BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR LATAR BELAKANG BELAKANG Data pengukuran tanah merupakan data yang sangat penting artinya dan dibutuhkan sebagai
salah satu dasar dalam pengambilan pengambilan keputusan dalam usaha merencanakan,mem merencanakan,membangun bangun dan pemeliharaan hasil pembangunan,serta pengembangan pada proyek-proyek teknik sipil, militer, dan teknik rancang bangun yang berhubugnan dengan permukaan maupun bawah permukaan tanah, peranan pengukuran tanah sangat penting dan mutlak diperlukan. Dengan tersedianya data pengukuran dengan ketelitinan yang memadai akan memperoleh hasi pembangunan sesuai dengan yang diharapkan dan dapat terhindar dari pembiayaan yang boros. Untuk memperoleh data pengukuran yang tepat dan dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah ilmiah membutuhkan tenaga yang trampil, trampil, cerdas siap pakai, perlu pengetahuan pengetahuan tentang teori – teori ilmu ukur tanah yang berkualitas berkua litas dan terpakai. Meliha Melihatt penting pentingnya nya hal-ha hal-hall terseb tersebut ut poltek poltekes es kemenke kemenkess jurusa jurusan n kesehat kesehatan an lingkun lingkungan gan kepada mahasiwa jurusan kesehatan lingkungan diwajibkan mengambil mata kuliah ilmu ukur tanah I dan II (dua semester secara teori dan dipraktekan di lapangan selain mengerti teori dalam pengukuran mahasiswa juga bisa melaksanakan pekerjaan pengukuran tanah pada proyek perencanaan pelaksanaan pembangunan bangunan , pemasangan perpipaan ,secara mandiri setelah meninggalkan bangku kuliah kelak apabila diperlukan. 1.2 MAKSUD MAKSUD Maksud dari kegiatan praktikum ilmu ukur tanah adalah agar mahasiswa mahasiswa dapat memahami
klas klasi! i!ik ikas asii
pera perala lata tan n
ukur ukur
tana tanah h
sehi sehing ngga ga
dala dalam m
pela pelaks ksaa aan n
peng penguk ukur uran anny nyaa
dapa dapatt
cepat,tepat,akurat dan terp"akai data yang dihasilkan. #ehingga hal-hal yang tidak diperlukan dapat dihindarkan dalam pelaksanaan pekerjaan tersebut.
1.3 TUJUAN DAN MANFAAT MANFAAT
$ujuan dari praktikum ini adalah% a. Mahasiswa dapat mempraktekan centering pada alat ukur waterpas
&
b. Mahasiswa dapat mempraktekan metode yang digunakan untuk penentuan beda
tinggi antar dua titik sesuai dengan kondisi di lapangan c. Mahasiswa dapat mempraktekan pembacaan benang silang dia!ragma pada rambu ukur dengan alat ukur waterpas d. Mahasiswa dapat mempraktekan mengukur beda tinggi pada alat ukur waterpas e. Mahasiswa dapat mempraktekan pengukuran jarak langsung dan tidak langsung !. Mahasiswa dapat mempraktekan cara penulisan data lapangan ke !ormulir data ukur waterpas
1.4 RUANG LINGKUP LINGKUP
&. ). *. . . /. 1. 2.
'uang lingkup praktikum meliputi beberapa macam metode pengukuran leelling, yaitu % pengertian kontur tanah prinsip dan !ungsi +engukuran tinggi dan luas tanah cara polar #ipat datar teliti ('eciprocal eelling #ipat datar memanjang sempurna #ipat datar tertutup 0 kring (double stand #ipat datar pro!il melintang #ipat datar luas (system grid
)
BAB. II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PENGERTIAN KONTUR TANAH
3ountur disebut juga garis tinggi. 4aris 3ontur adalah tempat kedudukan titik-titik dipermukaan bumi yang mempunyai ketinggian yang sama. Interal kontur adalah selisih tinggi antara suatu garis kontur dengan garis kontur didekatnya. Interal kontur pada aturan katogra!i adalah sbb % ik 5 &0)6666 7 skala Indeks kontur adalah angka dalam garis kontur 0 yang tertera pada suatu garis kontur. Misal % #kala peta 5 & % 6666 Interal kontur 5 &0)6666 7 66666 Interal kontur 5 ) m &. +rinsip dan 8ungsi +engukuran 9eda $inggi +engukuran beda tinggi dilakukan dengan menggunakan alat +esawat +enyipat Datar (waterpass. :lat didirikan pada suatu titik yang diarahkan pada dua buah rambu yang berdiri ertical. Maka beda tinggi dapat dicari atau dihitung dengan menggunakan rumus pengurangan antara bacaan benang tengah rambu muka ( 9$: dan bacaan benang tengah rambu belakang(9$9. Rumus bed !"#$$" #!% du !"!"& ' 9$ 5 9$9 – 9$: 3eterangan % 9$ 5 beda tinggi 9$: 5 bacaan benang tengah rambu Muka 9$9 5 bacaan benang tengah rambu 9elakang Dalam setiap pengukuran tidaklah lepas dari adanya kesalahan pembacaan angka, sehingga diperlukan adanya koreksi antara hasil yang didapat di lapangan dengan hasil dari perhitungan.
