PERCOBAAN I DASAR-DASAR PENGUAT OPERASIONAL A. Pelaksanaan Praktikum
1. Tujuan
: a. Mengukur tegangan offset masukan Op-Amp 741. b. Mengukur CMRR Op-Amp.
2. Hari, Tanggal
: Senin, 30 Maret 2015
3. Tempat
: Laboratorium Fisika, FKIP Universitas Mataram
B. Landasan Teori
Penguat operasional atau yang bisa disingkat dengan op-amp adalah penguat dc yang berpenguatan sangat tinggi, yang mempergunakan rangkaian umpan blaik (feedback) luar untuk mengatur responnya. Op-amp berupa rangkaian terpadu IC, yang mempunyai dua masukan dan satu keluaran. Op-amp memiliki masukan membalik (inverting) dan masukan tak membalik (non inverting) (Wahyudi, 2014: 63). Penguat operasional adalah sebuah penguat instan yang bisa langsung dipakai untuk banyak aplikasi penguatan. Sebuah penguatan operasional biasanya berupa IC (Integrated Circuit). Pengemasan penguat operasional dalam IC bermacam, macam, ada yang berisi saru op-amp (741), dua op-amp (4558, LF356), empat op-amp (LM324, TL084), dll (Widodo, 2000: 65). Keuntungan dari pemakaian penguatan operasional adalah karakteristiknya yang mendekati ideal sehingga dalam merancang rangkaian yang menggunakan penguat ini lebih mudah. Selain itu, penguat ini bekerja pada tingkatan yanag cukup dekat dengan karakteristik kerjanya secara teoritis. Dari sudut sinyal sebuah penguat operasional mempunyai tiga terminal, yaitu dua terminal masukan dan satu terminal keluaran (Sutrisno, 2002: 60). C. Alat dan Bahan
1. Alat a. Signal generator
1 set
b. Power supply
1 set
c. Multimeter digital
1 set
d. Papan roti
1 set
e. Probe kait
1 set
f. Kabel penghubung
1 set
g. Op-amp 741
1 set
h. Resistor
1 set
i. Kabel tambahan
1 set
2. Bahan D. Cara Kerja a. Menentukan tegangan offset masukan op-amp 741
b.
1.
Menyiapkan alat dan bahan yang digunakan.
2.
Membuat rangkaian seperti gambar di bawah ini.
3.
Mengukur tegangan output rangkaian dengan menggununakan volt ac digital.
4.
Menghitung penguat tegangan lingkar tutup.
5.
Menghitung tegangan offset masukan.
Menentukan CMRR IC op-amp 741 1. Menyiapkan alat dan bahan yang digunakan. 2. Membuat rangkaian seperti gambar di bawah ini.
3. Menyetel frekuensi signal generator antara 60-100 Hz. 4. Mengukur tegangan masukan Vin dengan menyetel nilai rms paling tidak bernilai 2 V. Tegangan ini disebut tegangan masukan modus bersama (Vin(CM)). 5. Menggukur tegangan keluaran (Vout) dengan menggunakan voltmeter ac digital. 6. Menghitung penguat diferensial. 7. Menghitung nilai CMRR. E. Hasil Pengamatan
1. Tabel 1. Menentukan Tegangan offset Masukan Tegangan Gambar gelobang
Hambatan
Lingkar
Tegangan Offset
R1 = 100kΩ 10 V
0,25 V
R2 = 1 MΩ
2. Tabel 2. Menentukan CMRR IC op-amp 741 Gambar Gelombang
R
Vin(CM)
Vout
Adif
Acm
CMRR
10,2V
10 3x
1,02x
59,8dB
R1= R3= 100 Ω 10V R2= R4= 100 kΩ
F. Analisis Data
Diketahui
:
Vi= 10 V Vo= 10,2 V f= 1000 Hz R1=R2= 100 Ω R3=R4= 100 k Ω
Ditanyakan
: a. Adif b. Acm c. CMRR
Penyelesaian : a. Adif
= = 4 3 Ω = 100 100Ω = 1000 Jadi, besar nilai penguat tegangannya adalah 1000x. b. Acm
= () = 10,2 10 = 1,0 2 Jadi, besar nilai penguat modus bersama yaitu 1,02x. c. CMRR
= 20 = 20 1000 1,02 = 59,8 Jadi, besar nilai CMRR adalah 59, 8 dB.
