Laporan Praktikum Pengujian Efek Antikolinergik Antikolinergik BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Sistem saraf otonom bekerja menghantarkan rangsang dari SSP ke otot polos, otot jantung dan kelenjar. Sistem saraf otonom merupakan saraf eferen (motorik), dan merupakan bagian dari saraf perifer. Sistem saraf otonom ini dibagi dalam 2 bagian, yaitu sistem saraf simpatis dan si sistem saraf parasim parasimpatis patis.. Pada Pada umum umumny nyaa jika jika fung fungsi si salah salah satu satu siste sistem m dirangsang maka sistem yang lain akan dihambat. Sistem saraf otonom tersusun atas saraf praganglion, ganglion dan saraf postganglion. Impuls Impuls saraf saraf diteru diteruska skan n dengan dengan bantua bantuan n neurot neurotran ransmi smitter tter,, yang yang dikelu dikeluark arkan an oleh oleh saraf saraf praganglion maupun saraf postganglion. postganglion. Beberapa perbedaan antara saraf simpatis dan parasimpatis adalah sbb: %.
&etak
badan
S!" SI#P$IS sel $ora' %%2
S!" P!SI#P$IS Saraf *ranial III, +II, I,
praganglion
&umbal %
Sakral 2,,-
2.
(thora*olumbal) auh dari efektor
(*rabiosakral) /ekat efektor
(praganglion pendek) 0 dan 1
(praganglion panjang) ikotinik dan muskarinik
. -.
Posisi ganglion !eseptor eurotransmitter
Praganglion
setilkolin
setilkolin
Post ganglion
orsepineprin
setilkolin
Sistem saraf otonom otonom yang dikenal juga dengan nama sistem saraf 3egetatif , sistem saraf keseimbangan 3is*eral atau sistem saraf sadar, sistem mengendalikan dan mengatur keseim keseimban bangan gan fungsi fungsifun fungsi gsi intern intern tubuh tubuh yang yang berada berada di luar luar pengar pengaruh uh kesadar kesadaran an dan kemauan. Sistem ini terdiri atas serabutserabut sarafsaraf ganglionganglion dan jaringan saraf yang mendarafi jantung, pembuluh darah, kelenjarkelenjar, alatalat dalaman dan otot otot polos. 4ntuk selanjutnya, selanjutnya, obatobat obatobat yang berhubungan berhubungan dengan dengan kerja asetilkolin disebut kolinergik, dan obatobat yang berhubungan dengan kerja norepineprin disebut adrenergik.
Penggolongan obatobat yang bekerja pada sistem saraf otonom %.
5olinergik
a.
gonis kolinergik, *ontohnya pilokarpin
b.
ntagonis kolinergik, *ontohnyaatropine *ontohnyaatropine
2.
drenergik
a.
gonis adrenergik, *ontohnya amfetamin
b.
ntagonis adrenergik, *ontohnya *ontohnya fenoksiben6amin
I.2 Tujuan Percoaan
Setelah menyelesaikan per*obaan ini diharapkan mahasis7a : #eng #engha hay yati ati se*a se*ara ra lebi lebih h baik baik peng pengar aruh uh berb berbag agai ai obat obat sist sistem em sara saraff oton otonom om dala dalam m pengendalian fungsifungsi 3egetatif tubuh #eng #engen enal al suatu suatu tekn teknik ik meng menge3 e3al alua uasi si obat obat anti antiko kolin liner ergi gik k pada pada neur neurof ofra rakt ktor or parasimpatikus. I.! Prin"ip Percoaan
Pemb Pemberi erian an 6at 6at koli koline nerg rgik ik pada pada he7a he7an n per* per*ob obaan aan meny menyeba ebabk bkan an sali3 sali3asi asi dan dan hipersali3asi yang dapat diinhibisi oleh 6at antikolinergik .
Persen inhibisi 8 Inhibisi 9 diameter kontrol diameter uji ' % 8 diameter kontrol
BAB II TIN#AUAN PU$TA%A
Sistem saraf otonom merupakan bagian sistem syaraf yang mengatur fungsi 3is*eral tubuh. Sistem ini mengatur tekanan arteri, motilitas dan sekresi gastrointestinal, pengosongan kandung kandung kemih, kemih, berkeringat berkeringat,, suhu tubuh dan akti3itas akti3itas lain. 5arakteristik 5arakteristik utama SS; adalah kemampuan memengaruhi yang sangat *epat (misal: dalam beberapa detik saj denyut jantung
dapat meningkat hampir dua kali semula, demikian juga dengan tekanan darah dalam belasan detik, berkeringat yang dapat terlihat setelah dipi*u dalam beberapa detik, juga pengosongan kandung kemih). Sifat ini menjadikan SS; tepat untuk melakukan pengendalian terhadap homeostasis mengingat gangguan terhadap homeostasis dapat memengaruhi seluruh sistem tubuh manusia. /engan demikian, SS; merupakan komponen dari refleks 3is*eral (
Banyak
obat
dapat
mempengaruhi
organ
otonom,
tetapi
obat
otonom
mempengaruhinya se*ara spesifik dan bekerja pada dosis ke*il. ;batobat otonom bekerja mempengaruhi penerusan impuls dalam susunan saraf otonom dengan jalan mengganggu sintesa, penimbunan, pembebasan atau penguraian neurohormon tersebut dan khasiatnya atas reseptor spesifik (Pear*e, 22). Berdasarkan ma*amma*am saraf otonom tersebut, maka obat berkhasiat pada sistem saraf otonom digolongkan menjadi : %. ;bat yang berkhasiat terhadap saraf simpatik, yang diantaranya sebagai berikut: a.
>
Simpatomimetik atau adrenergik, yaitu obat yang meniru efek perangsangan dari saraf simpatik (oleh noradrenalin). ?ontohnya, efedrin, isoprenalin, dan lainlain.
b. Simpatolitik atau adrenolitik, yaitu obat yang meniru efek bila saraf parasimpatik ditekan atau mela7an efek adrenergik, *ontohnya alkaloida sekale, propanolol, dan lainlain. 2. ;bat yang berkhasiat terhadap saraf parasimpatik, yang diantaranya sebagai berikut a.
Parasimpatomimetik atau kolinergik, yaitu obat yang meniru perangsangan dari saraf parasimpatik oleh asetilkolin, *ontohnya pilokarpin dan phisostigmin
b. Parasimpatolitik atau antikolinergik, yaitu obat yang meniru bila saraf parasimpatik ditekan atau mela7an efek kolinergik, *ontohnya alkaloida belladonna (atropine)
;bat adrenergik merupakan obat yang memiliki efek yang ditimbulkankannya mirip perangsangan saraf adrenergik, atau mirip efek neurotransmitor epinefrin (yang disebut adrenalin) dari susunan sistem saraf sistematis. 5erja obat adrenergik dapat dibagi dalam @ jenis yaitu : %.
Perangsang perifer terhadap otot polos pembuluh darah kulit dan mukosa, dan terhadap
kelenjar liur dan keringat. 2.
Penghambatan perifer terhadap otot polos usus, bronkus, dan pembuluh darah otot
rangka. .