*
2.2
FUNGSI DARI PENGUKURAN BEDA TINGGI
a. Merancang jalan raya,;alan 3: dan saluran-saluran. b. Merencanakan proyek-proyek konsruksi menurut ealuasi terencana. c. Menghitung olume pekerjaan tanah. d. Menyelidiki ciri-ciri aliran di suatu wilayah. e. Mengembangkan peta-peta yang menunjukkan bentuk tanah secara umum.
2.3 S(ARAT )S(ARAT PESA*AT PEN(IPAT DATAR #yarat – syarat alat sipat datar adalah % +ertama % 4aris bidik teropong harus sejajar dengan garis arah nio. 3edua % 4aris arah nio harus tegak lurus pada sumbu kesatu. 3etiga % 4aris mendatar dia!ragma harus tegak lurus pada sumbu kesatu.
2.4
+ARA MENGKALIBRASI PESA*AT PEN(IPAT DATAR
a. 9ukalah penutup lensa okuler pada teropong pesawat penyipat datar,pada posisi II arahkan teropong ke rambu +&. b. +utarlah pengatur koreksi benang tengah dengan tuas yg tersedia di kotak pesawat , sehingga bacaan rambu +& berkurang setengah kesalahan ( ) mm sehingga bacaan benang tengah menjadi &. /2/. c. +indahkan pesawat penyipat datar ditengah-tengan antara rambu +& dan rambu +) ( posisi I ,kemudian stel gelembung nio berada ditengah,siap untuk melakukan pembacaan. d. :rahkan teropong pesawat ke rambu +&,lakukan pembacaan benang tengah (misal &. . e. +utar teropong pesawat dan arahkan ke rambu +), lalu lakukan pembacaan benang tengah ( misal &.))& . !. +indahkan pesawat penyipat datar didepan rambu +) ( posisi II < meter,kemudian stel gelembung nio berada ditengah,siap untuk melakukan pembacaan. g. :rahkan teropong pesawat ke rambu +&,lakukan pembacaan benang tengah (misal &.//. h. +utar teropong pesawat dan arahkan ke rambu +), lalu lakukan pembacaan benang tengah ( misal &.**6. i. +indahkan pesawat penyipat datar didepan rambu +) < meter,kemudian stel hingga gelembung nio berada ditengah,arahkan teropong ke rambu +) ,kemudian baca benang tengah (misal &.& ,kemudian arahkan teropong ke rambu :,lalu baca benang tengah (misal &.1/ . j. 9eda tinggi kedua posisi pengukuran tersebut adalah % 9eda tinggi posisi I 5 &./-&.**6 5 6.*) dan 9eda tinggi posisi II 5 &.1/-&.&5 6.*) ada beda sebesar 6.66& atau & mm.