G. Pembahasan
Percobaan kali ini yaitu mengenai dasar-dasar penguat operasional yang bertujuan untuk mengukur tegangan offset masukan op-amp 741 dan mengukur CMRR op-amp 741. Penguat operasional (op-amp) adalah sebuah penguat instan yang bisa langsung dipakai untuk banyak aplikasi penguatan. Penguat operasional (OP-AMP) adalah penguat yang mempunyai dua masukan pengatur dan keluaran yang ditentukan oleh kedua tegangan masukan. CMRR merupakan parameter OP-AMP yang sangat penting untuk menunjukkan kinerja OP-AMP. Parameter CMRR didefinisikan sebagai komponen OP-AMP untuk menekan penguatan tegangan (common mode). Semakin besar CMRR maka OP-AMP diharapkan dapat menekan penguatan sinyal yang tidak diinginkan sekecil-kecilnya. OP-AMP dan CMRR yang semakin besar akan semakin baik. Percobaan pertama yaitu menentukan tegangan offset masukann. kami menggunakan OP-AMP 741 dengan resistor 100
Ω dan 1 Ω. Tegangan lingkar yang
kami peroleh adalah 10V. Tegangan ini diperoleh dari tegangan masukan yang kami atur pada power supply, sedangkan tegangan offset yang kami peroleh dengan pengukuran menggunakan multimeter adalah 0,25 V. Bentuk gelombang yang dihasilkan seperti yang terlihat pada layar osciloscop adalah gelombang sinusoida. Percobaan kedua yaitu menentukan CMRR. Berdasarkan data yang kami peroleh pada percobaan kali ini dperoleh nilai CMRR yaitu sebesar 59,83 dB. Nilai CMRR ini merupakan besarnya nilai penolakan penguat terhadap isyarat modus bersama. Penguat modus bersama(Acm) dan penguat differensial
pada percobaan kali ini memiliki
nilai sebesar 1,02 dan 1000 kali. Dari data ini dapat dilihat bahwa nilai ACM tidak sama dengan nol dan nilainya lebih kecil dari penguat differensial, sedangkan menurut teori nilai ACM harus sama dengan nol karena OP-AMP yang baik memiliki penguatan tegangan
= maka tegangan keluarannya adalah nol sehingga ACM akan bernilai
nol, dan jika kedua input dihubungkan singkat dan diberikan tegangan maka output OPAMP mestinya nol. Sama seperti percobaan pertama ketika menentukan teganagan offset masukan, gelombang yang dihasilkan pada percobaan kedua juga gelombang sinusoida. Ketidaksesuaian yang kami peroleh antara hasil percobaan dengan teori kemungkinan disebabkan karena kurangnya ketelitian kami dalam merangkai alat, kesalahan dalam membaca skala pada multimeter maupun kurangnya efisiensi alat-alat yang kami gunakan.
H. Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan Berdasarkan hasil pengamatan, analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut : a. Penguat operasional (OP-AMP) adalah penguat yang mempunyai dua masukan pengatur dan keluaran yang ditentukan oleh kedua tegangan masukan. b. Parameter CMRR merupakan komponen OP-AMP untuk menekan penguat tegangan (common mode). c. Tegangan lingkar yang kami peroleh adalah 10V dan tegangan offset yang kami peroleh dengan pengukuran menggunakan multimeter adalah 0,25 V. d. Nilai CMRR yang diperoleh adalah 59,83 dB sedangkan Penguat modus bersama(Acm) dan penguat differensial
pada percobaan kali ini memiliki
nilai sebesar 1,02 dan 1000 kali. e. Dari data dilihat bahwa nilai ACM tidak sama dengan nol dan nilainya lebih kecil dari penguat differensial. f. Jika dua buah input dihubungkan singkat dan diberikan tegangan maka output OP-AMP mestinya nol. g. Bentuk gelombang yang dihasilkan seperti yang terlihat pada layar osciloscop adalah gelombang sinusoida. 2. Saran Alat yang tidak dapat berfungsi dengan baik sebaiknya diperbaiki atau diganti
LAPORAN II PENGUAT INVERTING A. Pelaksanaan Praktikum
1. Tujuan
:
a. Membuktikan penguatan pada amplifier yang hanya bergantung pada hambatan umpan balik dan input rangkaian. b. Mengoperasikan Op-Amp.
2. Hari, Tanggal
: Senin, 6 April 2015
3. Tempat
: Laboratorium Fisika, FKIP Universitas Mataram
B. Landasan Teori
Penguat membalik adalah suatu penguat dimana isyarat keluaran yang merupakan hasil penguatan, berbeda fase 180 o dengan isyarat masukan atau berlawanan fase. Pada penguat membalik, isyarat masukan diberikan ke masukan yang negative dan masukan yang tidak membalik ditanahkan. Perhatikan rangkaian pada Gambar 2.1 di bawah ini Gambar Pada gambar di atas terlihat bahwa sebagian dari keluaran diumpankan kembali melalui R f (Wahyudi,2014 :64-70). Pada rangkaian dasar penguat inverting adalah dimana sinyal masukkannya dibuat melalui input inverting. Seperti tersirat pada namanya, tentu sudah menduga bahwa fase keluaran dari penguat inverting ini akan selalu berbalikan dengan inputnya. Input noninverting dihubungkan ke ground, atau V + = 0. Dengan mengingat dan menimbang aturan 1 yaitu perbedaan tegangan antar input V + dan V- adalah nol (V+ - V-= 0 atau V += V-), maka akan dipengaruhi V -= V+= 0. Karena nilainya = 0 namun tidak terhubung langsung ke ground, input op-amp V -ini dinamakan virtual ground (Yudistira,1997: 104). Sinyal keluaran penguat operasional pada rangkaian penguat pembalik (inverting amplifier ) diumpan balikan melalui R f ke masukan yang sama. Pada prinsip penguat operasional (Operational Amplifier ) ideal memiliki impedansi masukan yang sangat besar hingga dinyatakan sebagai impedansi masukan tak hingga (infinite input impedance). Kondisi penguat operasional yang memiliki impedansi masukan tak hingga tersebut
menyebabkan tidak adanya arus yang melewati masukan membalik (inverting input ) pada penguat operasional ( Milman,1997 : 70). C. Alat dan Bahan
1. Alat a.
Power Supply
1 buah
b.
Signal Generator
1 buah
c.
Oscilloscope
1 buah
d.
Multimeter
1 buah
e.
Resistor
1 set
f.
Probekait
1 set
g.
Papan Roti
1 buah
h.
Op-Amp
1 buah
i.
Kabel Penghubung
1set
2. Bahan D. Langkah Kerja
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. 2. Menggunakan kabel penghubung untuk membuat rangkaian seperti pada gambar di bawah ini.
Gambar 2.1 Rangkaian Untuk Percobaan Penguat Inverting 3. Menggunakan tegangan simetri untuk mengaktifkan Op-Amp set R f =1 kΩ. 4. Mengatur signal generator pada frekuensi 100 Hz dan keluaran kira-kira 10 mV. 5. Menghubungkan oscilloscope pada input dan output Op-Amp.
