,197 631 7,76 Susu Full Cream 2 2032,2 0,195 624,3 7,72 Legumilk 1 2021,8 0,043 117,67 1,45 Legumilk 2 2021,8 0,022 47,67 0,59 (Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2017) Tabel 3. Hasil Pengamatan Penentuan Kurva Standar Ppm (x) Absorbansi (y) 0 0 500 0,163 1000 0,263 1500 0,388 2000 0,521 2500 0,641 3000 0,788 3500 0,929 (Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2017)
Absorbansi
Kurva Standar Protein 1 0.9 0.8 0.7 0.6 0.5 0.4 0.3 0.2 0.1 0
y = 0.0003x + 0.0077 R² = 0.9982
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
ppm
Gambar 1. Kurva Standar Protein
3500
4000