LAPORAN TUTORIAL SKENARIO 3 BLOK PEDIATRI
DISUSUN OLEH : KELOMPOK XVI
MUHAMMAD IRSA MADJID
G 0015166
JAMES NOBLE PETRULINI
G 0015118
TEOFILUS ABDIEL
G 0015224
HAIDAR RUSYDI
G 0015100
ZAKI RAMADHANI RAHMAWAN
G 0015240
SITI NUR NA’IMAH
G 0015214
AFIDA ZAHRA
G 0015008
BELLA MONIKA RAJAGUKGUK
G 0015042
NOOR IQMALIYA RACHMA
G 0015188
ERLYN MERIKA
G 0015068
KIRANA PAWITRA NARESWARI
G 0015130
MERINA RACHMADINA
G 0015154
Tutor: ANNANG GIRI MOELYO, dr., Sp.A(K), M.Kes FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2018
1
BAB I PENDAHULUAN
I.
PERMASALAHAN
Masalah yang terdapat dalam skenario 3 ini adalah: 1. Bagaimana perkembangan normal pada anak berdasarkan usia? 2. Bagaimana cara memeriksa domain perkembangan? 3. Apa yang menyebabkan anak mengalami gangguan tumbuh kembang? 4. Bagaimana abnormalitas pertumbuhan dan perkembangan pada anak? 5. Apa saja tes-tes lain untuk menilai domain perkembangan? 6. Apakah ada Denver I dan Denver III? 7. Bagaimana cara monitoring pertumbuhan dan perkembangan anak? 8. Faktor faktor apa saja yang mempengaruhi tumbuh kembang? 9. Apa indikasi pemeriksaan Denver II? 10. Diagnosis yang mungkin dialami anak pada skenario? 11. Diagnosis banding kasus pada skenario? 12. Tatalaksana dari diagnosis dan diagnosis banding?
II.
TUJUAN PEMBAHASAN
Tujuan pembelajaran ( Learning Learning Objective) Objective) pada skenario adalah: 1. Mahasiswa mampu menjelaskan proses tumbuh kembang normal pada bayi dan anak. 2. Mahasiswa mampu menjelaskan mekanisme pemeriksaan dan screening tumbuh kembang pada bayi dan anak. 3. Mahasiswa mampu menjelaskan faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang pada bayi dan anak. 4. Mahasiswa mampu menjelaskan gangguan tumbuh kembang pada bayi dan anak. 5. Mahasiswa mampu menjelaskan tatalaksana gangguan tumbuh kembang pada bayi dan anak.
2
III.
SKENARIO Kok Anakku belum bisa jalan…?
Suryadi, bocah berusia 2,5 tahun itu hanya bergelayut manja di gendongan sang ibu. Ia belum bisa merangkak apalagi berjalan , dan sampai saat ini belum sepatah katapun bisa diucapkannya , hanya rengekan pelan yang keluar dari
mulutnya. Berdasarkan hasil pemeriksaan Denver II oleh dokter didapatkan adanya keterlambatan di semua domain perkembangan .
3
BAB II DISKUSI DAN TINJAUAN PUSTAKA
I.
LANGKAH I : MEMBACA SKENARIO DAN MENGKLARIFIKASI KATA SULIT
Dalam skenario ini kami menemukan beberapa istilah sebagai berikut: 1. Denver II Merupakan tes untuk mengontrol perkembangan bayi atau anak usia pra sekolah (motorik halus, motorik kasar, bahasa, sosial). 2. Domain Perkembangan Area untuk berkembang sampai dewasa, terdiri atas: a. Motorik Halus b. Motorik Kasar c. Tingkah Laku Sosial d. Bahasa
II.
LANGKAH II : MERUMUSKAN PERMASALAHAN
Masalah yang terdapat dalam skenario 3 ini adalah: 1. Bagaimana perkembangan normal pada anak berdasarkan usia? 2. Bagaimana cara memeriksa domain perkembangan? 3. Apa yang menyebabkan anak mengalami gangguan tumbuh kembang? 4. Bagaimana abnormalitas pertumbuhan dan perkembangan pada anak? 5. Apa saja tes-tes lain untuk menilai domain perkembangan? 6. Apakah ada Denver I dan Denver III? 7. Bagaimana cara monitoring pertumbuhan dan perkembangan anak? 8. Faktor faktor apa saja yang mempengaruhi tumbuh kembang? 9. Apa indikasi pemeriksaan Denver II? 10. Diagnosis yang mungkin dialami anak pada skenario? 11. Diagnosis banding kasus pada skenario? 12. Tatalaksana dari diagnosis dan diagnosis banding?
4
III.
LANGKAH III : MELAKUKAN CURAH PENDAPAT DAN MEMBUAT PERNYATAAN SEMENTARA MENGENAI PERMASALAHAN DALAM LANGKAH II
1. Bagaimana perkembangan normal pada anak berdasarkan usia? Pertumbuhan dan perkembangan secara garis besar terbagi dua tahap, yaitu masa prenatal dan masa post natal. Masa prenatal, adalah masa janin didalam kandungan, dan terdiri atas dua periode yaitu masa embrio dan masa fetus. Masa embrio adalah periode setelah konsepsi hingga umur kehamilan 8 minggu, dimana ovum yang dibuahi akan mengalami diferensiasi yang berlangsung cepat hingga membentuk suatu sistem organ dalam tubuh. Masa fetus adalah kehamilan pada awal minggu ke 9, dan dibagi pada dua tahap yaitu masa fetus dini dan masa fetus lanjut. Masa fetus dini mulai saat kehamilan berusia 9 minggu sampai dengan trimester kedua. Pada tahap ini, terjadi kecepatan yang meningkat pada pertumbuhan dan pembentukan janin, sehingga membentuk manusia dengan organ – organ tubuh yang mulai berfungsi. Masa akhir trimester kedua memasuki trimester ketiga, menunjukkan fasa fetus dini memasuki fase fetus lanjut dimana, pertumbuhan berlangsung dengan pesat dan perkembangan fungsi-fungsi tubuh mulai terlihat. Sesudah lahir, tahap pertumbuhan dan perkembangan akan masuk ke masa post natal. Masa post natal terdiri dari beberapa periode, yaitu masa neonatal (028 hari), masa bayi (bayi dini dan bayi lanjut), masa prasekolah, masa sekolah atau pra-pubertas dan masa remaja (adolescent). Tahap awal neonatus adalah beradaptasi terhadap lingkungan, yang termasuk perubahan sirkulasi darah dan mulainya berfungsi berbagai organ – organ tubuhnya yang lain seperti parunya. Setelah berakhirnya masa neonatus, fase berikutnya adalah fase bayi, yang terbagi dua fase yaitu bayi dini dan bayi lanjut. Fase bayi dini yang berawal dari usia 1 bulan hingga 12 bulan. Pada fase bayi dini pertumbuhan akan terjadi dengan pesat dan proses pematangan organ akan berlangsung secara berkelanjutan terutama meningkatnya fungsi sistem saraf. Setelah bayi mencapai usia 1 tahun, ia akan masuk ke masa bayi akhir, yang berlangsung hingga ia mencapai usia 2 tahun,
5
ditahap ini kecepatan pertumbuhan mulai menurun dan ada kemajuan pada perkembangan motorik dan fungsi ekskresi. Pada saat usianya masuk 2 tahun, dia akan memasuki tahap prasekolah (preschooler), di usia ini pertumbuhan anak akan berlangsung dengan stabil dan terjadi
perkembangan
dengan
aktifitasnya
sehari-hari
dan
meningkatnya
keterampilan dan proses berpikir. Masa sekolah atau masa prapubertas terjadi pada anak wanita dikalangan usia 6 hingga 10 tahun, sedangkan anak laki laki usia 8 hingga 12 tahun, diperiode ini anak-anak akan mengalami pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan dengan masa prasekolah, keterampilan dan intelektual makin berkembang, dia senang bermain berkelompok dengan jenis kelamin yang sama. Anak wanita biasanya akan memasuki masa adolesensi 2 tahun lebih cepat dibandingkan anak laki-laki. Usia anak wanita memasuki masa adolesensi adalah antara usia 10 hingga 18 tahun, sedangkan anak laki -laki akan mengalami masa adolensensi diusia 12 hingga 20 tahun. Masa ini merupakan transisi periode anak memasuki tahap menjadi seorang dewasa. Ada terjadi percepatan pertumbuhan berat badan dan tinggi badan yang sangat pesat yang disebut Adolescent Growth spurt yang disertai juga dengan terjadi pertumbuhan dan perkembangan pesat dari alat kelamin dan timbulnya tanda- tanda kelamin sekunder.