6. Mengecek rangkaian dengan teliti. 7. Mengamati bentuk gelombang yang dihasilkan. 8. Mengukur tegangan ac masukan dan keluarannya dengan menggunakan voltmeter ac. 9. Mengulangi langkah kerja 4,6, dan 8 dengan mengubah nilai R f.
E. Hasil Pengamatan
1. Tabel 1.1.Tabel Tegangan Efektif dan Penguat Tegangan Hambatan (kΩ)
Tegangan Efektif (V)
Penguat Tegangan (kali)
No Input
Umpan
input
Output
Teori
Pengukuran
Balik 1.
1
1
2,0
2,2
1
1,1
2.
1
10
1,9
0,5
0,1
0,2
2. Gambar Gelombang Masukan dan Keluaran Keterangan Gambar : Atas
: Masukan
Bawah : Keluaran
F. Analisis Data
a. Berdasarkan Teori
Untuk R f = 1 kΩ Diketahui
:
R i = 1 kΩ R f = 1 kΩ Ditanya
:
Av = …? Penyelesaian
:
= = kk = 1 Ω Ω
Jadi, penguat rangkaian menurut teori adalah 1 kali.
Untuk R f = 10 kΩ Diketahui
:
R i = 1 kΩ R f = 10 kΩ Ditanya
:
Av = …? Penyelesaian
:
= = kk = 0,1 Ω
Ω
Jadi, penguat rangkaian menurut teori adalah 0,1 kali. b. Berdasarkan Percobaan
Untuk R f = 1 kΩ Diketahui
:
Vo = 2,2 v Vi = 2,0 v Ditanya
:
Av = …? Penyelesaian
:
= v = , , v = 1,1 Jadi, penguat rangkaian menurut teori adalah 1,1 kali.
Untuk R f = 10 kΩ Diketahui
:
Vo = 0,5 v Vi = 1,9 v Ditanya
:
Av = …? Penyelesaian
:
= v = , , v = 0,2 Jadi, penguat rangkaian menurut teori adalah 0,2 kali.
G. Pembahasan
Tujuan dari praktikum ini adalah membuktikan penguatan pada amplifier yang hanya bergantung pada hambatan umpan balik dan input rangkaian dan dapat mengoperasikan Op-Amp. Penguat membalik adalah suatu penguat dimana isyarat masukan dengan keluaran berlawanan fase, yaitu 180 o. Pada penguat membalik isyarat masukan diberikan ke masukan negative dan masukan yang tidak membalik ditanahkan. Pada praktikum ini digunakan nilai hambatan masukan (R i) yang tetap, yaitu 1 kΩ. Sedangkan nilai hambatan umpan baliknya (R f ) diubah, yaitu berturut-turut 1 kΩ dan 10 kΩ. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh perubahan nilai R f terhadap penguatan pada rangkaian. Dari percobaan yang dilakukan didapatkan hasil untuk R i = 1 kΩ dan R f = 1 kΩ, nilai tegangan efektif masukannya adalah 2,0 v dan nilai tegangan efektif keluarannya adalah sebesar 2,2 v. Sedangkan untuk R i = 1 kΩ dan R f = 10 kΩ didapatkan hasil nilai tegangan efektif masukan sebesar 1,9 v dan nilai tegangan efektif keluaran adalah 0,5 v. Hasil dari percobaan tersebut belum sesuai dengan teori yang ada di beberapa refrensi yang dibaca. Hal ini dapat disebabkan karena kesalahan dari alat maupun dari praktikan sendiri. Dari percobaan dan hasil pengamatan dapat dilihat bahwa penguatan inverting yang terjadi tidak semuanya mengalami penguatan yang sempurna atau persis dengan perhitungan berdasarkan teori. Padahal karakteristik penguatan inverting pada Op-Amp adalah menguatkan tegangan input namun pembalik, artinya penguatan yang terjadi nantinya memiliki tegangan output yang negative atau berbeda dengan bentuk sinyal tegangan input. Nilai dari penguatan berdasarkan pengukuran dengan nilai R f yang berbeda berturut-turut adalah 1,1 kali dan 0,2 kali. Sedangkan pernguatan berdasarkan
perhitungan yang sesuai dengan teori berturut-turut adalah 1 kali dan 0,1 kali. Penguatan yang tidak sempurna atau tidak sesuai dengan teori dikarenakan factor pengaturan nilai R f, selain itu dikarenakan saat pengukuran R f yang berfungsi sebagai variasi penguatan, pengukuran dilakukan dalam kondisi R f masih terhubung dengan rangkaian meskipun tanpa tegangan yang mengalir. Telah disinggung di atas bahwa penguat inverting akan berbeda fase antara isyarat masukan dengan isyarat keluaran sebesar 180 o. Hal ini telah dibuktikan pada percobaan yang dilakukan dengan melihat bentuk gelombang dari kedua isyarat tersebut melalui oscilloscope. Namun, dari gelombang yang terlihat bentuk gelombang keluarannya tidak sinusoidal. Hal ini dapat disebabkan oleh kesalahan praktikan saat merangkai alat atau kesalahan dari alat yang digunakan.
H. Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan Berdasarkan tujuan, hasil pengamatan, dan pembahasan dapat disimpulkan : a. Penguatan amplifier atau dalam praktikum ini menggunakan penguatan inverting, nilainya hanya bergantung pada nilai hambatan umpan balik dan input rangkaian. b. Isyarat masukan dengan isyarat keluaran pada penguat inverting berbeda fase 180o. c. Pada penguat inverting tegangan input dihubungkan dengan pin inverting OpAmp dan pin non inverting digroundkan. d. Percobaan ini bisa dikatakan gagal, karena hasil yang didapat tidak sesuai dengan teori yang ada. Salah satunya bentuk gelombang keluaran yang seharusnya sinusoidal, tetapi dalam praktikum ini terdapat noise-noise yang terbentuk. Hal ini disebabkan karena alat-alat yang digunakan kurang baik dan ada kesalahan saat merangkai oleh praktikan. 2. Saran -
PERCOBAAN IV OP-AMP SEBAGAI VOLTAGE FOLLOWER
A. Pelaksanaan Praktikum
1. Tujuan
: Mengamati bentuk gelombang keluaran dari Op-Amp sebagai voltage follower.
2. Hari, Tanggal
: Senin, 20 April 2015
3. Tempat
: Laboratorium Fisika, FKIP Universitas Mataram
B. Landasan Teori
Salah satu aplikasi op-apm adalah buffer atau dapat disebut juga sebagai pengikut tegangan (voltage follower). Pengikut tegangan biasanya didefinisikan sebagai rangkaian dengan penguatan satu. Di antara masukan dan keluaran terdapat isolasi impedansi. Keluaran dari op-amp terhubung pada masukan inverting dan tegangan masukan dihubungkan pada masukan no-inverting. Hambatan umpan balik sama dengan nol (Jayadin, 2007: 59). Rangkaian voltage follower berguna untuk meningkatkan arus tanpa mengubah tegangannya. Digunakan untuk mengubah sinyal berimpedansi tinggi (mudah terbebani) menjadi sinyal berimpedansi rendah (sukar terbebani) yang kokoh. Gain tegangan satu (Surjono, 2007:165). Buffer adalah sirkuit yang sangat berguna, karena membantu untuk mengatasi banyak masalah impedansi. Impedansi input buffer op-amp sangat tinggi, dekat hingga tak terbatas. Dan output impedansi sangat rendah, hanya beberapa ohm. Ini berarti kita dapat menggunakan buffer untuk membantu rantai bersama sub-sirkuit secara bertahap tanpa khawatir tentang masalah impedansi. Buffer memberikan manfaat serupa dari pengikut emitor kita melihat dengan transistor, tetapi senderung bekerja lebih idealnya (Nurwati, 2007: 128) C. Alat dan Bahan
1. Alat a. Power supply
1 buah
b. Multimeter
1 buah
c. Papan roti
1 buah
d. Kabel penghubung
1 set
e. Oscilloscop
1 buah
f. Signal generator
1 buah
g. Op-Apm
1 buah
h. Probe kait
4 buah
2. Bahan D. Cara Kerja
1. Menyiapkan alat dan bahan yang digunakan. 2. Menggunakan kabel penghubung untuk membuat rangkaian seperti gambar di bawah.
