LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANLITIK II TITRASI ALKALIMETRI
Di Susun Oleh : Nama praktikan : Ainutajriani Nim
: 14 3145 453 048
Kelas
: 1B
Kelompok
: II
Dosen Pembimbing : Sulfiani, S.Si
PROGRAM STUDI DIII ANALIS KESEHATAN STIKes MEGA REZKY MAKASSAR
2014–2015 LEMBAR PENGESAHAN Judul percobaan
: Titrasi Alkalimetri
Nama praktikan
: Ainutajriani
NIM
: 14 3145 453 048
Hari, tanggal percobaan
: Rabu, 8 April 2015
Kelompok
: II
Kelas
: 1B
Rekan kerja
: 1 2 3 4 5 6 7
Penilaian
Helidianto Muh. Ilham Ria Ekayati Wahyuni Iya Fitria Attamimi Irmawati Nurul Dibiyanti
:
Makassar, 8 April 2015
Disetujui oleh Dosen pembimbing
( Sulfiani, S.Si )
Praktikan
( Ainutajriani )
A. JUDUL PERCOBAAN
: Titrasi Alkalimetri
B. TUJUAN
: Untuk menentukan kadar Asam Asetat pada cuka makan
C. LATAR BELAKANG TEORI Cuka (asam asetat) merupakan asam organik yang dikenal sebagai pemberi rasa asam dan aroma dalam makanan (Ihsan, 2013). Asam cuka memiliki rumus empiris C2H4O2, namun lebih sering ditulis dalam bentuk CH3COOH. Cuka merupakan pereaksi kimia dan bahan baku industri penting. Selain itu, dalam industri makanan cuka sering digunakan sebagai pengatur keasaman (Anwar, 2009). Analisa volumetri adalah suatu teknik yang melibatkan pengukuran volume suatu larutan untuk menentukan kandungan senyawa dalam larutan lain secara kuantitatif. Persamaan reaksi menunjukkan rasio stoikiometri dari spesies-spesies yang bereaksi. Dengan demikian, bila konsentrasi salah satu larutan diketahui, maka konsentrasi larutan lainnya dapat ditentukan dari volume larutan yang digunakan (Tim Program Studi Teknik Kimia Universitas Surya, 2014). Zat yang akan ditentukan kadarnya disebut sebagai titran dan biasanya diletakan di dalam labu erlenmeyer, sedangkan zat yang telah diketahui konsentrasinya disebut sebagai titer dan biasanya diletakkan di dalam buret (Taher, 2013). Titran ditambahkan ke dalam titer sedikit demi sedikit sampai kedua larutan mencapai titik ekuivalen, yaitu ketika kedua larutan tepat habis bereaksi. Untuk menentukan letak titik ekuivalen digunakan indikator pH yang akan mengalami perubahan warna pada saat mendekati titik ekuivalen.
Indikator yang tepat untuk suatu sistem titrasi adalah indikator yang dapat memberikan titik akhir titrasi sedekat mungkin dengan titik ekuivalen. Indikator yang baik digunakan untuk titrasi asam asetat dengan NaOH adalah fenolftalein (PP) dengan trayek pH = 8,2-10,0 (Rahayu, 2011) yang akan mengalami perubahan warna dari tak berwarna menjadi merah muda. Kemudian volume titer yang diperlukan untuk mencapaikeadaan tersebut dicatat. Dengan menggunakan data volume titran, volume titer, dan konsentrasi titer maka kita bisa menghitung kadar titran (Tresna, 2010). Larutan NaOH bereaksi dengan gas karbon dioksida (CO 2) yang ada di udara sehingga akan menyebabakan konsentrasi larutan NaOH cenderung menjadi tidak stabil. Karena itu larutan NaOH perlu ditentukan konsentrasi tepatnya sebelum digunakan untuk titrasi. Hal ini dilakukan melalui titrasi NaOH dengan suatu larutan asam lain yang stabil dan dapat diperoleh dalam keadaan yang murni sehingga konsentrasinya dapat ditentukan secara akurat. Proses ini disebut standarisasi. Larutan yang diketahui konsentrasinya disebut standar primer, sedangkan NaOH dalam hal ini disebut standar sekunder. Dalam praktikum ini akan digunakan Kalium Hidrogen Ftalat (KC8H5O4) sebagai standar primer.
D. ALAT DAN BAHAN 1) Alat : a) Buret b) Klem c) Statif d) Botol reagen e) Erlenmeyer f) Pipet gondok
2) Bahan : a) NaOH 0,1 N b) PP ( Phenol Phtalein ) 1% c) Aquadest d) Asam cuka makan e) Alkohol 90%
g) Balp h) Corong i) Beaker glass E. PROSEDUR KERJA 1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan 2. Pipet asam cuka makan sebanyak 10 mL, lalu dituang kedalam erlenmeyer 3. Tambahkan aquadest sebanyak 90 mL, menjadikan keseluruhan 100 mL 4. Homogenkan asam cuka yang sudah dicampur aquadest
Standarisasi larutan asam cuka dengan NaOH 0,1 N 1. Masukkan larutan NaOH ke dalam buret 2.
