LAPORAN TUTORIAL BLOK BIOMATERIAL DAN TEKNOLOGI KEDOKTERAN GIGI
SKENARIO 1: GIPSUM Tutor : Dr.drg. Banun Kusumawardani, M.Kes Kelompok Tutorial 6 Anggota Kelompok :
1. Sunana Ageng Hikmawati
(161610101042) (161610101042)
2. Nafra Glenivio Agretdie
(161610101043) (161610101043)
3. Khairunnisa Fadhilatul Arba (161610101044) (161610101044) 4. Firmansyah Adi Pradana
(161610101045) (161610101045)
5. Liyathotun Fatimah
(161610101046) (161610101046)
6. Hamy Rafika Pratiwi
(161610101047) (161610101047)
7. Shintia Dwi Pramesty
(161610101048) (161610101048)
8. Endang Nur Hidayati
(161610101049) (161610101049)
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS JEMBER 2018
SKENARIO I : GIPSUM
Mahasiswa semester IV Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember sedang melakukan skill lab manipulasi gipsum. Pelaksanaan skill lab kali ini terbagi dalam 3 kelompok. Kelompok I manipulasi gipsum plaster of paris, paris, kelompok II manipulasi gipsum dental stone, stone, dan kelompok III manipulasi gipsum
dental
stone
hight
strength . Semua strength.
tahapan
manipulasi
mulai
pencampuran, initial setting sampai final setting harus dilakukan dengan benar agar hasilnya tidak porous. Catat setting time untuk masingmasing gipsum tanpa penambahan bahan retarder dan bahan akselerator
STEP 1 : Clarifying Unfamiliar Terms
1. Skill lab Metode pembelajaran yg mempelajari taktik sebelum ke profesi.Metode pembelajaran yang sistematik, berupa pembelajaran praktik, mempelajari mulai dari sederhana ke arah yang lebih kompleks. 2. Gipsum Produk samping dari beberapa proses kimia. Pada kedokteran gigi yang biasa di gunakan adalah kalsium sulfat dihidrat. Yang dapat dibagi menjadi dua yaitu plaster dan stone.Suatu bahan yang digunakan untuk membuat model kerja dan model studi untuk mengetahui struktur rongga mutut dan maksilo fasial. 3. Plaster of paris Berasal dari kalsium dihidrat di kalsifikasi pada bejana terbuka akan menghasilkan gips berupa bubuk berupa plaster of paris. Merupakan salah satu tipe gipsum yang pertama, digunakan untuk membuat model studi dan juga sebagai pengikat model studi pada artikulator. Gipsum yang dihasilkan tidak kokoh. 4. Dental stone Merupakan tipe gipsum yang ketiga. Gipsum yang dihasilkan memiliki kekuatan yang tinggi. Lebih banyak digunakan daripada plaster of paris. Suhu 120-1300C atau diambang 125 0C. Digunakan untuk kontruksi orthodontik dan kontruksi protesa. 5. Dental stone high strenght Terbentuk dari gipsum yang dikalsinasi dengan larutan CaCl 2. Hasilnya tidak sama dengan plaster of paris kerena memiliki porus yg lebih rendah. Memiliki ketahanan abrasi yang cukup baik. Digunakan sebagai pembuatan die. 6. Setting time Periode waktu yang dibutuhkan mulai dari pencampuran sampai final setting. 7. Retarder Merupakan bahan kimia untuk menghambat setting time, contohnya borax. 8. Porus
Dibentuk karena ada udara yang terjebak pada adonan gipsum. Membuat permukaan gypsum tidak rata. 9. Akselerator Bahan yg digunakan untuk mempercepat setting time. Contohnya sodium klorida. 10. Initial setting Waktu yg digunakan suatu gipsum untuk mencapai suatu kekerasan tertentu. Dimana gipsum sudah tidak mengalir dan ditandai oleh warna gipsum yang keruh (loss of gloss). 11. Final setting Waktu yang dibutuhkan gypsum untuk mengeras. Dimana bahan yg sudah di cetak sudah kaku, keras dan dingin. Lepasan dari cetakan direkomdasikan setelah 1 jam.
STEP 2 : Problem Identification
1. Bagaimana cara membedakan tipe dari gipsum? 2. Apa syarat-syarat gipsum untuk kedokteran gigi? 3. Bagaimana tahapan manipulasi gipsum? 4. Berapa setting time yang dibutuhkan untuk masing” tipe gipsum? 5. Bagaimana efek dari limbah gipsum? 6. Bagaimana cara mengindari terjadinya porusitas? 7. Faktor yang dapat mempengaruhi setting time? 8. Faktor yang mempengaruhi manipulasi gipsum?