3alau pesawat penyipat datar memiliki acurasi &-) mm, maka kesalahan ini masih dalam batas toleransi atau dengan kata lain pesawat sudah laik pakai. 2., PENGERTIAN *ATERPASS
=aterpass (penyipat datar adalah suatu alat ukur tanah yang dipergunakan untuk mengukur beda tinggi antara titik-titik saling berdekatan. 9eda tinggi tersebut ditentukan dengan garis-garis isir (sumbu teropong hori>ontal yang ditunjukan ke rambu-rambu ukur yang ertical. #edangkan pengukuran yang menggunakan alat ini disebut dengan Levelling atauWaterpassing. +ekerjaan ini dilakukan dalam rangka penentuan tiggi suatu titik yang akan ditentukan ketiggiannya berdasarkan suatu system re!erensi atau bidang acuan. #istem re!erensi atau acaun yang digunakan adalah tinggi muka air air laut rata-rata atau Mean sea Level ( M# atau system re!erensi lain yang dipilih.#istem re!erensi ini mempunyai arti sangat penting, terutama dalam bidang keairan, misalnya% Irigasi, ?idrologi, dan sebagainya. @amun demikian masih banyak pekerjaan-pekerjaan lain yang memerlukan system re!erinsi. Untuk menentukan ketinggian suatu titik di permukaan bumi tidak selalu tidak selalu harus selalu mengukur beda tinggi dari muka laut (M#, namun dapat dilakukan dengan titiktitik tetap yang sudah ada disekitar lokasi oengukuran. $itik-titik tersebut umumnya telah diketahui ketinggiannya maupun kordinatnya (A,B,C yang disebut Banch Mark (9M. 9anch mark merupakan suatu tanda yang jelas (mudah ditemukan dan kokoh dipermukaan bumi yang berbentuk tugu atau patok beton sehingga terlindung dari !aktor-!aktor pengrusakan. Man!aat penting lainnya dari pengukuran eelling ini adalah untuk kepentingan proyek proyek yang berhubungan dengan pekerjaan tanah (arth =ork misalnya untuk menghitung olume galian dan timbunan. Untuk itu dikenal adanya pengukuran sipat datar pro!il memanjang (ong section dan sipat datar pro!il melintang (Eross section. Dalam melakukan pengukuran sipat datar dikenal adanya tingkat-tingkat ketelitian sesuai dengan tujuan proyek yang bersangkutan. ?al ini dikarenakan pada setiap pengukuran akan selalu terdapat kesalah-kesalahan. 8ungsi tingkat-tingkat ketelitan tersebut adalah batas toleransi kesalahan pengukuran yang diperbolehkakan.Untuk itu perlu diantisipasi kesalah tersebut agar di dapat suatu hasil pengukuran untuk memenuhi batasan toleransi yang telah ditetapkan.
2.- GAMBAR *ATERPASS
/
2.
MA+AM/MA+AM PENGUKURAN TINGGI
a. +engukuran tinggi secara langsung dengan menggunakan pita ukur dan nio sederhana b. +engukuran tinggi menggunakan alat barometer (barometer leeling +ada dasarnya ada hubungan antara ketinggian suatu tempat dengan tekanan udara di tempat itu, dimana makin tinggi tempatnya, makin kecil tekanan udaranya. Dengan alat barometer ini ketinggiaan dapat di uukur altnya disebut dengan altimeter c. +engukuran tinggi menggunakan cara trigonometri (trigonometri leeling 9eda tinggi antara dua tempat dapat di tentukan 0 dihitung bila data yang diukur dengan alat yang dilengkapi skala lingkaran sudut ertikal misalnya theodolit dan clinometer. Dm 5 (9a-9b 7 &66 5 Dm 7 cos F Gh 5 $i Dm #in F – 9t 3eteranagan % Gh 5 9eda $inggi antara dua titik Dm 5 ;arak miringF 5 ;arak Datar F 5 +embacaan #udut ertikal $i 5 $inggi alat 9a, 9t, 9b 5 9acaan rambu ukur d. +engukuran tinggi dengan alat penyipat datar +ada cara ini didasarkan atas kedudukan garis bidik teropong yang dibuat hori>ontal dengan menggunakan gelembung nio. Pe#e#!u# Bed T"#$$" A#!% Du T"!"& +enentuan beda tinggi antara dua titik dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu ditinjau dari kedudukan atau penempatan alat ukur penyipat datar. $iga cara ini dapat dipergunakan sesuai dengan kondisi di lapangan dan hasil pengukuran yang ingin diperoleh.