Perangsangan jantung, dengan akibat peningkatan denyut jantung dan kekuatan
kontraksi. -.
Perangsangan SSP, misalnya perangsangan pernapasan, penungkatan ke7aspadaan,
akti3itas psikomotor, dan pengurangan nafsu makan. A.
fek metabolik, misalnya peningkatan glikogenolisis di hati dan otot, lipolisis dan
pelepasan asam lemak bebas dari jaringan lemak =.
fek endokrin, misalnya mempengaruhi sekresi insulin, renin dan hormone hipofisis.
@.
fek prasinaptik, dengan akibat hambatan atau peningkatan pelepasan neurotransmitter
dan *h. b. 5erja obat adrenergik dibagi 2 yaitu : %.
;bat adrenergik kerja langsung
5ebanyakan obat adrenergik bekerja se*ara langsung pada reseptor adrenergi* di membran sel efektor, tetapi berbagai obat adrenergik tersebut berbeda dalam kapasitasnya untuk mengaktifkan berbagai jenis reseptor adrenergi*. #isalnya, isoproterenol praktis hanya bekerja pada reseptor 1 dan sedikit sekali pengaruhnya pada reseptor 0 sebaliknya, fenilefrin praktis hanya menunjukan pada reseptor 0. adi suatu obat adrenergi* dapat diduga bila diketahui reseptor mana yang terutama dipengaruhi oleh obat. 2.
;bat adrenergik kerja tidak langsung
Banyak obat adrenergik, misalnya amfetamin dan efedrin bekerja se*ara tidak lansung artinya menimbulkan efek adrenergik melalui pelepasan yang tersimpan dalam ujung saraf adrenergi*. Pemberian obatobat ini se*ara terus menerus dalam 7aktu singkat singkat akan menimbulkan takifilaksis. *.
pinefrin
Pada umunya pemberian pi menimbulkan efek mirip stimulasi saraf adrenergik. a.
fek yang paling menonjol pada epinefrin
%.
5ardio3askular (pembuluh darah)
fek 3askular pi terutama pada arteriol ke*il dan sfingter prekapiler, tetapi 3ena dan arteri besar juga dipengaruhi. Pembuluh darah kulit, mukosa dan ginjal mengalami konstriksi akibat akti3asi reseptor 0 oleh pi. Pada manusia pemberian pi dalam dosis terapi menimbulkan kenaikan tekanan darah tidak menyebabkan konstriksi arteriol otak, tetapi menimbulkan peningkatan aliran darah otak. 2.
rteri koroner
pi meningkatkan aliran darah koroner tetapi pi juga dapat menurunkan aliran darah kroner karena kompresi akibat peningkatan kontraksi otot jantung dan karena 3asokonstriksi pembulu darah koroner akibat efek reseptor 0. .
antung
pi mengakti3asi reseptor 1% di otot jantung, sel pa*u jantung dan jaringan konduksi. pi memper*epat konduksi sepanjang jaringan konduksi mulai dari atrium ke nodus atrio3entrikular (+), sepanjangbundle of Cis dan serat purkinje sampai ke 3entrikel. pi memperkuat kontraksi dan memper*epat relaksasi serta memperpendek 7aktu sistolik tanpa mengurangi 7aktu diastolik. -.
$ekanan darah
Pemberian pi pada manusia se*ara S5 atau se*ara I+ dengan lambat menyebabkan kenaikan tekanan sistolik yang sedang dan penurunan diastolik. $ekanan nadi bertambah besar, tetapi tekanan darah ratarata (mean arterial pressure) jarang sekali menunjukkan kenaikan yang besar. A.
;tot polos
fek pi pada otot polos berbagai organ bergantung pada jenis reseptor adrenergik pada otot polos yang bersangkutan. b.
Intoksikasi, efek samping dan kontraindikasi Pemberian pi dapat menimbulkan gejala seperti takut, kha7atir, gelisah, tegang, nyeri
kepala berdenyut, tremor, rasa lemah, pusing, pu*at, sukar bernapas dan palpitasi.
pi dikontraindikasikan pada penderita yang mendapat 0bloker nonselektif, karena kerjanya yang tidak terimbangi pada eseptor 0 pembuluh darah dapat menyebabkan hipertensi yang berat dan perdarahan otak. *.
Penggunaan klinis
#anfaat
pi dalam
klinis
digunakan untuk
menghilangkan
sesak
napas
akibat
bronkokonstriksi, untuk mengatasi reaksi hipersensiti3itas terhadap obat maupun allergen lainnya, dan untuk memperpanjang masa kerja anestetik lokal. pi dapat juga digunakan untuk merangsang jantung pada 7aktu henti jantung oleh berbagai sebab. Se*ara lokal obat ini digunakan untuk menghentikan perdarahan kapiler. d.
Posologi dan sediaan
Suntikan epinefrin adalah larutan steril % : % pi C?& dalam air untuk penyuntikan S5, ini digunakan untuk mengatasi syok anafilaktik dan reaksireaksi hipersensiti3itas akut lainnya. /osis de7asa berkisar antara ,2,A mg (,2,A ml larutan % : %.). untuk penyuntikan I+, yang jarang dilakukan, larutan ini harus dien*erkan lagi dan harus disuntikkan dengan sangat perlahanlahan. /osisnya jarang sampai ,2A mg, ke*uali pada henti jantung, dosis ,A mg dapat diberikan tiap A menit. Penyuntikan intrakardial kadang kadang dilakukan untuk resusitasi dalam keadaan darurat (,,A mg). Inhalasi epinefrin adalah larutan tidak steril %8 pi C?& atau 28 pi bitartrat dalam air untuk inhalasi oral (bukan nasal) yang digunakan untuk menghilangkan bronkokonstriksi. pinefrin tetes mata adalah larutan ,%28 pi C?& ,A28 pi borat dan 28 pi bitartrat. d. orepinefrin ;bat ini dikenal sebagai le3arterenol, Iarterenol atau Inoradrenalin dan kmerupakan neurotransmitor yang dilepas oleh serat pas*a ganglion adrenergik. bekerja terutama pada reseptor 0, tetapi efeknya masih sedikit lebih lemah bila dibandingkan dengan pi. mempunyai efek 1%pada jantung yang sebanding dengan pi, tetapi efek 12nya jauh lebih lemah daripada pi. Infus pada manusia menimbulkan peningkatan tekanan diastolik, tekanan
sistolik dan
biasanya
juga tekanan
nadi. Intoksikasi, efek samping
dan
kontraindikasi, fek samping yang paling umum berupa rasa kuatir, sukar bernapas, denyut jantung yang lambat tetapi kuat dan nyeri kepala selintas. /osis berlebihan atau dosis biasa pada penderita yang hiperreaktif (misalnya penderita hipertiroid) menyebabkan hipertensi berat dengan nyeri kepala yang hebat, fotofobia, nyeri dada, pu*at, berkeringat banyak dan muntah. ;bat ini merupakan kontraindikasi pada anesthesia dengan obatobat yang menyebabkan sensitisasi jantung karena dapat timbul aritmia. e digunakan untuk pengobatan syok kardiogenik
e.