3. Mengukur fungsi generator pada 100Hz dan 5V. 4. Menghubungkan oscilloscop pada output Op-Amp dari keluaran generator s ignal. 5. Mengatur oscilloscop secara perlahan-lahan sampai didapatkan bentuk gelombang yang diinginkan. 6. Mengukur dan mencatat tegangan puncak ke puncak. 7. Mengukur dan mencatat pula sinyal input Vin pada output signal generator dengan menggunakan oscilloscop. 8. Membandingkan fase dari input dan output. E. Hasil Pengamatan
1.
Tabel 1. Tegangan Masukan dan Tegangan keluaran Vin
Vout
(V)
(V)
Gain
6,70
6,75
1,007
2. Tabel 2. Gambar Gelombang Sinyal Masukan dan Sinyal Keluaran
F.
Sinyal Input
Gambar Pembanding
Sinyal Output
Gambar Pembanding
Analisis Data
G. Pembahasan
Tujuan dari praktikum kali ini adalah untuk mengamati bentuk keluaran dari OpAmp sebagai voltage follower. Salah satu aplikasi op-amp adalah buffer atau dapat disebut juga sebagai pengikut tegangan (voltage follower). Pengikut tegangan biasanya didefinisikan sebgai rangkaian dengan penguatan satu. Di antara masukan dan keluaran terdapat isolasi impedansi. Keluaran dari op-amp terhubung pada masukan inverting dan tegangan masukan dihubungkan pada masukan non-inverting. Hambatan umpan balik sama dengan nol. Rangkaian voltage follower berguna untuk meningkatkan arus tanpa mengubah tegangannya. Digunakan untuk mengubah sinyal berimpedansi tinggi (mudah terbebani) menjadi sinyal berimpedansi rendah (mudah terbebani) yang kokoh. Gain tegangannya satu.
Hasil dari praktikum kali ini adalah mengukur nilai penguat tegangan pada rangkaian. Nilai tegangan masukan pada rangkaian adalah 6,70 V. Nilai tegangan keluaran pada rangkaian adalah 6,75 V. Daru hasil tersebut diperoleh nilai penguat tegangan sebesar 1,007 kali. Selain itu, dari hasil pengamatan juga diperoleh bentuk gelombang masukan dan gelombang keluaran. Dalam praktikum ini terdapat kesalahan. Namun kesalahan tersebut sangat kecil. Dalam teori dikatakan bahwa pengikut tegangan biasanya didefinisikan sebagai rangkaian dengan penguatan satu. Seharusnya, nilai tegangan keluaran pada rangkaian adalah sama dengan nilai tegangan masukan sehingga nilai penguat tegangannya adalah satu. Selain itu, dalam rangkaian tidak menggunakan hambatan yang dapat
membagi tegangan.
Kesalahan ini disebabkan oleh kurangnya ketelitian dalam merangkai alat-alat dalam rangkaian. Selain itu, alat-alat yang digunakan juga kurang efisien sehingga membutuhkan waktu yang cukup lama saat praktikum. H. Kesimpulan dan Saran
1.
Kesimpulan Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan dapat disimpulkan sebgaia berikut: a. Pengikut tegangan hiasanya didefinisikan sebagai rangkaian den gan penguatan satu. b. Nilai tegangan masukan adalah 6,70 V. c. Nilai tegangan keluaran adalah 6,75 V dengan penguat tegangan 1,007x. d. Berdasarkan teori, seharusnya nilai tegnagan keluaran sama dengan nilai tegangan masukan.