2. Bagaimana cara memeriksa domain perkembangan? Domain perkembangan adalah suatu area yang mengalami proses perkembangan selama manusia tumbuh dan berkembang hingga menjadi manusia dewasa. Terdapat empat domain perkembangan: a. Personal social (kepribadian atau tingkah laku sosial) Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi, dan berinteraksi dengan lingkungannya. b. Fine motor adaptive (gerakan motoric halus) Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot-oto kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang 6
cermat. Misalnya kemampuan untuk menggambar dan memegang suatu benda. c. Language (bahasa) Kemampuan untuk memberikan respons terhadap suara, mengikuti perintah, dan berbicara spontan. d. Gross motor (perkembangan motorik kasar) Aspek
yang
berhubungan
dengan
pergerakan
dan
sikap
tubuh
(Soetjiningsih, 2012).
3. Apa yang menyebabkan anak mengalami gangguan tumbuh kembang? Beberapa hal yang dapat menyebabkan gangguan tumbuh kembang pada anak antara lain proses kelahiran, stimulasi yang kurang, obesitas, Kelainan hormonal, malnutrisi, masalah kesehatan kronis, psikologis, faktor lingkungan lainnya.
4. Bagaimana abnormalitas pertumbuhan dan perkembangan pada anak? Dijelaskan di LO.
5. Apa saja tes-tes lain untuk menilai domain perkembangan? Keluhan orang tua terhadap perkembangan anaknya merupakan modal utama dalam deteksi dini perkembangan dan mempunyai korelasi positif dengan diagnosis perkembangan yang sebenarnya. Berdasarkan informasi dari orang tua, alat skrining perkembangan yang sering digunakan adalah KPSP dan PEDS. Alat skrining perkembangan KPSP adalah kuesioner yang diadopsi dari prescreening developmental
questionnaire
(PDQ)
dan
telah
direkomendasikan
oleh
Kementerian Kesehatan RI untuk dikerjakan di tempat pelayanan kesehatan primer. Alat skrining PEDS adalah kuesioner yang dapat diselesaikan dalam 5 menit, mempunyai sensitifitas dan spesifisitas yang tinggi, serta membantu dokter untuk menggali keluhan para orang tua tentang gangguan perkembangan perilaku putra putrinya. Salah satu skrining formal yang telah banyak dikerjakan oleh profesi kesehatan di dunia, termasuk Indonesia adalah tes Denver II. 7
Alat skrining KPSP, PEDS, dan tes Denver II merupakan perangkat skrining perkembangan yang sering dipergunakan sehingga ketiga perangkat tersebut seyogyanya memiliki tingkat kesepakatan yang baik. Penelitian ini bertujuan untuk menilai kesepakatan hasil antara ketiga instrumen tersebut dalam skrining perkembangan anak usia balita.
6. Apakah ada Denver I dan Denver III? DDST ( Denver Development Screening Test ) Pertama kali dipublikasikan pada tahun 1967 untuk membantu tenaga kesehatan mendeteksi masalah perkembangan potensial pada anak anak dibawah usia 6 tahun. DDST digunakan secara luas sejak publikasi. Denver II adalah revisi utama dari standardisasi ulang DDST dan Revised Denver Developmental Screening Test ( DDST-R)
7. Bagaimana cara monitoring pertumbuhan dan perkembangan anak? Monitoring pertumbuhan dan perkembangan anak dapat dilakukan dengan parameter ukur tertentu seperti fisik, gizi, maturitas dan penilaian milestones perkembangan. Penilaian pertumbuhan anak menggunakan parameter ukuran antropometrik yang sering dipakai pada penilaian pertumbuhan fisik yaitu berat badan, tinggi badan, lingkaran kepala, tebal lipatan kulit dan lingkaran lengan atas panjang . Untuk berat badan pengukuran dapat dilakukan dengan menggunakan timbangan seperti timbangan injak. Berat badan merupakan ukuran antropometrik terpenting, karena merupakan hasil keseluruhan peningkatan jaringan-jaringan tulang, otot, lemak dan juga cairan tubuh. Berat badan pada saat ini merupakan indikator yang baik untuk menentukan status gizi anak serta keadaan tumbuh kembang anak Pengukuran tinggi badan pada usia hingga 2 tahun diukur dengan menggunakan alat infantometer. Bayi dalam posisi berbaring diantara alat, dan satu bagian dari alat menempel dibagian ubun-ubun bayi. Untuk anak usia diatas 2 tahun dapat digunakan alat seperti stadiometer, microtoise, dan tinggi duduk Pengukuran lingkaran kepala dilakukan pada daerah occipitofrontal anak, dan mencerminkan volume intrakranial yang merupakan ukuran pertumbuhan 8
otak. Laju tumbuh akan pesat dalam waktu 6 bulan pertama semenjak lahir, dan akan terus berkurang hingga usia 3 tahun. Maka manfaat pengukuran lingkaran kepala terbatas hingga usia 3 tahun kecuali pada kasus hidrosefalus Lingkaran lengan atas dilakukan dari biasanya pada lengan kiri. Lengan dibiarkan menggantung bebas disamping badan. Batas pengukuran adalah pertengahan antara akromion dan olekranon pada lengan dibengkokkan 90 derajat. Pengukuran lingkaran lengan mencerminkan tumbuh kembang jaringan lemak dan otot yang tidak dipengaruhi terlalu banyak oleh jumlah cairan tubuh seperti berat badan. Ini juga bisa dipakai untuk menilai status gizi dan keadaan tumbuh kembang pada anak di dalam kelompok usia prasekolah Selain
menggunakan
pengukuran
antropometrik
untuk
menilai
pertumbuhan anak, dapat juga dilakukan pemantauan terhadap bentuk tubuh, perbandingan bagian kepala, tubuh dan bagiannya, pertumbuhan rambut termasuk warna
rambut,
diameter
ketebalan
atau
ketipisan
rambut
dan
akar
rambut.Pemantauan juga dapat dilakukan terhadap gigi, melihat kapan gigi susu anak tumbuh atau erupsi dan penggantian dengan gigi permanen (Narendra, 2002). 8. Faktor faktor apa saja yang mempengaruhi tumbuh kembang? a. Faktor internal Berikut ini adalah faktor-faktor internal yang berpengaruh pada tumbuh kembang anak, yaitu: i. Ras/etnik atau bangsa Anak yang dilahirkan dari ras/bangsa Amerika tidak memiliki faktor herediter ras/bangsa Indonesia atau sebaliknya. ii. Keluarga Ada kecenderungan keluarga yang memiliki postur tubuh tinggi, pendek, gemuk, atau kurus. iii. Umur Kecepatan pertumbuhan yang pesat adalah pada masa prenatal, tahun pertama kehidupan, dan pada masa remaja. iv. Jenis kelamin
9
Fungsi reproduksi pada anak perempuan berkembang lebih cepat daripada laki-laki. Akan tetapi setelah melewati masa pubertas, pertumbuhan anak laki-laki akan lebih cepat. v. Genetik Genetik (heredokonstitusional) adalah bawaan anak yaitu potensi anak yang akan menjadi ciri khasnya. Ada beberapa kelainan genetik yang berpengaruh pada tumbuh kembang anak, contohnya seperti kerdil. vi. Kelainan kromosom Kelainan
kromosom
umumnya
disertai
dengan
kegagalan
pertumbuhan seperti pada sindroma Down’s dan sindroma Turner’s.