STEP 3 : Brainstorming
1. a. Plaster : gipsum yang di kalsinasi menjadi bentuk bubuk. Dan dipanaskan dalam bejana terbuka shg bubuk yg dihasilkan lebih porus. Reaksinya cepat. Digunakan untuk edontulus. Berwarna putih. Molekulnya lebih besar. b. Dental stone : dihasilkan dari kalsinasi dipanaskan pada bejana tertutup. Untuk membuat model gigi full atau parsial. Warna agak kekuningan. Molekulnya lembut shg memerlukan air lebih sedikit. c. Dental stone high strength : dari batuan gipsum yang dikalsinasi dalam larutan kalsium klorida sehingga bubuk yang dihasilkan sangat padat. Menurut pendapat lain : - Tipe 1 (impression plaster ): digunakan untuk pasien yang giginya tanggal semua. Sifatnya mudah patah karena model perbandingan dari air dan bubuknya tinggi. Dari plaster of paris dan bahan tambahan. - Tipe 2 (model plaster ) : relatif lunak dan untuk mengisi kuvet. Kompresinya lebih tinggi. - Tipe 3 ( dental stone): resisten terhadap tekanan dan abrasi. - Tipe 4 (dental stone high strength) : untuk media pembuatan die, memiliki daya tahan abrasi baik. Contoh : pembuatan jembatan gigi tiruan. - Tipe 5 (dental stone high strength, high expansion ): untuk pembuatan die untuk pemanasan lebih tinggi. Digunakan untuk model kerja berbasis logam. 2. Syarat- syarat gipsum untuk Kedokteran Gigi :
Memiliki sifat mekanik yang baik
Mudah digunakan
Memiliki ketahanan abrasi yang baik.
Kekuatan tarik restorasi lebih tinggi daripada untuk model studi.
Memiliki stabilitas dimentional baik
Kompatibel dengan bahan cetak
Murah dan mudah dipergunakan
3. Pemilihan bahan gipsum lalu pencampuran bubuk gipsum dengan air dengan perbandingan 100g bubuk dan 50-60 ml air. Untuk pencampuran bisa dengan air atau dengan larutan PE. Lalu diaduk dengan memperhatikan agar tidak terdapat porus atau gelembung udara. Pengadukan bisa menggunakan vibrator untuk mengurangi porusitas.Insial setting dari waktu pencampuran biasanya sekitar 8-10 menit sampai warna berubah keruh dan air tidak mengalir. Sebelum di letakan pada cetakan diberikan bahan separator berupa vaselin agar gipsum lebih mudah dikeluarkan. Memasuki final seting sekitar 1 jam gipsum sudah dapat dilepaskan dari cetakannya. Penyimpanan harus baik, suhunya kurang dari 50 0C. Jika lebih tinggi suhunya akan lebih melambat. Apabila suhunya 100 0C lebih maka gipsum tidak terbentuk. Karena kelarutan hemihidratnya sama. 4. Setting time relatif, secara umum untuk initial setting 8-16 menit, untuk final setting sekitar 1 jam. 5. Limbah gipsum memiliki efek buruk karena tidak dapat terurai langsung ke tanah. Jika tertimbun terlalu banyak dapat mengganggu metabolisme tubuh manusia. 6. Untuk menghidari terjadinya porus, terlebih dulu menuangkan air dan bubuk gipsumnya dituangkan sedikit demi sedikit dengan perbandingan air dan bubuknya tepat.
Disarankan menghindari penambahan air. Pada saat
penuangan dapat menggunakan vibrator sehingga tidak terbentuk gelembung udara. 7. Faktor yang mempengaruhi setting time : a. Ketidakmurnian b. Kehalusan c. Rasio W/P - Penambahan air
⇒
setting time lambat. · Penambahan satu bagian air
⇒
mengurangi kekuatan sebesar 50%. - Pengurangan air
⇒
mempercepat setting time, lebih sukar pencampuran dan
manipulasi, ada udara terjebak, model tidak akurat.