Isoproterenol
;bat ini merupakan amin simpatomimetik yang kerjanya paling kuat pada semua reseptor 1 dan hampir tidak bekerja pada reptor 0. Infus isoproterenol pada manusia menurunkan resistensi perifer, terutama pada otot rangka, ginjal dan ,esenterium sehingga tekanan diatolik menurun. •
5olenergika atau parasimpatomimetika adalah sekelompok 6at yang dapat menimbulkan efek yang
sama dengan stimulasi Susunan Parasimpatis
(SP), karena melepaskan
neurohormon asetilkolin (?h) diujungujung neuronnya. $ugas utama susunan parasimpatis adalah mengumpulkan energi dari makanan dan menghambat penggunaannya, singkatnya berfungsi asimilasi. Bila neuron susunan parasimpatis dirangsang, timbullah sejumlah efek yang menyerupai keadaan istirahat dan tidur. fek kolinergis faal yang terpenting seperti: stimulasi pen*ernaan dengan jalan memperkuat peristaltik dan sekresi kelenjar ludah dan getah lambung (C?l), juga sekresi air mata, memperkuat sirkulasi,antara lain dengan mengurangi kegiatan jantung, 3asodilatasi, dan penurunan tekanan darah,memperlambat pernafasan, antara lain dengan men*iutkan bron*hi, sedangkan sekresi dahak diperbesar, kontraksi otot mata dengan efek penyempitan pupil (miosis) dan menurunnya tekanan intraokuler akibat lan*arnya pengeluaran air mata, kontraksi kantung kemih dan ureter denganefek memperlan*ar pengeluaran urin, dilatasi pembuluh dan kotraksi otot kerangka, menekanSSP setelah pada permulaan menstimulasinya, dan lainlain. ($an dan !ahardja, 22). Salah satu kolinergika yang sering digunakan dalam pengobatatan adalah Pilokarpin yang juga merupakan salah satu pema*u sekresi kelenjar yang terkuat pada kelenjar keringat, air mata, dan sali3a, tetapi obat ini tidak digunakan untuk maksud demikian. Pilokarpin adalah obat terpilih dalam keadaan ga7at yang dapat menurunkan tekanan bolamata baik glaukoma bersudut sempit maupun bersudut lebar. •
ntikolinergik adalah ester dari asam aromatik dikombinasikan dengan basa organik. Ikatan ester adalah esensial dalam ikatan yang efektif antara antikolinergik dengan reseptor asetilkolin. ;bat ini berikatan se*ara blokade kompetitif dengan asetilkolin dan men*egah akti3asi reseptor. fek selular dari asetilkolin yang diperantarai melalui se*ond messenger seperti *y*li* guanosine monophosphate (*<#P) di*egah. !eseptor jaringan ber3ariasi sensiti3itasnya terhadap blokade. "aktanya : reseptor muskarinik tidak homogen dan subgrup reseptor telah dapat diidentifikasikan : reseptor neuronal (#%),*ardiak (#2) dan kelenjar (#) (Deni, 2%%). ;bat kolinergik dibagi dalam golongan :
%.
ster kolin
/alam golongan ini termasuk asetilkolin, metakolin, karbokol, betanekol. setilkolin (*h) adalah prototip dari oabat golongan ester kolin. setilkolin hanya bermanfaat dalam penelitian tidak berguna se*ara klinis karena efeknya menyebar ke berbagai organ sehingga titik tangapnya terlalu luas dan terlalu singkat. Selain itu *h tidak dapat diberikan per oral, karena dihidrolisis oleh asam lambung. a.
"armakodinamik
Se*ara umum farmakodinamik dari *h dibagi dalam dua golongan, yaitu terhadap : %.
5elenjar eksoskrin dan otot polos, yanh disebut efek muskarinik
2.
Pembagian efek *h ini berdasarkan obat yang dapat mengahambatnya, yaitu atropin mengahambat khusus efek muskarinik, dan nikotin dalam dosis besar mengahambat efek nikotinik asetilkolin terhadap ganglion. Bila asetilkolin diberikan intra3ena, maka efeknya terhadap pembuluh darah merupakan resultante dari beberapa efek tunggal : %.
*h bekerja langsung pada reseptor kolinergik pembuluh darah dan melaui
pengelepasan /!" (endhotelium deri3ed rela'ing fa*tory) menyebabkan fasodilatasi. 2.
*h bekerja pada ganglion simpatis dengan akibat pelepasan pada akhir
postsinaptik pembuluh darahdan menyebabkan 3asokonstriksi. Saraf parasimpatis hamper tidak mempunayi pengaruh terhadap pembuluh darah melaluiganglion parasimpatis ke*uali pada alat kelamin. .
*h bekerja merangsang sel medulla anak ginjal yang melepaskan katekolamin dan
menyebabkan 3asokonstriksi -.
*h dapat merangsang reseptor muskarinik parasinaps saraf adrenergi* dan mengurangi
peepasan . !esultante dari keempat efek ini akan menentukan apakah terjadi kenaikan atau penurunan tekanan darah. Saluran *erna. Pada saluran *erna semua obat dari golongan ini dapat merangsang peristalsis dan sekresi lambung serta usus. 5arbakol dan betanekol menimbulkan hal ini tanpa mepengaruhi sisitem kardio3askuler, sedangkan efek asetilkolin dan metakolin disrtai engan hipotensi dan takikardi kompensator. 5elenjar eksoskrin. *h dan ester kolin lainnya merangsang kelenjar keringat, kelenjar air mata, kelenjar ludah dan pankreas. fek ini merupakan efek muskarinik dan tidak nyata pada orang sehat.
Bronkus. ster kolin dikontraindikasikan pada penderita asma bronkial karena terutama pada penderita ini akan menyebabkan spasme bronkus dan produksi lendir berlebihan. fek ini tidak nyata pada orang sehat. Saluran kemih. 5arbakol dan betanekol memperlihatkan efek yang lebih jelas terhadap otot detrusor dan otot ureter dibandingkan dengan asetilkolin dan metakolin. ;bat ini menyebabkan kapasitas kandung kemih berkurang dan peristalsis ureter bertambah. b.
Sediaan dan posologi
5arena jarang digunakan di klinik, sediaan kolinergik sulit didapat di Indonesia. setilkolin kloridaEbromida dapat diperoleh sebagai bubuk kering, dan dalam ampul berisi 2 mg, dosis : % F % mg I+. #etakolin klorida tersedia sebagai tablet 2 mg pemberian oral tidak dapat diandalkan , sebaliknya diberikan subkutan (S5) 2,A F - mg, tergantung dari respon penderita. 5arbakol klorida sebagai tablet 2 mg atau ampul ,2A mgEml, pemberian oral *ukup efektif dengan dosis kali ,2 F ,G mg. /osis subkutan adalah ,2 F ,- mg. Preparat ini tidak boleh diberikan I+. uga tersedia sebagai tetes mata untuk miotikum. Betanekol klorida tersedia sebagai tablet A dan % mg atau dalam ampul yang mengandung A mgEml. /osis oral adalah % mg, sedangkutan subkutan 2,A F A, mg. tidak boleh diberikan I+ atau I#. *.
fek Samping
/osis berlebihan dari ester kolin sangat berbahaya karena itu jangan diberikan se*ara I+, ke*uali asetilkolin yang lama kerjanya sangat singkat. Pemberian oral atau S5 merupakan *ara yang la6im digunakan. 5ombinasi dengan prostigmin atau obat kolinergik lain juga tidak boleh digunakan, karena terjadi potensiasi yang dapat memba7a akibat buruk. ster kolin dapat mendatangkan serangan iskemia jantung pada penderita angina pe*tori, karena tekanan darah yang menurun mengurangi sirkulasi koroner. Penderita hipertiroidisme dapat mengalami fibrilasi atrium terutama pada pemberian metakolin. $indakan pengamanan perlu diambil yaitu dengan menyediakan atropin dan epinefrin sebagai antidotum.