b. Faktor eksternal Berikut ini adalah faktor-faktor eksternal yang berpengaruh pada tumbuh kembang anak. i. Faktor prenatal 1) Gizi Nutrisi ibu hamil terutama pada trimester akhir kehamilan akan memengaruhi pertumbuhan janin. 2) Mekanis Posisi fetus yang abnormal bisa menyebabkan kelainan kongenital seperti club foot. 3) Toksin/zat kimia Beberapa obat-obatan seperti Aminopterin atau Thalidomid dapat menyebabkan kelainan kongenital seperti palatoskisis. 4) Endokrin Diabetes
mellitus
dapat
menyebabkan
kardiomegali, dan hyperplasia adrenal. 5) Radiasi
10
makrosomia,
Paparan radiasi dan sinar Rontgen dapat mengakibatkan kelainan pada janin seperti mikrosefali, spina bifida, retardasi mental, dan deformitas anggota gerak, kelainan kongenital mata, serta kelainan jantung. 6) Infeksi Infeksi pada trimester pertama dan kedua oleh TORCH (Toksoplasma, Rubella, Citomegali virus, Herpes simpleks) dapat menyebabkan kelainan pada janin seperti katarak, bisu tuli, mikrosefali, retardasi mental, dan kelainan jantung kongenital. 7) Kelainan imunologi Eritoblastosis fetalis timbul atas dasar perbedaan golongan darah antara janin dan ibu sehingga ibu membentuk antibody terhadap sel darah merah janin, kemudian melalui plasenta masuk ke dalam peredaran darah janin dan akan menyebabkan hemolysis yang selanjutnya mengakibatkan hiperbilirubinemia dan kerniktus yang akan menyebabkan kerusakan jaringan otak. 8) Anoksia embrio Anoksia embrio yang disebabkan oleh gangguan fungsi plasenta menyebabkan pertumbuhan terganggu. 9) Psikologi ibu Kehamilan yang tidak diinginkan serta perlakuan salah atau kekerasan mental pada ibu hamil dan lain-lain. ii. Faktor persalinan Komplikasi persalinan pada bayi seperti trauma kepala, asfiksia dapat menyebabkan kerusakan jaringan otak iii. Faktor pasca persalinan 1) Gizi Untuk tumbuh kembang bayi, diperlukan zat makanan yang adekuat. 11
2) Penyakit kronis atau kelainan kongenital Tuberculosis, anemia, dan kelainan jantung bawaan mengakibatkan retardasi pertumbuhan jasmani. 3) Lingkungan fisik dan kimia Lingkungan yang sering disebut melieu adalah tempat anak tersebut hidup berfungsi sebagai penyedia kebutuhan dasar anak (provider). Sanitasi lingkungan yang kurang baik, kurangnya sinar matahari, paparan sinar radioaktif dan zat kimia
tertentu
(Pb,
Merkuri,
rokok,
dan
lain-lain)
mempunyai dampak yang negatif terhadap pertumbuhan anak. 4) Psikologis Hubungan anak dengan orang sekitarnya. Seorang anak yang tidak dikehendaki oleh orang tuanya atau anak yang selalu merasa tertekan, akan mengalami hambatan di dalam pertumbuhan dan perkembangan. 5) Endokrin Gangguan hormon, misalnya pada penyakit hipotiroid, akan menyebabkan anak mengalami hambatan pertumbuhan. 6) Sosioekonomi Kemiskinan selalu berkaitan dengan kekurangan makanan serta kesehatan lingkungan yang jelek dan tidaktahuan, hal tesebut menghambat pertumbuhan anak. 7) Lingkungan pengasuhan Pada lingkungan pengasuhan, interaksi ibu-anak sangat memengaruhi tumbuh kembang anak. 8) Stimulasi Perkembangan memerlukan rangsangan atau stimulasi, khususnya dalam keluarga, misalnya penyediaan mainan, sosialisasi anak, serta keterlibatan ibu dan anggota keluarga lain terhadap kegiatan anak. 12
9) Obat-obatan Pemakaian
kortikosteroid
jangka
panjang
menghambat
pertumbuhan,
demikian
halnya
akan dengan
pemakaian obat perangsang terhadap susunan saraf yang menyebabkan terhambatnya produksi hormon pertumbuhan.
9. Apa indikasi pemeriksaan Denver II? Dijelaskan di LO.
10. Diagnosis yang mungkin dialami anak pada skenario? Dijelaskan di LO.
11. Diagnosis banding kasus pada skenario? Dijelaskan di LO.
12. Tatalaksana dari diagnosis dan diagnosis banding? Dijelaskan di LO.
13
IV.
LANGKAH IV : MENGINVENTARISASI PERMASALAHAN SECARA SISTEMATIS
DAN
PERNYATAAN
SEMENTARA
MENGENAI
PERMASALAHAN PADA LANGKAH III
Tinggi Badan
h u b u T
Gangguan Tumbuh Kembang
Faktor
Lingkar Kepala
Tumbuh Kembang Normal
Autoanamnesis
Motorik Halus Anamnesis
n a g n a b
Alloanamnesis
Denver
Berat Badan
Pemeriksaan Fisik
e k r e P
Motorik Kasar
Bahasa
dan Screening Tingkah Laku
KPSP
Sosial Diagnosis banding
Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis
Tatalaksana
Komplikasi dan Prognosis
14
V.
LANGKAH V : MERUMUSKAN TUJUAN PEMBELAJARAN
Tujuan pembelajaran (Learning Objective) pada skenario adalah: 1. Mahasiswa mampu menjelaskan proses tumbuh kembang normal pada bayi dan anak. 2. Mahasiswa mampu menjelaskan mekanisme pemeriksaan dan screening tumbuh kembang pada bayi dan anak. 3. Mahasiswa mampu menjelaskan faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang pada bayi dan anak. 4. Mahasiswa mampu menjelaskan gangguan tumbuh kembang pada bayi dan anak. 5. Mahasiswa mampu menjelaskan tatalaksana gangguan tumbuh kembang pada bayi dan anak.
VI.