- Pengurangan rasio W/P tidak dianjurkan bila adonan akan dituangkan ke dalam hasil pencetakan. Pengurangan rasio W/P diperbolehkan bila adonan akan digunakan untuk menanam model dalam artikulator. · Pengadukan ( spatulation). Lebih panjang pengadukan akan mempercepat setting time. Lebih cepat pengadukan akan menambah setting expansion. d. Temperatur e. Perlambatan atau percepatan 8. Faktor yang mempengaruhi manipulasi gipsum: a. Pemilihan gipsum, b. Rasio pencampuran yang tepat, dimana semakin banyak air dalam proses pengadukan maka semakin lama setting time, c. Penyimpanan tidak boleh di daerah lembab, d. Pada saat mencampur gipsum harus bersih sehingga tidak tercampur bahan lain, e. Bahan separator (vaseline) untuk memudahkan dalam melepas gipsum dari cetakan.
STEP 4 : Reporting/generalisation
STEP 5 : Learning Objective
1. Mahasiswa mampu menguasai konsep teoritis tentang syarat gipsum dalam bidang Kedokteran Gigi dengan tepat dan benar. 2. Mahasiswa mampu menguasai konsep teoritis tentang sifat dan karakteristik gipsum dengan tepat dan benar. 3. Mahasiswa mampu menguasai konsep teoritis tentang komposisi gipsum dengan tepat dan benar. 4. Mahasiswa mampu menguasai konsep teoritis tentang tipe-tipe gipsum dengan tepat dan benar. 5. Mahasiswa mampu menguasai konsep teoritis tentang manipulasi gipsum dengan tepat dan benar. 6. Mahasiswa mampu menguasai konsep teoritis tentang identifikasi dan aplikasi gipsum dalam Kedokteran Gigi dengan tepat dan benar.
STEP 6 : Self study
STEP 7 : Reporting/generalisation 1. Syarat gipsum dalam Kedokteran Gigi
• Akurasi : Menghasilkan detail yang jelas dan gari s tepi yang tajam, • Kestabilan Dimensi : Perubahan dimensi sekecil mungkin, • Resisten terhadap kekuatan abrasi, • Kekuatan mekanikal tinggi, agar mengurangi resiko pecahnya model, • Kompatibilitas dengan bahan cetak, • Warna berbeda dengan bahan lain, • Murah dan mudah dipergunakan,
• Variasi ekspansi, kontraksi dan variasi dalam menanggapi perubahan suhu harus seminimal mungkin.3 • Harus kuat dan tahan lama, tahan terhadap prosedur manipulasi. 13 2. Sifat dan karakteristik pada gipsum Kedokteran Gigi a. Kemampuan mereproduksi detil Kemampuan ini ditentukan dengan mengukur luas model atau die. Material tipe 1 dan 2 dapat mereproduksi suatu lekukan dengan lebar 75 mikrom, sedangkan tipe 3,4, dan 5 mampu mereproduksi lekukan-lekukan dengan lebar hanya 50 mikrom. Dengan demikian gipsum tipe 3,4, dan 5 mampu membuat cetakan detil yang lebih halus dari material tipe 1 dan 2 yaitu plaster.11 b. Kekuatan Kekuatan gipsum tergantung terutama pada porositas maerial set serta waktu pada saat material didiamkan agar kering setelah setting. Porositas dan bahkan kekuatan tergantung pada rasio W/P pada setiap tipe gipsum. Peningkatan kekuatan ini merupakan suatu fungsi dari kehilangan kelebihan air dengan cara penguapan. Terpikirkan bahwa penguapan bagian air ini menyebabkan pengendapan sejumlah dihidrat yang melarut. Keadaan ini secara efektif merekatkan kristal dari gipsum yang terbentuk selama setting menjadi satu kesatuan.11 c. Kekuatan Kompresi Kekuatan kompresi diklasifikasikan menjadi dua kekuatan, yaitu kekuatan kering dan kekuatan basah. Kekuatan kompresi dental plaster kering 2 (dua) kali lebih kuat dari kekuatan basahnya, karena kekerasan dari produk gipsum terjadi jika air keluar dan kristal-kristal gipsum yang halus mengendap yang menghasilkan pengikatan kristal-kristal gipsum menjadi lebih besar. Apabila masih terdapat kelebihan air akibat terhambatnya proses penguapan karena suhu yang rendah, mengakibatkan kristal-kristal gipsum menjadi terlarut dan pengikatannya menjadi lemah. 9 d. Kekuatan Tarik (Tensile strength)