Indikasi
#etakolin pernah digunakan untuk memperbaiki sirkulasi perifer pada penyakit !aynaud atau tromboflebitis bedasarkan efek 3asodilatasi terhadap pembuluh darah arteri tetapi sekarang tidak digunakna lagi kerana intensitas respons yang tidak dapat diramalkan.
"eokromositoma. #etakolin dapat digunakan untuk tes pro3okasi penyakit ini pada 7aktu tekanan darah penderita sangat rendah. Pemberian metakolin 2A mg S5 akan menyebabkan turunnya tekanan darah seperti yang diharapkan tetapi dengan *epat disusul dengan peningkatan tekanan sistolik maupun diastolik. 4ji sema*am ini uga dapat dikerjakan dengan asetilkolin atau dengan histamine. Bila tensi penderita sedang tinggi, sedikitdikitnya diatas %H mmCg, maka sebaiknya dilakukan uji fentoloamin. Casil uji fentolamin dikatakan positif bila penurunan tekanan darah sekurangkurangnya AE2A mmCg. 2.
;bat ntikolinesterase
ntikolinesterase terdiri dari eserin (fisostigmin), prostigmin (neostigmin), disospropil fluorofosfat (/"P), dan insektisida golongan organofosfat. ntikolinesterase menghambat kerja kolinesterase (dengan mengikat kolinesterase) dan mengakibatkan perangsangan saraf kolinergik terus menerus karena *h tidak dihidrolisis. /alam golongan ini kita kenal dua kelompok obat yaitu yang menghambat se*ara re3ersible misalnya fisostigmin, prostigmin, piridostigmin dan edrofonium. /an menghambat se*ara ire3ersibel misalnya gas perang, tabung, sarin, soman, insektisida organofosfat, parathion, malation, dia6inon, tetraetil pirofosfat ($PP), heksaetiltetrafosfat (C$P) dan oktametilpirofosfortetramid (;#P). a.
#ekanisme kerja
Campir semua kerja antikolinesterase dapat diterangkan adanya asetikolin endogen. Cal ini disebabkan oleh tidak terjadinya hidrolisis asetilkolin yang biasanya terjadi sangat *epat, karena en6im yang diperlukan diikat dan dihambat oleh antikolinesterase. Cambatan ini berlangsung beberapa jam utuk antikolinesterase yang re3ersible, tetapi yang ire3ersibel dapat merusak kolinesterase sehingga diperlukan sisntesis baru dari en6im ini untuk kembalinya transmisi normal. kibat hambatan ini asetilkolin tertimbun pada rseptor kolinergik ditempat *h dilepaskan. b.
"armakodinamik
fek utama antikolinesterase yang menyangkut terapi terlihat pada pupil, usus dan sambungan sarafotot. fekefek lain hanya mempunyai arti toksikologi. #ata. Bila fisostigmin (serin) atau /"P diteteskan pada konjungti3a bulbi, maka terlihat suatu perubahan yang nyata pada pupil berupa miosis, hilangnya daya akomodasi dan hiperemia konjungti3a. #iosis terjadi *epat sekali, dalam beberapa menit, dan menjadi maksimal setelah setengah jam. $ergantung dari antikolinesterase yang digunakan, kembalinya ukuran pupil ke normal dapat terjadi dalam beberapa jam (fisostigmin) atau beberapa hari sampai seminggu (/"P). #iosis menyebabkan terbukannya saluran S*hlemm,
sehingga pengaliran *airan mata lebih mudah, maka tekanan intraokuler menurun. $erutama bila ada glaukoma. #iosis oleh obat golongan ini dapat diatasi oleh atropin. *.
"armakokinetik
"isostigmin mudah diserap melalui saluran *erna, tempat suntikan maupun melaui selaput lendir lainya. Seperti atropin, fisostigmin dalam obat tetes mata dapat menyebabkan obat sistemik. Cal ini dapat di*egah dengan menekan sudut medial mata dimana terdapat kanalis lakrimalis. Prostigmin dapat diserap se*ara baik pada pemberian parenteral, sedangkan pada pemberian oral diperlukan dosis kali lebih besar dan penyerapannya tidak teratur. fek hipersali3asi baru tampak %% jam setelah pemberian oral %A2 mg. d.
Sediaan dan posologi
"isostigmin
salisilat
(eserin
salisilat) tersedia
sebagai
obat tetes
mata, oral dan
parenteral. Prostigmin bromida (eostigmin bromida)tersedia untuk pemakian oral (%Amg per tablet)
dan neostigmin
metilsulfat untuk
suntikan,
dalam
ampul
,A
dan
%,
mgEml.Pridostigmin bromida (#estinon bromida) sebagai tablet = mg dan juga ampul ,A mgEml. drofonium klorida ( $ensilon klorida), dalam ampul % mgEml, dapat dipakai untuk antagonis
kurareatau
diagnosis
miastenia
gra3is. /iisopropilfluorofosfat (/"P)
atau isoflurorattersedia sebagai larutan dalam minyak untuk pemberian parenteral dan sebagai obat tetes mata (,% 8 larutan dalam air). e.
Indikasi
%.
ntonio otot polos
Prostigmin terutama berguna untuk keadaan atoni otot polos saluran *erna dan kandung kemih yang sering terjadi pada pas*a bedah atau keadaan toksik. Pemberian sebaiknya se*ara S5 atau I#. Prostigmin yang diberikan sebelum pengambilan foto abdomen juga bermanfaat untuk menghilangkan bayangan gas dalam usus. 2.
Sebagai miotika
"isostigmin dan /"P se*ara lo*al digunakan dalam oftalmologi untuk menyempitkan pupil, terutama setelah pemberian atropin pada funduskopi. /ilatasi pupil oleh atropin berlangsung berharihar dan menggangu penglihaan bila tidak diantagonis dengan eserin. /alam hal ini /"P merupakan miotik yang kuat. Perlekatan iris dengan lensa kadangkadang terjadi akibat peradangan dalam hal ini atropin dan fisostigmin digunakan bergantiganti untuk men*egah timbulnya perlengketan tersebut. .