LANGKAH
VI
:
MENGUMPULKAN
INFORMASI
BARU
DENGAN
BELAJAR MANDIRI
Masing-masing anggota kelompok kami telah mencari sumber-sumber ilmiah dari yang sesuai dengan topik diskusi tutorial ini secara mandiri untuk disampaikan dalam pertemuan berikutnya. Pengumpulan informasi telah dilakukan oleh masingmasing anggota kelompok kami dengan menggunakan sumber referensi ilmiah seperti buku, review, dan artikel ilmial yang berkaitan dengan skenario ini.
15
VII.
LANGKAH VII : MELAPORKAN, MEMBAHAS, DAN MENATA KEMBALI INFORMASI YANG HARUS DIPEROLEH
Mahasiswa mampu menjelaskan proses tumbuh kembang normal pada bayi dan anak.
Anak memiliki suatu ciri yang khas yaitu selalu tumbuh dan berkembang sejak konsepsi sampai berakhirnya masa remaja. Hal ini yang membedakan anak dengan dewasa. Anak bukan dewasa kecil . Anak menunjukkan ciri-ciri pertumbuhan dan perkembangan yang sesuai dengan usianya. Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan intraseluler, berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh sebagian atau keseluruhan, sehingga dapat diukur dengan satuan panjang dan berat. Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleksdalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa, serta sosialisasi dan kemandirian. Pertumbuhan terjadi secara simultan dengan perkembangan. Berbeda dengan pertumbuhan, perkembangan merupakan hasil interaksi kematangan susunan saraf pusat dengan organ yang dipengaruhinya, misalkan perkembangan sistem neuromuskuler, kemampuan bicara, emosi dan sosialisasi. Kesemua fungsi tersebut berperan dalam kehidupan manusia yang utuh. Ciri-ciri tumbuh kembang anak: a.
Perkembangan menimbulkan perubahan Perkembangan
terjadi
bersamaan
dengan
pertumbuhan.
Setiap
pertumbuhan disertai perkembangan fungsi. Misalnya perkembangan intelegensia pada seorang anak akan menyertai pertumbuhan otak dan serabut saraf. b. Pertumbuhan
dan perkembangan pada tahap awal menentukan
perkembangan selanjutnya Setiap anak tidak akan bisa melewati satu tahap perkembangan sebelum ia melewati tahap sebelumnya. Sebagai contoh, seorang anak 16
tidak akan bisa berjalan sebelum ia bisa berdiri. Seorang anak tidak akan bisa berdiri jika pertumbuhan kaki dan bagian tubuh lain yang terkait
dengan
perkembangan
fungsi awal
ini
berdiri
anak
merupakan
terhambat. masa
kritis
Karena karena
itu akan
menentukan perkembangan selanjutnya. c.
Pertumbuhan dan perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda Sebagaimana pertumbuhan, perkembangan mempunyai kecepatan yang
berbeda
beda
baik
dalam
pertumbuhan
fisik
maupun
perkembangan fungsi organ dan perkembangan masing-masing anak. d. Perkembangan berkorelasi dengan pertumbuhan
Pada saat pertumbuhan berlangsung cepat,
perkembangan pun
demikian, terjadi peningkatan mental, memori, daya nalar, asosiasi dan lain-lain. Anak sehat, bertambah umur, bertambah berat badan dan tinggi badannya serta bertambah kepandaiannya. e.
Perkembangan mempunyai pola yang tetap Perkembangan fungsi organ tubuh terjadi menurut dua hukum yang tetap: 1) Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah kepala, kemudian
menuju ke arah keudal/anggota tubuh (pola sefalokaudal) 2) Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah proksimal (gerak
kasar) lalu berkembang ke bagian distal seperti jari-jari yang mempunyai kemampuan gerak halus (pola proksimodistal). f.
Perkembangan memiliki tahap yang berurutan Tahap perkembangan seorang anak mengikuti pola yang teratur dan berurutan. Tahap-tahap tersebut tidak bisa terjadi terbalik, misalnya anak terlebih dahulu mampu membuat lingkaran sebelum mampu menggambar kotak, anak mampu berdiri sebelum berjalan, dan sebagainya.
Prinsip-prinsip tumbuh kembang anak: a.
Pertumbuhan merupakan hasil proses kematangan dan belajar 17
Kematangan
merupakan
proses
intrinsik
yang
terjadi
dengan
sendirinya, sesuai dengan potensi yang ada pada individu. Belajar merupakan perkembangan yang berasal dari latihan dan usaha. Melalui belajar, anak memperoleh kemampuan menggunakan sumber yang diwariskan dan potensi yang dimiliki anak. b. Pola perkembangan dapat diramalkan
Terdapat perssamaan pola perkembangan bagi semua anak. Dengan demikian
perkembangan
seorang
anak
dapat
diramalkan.
Perkembangan berlangsung dari tahapan umum ke tahap spesifik, dan terjadi berkesinambungan. Domain Perkembangan Anak a.
Perkembangan motorik kasar Kemampuan
Usia Pencapaian
Kontol kepala:
Mengangkat kepala hingga 450
2 – 2,5 bulan
Mengangkat kepala hingga 900
2,5 – 3 bulan
Duduk dengan kepala stabil
3,5 – 4 bulan
Duduk tanpa bersandar
6,5 – 8 bulan
Berdiri/berjalan sendiri
13 – 15 bulan
Melangkah
21 – 22 bulan
b. Perkembangan motorik halus
Kemampuan
Usia Pencapaian
6 minggu
Tersenyum
c.
Meraih
4 bulan
Memindahkan benda
6 bulan
Mencubit
8 bulan
Perkembangan bahasa Kemampuan
Usia Pencapaian
Gumaman kanonikal (dada, 18
6 – 10 bulan
mama) Membentuk kata-kata
9 – 10 bulan
Memproduksi kata-kata
12 – 13 bulan
Menggunakan kata kerja
18 bulan
Kombinasi kata-kata
20 bulan 24 – 36 bulan
Penggunaan tata bahasa
Gambar 1: Tahapan perkembangan bayi tahun pertama (Abdoerrachman et al, 1985)
19
Mahasiswa mampu menjelaskan mekanisme pemeriksaan dan screening tumbuh kembang pada bayi dan anak. KPSP (Kuisioner Pra Skrining Perkembangan)
Merupakan kuisioner yang berisi 9-10 pertanyaan singkat pada orang tua/pengasuh tentang kemampuan yang telah dicapai anak, mulai dari umur 3 bulan, minimal tiap 3 bulan sampai umur 2 tahun, minimal tiap 6 bulan sampai umur 6 tahun. KPSP ini digunakan untuk mengetahui apakah perkembangan anak sesuai umurnya atau terlambat. KPSP memiliki kelemahan disbanding dengan Denver II, yaitu KPSP terlambat 1-3 bulan (kemungkinan false negative) pernyataan tidak imbang antar 4 aspek perkembangan. Alat yang digunakan berupa: a. Kuisioner (daftar pertanyaan) sesuai umur anak b. Kertas, pensil c. Bola karet atau plastic seukuran bola tenis d. Kerincingan e. Kubus berukuran sisi 2,5 cm sebanyak 6 buah f.
Benda-benda kecil seperti kismis/potongan biscuit kecil berukuran 1,51cm
Langkah-langkah pelaksanaan: a. Hitung umur anak (tanggal, bulan, tahun) i. ii.