Kekuatan tarik (Tensile strength) adalah apabila suatu benda diberi tarikan sampai menjadi patah. Gipsum harus mempunyai kekuatan tarik yang cukup agar tahan terhadap daya yang mengenainya. Kekuatan tarik penting untuk menahan dari kekuatan lateral seperti dalam pelepasan model.5 e. Detail Reproduksi (Reproduction of Detail) Detail Reproduksi (Reproduction of Detail) adalah gipsum dapat mengisi cetakan secara detail tanpa terjadi bentukan porusitas atau gelembung udara. Jumlah dari gelembung udara yang terdapat didalamnya berhubungan dengan proses pencampuran, yaitu seberapa banyak gipsum yang tidak tercampur oleh air dengan baik. Jumlah gelembung udara dapat diminimalisir dengan vibrasi dan vibrasi ini untuk meningkatkan reproduksi detail dari model yang dihasilkan. 5 f. Setting time Adalah waktu yang diperlukan gips untuk menjadi keras dan dihitung sejak gips kontak dengan air. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi Setting time sebagai berikut.2
Ketidakmurnian Bila proses pengapuran tidak sempurna sehingga tetap terdapat partikel gipsum, atau bila pabrik menambahkan gipsum, waktu pengerasan akan diperpendek karena peningkatan dalam potensi nukleus kristalisasi.2
Kehalusan Semakin halus ukuran partikel hemihidrat, semakin cepat adukan mengeras; khususnya bila produk tersebut telah digiling selama proses pembuatan.2
Rasio W:P Semakin banyak air digunakan untuk pengadukan, semakin sedikit jumlah nukleus pada unit volume. Akibatnya, waktu pengerasan diperpanjang.2
Pengadukan
Dalam batasan praktis, semakin lama dan semakin cepat plaster diaduk, semakin pendek waktu pengerasan. 2
Temperatur Meskipun efek temperature pada waktu pengerasan cenderung menyesatkan dan mungkin bervariasi dari satu plaster (atau stone) dengan yang lainnya, sedikit perubahan terjadi antara 0 oC (32oF) dan 50oC (120oF) tetapi bila temperatur adukan plaster-air meningkat kurang lebih 50oC (120oF), peningkatan perlambatan terjadi bertahap. Begitu temperatur mencapai 100oC (212oF), tidak ada reaksi yang terjadi. Pada temperatur yang lebih tinggi, reaksi 2 terjadi kebalikan dengan kecenderungan Kristal-kristal gipsum apapun yang terbentuk diubah menjadi hemihidrat.2
Perlambatan dan percepatan Metode yang paling efektif dan praktis untuk mengendalikan waktu pengerasan adalah penambahan bahan kimia tertentu pada adukan plaster atau stone gigi. Bahan kimia yang berfungsi untuk mempercepat waktu pengerasan disebut aselerator, sedangkan bahan kimia yang berfungsi untuk memperlambat waktu pengerasan disebut retarder.2
3. Komposisi Gipsum Secara kimiawi, gipsum yang dihasilkan untuk kedokteran gigi adalah kalsium sulfat dihidrat (CaSO4•2H2O) murni. Ada dua produk gipsum yang biasa digunakan dalam kedokteran gigi yaitu plaster dan stone gigi. Kandungan utama keduanya adalah kalsium sulfat hemihidrat (CaSO 4•1/2H2O) yang merupakan hasil pengapuran kalsium sulfat dihidrat. Secara komersial, gipsum dihaluskan dan dipaparkan terhadap temperatur 110 ᵒ-120ᵒC (230ᵒ250ᵒF) untuk mengeluarkan bagian air dari kristalisasi. 2 a. Plaster Plaster ini dibuat saat mineral gipsum dipanaskan pada bejana terbuka dengan
temperatur
110ᵒ-120ᵒC.