2. Saran -
PERCOBAAN VI RANGKAIAN INTEGRATOR A. Pelaksanaan praktikum
1. Tujuan
: a.
Menysun rangkaian OP-Amp sebagai rangkaian integrator
dan
memahami
karakteristik
pengoprasiannya. b.
Mempelajari hasil proses integrator pada keluaran dengan memberikan masukan gelombang kotak, segitiga dan sinusoidal.
2. Hari, Tanggal
: Senin, 11 Mei 2015
3. Tempat
: Laboratorium Fisika, FKIP Universitas Mataram
B. Landasan teori
Integrator aktif terdiri dari dari dua kata, yaitu integrator dan aktif. Integrator adalah rangkaian dimana keluaran sebanding dengan integral masukannya. Sedangkan aktif berarti beberapa komponennya menggunakan komponen aktif, yakni komponen elektronik yang dapat bekerja bila ada daya .sebagai komponen aktif dalam hal ini adalah OP-Amp(wahyudi,2014:17). Integrator merupakan untaian yang dapat melakukan oprasi integrasi matematis pada sinyal masukan. Jika tegangan masukan ingsutan DC dan arus prasikap masukan dari op-Amp tidak dapat diabaikan maka tegangan dan arus ini akan diintegrasikan pada kapasitor C. sehingga pada keluaran akan nampaktegangan tambahn yang bertambah linier
dengan
waktu.
Hal
ini
terjadi
sampai
penguatan
mencapai
titik
terjauh(susanto,2006:17). Pada integrator RC, jika tetapan waktu = RC<>T maka sebelum kapasitor terisi penuh, tegangan sumber Vs sudah berbalik menjadi negative. Belum lagi terisi penuh, Vs (tegangan masukan/tegangan sumber) keluaran akan berupa suatu tegangan yang berbentuk segitiga(jayadin.2007:67).
C. Alat dan bahan
1. Alat a. Multimeter
1 buah
b. Osciloskop
1 buah
c. Signal generator
1 buah
d. Powersupply
1 buah
e. Kabel penghubung
1 set
f.
1 set
Probe kait
2. Bahan a. Resistor22 kohm
1 buah
b. Kapasitor 47 nf
1 buah
c. IC OP-Amp 741
1 buah
D. Prosedur percobaan
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan 2. Menyusun
rangkaian
op-amp
integrator
seperti
gambar
dibawah
ini
3. Mengatur isyarat masukan dari sgnal generator untuk menghasilkan isyarat kotak 1 V pp pada frekuensi 1 kHz. 4. Menggunakan chanel 1 pada oscilloscope untuk gelombang masukan dan chanel 2 untuk isyarat keluaran. Mengatur time/div dan volt/div agar seluruh layar oscilloscope hanya ditempati oleh satu gelombang saja. 5. Menggambar bentuk gelombang pada table hasil pengamatan. E. Hasil pengamatan
1. Table gelombang kotak
Table 1.1 gelombang pada Chanel 1 gelombang masukan Gambar sebenarnya
Gambar pembanding
CH 1(isyarat Masukan)
Time/div : 0,5 m/s Volt/dif : 1 mV
Table 1.2 gelombang pada chanel 2 gelombang keluaran Gambar sebenarnya
Gambar pembanding
CH
1(isyarat
keluaran)
Time/div : 0,5 m/s Volt/dif : 1 mV
2. Tabel gelombang segitiga Table 2.1 gelombang pada chanel 1 gelombang masukan Gambar sebenarnya
Gambar pembanding
CH 1(isyarat Masukan)
Time/div : 0,2 m/s Volt/dif : 1 V
Table 2.2 gelombang pada chanel 2 gelombang keluaran
Gambar sebenarnya
Gambar pembanding
CH
2(isyarat
keluaran)
Time/div : 0,5 m/s Volt/dif : 1 mV
3. Tabel gelombang sinusoidal Table 3.1 gelombang pada chanel 1 gelombang masukan Gambar sebenarnya