Lebih 16 hari dibulatkan menjadi 1 bulan Prematur: sampai umur 2 tahun dikurangi prematuritasnya
b. Buka kuisioner sesuai umurnya: 3, 6, 9, 12 bulan, dst. Atau kuisioner yang lebih muda dari umurnya (kalua datang umur 4 atau 5 bulan, gunakan kuisioner umur 3 bulan dulu) c. Jelaskan tujuan KPSP pada orang tua d. Tanyakan isi KPSP sesuai urutan e. Atau melaksanakan perintah sesuai KPSP
Interpretasi (penafsiran) KPSP: 20
a. “Ya”, bila orang tua menjawab: anak bisa melakukan atau pernah atau sering atau kadang-kadang .
b. “Tidak” bila anak belum pernah/tidak pernah/ibu tidak tahu c. Bila “Ya” berjumlah 9-10, berarti perkembangan anak sesuai tahap perkembangannya (S). i.
Beri pujian pada ibu
ii.
Teruskan pola asuh
iii.
Teruskan stimulasi sesuai tahap perkembangan berikutnya
iv.
Ikutkan anak di Posyandu, BKB, PADU
d. Bila “Ya” berjumlah 7-8, berarti meragukan (M). i.
Beri dukungan ibu
ii.
Ajarkan cara stimulasi sesuai kelompok umur
iii.
Cari kemungkinan penyakit yang menyebabkan penyimpangan perkembangan
iv.
Ulangi setelah 2 minggu kemudian dengan KPSP sesuai umur anak
v.
Jika hasil KPSP ulangan “Ya” tetap 7-8, maka kemungkinan ada penyimpangan (P) segera rujuk RS terdekat.
e. Bila “Ya” sama atau kurang dari 6, kemungkinan ada penyumpangan (P), rinci jawaban tidak pada aspek perkembangan yang mana. i. ii.
Segera rujuk ke Rumah Sakit Tulis jenis dan jumlah penyimpangan perkembangan
Denver II
Deteksi dini penyimpangan perkembangan anak umur <6 tahun menggunakan Denver II meliputi 125 gugus tugas yang disusun dalam formulir menjadi 4 sektor untuk menjaring fungsi: a. Personal sosial: penyesuaian diri dengan masyarakat dan perhatian terhadap kebutuhan perorangan b. Motorik halus: koordinasi mata tangan, memainkan, menggunakan benda benda kecil c. Bahasa: mendengar, mengerti, dan menggunakan bahasa 21
d. Motorik kasar: duduk, jalan, melompat, dan gerakan umum otot besar
Langkah pelaksanaan: 1. Sapa orang tua/pengasuh dengan ramah 2. Jelaskan tujuan pelaksanaan tes 3. Buat komunikasi yang baik dengan anak 4. Hitung umur anak dan buat garis umur i.
Instruksi umum: catat nama anak, tanggal lahir, dan tanggal pemeriksaan pada formulir.
ii.
Umur anak dihitung dengan cara tanggal pemeriksaan dikurangi tanggal lahir (1 tahun = 12 bulan; 1 bulan = 30 hari; 1 minggu = 7 hari)
iii.
Bila anak lahir premature, koreksi faktor prematuritas. Untuk anak yang lahir lebih dari 2 minggi sebelum tanggal perkiraan dan berumur kurang dari 2 tahun, maka harus dilakukan koreksi.
5. Tarik garis umur dari garis atas ke bawah dan cantumkan tanggal pemeriksaan pada ujung atas garis umur. 6. Lakukan tugas perkembangan untuk tiap sector perkembangan dimulai dari sector yang paling mudah dan dimulai dengan tugas perkembangan yang terletak di sebelah kiri garis umur, kemudian dilanjutkan sampai ke kanan garis umur i.
Pada tiap sektor dilakukan minimal 3 tugas perkembangan yang paling dekat di sebelah kiri garis umur serta tiap tugas perkembangan yang ditembus garis umur.
ii.
Bila anak tidak mampu untuk melakukan salah satu ujicoba pada langkah i (“gagal”; “menolak”; “tidak ada kesempatan”), lakukan ujicoba tambahan ke sebelah kiri garis umur pada sektor yang sama sampai anak dapat “lulus” 3 tugas perkembangan.
iii.
Bila anak mampu melakukan salah satu tugas perkembangan pada langkah i, lakukan tugas perkembangan tambahan ke sebelah
22
kanan garis umur pada sektor yang sama sampai anak ”gagal” pada 3 tugas perkembangan. 7. Beri skor penilaian. 8. Selama tes perkembangan, amati perilaku anak. Apakah ada perilaku yang khas, bandingkan dengan anak lainnya. Bila ada perilaku yang khas tanyakan kepada orang tua/ pengasuh, apakah perilaku tsb merupakan perilaku sehari-hari yang dimiliki anak tersebut. Bila tes perkembangan dilakukan sewaktu anak sakit, merasa lapar. dll dapat memberikan perlaku yang menghambat tes perkembangan.
Skor penilaian:
Pass (P): bila anak melakukan uji coba dengan baik atau ibu/pengasuh anak memberi laporan yang dipercaya bahwa anak dapat melakukannya
Fail (F): bila anak tidak dapat melakukannya dengan baik No opportunity (No): bila tidak ada kesempatan bagi anak untuk melakukan uji coba karena ada hambatan
Refusal (R): bila anak menolak untuk melakukan uji coba.
Penilaian individual:
Lebih (advanced) Bila seorang anak lewat pada uji coba yang terletak di kanan garis umur, dinyatakan perkembangan anak lebih pada uji coba tersebut
Normal Bila seorang anak gagal atau menolak melakukan uji coba di sebelah kanan garis umur
Caution/peringatan Bila seorang anak gagal atau menolak uji coba, garis umur terletak pada atau antara persentil 75 dan 90
Delayed/keterlambatan Bila seorang anak gagal atau menolak melakukan uji coba yang terletak lengkap di sebelah kiri garis umur 23
No opportunity Tidak ada kesempatan uji coba yang dilaporkan orangtua
Interpretasi Denver II:
Normal 1. Bila tidak ada keterlambatan dan atau paling banyak satu caution 2. Lakukan ulangan pada kontrol berikutnya
Suspek 1. Bila didapatkan lebih dari atau sama dengan 2 caution dan atau lebih dari atau sama dengan 1 keterlambatan 2. Lakukan uji ulang dalam 1-2 minggu untuk menghilangkan faktor sesaat seperti rasa takut, keadaan sakit atau kelelahan
Tidak dapat diuji 1. Bila ada skor menolak pada lebih dari atau sama dengan 1 uji coba terletak di sebelah kiri garis umur atau menolak pada lebih dari 1 uji coba yang ditembus garis umur pada daerah 75-90% 2. Uji ulang dalam 1-2 minggu 3. Bila ulangan hasil pemeriksaan didapatkan suspek atau tidak dapat diuji, maka dipikirkan untuk dirujuk.
Mahasiswa mampu menjelaskan faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang pada bayi dan anak
Faktor a.