Dan membentuk β-calcium
hemihidrat. Dimana, bubuk ini bentuknya lebih irr eguler dan porus. 11 b. Dental Stone
sulfate
Jika gipsum dehidrasi dibawah tekanan dan dipanaskan dalam suhu 125 ᵒc, disebut dengan hidrokal. Dimana bubuk ini memiliki partikel yang seragam dan lebih padat daripada plaster. Hasil kalsium sulfat hemihidratnya yaitu α hemihidrat. Hidrokal biasa digunakan sebagai low- to moderate-strength dental stones.11 Gbr. a. Bentuk Kristal Plaster.9
Gbr. b. Bentuk Kristal Dental Stone.9
Kalsium sulfat hemihidrat (CaSO4•1/2H2O) bergantung pada metode pengapuran, bentuk hemihidrat yang berbeda dapat diperoleh. Bentuk ini disebut α-hemihidrat dan β-hemihidrat. Kristal-kristal β-hemihidrat memiliki ciri-ciri bentuk spons dan tidak teratur. Sedangkan α -hemihidratlebih padat dan mempunyai bentuk prismatik. 2 1) Impression Plaster (Tipe I) Gipsum tipe I ( Impression Plaster ) memiliki kalsium sulfat hemihidrat terkalsinasi sebagai bahan utamanya dan ditambahkan kalsium sulfat, borax dan bahan pewarna. 11 2) Model Plaster (tipe II) Gipsum tipe II ( Model Plaster ) terdiri dari kalsium sulfat terkalsinasi/ βhemihidrat sebagai bahan utamanya dan zat tambahan untuk mengontrol setting time.3 3) Dental Stone (tipe III) Gipsum tipe III ( Dental Stone) terdiri dari hidrokal/α-hemihidrat dan zat tambahan untuk mengontrol setting time.3 α-hemihidrat terdiri dari partikel yang lebih kecil dan teratur dalam bentuk batang atau prisma dan bersifat
tidak porus sehingga membutuhkan air yang lebih sedikit ketika dicampur bila dibandingkan dengan β-hemihidrat.2 4) Dental Stone Hight Strenght (tipe IV) Gipsum tipe IV ( Dental Stone, High Strength) terdiri dari densit yang memiliki bentuk partikel kuboidal dengan daerah permukaan yang lebih kecil sehingga partikelnya paling padat dan halus bila dibandingkan dengan β-hemihidrat dan hidrokal.2 5) High Strenght Hight Expansion Dental Stone (tipe V) Gipsum tipe V ini memiliki partikel terbesar berbentuk kuboidal, bentuknya teratur serta memiliki kristal paling padat.2 4. Tipe-tipe gipsum Klasifikasi gipsum dalam kedokteran gigi secara umum : a. Plaster Plaster adalah produk gipsum pertama yang tersedia untuk kedokteran gigi. Plaster dibuat dengan menggiling stone gipsum menjadi bubuk halus dan kemudian memanaskan bubuk itu dalam bejana terbuka. Pemanasan langsung dan cepat di udara terbuka ini mendorong sebagian air kristalisasi dari kristal dan menghancurkan kristal. Serbuk yang dihasilkan terdiri dari partikel berpori dan tidak beraturan. Plaster adalah yang paling lemah dan paling murah dari tiga produk gipsum. Plaster biasanya berwarna putih dan kadang disebut sebagai beta-hemihidrat atau Tipe II. Dulu, plaster dimodifikasi untuk digunakan sebagai bahan kesan dengan penambahan bahan kimia dan disebut Impression Plaster .7 b. Stone Stone terbuat dari gipsum dengan kalsinasi yang dikontrol dengan hati-hati di bawah tekanan uap menggunakan bejana tertutup. Metode kalsinasi ini perlahan melepaskan air kristalisasi dari kristal sehingga partikel bubuk yang dihasilkan lebih teratur, lebih seragam, dan kurang berpori dibandingkan dengan plaster. Stone lebih kuat dan lebih mahal dari plaster. Plaster digunakan terutama dalam membuat cetakan untuk tujuan diagnostik dan cetakan untuk konstruksi gigi tiruan lengkap dan parsial, yang