/iagnosis dan pengobatan miastenia gra3is
#iastenia ga3is ditandai dengan kelemhan otot yang ekstrim.
peninggian ambang rangsangan. Setelah pemberian %,A mg prostigmin S5 kelemahan otot rangka diperbaiki sedemikian rupa sehingga dapat dianggap sebagai suatu tes diagnostik. 4ntuk diagnosis digunakan 2 mg androfonium, disusul G mg -A detik kemudian bila dosis pertama tidak mempan. Prostigmin dan piridostigmin merupakan kolinergik yang sering digunakan untuk mengobati miastenia gra3is. Pengobatan dimulai dengan @,A mg prostigmin atau mg prodiatigmin biasanya kali sehari. Bila diragukan apakah efek kolinergik sudah *ukup apa belum, dapat diuji dengan pemberian endrofonium, bila terjadi perbaikan berarti dosis perlu ditambah. -.
Penyakit l6heimer
/osis yang diberiakn pada penyakit l6heimer yaitu kali sehari 2AA mg dia7ali dengan A mgEhari dan ditingkatkan sampai %A mgEhari dalam - minggu. fek samping mual dan efek kolinergik perofer lainnya tidak menibulkan masalah, mungkin karena dosis dinaikan se*ra bertaha dalam - minggu. ;bat ini meningkatkan en6im aminotransferase dan dikha7atirkan bersifat hepatotoksisk. 5arena itu dianjurkan melakukan uji fungsi hati setiap 2 minggu dalam bulan pertama dan setiap bulan setelahnya. .
lkaloid tumbuhan
lkaloid tumbuhan yaitu : muskarin yang berasal dari jamur manita mus*aria, pilokarpin yang berasal dari tanaman Pilo*arpus jaborandi danPilokarpus mi*rophyllus dan arekolin yang berasal dari re*a *atehu(pinang). 5etiga obat ini bekerja pada efek muskarinik, ke*uali pilokarpin yang juga memperlihatkan efek nikotinik. Pilokorpin terutama menyebabkan rangsangan terhadap kelenjar keringat yang terjadi karena perangangan langsung (efek muskarinik) dan sebagian karena perangsangan ganglion (efek nikotinik), kelenjar air mata dan kelenjar ludah. Produksi keringat dapat men*apai liter. Pada penyuntika I+ biasanya terjadi kenaikan tekanan darah akibat efek ganglionik dan sekresi katekolamin dari medulla adrenal. a.
Intoksikasi
5era*unan
muskarin
dapat
terjdi
akibat
kera*unan
jamur.
5era*unan
jamur ?lito*ybe dan Ino*ybe timbul *epat dalam beberapa menit sampai dua jam setelah makan jamur sedangkan gejala kera*unan . phalloidestimbul lambat, kirakira sesudah =%A jam, dengan sifat gejala yang berlainan. manita mus*aria dapat menyebabkan gejala muskarinik tetapi efek utama disebabkan oleh suatu turunan isoksa6ol yang merupakan antidotum yang ampuh bila efek muskariniknya yang dominan. manita phalloides lebih
berbahaya, kera*unannya ditandai dengan gejalagejala akut di saluran *erna dan dehidrasi yang hebat. b.
Indikasi
Pilokarpin C?& atau pilokarpin nitrat digunakan sebagai obat tetes mata untuk menimbulkan miosis dengan larutan ,A 8. ;bat ini juga digunakan sebagai diaforetik dan untuk menimbulkan sali3a diberikan per oral dengan dosis @,A mg. rekolin hanya digunakan dalam bidang kedokteran he7an untuk penyakit *a*ing gelang. #usakrin hanya berguna untuk penelitian dalam laboratorium dan tidak digunakan dalam terapi. seklidin adalah suatu senya7a sintetik yang strukturnya mirip arekolin. /alam kadar ,A-8 sama efektifnya dengan pilokarpin dalam menurunkan tekanan intraokular. ;bat ini digunakan pada penderita glaukoma yang tidak tahan pilokarpin. -.
;bat kolinergik lainnya
%.
#etoklopramid
#etoklopramid
merupakan
senya7a
golongan
ben6amid.
kimianya
mirip
prokainamid, tetapi metoklopramid memiliki efek anestetik lokal yang sangat lemah dan hamper tidak berpengaruh terhadap miokard. a.
fek farmakologi metoklopramid sangat nyata pada saluran *erna, obat ini juga dapat
meningkatkan sekresi prolaktin. #ekanisme kerja metoklopramid pada saluran *erna, yaitu : %.
Potensiasi efek kolinergik
2.
fek langsung pada otot polos
.
Penghambatan dopaminergik sentral
b.
Indikasi. #etaklopramid terutama digunakan untuk memperlan*ar jalannya 6at kontras
pada 7aktu pemeriksaan radiologi* lambung dan deuodenum untuk men*egah atau mengurangi muntah akibat radiasi dan pas*abedah, untuk mempermudah intubasi saluran *erna. selain itu obat ini diindikasikan pada berbagai gangguan saluran *erna dengan gejala mual, muntah, rasa terbakar di ulu hati, perasaan penuh setelah makan dan gangguan *erna (indigestion) misalnya pada gastroparesis diabetik. *.
5ontraindikasi, efek samping dan interaksi obat
#etoklopiramid dikontraindikasikan pada obstruksi, perdarahan, dan perforasi saluran *erna, epilepsi, feokromositoma dan gangguan ekstrapiramidal. fek samping yang timbul pada penggunaan metoklopramid pada umunya ringan. Dang penting diantaranya adalah kantuk, diare, sembelit dan gejala ekstrapiramidal. d.
Sediaan dan posologi
#etoklopiramid tersedia dalam bentuk tablet A mg dan % mg, sirup mengandung A mgE A ml dan suntikan % mgE2ml untuk penggunaan I# atau I+. /osis untuk de7asa ialah A% mg kali sehari, untuk anak A%- tahun 2,A mg F A mg diminum kali sehari, anak A tahun 2 mg diminum 2 atau kali sehari, anak % tahun % mg diminum 2 atau kali sehari dan bayi % mg diminum 2 kali sehari. 2.
Sisaprid
Sisaprid merupakan senya7a ben6amid yang merangsang motilitas saluran *erna. 5erja obat ini diduga meningkatkan pelepasan ?C di saluran *erna. a.
ksperimental pada he7an
Sisaprid meningkatkan tonus istirahat sfingter ba7ah esofagus dan meningkatkan amplitudo kontraksi esofagus bagian distal. Pengosongan lambung diper*epat, 7aktu transit mulut saekum memendek, peristalsis kolon meningkat. b.
Indikasi
Sisaprid diindikasikan pada refluks gastroessofagial, gangguan mobilitas gaster dan dyspepsia bukan karena tukak. *.
Sediaan dan posologi
/osis - kali sehari % mg, %A menit sebelum makan. &ama pengobatan -%2 minggu. ;bat ini dimetabolisme se*ara ekstensif di hati sehingga dosis perlu disesuaikan pada gagal hati. Pada pasien gagal ginjal, dosis juga perlu diturunkan sesuai beratnya gangguan, mungkin sampai separuhnya. Perhatian. angan memberikan sisaprid bila peningkatan gerakan saluran *erna dapat berpengaruh buruk misalnya pada pendarahan, obstruksi, perforasi, atau keadaan pas*abedah. d.
fek samping
fek samping pada saluran *erna berupa : 5olik, borborigmi, dan diare.