Faktor dalam (internal) 1) Ras/etnik atau bangsa
Anak yang dilahirkan dari ras/bangsa Amerika maka ia tidak memiliki faktor herediter ras/bangsa Indonesia atau sebaliknya. 2) Keluarga
Ada kecenderungan keluarga yang memiliki postur tubuh tinggi, pendek, gemuk atau kurus 24
3) Umur
Kecepatan pertumbuhan yang pesat adalah masa prenatal, tahun pertama kehidupan, dan masa remaja 4) Jenis kelamin
Fungsi reproduksi pada anak perempuan berkembang lebih cepat daripada laki-laki. Tetapi setelah melewati masa pubertas, pertumbuhan laki-laki akan lebih cepat 5) Genetik
Genetik adalah bawaan anak yaitu potensi anak yang akan menjadi ciri khasnya. Kelainan genetik akan mempengaruhi tumbuh kembang anak seperti kerdil. 6) Kelainan kromosom
Umumnya disertai kegagalan pertumbuhan seperti pada sindroma Down’s dan sindroma Turner’s b. Faktor luar (eksternal) 1) Faktor prenatal a) Gizi
Nutrisi ibu hamil terutama dalam trimester akhir kehamilan akan mempengaruhi pertumbuhan janin. b) Mekanis
Posisi fetus yang abnormal bisa menyebabkan kelainan kongenital seperti club foot c)
Toksin/zat kimia Beberapa
obat-obatan
seperti
Amniopterin,
Thalidomid
dapat
menyebabkan kelainan kongenital seperti palatoksis d) Endokrin
Diabetes
melitus
dapat
hiperplasia adrenal. e) Radiasi
25
menyebabkan
makrosomia,
kardiomegali,
Paparan radium dan sinar Rontgen dapat mengakibatkan kelainan pada janin seperti mikrosefali, spina bifida, retardasi mental, dan deformitas anggota gerak. f)
Infeksi Infeksi
pada
trimester
pertama
dan
kedua
oleh
TORCH
dapat
menyebabkan kelainan pada janin seperti katarak, bisu, tuli, mikrosefali, retardasi mental dan kelainan jantung kongenital. g) Kelainan imunologi
Eritroblastosis fetalis timbul atas perbedaan golongan darah antara janin dan ibu sehingga ibu membentuk antibodi terhadap sel darah merah janin, kemudian melalui plasenta masuk kedalam peredaran darah janin dan akan menyebabkan
hemolisis
yang
selanjutnya
mengakibatkan
hiperbilirubinemia dan Kern Icterus yang akan menyebabkan kerusakan jaringan otak h) Anoksia embrio
Anoreksia embrio yang disebabkan oleh gangguan fungsi plasenta menyebabkan pertumbuhan terganggu i)
Psikologi ibu Kehamilan yang tidak diinginkan, perlakuan yang salah/kekerasan mental pada ibu hamil, dan lain-lain
2) Faktor persalinan
Komplikasi persalinan pada bayi seperti trauma kepala, asfiksia dapat menyebabkan kerusakan jaringan 3) Faktor pasca persalinan a) Gizi
Tumbuh kembang yang baik memerlukan asupan gizi yang adekuat. b) Penyakkit kronis/kelainan kongenital
Tuberkulosis, anemia, kelainan jantung, bawaan mengakibatkan reterdasi pertumbuhan jasmani. c)
Lingkungan fisis dan kimia
26
Lingkungan adalah tempat anak tersebut hidup dan berfungsi sebagai penyedia kebutuhan dasar. Sanitasi yang kurang baik, sinar matahari, paparan radioaktif, zat kimia tertentu mempunyai dampak negatif terhadap pertumbuhan anak. d) Psikologi
Hubungan anak dengan sekitarnya sangat mempengaruhi. Seorang anak yang tidak dikehendaki oleh orang tuanya atau anak yang merasa tertekan, cenderung mengalami hambatan dalam tumbuh kembangnya. e) Endokrin
Gangguan hormon misalnya pada hipotiroid akan menyebabkan anak mengalami hambatan pertumbuhan f)
Sosio-ekonomi Kemiskinan selalu berkaitan dengan kekurangan makanan, kesehatan lingkungan yang jelek, dan ketidaktahuan. Hal tersebut akan menghambat tumbuh kembang anak.
g) Lingkungan pengasuhan
Pada
lingkungan
pengasuhan,
interaksi
ibu
dan
anak
sangat
mempengaruhi tumbuh kembang anak h) Stimulasi
Perkembangan
memerlukan
stimulasi
khususnya
dalam
keluarga,
misalnya penyediaan alat mainan, sosialisasi anak, keterlibatan ibu dan keluarga terhadap kegiatan anak. i)
Obat-obatan Pemakaian kortikosteroid jangka lama akan menghambat pertumbuhan, demikian halnya dengan pemakaian obat perangsang terhadap susunan saraf yang menyebabkan terhambatnya hormon pertumbuhan
Mahasiswa mampu menjelaskan gangguan tumbuh kembang pada bayi dan anak dan tatalaksananya
Beberapa diagnosis banding yang kami angkat dari skenario ini adalah : a.
Cerebrral Palsy 27
Cerebral palsy adalah kelainan yang disebabkan oleh kerusakan otak yang mengakibatkan kelainan pada fungsi gerak dan koordinasi, psikologis dan kognitif sehingga mempengaruhi proses belajar mengajar. Cerebral palsy dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 1)
Spasticity, yaitu kerusakan pada kortex cerebellum yang menyebabkan hiperaktive reflex dan strech relex. Spasticity dapat dibedakan menjadi: a) Paraplegia, apabila kelainan menyerang kedua tungkai. b) Quadriplegia, apabila kelainan menyerang kedua tungkai dan
kedua tangan. c) Hemiplegia, apabila kelainan menyerang satu lengan dan satu
tungkai dengan terletak pada belahan tubuh yang sama. 2)
Athetosis, yaitu kerusakan pada bangsal banglia yang mengakibatkan gerakan-gerakan menjadi tidak terkendali dan terarah.
3)
Ataxsia, yaitu kerusakan otot pada cerebellum yang mengakibatkan gagguan pada keseimbangan.
4)
Tremor, yaitu kerusakan pada bangsal ganglia yang berakibat timbulnya getaran-getaran berirama, baik yang bertujuan maupun yang tidak bertujuan.
5)
Rigiditi, yaitu kerusakan pada bangsal ganglia yang mengakibatkan kekakuan pada otot.
Adapun karakteristik cerebral palsy sesuai dengan derajat kemampuan fungsional yaitu: 1)
Golongan Ringan Golongan ringan umumnya dapat hidup bersama anak-anak sehat lainnya, kelainan yang dialami tidak mengganggu dalam kegiatan sehari-hari, maupun dalam mengikuti pendidikan.
2)
Golongan Sedang Perlu adanya pendidikan khusus agar dapat mengurus dirinya sendiri, dapat bergerak atau bicara. Anak memerlukan alat bantuan khusus untuk memperbaiki pola geraknya.
3)
Golongan Berat 28
Golongan yang sudah termasuk berat sudah menunjukkan kelainan yang sedemikian rupa, sama sekali sulit melakukan kegiatan dan tidak mungkin dapat hidup tanpa bantuan orang lain. b. Retardasi mental
(DSM-IV-TR) mendefinisikan retardasi mental sebagai berikut :
Memiliki kecerdasan intelektual (IQ) kurang dari atau sama dengan 70.
Gangguan pada fungsi adaptif paling tidak dua dari bagian : komunikasi, perawatan diri, rumah tinggal, kemampuan sosial, penggunaan kebutuhan komunitas, pengarahan diri, kemampuan akademik fungsional, bekerja, kesehatan, dan keamaan.
Onsetnya kurang dari umur 18 tahun.
Terdapat 4 golongan retardasi mental, yaitu : a) Mild retardation (retardasi mental ringan), IQ 50-69 b) Moderate retardation (retardasi mental sedang), IQ 35-49
Severe retardation (retardasi mental berat), IQ 20-34
c)
d) Profound retardation (retardasi mental sangat berat), IQ <20 c.