Pipet 10 mL asam cuka kedalam erlenmeyer
3. Tambahkan 3 tetes indikator PP 1 % 4. Titrasi larutan asam cuka dengan menggunakan larutan NaOH sampai tercapai titik akhir (terjadi perubahan warna merah muda)
5. Catatlah volume NaOH saat tercapai titik akhir (dinyatakan dengan V1 NaOH) 6. Diulang prosedur diatas minimal duplo (2 kali titrasi) dan dinyatakan sebagai V2 NaOH 7. Hitunglah volume NaOH rata – rata dan penentuan kadar aasam asetat pada cuka makan
F. HASIL PENGAMATAN I.
Standarisasi Asam Cuka dengan Natrium Hidroksida ( NaOH ) 0,1 N Titrasi
Volume asam cuka
Volume NaOH
1
100 mL
12 mL
2
100 mL
12,2 mL
rata – rata II.
12,1 mL
Kadar asam asetat dalam cuka makan adalah sebanyak 6,534%
G. ANALISA DATA / PERHITUNGANNYA 1. Volume rata – rata NaOH Diketahui : V1 = 28,5 mL V2 = 28,3 mL Ditanya :
Vrata-rata?
V.rata – rata
V 1+V 2 2
= =
12+12,2 2
=
24,2 2
= 12,1 mL
2. Penentuan kadar asam asetat dalam cuka makan
Diketahui :
fp (faktor pengencer) =
100 10
= 10
V1 = 12 mL V2 = 12, mL Vrata-rata = 12,1 mL Ditanya :
kadar asam asetat pada cuka makan?
Kadar asam asetat = fp × V . rata−rata NaOH × N . NaOH standar × BE asam asetat ×100 V . sampel ×1000 =
¿
10 ×12,1 ×0,09 ×100 10 ×1000 ¿
653,4 ×100 10000 = 6,534 %
A. PEMBAHASAN Pada percobaan titrasi antara NaOH dan CH 3COOH yaitu titrasi asam lemah dengan basa kuat digunakan indikator PP. Dikarenakan trayek pH indikator PP mencakup pH titik ekivalen antara asam lemah dengan basa kuat. Jadi ketika indikator tepat berubah warna atau titik akhir titrasi telah tercapai, ini berarti jumlah titrat telah ekivalen dengan jumlah titran. Oleh karena itu, indikator PP sangat tepat digunakan untuk penunjuk titrasi asam lemah dengan basa kuat. Pada peniteran alkalimetri pada percobaan ini yang akan ditetapkan kadarnya adalah asam cuka makan. Sebanyak 10 mL asam cuka diencerkan didalam labu takar hingga 100 mL. Dari 100 mL larutan asam cuka yang telah diencerkan dipipet 10 mL dan ditambahkan 3 tetes indikator PP. Larutan asam cuka yang ditambahkan indikator PP tidak mengalami perubahan warna. Lalu asam cuka dititrasi dengan larutan NaOH yang telah distandarisasi. Pada saat titik akhir telah tercapai warna larutan berubah menjadi merah lembayung dikarenakan penambahan [OH-], menyebabkan [H+] berkurang dan keseimbangan bergeser ke kanan, perubahan HIn menjadi In-. Sehingga warna larutan berubah menjadi merah lembayung yang disebut warna basa indikator. Setelah didapat titik akhir pada volume pertama NaOH 12 mL dan volume kedua NaOH 12,2 mL, maka dapat dihitung kadar CH3COOH. Dari perhitungan didapatkan kadar CH3COOH adalah sebesar 6,534%. Pada saat melakukan titrasi banyak kemungkinan faktor kesalahan yang terjadi diantaranya :
1) Kebersihan alat-alat yang digunakan. Alat yang digunakan harus bersih dan kering agar tidak terjadi kontaminasi dengan zat-zat sisa yang tertinggal pada alat-alat yang digunakan. 2) Kelebihan titran sehingga volume titik akhir melebihi yang seharusnya. 3) Kesalahan praktikan pada pembacaan miniskus buret.
Pada peniteran asam dan basa, setiap basa yang diteteskan bereaksi dengan asam dan peniteran dihentikan pada saat jumlah mol H+ setara dengan jumlah mol OH-. Pada saat ini larutan bersifat netral, atau [H +] = [OH-] = 107.Pada peniteran asam lemah-basa kuat. pH nya pada titik ekivalen > 7 karena kebasaan konjugat asam lemah CH 3COO-. Indikator yang tepat untuk titik akhir titrasi ini salah satunya adalah Phenol Phtalein yang memiliki trayek pH 8,2 – 10,00.
B. KESIMPULAN Kadar asam asetat dalam cuka makan dengan cara menstandarisasi larutan cuka dengan larutan standar NaOH adalah 6,534 %.
DAFTAR PUSTAKA
Harjadi,W. 1987. Ilmu Kimia Analitik Dasar. PT. Gramedia : Jakarta Keenan,W. Kleinfelter. 1980. Kimia Untuk Universitas. Erlangga : Jakarta Khopkar, S.M. 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik. Universitas Indonesia : Jakarta Sastrohamidjojo, Hardjono. 2005. Kimia Dasar. Gajah Mada Universitas Press: Jogjakarta Shevla, G. 1985. Vogel Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. PT. Kalman Media Pustaka : Jakarta http://itatrie.blogspot.com/2012/10/laporan-kimia-dasar-ii-asidi-alkalimetri.html diakses pada tanggal 8 April 2015
LAMPIRAN