AT&'PIN
tropine adalah alkaloid belladonna yang mempunyai afinitas kuat terhadap reseptor muskarinik.
;bat
ini
bekerja
kompetitif
antagonis
dengan *h untukmenempati
kolinoreseptor. 4mumnya masa kerja obat ini sekitar - jam. $erke*uali, pada pemberian sebagai tetets mata, masa kerjanya menjadi lama bahkan sampai beberapa hari "armakokinetik tropine mudah diabsorpsi sebagian dimetabolisme dalam hepar dan diekskresi ke dalam urine. Jaktu paruhnya sekitar - jam.
"armakodinamik fek antikolinergikdapat emnstimulasi ataupun mendepresi bergantung pada organ target. /i dalam otak, dosis rendah merangsang dan dosis tinggi mndepresi. fek obat ini juga ditetukan oleh kondisi yang akan diobati. #isalnya Parkinson yang dikarakteritsikan dengan defisiensi dopamine yang mengintensifkan eegfek stimulasi *h. ntimuskarinik menumpulkan atau mendepresi efek ini. Pada kasus lain, efek obat ini pada SSP terlihat sebagai stimulator. fek pada mata F midriasi dapat sampai sikloplegia (tidak berakomodasi) Saluran *erna F atropine digunakan sebagai antispasmodi* (mungkin atropine merupakan obat terkuat untuk menghambat saluran *erna). ;bat ini tidak mempengaruhi sekresi asam lambung sehingga tidak bermanfaat sebagai antiulkus. Saluran kemih F attroopin digunakan untuk menurunkan hipermotilitas kandung kemih dan kadangkadang masih digunakan untuk enuresis pada anak yang mengompol. ;le karena itu, agonis alfaaderenergik lebih efektif dengan efek samping yahng lebih sedikit. 5ardio3askular F efek atropine pada jantung bergantung pada besar dosis. Pada dosis ke*il menyebabkan bradikardi. tropine dosis tinggi terjadi penyekatan reseptor kolinergik di S nodus dan denyut jantung sedikit bertambah (takikardi). fek ini baru timbul bila atropine diberi %mg. 5elenjar eksokrin F atropine menghambat sekressi kelenjar sali3a sehingga mukosa mulut menjadi kering ( serestomia). 5elenjar sali3a sangat peka terhadap atriopin. Cambatan sekresi kelenjar keringat menyebabkan suhutubh jadi naik, juga kelenjar air mata mengalaami gangguan. Indikasi klinis •
fek midriasi atropine digunakan untuk diagnosti* tes pada kelainan dalam mataEretina.
•
Sebagai antisekretori pada 7aktu operasi.
•
ntispasmodi* saluran *erna dan kandung kemih.
•
ntidotum obatobat agoni kolinergik, seperti pada kera*unan insektisisda karbamat, organofosfat, dan jamur. fek Samping S; atropine sangat bergantung pada besarnya dosis yang diberikan. tropine dapat meyebabksn mulut kering, penglihatan kabur, mata rasa berpasir ( sandy eyes), takkikardi, dan konstipasi. S; pada SSp berupa rasa *apek, bingung, halusinasi, delirium yang dapat menjadi depresi, depresi napas dan kematian.
PIL'%A&PIN
lkaloid pilokarpin adalah suatu amin tersier yang stabil terhadap hidrolisis oleh asetilkolinesterase. Pilokarpin termasuk obat yang lemah disbanding dengan asetilkolin danturunanya. kti3itas utamanya adalah muskarinik dan digunakan untuk oftalmologi. fek samping perangsangan keringat dan sal3ias yang berlebihan. Pilokarpin juga dapat masuk ke SSP dan menimbulkan gangguan SSP.
U&ETAN
Istilah untuk esterester asam karbonat atau turunan asam karbamat. Istilah uretan sering dipakai untuk menunjukan etil karbamat saja, sedangkan untuk esterester asam karbamat lain dinamakan se*ara sistematik kimia organi*, misla propil uretan dinamakan etil propil karbamat. 4retna (etil karbamat) berupa 5ristal putih , titik leleh -H F A ? dn titik didih %G2%G- ? mudah menyblim dan higroskopis. /apat dibuat se*ara sintesa dengan berbagai *ara. /igunakan dalam berbagai pengobatan. $urunanturunan uretan digunakan dalam pembuatan plasti*, baik sebagai monomer, komonomer ataupun sebaga pemelastik.
BAB III (ET'D'L')I PE&*'BAAN
%. Per*obaan untuk per*obaan, buatkan larutan gom arab dan obat 2. Ce7an per*obaan dipilih se*ara a*ak, kesehatan diamati, kemudian masingmasing he7an ditimbang dan diberi tanda pengenal. . Pada 7aktu $ 9 , satu kelompok diberi atropin p.o dan segera sesudah pemberian uretan i.p kelompok kontrol hanya diberi larutan gom dengan *a ra yang sama. -. Pada 7aktu $ 9 %A menit, kelompok lain disuntikkan atropin ,%A mgEkgBB s.*, segera sesudah disuntikkan uretan. A. Pada 7aktu $ 9 -A menit, semua men*it diberikan pilokarpin se*ara subkutran.
=. 5emudian masingmasing men*it diletakkan diatas kertas saring pada alat ( % men*it perkotak). Penempatan men*it haruslah sedemikian hingga mulutnya berada tepat diatas kertas, kemudian ekornya diikat dengan seutas tali dan diberi beban sebagai penahan. @. Setiap A menit men*it ditarik ke kotak berikutnya yang letaknya lebih atas. Selanjutnya diulang hal yang sama selama 2A menit sampai kotak paling atas. G. mati besarnya noda yang terbentuk diatas kertas disetiap kotak dan tandai batas noda (menggunakan spidol) H. /iameter noda diukur dan dihitung persentase inhibisi yang diberikan oleh kelompok atropin. %. /ata hasil perhitungan dimasukkan ke dalam tabel dan dibaut grafik inhibisi persatuan 7aktu.
BAB I+ ALAT, BAHAN DAN HE-AN PE&*'BAAN
I+.% lat Per*obaan
4retan (%,G gEkgBB)
tropin ,-8 (% mgEkgBB) p.o
tropin ,%A mgEkgBB s.*
Pilokarpin ,28 (2 mgEkgBB) s.*
BAB + HA$IL PE&*'BAAN
I.
5elompok kontrol o Bobot
+olume
+olume
men*it pemberian
%. 2. . -. A. =. @. G.
II.
pemberian pemberian
(gram)
gom arab %8 uretan
2@,2 2=,A= ,A2 2A 2= %
p.o (m&) ,=GA ,G ,= ,= ,G ,=2A .=A ,@@A
/iameter noda pada t9 K AL %L %AL 2L
2AL
,H2 ,=@ 2,2= ,=@ , ,2
,AG A,2 2,H ,=@ %, ,H 2,H ,A
i.p pilokarpin
(m&) ,=G
s.* (m&) ,2@A
,=
,2-
,@ ,=2A ,=A ,@@A
, ,2A ,2= ,%
+olume
+olume
2,=A -,@ 2,- A, ,H -,% %,=2A -,G
,= -,2 2,A -, ,@ ,2 -,
,=@ A, 2,@ -,%@ %,G ,@ ,% -,%=
5elompok dosis uji I o Bobot
+olume
men*it pemberian (gram)
III.