Autisme Kebiasaan dan tumbuh kembang yang dapat ditemui pada anak dengan autisme adalah : 1)
Regresi pada pertumbuhan
2)
Reaksi abnormalitas pada stimuli lingkungan
3)
Abnormalitas pada interaksi social
4)
Tidak senyum saat disapa oleh orang tua dan orang yang familiar dengannya
5)
Tidak adanya respon tipikal terhadap n yeri dan cedera fisik
6)
Keterlambatan bicara
7)
Ada riwayat sakit infeksi dan demam
8)
Memiliki kebiasaan dengan stereotip dan dilakukan secara berulangulang.
29
Skrining bayi dan anak yang memiliki tanda dan gejala autis sangat perlu dilakukan karena hal itu menentukan terapi dan evaluasi yang perlu dilakukan. Anak yang memiliki saudara kandung yang autis memiliki risiko untuk mengalami autis. Skrining tidak hanya dilakukan pada anak yang memiliki tanda dan gejala autis tetapi juga dilakukan pada anak yang terlambat bicara, mengalami kesulitan dalam belajar, memiliki masalah dalam bersosialisasi dan anak dengan gejala kecemasan atau depresi (Filipek P.A., et al ., 2000) Abnormalitas dari hasil pemeriksaan yang dilakukan pada anak suspek autisme adalah : 1) Adanya abnormalitas pada pergerakan motorik (kecanggungan, berjalan
secara kikuk, bertepuk tangan, tik) 2) Kelainan dermatologi (lipatan jari yang abnormal) 3) Abnormalitas pada lingkar kepala (kecil saat lahir, ukuran meningkat
dari umur 6 bulan – 2 tahun, saat remaja menjadi normal) 4) Stereotip pada orofacial, ekstremitas dan kepala (tanpa tujuan, berulang-
ulang, mencontoh gerakan, postur, dan suara) 5) Kebiasaan melukai diri sendiri (mencubit kulit, menggigit diri sendiri,
memukul kepala) 6) Kekerasan fisik yang ditimbulkan orang lain (orang tua dan guru) 7) Pelecehan
seksual:
pemeriksaan
eksternal
dari
genital
sangat
diperlukan;jika memar atau terdapat bukti lain dari trauma, perlu dilakukan pemeriksaan pelvis dan rektal. d.
Gangguan endokrin Sistem endokrin berperan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan kita karena menghasilkan berbagai macam hormon, salah satunya hormon pertumbuhan.Adanya gangguan pada kelenjar endokrin dapat menyebabkan perawakan tinggi dan pendek pada anak. Berikut adalah beberapa kelainan endokrin menurut Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (1985): 1) Perawakan pendek
30
a) Hypopituitary dwarf : disebabkan karena kekurangan hormon
pertumbuhan dan hormon gonadotropin. Berat badan lahir normal hingga tahun pertama pertumbuhan, kemudian menjadi tertinggal dibanding anak-anak seusianya, intelegensianya normal, dan tidak terjadi perubahan fisik saat pub ertas. b) Hypothyroid dwarf : disebabkan kekurangan hormon tiroid,
dimana hormon tiroid berperan banyak dalam pertumbuhan sel dan metabolisme zat di dalam tubuh. c) Hypogonadal dwarf : terjadi juga pada sindrom Turner. d) Delayed
adolescence: masa akil balik timbul terlambat
tertinggal dua tahun dari anak-anak seusianya. e) Progeria: anak berukuran kecil dan tidak ada perubahan saat
akil balik. Namun, anak cepat menjadi tua dan memiliki ciriciri penuaan, seperti botak, wajah seperti orang tua, kulit keriput, dan mengalami aterosklerosis. f)
Pubertas prekoks: anak menjadi lebih tinggi dari anak seusianya karena pubertas yang terjadi awal. Tetapi karena awal itu pula, epifisis cepat menutup sehingga saat dewasa menjadi lebih kecil dari anak-anak seusianya.
2) Perawakan tinggi a) Hyperpituitary gigantism: produksi hormon pertumbuhan yang
berlebihan
saat
anak-anak
Sedangkan,
apabila
terjadi
akan saat
menjadi dewasa
gigantisme.
akan
menjadi
akromegali. b) Hyperadrenalisme: dapat berupa sindrom Cushing ataupun
terjadinya hiperplasia adrenal kongenital. c) Hypergonadisme: adanya tumor pada testis dan ovarium dapat
menimbulkan pubertas prekoks. d) Hyperthyroidisme: anak menjadi lebih tinggi dan usia tulang
akan menjadi lebih maju daripada usia kronologisnya. e.
Sindrom Down 31
Sindrom Down merupakan kelainan genetik yang dikenal sebagai trisomi, karena individu yang mendapat sindrom Down memiliki kelebihan satu kromosom. Mereka mempunyai tiga kromosom 21 dimana orang normal hanya mempunyai dua saja. Kelebihan kromosom ini akan mengubah keseimbangan genetik tubuh dan mengakibatkan perubahan karakteristik fisik dan kemampuan intelektual, serta gangguan dalam fungsi fisiologi tubuh. Terdapat dua tipe uji yang dapat dilakukan untuk mendeteksi bayi sindrom Down. Pertama adalah uji skrining yang terdiri daripada blood test dan/atau sonogram. Uji kedua adalah uji diagnostik yang dapat memberi hasil pasti apakah bayi yang dikandung menderita sindrom Down atau tidak. Pada sonogram, tehnik pemeriksaan yang digunakan adalah Nuchal Translucency (NT test). Ujian ini dilakukan pada minggu 11 – 14 kehamilan. Apa yang diuji adalah jumlah cairan di bawah kulit pada belakang leher janin. Tujuh daripada sepulah bayi dengan sindrom Down dapat dikenal pasti dengan tehnik ini. Hasil ujian sonogram akan dibandingkan dengan uji darah. Pada darah ibu hamil yang disuspek bayinya sindrom Down, apa yang Universitas Sumatera Utara 19 diperhatikan adalah plasma protein-A dan hormon human chorionic gonadotropin (HCG). Hasil yang tidak normal menjadi indikasi bahwa mungkin adanya kelainan pada bayi yang dikandung. Terdapat beberapa uji diagnostik yang boleh dilakukan untuk mendeteksi sindrom Down. Amniocentesis dilakukan dengan mengambil sampel air ketuban yang kemudiannya diuji untuk menganalisa kromosom janin. Kaedah ini dilakukan pada kehamilan di atas 15 minggu. Risiko keguguran adalah 1 per 200 kehamilan. Chorionic villus sampling (CVS) dilakukan dengan mengambil sampel sel dari plasenta. Sampel tersebut akan diuji untuk melihat kromosom janin. Tehnik ini dilakukan pada kehamilan minggu kesembilan hingga 14. Resiko keguguran adalah 1 per 100 kehamilan. Percutaneous umbilical blood sampling (PUBS) adalah tehnik di mana darah dari umbilikus diambil dan diuji untuk melihat kromosom janin. Tehnik dilakukan pada kehamilan diatas 18 minggu. Tes ini dilakukan sekiranya tehnik lain tidak berhasil memberikan hasil yang jelas. Resiko keguguran adalah lebih tinggi .