Eara pertama, alat ukur berada di antara kedua titik. +ada cara ini alat ukur ditempatkan antara titik : dan 9, sedangkan masing-masing titik tersebut ditempatkan rambu ukur yang ertikal. ;arak dari alat ukur terhadap masing-masing rambu diusahakan berimbang atau < sama. #edangkan letak alat ukur tidaklah harus pada garis lurus yang menghubungkan titik : dan 9. Eara ini merupakan dasar dalam pengukuran sipat datar memanjang
1
4ambar )./. +engukuran beda tinggi di antara titik dengan alat penyipat datar Dengan cara ini aturlah kedudukan alat agar memenuhi syarat melakukan pengukuran, kemudian arahkan garis ke rambu : sebagai bacaan belakang (b) dan ke rambu 9 sebagai bacaan muka (m). Dalam hal ini selalu diingat, bahwa angka pembacaan pada rambu merupakan jarak yang dibatasi antara alas rambu terhadap garis bidik maka dapat dimengerti bahwa beda tinggi antara titik : dan 9 yaitu sebesar t = b – m. .
Eara kedua, alat ukur berada di luar kedua titik Eara yang kedua ini merupakan cara yang dapat dilakukan bilamana pengukuran beda tinggi antara kedua titik tidak memungkinkan dilakukan dengan cara yang pertama, disebabkan oleh kondisi di lapangan atau hasil pengukuran yang hendak dicapai. +ada cara ini alat ukur ditempatkan disebelah kiri atau kanan pada salah satu titik. ;adi alat tidak berada diantara kedua titik : dan 9 melainkan di luar garis : dan 9 melainkan di luar garis : dan 9. #edangkan pembacaan kedua rambu sama dengan cara yang pertama, hingga diperoleh beda tinggi antara kedua titik : dan 9. +enentuan tinggi dengan cara ini umum dilakukan pada pengukuran sipat datar pro!il.
4ambar ).1. +engukuran 9eda $inggi di luar $itik dengan :lat +enyipat Datar 2
Eara ketiga, alat ukur berada di atas salah satu dari kedua titik. +ada cara ini, alat ukur ditempatkan di atas salah satu titik dari kedua titik yang diukur. ?arus dipahami bahwa, penempatan alat di atas titik terlebih dahulu diketahui titik tersebut, sehingga kedudukan sumbu ke satu alat ukur segaris dengan titik tengah patok (Eenter. Dalam hal ini untuk menempatkan alat tepat di atas patok menggunakan alat tambahan yaituuntingunting.+enggunaan cara yang ketiga ini umum dilakukan pada penyipat datar luas dan Stake out .
4ambar ).2. +engukuran 9eda $inggi di atas $itik dengan :lat +enyipat Datar #eperti terlihat pada 4ambar ).2 tinggi a adalah Tinggi aris Bi!ik yang diukur dengan rambu dari atas patok 9 terhadap titik tengah teropong. Untuk memperoleh beda tinggi antara titik : dan 9 maka, arahkan teropong ke rambu lainnya yaitu rambu : dengan angka bacaan rambu sebesar b. Dengan demikian, beda tinggi titik : terhadap titik 9 adalah t 5 b – a. Dari ketiga cara pengukuran beda tinggi di antara dua titik tersebut, sesuai dengan urutannya cara yang pertama merupakan cara yang paling teliti. ?al ini disebabkan alat berada diantara kedua rambu sehingga dapat saling memperkecil kesalahan yang disebabkan oleh tidak sejajarnya garis bidik dan garis nio pada saat pengaturan kedudukan alat. Eara kedua dan cara ketiga sering kali dipahami sebagai cara Tinggi aris Bi!ik dan selanjutnya disingkat $49. Dengan $49 sebagai garis acuan, maka dengan cepat dapat ditentukan ketinggian atau eleasi titik-titik di lapangan. 9ila dicermati lebih mendalam cara kedua lebih teliti dibandingkan dengan cara ketiga, karena kasarnya prediksi terhadap titik tengah teropong menggunakan rambu. Bang harus dipahami pada pengukuran beda tinggi antara dua titik ini ialah,be!a tinggi selalu !iperoleh !ari bacaan rambu belakan !an bacaan rambu muka.Ditentukannya nama belakang dan muka pada rambu terkait dengan nama patok serta arah jalur pengukuran yang H
direncanakan. 9ila t bernilai positi! (, maka titik muka lebih tinggidari pada titik belakang, sedangkan sebaliknya bila t bernilai negati! (-, maka titik muka lebih ren!ah dari pada titik belakang. Pe#$u&u%# S"0! D!% P%"
Dengan data ukuran jarak dan perbedaan tinggi titik-titik diatas permukaan tanah dapat ditentukan irisan tegak dilapangan yang dinamakan pro"il atau biasa pula disebut penampang . +ada pekerjaan-pekerjaan rekayasa seperti perencanaan jalan raya, jalan kereta api, saluran irigasi, lapangan udara dll, sangat dibutuhkan bentuk pro!il atau tampang pada arah tertentu untuk perencanaan kemiringan sumbu proyek, maupun hitungan olume galian atau timbunan tanah dan lain-lain. +engukuran pro!il umumnya dibedakan atas pro!il memanjang searah dengan sumbu proyek dan pro!il melintang dengan arah memotong tegak lurus sumbu proyek pada interal jarak yang tertentu. (Basuki# S. $%%&) +rinsip pengukuran pro!il dilapangan adalah menggunakan cara $49 untuk mengukur ketinggian titik-titik pada jalur pengukuran dilapangan.