+olume
atropin
pemberian pemberian p.o uretan
i.p pilokarpin
(m&) %. 2=,- ,== 2. 2= ,=A . 2,A % -. 2 ,= A. 2@,A ,@ =. 2= ,=A @. 2G ,@ G. 2,= 5elompok dosis uji II
(m&) ,=@
s.* (m&) ,2=A
,A
,22
,@ ,=A ,@ ,=
, ,2= ,2G ,2-
o Bobot
+olume
+olume
+olume
men*it pemberian
%. 2. . -. A. =. @. G.
(gram)
atropin
2A,G 2%,@= 22-,%@ 22G 2@
(m&) ,=2@ ,@A %,2A ,A ,= ,= ,@ ,=@A
pemberian pemberian p.o uretan
/iameter noda pada t9 K AL %L %AL 2L 2AL
,H2 %,,G %,@ %,=
,2 2,2 %,A@ 2,H ,A 2 %,H=
,H@ 2,A %,= ,A ,= 2,G 2,-
-,22 2,- 2.=@ ,2 ,A 2,A
,@A 2,A ,@ ,A ,= ,% 2,%=
/iameter noda pada t9 K AL %L %AL 2L 2AL
i.p pilokarpin
(m&) ,=2A
s.* (m&) ,2A
,=
,2-
,= ,= ,@ ,=@A
,2 ,2,2G ,2@
%, ,@ 2, %,= %,
2, -,=@ A, , ,= ,
2,H@ -,= %,G -,2
,2 ,G 2, -,-= -,2
2,GG -,G 2, ,G %,G ,A
t A % %A 2 2A
t A % %A 2 2A
8 inhib ==,H -H,H ,GH 2A,@A %=,%%
8 inhibisi ==,G8 A@,GA8 -,H8 -@,228 2=,=8
I+.
5elompok dosis uji III o Bobot
+olume
men*it pemberian
%. 2. . -. A. =. @. G.
t A % %A 2 2A
(gram)
atropin
2,@A 2-,G 2= 22,%% 2 % 2
(m&) ,A ,@A ,= ,=A ,= ,G ,@G ,A
8 inhibisi @-,-A8 =-,GH8 %,28 @H,2H8 G2,8
+olume
+olume
pemberian pemberian p.o uretan
/iameter noda pada t9 K AL %L %AL 2L 2AL
i.p pilokarpin
(m&) ,A%-
s.* (m&) ,2@A
,=
,2
,= ,G ,@G ,A
,2 ,2 ,% ,2
%,-@ %, 2,%,=@
,H ,= 2,
,G 2,
,=@ ,-
,-@ ,A
BAB +I PE(BAHA$AN
/alam praktikum farmakologi kali ini mengenai obat sistem syaraf otonom atau obat kolinergik, dimana dilakukan pengujian terhadap pengaruh akti3itas obatobat sistem syaraf otonom pada men*it. Syaraf otonom atau dapat disebut juga sebagai sistem saraftak sadar merupakan syarafsyaraf yang bekerja tanpa disadari atau bekerja se*ara otomatis tanpa diperintah oleh sistem saraf pusat dan terletak khusus pada sumsum tulang belakang. Sistem saraf otonom ini terdiri dari neuronneuron motorik yang mengatur kegiatan organorgan dalam, misalnya jantung, paruparu, ginjal, kelenjar keringat, otot polos sistem pen*ernaan dan otot polos pembuluh darah. Per*obaan kali ini bertujuan untuk menghayati se*ara lebih baik pengaruh berbagai obat sistem syaraf otonom dalam pengendalian fungsifungsi 3egetatif tubuh dan mengenal suatu
teknik untuk
menge3aluasi
akti3itas
obat antikolinergik pada neoroefektor
parasimpatikus. Sehingga digunakan obat antikolinergik dengan berbagai *ara pemberian obat yang berbeda untuk melihat pengaruhnya ter hadap system syaraf otonom. Per*obaan
ini
dimulai
dengan
mempersiapkan
berbagai
alat
yang
dibutuhkan. 5emudian dilakukan pemilihan he7an per*obaan yaitu men*it. Setiap kelompok praktikum masingmasing memilih - men*it, dimana satu men*it sebagai kontrol, serta tiga men*it lainnya merupakan men*it yang diberikan atropin dengan berbagai 3ariasi dosis. #en*it yang telah dipilih, lalu ditimbang. Penimbangan men*it ini dilakukan dengan meletakkan seekor men*it yang akan digunakan, diatas nera*a ohauss dan diamati angka yang menunjukkan berat badan men*it. Penimbangan men*it ini bertujuan untuk mengetahui perhitungan dosis yang tepat pada perlakuan per*obaan, karena setiap indi3idu yang memiliki berat badan yang berbeda akan mendapatkan pemberian dosis yang berbeda, mengingat berat badan merupakan salah satu faktor penting yang menentukan pemberian jumlah dosis.
Setelah ditimbang setiap men*it diberikan tanda pengenal yang berbeda. Cal ini bertujuan agar mempermudah mengenali men*it baik pada saat pemberian perlakuan maupun saat dilakukan pengamatan terhadap
per*obaan. #en*it
dibagi menjadi kelompok,
yang
nantinya akan diberikan perlakuan yang berbeda. #asingmasing kelompok diberikan uretan dengan dosis yang sesuai, se*ara intraperitonial menggunakan jarum suntik. 4retan yang diberikan dalam bentuk larutan. Pemberian dilakukan dengan *ara memegang atau menjepit tengkuk diantara jari telunjuk dan jari tengah, dengan membuat posisi abdomen yang lebih tinggi dari kepala. arum disuntik dengan membentuk sudut % ⁰. Penyuntikan harus sedikit menepi dari garis tengah, untuk menghindari terkenanya kandung kemih. angan pula terlalu tinggi agar tidak
mengenai
hati.$ujuan pemberian
uretan adalah untuk membuat
men*it tertidur atau menurunkan akti3itasnya. Selain itu, pembiusan men*it dilakukan karena dalam keadaan tertidur biasanya akan terjadi sali3asi dimana sali3asi ini akan digunakan sebagai parameter dalam pengujian obatobat sistem saraf otonom. Sistem syaraf otonom terbagi menjadi 2 bagian, yaitu sistem syaraf simpatik dan sistem syaraf parasimpatik. 5elenjar sali3a yang merupakan salah satu kelenjar dalam sistem pen*ernaan, akan meningkat akti3itasnya jika distimulasi oleh sistem saraf parasimpatik atau oleh obatobat parasimpatomimetik. $etapi sebaliknya, jika diberikaan obatobat yang akti3itasnya berla7anan dengan sistem parasimpatik yaitu obat simpatomimetik, maka akti3itas kelenjar sali3a akan menurun. Setelah masingmasing kelompok diberi uretan, men*it pada kelompok % diberikan atropin se*ara peroral. tropin yang diberikan dalam bentuk larutan. Perlakuan pada men*it dilakukan dengan menggunakan jarum suntik yang ujungnya tumpul atau yang biasa disebut dengan sonde oral. lat ini dimasukan ke dalam mulut, kemudian perlahanlahan dimasukan melalui tepi langitlangit ke belakang sampai esotagus. 4retan yang tersedia memiliki konsentrasi @2 mgEm&. Setelah %A menit dari pemberian uretan, men*it pada kelompok 2 juga dilakukan pemberian atropin namun diberikan se*ara
subkutan dengan menggunakan jarum
suntik.Penyuntikan se*ara subkutan ini dilakukan di ba7ah kulit tengkuk. Sedangkan men*it pada kelompok tidak diberikan atropin karena digunakan sebagai kelompok kontrol. tropin merupakan obat antikolinergik (obat simpatomimetik) yang akan diuji dengan diberikan pada men*it untuk dilakukan pengamatan terhadap pengaruhnya pada sistem saraf otonom. tropin merupakan obat yang digolongkan sebagai antikolinergik atau simpatomimetik. tropin termasuk dalam alkaloid beladona, yang bekerja memblokade asetilkolin endogen maupun eksogen. tropin bekerja sebagai antidotum dari pilokarpin.