memerlukan kekuatan dan kekerasan permukaan yang lebih besar daripada plaster. Stone itu biasanya berwarna kuning, tapi bisa didapat dengan warna lain. Stone juga sering disebut sebagai α-hemihidrat, tipe III stone, atau hidrokal.7 c. Stone High Strength atau Improved Stone Stone High Strength atau Improved Stone juga terbuat dari gipsum dengan mengkalsinasi gipsum dalam larutan kalsium klorida. Metode kalsinasi ini menghasilkan partikel bubuk yang sangat padat, berbentuk bilik, dan memiliki luas permukaan yang berkurang. Stone high strength adalah produk gipsum terkuat dan termahal, dan terutama digunakan untuk pembuatan cetakan atau die untuk pembuatan mahkota, jembatan, dan pembuatan inlay. Stone high strength sering disebut stone Tipe IV, stone die, densite, dan α-hemihidrat yang dimodifikasi. Stone dengan high strength yang baru dikembangkan dengan kekuatan tekan lebih tinggi daripada stone Tipe IV juga tersedia. Stone ini menampilkan perluasan setting yang lebih tinggi dan disebut sebagai stone Tipe V. 7 Berdasarkan klasifikasi diatas, tersaji 5 jenis gipsum yang terdaftar oleh spesifikasi ADA No.25, dan sifat-sifat yang dihasilkan masing-masing. Plaster Cetak (Tipe I). Bahan cetak ini terdiri dari plaster of Paris yang
ditambahkan zat tambahn untuk mengatur waktu pengerasan dan ekspansi pengerasan. Plaster cetak jarang digunakan lagi untuk mencetak dalam kedokteran gigi karena telah digantikan oleh bahan yang kurang kaku seperti hidrokoloid dan elastomer. Plaster digunakan untuk cetakan akhir, atau wash, dalam pembuatan gigi tiruan penuh.2 Plaster Model (Tipe II). Plaster model ini digunakan untuk mengisi kuvet
dalam pembuatan protesa bila ekspansi pengerasan tidaklah penting dan kekuatan cukup, sesuai batasan yang disebutkan dalam spesifikasi. Biasanya dipasarkan dalam warna putih alami, jadi terlihat kontras dengan stone yang umumnya berwarna.2 Selain itu, gipsum tipe II dapat digunakan sebagai model studi.4
Stone Gigi (Tipe III). Gipsum tipe III ideal digunakan untuk membuat
model kerja yang memerlukan kekuatan dan ketahanan gipsum yang tinggi seperti pada konstruksi protesa dan model ortodonsi. 2,11 Kekuatan kompresi gips tipe III berkisar antara 20,7 Mpa (3000 psi) – 34,5 Mpa (5000 psi). 11,14 Stone Gigi, Kekuatan Tinggi (Tipe IV). Gipsum tipe IV ( Dental Stone,
High Strength) sering dikenal sebagai die stone sebab sangat cocok digunakan untuk membuat pola malam dari suatu restorasi, umumnya digunakan sebagai die pada inlay, mahkota dan jembatan gigi tiruan. 2,8 Diperlukan permukaan yang keras dan tahan abrasi karena preparasi kavitas diisi dengan malam dan diukir menggunakan gipsum tajam hingga selaras dengan tepi-tepi die.11 Stone Gigi, Kekuatan Tinggi, Ekspansi Tinggi (Tipe V). Adanya
penambahan terbaru pada klasifikasi produk gipsum ADA dikarenakan terdapat kebutuhan dental stone yang memiliki kekuatan serta ekspansi lebih tinggi. Pembuatan gipsum tipe V sama seperti gipsum tipe IV namun gipsum tipe V memiliki kandungan garam lebih sedikit untuk meningkatkan setting ekspansinya.1 Gipsum tipe V memiliki setting ekspansi sekitar 0,1% - 0,3% untuk mengkompensasi pengerutan casting yang lebih besar pada pemadatan logam campur.2,8 Kekuatan yang lebih tinggi diperoleh dengan menurunkan rasio air bubuk.8
Gipsum tipe V umumnya digunakan sebagai dai untuk
pembuatan bahan logam campur yang memiliki pengerutan tinggi. 10 Bahan ini umumnya berwarna biru atau hijau dan merupakan produk gipsum yang paling mahal.2 5. Manipulasi gipsum Kedokteran Gigi a. Mengukur Air Air biasanya dibagikan dengan volume dalam silinder lulus karena 1 g air memiliki volume sangat dekat dengan 1 ml. 7 b. Mengukur Bubuk Bubuk dapat ditimbang dalam gram dengan keseimbangan atau skala sederhana. Pertama, air ditambahkan ke mangkuk pencampur dan ditempatkan pada skala. Kedua, skala pembacaan diatur ke nol. Akhirnya,