P%" Me"#!#$
+elaksanaan pengukuran sipat datar pro!il melintang dilakukan setelah pengukuran sipat datar pro!il memanjang, jarak antar potongan melintang dibuat sama, sedangkan pengukuran kearah samping kiri dan kanan as jalur memanjang lebarnya dapat ditentukan sesuai perencanaan dengan pita ukur misalnya pada jalan raya, potongan melintang dibuat dari tepi yang satu ke tepi yang lain. :rah potongan melintang tegak lurus dengan as, kecuali pada titik tikungan (contoh pada titik 9 maka potongan diusahakan membagi sudut terseut sama besar atau bila perlu dibuatkan ) buah potongan melintang yang masing-masing tegak lurus pada arah datang dan arah belokan selanjutnya.
4ambar ). :rah +otongan Melintang
&6
Eara +engukuran % :lat di :tas $itik
&. $empatkan alat di atas titik :. ). akukan centering . *. 4elembung nio ketengahkan dengan * skrup klap. . Ukur tinggi alat diatas patok. . 9idik rambu diatas titik &. 9aca 9:, 9$ dan 99. /. ?itung jarak optis dari alat ke rambu &, d 5(9:-99.&66 1. akukan hal yang sama (,i,ii pada titik-titik ), *, dan seterusnya sebagai titik-titik relie!. 2. Demikian juga point & s0d 2 dilakukan pada setiap potongan melintang.
&&
BAB III PEMBAHASAN
&.& okasi
% 3ampus poltekkes kemenkes jambi jurusan kesehatan lingkungan , ;l. ? :gus #alim no. 2 kota baru jambi, ruang tingkat &
&.) =aktu
% H Jktober )6&
&.* :lat
% &. =aterpass ). 'ambu *. Meteran
&. 9ahan
% &. Eat (untuk menandai titik ). ;alan
&. +rosedur % &. Mencari lokasi yang akan dijadikan lokasi pengukuran,dan tentukan waktunya. ). 3emudian setelah selesai mulai melakukan pengukuran dengan menyiapkan bahan dan alat. *. Mengukur jarak dari titik satu sampai titik kesepuluh lalu tandai dengan cat. . etakkan rambu ukur dititik : (belakang dan 9 (muka0depan. . etakkan pesawat diantara titik : dan 9 (usahakan jarak sama dan ditandai. /. 9aca rambu : , yaitu membaca 9: (benang atas, 99(benang bawah, 9$( benang tengah lalu setelah diketahui koreksi kembali dengan rumus 9$5(9:99 0 9$7)5 (9:99. 1. 9aca rambu 9 ,yaitu membaca 9: (benang atas, 99(benang bawah, 9$( benang tengah lalu setelah diketahui koreksi kembali dengan rumus 9$5(9:99 0 9$7)5 (9:99. 2. 3emudian hitung jarak pesawat dengan titik : dengan menggunakan rumus ;(jarak5 (9:-997&66. H. 3emudian hitung jarak pesawat dengan titik 9 dengan menggunakan rumus ;(jarak5 (9:-997&66. &6. 3emudian hitung jarak deban dan belakang dengan rumus :95;:;9. &&. +ada selang berikutnya ,rambu : menjadi bacaan muka dan sebaliknya, 9 menjadi bacaan belakang dan seterusnya sampai &6 titik. &). Bang perlu diperhatikan dalam pengukuran yakni jarak pesawat dengan titik harus sama. &*. Membacanya rambu belakang lalu rambu muka. &. ;arak ) m atau maksimal 1 m. BAB I
&)
HASIL KEGIATAN 4.1
HASIL
?. I. ;. 3. . M. @.