Gambar pembanding
CH
1(isyarat
Masukan)
Time/div : 0,5 m/s Volt/dif : 1 mV
Table 3.2 gelombang pada chanel 2 gelombang keluaran Gambar sebenarnya
Gambar pembanding
CH
2(isyarat
keluaran)
Time/div : 0,5 m/s Volt/dif : 1 Volt
F. Analaisis data -
G. Pembahasan
Integrator merupakan untaian yang dapat melakukan integrasi matematis pada sinyal masukan. Jika tegangan masukan ingsutan DC dan arus prasikap masukan dari OpAmp tidak dapat diabaikan maka tegangan dan arus ini akan diintegrasikan pad capasitor C. sehingga pada keluaran akan tampak tegangan tambahan yang bertambah linier dengan waktu. Hal ini terjadi sampai penguat mencapai titik jauh. Tujuan dari praktikum ini adalah agar mahasiswa dapat menyusun rangkaian opamp sebagai rangkaian integrator dan memaghami karakteristik pengoprasiannya dan agar mahasiswa dapat mempelajari hasil proses integrator pada keluaran dengan memberikan masukan gelombang kotak, segitiga dan sinusoidal. Dari praktikum yang telah dilakukan diperoleh ketika gelombang masukan berbentuk kotak maka keluarannya juga kotak dan ketika gelombang masukannya segitiga maka keluaran juga segeitiga. Ketika gelombang masukan sinusoidal gelombang keluaran juga sinusoidal. Integrator memiliki karakteristik keluaran dari rangkaian ini
menghasilkan
tegangan yang sama atau sebanding dengan integrasi masukannya. Setelah dilakukan praktikum ternyata bukan haya tegangan keluaran yang sama dengan tegangan masukan tapi gelombang keluaran juga sama dengan gelombang masukan hal ini terjaddi karena
= . ∫ . . sehingga percobaan ini dapat dikatakan berhasil. H. Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan a. Integrator adalah sebuah rangkaian yang dimana keluaran sebanding dengan integral masukannya. b. Tegangan keluaran dari rangkaian integrator sama dengan gelombang keluarannya. c. Gelombang masukan pada integrator sama dengan gelombang keluarannya d. Pada gelombaqng kotak digunakan time/div : 1 mV dan V in = Vout = 12 V. pada gelombang segitiga digunakan time/div : 0,2 ms, volt/div : 1 mV, V in=Vout=12 v. pada gelombang sinusoidal digunakan time/div : 0,5 ms, volt/div : 1 mV, dan Vout=Vin=12 V. e. Percobaan ini berhasil karena hasilnya sesuai dengan apa yang diharapkan 2. Saran
Terima kasih kepada coass yang telah banyak membantu dalam praktikum sehingga hasil praktikum sangat memuaskan.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Jayadin. 2007. Ilmu Elektronika. Bandung: Salemba Teknika. Milman, dkk. 1997. Prinsip-Prinsip Elektronika. Jakarta :Rineka Cipta. Nurwati, Tri. 2007. Elektronika Analog . Jakarta: Erlangga. Surjono, Herman Dwi. 2007. Elektronika Teori dan Penerapannya. Jember: Cerdas Ulet Kreatif. Sutanto.2006. Elektronika Dasar II .Yogyakarta:ANDI. Sutrisno. 2002. Elektronika 2: Teori Dasar dan Penerapannya. Bandung: ITB. Wahyudi.2014. Elektronika Dasar 2. Mataram : FKIP PRESS. Widodo, Thomas. 2002. Elektronika Dasar . Bandung: Salemba Teknika. Yudistira.1997. Ensiklopedia Rangkaian Elektronika 2. Jakarta : PT Elektro Media Cimputindo.