32
Secara fisik pasien sindrom Down mempunyai rangka tubuh yang pendek. Mereka sering kali gemuk dan tergolong dalam obesitas. Tulang rangka tubuh penderita sindrom Down mempunyai ciri – ciri yang khas. Tangan Universitas Sumatera Utara 22 mereka pendek dan melebar, adanya kondisi clinodactyly pada jari kelima dengan jari kelima yang mempunyai satu lipatan (20%), sendi jari yang hiperekstensi, jarak antara jari ibu kaki dengan jari kedua yang terlalu jauh, dan dislokasi tulang pinggul (6%) (Brunner, 2007). Bagi panderita sindrom Down, biasanya pada kulit mereka didapatkan xerosis, lesi hiperkeratosis yang terlokalisir, garis – garis transversal pada telapak tangan, hanya satu lipatan pada jari kelima, elastosis serpiginosa, alopecia areata, vitiligo, follikulitis, abses dan infeksi pada kulit yang rekuren (Am J., 2009). Retardasi mental yang ringan hingga berat dapat terjadi. Intelegent quatio (IQ) mereka sering berada antara 20 – 85 dengan rata-rata 50. Hipotonia yang diderita akan meningkat apabila umur meningkat. Mereka sering mendapat gangguan artikulasi. (Mao R., 2003). Penderita sindrom Down mempunyai sikap atau prilaku yang spontan, sikap ramah, ceria, cermat, sabar dan bertoleransi. Kadang kala mereka akan menunjukkan perlakuan yang nakal dengan rasa ingin tahu yang tinggi (Nelson, 2003)
f.
GPPH Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH) adalah gangguan neurobehaviour pada anak, yang ditandai dengan adanya gejala berkurangnya perhatian dan atau aktivitas atau impulsivitas yang berlebihan. Kedua ciri tersebut merupakan syarat mutlak untuk diagnosis dan harusnya nyata pada lebih dari satu situasi. GPPH bermanifestasi sebagai kesulitan mempertahankan fokus dan bukan karena kurangnya pemahaman. Hiperaktivitas mengacu pada aktifitas motorik yang berlebihan seperti seorang anak yang berlarian, tidak bisa diam, gelisah, banyak bicara. Impulsivitas mengacu pada tindakan tergesa-gesa yang terjadi tanpa pemikiran dan memiliki potensi tinggi untuk merugikan individu misalnya, menyeberang ke jalan tanpa melihat. Perilaku impulsif dapat bermanifestasi 33
sebagai masalah sosial, misalnya, mengganggu orang lain secara berlebihan, dan atau membuat keputusan penting tanpa memikirkan konsekuensi jangka panjang, misalnya, mengambil pekerjaan tanpa informasi yang memadai Etiologi sesungguhnya dari GPPH memang belum jelas diketahui. Faktor neurobiologi diduga salah satu faktor yang cukup kuat untuk timbulnya gangguan ini. Pemaparan zat toksik prenatal, prematuritas, dan mekanisme kelahiran yang mengganggu sistem saraf diperkirakan berhubungan dengan gangguan ini. Hasil penelitian menyatakan bahwa faktor psikososial dapat menyebabkan dan memperburuk gejala GPPH. Mendeteksi GPPH diperlukan informasi tentang riwayat perkembangan serta observasi perilakunya sehari-hari dirumah, disekolah, maupun di berbagai tempat, karena saat di klinik anak dengan GPPH sering menunjukkan perilaku yang baik, sehingga tidak ditemukan gejala GPPH. Dampak negatif pada fungsi sehari-hari anak, baik dirumah, maupun di lingkungan yang lain serta kesulitan yang dialami anak perlu dipastikan dari informasi orangtua, guru maupun pengasuh anak. Kuisioner yang berupa skala penilaian perilaku (rating scale) untuk penapisan GPPH yang disusun sesuai dengan kriteria diagnosis, dapat dijadikan bahan untuk diisi atau dijawab oleh orangtua atau guru. Skala ini menggambarkan keadaan anak sehari-hari, apabila laporan dari orangtua atau guru menunjukkan adanya gejala GPPH dan menimbulkan kegagalan 33 fungsi atau apabila nilai total skor dari skala penilaian perilaku tersebut melampaui batas cut-off score, maka anak tersebut dapat dideteksi sebagai anak beresiko tinggi untuk terjadinya GPPH. Dua kuisioner skala penilaian yang dapat digunakan untuk keperluan skrining GPPH, yaitu Skala Penilaian Perilaku Anak Hiperaktif Indonesia (SPPAHI), dan Abbreviated Conner’s Teacher Rating Scale (ACTRS) yang telah divalidasi ke dalam bahasa Indonesia
34
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN
I.
KESIMPULAN
Dari hasil diskusi yang telah kami lakukan selama dua pertemuan, kami menyimpulkan bahwa pasien diskenario mengalami global developmental delay. Selama tutorial, kami membahas tentang penilaian serta pengukuran status perkembangan anak. Selain itu, kami juga membahas faktor-faktor yang menyebabkan anak mengalami keterlambatan perkembangan. Terakhir, kami juga membahas tatalaksana umum untuk kasus pada anak yang mengalami keterlambatan perkembangan.
II.
SARAN
Diskusi tutorial skenario 3 blok pediatri ini sudah berjalan dengan cukup baik. Namun, ada beberapa hal yang perlu dicermati yaitu mahasiswa harus lebih detail dalam mencari bahan terutama bagian-bagian yang cukup sering digunakan secara klinis. Selain itu, keaktifan mahasiswa juga masih kurang dalam berdiskusi sehingga diskusi sempat tersendat diawal. Terakhir, diharapkan pemimpin jalannya tutor lebih aktif mengajak temannya untuk berdiskusi.
35
DAFTAR PUSTAKA
Abdoerrachman et al (1985). Buku Kuliah 1 Ilmu kesehatan Anak. Jakarta : Bagian IKA FK UI. Depkes RI (2011). Stimulasi deteksi intervensi dini tumbuh kembang anak. http://www.kesehatananak.depkes.go.id/index.php?view=article&catid=37%3Asubdit2&id=49%3Astimulasi-deteksi-intervensi-dini-tumbuh-kembanganak&format=pdf&option=com_content&Itemid=80. Diakses pada tanggal 6 Maret 2017. Filipek P.A., et al (2000). Practice parameter: screening and diagnosis of autism: report of the Quality Standards Subcommittee of the American Academy of Neurology and the Child Neurology Society. Neurology. 55(4):468-79. Frankenburg W.K., Dodds J., Archer P. et al (1992). The DENVER II: A major revision and restandardization of the Denver Developmental Screening T est. Pediatrics, 89:91-97. Ikatan Dokter Anak Indonesia (2011). Buku ajar: Nutrisi pediatrik dan penyakit metabolik jilid I. Jakarta: Badan Penerbit IDAI. Ikatan Dokter Anak Indonesia (2011). Asuhan Nutrisi Pediatrik. http://idai.or.id/wpcontent/uploads/2013/02/Rekomendasi-IDAI_Asuhan-Nutrisi-Pediatrik.pdf . Diakses pada tanggal 7 Maret 2017. Narendra, M.S, dkk (2002). Buku Ajar I Tumbuh Kembang Anak dan Remaja Edisi Pertama IDAI. Jakarta : Sagung Seto. Soedjatmiko (2001). Deteksi dini gangguan tumbuh kembang balita. Sari Pediatri, Vol. 3. No. 3, Desember 2001 : 175-188. Soetjiningsih (2003). Perkembangan Anak dan Permasalahannya. Jakarta: EGC. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (1985). Buku kuliah 1: ilmu kesehatan anak. Jakarta: Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Tanuwijaya, S (2003). Konsep Umum Tumbuh dan Kembang . Jakarta: EGC
36