A. BUKA 1 9. 9$ % &,&6 E. 9: % &,/6 D. 99 %&,/6 . 9:99 5 &,/6 &,/6 8. 5 *,6)6 4.
9$ 7 ) 5 &,&6 7 ) 5 *,6)6 ;arak 5 9:-99 7 &66 5&,/6-&,/6 7 &66 5&6,6 meter
O. Sudu! 2,5
=. 9$ 7 ) 5 &,/6 7 )
P. Bu& 2
A.
K. 9$
B.
% &,/6
'. 9: % &,1)6 #. 99
C. ;arak
% &,/6
5 9:-
99 7 &66
$. 9:99 5 &,1)6 &,/6 U.
5 *,)26
::. 5&,1)6-&,/6 7 &66
5*,)26
L.
:9.
5 &/,6
meter
:E. AD.
:3.
Mu&
),666
Be&#$ 1
:.
9$
% &,666
:8.9: %&,66
:.
;arak5 9:-99
7 &66
:4.
99
:?.
9:99 5
% 6,H6
&,666,H6 :I.
5
5 ),666
:M.
5
&,66-6,H6 7&66 :@.
5 &6,6
meter
:;. 9$ 7 ) 5 &,666 7 ) :J. AP.
AS.
A6.
AT.
AR.
AU.
&*
A.
98.
5 &,/6
A*.
94.
A7.
9?.
9$ 7 ) 5
6,126 7 )
A(. A8.
Sudu! 355
9I.
BA.
Mu&
9;. 93.
Be&#$ 2
99.
9$
% 6,126
9E.
9:
% 6,2/6
9D.
99
% 6,166
9.
9: 99 5
6,2/66,166
5 &,/6
;arak 5 9:-
99 7 &66 9.
5
6,2/6-6,166 7 &66 9M.
5 &/,6
meter
BN. BO. 9+. 9K. 9'. 9#. 9$.
Bu& 1 9$ % &,66 9: % &,6 99 % &,*6 9:99 5 &,6 &,*6 5 ),266
9U. 9$ 7 ) 5 &,667 ) 9L. 5 ),266 9=. 9A. ;arak 59:-99 7 &66 9B. 5 &,6-&,*6 7 &66 9C. 5&6,6 meter
E:. E9. ++. +D. E. E8. E4. E?. EI.
Sudu! ,55 Bu& 2 9$ % &,&H6 9: % &,)H6 99 % &,6H6 9:995&,)H6&,6H6 5 ),*26
E;. 9$ 7 )5 &,&H6 7 ) E3. 5 ),*26 E. EM. ;arak 5 9:-99 7 &66 E@. 5 &,)H6-&,6H6 7 &66 EJ. 5)6,6 meter
Mu& Be&#$ 1 9$ % 6,166 9: % 6,16 99 % 6,/6 9:995 6,166./6 5 &,66
E=. 9$ 7 ) 5 6,166 7 ) EA. 5 &,66 EB. EC. ;arak 59:-99 7 &66 D:. 56,16-6,/6 7 &66 D9. 5 &6,6 meter
E+. +6. E'. E#. E$. EU. EL.
DE.
&
DD. DE.
Sudu! 25 Mu& Be&#$ 2
D8. D4. D?. DI. D;.
9$ % 6,*26 9: % 6,/6 99 % 6,*66 9:9956,/6 6,*66 5 6,1/6
D3. 9$ 7 ) 5 6,*26 7 ) D. 5 6,1/6 DM. ;arak 59:-99 7 &66 D@. 5 6,/6-6,*66 7 &66 DJ. 5 &/,6 meter
D+. D=. DA. 9$ 7 ) 5 6,*6 7 ) DB. 5 6,/26 DC. ;arak 59:-99 7 &66 :. 5&,&)6-&,6)6 7 &66 9. 5&6, 6 meter
D6. +9Bu& 1 D'. D#. D$. DU. DL.