fek atropin pada saluran *erna yaitu mengurangi sekresi liur, sehingga pemberian atropin ini dilakukan agar produksi sali3a menurun karena mukosa mulut men*it menjadi kering (serostomia). tropin, seperti agen antimuskarinik lainnya, yang se*ara kompetitif dapat menghambat asetilkolin atau stimulan kolinergik lain pada neuroefektor parasimpatik postganglionik, kelenjar sekresi dan sistem syaraf pusat, meningkatkan output jantung, mengeringkan sekresi, juga mengantagonis histamin dan serotonin. Pada dosis rendah atropin dapat menghambat sali3asi. Cal ini dikarenakan kelenjar sali3a yang sangat peka terhadap atropin. Selain atropin juga digunakan uretan. 4retan adalah senya7a etil ester dari asam karbaminik, menimbulkan efek anaestesi dengan durasi yang panjang seperti *horalose. Biasanya senya7a ini digunakan untuk per*obaan fisiologi dan farmakologi. 4retan sering dikombinasikan dengan *horalose untuk menurunkan akti3itas muskular. 4retan memiliki efek yang ke*il pada respirasi dan tekanan darah arteri. 4retan tidak digunakan sebagai anaestesi dalam kedokteran he7an, tetapi dianjurkan dalam penggunaannya untuk tujuan eksperimen (per*obaan). /alam praktikum ini, uretan digunakan pada tikus dalam tahap 3egetatif (3egetati3e stage). Setelah -A menit dari pemberian uretan, semua kelompok men*it diberikan pilokarpin menggunakan jarum suntik se*ara subkutan agar efek yang ditimbulkan *epat. Pilokarpin yang diberikan kepada men*it bertujuan agar men*it tersebut dapat mengeluarkan sali3a. lkaloid
pilokarpin
adalah
suatu
amin
tersier
dan
stabil
dari
hidrolisis
oleh
asetilkolenesterase. /ibandingkan dengan asetilkolin dan turunannya, senya7a ini ternyata sangat lemah. Pilokarpin
merupakan obat kolinergik yang merangsang saraf parasimpatik
yang
dimana efeknya akan menyebabkan per*epatan denyut jantung dan mengaktifkan kelenjar kelenjar pada tubuh salah satunya kelenjar sali3a. ;bat kolinergik adalah sekelompok 6at yang dapat menimbulkan efek yang sama dengan stimulasi Susunan Parasimpatis (SP), karena melepaskan neurohormon asetilkolin (?h) diujungujung neuronnya. fek kolinergis yang ditimbulkan juga termasuk dalam merangsang atau menstimulasi sekresi kelenjar ludah, sehingga hal tersebut dapat memi*u terjadinya hipersali3asi sehingga air liur atau sali3a yang dikeluarkan oleh men*it menjadi lebih banyak karena pilokarpin merupakan salah satu pema*u sekresi kelenjar yang terkuat pada kelenjar sali3a. Setelah semua obat diberikan kepada men*it, kemudian disiapkan kertas saring yang sudah diletakkan diatas papan dengan kemiringan MN. 5emudian letakkan tikus di atas kertas saring, dan ukur diameter sali3a yang terdapat pada kertas saring. /ari hasil per*obaan
menunjukan bah7a atropin *ukup efektif bekerja sebagai antikolinergik. Cal tersebut terbukti dengan dosis atropin yang semakin besar, pengaruh pilokarpin sebagai kolinergik yang mampu meningkatkan ekskresi sali3a dapat menurun.
BAB +II %E$I(PULAN
%. Semakin besar bobot he7an per*obaan, maka 3olume pemberian obat semakin besar. 2. Pilokarpin sebagai 6at klinergik yang dapat meningkatkan sekresi sali3a. . tropin sebagai 6at antikolinergik mampu menginhibisi hipersali3a pada he7an per*obaan. -. Semakin tinggi dosis atropin yang diberikan terhadap he7an per*obaan, semakin sedikit sali3a yang dikeluarkan oleh he7an per*obaan tersebut
DATA& PU$TA%A
Pear*e, 3elyn ?. 22. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis . akarta:
LA(PI&AN
Pertanyaan :
%. pa yang disebut dengan obat simpatometik O $uliskan paling sedikit A *ontoh obat a7aban
:
Simpatomimetik ;bat golongan ini disebut obat adrenergik karena efek yang ditimbulkannya mirip perangsangan saraf adrenergik, atau mirip efek neurotransmitor norepinefrin dan epinefrin dari susunan saraf simpatis. ?ontoh ;bat drenergik
pineprin
orepineprin
Isoproterenol
/opamin
/obutamin
mfetamin
#etamfenamin
fedrin
#etoksamin
"enilefrin
2. pa yang disebut dengan obat parasimpatometik O $uliskan paling sedikit A *ontoh obat a7aban : Parasimpatomimetik ;bat ini disebut juga obat kolinergik, obat yang kerjanya serupa dengan perasangan saraf simpatis. da 2 ma*am reseptor kolinergik: !eseptor muskarinik: merangsang otot polos dan memperlambat denyut jantung dan reseptor nikotinikE neuromuskular Q mempengaruhi otot rangka. Penggolongan obat parasimpatomimetik ?holinester (asetil kolin, metakolin, karbakol, betanekol)
?holinesterase inhibitor (eserin, prostigmin, dilsopropil fluorofosfat)
lkaloid yang berkasiat seperti asetikolin (muskarin, pilokarpin, arekolin)
;bat kolinergik lain ( metoklopramid, sisaprid)
!ead more: http:EElaporanakhirpraktikum.blogspot.*omE2%E@E&aporanPraktikum Pengujianfekntikolinergik"armakologi.htmlRi'662y2?i5d