bubuk ditambahkan ke mangkuk dengan sendok yang sesuai sampai berat bubuk yang diinginkan ditambahkan. 7 c. Menambahkan Serbuk dan Air Metode pencampuran yang disukai adalah menambahkan air yang diukur ke dalam mangkuk pencampur terlebih dahulu, diikuti dengan penambahan bubuk secara bertahap. Dugaan berulang kali menambahkan air dan bubuk untuk mencapai konsistensi yang tepat harus dihindari meskipun ini adalah praktik yang umum dilakukan. Hal ini dapat menyebabkan rendahnya kekuatan dan ekspansi yang tidak konsisten. 7 d. Pencampuran 1) Pencampuran Tangan Pencampuran Tangan biasanya dilakukan dalam plastik fleksibel atau mangkuk karet dengan spatula kaku untuk menggabungkan bedak dan air. Campuran harus halus, homogen, bisa dikerjakan, dan bebas dari gelembung udara. Minimal penyertaan udara pada produk campuran diinginkan untuk mencegah gelembung permukaan dan cacat internal. Pencampuran biasanya dilakukan dengan gerakan menyeka ke sisi mangkuk (untuk menghilangkan benjolan dan udara gelembung). Dapat menggunakan vibrator untuk mengurangi udara. Campuran halus dan homogen harus diperoleh dalam waktu sekitar 1 menit. Gerakan mencambuk harus dihindari. 7 2) Vacum Mixing Seringkali, pencampuran dilakukan secara mekanis dengan mesin pencampur vakum dan investasi. Vakum menyediakan campuran gipsum yang bebas dari gelembung udara dan homogen dalam konsistensi. Banyak perangkat yang tersedia yang akan mencampur produk gypsum secara mekanis dengan atau tanpa vakum. Mereka digunakan saat penghapusan rongga dan gelembung permukaan sangat penting 7 e. Mengisi Cetakan Saat mengisi cetakan, campuran gipsum perlu mengalir perlahan untuk mencegah jebakan udara. Hal ini biasanya dilakukan dengan vibrator. Meski
tergolong sederhana, manipulasi produk gipsum memerlukan perhatian cermat terhadap detail hasil yang akurat. 7 f. Penanganan model Model harus ditangani dengan cermat. Seperti yang telah dijelaskan, penyimpanan baik stone atau plaster pada temperatur ruang tidak menimbulkan perubahan dimensi yang bermakna. Namun, bila temperatur penyimpanan
dinaikkan
sampai
antar
90º
dan
110ºC(194º-230ºF),
pengerutan terjadi begitu kristalisasi air dikeluarkan dan dihidrat berubah menjadi hemihidrat.2 Menurut Ferracane, manipulasi yang tepat dari bahan gipsum dapat mempengaruhi kinerja dari gipsum. Manipulasi dapat dibagi menjadi beberapa fase yaitu pengukuran bubuk dan air, pengadukan, penuangan, dan desinfeksi . 6 Setiap bahan gipsum memiliki rasio air bubuk yang dianjurkan. Rasio air bubuk mempengaruhi konsistensi campuran, kekuatan material, setting time dan setting expansion. Oleh karena itu, proporsi air dan bubuk yang benar sangat penting. Jumlah air dapat diukur dengan menggunakan silinder pengukur volume sedangkan bubuk diukur dengan satuan massa dan bukan berdasar kan volume. 6 Tindakan mencampur bubuk dan air bersama-sama disebut pengadukan. Pengadukan bahan gipsum dapat dilakukan dengan tangan atau mekanis. Bahan plaster biasanya diaduk dengan tangan dalam mangkuk karet fleksibel. Bahan stone dapat diaduk secara mekanis atau dengan tangan, namun bahan dental stone highstrength hampir selalu dengan metode pengadukan mekanis. Saat gipsum diaduk dengan tangan, bubuk dan air diaduk menggunakan spatula dengan kecepatan sekitar 2 putaran per detik selama sekitar 1 menit. Jika gipsum dicampur dengan mixer, operator harus mengaduk bubuk dan air dengan tangan selama beberapa detik untuk memastikan bahwa pengadukan mekanik akan bekerja secara efektif. Terlepas dari metode yang digunakan untuk mencampur bahan, vibrator hampir selalu digunakan untuk membantu menghilangkan gelembung yang terbentuk selama pencampuran. Biasanya, campuran tersebut digetarkan selama 10 sampai 15 detik untuk memaksa gelembung ke atas