9$ % &,616 9: %&,&)6 99 % &,6)6 9:995 &,&)6 &,6)6 5 ),&6
E. ED. EE. 8. 4. ?. I. ;. 3. . M.
Sudu! 315 Bu& 2 9$ % 6,*6 9: % 6,6 99 % 6,)6 9:9956,66,)6 56,/26
@.
;arak 5 9:-
99 7 &6 J.
5
6,6-6,)6 7 &66 +.
5 )6,6 meter
K.
9$ 7 ) 5 6,*6 7 ) 5 6,/26 '. ES.Mu& Be&#$ 1
B.9$ 7 ) 5 &,/6 7 )
$. 9$
% &,/6
C.
U.
9:
L.99
% &,&6
=.
9:995
% &,&6
8:.;arak
% 9:-
99 7 &66 89.
&,&6&,&6 A.
5 ),H)6
5&,&6-&,&6 7 &66
5
8E.
5 &6,6 meter
),H)6 8D. 8. FF.Sudu! 255
&
FG.
8@.
Mu&
7)
Be&#$ 2
8?.
9$
% &,/16
8J.
8I. 9: % &,1/6
5
*,*6
8;. 99
% &,26
83.
9:995
8+. ;arak 5 9:-99 7
&,1/6 &,26 8.
9$ 7 )5 &,/16
&66 8K.
5 *,*6
5
&,1/6-&,26 7 &66
8M.
8'.
5 &2,6 meter
8#.
FT.
D.Bu& 1
8U.
9$
% &,)6
8=.
99
% &,*16
8A.
9:995
49.
5),26 ;arak 5 9:-
99 7 &66 4E.
&,16 &,*16
5
&,)6 7 ) 4:.
8L.9: % &,16
8B.
8C.9$ 7 )
5
&,16-&,*16 7 &66
5 ),26
4D.
5&6,6
meter 4. GF.
Sudu! 135
GG.
Bu& 2
4?.
9$
4M.
&,6 7 )
% &,6
4@.
4I. 9: % &,/6
4J.
4;. 99
% &,6
4+.;arak
43.
9:99 5
&,/6&,6 4. *,&66
9$ 7 ) 5
5*,&66
5 9:-
99 7 &66 4K.
5
5&,/6-&,6 7 &66 4'.
5 )6,6
meter 4#. &/
4$. GU.
?:.
Mu&
&,&)6 7 )
Be&#$ 1
4L.
9$
% &,&)6
4=.
9:
% &,&16
4A.
99
% &,616
4B.
9:99 5
?9.
5
),)6 ?E.
;arak 5 9:-
99 7 &66
&,&16&,616 4C.
9$ 7 ) 5
?D. 5
5&,&16-&,616 7 &66
),)6
?.
5 &6,6
meter ?8. HG.
Sudu! 3,5
HH.
Mu&
?J. ),/6
?+.;arak 5 9:-99 7
Be&#$ 2
?I. 9$
% &,)26
&66
?;. 9: % &,*26
?K.
?3.
99
?.
9:99 5
% &,&26
5
&,*26-&,&26 7 &66 ?'.
&,*26&,&26
5 )6,6
meter
?M.
?#.
5),/6 ?@.
5
?$.
9$7 ) 5
&,)26 7 )
&1
?U. ?L. ?=. ?B. 9
?C. 9
I:. 9
I9.
IE. &
ID. &
I. &
I8.
I4. &
I?. &
II. &
I;.
I3. &
I. &
IM. 6
I@.
IJ. 6
I+. 6
IK. 6
I'. I#.
I$. &
IU. &
IL. &
I=.
IA. &
IB. &
IC. &
;:.
;9. 6
;E. 6
;D. 6
;.
;8. 6
;4. 6
;?. 6
;I. ;;.
;3. &
;. &
;M. &
;@.
;J. 6
;+. 6
;K. 6
;'.
;#. &
;$. &
;U. &
;L.
;=. &
;A. &
;B. &
;C.
3:.
39. &
3E. &
3D. &
3.
38. &
34. &
3?. &
3I.
3;. &
33. &
3. &
3M.
3@. &
3J. &
3+. &
3U.
3K. 3'. 3#. 3$. 3L.
3=.
3A.
:. $in
9.
D.
3.
'.
B.
M8.
MM.
.
8.
.
M.
#.
$.
C.
M:.
M4.
M?. M@. , , MJ. 6
E. &6 4.
;. &6
?.
@.
K. &6
U.
=.
A. &6
MD.
M. &6
M9.
MI. M+.
ME.
M;.
M3. MK. & M'.
M. &6 M#.
, H /
M$.
MU.
ML.
@:. $I
M=. MA. #UDU$
@9.
@D.
@.
@$.
J9.
J;.
J'.
JC.
+?.
++.
+A.
@E. &6
@.
@8.
@M.
@@.
@U.
@L.
JE.
JD.
J3.
J.
J#.
J$.
+:.
+9.
+I.
+K.
+;.
@4.
@J.
@=.
J. JM.
JU.
+E.
+3.
+'. +B. H,/ +C.
K:.
@3. HH
@I.
K9.
@'.
@#. &6
@C.
J:. &6
J?.
JI. &6
J+.
JK. &6
J=.
JB. &6
+.
+4. &6
+M.
+J. &6
+U.
+L.
+=. &6
KE. &
K. 6
KD.
K8. K4. K?. KI. K;. K3. K. KM. K@. KJ. K+. KK. K'. K#. K$. KU. KL. K=. KA. KB. KC. ':. '9. 'E. 'D. '. RF. BAB RG. PENUTUP RH. RI.
,.1
KESIMPULAN
RJ. '3.
Untuk mengetahui tinggi rendahnya permukaan tanah pada suatu poligon yang
diukur dari permukaan laut. +embuatan pro!il-pro!il sangat diperlukan dalam pekerjaan $eknik #ipil. #emua proyek sipil yang ital diperlukan data yang akurat untuk mengetahui keadaan tanah dari lokasi-lokasi tersebut, oleh karena itu perlu didakan pengukuran keadaan tanah untuk mengetahui dan mendapatkan data-data tersebut digunakan sebagai Instrumen untuk keadaan
lapangan. Instrumen terlebih dahulu harus diperikasa kelengkapannya sehingga data yang diperoleh tidak menimpang. '. Dengan mempelajari dan melakukan peraktek pengukuran tanah (sureying, kita dapat mengembangkan ilmu pengetahuan dalam bidang tersebut. +engukuran tanah merupakan hal yang penting dalam menentukan posisi tanah, pada pengukuran tentunya banyak masalah baru yang harus dipelajari dan juga diperhatikan, kesalahan-kesalahan dalam pengukuran jarak adalah cara dasar yang paling banyak dilakukan dlam pengukuran yang pada dasarnya menitikberatkan pada pengukuran panjang dan alat-alat yang digunakan menurut ketelitian dalam menggunakannya sehingga memberi hasil yang pasti dan jelas, karena pengukuran yang baik adalah pengukuran yang nilai kesalahannya kecil. 'M. #etelah melakukan praktek, mahasiswa dapat mengenal alat-alat yang digunakan dalam ilmu ukur tanah dan sudah dapat mempergunakan sesuai dengan !ungsi dan kegunaannya masing-masing dan dapat % '@.
&. Membuat garis lurus di lapangan
'J.
). Mengukur beda tinggi
'+.
*. +engukuran titik-titik poligon
'K.
. +engukuran titik pro!il
''.
. +engukuran site plant '#.?arapan kami dengan adanya praktikum pengukuran tanah ini para mahasiswa
untuk
dapat
mempergunakan
alat-alat
pada
waktu
mempraktekkannya dilapangan sesuai dengan kondisi dan situasi lapangan. '$. 'U.
,.2
S%#
'L.&.
3ami harap kepada dosen pembimbing I dan II agar tidak
meninggalkan mahasiswa sewaktu pelaksanaan praktek. '=.
).
Memberi pengarahan dan petunjuk-petunjuk yang mendetail
agar mahasiswa tidak kebingungan dalam menjalankan praktek. 'A.
*.
Menyediakan buku paduan (jub sheet bagi setiap mahasiswa
agar mempunyai pedoman dalam menjalankan praktek. 'B.
R8.
#:. #9.