campuran. Getaran juga digunakan untuk memudahkan memindahkan gipsum ke bahan cetak atau wadah lainnya.6 Ada beberapa metode umum untuk menuangkan model atau cor. Metode pertama, lembaran lilin lunak yang disebut boxing wax dilekatkan di pinggir cetakan kira-kira 1 cm di luar sisi jaringan hasil cetakan untuk memberikan dasar pada model. Metode kedua dimulai dengan menuangkan gipsum pada gigi dan permukaan jaringan lunak hasil cetakan. Cetakan yang telah diisi kemudian dibuatkan basis modelnya dengan cara menempatkan cetakan pada tumpukan campuran gipsum yang diletakkan di atas permukaan nonabsorbent seperti kaca. Metode ketiga untuk menuangkan model ini mirip dengan metode kedua tetapi menggunakan wadah yang disebut rubber base untuk membentuk dasar cetakan.6 Model dan die dapat didesinfeksi dengan semprotan iodophor sesuai instruksi pabrik atau dengan cara merendamnya dalam larutan natrium hipoklorit 5% dengan pengenceran 1:10 selama 30 menit. Model yang telah didesinfeksi harus diperiksa dengan cermat untuk melihat kerusakan permukaan, karena tidak semua desinfektankompatibel dengan produk gipsum. 6
6. Aplikasi gipsum dalam Kedokteran Gigi Plaster cetak (tipe I) digunakan untuk mencetak daerah edentulous, tidak
memerlukan kekuatan yang besar sehingga gipsum tipe ini membutuhkan pencampuran dengan rasio air dan bubuk (water:powder = W:P) yang lebih besar.1 Plaster model (tipe II) digunakan untuk mem.buat model studi dan untuk
keperluan laboratoris seperti penanaman model dalam kuvet, artikulator, okludator, dan sebagai basis model kerja. Gipsum ti.pe II termasuk jenis gipsum yang mempunyai struktur kristal β-hemihidrat sehingga mempunyai bentuk kristal yang tidak teratur dan jarak antar partikel yang besar yang menyebabkan reaksi pengerasan membutuhkan banyak air. 1 Stone gigi (tipe III) digunakan sebagai model kerja; untuk menanam
model malam yang telah dikonstruksi pada model kerja ke dalam kuvet
sehingga setelah proses pembunagan malam akan dihasilkan rongga cetak yang detail akurat. Gipsum tipe III lebih kuat dan tahan terhadap abrasi dibandingkan dengan gipsum tipe II. 1 Stone gigi kekuatan tinggi (tipe IV) dan Stone gigi kekuatan tinggi dan
ekspansi tinggi (tipe V) memiliki fungsi yang sama sebagai reproduksi die.1 Stone gigi, kekuatan tinggi, ekspansi tinggi (tipe V) mempunyai partikel
yang lebih kecil dibandingkan dengan gipsum tipe IV. 1 Biasanya digunakan untuk die dalam pembuatan logam yang memiliki pengerutan tinggi. 10
Daftar Pustaka
1.
Anusavice, K.J., 2003 , Phillips’ Science on Dental Materials., 11th ed ., Saunders, Elsevier Science, St Loius, h. 164-166.
2.
Anusavice,K.J. 2004. Phillips Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi Edisi 10. Jakarta: EGC
3.
Anusavice,K.J. 2012. Phillips Science of Dental Materials 12th Edition. St. Louis: Elsevier Inc.
4.
Combe, E. C., 1986. Notes on Dental Materials 5th ed. Manchester: Longmann Group Limited
5.
Craig, R.G., dan Powers, J.M,. 2002. Restorative Dental Material 11th ed. MosbyCo.St. Louis.
6.
Ferracane JL. 2001. Materials in Dentistry Principle and Applications. 2nd ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
7.
Gladwin, M. dan Bagby, M. 2013. Clinical Aspects of Dental Materials Theory, Practice, and Cases 4th Ed . Lippincott Williams and Wilkins, p.130
8.
Hartono S, Suofyan A. Pengaruh Perbandingan Air dan Bubuk Terhadap Kekuatan Kompresi dan Tarik Gips Keras. Kongres PDGI XVIII, Semarang, 1992;95-8
9.
Ishak, Vonny dan Jimmy. 2014. Perubahan Kekuatan Kompresi Dental Plaster Yang Dicampur Dengan Nacl Dalam Berbagai Variasi Konsentrasi. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sam Ratulangi. vol.2 no.1
10. McCabe JF, Walls AWG. 2008 Applied dental materials. 9th ed. Oxford: Blackwell Publishing Ltd. 11. McCabe JF, Walls AWG. 2015. Bahan Kedokteran Gigi. Edisi 9. Jakarta: EGC. 12. Robert G. C. dan John M. P. 2002. Restorative Dental Materials Ed.11. Mosby, Inc 13. Sakaguchi, R.L., Powers, J.M.2012. Craig’s Restorative Dental Materials 12th Ed . St. Louis:Mosby Elsevier p. 299 14. Scheller C, Sheridan. 2010. Basic guide to dental materials. Oxford: WileyBlackwell.